Top Banner
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ada berbagai mekanisme untuk melindungi permukaan okuler dari hal-hal yang berbahaya seperti refleks dan alis mata serta struktur mata sendiri yaitu bulu mata, kelopak mata (palpebra), film prekorneal atau film air mata dan epitel pada permukaan mata. Berikut adalah penjelasan dari palpebra dan film prekorneal yang berhubungan dengan penelitian ini (Encyclopædia Britannica, 2007). 2.1. Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai proteksi lini pertama adalah palpebra. Fungsinya adalah mencegah benda asing masuk, dan juga membantu proses lubrikasi permukaan kornea. Pembukaan dan penutupan palpebra diperantarai oleh muskulus orbikularis okuli dan muskulus levator palpebra. Muskulus orbikularis okuli pada kelopak mata atas dan bawah mampu mempertemukan kedua kelopak mata secara tepat pada saat menutup mata. Pada saat membuka mata, terjadi relaksasi dari muskulus orbikularis okuli dan kontraksi dari muskulus levator palpebra di palpebra superior. Otot polos pada palpebra superior atau muskulus palpebra superior (Müller muscle) juga berfungsi dalam memperlebar pembukaan dari kelopak tersebut. Sedangkan, palpebra inferior tidak memiliki muskulus levator sehingga muskulus yang ada hanya berfungsi secara aktif ketika memandang kebawah (Encyclopædia Britannica, 2007) Selanjutnya adalah lapisan superfisial dari palpebra yang terdiri dari kulit, kelenjar Moll dan Zeis, muskulus orbikularis okuli dan levator palpebra. Lapisan dalam terdiri dari lapisan tarsal, muskulus tarsalis, konjungtiva palpebralis dan kelenjar meibom (Wagner, 2006). Universitas Sumatera Utara
17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

Mar 26, 2019

Download

Documents

duongngoc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Ada berbagai mekanisme untuk melindungi permukaan okuler dari hal-hal yang

berbahaya seperti refleks dan alis mata serta struktur mata sendiri yaitu bulu mata,

kelopak mata (palpebra), film prekorneal atau film air mata dan epitel pada

permukaan mata. Berikut adalah penjelasan dari palpebra dan film prekorneal

yang berhubungan dengan penelitian ini (Encyclopædia Britannica, 2007).

2.1. Palpebra

2.1.1. Anatomi

A. Struktur

Struktur mata yang berfungsi sebagai proteksi lini pertama adalah

palpebra. Fungsinya adalah mencegah benda asing masuk, dan juga membantu

proses lubrikasi permukaan kornea. Pembukaan dan penutupan palpebra

diperantarai oleh muskulus orbikularis okuli dan muskulus levator palpebra.

Muskulus orbikularis okuli pada kelopak mata atas dan bawah mampu

mempertemukan kedua kelopak mata secara tepat pada saat menutup mata. Pada

saat membuka mata, terjadi relaksasi dari muskulus orbikularis okuli dan

kontraksi dari muskulus levator palpebra di palpebra superior. Otot polos pada

palpebra superior atau muskulus palpebra superior (Müller muscle) juga berfungsi

dalam memperlebar pembukaan dari kelopak tersebut. Sedangkan, palpebra

inferior tidak memiliki muskulus levator sehingga muskulus yang ada hanya

berfungsi secara aktif ketika memandang kebawah (Encyclopædia Britannica,

2007)

Selanjutnya adalah lapisan superfisial dari palpebra yang terdiri dari kulit,

kelenjar Moll dan Zeis, muskulus orbikularis okuli dan levator palpebra. Lapisan

dalam terdiri dari lapisan tarsal, muskulus tarsalis, konjungtiva palpebralis dan

kelenjar meibom (Wagner, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

Gambar 2.1. Potongan Sagital Palpebra Superior

B. Inervasi

Serabut otot muskulus orbikularis okuli pada kedua palpebra dipersarafi

cabang zigomatikum dari nervus fasialis sedangkan muskulus levator palpebra

dan beberapa muskulus ekstraokuli dipersarafi oleh nervus okulomotoris. Otot

polos pada palpebra dan okuler diaktivasi oleh saraf simpatis. Oleh sebab itu,

sekresi adrenalin akibat rangsangan simpatis dapat menyebabkan kontraksi otot

polos tersebut (Encyclopædia Britannica, 2007).

2.1.2. Fisiologi Mengedip

A. Refleks Mengedip

Banyak sekali ilmuan mengemukakan teori mengenai mekanisme refleks

kedip seperti adanya pacemaker atau pusat kedip yang diregulasi globus palidus

atau adanya hubungan dengan sirkuit dopamin di hipotalamus. Pada penelitian

Taylor (1999) telah dibuktikan adanya hubungan langsung antara jumlah dopamin

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

di korteks dengan mengedip spontan dimana pemberian agonis dopamin D1

menunjukkan peningkatan aktivitas mengedip sedangkan penghambatannya

menyebabkan penurunan refleks kedip mata.

Refleks kedip mata dapat disebabkan oleh hampir semua stimulus perifer,

namun dua refleks fungsional yang signifikan adalah (Encyclopædia Britannica,

2007):

(1) Stimulasi terhadap nervus trigeminus di kornea, palpebra dan konjungtiva

yang disebut refleks kedip sensoris atau refleks kornea. Refleks ini

berlangsung cepat yaitu 0,1 detik.

(2) Stimulus yang berupa cahaya yang menyilaukan yang disebut refleks kedip

optikus. Refleks ini lebih lambat dibandingkan refleks kornea.

B. Ritme Normal Kedipan Mata

Pada keadaan terbangun, mata mengedip secara reguler dengan interval

dua sampai sepuluh detik dengan lama kedip selama 0,3-0,4 detik. Hal ini

merupakan suatu mekanisme untuk mempertahankan kontinuitas film prekorneal

dengan cara menyebabkan sekresi air mata ke kornea. Selain itu, mengedip dapat

membersihkan debris dari permukaan okuler. Sebagai tambahan, mengedip dapat

mendistribusikan musin yang dihasilkan sel goblet dan meningkatkan ketebalan

lapisan lipid (McMonnies, 2007). Iwanami (2007) mengemukakan bahwa

muskulus Riolan dan muskulus intertarsal dipercaya berhubungan dengan sekresi

kelenjar meibom.

Menurut Hollan (1972), frekuensi mengedip berhubungan dengan status

mental dan juga diregulasi oleh proses kognitif. Kara Wallace (2006) pada

Biennial International Conference on Infant Studies XVth di Jepang (Abelson,

2007) menyatakan bahwa berbicara, menghapal, dan perhitungan mental (mental

arithmatic) dihubungkan dengan peningkatan frekuensi mengedip. Sedangkan

melamun, mengarahkan perhatian dan mencari sumber stimulus diasosiasikan

dengan penurunan frekuensi mengedip mata. Namun, kedipan mata dapat

bervariasi pada setiap aktivitas seperti membaca, menggunakan komputer,

menonton televisi, mengendarai alat transportasi, dan memandang. Frekuensi

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

mengedip juga dipengaruhi oleh faktor-faktor internal seperti keletihan, pengaruh

medikasi, stres dan keadaan afektif (Doughty, 2001).

2.2. Aparatus Lakrimalis

Aparatus lakrimalis dibagi menjadi dua bagian yaitu sistem sekresi dan

sistem ekskresi air mata. Berikut adalah gambar anatomi dari sistem lakrimalis

(Wagner, 2006).

Gambar 2.2. Anatomi Sistem Lakrimalis

2.2.1. Sistem Sekresi Air Mata

Permukaan mata dijaga tetap lembab oleh kelenjar lakrimalis. Sekresi

basal air mata perhari diperkirakan berjumlah 0,75-1,1 gram dan cenderung

menurun seiring dengan pertambahan usia. Volume terbesar air mata dihasilkan

oleh kelenjar air mata utama yang terletak di fossa lakrimalis pada kuadran

temporal di atas orbita. Kelenjar yang berbentuk seperti buah kenari ini terletak

didalam palpebra superior. Setiap kelenjar ini dibagi oleh kornu lateral

aponeurosis levator menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus palpebra

yang lebih kecil. Setiap lobus memiliki saluran pembuangannya tersendiri yang

terdiri dari tiga sampai dua belas duktus yang bermuara di forniks konjungtiva

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

superior. Sekresi dari kelenjar ini dapat dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan

menyebabkan air mata mengalir berlimpah melewati tepian palpebra (epiphora).

Persarafan pada kelenjar utama berasal nukleus lakrimalis pons melalui nervus

intermedius dan menempuh jalur kompleks dari cabang maksilaris nervus

trigeminus.

Kelenjar lakrimal tambahan, walaupun hanya sepersepuluh dari massa

utama, mempunya peranan penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan

kelenjar utama yang menghasilkan cairan serosa namun tidak memiliki sistem

saluran. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva, terutama forniks

superior. Sel goblet uniseluler yang tersebar di konjungtiva menghasilkan

glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea Meibom dan Zeis

di tepian palpebra memberi substansi lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah

modifikasi kelenjar keringat yang juga ikut membentuk film prekorneal (Sullivan,

1996 dan Kanski, 2003).

2.2.2. Sistem Ekskresi Air Mata

Sistem ekskresi terdiri atas punkta, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus

nasolakrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup mirip dengan risleting – mulai

di lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan

menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi pada aspek medial palpebra. Setiap kali

mengedip, muskulus orbicularis okuli akan menekan ampula sehingga

memendekkan kanalikuli horizontal. Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan

sesuai dengan kecepatan penguapannya, dan itulah sebabnya hanya sedikit yang

sampai ke sistem ekskresi. Bila memenuhi sakus konjungtiva, air mata akan

masuk ke punkta sebagian karena hisapan kapiler.

Dengan menutup mata, bagian khusus orbikularis pre-tarsal yang

mengelilingi ampula mengencang untuk mencegahnya keluar. Secara bersamaan,

palpebra ditarik ke arah krista lakrimalis posterior, dan traksi fascia mengelilingi

sakus lakrimalis berakibat memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan

negatif pada sakus. Kerja pompa dinamik mengalirkan air mata ke dalam sakus,

yang kemudian masuk melalui duktus nasolakrimalis – karena pengaruh gaya

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

berat dan elastisitas jaringan – ke dalam meatus inferior hidung. Lipatan-lipatan

mirip-katup dari epitel pelapis sakus cenderung menghambat aliran balik air mata

dan udara. Yang paling berkembang di antara lipatan ini adalah “katup” Hasner di

ujung distal duktus nasolakrimalis (Sullivan, 1996).

Berikut adalah ilustrasi dari sistem ekskresi air mata yang berhubungan

dengan fungsi gabungan dari muskulus orbikularis okuli dan sistem lakrimal

inferior (Wagner, 2006).

Gambar 2.3. Sistem Ekskresi Lakrimalis

2.3. Air Mata

Permukaan bola mata yang terpapar dengan lingkungan dijaga tetap

lembab oleh air mata. Air mata tersebut disekresikan oleh aparatus lakrimalis dan

disertai dengan mukus dan lipid oleh organ sekretori dari sel-sel pada palpebra

serta konjungtiva. Sekresi yang dihasilkan inilah yang disebut sebagai film air

mata atau film prekorneal. Analisis kimia dari air mata menunjukkan bahwa

konsentrasi garam didalamnya mirip dengan komposisi di dalam plasma darah.

Selain itu, air mata mengandung lisozim yang merupakan enzim yang memiliki

aktivitas sebagai bakterisidal untuk melarutkan lapisan luar bakteria

(Encyclopædia Britannica, 2007). Walaupun air mata mengandung enzim

bakteriostatik dan lisozim, menurut Sihota (2007), hal ini tidak dianggap sebagai

antimikrobial yang aktif karena dalam mengatasi mikroorganisme tersebut, air

mata lebih cenderung memiliki fungsi mekanik yaitu membilas mikroorganisme

tersebut dan produk-produk yang dihasilkannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

K+, Na+, dan Cl- terdapat dalam konsentrasi lebih tinggi dalam air mata

dari dalam plasma. Air mata juga mengandung sedikit glukosa (5 mg/dL) dan urea

(0,04 mg/dL) dan perubahannya dalam konsentrasi darah akan diikuti perubahan

konsentrasi glukosa dan urea air mata. pH rata-rata air mata adalah 7,35, meski

ada variasi normal yang besar (5,20-8,35). Dalam keadaan normal, cairan air mata

adalah isotonik. Osmolalitas film air mata bervariasi dari 295 sampai 309 mosm/L

(Whitcher, 2000).

Berikut adalah ilustrasi dari elektrolit, protein dan sitokin dalam komposisi

air mata (Pflugfelder, S.C., 2004).

Gambar 2.4. Komposisi Air Mata

Air mata akan disekresikan secara refleks sebagai respon dari berbagai

stimuli. Stimulus tersebut dapat berupa stimuli iritatif pada kornea, konjungtiva,

mukosa hidung, stimulus pedas yang diberikan pada mulut atau lidah, dan cahaya

terang. Selain itu, air mata juga akan keluar sebagai akibat dari muntah, batuk dan

menguap. Sekresi juga dapat terjadi karena kesedihan emosional. Kerusakan pada

nervus trigeminus akan menyebabkan refleks sekresi air mata menghilang. Hal ini

dapat dibuktikan dengan pemberian kokain pada permukaan mata menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

penghambatan hantaran pada ujung nervus sensoris yang mengakibatkan

penghambatan refleks sekresi mata (bahkan ketika mata dipaparkan pada gas air

mata yang poten). Jalur aferen pada hal ini adalah nervus trigeminus, sedangkan

eferen oleh saraf autonom, dimana bahagian parasimpatis dari nervus fasialis yang

memberikan pengaruh motorik yang paling dominan. Oleh sebab itu, pemberian

obat yang parasimpatomimetik (seperti asetilkolin) dapat meningkatkan sekresi

sedangkan pemberian obat antikolinergik (atropin) akan menyebabkan penurunan

sekresi. Refleks sekresi air mata yang berlebihan dapat diinterpretasikan sebagai

respon darurat. Pada saat lahir, inervasi pada aparatus lakrimalis tidak selalu

sempurna, hal ini menyebabkan neonatus sering menangis tanpa sekresi air mata

(Encyclopædia Britannica, 2007).

2.4. Permukaan Okuler

2.4.1. Konjungtiva

Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari

membran mukosa tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung

melapisi permukaan bola mata dan berakhir pada daerah transparan pada mata

yaitu kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 2 bagian yaitu konjungtiva

palpebra dan konjungtiva bulbaris. Namun, secara letak areanya, konjungtiva

dibagi menjadi 6 area yaitu area marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar dan

limbal. Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak

(persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea pada limbus.

Pada konjungtiva palpebra, terdapat dua lapisan epithelium dan menebal

secara bertahap dari forniks ke limbus dengan membentuk epithelium berlapis

tanpa keratinisasi pada daerah marginal kornea. Konjungtiva palpebralis terdiri

dari epitel berlapis tanpa keratinisasi yang lebih tipis. Dibawah epitel tersebut

terdapat lapisan adenoid yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdiri dari

leukosit. Konjungtiva palpebralis melekat kuat pada tarsus, sedangkan bagian

bulbar bergerak secara bebas pada sklera kecuali yang dekat pada daerah kornea

(Sihota, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

Berikut adalah gambaran anatomi dari konjungtiva (Lang, 2006).

Gambar 2.5. Anatomi Konjungtiva

Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri

palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan – bersama dengan banyak

vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya – membentuk jaring-

jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva

tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan

pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang banyak.

Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik) nervus

trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. (Riordan-Eva,

2000).

Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan

kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata

dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, aktivitas

lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

mekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya jaringan limfoid pada

mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA (Sihota, 2007).

Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua

grup besar yaitu (Kanski, 2003):

1. Penghasil musin

a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada

daerah inferonasal.

b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis

superior dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.

c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.

2. Kelenjar asesoris lakrimalis. Kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar Krause

dan kelenjar Wolfring. Kedua kelenjar ini terletak dalam dibawah substansi

propria.

Pada sakus konjungtiva tidak pernah bebas dari mikroorganisme namun

karena suhunya yang cukup rendah, evaporasi dari cairan lakrimal dan suplai

darah yang rendah menyebabkan bakteri kurang mampu berkembang biak. Selain

itu, air mata bukan merupakan medium yang baik (Sihota, 2007).

2.4.2. Kornea

Kornea merupakan membran pelindung dan ‘jendela’ yang dilalui berkas

cahaya menuju retina. Kornea meliputi seperenam dari permukaan anterior bola

mata. Kelengkungannya lebih besar dibandingkan permukaan mata lainnya.

Perbatasan antara kornea dan sklera disebut sebagai limbus (ditandai dengan

adanya sulkus yang dangkal – sulkus sklera). Kornea terdiri dari 3 lapisan yaitu

epitel, substansi propria atau stroma dan endotel. Diantara epitel dan stroma

terdapat lapisan atau membran Bowman dan diantara stroma dan endotel terdapat

membran descemet.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

Berikut adalah gambaran anatominya (Lang, 2006).

Gambar 2.6. Anatomi Kornea

Kornea yang sehat adalah avaskular dan tidak memiliki saluran limfatik.

Nutrisi sel kornea didapat melalui difusi dari cairan akueus, kapiler pada limbus,

dan oksigen yang terlarut dalam film prekorneal. Metabolisme kornea cenderung

aerobik dan mampu berfungsi baik secara anaerobik selama enam sampai tujuh

jam. Sel yang bermetabolisme secara aktif adalah endotel, epitel dan sel keratosit

stroma. Oksigen yang menyuplai kornea kebanyakan berasal dari film prekorneal

dengan kontribusi sedikit dari kapiler di limbus dan gradien oksigen. Suplai

glukosa pada kornea 90% berasal dari cairan akueus dan 10% dari kapiler limbus.

Persarafan kornea berasal dari divisi oftalmik nervus trigeminus.

Percabangan nervus ini berasal dari ruang perikoroidal, menembus sklera dan

membentuk pleksus. Pleksus ini akan menyebar secara radier dan kemudian

masuk ke stroma kornea. Serat saraf ini akan kehilangan selaput mielin dan

bergabung membentuk pleksus subepitel kornea. Cabang terminal nervus ini akan

menembus lapisan Bowman, menyebar dan membentuk pleksus intraepitel. Saraf

ujung bebas inilah yang responsif terhadap nyeri dan suhu. Akibat dari banyaknya

persarafan, hal ini menyebabkan kornea sangat sensitif terhadap berbagai stimuli.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

Epitel dan endotel kornea memiliki fungsi untuk menjaga agar cairan pada

stroma kornea tetap dalam keadaan stabil. Sel- sel pada kedua lapisan ini kaya

akan lipid dan bersifat hidrofobik (sedangkan stroma bersifat hidrofilik) sehingga

solubilitas garam menjadi rendah. Sel epitel memiliki junction complexes yang

mencegah masuknya air mata kedalam kornea atau keluarnya cairan dalam kornea

ke film prekorneal. Sel endotel juga memiliki junction complexes namun influks

dari cairan akueus dapat terjadi dengan adanya mekanisme transpor aktif Na-K

ATPase (Sihota, 2007).

2.4.3. Film Prekorneal

Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 µm yang menutupi epitel

kornea dan konjungtiva. Fungsi dari lapisan ini adalah (1) membuat kornea

menjadi permukaan licin optik dengan meniadakan ketidakteraturan permukaan

epitel kecil-kecil; (2) membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan

konjungtiva yang lembut; (3) menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan

guyuran mekanik dan kerja antimikroba; dan (4) memberikan substansi nutrien

yang diperlukan (Whitcher, 2000).

Film prekorneal ini terdiri dari tiga lapisan: (1) lapisan superfisial adalah

lapisan lipid monomolekuler yang berasal dari kelenjar meibom, kelenjar sebasea

dan kelenjar keringat pada daerah margin palpebra. Lapisan ini diduga

menghambat penguapan dan merupakan sawar kedap air bila palpebra ditutup. (2)

Lapisan akueus tengah yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal mayor dan minor

dan mengandung substansi larut-air (garam dan protein). (3) lapisan musin yang

dihasilkan sel goblet konjungtiva dan kelenjar lakrimal. Didalamnya terdiri atas

glikoprotein dan melapisi sel-sel epitel kornea dan konjungtiva. Membran sel

epitel terdiri atas lipoprotein dan karenanya relatif hidrofobik. Permukaan

demikian tidak dapat dibasahi dengan larutan berair saja. Musin diadsorpsi

sebagian pada membran sel epitel kornea dan tertambat oleh mikrovili sel-sel

epitel permukaan. Ini menyediakan permukaan hidrofilik baru agar air mata

menyebar ke bagian yang dibasahinya dengan menurunkan tegangan permukaan

(Whitcher, 2000 dan Wolkoff, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

Berikut adalah ilustrasi dari film prekorneal dan komposisinya (Wagner,

2006).

Gambar 2.7. Gambaran Film Prekorneal dan Komposisinya

Volume air mata normal diperkirakan 7 ± 2 µL pada setiap mata. Albumin

merupakan 60% dari protein total dalam air mata. Globulin dan lisozim berjumlah

sama banyak pada bagian sisanya. Selain itu, terdapat imunoglobulin IgA, IgG,

dan IgE dengan jumlah yang paling banyak adalah IgA. IgA ini bukan

sepenuhnya berasal dari transudat serum, namun diproduksi juga oleh sel-sel

plasma yang ada di dalam kelenjar lakrimal. Lisozim air mata merupakan 21-

25% dari protein total dan ̠̠ bekerja secara sinergis dengan gamma -globulin

dan faktor anti-bakteri non-lisozim lain – merupakan mekanisme pertahanan

penting terhadap infeksi (Whitcher, 2000).

Menurut Cho (2003), ada beberapa studi yang meneliti stabilitas dari film

Prekorneal dan ada beberapa hipotesis yang menjelaskan mekanisme lapisan

prekorneal pecah. Salah satu hipotesis menjelaskan bahwa stabilitas film tersebut

disebabkan oleh penyebaran musin yang meningkatkan tegangan permukaan film.

Ketika lapisan lipid mulai berdifusi ke lapisan mukus, kemampuan mukus untuk

mempertahankan tegangan permukaan mulai menurun sehingga film prekorneal

akhirnya pecah dan membentuk bintik kering (hydrophobic spots). Hipotesis yang

lain menjelaskan bahwa lapisan mukus yang memisah terjadi akibat gaya Van Der

Waals antara epitel dan lapisan musin sehingga terjadi instabilitas air mata.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

2.5. Asap Rokok

2.5.1. Komposisi Asap Rokok

Asap rokok merupakan kompleks campuran beberapa ribu komponen

kimia – beberapa dalam konsentrasi yang sedikit – yang merupakan hasil dari

pembakaran dari bahan dari produk tembakau. Hasilnya termasuk getah

temabakau (tar) dan gas-gas lainnya. Hal yang paling penting adalah nikotin (zat

adiktif). Campuran gas inilah yang secara konstan bereaksi dengan gas di

atmosfer dengan bantuan sinar ultraviolet. Hal ini menyebabkan komposisi

kimianya selalu berubah setiap saat.

Sampai sekarang ini, asap rokok diketahui mengandung lebih dari empat

ribu zat kimia. Namun, komposisi dan konsentrasi zat kimia tersebut dalam asap

rokok tergantung pada jenis tembakau, kertas ventilasi dan filter yang digunakan

serta cara menghisap rokok. Jumlah zat kimia dalam asap rokok sendiri bukan

merupakan hal yang paling penting karena yang menjadi masalah adalah toksisitas

dan konsentrasi dari zat kimia tersebut (Action on Smoking and Health, 2001).

Asap rokok terdiri dari 2 jenis yaitu:

a. Asap mainstream; Asap ini dibentuk ketika perokok menginhalasi udara

melalui rokok.

b. Asap Sidestream; Asap ini dibentuk ketika tembakau dalam keadaan terbakar

namun asap tidak diinhalasi oleh perokok. Zat toksin pada asap sidestream

memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan asap mainstream dan

85% dari asap rokok merupakan hasil dari asap sidestream.

Adapun hasil uraian dari komposisi asap rokok baik jenis mainstream

maupun sidestream dalam Labstat International ULC Offerings (2008) yaitu

nikotin, karbon monoksida, hidrogen sianida, amonia, nitrogen, logam- logam,

merkuri, serta golongan-golongan kimia seperti karbonil, phenolics,

benzo[a]pyrene, aromatik, gas volatil dan gas semi-volatil. Pada jurnal tersebut,

semua zat toksik dalam asap rokok terdeteksi dalam jaringan dan urin, sedangkan

beberapa lainnya terdeteksi dalam plasma, serum ataupun saliva. Setiap zat yang

diuraikan diatas telah diteliti dan kebanyakan dari zat tersebut merupakan

karsinogen, diduga karsinogen, cenderung untuk menjadi karsinogen dan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

merupakan zat iritan (Physician for a Smoke-Free Canada, 1999). Dalam

Physician for a Smoke-Free Canada (2008), diuraikan dampak dari setiap

kandungan dalam asap rokok. Hampir semua uraian didalamnya dapat mengiritasi

mata. Hal ini juga didukung oleh State Building & Construction Trades Council

of California (2008).

2.5.2. Pengaruh pada Mata Secara Eksternal

Mekanisme asap rokok mempengaruhi permukaan mata dan kelenjar

lakrimalis masih berupa teori-teori. Namun, mengingat bahwa zat yang

terkandung dalam asap rokok bersifat iritatif, hal ini menyebabkan inflamasi lokal

yang dimediasi imun pada kelenjar lakrimalis dan permukaan okuler. Menurut

Moss, et al. yang dikutip oleh Yoon (2005), selain mengiritasi mata, asap rokok

juga berperan dalam mekanisme iskemik atau oksidatif yang melibatkan produksi

radikal bebas dan penurunan mekanisme antioksidan. Menurut Wilson (2003),

akibat iritasi kronik tersebut, lengkung neural diaktivasi secara berlebihan dan

menyebabkan perubahan sekresi air mata. Hal ini ditandai dengan sekresi sel T

yang teraktivasi dan sitokin dalam air mata. Keberadaan sitokin dalam air mata

menyebabkan inflamasi pada permukaan okuler. Hal ini akan mengganggu

penyampaian sinyal sensoris dari permukaan mata sehingga sekresi basal air mata

menurun (Stern, 2004). Selain itu, kelenjar lakrimalis baik secara langsung

maupun tidak langsung juga mengalami kerusakan. Keadaan ini menyebabkan

penurunan sekresi air mata dan inflamasi tersebut tidak dapat diatasi oleh sistem

pertahanan mata yang normal. Inflamasi tersebut juga menyebabkan disfungsi dari

sistem air mata sehingga terjadi gangguan drainase. Secara fisiologis, di dalam air

mata mengandung komponen anti inflamasi. Akibat difungsi dari sekresi air mata,

hal ini menyebabkan iritasi tidak terkontrol dan menyebabkan peningkatan

aktivasi dari limfosit T. Sitokin dan mediator inflamasi lainnya juga menyebabkan

peningkatan jumlah sel T yang diaktivasi, jumlah produksi substansi inflamasi

dan jumlah kerusakan jaringan (Wilson, 2003).

Adapun penelitian dilakukan Metcalfe, et al., Mack, et al. dan Smyth, et

al. yang dikutip oleh Baker (2006) melampirkan bahwa dampak dari paparan asap

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

rokok secara in vitro menyebabkan terjadi peningkatan produksi tumor necrosis

factor α (TNF-α), interferon γ, interleukin 1 dan glikosaminoglikan oleh fibroblas

orbital. Akibat penghasilan Interferon γ, terjadi ekpresi HLA-DR oleh fibroblas

tersebut. Selain itu, paparan asap rokok secara in vitro juga menyebabkan

pelepasan IL-4, IL-5, IL-10, IL-13 dan TNF-α oleh sel mast. Selain yang

disebutkan diatas, Foster (2008) juga menyatakan bahwa adanya interaksi sitokin

terhadap reseptor opioid yang menyebabkan gangguan pada pelepasan

neurotransmiter. Selain itu, calcitonin gene related peptide (CGRP) dan substance

P juga terlibat dalam aktivasi limfosit.

Menurut De Paiva (2007), penurunan produksi akueus air mata akibat

paparan zat iritan secara kronik dapat menyebabkan metaplasia dan penurunan

jumlah sel goblet pada epitel konjungtiva. Hal ini terjadi akibat aktivasi sel T dan

NK cells sehingga terjadi pelepasan interferon γ (IFN-γ) dimana sitokin ini terlibat

pada hampir seluruh respon imun dan inflamasi. IFN-γ dikenal memiliki potensi

untuk meningkatkan regulasi protein yang berhubungan dengan diferensiasi epitel

konjungtiva (conjunctival epithelial differentiation-related proteins). IFN-γ

dilaporkan mampu meningkatkan trankripsi RNA yang mengkode prekursor

keratinisasi.

Berikut adalah ilustrasi mengenai proses paparan zat iritatif yang

berlangsung kronik dapat menyebabkan penurunan sekresi air mata (Wilson,

2003).

Gambar 2.8. Siklus Inflamasi Akibat Paparan Zat Iritan Secara Kronik

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter II.pdf · Palpebra 2.1.1. Anatomi A. Struktur Struktur mata yang berfungsi sebagai

Perlu diketahui bahwa sel pada lapisan kornea mendapatkan oksigen dan

nutrien berupa elektrolit yang disekresikan di air mata oleh kelenjar lakrimalis.

Elektrolit tersebut penting dalam sekresi mukus oleh sel goblet. Akibat kehilangan

komponen akueus dari air mata, konsentrasi sodium akan meningkat yang

akhirnya akan menyebabkan penurunan jumlah sel goblet. Penurunan sel goblet

akan berdampak pada penurunan jumlah glikogen di kornea yang akan

menurunkan kemampuan regenerasi kornea. Osmolaritas yang meningkat tersebut

juga dapat menarik air diantara sel epitel konjungtiva yang nantinya menyebabkan

deskuamasi dari sel tersebut (Cohen, 2004).

2.5.3. Pengaruh pada Mata Secara Internal

Selain berdampak pada mata secara eksternal, asap rokok mainstream

yang diinhalasi perokok juga berdampak buruk pada mata. Menurut Optometrists

Association Australia (2005) dan Action on Smoking and Health (2005), beberapa

zat yang terkandung dalam rokok bersifat toksik terhadap jaringan mata. Beberapa

zat didalamnya dapat menyebabkan penurunan kemampuan darah membawa

oksigen dan menurunkan aliran darah ke mata (iskemia). Selain itu, kerusakan

dapat terjadi akibat stres oksidatif, reaksi kimia yang merusak protein dan lipid

dan menurunkan antioksidan dalam darah. Mata merupakan organ yang sangat

rentan terhadap stres oksidatif. Kaitan merokok dengan peningkatan resiko

terjadinya penyakit mata telah dibuktikan. Katarak nuklear, degenerasi makular

terkait usia (Fujihara, 2008) dan Graves’ Ophthalmopathy memiliki bukti yang

kuat. Adapun bukti yang bersifat sugestif berupa katarak subkapsular posterior

(Tobacco Control Resource Centre, 2006). Selain itu, Action on Smoking and

Health (2005) juga melampirkan gangguan lainnya seperti oklusi vena retina,

peningkatan tekanan intraokular dan neuropati optik (penurunan aliran darah ateri

ke mata).

Universitas Sumatera Utara