Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Ilmu kedokteran terus berkembang, salah satu perkembangan yang terjadi adalah terbentuknya percabangan ilmu kedokteran. Jika ilmu kedokteran sebelumnya merupakan seni menyembuhkan penyakit ( the art of healing ) yang dilaksanakan oleh dokter yang mampu melayani pasien yang menderita berbagai penyakit, maka kemudian sesuai dengan kebutuhan. Kesehatan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat, maka semua negara berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik- baiknya. Dalam kesempatan ini, tim penyusun akan membahas permasalahan tentang Emerging dan Re-emerging disease. Dimana tim penyusun dituntut membahas permasalahan penyakit- penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyebabkan wabah secara endemik dan pandemik. Penyakit- penyakit ini sangat perlu dikenali secara dini agar para dokter bisa melakukan pengendalian terhadap penyebaran mikroorganisme penyakit tersebut. Dikarenakan kejadian KLB sangat bisa mengganggu produktivitas masyarakat sehingga meningkatkan morbiditas bahkan mortalitas dari suatu negara. Oleh karena itu lah tim penyusun secara khusus akan membahas penyakit- penyakit yang termasuk kategori Emerging dan Re- emerging Disease. 1
44

BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

Dec 04, 2015

Download

Documents

Anisa Putri

re emerging disease
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG

Ilmu kedokteran terus berkembang, salah satu perkembangan yang terjadi

adalah terbentuknya percabangan ilmu kedokteran. Jika ilmu kedokteran sebelumnya

merupakan seni menyembuhkan penyakit ( the art of healing ) yang dilaksanakan oleh dokter

yang mampu melayani pasien yang menderita berbagai penyakit, maka kemudian sesuai

dengan kebutuhan. Kesehatan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat

hidup masyarakat, maka semua negara berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan

yang sebaik- baiknya.

Dalam kesempatan ini, tim penyusun akan membahas permasalahan tentang

Emerging dan Re-emerging disease. Dimana tim penyusun dituntut membahas permasalahan

penyakit- penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyebabkan wabah secara

endemik dan pandemik. Penyakit- penyakit ini sangat perlu dikenali secara dini agar para

dokter bisa melakukan pengendalian terhadap penyebaran mikroorganisme penyakit tersebut.

Dikarenakan kejadian KLB sangat bisa mengganggu produktivitas masyarakat sehingga

meningkatkan morbiditas bahkan mortalitas dari suatu negara. Oleh karena itu lah tim

penyusun secara khusus akan membahas penyakit- penyakit yang termasuk kategori

Emerging dan Re- emerging Disease.

Disamping itu didalam perkembangan ilmu kedokteran yang sangat dinamis sehingga

menuntut mahasiswa/i untuk terus belajar dan menggali ilmu tanpa mengenal waktu, hal itu

sangat diperlukan terhadap mahasiswa/i yang menjadi calon dokter masa depan di negara

Indonesia. Jadi dengan konsep keilmuan yang baik maka lahirlah seorang dokter yang

kompeten dan dipercaya oleh masyarakat, inilah yang merupakan salah satu latar belakang

kami dalam penyusunan makalah.

1

Page 2: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

1. 2 TUJUAN PEMBAHASAN

Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan berguna

bagi para pembaca dan khususnya kepada penyusun sendiri. Dimana tujuannya dibagi

menjadi dua macam yang pertama secara umum makalah ini bertujuan menambah wawasan

mahasiswa/i Fakultas Kedokteran, dimana pemikiran ilmiah sangat dibutuhkan bagi seorang

dokter agar mampu menganalisis suatu masalah secara tepat dan cepat. Sedangkan secara

khusus tujuan penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut :

1. Mampu mengetahui dan memahami definisi Emerging dan Re- Emerging Disease.

2. Mampu mengetahui dan memahami jenis- jenis penyakit Emerging dan Re-

Emerging.

3. Mampu mengetahui dan memahami

4. Mampu mengetahui dan memahami

5. Mampu mengetahui dan memahami

6. Mampu mengetahui dan memahami

2

Page 3: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 SKENARIO

SKENARIO- 2

EMERGING DISEASE

Tim Universitas Negeri Manado (UNIMA) Choir akhirnya kembali ke Indonesia, setelah

seluruh anggota tim dinyatakan bebas dari penyebaran virus H1N1 atau flu dikenal dengan

flu babi, saat berlaga pada 2nd Asian Choir Games, Gyeongnam, Korea Selatan, 7-17 Juli

2009.

UNIMA Choir sendiri selama mengikuti lomba itu berada di INJE University Dormitory,

Gimhae. Tak hanya UNIMA, beberapa tim lainnya, seperti tim Elfa’s Music School,

Gorontalo Choir dan Riau Choir, sempat masuk karantina.

2. 1. 1 KEYWORD

1. Emerging disease : dari kata ini tim penyusun akan membahas permasalahan

untuk menjadi suatu makalah.

3

Page 4: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

2. 2 LEARNING OBJECTIVE

2. 2. 1 EMERGING & RE-EMERGING DISEASE

A. Definisi

Meskipun kemajuan luar biasa dalam penelitian medis dan perawatan selama abad 20,

penyakit menular tetap menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia karena tiga alasan

: (1) munculnya penyakit infeksi baru (emerging disease); (2) munculnya kembali penyakit

menular lama (re-emerging disease), dan (3)intractable infectious disease.

Emerging disease termasuk wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya

atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade

terakhir. 

Re-emerging disease atau yang biasa disebutresurging disease adalah wabah penyakit

menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden dimasa

lampau. Ada beberapa faktor yang menyebabkan dua permasalahan ini selalu muncul hampir

disetiap tahunnya,yaitu :

Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan adaptasi.

Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter).

Perubahan iklim dan lingkungan.

Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat

antimikrobial yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan vaksin.

Pekembangan industri dan ekonomi.

Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu (travel

diseases).

Perang seperti ancaman penggunaan bioterorisme atau senjata biologis.

4

Page 5: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

Emerging viruses merupakan virus yang dalam prosesnya beradaptasi untuk

membentuk host baru dan ‘vice versa’. Contoh dari emerging virus adalah : Myxoma virus

(Rabbitpox), virus influenza dan virus corona. Dapat dikatakan emerging virus karena :

Merupakan penampakan virus baru dalam sebuah populasi.

Berkembang secara cepat dalam membentuk host baru dengan meningkatkan

korespondensi dalam deteksi penyakit.

Evolusi Virus.

Mutasi

Rekombinasi

Seleksi

B. Etiologi

Sudah banyak microbial agent (virus, bakteri, jamur) yang telah terindikasi

menyebabkan wabah penyakit bagi manunsia dan juga memiliki karakteristik untuk

mengubah pola penyakit tersebut sehingga menyebabkan wabah penyakit yang baru. Seperti

yang dirilis dalam National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) yang

membagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu :

1. Grup I : Pathogen baru yang diakui dalam 2 dekade terakhir.

2. Grup II : Re-emerging pathogen.

3. Grup III : Pathogen yang berpontesial sebagai bioterorisme.

Peningkatan dan penguatan di bidang pemantauan kesehatan masyarakat (public

health surveillance) sangat penting dalam deteksi dini dan penatalaksaanemerging dan re-

emerging disease ini. Pemantauan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan fungsi

laboratorium klinis dan pathologis, pendekatan secara epidemiologi dan kesehatan

masyarakat juga diperlukan dalam deteksi cepat terhadapat emerging dan re-emerging

disease.

5

Page 6: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

C. Surveilance

WHO telah merekomendasikan kepada setiap negara dengan sebuah sistem

peringatan dini (early warning system) untuk wabah penyakit menular dan

sistemsurveillance untuk emerging dan re-emerging disease khususnya untuk wabah

penyakit pandemik. Sistem surveillance merujuk kepada pengumpulan, analisis dan

intrepretasi dari hasil data secara sistemik yang akan digunakan sebagai rencana

penatalaksaan (pandemic preparedness) dan evaluasi dalam praktek kesehatan masyakarat

dalam rangka menurunkan angka morbiditas dan meningkatkan kualitas kesehatan(Center for

Disease Control and Prevention/CDC).

Contoh sistem surveillance ini seperti dalam kasus severe acute respiratory

syndrome (SARS), dimana salah satu aktivitas di bawah ini direkomendasikan untuk harus

dilaksanakan yaitu :

1. Komprehensif atau surveillance berbasis hospital (sentinel) untuk setiap individual

dengan gejala acute respiratory ilness ketika masuk dalam rumah sakit.

2. Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute respiratory

ilness di dalam komunitas.

3. Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute respiratory

ilness di lingkup rumah sakit.

4. Memonitor distribusi penggunaan obat antiviral untuk influenza A , obat

antrimicrobial dan obat lain yang biasa digunakan untuk menangani kasus acute

respiratory ilness.

Fungsi utama dari sistem surveillance ini adalah : (1)Menyediakan informasi seperti

pemantauan secara efektif terhadap distribusi dan angka prevalensi, deteksi kejadian luar

biasa, pemantauan terhadap intervensi, dan memprediksi bahaya baru; (2)Melakukan

tindakan dan intervensi. Sehingga diharapkan munculnya kejadian luar biasa yang bersifat

6

Page 7: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

endemik, epidemik dan pandemik dapat dihindari dan mengurangi dampak merugikan akibat

wabah penyakit tersebut. Tindak lanjut dari hasil surveillance ini adalah pembuatan

perencanaan atau yang lebih dikenal dengan pandemic preparedness. WHO

merekomendasikan prinsip-prinsip penatalaksaan pandemic preparedness seperti yang tertera

di bawah ini :

1. Perencanaan dan koordinasi antara sektor kesehatan, sektor nonkesehatan, dan

komunitas.

2. Pemantauan dan penilaian terhadap situasi dan kondisi secara berkelanjutan.

3. Mengurangi penyebaran wabah penyakit baik dalam lingkup individu, komunitas dan

internasional.

4. Kesinambungan penyediaan upaya kesehatan melalui sistem kesehatan yang

dirancang khusus untuk kejadian pandemik.

5. Komunikasi dengan adanya pertukaran informasi-informasi yang dinilai relevan.

Tindak lanjut dari hasil surveillance ini adalah pembuatan perencanaan atau yang

lebih dikenal dengan pandemic preparedness. WHO merekomendasikan prinsip-prinsip

penatalaksaan pandemic preparedness seperti yang tertera di bawah ini :

1. Perencanaan dan koordinasi antara sektor kesehatan, sektor nonkesehatan, dan

komunitas.

2. Pemantauan dan penilaian terhadap situasi dan kondisi secara berkelanjutan.

3. Mengurangi penyebaran wabah penyakit baik dalam lingkup individu, komunitas dan

internasional.

4. Kesinambungan penyediaan upaya kesehatan melalui sistem kesehatan yang

dirancang khusus untuk kejadian pandemik.

5. Komunikasi dengan adanya pertukaran informasi-informasi yang dinilai relevan.

7

Page 8: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

D. Jenis- Jenis Penyakit

Virus RNA

1) Avian Influenza in Humans (Flu Burung)

Virus influenza merupakan virus RNA yang termasuk dalam family

Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen

yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza mempunyai selubung yang

terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Viru ini mempunyai spikes (tonjolan) yang

digunakan untuk menempel pada reseptor yang spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat

menginfeksi sel. Terdapat dua jenis spikes yaitu yang mengandung hemaglutinin dan

neuraminidase yang terletak di bagian luar virion. Virus influenza mempunyai 4 jenis

antigen yang terdiri dari protein nukleokapsid, hemaglutinin, neuraminidase, dan protein

matriks.

Berdasarkan jenis antigen nukleokapsid dan matriks protein virus influenza

digolongkan menjadi virus influenza A, B dan C.

- Virus influenza A sngat penting dalam bidang kesehatan karena sangat

pathogen baik bagi manusia ataupun hewan yang menyebabkan angka

kematian dan kesakitan meningkat diseluruh dunia. Virus ini sering

menimbulkan pandemic karena mudahnya bermutasi baik berupa antigenic

drift ataupun antigenic shift sehingga membentuk varian baru yang lebih

pathogen.

- Virus influenza B adalah jenis virus yang hanya menyerang manusia dan

jarang sekali atau tidak menyebabkan wabah pandemic.

8

Page 9: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

- Virus influenza C bisa menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang,dan

sama jarang sekali atau tidak menyebabkan wabah pandemic.

Penularan atau transmisi dari virus influenza secara umum dapat terjadi melalui

inhalasi, kontak langsung ataupun kontak tidak langsung. Kekhawatiran yang muncul

dikalangan ahli genetika antara virus influenza burung dengan virus influenza manusia

terjadi rekombinasi genetic, sehingga dapat menular antara manusia. Ada dua

kemungkinan yang dapat menghasilkan subtype baru dari H5N1 yang dapat menular

antara manusia ke manusia adalah :

- Virus dapat menginfeksi manusia dan mengalami mutasi sehingga virus tersebut

dapat beradaptasi untuk mengenali linkage RNA pada manusia atau virus burung

tersebut mendapatkan gen dari virus influenza manusia sehingga dapat

bereplikasi secara efektif didalam el manusia.

- Jenis virus, baik avian ataupun vrus influenza tersebut dapat secara bersamaan

menginfeksi manusia sehingga terjadi ‘mix’ atau rekombinasi genetic, sehingga

menghasilkan strain virus baru yang sangat virulen bagi manusia.

Patogenesis. Mutasi genetic virus Avian influenza sering kali terjadi sesuai dengan

kondisi dan lingkungan replikasinya. Mutasi gen ini tidak saja untuk mempertahankan

diri tetapi juga dapat meningkatkan sifat patogenisitasnya. Penelitian terhadap virus

H5N1 yang diisolasi dari pasien yang terinfeksi, menunjukan bahwa mutasi genetic pada

posisi 627 dari gen PB2 yang mengkod ekspresi polymerase basic protein telah

menghasilkan highly cleavable hemaglutinin glycoprotein yang merupakan factor

virulensi yang dapat meningkatkan aktivitas replikasi virus H5N1 dalam sel hospesnya.

Infeksi viru H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes setelah terjadi penempelan

9

Page 10: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel hospesnya. Virion akan

menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan materi genetiknya didalam inti

sel hospesnya, dan dengan menggunakan mesin genetic dari sel hospesnya, virus dapat

bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan virion ini dapat menginfeksi kembali sel-

sel di sekitarnya. Dari beberapa hasil pemeriksaan terhadap specimen klinik yang

diambil dari penderita ternyata avian influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel

nasofaring dan didalam sel gastrointestinal. Virus H5N1 ini juga dapat ditemukan di

dalam darah, cairan cerebrospinal dan tinja pasien (WHO, 2005). Fase penempelan

(attachment) adalah fase yang paling menentukan apakah virus bisa masuk atau tidak

kedalam sel hospesnya untuk melanjutkan replikasinya.

Gejala Klinik. Masa inkubasi virus H5N1 yaitu sekitar 2-4 hari setelah terinfeksi,

namun berdasarkan hasil laporan belakangan ini masa inkubasinya bsa mencapai antara

4-8 hari. Sebagian pasien memperlihatkan gejala awal berupa demam tinggi (>380 C)

dan gejala flu serta kelainan saluran nafas. Gejala lain yang dapat timbul adalah diare,

muntah, sakit perut, sakit pada dada, hipotensi, dan juga dapat terjadi perdarahan dari

hidung dan gusi. Gejala sesak nafas mulai muncul setelah 1minggu berikutnya. Gejala

klinik dapat memburuk dengan cepat yang biasanya ditandai denganpneumonia berat,

dyspnea, tachypnea, gambaran radiograpgy yang abnormal seperti diffuse, multifocal,

patchy infiltrate, interstisial infiltrate, dan kelainan segmental atau lobular. Gambaran

lain yang juga sering dijumpai berdasarkan hasil laboratorium adalah leucopenia,,

lymphopenia, trombositopenia, peningkatan aminotransferase, hyperglycemia, dan

peningkatan kreatinin.

10

Page 11: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

Diagnosis Laboratorium. Penderita yang terinfeksi H5N1 pada umumnya dilakukan

pemeriksaan specimen klinik berupa swab tenggorokan dan cairan nasal. Untuk uji

konfirmasi terhadap virus H5N1 harus dilakukan pemeriksaan dengan cara :

a. Mengisolasi virus.

b. Deteksi genom H5N1 dengan metode polymerase Chain Reaction menggunakan

sepasang primer spesifik.

c. Tes imunofluoresensi terhadap antigen menggunakan monoclonal menggunakan

antibody terhadap H5N1.

d. Pemeriksaan adanya peningkatan titer antibody terhadap H5N1.

e. Pemeriksaan dengan metode western blotting terhadap H5 spesifik. Untuk

diagnosis pasti, salah satu atau beberapa dari uji konfirmasi tersebut diatas harus

dinyatakan positif.

Terapi dan Manajemen. Terdapat 4 jenis obat antiviral untuk pengobatan ataupun

pencegahan terhadap influenza, yaitu amantadine, rimantadine, zanamivir, dan

oseltamivir (tamiflu). Mekanisme kerja amantadine dan rimantadine adalah menghambat

replikasi virus. Namun demikian obat ini sudah tidak mempan lagi untuk membunuh

virus H5N1 yang saat ini beredar luas. Kedua obat ini hanya efektif untuk influenza tipe

A. Sedangkan zanamivir dan oseltamivir merupakan inhibitor neuraminidase. Diketahui

bahwa neuraminidase ini diperlukan oleh virus H5N1 untuk lepas dari sel hospes pada

fase budding sehingga membentuk virion yang infektif. Bila neuraminidase ini dihambat

oleh oseltamifir atau zanamivir, maka replikasi virus tersebut dapat dihentikan.

Zanamivir dan oseltamivir ini efektif untuk influenza tipe A dan B, dan kedua obat ini

sedikit menimbulkan toksisitas.

11

Page 12: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

2) Swine Influenza (Flu Babi)

- Penyakit pernafasan akut yang sangat menular diantara babi.

- Disebabkan oleh satu dari beberapa virus swine influenza A : H1N1, H1N2,

H3N1, H3N2.

- Morbiditas cukup tinggi.

- Mortalitas rendah(1-4%).

- Virus menyebar diantara babi dengan cara aerosols, Kontak langsung dan

tidak langsung, dan oleh asymptomatic carrier pigs.

Genus dari virus ini adalah influenza virus type A, dimana virus influenza tipe A ini

mampu menjangkiti manusia, babi, musang, dan unggas. Penamaan virus influenza

didasarkan pada struktur permukaan dari virus tersebut. H, dimaksudkan untuk

menunjukan protein Hemaglutinasi dan N menunjukan protein Neurominidase. Selama

ini, telah ditemukan 16 subtype H dan 9 subtype N. kombinasi antara keduanya akan

menghasilkan 144 jenis subtype virus influenza, seperti H1N1, H1N2, H1N3,…sampai

dengan H16N9. Menurut hasil penelitian para ahli, virus yang paling berbahaya adalah

H1N1, H2N3, H5N1, dan H7N1. Berdasarkan WHO update (30 April 2009), sebenarnya

pandemi ini sudah pernah terjadi pada saat perang dunia I. Dimana pada saat itu para

tentara Spanyol yang menjajah Mexico adalah pembawa virus ini pertama kali. Pada saat

itu wabah tersebut dinamakan Spanish Influenza, kejadian-kejadian serupa juga terjadi di

tahun-tahun berikutnya di berbagai Negara seperti Hongkong dan Jepang (1970),

Thailand (1983), Amerika (1998), dan Mexico (2009). Kejadian-kejadian wabah

influenza lebih sering disebabkan oleh hewan, baik hewan ternak (babi dan unggas)

ataupun hewan liar (musang dan unggas liar). Kejadian yang sekarang ini disebabkan

oleh babi, pada babi virus ini akan bermutasi dan menata diri yang kemudian dapat

12

Page 13: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

menjangkiti manusia. Jumlah kasus yang terjadi di Indonesia menurut data terakhir

mencapai 420 kasus. Untuk kasus yang terjadi di Indonesia memang tidak terbukti

bahwa babi sebagai penyebab utama. Diduga penularan melalui antar manusia, walaupun

hal ini kerap dibantah oleh Dinas Kesehatan. Pembawa virus ini juga diduga berasal dari

mobilitas orang-orang yang masuk ke Indonesia dari Negara yang terkena wabah seperti

Mexico. Masa inkubasi virus ini adalah sekitar 1-7 hari, masa penularan satu hari

sebelum sakit, dan 7 hari sesudah sakit (onset ).

Cara penularan. Adalah dengan cara kontak langsung dengan penderita karena

berbicara ataupun percikan batuk atu bersin, dan atau kontak dengan benda yang

terkontaminasi dengan virus H1N1. Secara operasional Definisi kasus ‘swine influenza’

dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Suspek

Seseorang dengan gejala infeksi pernapasan akut (demam ≥ 38oC) mulai dari

yang ringan (Influenza like Illnes) sampai dengan Pneumonia, ditambah salah

satu keadaan di bawah ini :

o Dalam 7 hari sebelum sakit, pernah kontak dengan kasus konfirmasi

swine influenza (H1N1)

o Dalam 7 hari sebelum sakit pernah berkunjung ke area yang terdapat satu

atau lebih kasus konfirmasi Swine influenza (H1N1)/ Flu Meksiko.

2. Probabel

Seseorang dengan gejala di atas disertai dengan hasil pemeriksaan laboratorium

positif terhadap Influenza A tetapi tidak dapat diketahui subtypenya dengan

13

Page 14: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

menggunakan reagen influenza musiman. Atau Seseorang yang meninggal karena

penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang tidak diketahui penyebabnya dan

berhubungaan secara epidemiologi (kontak dalam 7 hari sebelum onset) dengan

kasus probable atau konfirmasi.

3. Konfirmasi

Seseorang dengan gejala di atas sudah dikonfirmasi laboratorium swine influenza

(H1N1)/ Flu Meksiko dengan pemeriksaan satu atau lebih test di bawah ini :

- Real time RT PCR

- Kultur virus

- Peningkatan 4 kali antibody spesifik swine influenza (H1N1) / Flu

Meksiko dengan netralisasi tes.

- Sampai saat ini antivirus yang masih sensitif adalah Oseltamivir dan

Zanamivir, sedangkan Amantadine dan Rimantadine sudah resisten.

Penderita yang terjangkit virus flu babi mempunya ciri-ciri (WHO) :

- Panas demam yang tinggi diatas 39 derajat C

- Nyeri di persendian

- Hidung berair yang tak seperti biasanya karena paru-paru berair.

Vaccine untuk Swine Influenza:

- Saat ini tidak tersedia.

- Vaccine untuk influenza (Seasonal flu) tidak diketahui efektivitasnya

untuk mencegah swine flu.

14

Page 15: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

- Virus Influenza A sangat cepat bermutasi.

Pencegahan.

- Hindari babi yang sedang sakit dan orang yang sedang menderita demam

dan gejala influenza lainnya.

- Hygiene yang baik: Cuci tangan dengan sabun sesering mungkin.

- Virus swine influenza mati dengan memanaskan pada suhu 70°C.

- Lakukan kebiasaan hidup sehat: cukup istirahat, makanan berimbang,

lakukan aktivitas fisik cukup.

Diagnosis (Pada anak dan dewasa). Diagnosis influenza A baru H1N1 ditegakkan

berdasarkan kriteria klinis berupa gejala Influenza Like Ilness (ILI) yaitu demam

dengan suhu > 380C, batuk, pilek, nyeri otot dan nyeri tenggorok. Gejala lain yang

mungkin menyertai adalah sakit kepala, sesak napas, nyeri sendi, mual, muntah dan

diare. Pada anak gejala klinis dapat terjadi fatique. Diagnosis influenza A baru H1N1

dengan RT-PCR dilakukan hanya untuk pasien yang dirawat, kluster dan kasus-kasus

influenza yang tidak lazim (unusual). Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada

pasien yang dirawat (criteria sedang dan berat).

- Laboratorium : darah perifer lengkap, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, gula

darah sewaktu.

- Radiologi: foto toraks.

- Pemeriksaan lainnya tergantung indikasi.

15

Page 16: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

- Pada darah perifer lengkap bila ditemukan leukopenia dan trombositopenia

dapat memperkuat diagnosis namun bila tidak ditemukan leukopenia dan

trombositopenia tidak menyingkirkan diagnosis.

- Diagnosis influenza A baru H1N1 secara klinis dibagi atas kriteria ringan,

sedang dan berat.

- Kriteria ringan yaitu gejala ILI, tanpa sesak napas, tidak disertai pneumonia dan

tidak ada faktor risiko.

- Kriteria sedang gejala ILI dengan salah satu dari kriteria: faktor risiko,

penumonia ringan (bila terdapat fasilitas foto rontgen toraks) atau disertai

keluhan gastrointestinal yang mengganggu seperti mual, muntah, diare atau

berdasarkan penilaian klinis dokter yang merawat.

- Kriteria berat bila dijumpai kriteria yaitu pneumonia luas (bilateral, multilobar),

gagal napas, sepsis, syok, kesadaran menurun, sindrom sesak napas akut

(ARDS) atau gagal multi organ.

- Kelompok risiko tinggi pada dewasa adalah faktor yang dapat memperberat

keadaan yaitu penyakit paru kronik (asma, penyakit paru obstruksi kronis

(PPOK)), kehamilan, obesitas, penyakit kronik lainnya (penyakit jantung,

diabetes mellitus, gangguan metabolik, penyakit ginjal, hemoglobinopati,

penyakit immunosupresi, gangguan neurologi), malnutrisi dan usia > 65 tahun.

- Kelompok risiko tinggi pada anak adalah :

Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Influenza A Baru H1N1 :

- Anak berusia kurang dari 5 tahun.

16

Page 17: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

- Anak atau remaja (usia 6 bulan – 18 tahun) yang mendapat terapi aspirin jangka

panjang dan berisiko mengalami sindrom Reye setelah mendapat infeksi virus

influenza.

- Anak dengan penyakit paru kronik (asma, bronkiektasis, dysplasia

bronkopulmonal), penyakit jantung, ginjal dan hati, penyakit neuromuskular

kronik (sindrom down, CP spastic, delayed development, miastenia gravis).

- Anak dalam keadaan imunokompromais (keganasan, anemia aplastik,dalam

terapi imunosupresi atau HIV), diabetes mellitus, hipertensi, obesitas dan

tinggal di rumah perawatan dan fasilitas perawatan kesehatan lainnya.

- Kriteria pneumonia berat pada dewasa yaitu bila dijumpai salah satu atau lebih

kriteria minor atau mayor.

- Kriteria minor yaitu Frekuensi napas > 30 /menit, foto toraks paru menunjukkan

kelainan bilateral atau melibatkan 2 lobus, tekanan sistolik < 90 mmHg, tekanan

diastolik 4 jam (septik syok), kreatinin serum >2 mg/dl atau peningkatan >2

mg/dl, pada penderita penyakit ginjal atau gagal ginjal yang membutuhkan

dialisis, PaO2/FiO2 kurang dari 300

mmHg.

- Kriteria pneumonia pada anak yaitu gejala ILI dan frekuensi napas yang cepat

(frekuensi napas sesuai usia) dan/atau terdapat kesukaran bernapas yang

ditandai dengan retraksi sela iga, retraksi epigastrium, retraksi suprasternal,

retraksi subkostal (chest indrawing) atau napas cuping hidung.

3) SARS – Severe Acute Respiratory Syndrome

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Sindroma Pernapasan

sangat akut adalah penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini

17

Page 18: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

belum diketahui pasti penyebabnya. Penyakit ini dicurigai pertaman kali timbul di

provinsi Guangdong, RRC. Diketahui penyakit SARS ini mempunyai tingkat

penularan yang tinggi terutama diantara petugas kesehatan yang selanjutnya

menyebar ke anggota keluarga dan pasien – pasien Rumah Sakit. Angka kematian

diantara penderita (CFR) diketahui sekitar 4%. Dan hingga saat ini SARS dilaporkan

telah menyebar di berbagai negara ditandai dengan ditemukannya penderita yang

dicurigai SARS. Dengan kenyataan diatas maka pada tanggal 15 Maret 2003, WHO

menetapkan SARS merupakan ancaman kesehatan global (Global Threat) yang harus

mendapat perhatian dari semua negara di dunia. Indonesia merupakan negara

kepulauan dengan wilayah yang luas dan berbatasan dengan negara – negara

terjangkit dan negara tempat ditemukannya penderita SARS. Keadaan ini menjadi

ancaman terhadap masuknya penyakit ini ke wilayah Indonesia dan didukung oleh

banyaknya jalur transportasi langsung dengan daerah – daerah di Indonesia.

Agar ancaman masuknya penyakit SARS dapat dicegah dan atau diminimalisir serta

penyebaran lebih lanjut di masyarakat tidak terjadi bila masuk ke Indonesia maka

perlu ada pedoman penanggulangan terhadap penyakit SARS. Karena merupakan

penyakit yang baru, dimana belum ada pedoman penanggulangannya maka dipandang

perlu segera dibuat pedoman penanggulangan yang dapat digunakan sebagai acuan

oleh setiap petugas kesehatan dalam bertindak.

Epidemiologi. Pertama kali ditemukan di Asia pada pertengahan Februari,

SARS telah menyerang lebih dari 450 orang di 3 benua dan menyebabkan pnemonia

berat pada sebagian besar pengidap. Data terakhir yang dikumpulkan oleh WHO

menunjukkan kecenderungan penyakit tersebut telah meluas di seluruh dunia.

18

Page 19: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

Etiologi. Etiologi SARS saat ini masih menjadi bahan penelitian para ahli. Penelitian

saat ini mengarah kepada Coronavirus, walaupun tipe lain yaitu Paramyxovirus juga

dipikirkan menjadi penyebab SARS. Para ahli juga memikirkan kemungkinan SARS

disebabkan oleh infeksi ganda oleh 2 virus baru yang bekerja secara simbiosis sehingga

menyebabkan klinis yang berat pada manusia.

Coronavirus. Coronavirus memiliki bentuk bundar, ukuran 100-150 nm terdiri dari

RNA rantai tunggal. Dua bentuk tipe coronavirus manusia yang telah diidentifikasi adalah

strain 229E yang telah diisolasi dari kultur sel seperti fibroals sel paru-paru embrional, dan

strain OC43 yang diisolasi dari kultur organ. Studi pada pasien dewasa, coronavirus dijumpai

pada 4 – 15 % penyakit respirasi akut dengan puncak hingga 35%. Pada anak-anak dijumpai

pada 8 % dengan puncak hingga 20%. Masa inkubasi berkisar 2 – 4 hari, lebih lama daripada

rhinovirus. Untuk diagnosis serologis dengan spesimen serum, tes fiksasi komplemen dan

ELISA dapat mendeteksi baik strain 229E maupun OC43. Pemeriksaan hemagglutination-

inhibition dapat juga digunakan untuk diagnosis serologis untuk grup OC43.

Parainfluenzavirus. Parainfluenza virus adalah penyebab penting penyakit infeksi

saluran nafas bawah pada anak, yang merupakan penyebab utama croup

(laringotrakeobronkitis akut) dan penyebab kedua terbanyak penyakit saluran nafas

bawah akut pada bayi-bayi yang dirawat setelah RSV. Parainfluenza virus merupakan

genus Paramyxovirus, berbentuk pleomorfik, berukuran 150 – 200 nm, mengandung

genom RNA rantai tunggal. Pada manusia virus ini diidentifikasi menjadi 4 tipe.

Parainfluenza virus tersebar di seluruh dunia dan hampir semua orang dewasa pernah

terkena selama masa anak-anak. Virus ini menyebar dari orang ke orang melalui

sekret yang terinfeksi.

19

Page 20: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

Diagnosis serologis dapat dilakukan dengan cara tes fiksasi komplemen,

ELISA, netralisasi dan hemagglutin-inhibisi. Masa inkubasi SARS adalah 2 – 7 hari,

beberapa mengatakan sampai 10 hari. Terdapat 2 definisi kasus klinis SARS menurut

WHO yaitu :

1. Suspected case :

Temperatur tubuh > 38 ° C DAN

Satu atau lebih gejala gangguan saluran pernafasan ( batuk, nafas

pendek, sulit nafas, hipoksia, atau gambaran radiologis berupa

pnemonia atau sindrom distress pernafasan akut ) DAN

Bepergian dalam 10 hari saat onset gejala ke daerah yang tercatat atau

diduga terdapat transmisi SARS ATAU kontak erat dalam 10 hari

dengan penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang

bepergian ke daerah SARS atau orang yang diketahui merupakan

suspect case.

Kontak erat didefinisikan sebagai : orang yang merawat, tinggal

serumah, atau kontak langsung dengan cairan saluran nafas dan/atau

cairan tubuh dari penderita SARS.

2. Probable case :

Suspect case dengan disertai dengan gambaran foto rontgen dada

sesuai pneumoni atau respiratory distress syndrome (RDS) ATAU

Suspect case yang meninggal dengan penyebab penyakit respiratorik

yang tidak dapat diterangkan penyebabnya, pada pemeriksaan autopsi

20

Page 21: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

didapatkan hasil pemeriksaan patologi sesuai dengan RDS yang tidak

dapat diidentifikasi penyebabnya.

Gejala tambahan. Selain demam dan gejala respiratorik, SARS dapat disertai

dengan gejala lain seperti kaku otot, nafsu makan menurun, lesu, bingung

(confusion), ruam kulit dan diare. Banyak kasus pada awalnya mengeluh nyeri

kepala hebat, dizzines, dan demam tinggi selama perjalanan penyakit. Pada kasus

tertentu terjadi perubahan keadaan umum memburuk secara cepat sejalan dengan

penurunan saturasi oksigen dan gejala acute respiratory distress, sehingga

membutuhkan bantuan ventilator. Sepuluh persen di antaranya memerlukan

perawatan di Unit Perawatan Intensif.

Pemeriksaan Penunjang. (1) Foto rontgen dada. Terdapat gambaran foto yang

khas, dimulai dengan gambaran unilateral , patchy shadowing, apabila keadaan

pasien memburuk dalam waktu 1-2 hari, terjadi infiltrat interstitial/confluent

bilateral dan menyeluruh. Namun kadang-kadang pada beberapa kasusu gambaran

patchy pada goto toraks tidak tidak tampak. Pada akhir perjalanan penyakit

beberapa pasien mengalami Adult Respiratory Distress Syndrome (ADRS); (2)

Laboratorium : pada awalnya gambaran darah tepi normal, tetapi pada hari ke 3-4

sakit, umumnya dijummpai limfoni (>50% kasus) dan Trombositopenia; Enzim

hati meningkat, dan nilai PT dan PTT abnormal; Peningkatan kadar kreatinin

fosfokinase dan CRP terjadi pada beberapa kasus

Terapi. Regimen terapi meliputi beberapa antibiotik untuk mengobati bakteri yang

telah diketahui pada pnemonia atipik. Di beberapa lokasi, terapi juga meliputi

antivirus seperti oseltamivir atau ribavirin. Steroid diketahui juga diberikan secara

21

Page 22: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

oral atau intravena pada pasien bersama dengan ribavirin dan antimikroba lainnya.

Sampai saat ini terapi yang paling efektif belum diketahui.

E. Epidemiologi

virus :

Virus Ebola : Wabah pertama terjadi pada tahun 1976 dan penemuan virus itu dilaporkan

pada tahun 1977 . Kasus adat telah dikonfirmasi di empat negara di Afrika ( Côte d' Ivoire,

Republik Demokratik Kongo , Gabon dan Sudan ) . Melalui Juni 1997, 1 054 kasus telah

dilaporkan ke WHO , 754 di antaranya terbukti fatal. Kera yang terinfeksi dengan strain Asia

Ebola yang diimpor dari Filipina ke Amerika Serikat pada tahun 1989 dan 1990 , dan ke

Italia pada tahun 1992 . Regangan Asia ini , Ebola Reston - , tampaknya tidak menyebabkan

penyakit pada manusia .

Human immunodeficiency virus ( HIV ) : Virus yang menyebabkan AIDS pertama kali

diisolasi pada tahun 1983 . Pada awal Juni 1998 , jumlah kasus AIDS yang dilaporkan ke

WHO oleh otoritas nasional sejak awal epidemi ini dekat dengan 1,9 juta . Namun,

diperkirakan bahwa , sejak awal epidemi , 30.600.000 orang di seluruh dunia telah terinfeksi

HIV dan hampir 12 juta telah meninggal karena AIDS atau penyakit terkait AIDS .

Hepatitis C : Diidentifikasi pada tahun 1989 , virus ini sekarang dikenal sebagai penyebab

paling umum pasca transfusi hepatitis di seluruh dunia , dengan sekitar 90 % dari kasus di

Jepang , Amerika Serikat dan Eropa Barat . Sampai dengan 3 % dari populasi dunia

diperkirakan terinfeksi , di antaranya 170 juta adalah pembawa kronis berisiko terkena sirosis

hati dan / atau kanker hati .

Virus Influenza A ( H5N1 ) : virus influenza ini adalah patogen terkenal di burung tapi

diisolasi dari kasus manusia untuk pertama kalinya pada tahun 1997 . Munculnya influenza

22

Page 23: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

manusia A ( H5N1 ) pada awalnya mengikuti skenario kemungkinan pandemi influenza

berikutnya diharapkan tapi , dalam acara tersebut , virus ditularkan buruk dan penyebaran

virus tampaknya telah terkandung pada tahun 1997 .

bakteri :

Legionella pneumophilia : Deteksi bakteri pada tahun 1977 menjelaskan wabah pneumonia

berat di pusat konvensi di Amerika Serikat pada tahun 1976 dan sejak saat itu telah dikaitkan

dengan wabah terkait dengan kurang terpelihara sistem pendingin udara.

Escherichia coli O157 : H7 : Terdeteksi pada tahun 1982 , bakteri ini biasanya ditularkan

melalui makanan yang terkontaminasi dan menyebabkan wabah sindrom uremik hemolitik di

Amerika Utara , Eropa dan Jepang . Sebuah wabah meluas di Jepang pada tahun 1996

menyebabkan lebih dari 6 000 kasus di antara anak-anak sekolah , di antaranya dua

meninggal . Selama wabah tunggal di Skotlandia pada tahun 1996 , 496 orang jatuh sakit , di

antaranya 16 meninggal .

Burgdorferi Borrelia : Terdeteksi di Amerika Serikat pada tahun 1982 dan diidentifikasi

sebagai penyebab penyakit Lyme , bakteri ini sekarang dikenal menjadi endemik di Amerika

Utara dan Eropa dan ditularkan ke manusia oleh kutu .

Vibrio cholerae O139 : Pertama terdeteksi pada tahun 1992 di India , bakteri ini telah

dilakukan sejak dilaporkan di 7 negara di Asia . Munculnya serotipe baru memungkinkan

organisme untuk terus menyebar dan menyebabkan penyakit bahkan pada populasi dilindungi

oleh antibodi yang dihasilkan sebagai respon terhadap paparan sebelumnya untuk serotipe

lain dari organisme yang sama .

Resistensi antimikroba : Masalah kesehatan masyarakat lain yang muncul adalah jumlah

berkembang pesat bakteri menjadi resisten terhadap berbagai peningkatan antibiotik . Di

23

Page 24: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

banyak daerah , biaya rendah , antibiotik pilihan pertama telah kehilangan kekuasaan mereka

untuk membersihkan infeksi Escherichia coli , Neisseria gonorrhea , Pneumococcus , Shigella

, Staphylococcus aureus - meningkatkan biaya dan lamanya pengobatan banyak penyakit

yang umum termasuk penyakit diare epidemi , gonore , pneumonia dan otitis . Masalah lebih

lanjut berasal dari penggunaan bahan antimikroba dalam produksi makanan hewan .

re - emerging

Penyakit menular Re - muncul disebabkan oleh munculnya kembali , dan peningkatan ,

jumlah infeksi dari penyakit yang dikenal , tapi yang sebelumnya menyebabkan begitu

beberapa infeksi yang itu tidak lagi dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat .

Kolera : Kolera telah kembali diperkenalkan ke negara-negara dan benua di mana ia

sebelumnya menghilang , dan di mana ia dapat menyebar karena sistem air dan sanitasi telah

memburuk dan langkah-langkah keamanan pangan yang tidak memadai. Pada tahun 1991 ,

pandemi kolera 7th mencapai Amerika di mana kolera belum terdaftar selama satu abad .

Pada tahun itu , lebih dari 390 000 kasus telah diberitahu di lebih dari 10 negara Amerika

Selatan , yang secara keseluruhan menyumbang 2/3 dari jumlah kasus diberitahukan di dunia.

Pada tahun 1997 , wabah kolera terutama dipengaruhi Afrika Timur dan , sementara jumlah

keseluruhan telah menurun sejak tahun 1991 , masih ada lebih dari 147 000 kasus yang

dilaporkan secara global pada tahun 1997 . Pada tahun 1998 , penyebaran epidemi di Afrika

timur dan selatan dan wabah baru terjadi di Amerika Selatan .

Demam dengue : Demam berdarah telah menyebar di banyak bagian Asia Tenggara sejak

tahun 1950 dan kembali muncul di Amerika pada 1990-an menyusul penurunan pengendalian

nyamuk aktif dan penyebaran vektor ke daerah perkotaan . Infeksi virus dengue sering

24

Page 25: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

mengakibatkan berdarah demam berdarah ( DBD ) di Asia , tetapi jarang di Amerika sampai

wabah parah di Kuba pada tahun 1981 . Demam berdarah dengue telah menyebar dan selama

epidemi di Amerika Tengah dan Selatan pada tahun 1995-1997 , DBD dilaporkan di 24

negara .

Difteri : Difteri kembali muncul di Federasi Rusia dan beberapa negara republik bekas Uni

Soviet pada tahun 1994 dan mencapai puncaknya pada tahun 1995 dengan lebih dari 50.000

kasus yang dilaporkan . Munculnya kembali dikaitkan dengan penurunan dramatis dalam

program imunisasi menyusul terganggunya pelayanan kesehatan selama masa gelisah segera

setelah break- up dari Uni Soviet . Sejak itu layanan imunisasi telah didirikan kembali ,

membalikkan tren : pada tahun 1996 , 13 687 kasus dilaporkan di Federasi Rusia .

Meningitis meningokokus : meningitis meningokokus terjadi di seluruh dunia tetapi

menghancurkan , epidemi berskala besar terutama telah di daerah Sub - Sahara kering

Afrika , ditunjuk " African meningitis belt " . Sejak pertengahan 1990-an , epidemi di daerah

ini telah pada skala belum pernah terjadi sebelumnya dan epidemi meningitis juga telah

muncul di negara-negara selatan " meningitis belt " . Strain baru Neisseria meningitidis

( serogrup A III.1 clone ) , yang pertama kali terlihat pada tahun 1980 di Nepal dan Cina ,

telah menyebar ke barat dan sekarang telah didiagnosis pada wabah meningitis utama di

Afrika .

Demam Rift Valley ( RVF ) : RVF adalah penyakit zoonosis biasanya mempengaruhi

domba dan sapi di Afrika . Nyamuk adalah sarana utama dimana virus RVF ditularkan antara

hewan dan manusia . Orang kontak dengan hewan yang sakit kadang-kadang menjadi

terinfeksi . Penyakit pada manusia ditandai dengan demam dan myalgia tetapi , dalam

beberapa kasus , berkembang menjadi retinitis , ensefalitis atau perdarahan . Setelah hujan

normal berat di Kenya dan Somalia pada akhir 1997 dan awal 1998 , RVF terjadi di wilayah

25

Page 26: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

yang luas , menghasilkan penyakit pada ternak dan menyebabkan demam berdarah dan

kematian di antara populasi manusia . Luasnya wabah dan tingkat keparahan penyakit itu

mungkin karena banyak faktor , termasuk kondisi iklim , kekurangan gizi , dan , mungkin ,

rute infeksi .

Demam kuning ( YF ) : YF adalah contoh dari penyakit yang vaksin yang efektif ada tetapi ,

karena tidak banyak digunakan di berbagai daerah beresiko , wabah terus terjadi . Ancaman

YF hadir di 33 negara di Afrika dan delapan di Amerika Selatan . Sejak pertengahan 1980-an

telah terjadi peningkatan yang stabil dalam jumlah kasus atau negara melaporkan kasus

( hingga 5 300 per tahun di seluruh dunia ) , namun jumlah sebenarnya dari kasus yang terjadi

bisa banyak kali lebih tinggi , sebagai wabah pada umumnya terjadi di daerah terpencil

daerah dan kehilangan perhatian pelayanan kesehatan . YF biasanya penyakit dari daerah

hutan tropis di mana virus bertahan pada monyet . Manusia membawanya kembali ke desa

mereka dan jika vektor nyamuk cocok hadir , penyakit ini akan menyebar dengan cepat dan

membunuh sebagian besar penduduk , yang tidak memiliki kekebalan.

BAB III

26

Page 27: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

PENUTUP

3. 1 KESIMPULAN

1. Penyakit- penyakit yang termasuk dalam emerging disease antara lain :

Virus Ebola

HIV

Hepatitis C

H5N1

H1N1

Vibrio Cholerae

Dsb

2. Penyakit- penyakit yang termasuk dalam Re-emerging Disease ialah :

Difteri

Demam Dengue

Meningitis menokokkus

Demam Kuning

Demam Rift Valley

Dsb

3. 2 SARAN

27

Page 28: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

Dalam penyelesaian makalah ini kami juga memberikan saran bagi para pembaca dan

mahasiswa yang akan melakukan pembuatan makalah berikutnya :

1. Kombinasikan metode pembuatan makalah berikutnya.

2. Pembahasan secara langsung dengan informasi yang benar- benar up to date.

Beberapa poin di atas merupakan saran dari tim yang dapat diberikan, apabila ada

yang ingin melanjutkan penelitian terhadap makalah ini, dan demikian makalah ini

disusun serta besar harapan nantinya makalah ini dapat berguna bagi para pembaca

khususnya mahasiswa fakultas kedokteran UISU smester VII/2013 dalam menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan.

28

Page 29: BAB I Emerging and Re- Emerging Disease (1)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.who.int/inf-fs/en/fact097.html

29