ROKOK DAPAT MENGHACURKAN JEMBATAN MENUJU CITA-CITAMU
PAGE
BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Ibu Bekerja 2.1.1. Definisi Ibu
Bekerja Ibu bekerja adalah ibu yang memiliki kegiatan di luar rumah
sebagai upaya untuk memberikan nafkah kepada keluarganya. Selain
mendapatkan nafkah bagi keluarga, tujuan lain dari ibu bekerja
adalah menerapkan ilmu yang telah dimilikinya dan menjalin suatu
hubungan sosial dengan orang lain yang memiliki lingkungan kerja
yang sama dengan ibu bekerja tersebut. Sehingga ibu yang bekerja
memiliki peran ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan memiliki
peran sebagai pencari nafkah keluarga. ibu bekerja adalah ibu yang
memiliki anak dari umur 0-18 tahun dan menjadi tenaga kerja
(Gunarsa dalam Afini Faza, 2012).2.1.2. Statistik Ibu Bekerja
Jumlah ibu bekerja di seluruh dunia mencapai 54,3 % pada tahun 2001
(OECD, 2001). Dari hasil pengolahan data Badan Pusat Statistik
yaitu Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004. Ternyata di perkotaan
sebagian besar ibu usia kurang dari 40 tahun yang mempunyai anak,
hanya mengurus rumah tangga saja (63.3%) dan yang bekerja hanya
29.6% saja. Sedangkan di Pedesaan, ibu yang mengurus rumah tangga
saja sekitar 52.7% dan yang bekerja sekitar 41.1%. Berarti ibu di
daerah perkotaan tidak banyak yang bekerja dan hanya mengurus rumah
tangga dibanding dengan pedesaan (Susenas, 2010).2.1.2.1. Ibu
Bekerja di Negara Maju
Di negara maju dan negara industri seperti di Amerika dan
inggris 45-60% tenaga kerja merupakan wanita usia produktif
(IDAI,2013). Di Amerika Serikat, menurut analisis terbaru dari Pew
Research Center, ibu bekerja saat ini berjumlah 40 persen dari
seluruh ibu rumah tangga di Amerika Serikat dengan anak yang masih
di bawah usia 18 tahun. Perbedaan yang cukup signifikan
dibandingkan dengan tahun 1960 yang hanya berjumlah 11 persen
(National Geographic Indonesia, 2013).2.1.2.2. Ibu Bekerja di
Negara Berkembang
Berbeda dengan negara maju, seorang ibu yang bekerja demi
menambah hasil pendapatan keluarga merupakan suatu keharusan. Di
negara yang sedang berkembang seperti Indonesia tingkat kemiskinan
yang semakin meningkat dan merebaknya pengangguran menjadi salah
satu alasan mengapa banyak ibu yang bekerja. Lebih kurang 34 juta
penduduk berumur di atas 15 tahun dan berjenis kelamin perempuan
adalah seorang pekerja (Statistik Indonesia, 2005).2.1.3. Dampak
Ibu Bekerja Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Status ibu
bekerja tentu saja memilki dampak terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, khususnya anak balita. Dampak tersebut dibagi
menjadi dua yaitu dampak positif dan dampak negative (UNICEF,
2007).2.1.3.1. Dampak Positif Ibu Bekerja
Ibu yang bekerja akan memiliki penghasilan yang dapat menambah
pendapatan rumah tangga. Mereka yang bekerja lebih memiliki akses
dan kuasa terhadap pendapatan yang dihasilkan untuk digunakan untuk
keperluan anak mereka (UNICEF, 2007). Para ibu akan lebih memilih
membeli sesuatu seperti makanan bergizi berimbang yang dapat
menunjang pemenuhan kebutuhan pangan anak mereka (Glick, 2002).
Jika kebutuhan pangan anak terpenuhi, maka status gizi anak pun
menjadi baik. dengan pendapatan rumah tangga yang ganda (suami dan
istri bekerja), banyak wanita lebih mampu menentukan banyak pilihan
untuk keluarga mereka di dalam hal nutrisi dan pendidikan.2.1.3.2.
Dampak Negatif Ibu Bekerja
Seperti yang telah disebutkan di atas, jika seorang ibu yang
bekerja tidak memiliki kuasa penuh atas penghasilannya, maka
kebutuhan pangan anak kurang terpenuhi. Akibatnya anak mereka akan
mengalami gizi kurang bahkan menjadi gizi buruk. Anak menjadi lebih
pendek daripada anak lain seusianya dan lebih rentan terkena
penyakit seperti infeksi (Glick, 2002). Status gizi kurang atau
gizi buruk yang dialami balita juga dapat terjadi akibat
memendeknya durasi pemberian Air Susu Ibu (ASI) oleh ibu karena
harus bekerja. Rekomendasi dari WHO, ASI eksklusif sebaiknya
diberikan dalam enam bulan pertama kelahiran, diteruskan sampai
umur 1-2 tahun. ibu yang bekerja selama lebih dari 40 jam
perminggunya memiliki dampak negatif bagi tumbuh kembang anak.
frekuensi waktu kebersamaan ibu dan anak juga disebabkan oleh tipe
kerja ibu. Ibu yang memiliki pekerjaan yang dikategorikan berat
dapat mengalami kelelahan fisik. Akibatnya sesampainya ibu di rumah
terdapat kecenderungan mereka lebih memilih untuk berisitirahat
daripada mengurus anaknya terlebih dahulu. ibu yang bekerja tidak
dapat mengatur pola makan anak, membiarkan anak-anak mereka makan
makanan yang tidak sehat, selalu menghabiskan waktu di depan
televisi, dan kurang beraktivitas di luar rumah. Hal ini berakibat
status gizi anak menjadi lebih atau obesitas (Glick, 2002). Survei
yang dilakukan Institute of Child Health, London, terhadap sekitar
12.000 balita di Inggris menemukan bahwa anak-anak dengan ibu yang
bekerja penuh lebih sedikit makan buah dan sayuran (Judarwanto
Widodo, 2010).2.2. Ibu Tidak Bekerja Ibu tidak bekerja atau Ibu
rumah tangga adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
seorang wanita yang telah menikah serta menjalankan pekerjaan
rumah, merawat anak-anaknya, memasak, membersihkan,dan lain - lain.
seorang ibu rumah tangga sebagai wanita menikah yang bertanggung
jawab atas rumah tangganya (Gunawan, 2012). 2.2.1. Pengaruh Ibu
Tidak Bekerja Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Dalam
masyarakat Indonesia, wanita dianggap sebagai pihak yang paling
bertanggung jawab terhadap tugas domestik yang mencakup tugas
pengasuhan, kesehatan dan pertumbuhan anak. Apalagi bagi anak
balita (dibawah usia lima tahun), kesehatan anak-anak yang
dicerminkan oleh kualitas gizi anak memang sangat bergantung pada
orang yang mengasuhnya, dalam hal ini bergantung pada ibu, posisi
wanita dalam keluarga turut menentukan keadaan kesehatan dan tumbuh
kembang anak (Raharjo dalam Bachfian 2006 ). Tujuan pemberian
makanan yang sebaik- baiknya kepada anak bertujuan, memberikan
nutrien yang cukup untuk kebutuhan memilihara kesehatan dan
memulihkannya bila sakit, melaksanakan berbagai jenis aktifitas,
pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta psikomotor. Dan mendidik
kebiasaan yang baik tentang makanan, serta menyukai dan menentukan
makanan yang di perlukan (Latief Abdul, DKK. 2007). Peranan wanita
atau ibu rumah tangga merupakan penentu dalam usaha perbaikan gizi
keluarga, khususnya untuk meningkatkan gizi balita. Balita
merupakan kelompok anggota keluarga yang tergolong rawan gizi
dimana kondisinya sangat peka terhadap jumlah maupun jenis makanan
yang dikonsumsi. Kualitas maupun kuantitas konsumsi makanan bagi
balita sangat tergantung kepada ibu atau pengasuhnya (Sayogyo dalam
Bachfian Noviana Krista 2006).Demikian juga ada artian yang lebih
besar saat seorang ibu bersikap ataupun memilih tinggal di rumah
,melakukan pekerjaan rumah tangga serta merawat anak-anak. itulah
beberapa orang yang masih memegang peranan tradisional seoarng ibu
rumah tangga, memasak dan membersihkan di samping untuk merawat
anak-anak. Ibu Rumah tangga itu sebagai perawat anak, membantu dan
mendampingi anak saat masa tumbuh kembangnya mereka secara
intelektual dan emosional (Gunawan, 2012).2.3. Status Gizi2.3.1.
Definisi Status Gizi
Status gizi adalah suatu bentuk ekspresif atau perwujudan dari
keadaan keseimbangan nutrisi dalam bentuk variabel tertentu
(Supariasa, 2012).2.3.2. Konsep Dalam Status GiziMelaksanakan
pemberian makan yang sebaik-baiknya kepada bayi dan anak, bertujuan
sebagaiberikut :
1. Memberikan nutrien yang cukup untuk kebutuhan; memelihara
kesehatan dan memulihkanya bila sakit, melaksanakan berbagai jenis
aktifitas, pertumbuhan dan perkembangan jasmani, serta
psikomotor.2. Mendidik kebiasaan yang baik tentang memakan,
menyukai dan menentukan makanan yang diperluka (Latief Abdul, DKK,
2007). Status gizi dapat dinilai secara langsung dan secara tidak
langsung (Supariasa, 2012).2.3.2.1. Konsep pertumbuhan sebagai
dasar antropometri gizi
Dalam bahasa ini akan di uraikan konsep pertumbuhan dan
perkembangan. Kedua istilah ini mempunyai makna yang berbeda.
Pertumbuhan lebih menekankan pada fisik, dan perkembangan lebih
menekankan pada mentasl dan jiwa seseorang. Pada anak yang sehat
biasanya kecepatan pertumbuhan dan perkembangan beriringan secara
pararel.2.3.2.2. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan
Makna pengertian pertumbuhan dan perkembangan mencakup dua
peristiwa yang status berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan. Dibawah ini akan dibahas berbagai pengertian kedua
istilah tersebut.
1. Pertumbuhan:
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu yang
diukur dengan ukuran berat (gram. Pound, kilogram), ukuran panjang
(cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi
kalsium dan nitrogen tubuh). Menurut jelliffe D.B (1989)
pertumbuhan adalah peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ
dan jaringan dari masa konsepsi sampai remaja.
Bukti menunjukan bahwa kecepatan dari pertumbuhan berbeda setiap
tahapan kahidupan karena dipengaruhi oleh kompleksitas dan ukuran
dari organ serta rasio otot denngan lemak tubuh. Kecepatan
pertumbuhan pada saat pubertas sangat cepat dalam hal tinggi badan
yang ditandai dengan perubahan otot, lemak dan perkembangan organ
yang diikuti kematangan hormon organ.
2. Perkembangan :
Perkembangan (devalopment) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil pematangan. Ada juga
yang mendifinisikan bahwa perkembangan panampilan keampuan (skill)
yang diakibatkan oleh kematangan sistem saraf pusat, khususnya di
otak. Mengukur perkembangan tidak dapat dengan menggunakan
antropometri, tetapi seperti yang telah disebutkan diatas bahwa
pada anak yang sehat perkembangan searah (paralel) degan
pertumbuhannya.
Pertumbuhan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang
sedemiakian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsi
didalamnya termasuk pula perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi lingkungannya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan lebih menekankan pada
aspek fisik, sedangkan pada aspek pematangan fungsi organ, terutama
kematangan sistem saaf pusat.
Pertumbuhan yang optimal sangat dipengaruhi oleh potensi
biologisnya. Tingkat pencapaian fungsi biologis seseorang merupakan
hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan yaitu faktor
genetik, lingkungan, bio-fisik-psikososial, dan perilaku. Proses
itu sangat kompleks dan unik, dan hasil akhirnya berbeda-beda dan
memberikan ciri pada setiap anak.b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Petumbuhan Tabel 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Petumbuhan
FaktorContoh
I. Internal
a. Genetik
b. Obstetrik
c. Seks Individu (keluarga)
Ras/lingukungan intrauterin (ketidak cukup plasenta)
BBLR
Lahir kembar Laki-laki lebih panjang dan lebih berat
II. Eksternal
a. Gizi
b. Obat-obatan
c. Lingkungan
d. Penyakit1. Endokrim
2. Infeksi
3. Kongenital
4. Kronis
5. Psikologis
Fetus (diet maternal: protein, energi dan yodium)
Bayi (ASI dan susu botol)
Anak (protein, energi, yodium, zinc dan vitamin D dan asam
volat)
Alkohol, kecanduan dan obat-obatan lainnya.
Iklim
Daerah kumuh Hormon pertumbuhan (pituitary)
Bakteri, virus, cacingan
Kelainan metabolisme sejak lahir
Kangker, malabsorpsi usus halus, jantung, ginjal dan hati
Kemunduran mental atau emosi
III. Lingkungan Masyarakat
Keluarga
IV. Status sosial - ekonomi Pendidikan
Pekerjaaan
Budaya
Teknologi
Sumber : (Supariasa, 2012). Sumber : (Supariasa, 2012)2.3.3.
Penilaian status gizi 2.3.3.1. Penilaian status gizi secara
langsung
1. AntropometriKata antropometri berasal dari bahasa latin
antropos dan metros. Antropos artinya tubuh dan metros artinnya
ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Pengertian
antropometri dari sudut pandang gizi adalah pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi seseorang (Supriasa, 2012). Antropometri digunakan untuk
melihat ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Metode ini
yang paling banyak digunakan dalam program pemantauan gizi populasi
dalam suatu masyarakat. Tujuan yang hendak dicapai dalam
pemeriksaan antropometri adalah besaran komposisi tubuh yang dapat
dijadikan syarat dini perubahan status gizi. Tujuan ini dapat
dikelompokan menjadi 3, yaitu untuk: 2. Penapisan status gizi
3. Survei status gizi4. Pemantauan status gizi. Penapisan
diarahkan pada orang per orang untuk keperluan khusus. Survei
ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat pada
saat tertentu, serta faktor-faktor yang berkaitan dengan itu.
Pemantauan bermanfaat sebagai pemberi gambaran perubahan status
gizi dari waktu ke waktu (MB Arisman, 2009).Di dalam antropometri,
diukur beberapa parameter. Parameter tersebut antara lain: Umur
(U), Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan Atas
(LLA), lingkar kepala, lingkar dada dan jaringan lunak. Kombinasi
antara dua parameter menjadi indeks antropometri yang sering
digunakan adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
(Supariasa, 2012). Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif
status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah. Namun
indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi
oleh U juga dipengaruhi oleh TB. Indikator TB/U menggambarkan
status gizi masa lalu, dan indikator BB/TB menggambarkan secara
sensitif dan spesifik status gizi saat ini (Suparias, 2012).
Menurut Supariasa (2012) setiap indikator memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, yaitu:a. Berat Badan menurut Umur
(BB/U)
Kelebihan indikator BB/U yaitu dapat dengan mudah dan cepat
dimengerti oleh masyarakat umum, sensitif untuk melihat perubahan
status gizi dalam jangka waktu pendek, dan dapat mendeteksi
kegemukan. Sedangkan kelemahan indikator BB/U yaitu interpretasi
status gizi dapat keliru apabila terdapat pembengkakan atau oedema,
data umur yang akurat sering sulit diperoleh terutama di
negara-negara yang sedang berkembang, kesalahan pada saat
pengukuran karena pakaian anak yang tidak dilepas/dikoreksi dan
anak yang bergerak terus, masalah sosial budaya setempat yang
mempengaruhi orang tua untuk tidak mau menimbang anaknya karena
dianggap sebagai barang dagangan (Supariasa, 2012).b. Tinggi Badan
Menurut Umur (TB/U)
Kelebihan indikator TB/U yaitu dapat memberikan gambaran riwayat
keadaan gizi masa lampau dan dapat dijadikan indikator keadaan
sosial ekonomi penduduk. Sedangkan kelemahan indikator TB/U yaitu
kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang badan pada kelompok
usia balita, tidak dapat menggambarkan keadaan gizi saat ini,
memerlukan data umur yang sering sulit diperoleh di negara-negara
berkembang, kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur,
terutama bila dilakukan oleh petugas non professional (Supariasa,
2012).c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Kelebihan indikator BB/TB yaitu independen terhadap umur dan ras
dan dapat menilai status kurus dan gemuk dan keadaan marasmus atau
KEP berat lain. Sedangkan kelamahan indikator BB/TB yaitu kesalahan
pada saat pengukuran karena pakaian anak yang tidak
dilepas/dikoreksi dan anak bergerak terus, masalah sosial budaya
setempat yang mempengaruhi orang tua untuk tidak mau menimbang
anaknya karena dianggap seperti barang dagangan, kesulitan dalam
melakukan pengukuran panjang badan pada kelompok usia balita,
kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama bila
dilakukan oleh petugas non profesional, tidak dapat memberikan
gambaran apakah anak tersebut pendek, normal atau tinggi (Suparia,
2012).d. Kebaikan dan Kelemahan dari Masing-Masing IndeksDari
masing-masing indeks anthropometri tersebut diatas, mempunyai
beberapa kebaikan dan kelemahan (Supariasa, 2012) :Tabel 2.2
Kebaikan dan Kelemahan dari Masing-Masing
IndeksIndeksKebaikanKelemahan
BB/U Baik untuk mengukur status gizi akut/kronis
Berat badan dapat berfluktuasi
Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil Umur sering
sulit ditaksir secara tepat
TB/U Baik untuk menilai gizi masa lampau
Ukuran panjang dapat di baut sendiri, murah dan mudah dibawa.
Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.
Pengukuran relatif sulit, dilakukan karena anak harus berdiri
tegak, sehingga diperlukan 2 orang untuk melakukannya
Ketepatan umur sulit
BB/TB Tidak memerlukan data umur
Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus)
Membutuhkan 2 macam alat ukur
Pengukuran relatif lebih lama
Membutuhkan 2 orang untuk melakukannya.
LLA/U Indikator yang baik untuk menilai KEP berat
Alat ukur murah, sangat ringan, dapat dibuatt sendiri
Alat dapat diberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan
gizi, sehingga dapat digunakan oleh orang yang dapat baca tulis Hal
dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat
Sulit untuk menentukan ambang batas.
Sumber : (Supariasa, 2012)Walaupun setiap indikator memiliki
kelebihan dan kelemahan, indikator status gizi BB/TB adalah
indikator terbaik yang menggambarkan status gizi saat ini dengan
lebih sensitif dan spesifik (Supariasa, 2012)a. Kelebihan
antropometriSebelum menguraikan tentang kelebihan antropometri ada
baiknya mengenal apa yang medasari penggunaan antropometri.Beberapa
syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah :1. Alatnya
mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingar lengan
atas, mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat
sendiri di rumah.
2. Pengukur dapat dapat dilakukan berulang-ulang dengan muda dan
objektif. Conthnya, apabila terjadi kesalahan pada pengukuran
lingkar lengan atas pada anak belita, maka dapat dilakukan
pengukuran kembali tampa harus persiapann alat yang rumit. Berbeda
pengukuran status gizi dengan metode biokimia, apabila terjadi
kesalahan maka harus mempersiapkan alat dan bahan terleh dahulu
yang relatif mahal dan rumit.
3. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus
profesional, dan tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
4. Biaya relatif murah, karena alat mudahh didapat dan tidak
memmerlukn bahan-bahan lainnya.
5. Hasil mudah disimpulkan, karena mempunyai ambang batas (cut
off points) dan baku rujukan yang sudah pasti.
6. Secara ilmiah diakui kebenarannya. Hampir semua negara
menggunakan antropometri sebagai metode untuk mengukur sttattus
gizi masyarakat, khususnya untuk penapisan (screening) status gizi.
Hal ini dikarenakan antropometri diakui kebenarannya secara ilmiah.
Memperhatikan faktor diatas, maka dibawah ini akan diuraikan
keunggulan antropometri gizi sebagai berikut:
1. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah
sampel yang besar.
2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan
oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu yang singkat dapat
melakukan pengukuran antropometri. Kadar gizi (posyandu) tidak
perlu seorang ahli, tetapi dengan pelatihann singkatia dapat
melaksanakan kegiatannya secara rutin.
3. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan
dibuat di daerah setempat. Memang ada alat antropometri yang mahal
dann hharus diimpor dari luar negeri, tetapi penggunaan alat itu
hanya tentu saja seperti skin fold caliper untuk mengukur tebal
lemak di bawah kulit.
4. Metode ini tepat an akurat, karena dapat dibakukan.
5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa
lampau.
6. Umumnya dapat mengidentifikasi status giji sedang, kurang dan
gizi buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas.
7. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi
pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi
berikunya.
8. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan
kelompok yang rawan terhadap gizi.b. Kelemahan antropometri
Di samping kelebihan metode penentuan status gizi secara
antropometri, terdapat pula beberapa kelemahan.
1. Tidak sensitiveMetode ini tidak dapat mendeteksi status gizi
dalam waktu singkat. Di samping itu tidak dapat membedakan
kekurangan zat gizi tertentu seperti zinc dan Fe.
2. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, danpenurunan
penggunaan energi) dapat menurunkan spesifisitas dan sensifisitas
pengukuran antropometri.
3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukurandapat mempengaruhi
presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.
4. Kesalahan ini terjadi karena :
a. Pengukuran
b. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi
jaringan
c. Analisis dan asumsi yang keliru
5. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan:
a. Latihan petugas yang tidak cukup
b. Kesalahan alat atau alat tidak ditera
c. Kesulitan pengukuran2. Klinis
Metode pengukuran ini berdasarkan perubahan-perubahan yang
terjadi sebagai gejala klinis akibat defisiensi zat gizi. Hal ini
dapat dilihat dari perubahan pada jaringan tubuh manusia, seperti
kulit, mata, rambut, dan mukosa oral. Metode ini digunakan untuk
survei klinis secara cepat untuk mendeteksi tanda-tanda klinis umum
dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi (Supariasa,
2012).
3.BiokimiaPenilaian status gizi dengan biokimia adalah
pemeriksaan spesimen yang diuji di laboratorium yang dilakukan pada
jaringan tubuh manusia. Jaringan-jaringan yang digunakan antara
lain: darah, urin, tinja, hati dan otot. Pengukuran ini dilakukan
untuk menentukan kekurangan gizi yang lebih spesifik (Supariasa,
2012).
4.Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode
penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya
jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Seperti
pengukuran dengan alat Bioelectric Impedance Analysis alat yang
bisa mengukur kadar air, lemak, dan otot manusia. (Supariasa,
2012).2.3.3.2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung1. Survei
Konsumsi Makanan
Metode ini dilakukan dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi
yang dikonsumsi. Hal ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangan zat gizi (Supariasa, 2012).2. Statistik Vital
Pengukuran statistik vital adalah dengan menganalisa beberapa
statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian dan data lainnya yang berhubungan dengan
gizi (Supariasa, 2012). 3. Faktor Ekologi
Digunakan untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu
masyarakat (Supariasa, 2012). 2.3.4. Ambang Batas Indeks
Antropometri Gizi
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, indeks antropometri
yang sering digunakan sejak tahun 1972 untuk menilai status gizi
adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) (Supariasa,
2012).Dari berbagai jenis indeks di atas, untuk mendapatkan status
gizi seseorang dibutuhkan ambang batas. Terdapat tiga ambang batas
yang digunakan para ahli gizi (Supariasa, 2012), yaitu:1. Persen
terhadap median
Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Nilai median
dikatakan sama dengan 100% (untuk standar). Setelah itu, dihitung
persentase terhadap nilai median untuk mendapatkan ambang
batas.
2. Persentil
Ambang batas selain persen terhadap median adalah persentil.
Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari suatu
populasi. National Centre for Health Statistics (NCHS)
merekomendasikan persentil ke-5 sebagai batas gzi baik dan kurang,
serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.
3. Standar Deviasi
Standar deviasi atau Z-score, digunakan untuk meneliti dan
memantau pertumbuhan. Z-Score digunakan di Indonesia sebagai ambang
batas penentuan status gizi (Menteri Kesehatan RI, 2002).
Cara menghitung nilai Z-Score : 2.3.5. Baku Rujukan Status
Gizi
Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku
yang sering disebut reference. Baku rujukan untuk penentuan status
gizi dengan pengukuran antropometri yang digunakan di seluruh dunia
adalah Harvard (Boston), WHO-NCHS, Tanner dan Kanada (Supariasa,
2012).2.3.6. Baku Rujukan Klasifikasi Status Gizi di Indonesia
Berdasarkan Kepmenkes Nomor: 1995/Menkes/SK/XII/ 2010,
klasifikasi status gizi yang digunakan di Indonesia adalah
berdasarkan baku rujukan WHO-NCHS 2005 (Menteri Kesehatan RI,
2011). Ambang batas yang digunakan adalah denganmenentukan Z-score
atau standar deviasi (SD). Berikut adalah tabel klasifikasi status
gizi berdasarkan Kepmenkes Republik Indonesia:
Tabel 2.3 Tabel Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Kepmenkes
Republik IndonesiaIndeksStatus GiziAmbang Batas
BB/UGizi LebihGizi BaikGizi KurangGizi Buruk> + 2SD -2 SD
sampai +2SD< -2SD sampai -3SD< -3SD
TB/U NormalPendek 2SD < -2SD
BB/TB GemukNormaKurus (wasted)Kurus Sekali> +2SD -2SD sampai
+2SD< -2SD sampai -3SD< -3SD
Sumber : Kepmenkes Republik Indonesia
2.4. Kerangka Teori Penelitian Gambar 3.1 Kerangka Teori
PenelitianBerdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka teori dalam
penelitian ini adalah:Ibu
Ibu Bekerja
Ibu Tiak Bekerja
Penghasilan Keluarga
Lama Ibu Bekerja
Penghasilan Keluarga
Pola Makan Anak Teratur
Kerja Sebentar Kerja Lama
Kebutuhan Pangan Tidak Tercukupi
Kebutuhan Pangan
Anak Tercukupi- Pola Makan Tidak Teratur
- Durasi Pemberian Asi
Gizi Anak Kurang atau Buruk
Gizi Anak Baik
Gizi Anak Lebih, Kurang atau Buruk
Gizi Anak
Status Gizi Anak BalitaDiteliti :
Tidak diteliti :----------------
Sumber : Data Primer yang diolah
2.5. Kerangka KonsepBerdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka
konsep dalam penelitian ini adalah:
Ibu bekerja
Status gizi balitaIbu tidak bekerja
2.6. HipotesisHO Tidak ada hubungan antara status ibu bekerja
atau status ibu tidak bekerja dengan status gizi balita. H1 Ada
hubungan antara status ibu bekerja atau status ibu tidak bekerja
dengan status gizi balita.
29
PAGE 7