12
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPerkembangan yang luar biasa di bidang
teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan yang
signifikan dalam sendi kehidupan. Kegiatan komunikasi yang
sebelumnya menuntut peralatan yang begitu rumit, kini relatif
digantikan oleh perangkat mesin otomatis. Berkembangnya teknologi
transformasi data yang diiringi dengan perkembangan teknologi
komputer dalam bidang software dan hardware telah berhasil
mewujudkan suatu bentuk jaringan komputer terpadu yang bersifat
global. Salah satu jaringan global yang sangat pesat
perkembangannya adalah jaringan internet. Internet sebagai hasil
dari teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi komoditi
penting dalam kehidupan masa kini.Perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi telah pula menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa
batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan
budaya secara signifikan dan berlangsung demikian cepat (Noor,
2008). Dalam bidang perdagangan, internet mulai banyak dimanfaatkan
sebagai media aktivitas bisnis terutama karena kontribusinya
terhadap efisiensi. Aktivitas perdagangan melalui media internet
ini populer disebut dengan electronic commerce (e-commerce).
E-commerce tersebut terbagi atas dua segmen yaitu business to
business e-commerce (perdagangan antar pelaku usaha) dan business
to consumer ecommerce (perdagangan antar pelaku usaha dengan
konsumen).Ditinjau dari aspek biaya dan legalitas, potensi
pemanfaatan prasarana internet untuk bisnis sangat terbuka luas.
Disamping itu luasnya daya jangkau penyebaran informasi oleh
internet menyebabkan pemanfaatan infrastruktur ini dapat dikatakan
sebagai infrastruktur yang cost effective. Pemberdayaan internet
untukmendukung bisnis komersial semakin marak dengan ditemukannya
world wide web yang memudahkan pemakai untuk berpindah dari satu
situs ke situs lain secaramudah dan cepat meskipun masing masing
dibangun atas platform yang berbeda.Perusahaan dapat memanfaatkan
kemampuan ini untuk berinteraksi dengan potential customer dan
trading partner nya diseluruh dunia tanpa khawatir terjadi masalah
incompability sistem pada kedua belah pihak. Ternyata hal ini
membawa dampakyang cukup signifikan dalam pengelolaan bisnis.
Bahkan memaksa beberapa bisnis tradisional harus memikirkan ulang
(fundamentalrethinking) cara bisnis mereka. Sebagai contoh,
munculnya perusahaan amazon.com yang sukses memanfaatkan webbased
strategy, yang menyediakan situs di internet yang menawarkan
berbagai macam barang dan sekaligus menyediakan sistem akuntansi
ordering cycle, shippingsystem, inventorycycle andpayment cycle
dalam website nya yang dapat diakses diseluruh dunia (Jhonsyah dan
Wesley)..Cara bisnis ini tentunya sangat berbeda jika dibandingkan
dengan bisnis tradisional dimana sistem informasi akuntansi
merupakan sistem internal perusahaan yang tertutup dan tidak
memberi kesempatan customer untuk melakukan akses pada sebagian
sistem akuntansi tersebut. Oleh karena itu sistem informasi yang
dihasilkan perusahaan haruslah merupakan sistem informasi yang
andal. Sistem informasi akuntansi yang andal mensyaratkan bahwa
database dan sistem pemrosesan data internal perusahaan beserta
dengan sistem jaringannya dapat menghasilkan dan mendistribusikan
informasi yang akurat, relevan, lengkap, tepat waktu, dan aman
(Jhonsyah dan Wesley).Menurut internetworldstats.com, tingkat
pertumbuhan internet di Indonesia mencapai 1.150% yaitu dari tahun
2000 yang penggunanya hanya 2 juta orang menjadi 30 juta orang pada
tahun 2009. Namun berdasarkan survey MARS, kebanyakan masyarakat di
Indonesia masih menggunakan internet untuk aktivitas social
networking (34%), browsing (32%), downloading (14,5%). Sedangkan
untuk keperluan e-commerce masih dibawah 5 %. Padahal menurut
survey yang dilakukan oleh AC Nielsen ditahun yang sama, 88% dari
pengguna internet mengetahui bahwa mereka dapat bertransaksi
melalui internet (setiawan, 2009)Rendahnya pemanfaatan internet
sebagai media transaksi online memang cukup beralasan. Faktor
keamanan dan kepercayaan yang dianggap masih rentan menjadi salah
satu penyebab belum banyaknya pengguna e-commerce di Indonesia
apabila dibandingkan dengan pengguna teknologi internet tersebut.
Menurut hasil riset pada tahun 2001 yang dilakukan oleh
ClearCommerce.com yang berkantor di Texas, Indonesia dinyatakan
berada di urutan kedua negara asal pelaku cyberfraud setelah
Ukraina. Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 20% dari total
transaksi kartu kredit dari Indonesia di Internet adalah fraud.
Riset tersebut mensurvei 1.137 toko online, 6 juta transaksi, dan
40 ribu pelanggan (Utoyo, 2003). Pada awal februari 2004,
Berdasarkan laporan riset 4-bulanan "Internet Security Intelligence
Brefing" yang dilansir oleh VeriSign (VeriSign.com), posisi
Indonesia melejit menduduki peringkat pertama sebagai negara asal
pelaku cyberfraud (Utoyo, 2002).Berbagai kemudahan yang ditawarkan
serta manfaat yang dapat dirasakan dengan memanfaatkan e-commerce
sebagai media transaksi menjadikan sektor ini cukup potensial untuk
dikembangkan. Namun, kejahatan melalui internet
(cyberfraud/internetfraud) dalam berbagai bentuknya, baik di
Indonesia maupun di belahan dunia lainnya masih menjadi ancaman
bagi keberlangsungan e-commerce (Rofiq, 2007). Keperilakuan
merupakan tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan. Tanggapan atau reaksi individu dapat bersifat mendukung
atau menentang rangsangan tersebut. Apabila rangsangan diberikan
terus menerus, maka individu secara perlahan maupun cepat akan
beradaptasi dengan rangsangan tersebut. Technology Acceptance Model
(TAM) merupakan perilaku yang umumnya digunakan untuk menjelaskan
penerimaan individual terhadap penggunaan sistem teknologi
informasi (Hamzah, 2009)Dalam Technology Acceptance Model (TAM),
kemudahan penggunaan dan kegunaan dipercaya akan mempengaruhi sikap
yang pada akhirnya menjadi minat perilaku untuk menggunakannya.
Selanjutnya, TAM telah menghilangkan elemen sikap sehingga
keyakinan tentang kemudahan penggunaan dan kegunaan langsung
membentuk minat pengguna (Venkatesh dan Davis, 1996) Adanya minat
pada pemanfaatan dan penggunaan teknologi sistem informasi akan
mendukung optimalisasi sistem dalam meningkatkan kinerja individu
dan organisasi (Hamzah,2009).
Sejak dikenalkan pertama kali oleh Davis (1989) model TAM banyak
diadopsi oleh penelitian di bidang teknologi informasi. TAM yang
didesain untuk memprediksi adopsi penggunaan pada aplikasi sistem
teknologi informasi memiliki kemampuan yang lebih baik dibanding
model multi-atribut lain (TRA dan TPB) (Mathieson et al, 2001).
Technology Acceptance Model (TAM) menggunakan dua variabel untuk
penerimaan teknologi, yaitu kemudahan pemakaian persepsian
(perceived ease of use) dan kegunaan persepsian (perceived
usefulness). Kedua variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap
minat perilaku (behavior intention). Pengguna teknologi akan
mempunyai minat menggunakan teknologi apabila merasa sistem
teknologi tersebut bermanfaat dan mudah digunakan. (Jogiyanto,
2007). Chiu et al (2004) melakukan penelitian tentang minat
pembelian konsumen pada layanan e-commerce dengan memodifikasi TAM.
TAM dimodifikasi dengan menggunakan empat buah konstruk untuk
memeriksa pengaruhnya terhadap minat pembelian online. Keempat
faktor tersebut antara lain kesadaran personal akan pentingnya
keamanan (personal awareness of security), daya inovatif personal
(personal innovativeness), persepsi kemudahan pembelian (perceived
ease of purchasing), dan kegunaan persepsian (perceived
usefulness). Kesadaran personal akan pentingnya keamanan (personal
awareness of security) secara konseptual dipandang sebagai sejauh
mana konsumen percaya akan keamanan internet dalam mentransmisikan
informasi untuk transaksi bisnis (Kim dan Shim, 2002). McCloskey
(2003) berpendapat bahwa keamanan pembayaran online dan potensi
pengungkapan informasi pribadi kerap menjadi perhatian besar bagi
konsumen dan diyakini sering menjadi hambatan penggunaan
e-commerce. Hal serupa juga dinyatakan Salisbury et al (2001) yang
berpendapat bahwa keamanan menjadi faktor yang sangat penting dalam
mempengaruhi sikap serta minat konsumen dalam melakukan pembelian
online. Fenomena akan kesadaran keamanan konsumen ini rupanya
digunakan oleh Chiu et al (2004) untuk melakukan penelitian dengan
memasukkan variabel tersebut dalam memodifikasi model TAM.
Hipotesis awal yang diambil adalah kesadaran personal akan
pentingnya keamanan berpengaruh positif terhadap minat pembelian
online. Hasilnya, kesadaran personal akan pentingnya keamanan
terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap minat pembelian
secara online. Namun, penelitian yang dilakukan oleh McClosky
(2003) menyatakan sebaliknya. Tidak ada dampak signifikan antara
kesadaran keamanan konsumen terhadap partisipasi perdagangan
elektronik. Daya inovatif personal (personal innovativeness)
berhubungan dengan keinginan konsumen untuk mencoba setiap fesyen
baru untuk dikonsumsi, oleh karenanya daya inovatif personal
dianggap sebagai anteseden sikap kognitif konsemen untuk menyerap
dan mengaplikasikan teknologi informasi (Agarwal dan Karahanna,
2000). Para peneliti memandang daya inovatif sebagai sebuah
konstruk pribadi yang dimiliki tiap orang dalam berbagai tingkatan,
karena setiap orang di dalam perjalanan hidupnya mengadopsi
beberapa objek baru dalam konteks pengalaman individu
masing-masing. Berbagai penelitian terkait hubungan antara daya
inovatif konsumen terhadap sikap dan minat penggunaan e-commerce
telah membuktikan adanya pengaruh positif diantara keduanya (Citrin
et al, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Chiu et al (2004)
menguji tentang hubungan antara daya inovatif personal terhadap
minat pembelian di internet. Hasil penelitian menyebutkan bahwa
daya inovatif personal memiliki hubungan yang signifikan dalam
mempengaruhi minat pembelian online. Citrin et al (2000) juga
melakukan penelitian serupa terkait peran daya inovatif konsumen
dalam melakukan online shopping. Hasil yang didapat sama dengan
penelitian yang dilakukan Chiu et al (2004), yaitu daya inovatif
konsumen memiliki hubungan positif terhadap peningkatan minat
belanja online.Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of
use) didefinisikan oleh Davis (1989) sebagai tingkat keyakinan
seseorang bahwa sistem tertentu akan membuatnya bebas dari usaha
yang harus dilakukan. Venkatesh (2003) menilai bahwa kemudahan
penggunaan persepsian menjadi faktor penting dalam mempengaruhi
minat seseorang dalam menggunakan teknologi. Chau (1996) pernah
melakukan penelitian pemodifikasian model TAM dengan menghilangkan
salah satu konstruk asli, yaitu kemudahan penggunaan persepsian.
Hasilnya ia tetap mengakui bahwa kemudahan penggunaan memainkan
peranan penting dalam penggunaan teknologi, namun tidak memiliki
hubungan signifikan secara langsung mempengaruhi minat seseorang
dalam menggunakan teknologi. Dalam aplikasi e-commerce, faktor
kemudahan penggunaan merupakan salah satu komponen penting yang
mempengaruhi minat pengguna (Gefen & Straub, 2000). Penelitian
yang dilakukan Chiu et al (2004) melakukan pengujian pada pengaruh
persepsi kemudahan pembelian terhadap minat pembelian online. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa persepsi kemudahan pembelian
mempengaruhi minat sesorang dalam melakukan pembelian online. Hasil
ini konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Venkatesh dan Davis (1996).Kegunaan persepsian (perceived
usefulness) didefinisikan sebagai tingkat keyakinan seseorang bahwa
menggunakan sistem tertentu dapat meningkatkan kinerjanya (Davis,
1989). Menurut Maharsi dan Mulyadi (2007) kegunaan persepsian
mempengaruhi minat untuk menggunakan teknologi secara langsung.
Gefen dan Straub (2000) menguji signifikansi kemudahan persepsian
pada perilaku minat penggunaan e-commerce dan menemukan hubungan
signifikan saling mempengaruhi diantara keduanya. Kemudahan
penggunaan tersebut akan beroperasi melalui kegunaan persepsian.
Apabila dilihat dari perspektif e-commerce, kegunaan persepsian
juga mempengaruhi sikap konsumen dalam penggunaan teknologi.
Pembelian melalui internet dianggap lebih efisien dalam melakukan
pembelian (Teo dalam Chiu, 2004). Penelitian yang dilakukan Chiu et
al (2004) menunjukkan hasil bahwa kegunaan persepsian mempengaruhi
minat untuk melakukan pembelian secara online. Hasil tersebut
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Taylor dan Todd
(1995) yang menyatakan kegunaan persepsian memiliki hubungan
positif dalam mempengaruhi minat pembelian online (Taylor dan Todd,
1995 dalam Chiu ,2004).Seperti yang dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya, penelitian yang dilakukan Chiu et al (2004) konsisten
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kegunaan
persepsian dan kemudahan penggunaan persepsian dalam mempengaruhi
minat penggunaan e-commerce. Hasil serupa ditunjukkan juga oleh
faktor kesadaran personal akan pentingnya keamanan dan daya
inovatif personal yang dijadikan konstruk tambahan dalam
memodifikasi model TAM pada penelitian tersebut. Penelitian lain
terkait daya inovatif personal seperti yang dilakukan oleh Citrin
et al (2000) mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Chiu et
al (2004). Namun terkait dengan hubungan antara faktor kesadaran
personal akan pentingnya keamanan dalam mempengaruhi minat
penggunaan e-commerce, penelitian yang dilakukan oleh McCloskey
(2003) menunjukkan bahwa faktor keamanan bukanlah hal yang terlalu
signifikan dalam mempengaruhi minat penggunaan e-commerce. Alasan
tersebut yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian kembali
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat menggunakan
e-commerce oleh penggunanya dalam kerangka TAM..Penelitian ini
mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chiu et al
(2004). Penelitian tersebut memasukkan variabel gender sebagai
salah satu parameter pengukuran adanya pengaruh kegunaan
persepsian, kemudahan penggunaan persepsian , kesadaran personal
akan pentingnya keamanan, dan daya inovatif personal terhadap minat
dan sikap pembelian online. Selain itu, penelitian tersebut juga
meneliti pengaruh tidak langsung keempat konstruk diatas dalam
mempengaruhi minat pembelian online melalui sikap pengguna. Berbeda
dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menghilangkan variabel
gender dalam menguji pengaruh kesadaran personal akan pentingnya
keamanan, daya inovatif personal, kegunaan persepsian, dan
kemudahan penggunaan persepsian terhadap minat penggunaan
e-commerce. Lembaga penelitian The Pluto Institute pada tahun 1996
melakukan sebuah penelitian terkait perbedaan gender terhadap
penggunaan teknologi. Hasil penelitian menunjukkan perkembangan
yang semakin pesat di bidang teknologi informasi membuat teknologi
tersebut semakin tidak mengenal perbedaan gender diantara
penggunanya (Haryanto, 2004) . Hal tersebut yang menarik peneliti
untuk tidak memasukkan variabel gender dalam penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan kontribusi terhadap
pengembangan teori Technology Acceptance Model (TAM) khususnya
dalam menambah pengetahuan dan pengembangan modifikasi TAM dalam
penelitian sistem informasi. Atas dasar uraian diatas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Determinan Minat
Keperilakuan Penggunaan E-Commerce : Model Penerimaan Teknologi
Modifikasi.
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang dikemukakan
diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah
sebagai berikut :1. Apakah kesadaran personal akan pentingnya
keamanan berpengaruh terhadap minat penggunaan e-commerce?2. Apakah
daya inovatif personal berpengaruh terhadap minat penggunaan
e-commerce?3. Apakah kegunaan persepsian berpengaruh terhadap minat
penggunaan e-commerce?4. Apakah kemudahan penggunaan persepsian
berpengaruh terhadap minat penggunaan e-commerce?
1.3 Tujuan PenelitianTujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah:1. Menguji pengaruh kesadaran personal akan pentingnya
keamanan terhadap minat penggunaan e-commerce.2. Menguji pengaruh
keinovasian personal terhadap minat penggunaan e-commerce.3.
Menguji pengaruh persepsi kegunaan terhadap minat penggunaan
e-commerce.4. Menguji pengaruh persepsi kemudahan penggunaan
terhadap minat penggunaan e-commerce.
1.4 Kontribusi PenelitianHasil dari penelitian ini nantinya
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi berbagai pihak, antara
lain:1. Kontribusi teoritis Memberikan hasil empiris pada literatur
sistem informasi terkait pengembangan model penerimaan teknologi,
khususnya dalam hal pengaruh kesadaran personal akan pentingnya
keamanan, keinovasian personal, persepsi kegunaan, dan persepsi
kemudahan penggunaan terhadap minat penggunaan e-commerce. 2.
Kontribusi Praktik Menambah informasi dan masukan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi minat keprilakuan penggunaan
e-commerce. Sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi referensi
dalam pengembangan e-commerce sebagai media transaksi bisnis masa
depan. 3. Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan tambahan pengetahuan
mengenai pengembangan penelitian di bidang e-commerce, khususnya
yang berkaitan dengan modifikasi model penerimaan teknologi.
1.5 Sistematika PembahasanSebagai gambaran umum dan untuk
memudahkan dalam pembahasan dan penelaahan dimana dapat memberikan
uraian yang lebih terarah dan terperinci, maka skripsi ini disusun
menjadi lima bab. Bab pertama, menguraikan mengenai latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta
sistematika pembahasan.Pada Bab kedua menguraikan secara teoritis
mengenai pandangan dan pendapat-pendapat yang berkaitan dengan
topik yang diteliti dan diambil dari beberapa literatur dan jurnal
ilmiah sebagai landasan penulis dalam melakukan penelitian. Dari
uraian tersebut, maka disusun kerangka konsep pemikiran dan
hipotesis yang akan diajukan. Bab ketiga menjelaskan mengenai
metoda yang digunakan dalam penelitian, yang meliputi metoda
pengumpulan data, populasi dan sampel, variabel penelitian dan
pengukuran penelitian, pengujian hipotesis, dan metoda analisis
data. Bab keempat menguraikan mengenai hasil penelitian dan
analisis data serta pembahasannya berdasarkan metoda penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini. Pada bab kelima menguraikan
mengenai kesimpulan penelitian dari hasil penelitian, keterbatasan
dari penelitian serta saran-saran yang membangun bagi peneliti,
pihak-pihak yang terkait serta penelitian selanjutnya.
Sesuai Technology Acceptance Model (TAM), faktor persepsi
pengguna terhadap manfaat yang diperoleh (perceived usefulness) dan
persepsi pengguna terhadap kemudahan dalam penggunaan (perceived
ease of use) diyakini menjadi dasar dalam menentukan penerimaan dan
penggunaan bermacam-macam teknologi informasi. Bagaimanapun juga
keyakinan ini mungkin tidak sepenuhnya menjelaskan minat pengguna
terhadap munculnya teknologi informasi yang termasuk baru seperti
e-commerce. Oleh karena itu dengan menggunakan Technology
Acceptance Model (TAM) sebagai kerangka teori yang telah
dimodifikasi sesuai dengan TAM yang digunakan oleh Chiu et al
(2004), penelitian ini juga menggunakan faktor kesadaran personal
akan pentingnya keamanan (personal awareness of security) yang
mencerminkan keamanan dan privasi pengguna e-commerce dan juga
Keinovasian personal (personal innovativeness) sebagai faktor yang
mencerminkan keinginan konsumen untuk mencoba setiap fesyen baru
untuk dikonsumsi.
Sehingga sangatlah menarik untuk meneliti Tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi minat menggunakan e-commerce oleh penggunanya
dalam kerangka TAM.
Pengadopsian TAM juga dapat dipadukan dengan dimensi lain dari
penerimaan teknologi (Mathieson et al, 2001; Nugroho)
Davis (1989) pada saat mengenalkan model Technology Acceptance
Model (TAM) mengindikasikan penggunaan sistem informasi sebagai
indikator penting penerimaan suatu teknologi. Model awal TAM
menggunakan kemudahan penggunaan persepsian dan kegunaan
persepsian. Kemudahan serta efisiensi merupakan manfaat yang
ditawarkan oleh online shopping. Kedua manfaat yang ditawarkan
tersebut terkait dengan kegunaan dan kemudahan penggunaan
persepsian, sehingga kedua konstruk model TAM tersebut diduga
menjadi antecedents dari niat individu untuk melakukan pembelian
online.
Four exogenous constructs namely, personal awareness of
security, personal innovativeness, perceived ease of purchasing,
and perceived usefulness have not only direct influences on
attitudes and online purchase intentions, but also have indirect
influences on online purchase intentions through the mediation of
attitudes.
Penelitian yau li pake gender, tapi yang ini gak. Modifikasi
model TAM.Tam pake 2 tujuan. Tapi ini cuman meneliti 1 aja!
Studies in consumer behaviors view innovativeness as a
personality construct that is possessed, to a greater or lesser
degree, by all consumers, since everyone, in the course of their
lives, adopts some objects that are new in the context of their
individual experience ( Citrin et al. , 2000 ).
Kognitif = pengalamAN
innovativeness pribadi didefinisikan sebagai konsumen yang
mencerminkan keinginan untuk mencoba setiap mode baru konsumsi, dan
dapat oleh karena itu dianggap sebagai pendahuluan untuk kognitif
sikap konsumen untuk teknologi penyerapan informasi dan aplikasi
(Agarwal dan Karahanna, 2000)Personal innovativeness is defined as
a consumer who reflects a willingness to try out any new fashion of
consumption, and it can be therefore regarded as an antecedent for
the consumer cognitive attitude for information technology
absorption and application
Keamanan penggunaan teknologi dipandang memiliki hubungan erat
dengan kepercayaan. Keamanan pembayaran online dan potensi
pengungkapan informasi pribadi kerap menjadi perhatian besar bagi
konsumen dan diyakini sering menjadi hambatan penggunaan
e-commerce. Namun, studi yang dilakukan oleh Mc Closkey (200x)
mengungkapkan Personal awareness of security is conceptualized as
the extent to which consumers believe that the internet is secure
for transmitting sensitive information for business transactions
(kim and shim,2002)
Keamanan pembayaran online dan potensi pengungkapan informasi
pribadi menjadi perhatian besar bagi konsumen dan diyakini hambatan
sering untuk penggunaan e-commerce (3, 17, 36)
peneliti lain telah menemukan bahwa konsumen tidak percaya bahwa
situs belanja online yang responsif atau bahwa mereka mendapatkan
layanan pelanggan yang memadai
Walaupun Chau (1996) dikecualikan asli konstruk persepsi
kemudahan penggunaan dalam model TAM dimodifikasi, ia juga mengakui
bahwa di negara eksplorasi penggunaan teknologi, kemudahan
penggunaan memainkan peranan pentingEven though Chau (1996)
excluded the original construct of perceived ease of use in his
modified TAM model, he also admitted that in the exploratory state
of technology use, ease of use plays an important role.
Penelitian yau li pake gender, tapi yang ini gak. Modifikasi
model TAM.Tam pake 2 tujuan. Tapi ini cuman meneliti 1 aja!
Venkatesh (2000) believes that for any emerging IT/IS, perceived
ease of use is an important determinant of users' intention of
acceptance and usage behavior
From the perspective of e-tail service, perceived usefulness for
online purchases can be defined as the prospective consumer's
subjective probability that using the internet will efficiently
facilitate his or her purchasing ( Koufaris, 2002 ; Taylor and
Todd, 1995a ; Teo, 2001 ).
Tam pake 2 tujuan. Tapi ini cuman meneliti 1 aja!
Kegunaan persepsian menjelaskan sejauh mana seseorang percaya
bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja
pekerjaannya. Sedangkan kemudahan penggunaan persepsian menjelaskan
sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi
akan bebas dari usaha (Davis et al,1989 dalam
jogiyanto)>>uraikan!
kuisionerwould feel secure in providing sensitive information
for purchasing CCP online
it would be no security problem to transmitting sensitive
information online for buying CCp
i feel the risk associated with online purchase was low1