1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Ekskresi disini merupakan hasil dari tiga proses, yakni filtrasi di glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal, dan reabsorbsi pasif di tubulus proksimal dan distal. Ekskresi obat melalui ginjal menurun pada gangguan fungsi ginjal sehingga dosis perlu di sesuaikan dengan penurunan dosis atau perpanjangan interval pemberian. 1 Gagal ginjal kronik adalah kerusakan faal ginjal yang hampir selalu tak dapat pulih, dan dapat disebabkan berbagai hal. 2 National Kidney Foundation (NKF) mendefinisikan penyakit gagal ginjal kronik seperti kerusakan ginjal atau Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 60 mL/min/1.73 m 2 untuk 3 bulan atau lebih dalam kurun waktu yang sama. 3 Banyak penyakit ginjal
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk
metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Ekskresi disini
merupakan hasil dari tiga proses, yakni filtrasi di glomerulus, sekresi aktif di
tubulus proksimal, dan reabsorbsi pasif di tubulus proksimal dan distal. Ekskresi
obat melalui ginjal menurun pada gangguan fungsi ginjal sehingga dosis perlu di
sesuaikan dengan penurunan dosis atau perpanjangan interval pemberian.1
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan faal ginjal yang hampir selalu tak dapat
pulih, dan dapat disebabkan berbagai hal.2 National Kidney Foundation (NKF)
mendefinisikan penyakit gagal ginjal kronik seperti kerusakan ginjal atau Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 untuk 3 bulan atau
lebih dalam kurun waktu yang sama.3 Banyak penyakit ginjal yang mekanisme
patofisologinya bermacam-macam tetapi semuanya sama-sama menyebabkan
destruksi nefron yang progresif.2
Indonesia termasuk Negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang cukup
tinggi. Menurut data Pernefri (Persatuan Nefrologi Indonesia), diperkirakan ada
70 ribu penderita gangguan ginjal, namun yang terdeteksi menderita gagal ginjal
kronis tahap terminal dari mereka yang menjalani cuci darah (hemodialisis) hanya
sekitar 4 ribu sampai 5 ribu saja.4 Berdasarkan data dari Indonesia Renal Registry,
2
suatu kegiatan registrasi dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia, pada tahun 2008
jumlah pasien hemodialisis (cuci darah) mencapai 2260 orang.5
Obat telah diketahui dapat merusak ginjal melalui berbagai mekanisme.
Bentuk kerusakan yang paling sering dijumpai adalah nephritis interstitial dan
glomerulonephritis. Penggunaan obat apapun yang diketahui berpotensi
menimbulkan nefrotoksisitas sedapat mungkin harus dihindari pada semua
penderita gangguan ginjal. Penderita dengan ginjal yang tidak berfungsi normal
dapat menjadi lebih peka terhadap beberapa obat, bahkan jika eliminasinya tidak
terganggu.6
Penggunaan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan gangguan terhadap
fungsi ginjal. Diantaranya adalah penggunaan obat-obat antihipertensi, antibiotik,
dan AINS pada penderita gagal ginjal. Obat antibiotik dan AINS merupakan obat-
obat yang sering digunakan dalam penyembuhan penyakit yang diderita banyak
orang. Kedua obat ini penggunaannya perlu diperhatikan karena dapat
menyebabkan nefrotoksisitas pada ginjal.7
Peresepan untuk penderita dengan gagal ginjal memerlukan pengetahuan
mengenai fungsi hati dan ginjal penderita, riwayat pengobatan, metabolisme dan
aktivitas obat, lama kerja obat serta cara ekskresinya. Pengobatan yang benar-
benar bermanfaat diperlukan oleh pasien dengan gangguan ginjal dan penyesuaian
dosis berupa penurunan terhadap total dosis pemeliharaan sering kali diperlukan.
Perubahan dosis obat yang sering dijumpai adalah penurunan dosis atau
perpanjangan interval pemberian obat atau gabungan keduanya.7
3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran penggunaan obat-obatan pada pasien gagal ginjal
kronis rawat inap di Rumah Sakit Rawa Lumbu Bekasi?
2. Apakah penggunaan obat-obatan pada pasien gagal ginjal kronis rawat
inap di Rumah Sakit Rawa Lumbu sudah tepat berdasarkan buku Drug
Prescribing in Renal Failure, Informatorium Obat Nasional Indonesia
2008, British National Formulary 58, Martindale 36??
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada ketepatan dosis dan obat pada pasien gagal
ginjal kronis rawat inap di Rumah Sakit Rawa Lumbu Bekasi periode Maret 2011-
Februari 2012.
D. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai
berikut: “Bagaimana ketepatan dosis dan obat pada pasien gagal ginjal kronis
rawat inap di Rumah Sakit Rawa Lumbu Bekasi periode Maret 2011- Februari
2012?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui ketepatan dosis pemberian obat pada pasien gagal ginjal
kronis rawat inap di Rumah Sakit Rawa Lumbu Bekasi periode Maret
2011- Februari 2012.
4
2. Mengetahui jenis obat yang dihindari yang paling banyak digunakan pada
pasien gagal ginjal kronis rawat inap di Rumah Sakit Rawa Lumbu Bekasi
periode Maret 2011- Februari 2012.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi dan masukan bagi
tim kesehatan di Rumah Sakit Rawa Lumbu Bekasi untuk meningkatkan
pelayanan farmasi kliniknya serta sebagai bahan rujukan atau referensi bagi
penelitian lebih lanjut, terutama tentang kajian ketepatan dosis obat pada
pengobatan pasien gagal ginjal kronik.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori
1. Pengertian Gagal Ginjal2
Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau
produksi urin.
2. Ginjal8
Ginjal adalah suatu organ yang secara struktural kompleks dan telah
berkembang untuk melaksanakan sejumlah fungsi penting, seperti : ekskresi
produk sisa metabolisme, pengendalian air dan garam, pemeliharaan
keseimbangan asam yang sesuai, dan sekresi berbagai hormon dan autokoid.
a. Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di
kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dibandingkan ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Kutub atasnya
terletak setinggi iga keduabelas, sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak
setinggi iga kesebelas.5
Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang
peritoneum, di depan dua iga terakhir, dan tiga otot besar-transversus
6
abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan
dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Ginjal terlindung
dengan baik dari trauma langsung, disebelah posterior (atas) dilindungi
oleh iga dan otot-otot yang meliputi iga, sedangkan di anterior (bawah)
dilindungi oleh bantalan usus yang tebal.9 Ginjal kanan dikelilingi oleh
hepar, kolon, dan duodenum, sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien,
lambung, pankreas, jejunum dan kolon.
Struktur Ginjal terdiri atas:
1) Struktur Makroskopik Ginjal
Pada orang dewasa , panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13
cm (4,7 hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1
inci), dan beratnya sekitar 150 gram. Secara anatomik ginjal terbagi
dalam dua bagian, yaitu korteks dan medula ginjal.5
2) Struktur Mikroskopik Ginjal
a) Nefron11,12
Tiap tubulus ginjal dan glomerolusnya membentuk satu
kesatuan (nefron). Ukuran ginjal terutama ditentukan oleh jumlah
nefron yang membentuknya. Tiap ginjal manusia memiliki kira-
kira 1.3 juta nefron. Setiap nefron bisa membentuk urin sendiri.
Karena itu fungsi satu nefron dapat menerangkan fungsi ginjal.
b) Glomerulus11,13
Setiap nefron pada ginjal berawal dari berkas kapiler yang
disebut glomerulus, yang terletak didalam korteks, bagian terluar
7
dari ginjal. Tekanan darah mendorong sekitar 120 ml plasma darah
melalui dinding kapiler glomerular setiap menit. Plasma yang
tersaring masuk ke dalam tubulus. Sel-sel darah dan protein yang
besar dalam plasma terlalu besar untuk dapat melewati dinding dan
tertinggal.
c) Tubulus kontortus proksimal13
Berbentuk seperti koil longgar berfungsi menerima cairan
yang telah disaring oleh glomerulus melalui kapsula bowman.
Sebagian besar dari filtrat glomerulus diserap kembali ke dalam
aliran darah melalui kapiler-kapiler sekitar tubulus kotortus
proksimal. Panjang 15 mm dan diameter 55 μm.
d) Ansa henle13
Berbentuk seperti penjepit rambut yang merupakan bagian
dari nefron ginjal dimana, tubulus menurun kedalam medula,
bagian dalam ginjal, dan kemudian naik kembali kebagian korteks
dan membentuk ansa. Total panjang ansa henle 2-14 mm.
e) Tubulus kontortus distalis13
Merupakan tangkai yang naik dari ansa henle mengarah
pada koil longgar kedua. Penyesuaian yang sangat baik terhadap
komposisi urin dibuat pada tubulus kontortus. Hanya sekitar 15%
dari filtrat glomerulus (sekitar 20 ml/menit) mencapai tubulus
distal, sisanya telah diserap kembali dalam tubulus proksimal.
8
f) Duktus koligen medula13
Merupakan saluran yang secara metabolik tidak aktif.
Pengaturan secara halus dari ekskresi natrium urin terjadi disini.
Duktus ini memiliki kemampuan mereabsorbsi dan mensekresi
kalsium.
Gambar 1: Anatomi ginjal14
9
b. Fungsi Ginjal5
Fungsi utama ginjal terangkum dibawah ini, yang menekankan
peranannya sebagai organ pengatur dalam tubuh.
1) Fungsi Ekskresi
a) Mengeluarkan zat toksis/racun
b) Mengatur keseimbangan air, garam/elektrolit, asam /basa
c) Mempertahankan kadar cairan tubuh dan elektrolit (ion-ion
lain)
d) Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme
protein (terutama urea, asam urat dan kreatinin)
e) Bekerja sebagai jalur ekskretori untuk sebagian besar obat
2) Fungsi Non Ekskresi
Mensintesis dan mengaktifkan Hormon:
a) Renin, penting dalam pengaturan tekanan darah
b) Eritropoetin, merangsang produksi sel darah merah oleh
sumsum tulang 1,25-dihidroksivitamin D3 : hidroksilasi akhir
vitamin D3 menjadi bentuk yang paling kuat
c) Prostaglandin : sebagian besar adalah vasodilator, bekerja
secara lokal, dan Melindungi dari kerusakan iskemik ginjal