BAB 14 Siklus ATP dan Bioenergetika Sel Bioenergetika adalah bagian dari biokimia yang bersangkutan dengan transformasi dan penggunaan energi oleh sel hidup Hukum Pertama dan Kedua Termodinamika - Hukum Pertama “Di dalam setiap perubahan fisik atau kimia, jumlah total energi pada lingkungan adalah tetap”. Sederhananya, energi itu tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya dan jumlah energinya tidak berubah. - Hukum Kedua “Semua perubahan fisik atau kimia cenderung berjalan menuju arah, sedemikian rupa, sehingga energi yang bermanfaat terurai secara tidak dapat balik (ireversibel) menjadi bentuk arah yang tidak teratur, yang disebut entropi. Penguraian ini terhenti pada titik keseimbangan. Pada saat ini, entropi yang terbentuk berada pada tingkat yang paling maksimum yang dimungkinkan oleh kondisi lingkungan yang bersangkutan”. Terdapat dua jenis energi bermanfaat, yaitu energi bebas dan energi panas. Energi bebas adalah jenis 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 14
Siklus ATP dan Bioenergetika Sel
Bioenergetika adalah bagian dari biokimia yang bersangkutan dengan
transformasi dan penggunaan energi oleh sel hidup
Hukum Pertama dan Kedua Termodinamika
- Hukum Pertama
“Di dalam setiap perubahan fisik atau kimia, jumlah total energi pada
lingkungan adalah tetap”.
Sederhananya, energi itu tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan, hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya dan
jumlah energinya tidak berubah.
- Hukum Kedua
“Semua perubahan fisik atau kimia cenderung berjalan menuju arah,
sedemikian rupa, sehingga energi yang bermanfaat terurai secara tidak
dapat balik (ireversibel) menjadi bentuk arah yang tidak teratur, yang
disebut entropi. Penguraian ini terhenti pada titik keseimbangan. Pada saat
ini, entropi yang terbentuk berada pada tingkat yang paling maksimum yang
dimungkinkan oleh kondisi lingkungan yang bersangkutan”.
Terdapat dua jenis energi bermanfaat, yaitu energi bebas dan energi panas.
Energi bebas adalah jenis energi yang melakukan kerja hanya pada suhu atau
tekanan yang tetap. Energi panas adalah energi yang melakukan kerja hanya
melalui suatu perubahan suhu tatau tekanan. Entropi adalah energi dalam keadaan
acak atau tidak teratur (energi tidak berguna).
Aspek lain dari hukum termodinamika kedua ini adalah sistem dan
lingkungan. Sistem adalah kumpulan benda-benda yang mengalami suatu proses
kimia atau fisik tertentu. Sedangkan lingkungan adalah tempat saling bertukar
1
energi dengan sistem yang bereaksi. Sistem dan lingkungan bersama-sama
menyusun suatu semesta(Gambar 14-1).
Semesta
(sistem + lingkungan)
Perubahan dalam energi bebas, panas, dan entropi di dalam reaksi kimia
pada suhu dan tekanan yang tetap, yang terdapat dalam sistem biologis,
dihubungkan satu dengan yang lain secara kuantitatif oleh persamaan :
ΔG adalah perubahan energi bebas pada sistem yang sedang bereaksi.
ΔH adalah perubahan dalam kandungan panas sistem tersebut (entalpi). Jika
sistem kehilangan atau membebaskan panas, ΔH bertanda negatif. Sedangkan
jika sistem menyerap panas dari lingkungan, maka ΔH bertanda positif.
T adalah suhu absolut pada saat proses berlangsung.
ΔS adalah perubahan dalam entropi semesta, termasuk sistem yang sedang
bereaksi.
Organisme hidup mempertahankan keteraturan internalnya dengan
mengekstrak energi bebas dari makanan (atau sinar matahari) dari lingkungannya,
dan mengenbalikan ke lingkungan jumlah energi yang sama, dalam bentuk yang
kurang berguna, terutama dalam bentuk panas, yang menjadi terbaur (acak) ke
tempat-tempat lain pada semesta. Organisme hidup secara terus menerus
memberikan entropi kepada lingkungannya sebagai upah yang diperlukan untuk
mempertahankan keteraturan internalnya sendiri.
2
Gambar 14-1Pada keadaan standar, energi dapat dipertukarkan antara sistem dan lingkungannya, tetapi pertukaran energi harus mengikuti hukum-hukum termodinamika. Pertama, jumlah total energi didalam “semesta” yaitu sistem + lingkungannya harus tetap. Hukum kedua menyatakan bahwa jika suatu sistem mengalami bebrapa perubahan fisik atau kimia, entropi sistem harus meningkat, secara serentak, energi bebas sistem yang sedang bereaksi menurun. Bersamaan dengan perubahan itu, panas dapat mengalir dari sistem ke lingkunganya atau dari lingkungan ke sistem untuk memenuhi persamaan ΔG = ΔH – T ΔS
Lingkungan
Lingkungan sistem
ΔG = ΔH – T ΔS
Sel aerobik melakukan oksidasi glukosa (C6H12O6) menjadi CO2 dan H2O
pada suhu dan tekanan tetap
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O
Keadaan dianggap baku jika suhu setempat 25°C atau 298°K dan tekanan 1 atm
(760 mmHg). Dalam perhitungan termodinamika perubahan energi berikut ini
terjadi pada oksidasi glukosa per mol.
ΔG = -686.000 kal/mol
ΔH = -673.000 kal/mol
ΔS = Δ H−ΔG
T
= −673.000−(−686.000)
298
= + 44 kal/mol
Peningkatan di dalam ketidakteraturan atau entropi molekular,
menyebabkan oksidasi glukosa.
Sel Membutuhkan Energi Bebas
Bentuk energi yang dapat dan harus digunakan oleh sel adalah energi
bebas, yang dapat melakukan kerja pada suhu dan tekanan yang tetap. Sel
heterotrof memperoleh energi bebas dari molekul nutrien kaya energi, dan sel
fotosintetik memperoleh energi bebas dari radiasi solar yang diserap. Kedua jenis
sel mengubah input energi bebas ini menjadi bentuk umum energi kimia, dan
menggunakannya untuk menjalankan aktifitas sel melalui proses yang tidak
melibatkan perbedaan suhu dan tekanan tetap.
Perubahan Energi Bebas Baku suatu Reaksi Kimia Dapat Dihitung
Setiap reaksi memiliki perubahan energi bebas baku (ΔG°). Di dalam
reaksi yang mengandung lebih dari satu molekul pereaksi atau produk, seperti
reaksi:
aA + bB cC + dD
3
(molekul yang bereaksi telah membebaskan panas)
(entropi semesta telah meningkat)
(energi bebas sistem, yang merupakan molekul yang bereaksi telah menurun)
ΔG° = -2,303 RT log K’eq
a, b, c, dan d merupakan jumlah molekul A, B, C, dan D yang berpartisipasi.
Tetapan kesetimbangan:
K’eq = [[C ]C [D ]D ][ A]A [B ]B
Untuk menghitung perubahan energi bebas baku ΔG° menggunakan persamaan:
R = tetapan gas (1,987 kal/mol.K)
T = suhu mutlak (298°K)
*K’eq> 1,0 , maka ΔG° = negatif (-)
K’eq< 1,0 , maka ΔG° = positif (+)
ΔG°adalah perbedaan diantara kandungan enerdi-bebas pereaksi, dan
energi bebas prosuk pada keadaan baku (298°K, 1 atm, pereaksi serta produk pada
konsentrasi 1 M). ΔG° bertanda negatif jika produk mengandung energi bebas
lebih sedikit dari pada pereaksi sehingga reaksi akan berjalan ke arah
pembentukan produk pada keadaan baku. Jika ΔG° bertanda positif, berarti
produk reaksi mengandung lebih banyak energi bebas dari pereaksi, sehingga
reaksi akan berjalan ke arah kebalikannya.
ΔG° Memiliki Nilai Khas bagi Reaksi Kimia yang Berbeda
Jika perubahan energi bebas baku (ΔG°’) mempunyai tanda negatif, berarti
reaksi berlangsung dengan hilangnya energi bebas. Jika perubahan energi bebas
baku (ΔG°’) mempunyai tanda positif, berarti reaksi berlangsung dengan
menyerap energi bebas.
Hidrolisis senyawa sederhana ester, amida, peptida, dan glikosida, serta
penyusunan dan eliminasi berjalan dengan perubahan energi bebas baku yang
relatif kecil, sedangkan hidrolisis anhidrida asam terjadi dengan penurunan energi
baku yang relatif besar. Oksidasi senyawa organik menjadi CO2 dan H2O berjalan
dengan penurunan energi bebas baku yang besar. Namun, perubahan energi bebas
4
baku tidak menyatakan berapa banyak energi bebas yang dapat dimanfaatkan
secara biologi.
Terdapat Perbedaan Penting Diantara ΔGo’ dan ΔGo.
Perubahan energi bebas baku ΔG°’ menyatakan arah reaksi dan berapa
jauh reaksi tertentu akan berjalan dalam mencapai keseimbangannya, jika reaksi
ini terjadi pada kondisi baku (konsentrasi awal semua komponen 1,0 M; pH 7,0;
dan suhu 25oC). ΔGo’merupakan suatu tetapan yang tidak dapat diubah.
Selanjutnya, ΔGo setiap reaksi yang sedang menuju keseimbangan selalu
beranda negatif dan menjadi lebih kecil (berkurang negatifnya) dengan melajunya
reaksi, dan menjadi nol pada titik keseimbangan. Jadi, ΔGo adalah perubahan
energi bebas reaksi pada konsentrasi yang sesungguhnya, pada saat terjadi reaksi
kimia tersebut.
ΔGo dan ΔGo’ bagi setiap reaksi A + B → C + D dihubungkan oleh
persamaan:
∆ G=∆ G ˚+2,303 RT log[ C ] [D ][ A ] [B ]
Dapat disimpulkan bahwa ΔGo reaksi kimia yang sedang berlangsung
bertanda negatif dan selalu meningkat menuju nilai nol, sedangkan ΔGo’ akan
tetap konstan.
Nilai Energi Bebas Baku Reaksi-reaksi Kimia dapat Dijumlahkan
Sebagai contoh ada 2 buah reaksi kimia sebagai berikut:
Glokusa 1-fosfat
Glukosa 6-fosfat
Fruktosa 6-fosfat
5
fosfoglukomutase
Glukosa fosfat isomerase
ΔGo’ = - 1,74 kkal/mol
ΔGo’ = - 0,40 kkal/mol
Jumlah kedua reaksi:
Glukosa 1-fosfat fruktosa 6-fosfat
Maka, energi bebas bakunya adalah:
∆G3˚’ = -1,74 + (+0,40) = -1,34 kkal/mol
ATP Adalah Rantai Kimia Utama diantara Aktivitas Sel Penghasil Energi
dan Aktivitas Sel yang Membutuhkan Energi
Prinsip dasar perubahan energi dalam sistem kimia dapat diamati dari
siklus energi dalam sel. Sel heterotrof memperoleh energi bebas dari degradasi
(katabolisme) molekul nutrien dan menggunakan energi ini untuk:
1. Melakukan sintesis biomolekul dari molekul pemula yang lebih kecil,
2. Menjalankan kerja mekanik,
3. Mengangkut biomolekul atau ion melalui membran menuju daerah
berkonsentrasi lebih tinggi.
ATP berperan dalam katabolisme sebagai pembawa energi kimia dan
memberikan sejumlah energinya kepada proses-proses yang memerlukan energi
dengan memecah dirinya menjadi ADP dan fosfat.
Gambar Siklus ATP di dalam sel
Kimiawi ATP Telah Dikenal Baik
ATP, ADP (adenosin difosfat) dan AMP (adenosin monofosfat)
merupakan nukleotida. Di dalam ATP, ADP, dan AMP, basa yang terkandung
adalah purin, adenin, dan gula 5-karbonnya adalah D-ribosa. Nukleotida
melakukan berbagai fungsi sel, terutama sebagai unit pembangun DNA dan RNA,
yakni berperan menjadi unsur penyandi. Di dalam sel normal yang melakukan
6
respirasi, ATP menyusun sampai 80% atau lebih dari jumlah ketiga adenin
ribonukleotida.
Pada pH 7,0, ATP dan ADP terdapat sebagai anion ATP4- dan ADP3- yang
bermuatan banyak karena hampir semua kandungan fosfat mengion sempurna
pada pH ini. Namun dalam cairan intra sel yang mengandung Mg2+ berkonsentrasi
tinggi, ATP dan ADP terdapat sebagai senyawa kompleks Mg ATP2- dan Mg
ADP-. Dalam banyak reaksi enzimatik yang melibatkan ATP sebagai donor fosfat,
bentuk aktifnya adalah MgATP2-. Di dalam sel, konsentrasi ATP biasanya relatif
konstan dalam keadaan imbang, kecepatan pembentukan ATP diimbangi oleh
kecepatan degradasinya. Jadi, gugus fosfat ujung pada pembentukan ATP
mengalami penguraian dan penggantian secara terus-menerus dari pool fosfat
anorganik selama metabolisme sel.
ATP Memiliki Energi Bebas Hidrolisis Baku yang Khas
ATP mengalami kehilangan gugus terminal fosfatnya jika terhidrolisis,
dengan membentuk ADP dan fosfat anorganik
ATP + H2O ADP + Pi ∆G˚’ = -7,3 kkal/mol
ATP disebut senyawa fosfat berenergi tinggi dan glukosa 6-fosfat sebagai
senyawa fosfat berenergi rendah. ATP termasuk senyawa fosfat berenergi tinggi
karena ketika ∆G˚’ hidrolisis ATP mencapai -7,3 kkal/mol, sama dengan
∆G˚’hidrolisis ADP menjadi AMP yang menandakan kedua gugus fosfat ujung
ATP adalah gugus berenergi tinggi. Sedangkan ketika AMP dihidrolisis
menghasilkan adenosin dan fosfat, ∆G˚’nya hanya mencapai -3,4 kkal/mol saja
sehingga pemecahan molekul ini termasuk ke dalam kelas berenergi rendah.
Mengapa ATP Memiliki Energi Bebas Hidrolisis Baku yang Relatif Tinggi?
Terdapat tiga struktur yang menentukan energi bebas baku hidrolisis ATP
yaitu:
1. Derajat ionisasi ATP dan produk hidrolisisnya.
2. Molekul ATP memiliki empat muatan negatif yang letaknya berdekatan,
yang saling tolak-menolak ketika pH = 7,0.
7
N
NN
N
NH2
O
OHOH
HH
H
CH2
H
OPO
O-
O
P
O-
O
OP-O
O-
O
Adenin
Penentuan ke tiga gugus fosfat
Gugus Fosfatujung berenergi tinggi
D-Ribosa
AMP
ADP
ATP
(a)
3. Kedua produk hidrolisis ATP yaitu ADP3 -dan HPO42- merupakan hibrid
resonansi, yaitu suatu bentuk stabil yang khusus, dengan elektron tertentu
dalam konfigurasi yang memiliki jauh lebih sedikit energi dibandingkan
dengan kedudukan aslinya di dalam molekul ATP.
Ikatan fosfat berenergi tinggi yang dilambangkan dengan “~” menyatakan
bahwa ikatannya mengandung energi. Sebenarnya pemecahan ikatan justru
membutuhkan input energi. Energi bebas yang ada pada hidrolisis suatu molekul
organik bukan berasal dari penguraian ikatan khusus, tetapi lebih diakibatkan pada
produk reaksi memiliki kandungan energi bebas yang lebih sedikit dibandingkan
dengan pereaksi.
8
ATP Berperan Sebagai Senyawa Antara yang Berlaku Umum di dalam
Reaksi Pemindahan Posfat
Reaksi-reaksi metabolisme berjalan melalui serangkaian reaksi enzimatis
berurutan, yang dihubungkan oleh senyawa antara yang bersifat umum, di mana
produk dari suatu reaksi menjadi substrat reaksi berikutnya.
A + B → C + D
D + E → F + G
Reaksi-reaksi di atas dihubungkan oleh senyawa antara D. Agar energi
kimia dapat berpindah dari satu reaksi kimia ke reaksi kimia yang lain, maka
kedua reaksi harus memiliki senyawa antara. Jadi, komponen D pada kedua reaksi
tersebut dapat berfungsi sebagai cara pemindahan energi dari reaksi pertama ke
reaksi kedua.
Selama berlangsungnya reaksi katabolik yang memberikan energi,
dihasilkan senyawa fosfat berenergi tinggi dengan menggunakan energi yang
dibebaskan pada degradasi nutrien sel. Enzim kinase mengkatalisis pemindahan
senyawa fosfat dari senyawa fosfat berenergi tinggi tersebut (X — P) kepada
ADP membentuk ATP. Pada tahap kedua, kinase khusus lainnya mengkatalisa
pemindahan senyawa fosfat terminal dari ATP ke suatu molekul penerima.
X — P + ADP → X + ATP
ATP + Y → Y — P
Adanya ATP sebagai senyawa antara mengakibatkan pindahnya energi
kimia dari X — P menuju Y melalui pemindahan gugus fosfat. ATP hampir selalu
menjadi perantara bagi reaksi pemindahan gugus fosfat tersebut, karena sel tidak
memiliki kinase yang dapat memindahkan senyawa fosfat secara langsung dari
senyawa fosfat dengan energi super tinggi kepada senyawa penerima berenergi
rendah.
9
Dua Senyawa Fosfat Berenergi Super-Tinggi Dihasilkan pada Pemecahan
Glukosa Menjadi Laktat
Terdapat dua senyawa penting pemberi gugus fosfat kepada ADP, yaitu 3-
fosfogliseroil fosfat dan fosfoenolfiruvat. Keduanya dibentuk pada reaksi
pemecahan glukosa menjadi laktat yang menghasilkan energi. Proses ini disebut
glikolisis.
m
Sebagian besar energi bebas yang dilepaskan pada degradasi glukosa
menjadi laktat di simpan dalam kedua senyawa tersebut. Di dalam sel, senyawa
fosfat berenergi tinggi tidak mengalami hidrolisis, namun gugus fosfat tersebut
dipindahkan ke ADP menghasilkan ATP dengan katalis enzim kinase. Reaksi
pemindahan gugus fosfat pada senyawa 3-fosfogliseroil fosfat adalah:
10
Glukosa
Laktat
3-fosfogliseroil fosfat
Fosfoenolfiruvat
ATP
ATP
Senyawa antara berenergi super tinggi Pembentukan 2
jenis senyawa fosfat berenergi super tinggi pada pemecahan glukosa menjadi laktat yang menghasilkan energi. Masing-masing dapat memberikan gugus fosfat kepada ADP, untuk membentuk ADP.
Hanya satu di antara dua gugus fosfat dari fosfogliseroil fosfat yang
dipindahkan ke ADP, yaitu gugus fosfat yang terikat pada gugus karboksil. Gugus
fosfat lainnya (pada karbon no. 3) merupakan gugus berenergi rendah.
Fosfoenolfiruvat, senyawa fosfat berenergi tinggi lainnya, yang dibentuk
pada pemecahan glukosa menjadi piruvat juga memberikan gugus fosfatnya ke
ADP melalui reaksi serupa, yang dikatalisis oleh piruvat kinase.
Pemindahan Gugus Fosfat dari ATP ke Suatu Molekul Penerima Dapat
Memberikannya Tenaga
ATP dapat memindahkan gugus fosfat kepada berbagai molekul penerima
untuk menghasilkan senyawa fosfat berenergi rendah, seperti senyawa fosfat dari
alkohol. Terdapat heksokinase, yang mengkatalisa pemindahan gugus fosfat dari
ATP ke D-glukosa.
Yang lain adalah gliserol kinase¸ yang mengkatalisis reaksi:
Glukosa 6-fosfat dan gliserol 3-fosfat berperan sebagai unit pembangun
yang telah diaktifkan untuk sintesis molekul yang lebih besar. Sebagian dari
energi bebas yang semula dihasilkan oleh degradasi glukosa menjadi laktat, yang
disimpan dalam bentuk fosfogliseroil fosfat dan fosfoenolfiruvat, dapat
dipindahkan ke gliserol, glukosa, atau penerima fosfat lainnya, di mana ATP
berperan sebagai pembawa energi kimia antara dalam bentuk gugus fosfat.
11
ATP Dipergunakan untuk Memberikan Energi pada Kontraksi Otot
ATP memberikan energi kimia bagi dua bentuk utama kerja sel, yaitu
kerja mekanik pada kontraksi otot dan kerja osmotik atau kerja melawan
konsentrasi yang diperlukan untuk melakukan transport melawan konsentrasi
gradien.
Di dalam sistem kontraktil sel otot kerangka terdapat dua jenis filament
utama, yaitu filamen tebal yang terdiri dari serangkaian molekul miosin berbentuk
batang yang tersusun secara parallel, dan filamen tipis yang terdiri dari dua
untaian serabut aktin (F aktin) yang saling membelit terhadap sesamanya. Pada
serabut otot, filamen tebal dan tipis secara teratur disusun sejajar, saling terjalin,
dalam suatu unit berulang yang disebut sarkomer.
Selama kontraksi otot, filamen tipis di dalam tiap sarkomer, yang
menyebabkan terjadinya pemendekan keseluruhan serat otot. Hidrolisis ATP
menjadi ADP dan fosfat, memberikan energi kimia bagi gerakan meluncur
filamen-filamen ini. Tiap-tiap molekul miosin pada filamen tebal memiliki kepala
dengan ukuran besar, dan kepala tersebut sebenarnya merupakan enzim. Molekul
ini menghidrolisis ATP bersamaan dengan berlangsungnya persinggung dan
pelepasan berulang-ulang dengan filamen tipis, sehingga tenaga meluncur yang
12
menyebabkan filamen tebal bergerak di sepanjang filamen tipis menuju ke ujung
sarkomer. Hidrolisis ATP dianggap terjadi bersama-sama dengan perubahan
dalam bentuk atau konformasi kepala miosin, sehingga dihasilkan suatu tenaga
mekanik. Dengan cara ini, miosin dan aktin berfungsi untuk mengubah energi
kimia menjadi energi mekanik pada kontraksi otot.
Kontraksi dan relaksasi otot kerangka diatur oleh konsentrasi Ca2+ di dalam
sitosol. Pada saat syaraf penggerak memberikan rangsangan terhadap serabut otot,
Ca2+ dibebaskan dari tubul membran yang memanjang pada sel otot. Ca2+ yang
dibebaskan berikatan dengan troponin, yang brfungsi sebagai pelatuk. Molekul ini
mengalami perubahan konformasi yang menimbulkan aktivitas ATPase pada
kepala molekul miosin pada filamen tebal, sehingga terjadi kontraksi. Otot
relaksasi terjadi jika impul syaraf terhenti, dan Ca2+ diangkut dari sarkoplasma ke
dalam sisterne pada sarkoplasmik reticulum melalui aktivitas pompa Ca2+ ATPase
pada membran. Jadi, energi ATP diperlukan saat kontraksi dan relaksasi otot, di
mana energi yang dibebaskan oleh hidrolisis ATP dapat digunakan untuk
memompa ion lain melalui membran.
Fosfokreatin Merupakan Bentuk Cadangan Sementara dari Gugus Fosfat
Berenergi Tinggi di dalam Otot
Fosfokreatin (disebut juga kreatin fosfat) berperan sebagai bentuk
cadangan sementara gugus fosfat berenergi tinggi, di mana ∆Go’ hidrolisisnya
sebesar -10,3 kkal/mol. Fosfokreatin dapat memindahkan gugus fosfatnya kepada
ATP, dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim kreatin kinase.
Fosfokreatin + ADP kreatin + ATP
Fosfokreatin berfungsi untuk mempertahankan konsentrasi ATP di dalam
sel otot. Jika sebagian ATP pada sel otot digunakan untuk kontraksi, terjadi
pembentukan ADP. Dengan bantuan kreatin kinase, fosfokreatin dengan cepat
memberikan gugus fosfatnya ke ADP untuk mengembalikan tingkat normal ATP.
Kandungan fosfokreatin otot kira-kira 3-4 kali lebih besar dari kandungan ATP,
sehingga senyawa ini dapat menyimpan gugus fosfat dalam jumlah cukup untuk
13
mempertahankan tingkat ATP supaya tetap. Selama periode pengembalian
selanjutnya, kreatin yang terakumulasi difosforilasi kembali menjadi fosfokreatin
oleh ATP, karena reaksi kreatin kinase bersifat dapat balik.
Pada kebanyakan invertebrata, ototnya mengandung fosfoarginin, sebagai
pengganti fosfokreatin sebagai bentuk cadanagn energi. Senyawa seperti
fosfokreatin dan fosfoarginin yang berfungsi sebagai cadangan energi disebut
fosfagen.
ATP juga Mengaktifkan Transport Aktif Melalui Membran
Energi ATP juga dapat digunakan untuk melaksanakan kerja konsentrasi,
yaitu kerja yang diperlukan untuk mengangkut ion atau molekul melalui membran
ke dalam ruang cair lain dengan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Untuk
menghitung energi bebas yang diperlukan untuk mengangkut 1,0 mol senyawa
terlarut nonionik dari satu ruangan ke ruangan lain dengan persamaan:
∆ G=2,303 RT logC2
C1
C1 : konsentrasi molar senyawa terlarut di dalam medium sekeliling
C2 : konsentrasi molar di dalam sel
R : tetapan gas
T : suhu absolut
Contoh: menentukan energi bebas yang diperlukan untuk mengangkut 1
mol glukosa, melawan ratusan kali gradien dari medium berkonsentrasi 1,0 mM
ke dalam ruangan berkonsentrasi akhir 100 mM.
∆ G=2,303 (1.98 )(298) log0,1000,001
= 1360 (2,0)
= 2720 kal/mol
14
= 2,72 kkal/mol
Karena energi bebasnya bernilai positif, maka transport 1 mol glukosa
melawan seratus gradien membutuhkan sedikitnya 2,72 kkal/mol.
Transport aktif adalah trasnport senyawa terlarut melalui membran
terhadap gradien konsentrasi. Membran sel darah mengandung enzim khusus,
yang dinamakan ATPase pengangkut Na+ K+, yang berfungsi baik sebagai suatu
enzim, maupun sebagai pompa molekuler. ATPase ini mengkatalisis hidrolisis
ATP menjadi ADP dan fosfat, dan menggunakan energi bebas yang dibebaskan
untuk memompa K+ ke dalam dan Na+ ke luar. Sebagai tahap pemberi energi
dalam proses ini, gugus fosfat pada ujung ATP dipindahkan kepada molekul Na+
K+- ATPase. Gugus fosfat yang telah terikat pada enzim mengalami hidrolisis dan
muncul sebagai fosfat anorganik di dalam sitosol pada saat molekul ini
memberikan energi untuk mengangkut Na+ K+ pada arah yang berlawanan melalui
membran, masing-masing melawan suatu gradien. ADP dan fosfat yang terbentuk
lalu diubah kembali menjadi ATP oleh pemecahan glukosa yang menghasilkan
Na+ K+- ATPase tidak menghidrolisis ATP, kecuali Na+ tersedia pada bagian
dalam sel dan K+ tersedia di bagian luar. Na+ K+ - ATPase, yang memiliki 2
subunit α dan 2 subunit β yang memanjang pada membran plasma. Molekul ini
mengalami perubahan konformasi selama tahap pengangkutan ini. Pada ginjal,
yang harus menghasilkan kelebihan Na+ di dalam urin dan menahan K+ ini dalam
darah, hampir dua pertiga ATP yang dihasilkan oleh respirasi dipergunakan untuk
mengangkut Na+ dam K+.
Berikut beberapa ATPase membaran pengankut kation.
Nama Jenis Sel Lokasi Fungsi
Na+ K+- ATPase Kebanyakan sel
hewan
Membran plasma Mempertahankan
konsentrasi
tinggi K+di
dalam sel
H+- ATPase Sel parietal pada Membran plasma Sekresi H+ di
15
mukosa lambung dalam cairan
lambung
H+- ATPase Sel hewan dan
tumbuhan
Sel tumbuhan
Bakteri
Membran sebelah
dalam mitokondria
Membran sebelah
dalam kloroplas
Membran plasma
Berpartisipasi di
dalam oksidatif
dan fosforilasi
fotosintetik ADP
mejadi ATP
C2+- ATPase Bakteri
Sel hewan
Membran plasma
Retikulum
sarkoplasmik
Memompa Ca2+
keluar sel untuk
mempertahankan
Ca2+di dalam
sitosol
Memompa
Ca2+ke dalam
sisterna pada
retikulum
sarkoplasmik
untuk membuat
otot dalam
keadaan istirahat
ATP dapat juga Diuraikan Menjadi AMP dan Pirofosfat
Meskipun secara umum menghasilkan ADP dan fosfat, pada beberapa
reaksi sel pemakai ATP, kedua gugus fosfat pada ujung molekul ATP, yaitu gugus
β dan γ, dilepaskan sebagai satu senyawa yaitu pirofosfat anorganik
(dilambangkan sebagai PPi) dan adenosin monofosfat (AMP) sebagai produk lain
pada penguraian ATP. Contohnya adalah aktifasi enzimatik suatu asam lemak
16
untuk membentuk ester koenzim A nya, suatu reaksi yang memberikan energi
kepada asam dan mengubahnya menjadi suatu pemula aktif, asil lemak-KoA, bagi
biosintesis lipid.
ATP + RCOOH + KoA-SH AMP + PPi +
Reaksi aktifasi ini berjalan dengan pelepasan pirofosfat dari ATP untuk
menghasilkan pirofosfat dan AMP, berlainan dengan pemecahan ortofosfat pada
umumnya dimana ATP kehilangan satu gugus ortofosfat seperti di dalam reaksi
heksokinase.
ATP + D-glukosa → ADP + D-glukosa 6-fosfat
Hidrolisi ATP untuk menghasilkan AMP + PPi
ATP + H2O → AMP + PPi
Pirofosfat anorganik selanjutnya dihidrolisis oleh pirofosfatase menghasilkan dua