BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Komponen-komponen kimia yang terkandung didalam senyawa seperti yang terdapat di dalam tumbuh- tumbuhan sangat dibutuhkan oleh keperluan hidup manusia. Dimana seiring dengan berkembangnya zaman, banyak para peneliti farmasi yang mengkaji berbagai tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat dalam hal ini ditinjau berdasarkan jenis zat aktif yang terkandung didalamnya. Zat aktif tersebut kemudian akan diisolasi dan dijadikan sebagai komponen utama dalam sediaan famasi dengan berbagai bentuk sediaan. Komponen tersebut dapat diperoleh dengan metode ekstraksi, dimana ekstraksi merupakan proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari tumbuhan atau biota laut dengan menggunakan pelarut dan metode yang sesuai (Sitty. 1999). Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, ekstraksi dibagi menjadi dua yaitu ekstraksi padat- cair dan ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi cair- cair, bahan yang menjadi analit berbentuk cair dengan pemisahannya menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur sehingga terjadi distribusi 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Komponen-komponen kimia yang terkandung didalam senyawa seperti
yang terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan sangat dibutuhkan oleh keperluan
hidup manusia. Dimana seiring dengan berkembangnya zaman, banyak para
peneliti farmasi yang mengkaji berbagai tumbuhan yang digunakan sebagai
bahan obat dalam hal ini ditinjau berdasarkan jenis zat aktif yang
terkandung didalamnya. Zat aktif tersebut kemudian akan diisolasi dan
dijadikan sebagai komponen utama dalam sediaan famasi dengan berbagai
bentuk sediaan.
Komponen tersebut dapat diperoleh dengan metode ekstraksi, dimana
ekstraksi merupakan proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif
dari tumbuhan atau biota laut dengan menggunakan pelarut dan metode
yang sesuai (Sitty. 1999).
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, ekstraksi dibagi
menjadi dua yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi
cair-cair, bahan yang menjadi analit berbentuk cair dengan pemisahannya
menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur sehingga terjadi
distribusi sampel di antara kedua pelarut terebut. Pendistribusian sampel
dalam kedua pelarut tersebut dapat ditentukan dengan perhitungan KD
(koefisien distribusi). Sedangkan ekstraksi padat-cair terdiri atas ekstraksi
panas dan dingin.
Jarak (Ricinus communis), kemiri (Aleurites moluccana), Kunyit
(Curcuma domestica) adalah tumbuhan yang telah diekstraksi padat cair
sehingga mendapatkan ekstrak. Dimana ektrak ini berperan penting dalam
menentukan senyawa yang terkandung didalam tumbuhan tersebut. Dan
dengan adanya ekstraksi cair-cair maka identifikasi yang akan dilakukan
enjadi lebih mudah. Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka
dilakukanlah percobaan untuk melakukan ekstraksi secara cair-cair.
1
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Maksud percobaan yaitu:
1. Untuk memahami metode ekstraksi cair-cair.
2. Untuk memahami cara kerja dan prinsip ekstraksi cair-cair.
3. Untuk mengetahui cara pemisahan senyawa yang terkandung dalam
ekstrak kental jarak (Ricinus communis), kemiri (Aleurites moluccana),
kunyit (Curcuma domestica) dengan pelarut tertentu berdasarkan
tingkat kepolarannya.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Untuk memisahkan senyawa yang terkandung dalam ekstrak kental
jarak (Ricinus communis), kemiri (Aleurites moluccana), kunyit (Curcuma
domestica) dengan pelarut tertentu berdasarkan tingkat kepolarannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Ekstraksi
Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan
metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dala m larutan (biasanya
dalam air) dengan menggunakan pelarut lain (biasanya organik) (Dinda.
Tanpa tahun).
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) di
antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat
berguna untuk pemisahan secara cepat dan “bersih” baik untuk zat organik
maupun zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk analisis makro
maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga
banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif dalam bidang kimia
organik, biokimia dan anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan
dapat berupa corong pemisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet
sampai yang paling rumit berupa alat “Counter Current Craig” (Khamidinal.
2009)
Menurut Estien Yazid (2005), berdasarkan bentuk campuran yang
diekstraksi, suatu ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi padat-cair dan
ekstraksi cair-cair (Yazid. 2005).
1. Ekstraksi padat-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran
yang berbentuk padatan. Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam
usaha mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung di dalam bahan alam
seperti steroid, hormon, antibiotika dan lipida pada biji-bijian.
2. Ekstraksi cair-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran
yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi
pelarut banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod atau logam-
logam tertentu dalam larutan air.
3
II.2 Ekstraksi Cair-cair
II.2.1 Pengertian Ekstraksi Cair-cair
Ekstraksi cair-cair adalah Pemisahan yang digunakan untuk
mendapatkan senyawa dalam campuran fase cair dengan pelarut cair
(Anonim. Tanpa tahun).
Ekstraksi cair-cair dalam dunia farmasi sama dengan kromatografi
cair-cair. Dimana kromatografi cair-cair adalah kromatografi pembagian
dimana partisi terjadi antara fase gerak dan fase dia yang kedua-duanya
zat cair. Dala hal ini fase diam tidak boleh larut dalam fase gerak.
Umumnya fase diam yang digunakan air, sebagai fase gerak digunakan
pelarut organik (Harmita. Tanpa Tahun).
II.2.2 Prinsip Ekstraksi Cair-cair
Prinsip kerja ekstraksi cair-cair adalah pemisahan senyawa yang
mempunyai perbedaan kelarutan pada 2 pelarut yang berbeda. Dakam hal
ini ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan satu atau lebih
senyawa menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur, dimana
senyawa akan terdistribusi di antara dua fase sesuai dengan derajat
kelarutannya yang kemudian masing-masing jenuh dan terjadi pemisahan
(Kumala. 2001).
Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur.
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam kedua fase terlarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
prepratif, pemurnian, pemisahan serta analisis pada semua kerja
(Kumala.2001).
Gambar 1. Corong Berisi 2 Pelarut Berbeda yang Menunjukkan Adanya 2 Lapisan
4
II.2.3 Keuntungan dan Kerugian Ekstraksi Cair-cair
A. Keuntungan Ekstraksi Cair-Cair (Anonim. Tanpa tahun)
1. Pelarut yang sedikit akan dapat diperoleh substansi yang relatif
banyak.
2. Peralatannya sederhana
3. Pemisahannya cepat dan selektif
B. Kerugian Ekstraksi Cair-Cair (Anonim. Tanpa tahun)
1. Tidak dapat menggunakan zat yang termolabil, karena akan
mengubah bentuk kimia sehingga koefisien distribusi dan
efektifitas pelarut pun berubah
2. Dapat membentuk emulsi pada saat pengocokan sehingga tidak
akan jelas pemisahannya.
II.2.4 Sistem Penggunaan dalam Ekstraksi Cair-Cair
Dalam ekstraksi cair-cair terdapat dua macam sistem penggunaan
yaitu (Hamdani. 2001) :
1. Kromatografi fasa normal
Fase gerak → non polar ( ex: heksana, isopropil-eter)
Fase diam → sangat polar (ex: air)
Digunakan untuk memisahkan senyawa polar, sebab senyawa polar
akan tertahan lebih lama didalam kolom yang polar, sedangkan
senyawa yang non-polar akan keluar lebih awal dari dalam kolom.
2. Kromatografi fasa terbalik
Fase gerak → polar ( ex: air, metanol)
Fase diam → non polar (ex: hidrokarbon oktadekana)
Digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa non polar.
II.2.5 Prosedur Kerja Ekstraksi Cair-Cair
Ekstrak kental yang diperoleh di larutkan dengan etanol secukupnya
kemudian dilarutkan dengan pelarut n-heksana dan dimasukkan dalam
corong pisah. Ekstrak yang tidak larut kedalam air maupun campuran
metanol-air (7:3). Proses ekstraksi selanjutnya menggunakan teknik partisi
yaitu mengekstraksi suspensi ekstrak metanol-air dengan pelarut n-
5
heksana menggunakan corong pisah yang diletakan pada sebuah statif
untuk memudahan terjadinya pemisahan.
Gambar 2. Alat Ekstraksi Cair-Cair
Partisi dilakukan berulang kali sehingga diperoleh ekstrak n-heksana
dan setelah diuapkan pelarutnya diperoleh ekstrak kental. Sisa ekstrak
metanol-air diuapkan sampai semua metanol habis menguap. Kemudian
bagian ekstrak air yang tersisa dipartisi berulang kali dengan
menggunakan pelarut kloroform atau n-butanol jenuh. Hasil partisi
kloroform atau n-butanol jenuh ini setelah diuapkan pelarutnya diperoleh
ekstrak kental kloroform ataupun n-butanol (Santi. 2009).
II.3 Konsep Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan senyawa atas dasar
perbedaan kelarutan pada dua jenis pelarut yang berbeda yang tidak saling
bercampur. Jika analit berada dalam pelarut anorganik, maka pelarut yang
digunakan adalah pelarut organik, dan sebaliknya (MS. 2007).
Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara
bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan
banyak dilakukan adalah ekstraksi bertahap. Tekniknya cukup dengan
menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut
pertama melalui corong pemisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai
terjadi kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut. Setelah
didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua lapisan dan lapisan yang berada
di bawah dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan
analisis selanjutnya (Rahayu. 2009).
6
Cara ini digunakan jika harga D cukup besar (˃ 1000). Bila hal ini
terjadi, maka satu kali ekstraksi sudah cukup untuk memperoleh solut secara
kuantitatif. Nmaun demikian, ekstraksi akan semakin efektif jika dilakukan
berulangkali menggunakan pelarut dengan volume sedikit demi sedikit
(Day. 2001).
Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tak dapat
campur, ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam
dua fase pada kesetimbangan. Nernst pertama kalinya memberikan
pernyataan yang jelas mengenai hukun distribusi ketika pada tahun 1981 ia
menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua
cairan yang tak dapat campur sedemikian rupa sehingga angka banding
konsentrasi pada kesetimbangan adalah konstanta pada suatu temperatur
tertentu: = tetapan menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase cair 1.
Meskipun hubungan ini berlaku cukup baik dalam kasus-kasus tertentu,
pada kenyataannya hubungan ini tidaklah eksak. Yang benar, dalam