KEANEKARAGAMAN SERANGGA TANAH DI KAWASAN TRIANGULASI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi Hewan yang Dibina oleh Drs. H. Agus Dharmawan, M.Si dan Prof. Dr. Hj. Mimien Henie Irawati, M.Si Laporan KKL Oleh: Kelompok 21/ Off C Anggrasti Megah I. 130341614801 Atika Anggraini 130341614798 Kiki Elita S. 130341614850 Lailil Hidayah 130341614827 Rabiatul Adwiyah 130341614832 Tania Puspa C. 130341614839 Wawan Yuliati N. 130341614844 The Learning University
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEANEKARAGAMAN SERANGGA TANAH
DI KAWASAN TRIANGULASI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi Hewan yang Dibina oleh Drs. H. Agus Dharmawan, M.Si dan Prof. Dr. Hj. Mimien Henie Irawati, M.Si
Laporan KKL
Oleh:Kelompok 21/ Off C
Anggrasti Megah I. 130341614801
Atika Anggraini 130341614798
Kiki Elita S. 130341614850
Lailil Hidayah 130341614827
Rabiatul Adwiyah 130341614832
Tania Puspa C. 130341614839
Wawan Yuliati N. 130341614844
The Learning University
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGIApril 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taman Nasional Alas Purwo terletak di ujung timur pulau Jawa. Tepatnya
di kecamatan Tegal delimo Kabupaten Daerah Tingkat II Banyuwangi. Alas
Purwo merupakan suaka marga satwa sekaligus Taman Nasional dengan luas
430.420 Ha.
Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan konservasi yang
dikelola Taman Nasinal Alas Purwo, dan ditetapkan sebagai Taman Nasional
dengan surat keputusan Menteri kehutanan Nomor : 2831/kpts-11/1992 tanggal 26
februari 1992 dengan luas 43.420 Ha (Balai Taman Nasional Alas Purwo, 2000
dalam Purwahyuni; 2001).
Taman Nasional Alas Purwo merupakan suatu ekosistem hutan tropis
daratan rendah yang di dalam nya terdapat vegetasi hutan pantai, hutan mangrove,
hutan tropis daratan rendah. Sebagian hutan tanaman padang rumput dan hutan
bambu mendominir 40% dari luas kawasan (Balai Taman Nasional Alas Purwo,
2000 dalam Purwahyuni, 2001).
Secara umum Taman Nasional Alas Purwo kondisi geografisnya
bervariasi, dengan puncak tertinggi pada gunung Linggamanis (322 m dpl). Pada
dataran rendah terdapat rawa-rawa terletak di sebelah barat. Di sebelah timur
terdapat bukit Gampang yang terjal. Kawasan Taman Nasional Alas Purwo
didominasi oleh hutan tropik dataran rendah. Salah satu bagian dari hutan tropik
dataran rendah yaitu hutan pantai.
Menurut Odum, 1993 hutan pantai terdiri dari dua daerah yang berbeda,
yaitu hutan mangrove dan hutan campuran. Hutan mangrove terdapat di sepanjang
pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan
campuran pohonnya selalu hijau dan tinggi dengan keanekaragaman yang tinggi,
karena curah hujan tinggi, kandungan humus tinggi, dan penyinaran matahari
lebih lama.
Pada ekosistem daratan, organisme tanah merupakan pengurai yang
berfungsi untuk mengubah bahan organik segar, tidak segar maupun sedang
melapuk menjadi bentuk senyawa lain yang bermanfaat baik kesuburan tanah
(Haium, dkk. 1986 dalam Wulandari, 1999). Fauna tanah seperti serangga,
nematoda, keong, bekicot, rayap dan serangga sangat penting perduannya dalam
proses dekomposisi, sebelum proses dekomposisi lebih lanjut oleh
mikroorganisme tanah (Hakim, dkk. 1986 dalam Wulandari, 1999).
Berdasarkan uraian diatas, yaitu habitat yang bermacam-macam pada
hutan pantai, dimungkinkan mempunyai keanakaragaman jenis fauna tanah yang
berbeda. Berkaitan dengan hal tersebut maka diadakan observasi dengan judul
“Studi Keanekaragaman Dan Kemerataan Hewan Tanah Di Hutan Pantai
Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi Jawa Timur”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
1. Apa sajakah jenis serangga tanah yang terdapat di hutan pantai Triangulasi
Taman Nasional alas Purwo Banyuwangi?
2. Bagaimanakah keanekaragaman serangga tanah di hutan pantai Triangulasi
Taman Nasional alas Purwo Banyuwangi?
3. Bagaimana pola distribusi jenis serangga tanah di hutan pantai Triangulasi
Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi?
4. Apa sajakah faktor abiotik tanah yang berpengaruh terhadap keanekaragaman
jenis kemerataan, dan kekayaan serangga tanah di hutan pantai Triangulasi
Taman Nasional alas Purwo Banyuwangi?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jenis-jenis serangga tanah yang terdapat di hutan pantai
Triangulasi Taman Nasional alas Purwo Banyuwangi.
2. Untuk memahani keanekaragaman serangga tanah di hutan pantai Triangulasi
Taman Nasional alas Purwo Banyuwangi.
3. Untuk mengetahui pola distribusi jenis hewan tanah di hutan pantai Triangulasi
Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
4. Agar dapat memahami faktor abiotik tanah yang berpengaruh terhadap
keanekaragaman jenis kemerataan, dan kekayaan serangga tanah di hutan
pantai Triangulasih Taman Nasional alas Purwo Banyuwangi
D. Manfaat Penelitian
1. Dengan menerapkan metode Pitfall Trap, mahasiswa dapat mengetahui
keanekaragaman, kemerataan, serta kekayaan jenis hewan tanah di hutan
pantai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
2. Memberikan informasi tentang keanekaragaman serangga tanah di hutan pantai
Triangulasih Taman Nasional alas Purwo Banyuwangi.
3. Menambah pengetahuan tentang avertebrata khususnya serangga.
4. Mahasiswa mengetahui kehidupan organisme dalam tanah dan peranannya bagi
ekosistem yang ditempatinya.
E. Ruang Lingkup
1. Pengamatan yang di lakukan pada serangga tanah yang berada di kawasan
pantai hutan Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo.
2. Pengamatan dilakukan dengan penjebakan serangga tanah (pithfall trap).
3. Pengamatan dilakukan mengenai perbedaan serangga atau kemerataan serangga
yang berada di dekat pantai hingga ke dalam hutan.
4. Jenis hewan yang diamati hanya serangga tanah yang ditemukan dalam gelas
untuk penjebakan serangga tanah.
F. Definisi Operasional
1. Serangga tanah adalah hewan yang menempati tanah sebagai habitatnya.2. Pit fall trap merupakan metoda pengumpulan hewan tanah dengan cara
memasang perangkap jebak.3. Keanekaragaman jenis adalah suatu karakteristik tingkatan komunitas
berdasarkan organisasi biologinya, ia dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas (Soegianto dalam Purwahyuni, 2001).
4. Kemelimpahan adalah jumlah individu dalam satu spesies yang ada pada
suatu area atau tempat tertentu dan dibandingkan dengan spesies yang ada
pada suatu atau tempat lain (Soejipta, 1993).
5. Kekayaan adalah banyaknya suatu jenis spesies yang ada pada suatu area
atau tempat tertentu (Soejipta, 1993).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tanah Sebagai Habitat Serangga
Tanah memiliki berbagai macam komponen, dimana tanah disusun oleh
komponen biotik dan abiotik. Lingkungan tanah merupakan lingkungan yang
terdiri dari gabungan antara lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Gabungan
dari kedua lingkungan ini menghasilkan suatu wilayah yang dapat dijadikan
sebagai tempat tinggal bagi beberapa jenis makhluk hidup, salah satunya adalah
mesofauna tanah. Tanah dapat didefinisikan sebagai medium alami untuk
pertumbuhan tanaman yang tersusun atas mineral, bahan organik, dan organisme
hidup. Kegiatan biologis seperti pertumbuhan akar dan metabolisme mikroba
dalam tanah berperan dalam membentuk tekstur dan kesuburannya (Rao, 1994).
Dalam definisi ilmiahnya tanah adalah sekumpulan dari benda alam di
permukaan bumi yang tersusun dari horison-horison, terdiri dari campuran bahan
mineral, bahan organik, air dan udara dan merupakan media untuk tumbuhnya
tanaman (Hardjowigeno dalam Zuraidah, 2001). Bagi ekosistem darat, tanah
merupakan titik pemasukan sebagian besar bahan ke dalam tumbuhan. Tanah
dihuni oleh makhluk hidup dalam macam dan jumlah sangat banyak, baik hewan
maupun tumbuhan. Makhluk yang hidup di dalam tanah membentuk flora dan
fauna khas yang berasosiasi dengan bahan penyusun tanah yang berupa benda
abiotik, yaitu batuan, mineral, air dan udara (Notohadiprawiro, 1998). Komponen
abiotik dan biotik menyusun tanah sebagai suatu sistem ekologi.
Komponen biotik dan abiotik sangat erat berhubungan di dalam tanah, yang
berdasarkan batasannya terdiri dari lapisan kulit bumi yang dilapukkan dengan
organisme hidup dan hasil pembusukannya bercampur aduk (Odum,1993 dalam
Zuraidah, 2001). Soetjipta, 1993 menyatakan bahwa tanah merupakan pendukung
yang padat. Kerangka yang kuat bagi makhluk hidup tumbuhan dan hewan yang
memiliki alat pergerakan mengalami proses evolusi di atas habitat tanah. Sebagai
benda alami yang heterogen, tanah terdiri dari fase padat, cair, dan gas yang
bersifat dinamik. Sebagai suatu sistem, tanah merupakan sistem yang terbuka.
Menurut Hardjowigeno dalam Zuraidah (2001) faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembentukan tanah antara lain:
Iklim
Organisme
Bahan induk
Topografi (relief)
Waktu
Nutrisi tanah.
B. Morfologi Serangga
Serangga secara umum terbagi menjadi tiga bagian tubuh, yaitu kepala,
toraks, dan abdomen. Ketiga bagian tersebut dilindungi oleh kutikula yang
tersusun atas buku-buku. (Wulandari, 1999:6).
Kepala tersusun dari sepasang antena, sepasang mandibula, sepasang
maxila, sebuah hipopharing dan labium (Borror, 1992 dalamWulandari, 1999).
Pada kepala terdapat antena yang tersusun atas buku-buku yang mengandung
buku-buku sensoris, mata majemuk yang tersusun atas ommatidia, kecuali itu
terdapat tiga mata sederhana yang disebut ocelli (Yasin, 1984).
Dada terdrri atas bagian anterior, yang besar disebut prothorak, bagian tengah
disebut mesothorak, dan belakang disebut metathorak. Masing-masing buku ini
mempunyai sepasang kaki yang beruas-ruas (Yasin, 1984).
Abdomen merupakan bagian ketiga dan paling posterior dari tubuh abdomen
merupakan struktur yang relatif sederhana seperti halnya pada thorak dan setelah
dewasa pada abdomen tidak terdapat kaki jalan (Ross. 1964 dalam Wulandari.
1999).
C. Deskripsi Fauna Tanah
Fauna tanah adalah hewan yang menempati tanah sebagai habitatnya.
Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) kehadiran fauna tanah pada
habitatnya tidak sama, ada yang secara temporer dan ada pula yang menetap.
Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) fauna tanah secara umum
dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh, ketergantungan terhadap air,
kehadirannya di tanah dan menurut tempat hidupnya.
Berdasarkan ukurannya, Van Der Driff (1951) dalam Ardianto (1980)
dalam Fatawi (2002) membagi fauna tanah menjadi empat kategori sebagai
berikut:
Mikrofauna : 20-200 mikron
Mesofauna : 200 mikron-2 mm
Makrofauna : 2-20 mm
Megafauna : 20-200 mm
Berdasarkan kehadirannya, fauna tanah dibagi menjadi:
Fauna tanah yang temporer, yaitu golongan hewan tanah yang memasuki
tanah dengan tujuan bertelur, setelah menetas dan berkembang menjadi
dewasa, hewan akan keluar dari tanah.
Misalnya: Diptera.
Fauna tanah yang transien, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya
berlangsung di atas tanah.
Misalnya: kumbang dari famili Conccinelidae.
Fauna tanah yang periodik, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di
dalam tanah, hanya sesekali hewan dewasa keluar dari dalam tanah untuk
mencari makanan dan setelah itu masuk kembali ke dalam tanah.
Misalnya: ordo Forficula, Chelisolches, Collembola, dan Acarina.
Fauna tanah yang permanen, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di
dalam tanah, dan tidak pernah keluar dari dalam tanah.
Misalnya: Nematoda tanah, Protozoa, dan Rotifera.
Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) berdasarkan sifat
ketergantungan terhadap air, fauna tanah terbagi menjadi:
Hidrobiontes, yaitu fauna tanah yang membutuhkan air relatif banyak untuk
aktifitas hidupnya.
Misalnya: Cilliata dan Flagelata.
Higrofil, yaitu fauna tanah yang tidak menyukai air terlalu banyak untuk
syarat hidup optimalnya.
Misalnya: Collembola.
Xerofil, yaitu fauna tanah yang lebih menyukai habitat kering.
Misalnya: jenis laba-laba.
Fauna tanah menurut tempat hidupnya, dibagi menjadi:
Treefauna, yaitu hewan yang hidup di pohon.
Epifauna, yaitu hewan yang hidup di permukaan tanah.
Infauna, yaitu hewan yang hidup di dalam tanah.
D. Klasifikasi Fauna Tanah
Ada berbagai macam versi mengenai klasifikasi serangga. Djarubito
(1984) membagi serangga menjadi 34 ordo dan 23 ordo diantaranya sebagai
serangga tanah, sedangkan lilies (1992) membagi serangga dalam 2 golongan
besar yaitu Apteryota dan Pterygota, berdasarkan pada struktur sayap, bagian
mulut, metamorfosis dan bentuk tubuh keseluruhan. Apterygota terbagi
menjadi 4 ordo dan Pterygota terbagi menjadi 20 ordo dengan 10 ordo
diantaranya sebagai serangga tanah.
Dalam pembahasan berikut akan diuraikan ciri-ciri serangga tanah
berdasarkan Lilies (1992).
a. Ordo Diptera
Berasal dari kata di yang berarti dua dan ptera berarti sayap.
Ukuran tubuh bervariasi, mempunyai sepasang sayap di depan karena
sayap di belakang mereduksi, berfungsi sebagai alat keseimbangan. Larva
tanpa kaki, kepala kecil halus dan tipis. Mulut bertipe penghisap dengan
variasi struktur mulut seperti penusuk, penyerap dan seolah-olah tidak
berfungsi. Pembagian famili berdasarkan pada perbedaan sayap dan
antena. Terbagi atas Famili: Nymphomylidae, Tricoceridae, Tanyderidae,
Xylophagidae, Tipulidae, dan lain-lain.
b. Ordo Diplura
Secara morfologi ordo Diplura mirip dengan ordo Thysanura tanpa
filamen median dengan dua filamen ekor. Tubuhnya biasanya tidak
tertutup oleh sisik, tidak mempunyai mata majemuk dan mata tunggal,
tungkai satu ruas, Mulut tipe pengunyah yang tersembunyi dan tertarik
kedalam kepala. Mempunyai stili pada abdomen ruas 1-7 atau ruas 2-7.
Panjang tubuh biasanyakurang dari 7 mm, seringkali dengan warna
pucat. Antena bersegmen dengan tungkai yang berkembang baik. Terdapat
serci berbentuk gunting dan ada juga yang bersegmen-segmen. Ada
kantong ventral di kepala. Tarsi satu ruas. Metamorfosis tidak nyata.
Terbagi atas tiga famili yaitu Japygidae, Campodeidae, Procampodeidae,
dan Anajapygidae.
c. Ordo Protura
Kepala agak berbentuk konis, tanpa mata dan antena. Mulut untuk
mengerok partikel-partikel makanan yang kemudian dicampur dengan air
liur dan dihisap masuk ke dalam mulut. Merupakan hekapoda kecil
berwarna keputihan dengan panjang 0,6 sampai 1,5 mm. Pasangan tungkai
pertama berfungsi sebagai sensorik dan terletak dalam posisi yang
mengangkat seperti sungut. Mempunyai stili pada tiga ruas pertama
abdomen. Setelah menetas dari telur abdomennya berjumlah 9 ruas, dan
tiap tiga pergantian kulit berikutnya ditambahkan ruas-ruas disebelah
anterior bagian ujung. Penambahan ruas tersebut mengakibatkan abdomen
dewasa kelihatan mempunyai 12 ruas. Tidak memiliki mata dan antena
mereduksi. Dibagi menjadi beberapa famili, yaitu: Protentomidae,
Eosentornidae, Acerentomidae, dan lain-lain.
d. Ordo Coleoptera
Coleoptera berasal dari kata coleo yang berarti selubung dan ptera
yang berarti sayap. Mempunyai empat sayap dengan pasangan sayap
depan menebal seperti kulit, atau keras dan rapuh, biasanya bertemu dalam
satu garis lurus di bawah tengah punggung dan menutupi sayap-sayap
belakang. Pembagian famili berdasarkan perbedaan elytra, anteana,
tungkai, dan ukuran tubuh. Terbagi atas famili: Bittacidae, Boreidae,
Meropeidae, Panorpidae, dan Panorppodidae.
e. Ordo Plecoptera
Berukuran medium (kecil) agak gepeng, bertubuh lunak, dan
berwarna agak kelabu yang terdapat di dekat aliran-aliran air yang berbatu.
Sayap depan memanjang, agak sempit dan biasanya memiliki rangka-
rangka sayap yang menyilang. Sungut panjang, ramping, dan banyak ruas.
Tarsi beruas tiga, terdapat sersi yang mungkin panjang atau pendek.
Bagian-bagian mulut adalah tipe pengunyah, walaupun pada benyak
serangga dewasa agak menyusut. Terbagi beberapa famili, yaitu:
Pteronarcyidae, Capniidae, Leuctridae, Peridae, dan lain-lain.
f. Ordo Orthopthera
Ada yag bersayap dan ada yang tidak bersayap, yang bersayap
biasanya mempunyai empat buah sayap. Sayap-sayap depan biasanya
memanjang, banyak rangka-rangka sayap, agak menebal dan disebut
tegmina. Sayap-sayap belakang berselaput tipis, lebar, banyak rangka-
rangka sayap, dan pada waktu istirahat biasanya terlipat seperti kipas di
bawah sayap depan. Tubuh memanjang, sergi bagus terbentuk, sungut
relatif panjang dan banyak ruas. Bagian-bagian mulut adalah tipe
pengunyah. Terbagi atas beberapa famili, yaitu: Grillotalpidae,
Tridactyilidae, Tetrididae, Eugamastracidae, Acrididae, dan lain-lain.
g. Ordo Neuroptera
Berasal dari kata neuro yang berarti syaraf dan ptera yang berarti
sayap. Bertubuh lunak dengan 4 sayap yang berselaput tipis yang biasanya
mempunyai banyak rangka sayap melintang dan bercabang. Kebanyakan
larva bersifat pemangsa. Terbagi atas beberapa famili, yaitu: Corydalidae,
Sialidae, Mantispidae, Raphidiidae, Inoculliidae, dan lain-lain.
h. Ordo Isoptera
Berasal dari kata iso artinya sama dan ptera artinya sayap. Isoptera
hidup sebagai serangga sosial dengan beberapa golongan yaitu:
reproduktif, pekerja dan serdadu.
Golongan serdadu memiliki kepala yang berskleretisasi,
memanjang hitam dan besar yang berfungsi sebagai pertahanan.
Mandibula berukuran sangat panjang dan kuat, berkait dan dimodifikasi
untuk memotong. Pada beberapa genus mempunyai kepala pendek dan
persegi di depan, bentuk seperti itu sesuai dengan fungsinya untuk
menutupi pintu masuk ke dalam sarang (Borror, 1992).
Golongan reproduktif terdapat sayap yang berjumlah empat dan
berselaput tipis, dimana sayap depan dan belakang hampir sama
ukurannya. Ukuran sayap yang sama inilah yang menjadi asal mula nama
ordo. Golongan ini melakukan fungsi reproduktif yang dilakukan oleh
rayap reproduktif primer yaitu raja dan ratu yang berjumlah satu pasang
setiap koloni. Ukuran jantan lebih kecil daripada ratu, hal ini disebabkan
abomen ratu sangat besar karena kapasitas telur yang meningkat. Mulut
rayap pekerja dan reproduktif bertipe pengunyah (Lilies, 1992).
Dalam koloni, jumlah golongan pekerja paling banyak. Golongan
ini berwarna pucat dengan tubuh lunak, mulut tipe pengunyah yang
berfungsi untuk membuat dan memperbaiki sarang. Golongan pekerja juga
memberi makan dan merawat anggota koloni.
i. Ordo Tysanoptera
Serangga bersayap duri (umbai) adalah serangga kecil berbentuk
langsing, panjang 0,5-5 mm. Terdapat atau tida ada sayap. Sayap-sayap
bila berkembang sempurna berjumlah 4, sangat panjang, sempit dengan
beberapa atau berkembang sempurna berjumlah 4, sangat panjang, sempit
dengan beberapa atau tidak ada rangka sayap dan rumbai denagn rambut-
rambut yang panjang. Bagian-bagian mulut adalah tipe penghisap dan
gemuk. Sungut pendek dengan 4-9 ruas. Tarsi 1 atau 2 ruas, dengan 1 atau
2 kuku, dan seperti gelembung di ujung. Terbagi atas beberapa famili,
yaitu: Phaleothripidae, Aelothripidae, Thripidae, Merothripidae, dan
Heterothripidae.
j. Ordo Homoptera
Homoptera adalah pemakan tumbuh-tubuhan dan banyak jenisnya
sebagai hama yang merusak pada tamnaman budidaya. Bagian-bagian
mulut serupa dengan Hemiptera. Mereka penghisap dengan 4 penusuk,
mempunyai 4 sayap. Sayap-sayap depan mempunyai sifat yang seragam
seluruhnya, baik berselaput tipis atau agak tebal, dan sayap belakang
berselaput tipis. Sungut sangat pendek, seperti rambut duri pada beberapa
Homoptera, lebih panjang, dan biasanya berbentuk benang pada yang
lainya. Mata majemuk biasanya berkembang bagus. Terbagi atas beberapa