Top Banner
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi Obesitas Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak (Ganong W.F, 2003). Faktor-faktor penyebab obesitas masih terus diteliti. Baik faktor lingkungan maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas. Faktor lingkungan antara lain pengaruh psikologi dan budaya. Dahulu status sosial dan ekonomi juga dikaitkan dengan obesitas. Individu yang berasal dari keluarga sosial ekonomi rendah biasanya mengalami malnutrisi. Sebaliknya, individu dari keluarga dengan status sosial ekonomi lebih tinggi biasanya menderita obesitas. Kini diketahui bahwa sejak tiga dekade terakhir, hubungan antara status sosial ekonomi dengan obesitas melemah karena prevalensi obesitas meningkat secara dramatis pada setiap kelompok status sosial ekonomi (Zhang, 2004). Meningkatnya obesitas tak lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti menurunnya aktivitas fisik, dan kebiasaan menonton televisi berjam-jam. Faktor genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal melalui pengaruh hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga menentukan banyak dan ukuran sel adiposa serta distribusi regional lemak tubuh. Universitas Sumatera Utara
17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

Feb 05, 2018

Download

Documents

dangkhue
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas

2.1.1 Definisi Obesitas

Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat

badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas

adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada

bagian bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu

apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita

karena lemak (Ganong W.F, 2003).

Faktor-faktor penyebab obesitas masih terus diteliti. Baik faktor

lingkungan maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas. Faktor

lingkungan antara lain pengaruh psikologi dan budaya. Dahulu status sosial dan

ekonomi juga dikaitkan dengan obesitas. Individu yang berasal dari keluarga

sosial ekonomi rendah biasanya mengalami malnutrisi. Sebaliknya, individu dari

keluarga dengan status sosial ekonomi lebih tinggi biasanya menderita obesitas.

Kini diketahui bahwa sejak tiga dekade terakhir, hubungan antara status sosial

ekonomi dengan obesitas melemah karena prevalensi obesitas meningkat secara

dramatis pada setiap kelompok status sosial ekonomi (Zhang, 2004).

Meningkatnya obesitas tak lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti

menurunnya aktivitas fisik, dan kebiasaan menonton televisi berjam-jam. Faktor

genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal melalui

pengaruh hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga menentukan banyak

dan ukuran sel adiposa serta distribusi regional lemak tubuh.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas

menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh

bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body

obesity). Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominansi penimbunan lemak

tubuh di trunkal . Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada trunkal,

yaitu trunkal subkutaneus yang merupakan kompartemen paling umum,

intraperitoneal (abdominal), dan retroperitoneal. Obesitas tubuh bagian atas lebih

banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal

sebagai “android obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan

diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian

bawah. Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya

akumulasi lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak

terjadi pada wanita sehingga sering disebut “gynoid obesity”. Tipe obesitas ini

berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada wanita (David., 2004).

Gambar 2.1 Data survei obesiti mengikut umur

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

2.1.2 Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas

Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara, metode yang lazim

digunakan saat ini antara lain pengukuran IMT (Index Massa Tubuh), lingkar

pinggang, serta perbandingan lingkar pinggang dan panggul. Sebuah studi

menyatakan bahwa pengukuran lingkar leher juga dapat digunakan sebagai

screening obesitas. Berikut ini penjelasan masing-masing metode pengukuran

antropometri tubuh:

a. IMT

Metode yang sering digunakan adalah dengan cara menghitung IMT,

yaitu BB/TB2 dimana BB adalah berat badan dalam kilogram dan TB adalah

tinggi badan dalam meter (Caballero B., 2005). Klasifikasi IMT dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Table 2.1 Klasifikasi IMT (International Diabetes Federation, 2005).

Klasifikasi IMT (kg/m2)

BB kurang (underweight) <18,5

Normal 18,5-24,9

BB lebih (overweight) 25,0-29,9

Obesitas, kelas I 30,0-34,9

Obesitas, kelas II 35,0-39,9

Obesitas ekstrim, kelas III >40

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

b. Lingkar Pinggang

IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT

bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas Selain IMT, metode lain untuk

pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang.

Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit dilakukan karena

perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT maupun lingkar pinggang.

Sehinggga IDF (Internasional Diabetes Federation) mengeluarkan kriteria

ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis (Alberti, 2005).

Tabel 2.2 Kriteria ukuran pinggang berrdasarkan etnis

Negara/grup etnis Lingkar pinggang (cm) pada obesitas Eropa Pria >94

Wanita >80 Asia Selatan Populasi China, Melayu, dan Asia-India

Pria >90 Wanita >80

China Pria >90 Wanita >80

Jepang Pria >85 Wanita >90

Amerika Tengah Gunakan rekomendasi Asia Selatan hingga tersedia data spesifik

Sub-Sahara Afrika Gunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data spesifik

Timur Tengah Gunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data spesifik

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

c. Rasio Lingkar Perut – Pinggul

Tabel 2.3 Rasio Lingkar perut dan pinggul

Jenis Kelamin Ukuran RLPP Normal

Wanita <0.85

Pria <0.90

Gambar 2.2 Fenotip obesitas menurut Vague, 1947.

2.1.3 Epidemiologi

Obesitas adalah suatu masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius

di seluruh dunia karena berperan dalam meningkatnya morbiditas dan mortalitas.

Prevalensi obesitas berbeda-beda di setiap negara, mulai dari 7% di Perancis

sampai 32,8% di Brazil.. Prevalensi obesitas meningkat di setiap negara. Sebagai

contoh, di Amerika Serikat prevalensi meningkat dari 12% pada tahun 1991

menjadi 17,8% pada tahun 1998. Penelitian Himpunan Studi Obesitas Indonesia

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

(HISOBI) mendapatkan angka prevalensi obesitas pada wanita (11,02%) lebih

besar daripada pria (9,16%). Obesitas meningkat di setiap negara, pada setiap

jenis kelamin, dan pada semua kelompok usia, ras, dan tingkat pendidikan.

2.2 Obesitas Abdominal sebagai Faktor Risiko Metabolik

2.2.1 Definisi Sindroma Metabolik

Sindroma metabolik merupakan suatu kumpulan faktor risiko metabolik

yang berkaitan secara langsung terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler

artherosklerotik. Faktor risiko tersebut antara lain terdiri dari dislipidemia

atherogenik, peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar glukosa plasma,

keadaann prototombik, dan proinflamasi (Semiardji, 2004). Saat ini berkembang

beberapa kriteria definisi dari sindroma metabolik yang pada akhirnya memiliki

tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan metabolik

sebelum seseorang jatuh ke dalam beberapa komplikasi yang terjadi. Beberapa

kriteria definisi sindroma metabolik yang sering digunakan antara lain WHO

tahun 1998, European Group for The Study of Insulin Resistance (EGIR) tahun

1999, National Cholesterol Education Program Third Adult Treatment Panel

(NCEP-ATP III) tahun 2001, dan American Association of Clinical

Endocrinologist (AACE) tahun 2003.. Secara garis besar, terdapat kepentingan

klinis dari kriteria-kriteria tersebut.

Antara lain disebutkan oleh WHO pada tahun 1998 yang menekankan

bahwa resistensi insulin merupakan penyebab primer dari sindrom. Selain itu,

WHO juga mengizinkan penggunaan terminologi sindroma metabolik untuk

digunakan pada pasien DM tipe 2 yang juga memenuhi kriteria lain. Pada tahun

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

1999, EGIR mengajukan revisi dari definisi WHO. EGIR menggunakan

terminologi sindroma resistensi insulin. Pada tahun 2001, NCEP ATP III tidak

memasukkan resistensi insulin dalam kriteria. Hal ini disebabkan sulitnya

melakukan pengukuran dan standardisasi resistensi insulin. AACE pada tahun

2003 merevisi kriteria ATP III untuk kembali berfokus pada resistensi insulin

sebagai penyebab primer dari faktor risiko metabolik. Kriteria mayor lainnya

adalah toleransi glukosa terganggu, peningkatan trigliserida, penurunan HDL,

peningkatan tekanan darah, dan obesitas.

Saat ini ada dua set kriteria untuk sindroma metabolik, salah satu yang

diajukan oleh World Health Organization (WHO) dan yang lainnya oleh Institut

Kesehatan Nasional (NIH). Definisi ini bekerja sama dan mencakup beberapa

unsur abnormalitas glukosa / insulin, tekanan darah dan lipid , dan obesitas.

Secara umum seseorang yang diklasifikasikan dengan Sindrom Metabolik

kriteria WHO juga didiagnosis dengan menggunakan kriteria NIH. Fakta bahwa

dua set standar ada menunjukkan bahwa pemahaman dan penggunaan istilah

Sindrom metabolik yang baru dan berkembang (David, 2004).

Tabel 2.4 - Definisi Sindrom Metabolik

World Health Organization

1.Pinggang hip ratio> 0,85 pada wanita dan> 0,9 pada pria atau indeks massa

tubuh> 30kg/m2

2.Trigliserida> 150 mg% dan / atau kolesterol HDL <35% mg (pria) atau <40%

mg (wanita)

3.Tekanan darah> 140/90 mm Hg

4.Peningkatan sekresi albumin dalam urin

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

National Institutes of Health

1.obesitas perut: lingkar pinggang> 35 cm pada wanita atau 40 inci pada laki-laki

2.Trigliserida> 150 mg%

3.HDL-kolesterol <50 mg% pada wanita atau <40 mg% pada laki-laki

4.Tekanan darah> 130/85 mm Hg

5.Glukosa plasma puasa> 110 mg%

2.2.2 Patogenesis Sindroma Metabolik

Menurut ATP III komponen-komponen sindroma metabolik terdiri dari :

a. obesitas abdominal adalah bentuk dari obesitas yang paling kuat

berhubungan dengan sindroma metabolik. Hal ini dapat terlihat secara

klinis dengan meningkatnya lingkar perut.

b. dislipidemia atherogenik bermanifestasi dengan penurunan kadar HDL-

C, peningkatan kadar trigliserid, dan small dense LDL.

c. peningkatan tekanan darah berhubungan dengan obesitas dan biasanya

terjadi pada resistensi insulin.

d. resistensi insulin/intoleransi glukosa terjadi pada sebagian populasi

dengan sindroma metabolik. Hal ini berhubungan erat dengan komponen

sindroma metabolik lainnya dan berbanding lurus dengan risiko PKV

(penyakit kardiovaskuler).

e. keadaan proinflamasi meningkatkan kadar hsCRP sebagai akibat

dilepaskannya sitokin proinflamasi merupakan pertanda risiko terjadinya

myocard infarct.

f. keadaan prototombik memiliki karakteristik peningkatan plasminogen

activator inhibitor (PAI-1), fibrinogen, dan faktor VII. Peningkatan

faktor risiko metabolik selalu berhubungan dengan tingginya akumulasi

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

jaringan adiposa abdominal, terutama jaringan lemak visceral. Salah satu

karakteristik obesitas abdominal/lemak visceral adalah terjadinya

pembesaran sel-sel lemak, sehingga sel-sel lemak tersebut akan

mensekresi produk-produk metabolik, diantaranya sitokin proinflamasi,

prokoagulan, peptida inflamasi, dan angiotensinogen. Produk-produk dari

sel lemak dan peningkatan asam lemak bebas dalam plasma bertanggung

jawab terhadap berbagai penyakit metabolik seperti diabetes, penyakit

jantung, hiperlipidemia, gout, dan hipertensi.

2.2.3 Manifestasi Klinik Sindroma metabolik

ATP III menyatakan bahwa penyakit kardiovaskuler merupakan

manifestasi utama sindroma metabolik. Hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh NHANES yang menyebutkan bahwa sindroma metabolik

memiliki hubungan kuat dan konsisten dengan infark miokard/stroke atau infark

miokard dengan stroke. ATP III juga menyebutkan bahwa sindroma metabolik

memiliki hubungan dengan beberapa keadaan seperti polikistik ovarii, fatty liver,

batu empedu kolesterol, asma, sleep apnea, dan beberapa jenis kanker.

2.2.4 Epidemiologi

Prevalensi Sindrom Metabolik bervariasi tergantung pada definisi yang

digunakan dan populasi yang diteliti. Berdasarkan data dari the Third National

Health and Nutrition Examination Survey (1988 sampai 1994), prevalensi

sindrom metabolik (dengan menggunakan kriteria NCEP-ATP III) bervariasi dari

16% pada laki-laki kulit hitam sampai 37% pada wanita Hispanik. Prevalensi

Sindrom Metabolik meningkat dengan bertambahnya usia dan berat badan.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

Karena populasi penduduk Amerika yang berusia lanjut makin bertambah dan

lebih dari separuh mempunyai berat badan lebih atau gemuk , diperkirakan

Sindrom Metabolik melebihi merokok sebagai faktor risiko primer terhadap

penyakit kardiovaskular. Sindrom metabolik juga merupakan prediktor kuat

untuk terjadinya DM tipe 2 dikemudian hari. Terdapat beberapa penelitian

mengenai prevalensi sindroma metabolik di Indonesia. Di Semarang 297

penderita DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di poliklinik Endokrinologi RS

Dr. Kariadi, 52, 2% pasien memenuhi kriteria WHO dan 73% memenuhi kriteria

ATP III. Di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya didapatkan bahwa dari 100 orang,

29% memenuhi kriteria WHO dan 31% memenuhi kriteria ATP III

(Tjokroprawiro, 2006). Di Makasar dilaporkan pada sebuah studi yang dilakukan

John M.F. Adam pada Oktober 2002 hingga Januari 2003, dari 227 pria berumur

21- 81 tahun, 56,4% memenuhi kriteria ATP III.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

Gambar 2.3 Kerangka berpikir Sindroma Metabolik

Hipertensi: ↓ NO ↑ Tonus simpatis ↑ angiotensinogen

↑Jaringan Lemak Visceral

Keadaan prototombik & proinflamasi: PAI-1 ↑, fibrinogen ↑, TNFά ↑, adinopektin ↓, IL-1 ↑, IL-6 ↑, hsCRP ↑

↑ Produksi asam lemak bebas

Akumulasi lemak di berbagai organ

Hepar Oto Skelet Pankreas

Penurunan pengikatan & degradasi insulin

VLDL ↑ Dislipidemia atherogenik

Penumpukan lemak intraseluler

Resistensi insulin

Hiperinsulinemi PAI-1 ↑ Memblok transduksi sinyal insulin

Hiperinsulinemi

↓ Intramuscular glucose uptake

Disfungsi sel β

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

2.3 Tekanan Darah dan Hubungan Dengan Obesitas 2.3.1 Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah ialah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan

yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Cara

mengukur tekanan darah adalah dengan menggunakan alat yang di sebut

spygmomanometer. Lengan atas di balut dengan selembar kantong karet yang

dapat digembungkan, yang terbungkus dalam sebuah manset dan yang di

gandengkan dengan sebuah pompa dan manometer. Dengan memompa maka

tekanan dalam kantong karet cepat naik sampai 200 mmHg yang cukup untuk

menjepit sama sekali arteri brakhial, sehingga tidak ada darah yang dapat lewat,

dan denyut nadi pergelangan menghilang. Kemudian tekanan diturunkan sampai

suatu titik di mana denyut dapat dirasakan atau lebih tepat, bila dengan

menggunakan stetoskop denyut arteri brakhialis pada lekukan siku dengan jelas

dapat didengar. Pada titik ini tekanan yang tampak pada kolom air raksa dalam

manometer dianggap tekanan sistole. Kemudian tekanan di atas arteri brakhialis

perlahan- lahan di kurangi sampai bunyi jantung atau pukulan denyut arteri

dengan jelas dapat di dengar atau dirasakan. Dan titik di mana bunyi menghilang

di anggap tekanan diastolik (Sherwood, L., 2001).

Menurut The Sixth Report Of The Joint National Committee On

Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC

6), klasifikasi tekanan darah pada dewasa terbagi menjadi kelompok normal,

prehipertensi,hipertensi derajat 1, hipertensi derajat 2, dan hipertensi derajat 3.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

Tabel 2.5 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 6

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik (mmHg)

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi Stadium I 140-159 atau 90-99

Hipertensi Stadium II >160 atau >100

Hipertensi Stadium III > 180 atau > 110

Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Orang Dewasa Dengan Usia Diatas 18

tahun menurut The Sixth Report Of The Joint National Committee On

Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure

(JNC), Tahun 1997.

Manakala menurut The Seventh Report Of The Joint National Committee

On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure

(JNC 7),klasifikasi tekanan darah pada dewasa terbagi menjadi kelompok

normal, prehipertensi,hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.

Table 2.6 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik (mmHg)

Normal <120 dan < 80

Pre Hipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi

Derajat 1 140 – 159 atau 90 – 99

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

Derajat 2 >160 atau >100

Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Orang Dewasa Dengan Usia Diatas 18

tahun menurut The Seventh Report Of The Joint National Committee On

Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure

(JNC), Tahun 2003.

2.3.2 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

dan tekanan diastolik lebih dari 90mmHg (Kaplan N.M. , 2006). Tekanan darah

diukur dengan sphygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari

ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi

duduk punggung tegak. Hipertensi didiagnosis berdasarkan peningkatan tekanan

darah sistolik dan diastolik. Ketika tekanan darah sistolik dan diastolik berada

pada pada kategori yang berbeda, maka dipilih kategori yang lebih tinggi untuk

mengklasifikasikan tekanan darah individu.

2.3.3 Etiologi dan Klasifikasi

Table 2.7 Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Normal tinggi 130 -139 (<140) 85 – 89 (<90)

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

Hipertensi

Derajat 1 ( ringan ) 140 – 159 90 – 99

Borderline 140 – 149 90 – 94

Derajat 2 ( sedang ) 160 – 179 100 – 109

Derajat 3 ( berat ) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistolik yang terisolasi ≥ 140 < 90

Borderline 140 – 149 < 90

a. Hipertensi Primer (essensial)

Onset hipertensi essensial biasanya muncul pada usia antara 25-55 tahun,

sedangkan usia di bawah 20 tahun jarang ditemukan. Patogenesis hipertensi

essensial adalah multifaktorial. Faktor-faktor yang terlibat dalam patogenesis

hipertensi essensial antara lain faktor genetik, hipertaktivitas sistem saraf

simpatis, sistem renin angiotensin, defek natriuresis, natrium dan kalsium

intraseluler, serta konsumsi alkohol secara berlebihan.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder memiliki patogenesis yang spesifik. Hipertensi

sekunder dapat terjadi pada individu dengan usia sangat muda tanpa disertai

riwayat hipertensi dalam keluarga. Individu dengan hipertensi pertama kali pada

usia di atas 50 tahun atau yang sebelumnya diterapi tapi mengalami refrakter

terhadap terapi yang diberikan mungkin mengalami hipertensi sekunder.

Penyebab hipertensi sekunder antara lain penggunaan estrogen, penyakit ginjal,

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

hipertensi vaskuler ginjal, hiperaldosteronisme primer dan sindroma cushing,

feokromsitoma, koarktasio aorta, kehamilan, serta penggunaan obat-obatan.

2.3.4 Hipertensi dengan Faktor Risiko Obesitas - Hipertensi pada Obesitas

Berbagai penelitian epidemiologik telah membuktikan adanya hubungan

yang kuat antara obesitas dan hipertensi. Data yang diperoleh dari NHANES

pada populasi orang Amerika Serikat memberikan gambaran yang jelas

mengenai hubungan linier antara kenaikan rasio lingkar pinggang dan pinggul

dengan tekanan darah sistolik dan diastolik serta tekanan nadi. Farmingham

study (2007) melaporkan risiko terjadinya hipertensi sebesar 65% pada wanita

dan 78% pada laki-laki berhubungan langsung dengan obesitas dan kelebihan

berat badan. Mekanisme penyebab utama terjadinya hipertensi pada obesitas

diduga berhubungan dengan kenaikan volume tubuh, peningkatan curah jantung,

dan menurunnya resistensi vaskuler sistemik. Beberapa mekanisme lain yang

berperan dalam kejadian hipertensi pada obesitas antara lain peningkatan sistem

saraf simpatik, meningkatnya aktivitas renin angiotensin aldosteron (RAAS),

peningkatan leptin, peningkatan insulin, peningkatan asam lemak bebas

(FFA),peningkatan endotelin 1, terganggunya aktivitas natriuretic peptide (NP),

serta menurunnya nitrit oxide (NO).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter II.pdf · tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan

Gambar 2.4 Kerangka berpikir Hipertensi

Pengukuran Rasio Lingkar Pinggang Dan Pinggul

Obesitas tubuh bagian atas

Akumulasi lemak di truncal

Aktivitas saraf simpatis vaskuler↑ Tekanan darah↑

HIPERTENSI

Insulin Free Fatty

Acid RAAS

Leptin Nitrit Oxide Natriuretic

peptide

Reabsorbsi Na

Retensi cairan

Blood volume

Cardiac

output

Resistensi

vaskular

Universitas Sumatera Utara