5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegunaan Penentuan Golongan Darah A, B, AB, O Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Informasi tentang golongan darah A, B, O seseorang mutlak diperlukan dalam keadaan yang berhubungan dengan transfusi darah, baik sebagai donor, maupun sebagai resipien. Oleh karena itu, sepatutnya seseorang mengetahui dengan pasti akan golongan darahnya sendiri, yang dapat dilakukannya dengan memeriksakan darahnya ke laboratorium. Golongan darah juga berfungsi sebagai salah satu petanda ( marker ) genetik, yang ikut menjadi bagian dari identitas seseorang. 2.2. Sifat Umum Darah Secara umum fungsi darah ialah sebagai berikut : 1. Alat transpor makanan, yang diserap dari saluran cerna dan diedarkan ke seluruh tubuh. 2. Alat transpor O 2 , yang diambil dari paru-paru atau insang untuk dibawa ke seluruh tubuh. 3. Alat transpor bahan buangan dari jaringan ke alat-alat ekskresi seperti paru- paru (gas), ginjal dan kulit (bahan terlarut dalam air) dan hati untuk diteruskan ke empedu dan saluran cerna sebagai tinja (untuk bahan yang sukar larut dalam air). Http://www. Wordpress.com diakses tanggal 3 januari 2010 Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah cerah di dalam arteri dan berwarna ungu gelap di dalam vena, setelah melepas sebagian oksigen ke jaringan ( menyebabkan perubahan warna ) dan menerima produk sisa dari jaringan.Pembentukan sel darah berlangsung di dalam sumsum tulang dan sel-sel yang matang ( matur ) akan dilepas ke dalam aliran darah. Terbentuk 8 macam sel Universitas Sumatera Utara
13
Embed
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegunaan Penentuan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24139/3/Chapter II.pdf · terdiri atas 5 jenis sel dengan morfologi ... dinamakan sebagai
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kegunaan Penentuan Golongan Darah A, B, AB, O
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah
merah.
Informasi tentang golongan darah A, B, O seseorang mutlak diperlukan
dalam keadaan yang berhubungan dengan transfusi darah, baik sebagai donor,
maupun sebagai resipien. Oleh karena itu, sepatutnya seseorang mengetahui
dengan pasti akan golongan darahnya sendiri, yang dapat dilakukannya dengan
memeriksakan darahnya ke laboratorium. Golongan darah juga berfungsi sebagai
salah satu petanda ( marker ) genetik, yang ikut menjadi bagian dari identitas
seseorang.
2.2. Sifat Umum Darah
Secara umum fungsi darah ialah sebagai berikut :
1. Alat transpor makanan, yang diserap dari saluran cerna dan diedarkan ke
seluruh tubuh.
2. Alat transpor O2 , yang diambil dari paru-paru atau insang untuk dibawa ke
seluruh tubuh.
3. Alat transpor bahan buangan dari jaringan ke alat-alat ekskresi seperti paru-
paru (gas), ginjal dan kulit (bahan terlarut dalam air) dan hati untuk diteruskan
ke empedu dan saluran cerna sebagai tinja (untuk bahan yang sukar larut
dalam air). Http://www. Wordpress.com diakses tanggal 3 januari 2010
Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah cerah di dalam
arteri dan berwarna ungu gelap di dalam vena, setelah melepas sebagian oksigen
ke jaringan ( menyebabkan perubahan warna ) dan menerima produk sisa dari
jaringan.Pembentukan sel darah berlangsung di dalam sumsum tulang dan sel-sel
yang matang ( matur ) akan dilepas ke dalam aliran darah. Terbentuk 8 macam sel
Universitas Sumatera Utara
6
yang berbeda dan semua dihasilkan dari satu jenis sel batang pluripoten yang akan
menurunkan 5 garis keturunan sel yang berbeda. Garis mieloblas menghasilkan
tiga jenis sel granulosit, sedangkan garis monoblas dan limfoblas menghasilkan
sel agranulosit. Eritrosit (sel darah merah ) dan trombosit dibentuk dari garis
keturunannya masing-masing.
Darah selalu dihubungkan dengan kehidupan, baik berdasarkan
kepercayaan saja maupun atas dasar bukti pengamatan. Penggunaan darah
yang berasal dari individu lain dan diberikan secara langsung ke dalam
pembuluh darah juga sudah lama pula dilakukan, paling tidak sejak abad
pertengahan. Pada mulanya, pemberian darah seperti ini dan yang kini
dikenal sebagai transfusi tidak dilakukan dengan landasan ilmiah, tidak
mempunyai indikasi yang jelas dan dilakukan secara sembarang saja.
Tindakan ini lebih banyak dilakukan atas dasar yang lebih bersifat
kepercayaan, misalnya darah sebagai lambang kehidupan. Indikasi juga tidak
jelas, bukan terutama untuk mengobati penyakit atau memperbaiki keadaan
karena perdarahan. Lebih sering hal ini dilakukan untuk tujuan seperti
peremajaan jaringan ( rejuvenilisasi ). Mohamad Sadikin (2010)
Sejak 100 tahun yang lalu ahli-ahli telah berpendapat, bahwa penderita-
penderita yang kekurangan darah seperti orang-orang yang mengalami perdarahan
yang hebat, seperti akibat kecelakaan, peperangan, persalinan ataupun penyakit-
penyakit pendarahan dapat ditolong dengan penambahan darah kedalam tubuh
penderita tersebut.
Sel – sel darah merupakan bagian figuratif atau berbentuk sehingga dapat
dilihat oleh mata, meskipun dengan bantuan alat mikroskop. Sel – sel darah terdiri
atas Sel darah merah, lekosit, dan trombosit. Ketiga macam sel ini berasal sel – sel
asal yang sama disumsum tulang. Sel – sel asal di sumsum tulang tersebut
selanjutnya berdiferensiasi sehingga mengambil bentuk yang berbeda – beda.
Setelah matang, sel – sel tersebut keluar dari sumsum tulang dan masuk ke dalam
darah dan berada di tempat ini dalam jumlah yang berbeda dan menjalankan
fungsi yang berbeda – beda pula. Bahkan lekosit, seperti yang telah diuraikan
terdiri atas 5 jenis sel dengan morfologi berbeda, ternyata juga mempunyai peran
yang berbeda – beda pula.
Universitas Sumatera Utara
7
Morfologi sel darah merah adalah sel yang terbanyak di dalam darah.
Karena sel ini mengandung senyawa yang berwarna merah, yaitu hemoglobin,
maka dengan sendirinya darah berwarna merah.
2.3. Transfusi Darah
Transfusi darah adalah suatu proses pekerjaan memindahkan darah atau
pemberian darah dari orang yang sehat kepada orang yang sakit. Ahli-ahli yang
terdahulu sudah berpendapat, bila seseorang kehilangan darah yang banyak harus
diganti dengan darah atau bila seseorang kekurangan darah harus ditambah
dengan darah, agar organ-organ tubuh berfungsi normal.
Kira-kira 100 tahun yang lalu sudah mulai dicoba melakukan transfusi,
tetapi ternyata banyak menimbulkan bahaya atau kematian, sehingga sempat
dilarang melakukan transfusi itu. Tetapi pada tahun 1900 setelah Dr.Karl
Landsteiner menemukan golongan darah dan setelah ditemukan sel darah dapat
diperpanjang hidupnya dalam larutan gula dan juga setelah ditemukannya
anticoagulant, maka transfusi mulai berkembang dan banyak yang tertolong
orang-orang yang kehilangan darah atau orang yang kekurangan darah.
Sebenarnya transfusi itu sangat penting dan seharusnya merupakan program
nasional, tetapi sesuai dengan kondisi dan kemampuan negara hal ini belum
merupakan masalah yang begitu dipikirkan.
2.3.1 Manfaat Transfusi Darah
a. Menambah jumlah darah yang beredar dalam badan orang yang sakit,
yang darahnya berkurang karena sesuatu sebab misalnya operasi atau
perdarahan sewaktu melahirkan, kecelakaan.
b. Menambah kemampuan darah dalam badan si sakit untuk membawa zat
asam atau O2, misalnya untuk penyakit-penyakit dimana sel-sel darahnya
tidak berfungsi dengan baik, sehingga sel-sel darah itu cepat pecah dalam
badan sendiri dan kemampuan darah untuk mengolah zat asam jadi
berkurang. Disini jumlah CC darah penderita sama saja dengan orang
biasa, tetapi kalau darahnya ada 5 liter, yang berfungsi baik hanya 3 liter.
Universitas Sumatera Utara
8
Transfusi darah adalah suatu cara membantu pengobatan dan transfusi
darah tidak bisa berdiri sendiri, jadi membantu cara pengobatan yang sudah ada.
Suatu Kekhususan dari transfusi darah adalah sumber untuk darah itu terbatas.
Sumber darah adalah tubuh manusia sendiri, dan tidak semua orang bisa menjadi
donor, dan darah tidak dapat dibuat secara synthetis. Penentuan pasien yang akan
diberi transfusi darah harus tepat dan diyakini benar-benar bahwa transfusi darah
akan menolong sisakit.
Ukuran orang-orang yang menderita Thalasemia, yaitu penyakit darah
dimana sel-sel darahnya tidak bisa hidup sepanjang waktu yang normal,
penghancuran sel darahnya lebih cepat, sedangkan tubuh tidak bisa mengikuti
pembuatan sel darah lebih cepat, sehingga pada umur tertentu terjadi kekurangan
darah, untuk ini harus diberi transfusi darah sesuai dengan kebutuhannya.
Biasanya penderita ini akan meninggal pada usia muda / sebelum berusia 10
tahun.
Bahaya transfusi darah diberikan kepada orang yang tidak kehilangan
darah, misalnya untuk penderita Thalasemia tadi, ialah terjadinya penimbunan zat
besi. Satu liter darah mengandung 50 mg zat besi. Tubuh kita hanya mampu
mengeluarkan kelebihan itu sebanyak 1 mg perhari. Jadi dapat terjadi kelebihan
zat besi di dalam tubuhnya, yang memerlukan pengobatan tersendiri
(Haemosiderosis). Transfusi darah bukanlah pekerjaan yang tanpa resiko. Pada
saat sekarang telah dipikirkan efisiensi penggunaan darah, yaitu darah tidak
diberikan secara keseluruhan kepada orang sakit, tetapi apa yang dibutuhkan saja.
Misalnya apabila yang dibutuhkan hanya sel darah merah, maka yang diberi
hanya sel darah merahnya saja.
Darah umumnya dipandang sebagai cairan tubuh yang kental, berwarna
merah dan tidak transparan serta berada dalam suatu ruang tertutup yang dinamai
sebagai sistem pembuluh darah. Uraian yang demikian tentang darah lebih
bersifat deskriptif, hanya menyebutkan apa yang dilihat, dari pada bersifat
definitif, yang bersifat menguraikan secara analitis tetapi ringkas tentang hakikat
sesuatu yang didefinisikan tersebut. Batasan yang tepat bahwa defenisi Darah
adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain,berada dalam
konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai
Universitas Sumatera Utara
9
pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai bahan serta fungsi
homeostasis.Gandasoebrata.R (1995)
Penggolongan darah sebagai suatu jaringan didasarkan atas defenisi
jaringan, yaitu sekelompok sel atau beberapa jenis sel, yang mempunyai bentuk
yang sama dan menjalankan fungsi tertentu. Hanya saja, berbeda dengan jaringan
lain,sel-sel yang terdapat dalam darah dan dinamai sebagai sel-sel darah tidaklah
terikat satu sama lain membentuk suatu struktur yang bernama organ, melainkan
berada dalam keadaan suspensi dalam suatu cairan. Dengan demikian, darah dapat
dibagi 2 bagian besar. Bagian pertama adalah unsur yang berbentuk atau figuratif,
yang dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Bagian kedua adalah unsur tidak
berbentuk atau non-figuratif. Dinamakan demikian karna bagian ini tidak dapat
dilihat secara kasat mata dengan bantuan alat apapun. Kehadiran unsur ini hanya
dapat diketahui secara kimia. Dengan demikian dapatlah dikatakan,bahwa bagian
ini terdiri atas berbagai bahan yang terlarut di dalam cairan darah.
2.3.2 SIFAT FISIKOKIMIA DARAH
Darah, seperti yang telah didefinisikan dan yang dapat dilihat, adalah suatu
cairan tubuh yang kental dan berwarna merah. Kedua sifat utama ini, yaitu warna
merah dan kental, membedakan darah dari cairan tubuh yang lain. Kekentalan ini
disebabkan oleh banyaknya senyawa dengan berbagai macam berat molekul, dari
yang kecil sampai yang besar seperti protein, yang terlarut di dalam darah.
Warna merah, yang memberi ciri yang sangat khas bagi darah, disebabkan
oleh adanya senyawa yang berwarna merah dalam sel-sel darah merah yang
tersuspensi dalam darah.
2.3.3 SEL-SEL DARAH
Apabila setetes darah diletakkan di atas kaca objek yang bersih dan kering
kemudian dibuat sediaan hapus dan diwarnai dengan pewarnaan May Grunwald-
Giemsa, secara garis besar akan tampak sel-sel yang dapat dibagi dalam 3
kelompok besar :
1. Sel-sel bulat, tidak berinti dan berwarna merah kebiruan homogen, jumlahnya
sangat banyak di seluruh lapangan pandangan. Sel-sel inilah yang memberi
Universitas Sumatera Utara
10
warna merah kepada darah, sehingga dinamai sebagai sel darah merah atau
eritrosit.
2. Sel-sel yang berinti, dengan bentuk inti dan ukuran sitoplasma bermacam-
macam, yang dapat dijumpai disana sini dalam lapangan pandangan. Oleh
karena sel-sel ini tidak memberi warna merah kepada darah, sel-sel ini
dinamakan sebagai sel darah putih atau lekosit.
Membran sel darah merah mengandung banyak protein dan karbohidrat
berbeda yang mampu memicu pembentukan antibodi. Saat ini terdapat 26 sistem
golongan darah, yang terdiri dari 194 antigen yang merupakan produk dari 27 gen.
Untuk sebagian kecil antigen, peran biologiknya sudah diketahui; untuk sebagian
kecil lain, komposisi kimiawi molekul sudah diketahui; dan untuk sebagian besar
lainnya, struktur, fungsi, dan penyebab imunogenisitasnya masih merupakan
misteri. Namun, gen-gen yang menentukan antigen sel darah merah tampaknya
mengikuti hukum-hukum pewarisan mendelian.
Apabila individu memiliki suatu pola genetik spesifik ( genotipe ),
antigen-antigen ini biasanya mengekspresikan diri pada sel darah merah
( fenotipe ). Pola pewarisan ini disebut Kodominan. Secara kimiawi, antigen sel
darah merah mungkin berupa protein seperti substansi golongan darah Rh, M, dan
N, atau karbohidrat pada kerangka lemak atau protein seperti substansi golongan
darah ABH, Lewis, Ii, dan P. Antigenisitas berbagai senyawa ini dipengaruhi oleh
sifat biologi dan kimiawi, ukuran molekul, dan konfigurasi tiga dimensinya.
Sebagian substansi golongan darah, seperti antigen Lewis, tersebar di seluruh
jaringan tubuh. Yang lain lebih terbatas di sel darah merah seperti antigen Rh dan
substansi golongan darah Kell.
Aspek paling praktis dari antigen-antigen pada sel darah merah ini adalah
kemampuannya memicu pembentukan antibodi apabila ditransfusikan kepada
resipien. Muncul bukti bahwa beberapa kelainan pada antigen sel darah merah
berkaitan dengan predisposisi penyakit tertentu.
2.4 GOLONGAN DARAH
Universitas Sumatera Utara
11
2.4.1. SISTEM GOLONGAN DARAH ABO
Golongan darah adalah hasil dari pengelompokkan darah berdasarkan ada
atau tidaknya substansi antigen pada permukaan sel darah merah ( eritrosit ).
Antigen tersebut dapat berupa karbohidrat, protein, glikoprotein, atau glikolipid.
Golongan darah manusia bersifat herediter, dan sangat tergantung pada golongan
darah kedua orang tua manusia yang bersangkutan.
Darah perlu digolongkan untuk banyak kepentingan, khususnya untuk
Transfusi Darah. Karl Landsteiner menemukan, bahwa darah manusia yang
ditransfusikan ke manusia lain dapat inkompatibel, dan menimbulkan aglutinasi
( si penerima darah terlihat syok dan ikterik / kuning ). Transfusi dengan darah
yang inkompatibel antara donor dan resipien ( penerima ) dapat berakibat fatal.
Selain itu, golongan darah dapat bermanfaat untuk kepentingan forensik dan
penentuan ayah sebagai metode penentu paling sederhana.
Berikut Tabel dari Golongan Darah dalam sistem ABO
Golongan darah sistem ABO dibagi berdasarkan struktur antigen permukaan
eritrosit, yang disebut juga sebagai aglutinogen.
Universitas Sumatera Utara
12
Molekul sebagai penentu golongan darah dalam sistem ABO ada 4 macam, yaitu:
1. D-galactose
2. N-acetylgalactosamine
3. N-acetylglucosamine
4. L-fucose
Harper H. (1971)
1. Golongan darah A memiliki antigen permukaan A. Antigen A tersusun
dari 1 molekul fukosa, 2 molekul galaktosa, 1 molekul N-asetil
galaktosamin, dan 1 molekul N-asetil glukosamin.
2. Golongan darah B memiliki antigen permukaan B. Antigen B ini sedikit
berbeda dengan antigen A, dimana antigen ini tersusun dari molekul N-
asetil galaktosamin digantikan oleh 1 molekul galaktosa.
B
B
Universitas Sumatera Utara
13
3. Orang dengan golongan darah AB memiliki dua macam antigen
permukaan, yang merupakan kombinasi dari antigen A dan antigen B.
4. Golongan darah O semula dianggap tidak memiliki antigen permukaan,
namun terbukti bahwa golongan darah O masih memiliki ikatan
karbohidrat pada permukaan eritrositnya yang terdiri atas 1 molekul
fukosa, 1 molekul N-asetil glukosamin, dan 2 molekul galaktosa. Gugus
ini tidak bersifat imunogenik, sehingga anggapan golongan darah O tidak
memiliki antigen permukaan masih bisa diterima.
B
O
Universitas Sumatera Utara
14
Yang kelebihan N-acetylgalactosamine akan menjadi golongan A, dan kelebihan
D-galactose menjadi golongan B.
Sebelum D-galaktosa dapat menerima monomer karbohidrat yang menentukan
aktivitas A atau B, molekul ini harus sudah mengikat monomer karbohidrat
fukosa. Suatu gugus D-galaktosa yang sudah mengikat fukosa, tetapi tanpa N-
asetilgalaktosamin aktif-A atau D-galaktosa aktif B, memiliki aktivitas antigenik
yang disebut H. Sel-sel yang hanya memiliki konfigurasi monomer karbohidrat
aktif-H tidak memiliki aktivitas A atau B dan disebut golongan O.
Glikosiltransferase yang ditentukan oleh gen A dan B bergantung pada
adanya substansi H prekursor untuk pengaktifannya. Perlekatan fukosa ke D-
galaktosa menyediakan prekursor ini. Perlekatan fukosa diperantarai oleh enzim
lain, fukosa-transferase, yang keberadaannya ditentukan oleh gen H. Gen H
terletak di luar lokus ABO dan ditemukan di kromosom 19. Gen H sangat sering
dijumpai, dan hampir semua orang memiliki substansi H pada sel darah mereka.
Beberapa orang bersifat homozigot untuk suatu gen inaktif di tempat itu, yang
disebut h. Karena orang dengan dua gen h tidak dapat menghasilkan enzim yang
diperlukan untuk melekatkan fukosa, sel-sel darah mereka tidak memiliki aktivitas
H.
2.4.2. Antibodi dalam sistem ABO
Walaupun anti-A dan anti-B bereaksi secara kuat dan spesifik dengan
antigen sel darah merah yang sesuai, rangsangan bagi terbentuknya Anti-A dan
Anti-B bukanlah pajanan ke sel darah merah. Ikatan galaktosa dengan N-
asetilgalaktosamin yang sama atau galaktosa yang menjadi ciri glikosfingolipid
sel darah merah juga dijumpai di dinding sel bakteri. Pajanan lingkungan yang
terus menerus terhadap antigen-antigen yang tersebar luas ini memicu
pembentukan antibodi pada individu yang mampu mengembangkan imun, asalkan
antigennya bukan ”konstituen diri” dari sel darah merah individu yang
bersangkutan. Orang dengan golongan A hanya membentuk anti-B, dan mereka
dengan golongan B hanya memiliki anti-A. Orang dengan golongan O memiliki
anti-A dan anti-B, sedangkan individu AB tidak memiliki kedua antibodi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
15
Bakteri di lingkungan juga memiliki ikatan galaktosa-fukosa yang
memperlihatkan aktivitas H. Namun anti-H jarang dijumpai karena hampir semua
sel darah merah memiliki antigen H dalam jumlah yang berkisar dari sedikit
sampai bermakna. Anti-A dan anti-B merupakan aglutinin kuat, yang mudah
dibuktikan di laboratorium. Dalam sirkulasi, keduanya menyebabkan destruksi
cepat melalui perantaraan komplemen terhadap semua sel yang tidak sesuai yang
kebetulan masih ke aliran darah. Kecuali untuk beberapa sel janin yang masuk ke
aliran darah ibunya selama kehamilan dan persalinan, satu-satunya cara sel yang
tidak cocok golongan ABO nya masuk ke dalam sirkulasi adalah melalui transfusi
yang salah identifikasinya. Identifikasi pasien, sampel darah, atau darah donor
yang tidak tepat, atau pencatatan yang salah, merupakan penyebab tersering reaksi
transfusi inkompatibel-ABO hemolitik.
Sebagian besar aktivitas anti-A dan anti-B terletak pada kelas IgM
imunoglobulin, yang menghasilkan aglutinasi cepat dan / atau hemolisis. Namun,
sebagian aktivitas adalah IgG, dan antibodi dari kelas ini melekat ke permukaan
sel tanpa langsung mempengaruhi viabilitas. Anti-A atau anti-B kelas IgG mudah
melewati plasenta dan dapat menyebabkan penyakit hemolitik pada neonatus.
Orang dengan golongan O lebih sering memiliki IgG anti-A dan Anti-B
dibandingkan orang dengan golongan A atau B. Penyakit hemolitik ABO pada
bayi baru lahir hampir seluruhnya mengenai bayi yang lahir dari ibu dengan
golongan O. Jouvenceaux (1978)
Perubahan dalam Tipe ABO pada berbagai penyakit
Melemahnya antigen A dapat terjadi pada beberapa orang yang mengidap
leukemia akut atau pada penyakit mieloproliferatif kronis dengan evolusi
leukemik. Kanker tertentu, terutama kanker kolon, mungkin berkaitan dengan
akuisisi antigen B yang disebut B didapat. B didapat juga dapat terjadi pada
infeksi gram-negatif tertentu dan obstruksi usus. Dengan demikian, pada penyakit
ini kadang-kadang pasien dari fenotipe golongan O mungkin memperoleh B dan
tampak sebagai golongan B, atau seseorang dengan golongan A mungkin
memperoleh B dan menjadi golongan AB.
Universitas Sumatera Utara
16
Berdasarkan penelitian dari Lindsey Kinball Institute, New York, yang
menemukan bahwa Alpha galactosidase, suatu enzim yang disarikan dari kopi,
dapat mengubah golongan darah B menjadi O. Yang membedakan sel darah
merah golongan B dari O adalah adanya kelebihan satu molekul D-galactose
dalam sel darah merah golongan darah B.
Enzim galactosidase dimanfaatkan untuk melepaskan satu molekul D-galactose
yang berlebih tadi sehingga susunan molekulnya sama dengan sel darah merah
golongan O.
Adapun isi dari reagen golongan darah A, B, O, AB ini terdapat dari
Invitro culture supernatants dari immunoglobulin sel tikus, kemudian dicampur
dengan buffer phosphate, sodium chloride,dimana terjadi Anti serum A berwarna
biru, Antiserum B berwarna kuning, Antiserum AB tidak berwarna.
BCSH. Clin Lab Haem. (1990)
Setelah darah ditetesi serum maka akan terjadi beberapa kemungkinan yang
akan menunjukkan golongan darah tersebut. Beberapa kemungkinan tersebut
yaitu:
a. Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah,maka individu
tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A)
b. Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki
aglutinogen tipe B (golongan darah B)
c. Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi induvidu
tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB)
d. Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak mengakibatkan aglutinasi,maka
individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O).