Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan faktor yang paling berharga dalam pembanguanan yang telah, akan, maupun yang sedang dilaksanakan. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan cara memperbaiki mutu pendidikan. Pendidikan merupakan suatu pondasi watak, mental dan spiritual manusia sehingga pendidikan suatu bangsa merupakan tolak ukur kualitas bangsa itu sendiri. Perbaikan mutu pendidikan di Indonesia selalu dilaksanakan dengan berbagai cara. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Sekolah adalah bagian dari masyarakat yang 1
62

BAB 123 Irma

Dec 23, 2015

Download

Documents

widhiss

d
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB 123 Irma

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu usaha untuk

mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang

berkualitas merupakan faktor yang paling berharga dalam pembanguanan yang

telah, akan, maupun yang sedang dilaksanakan. Salah satu upaya untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan cara memperbaiki

mutu pendidikan. Pendidikan merupakan suatu pondasi watak, mental dan

spiritual manusia sehingga pendidikan suatu bangsa merupakan tolak ukur

kualitas bangsa itu sendiri.

Perbaikan mutu pendidikan di Indonesia selalu dilaksanakan dengan

berbagai cara. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu

pendidikan adalah melalui peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Sekolah

adalah bagian dari masyarakat yang merupakan tempat bagi pembinaan sumber

daya manusia yang sesuai dengan perkembangan sains dan teknologi.

Pendidikan di sekolah tak bisa lepas dari proses kegiatan belajar mengajar yang

meliputi seluruh aktivitas yang menyangkut pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar dan pemberian materi pelajaran agar siswa memperoleh kecakapan

pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan. Proses pelaksanaan pemberian

materi yang baik akan memudahkan siswa untuk memahami materi yang

sedang diajarkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

1

Page 2: BAB 123 Irma

Berdasarkan observasi peneliti selama melaksanakan Program Praktek

Lapangan ( PPL ) dan wawancara dengan guru matematika kelas XI IPS SMA

Negeri 2 Labuapi menunjukan bahwa pembelajaran matematika dikelas

tersebut masih belum terlaksana dengan optimal. Permasalahan yang sering

dihadapi guru terletak pada rendahnya akivitas siswa dalam pembelajaran

matematika. Kondisi ini dapat dilihat dari kurangnya kesiapan siswa dalam

mengikuti pembelajaran, jarangnya siswa untuk bertanya dan mengeluarkan

pendapat pada saat pembelajaran berlangsung, siswa kurang dapat merespon

apa yang disampaikan oleh guru, dalam kelas siswa lebih banyak bermain

dengan teman lainnya, bahkan terkadang ada beberapa siswa yang tidur saat

guru sedang menjelaskan sehingga apa yang disampaikan oleh guru tidak dapat

dipahami oleh siswa tersebut. Hal ini disebabkan pembelajaran matematika di

kelas XI IPS masih menggunakan model konvensional. Pembelajaran

menggunakan model tersebut dapat menyebabkan pembelajaran matematika

yang kurang menarik karena proses pembelajaran dalam kelas terpusat pada

guru. Dalam pembelajaran model ini siswa hanya menerima apa yang

diberikan dan melakukan apa yang diperintahkan oleh guru. Bahkan terkadang

siswa hanya diberikan materi berupa rumus-rumus saja dan memberikan

contoh cara penggunaannya kemudian siswa diberikan soal-soal latihan

sehingga siswa tidak memahami konsep dasar dari materi yang diberikan.

Permasalahan-permasalahan ini pada akhirnya akan berdampak pada

rendahnya prestasi belajar siswa dikelas tersebut. Hal ini terlihat dari nilai rata-

rata ujian semester ganjil dikelas tersebut yaitu hanya mencapai nilai 65,47.

2

Page 3: BAB 123 Irma

Selain itu juga dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian (setelah remidial)

tahun pelajaran 2013/2014 seperti tampak pada tabel berikut :

Tabel 1.1: Hasil ulangan harian (setelah remidial) kelas XI IPS SMA Negeri 2 Labuapi tahun pelajaran 2013/2014.

No MateriNilai Rata-rata kelas

Ketuntasan Klasikal (%)

1 Statistika 67,36 60,712 Peluang 67,95 64,29

Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika dikelas tersebut belum

mencapai nilai rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal minimal yang ditetapkan

sekolah tersebut yaitu dengan nilai rata-rata minimal 70 dan ketuntasan klasikal

minimalnya yaitu 85% siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan

70.

Kemampuan siswa kelas XI IPS dalam menerapkan konsep dan

menyelesaikan masalah matematika pada materi statistika dan peluang masih

sebatas kemampuan menerapkan rumus kedalam penyelesaian soal persis

seperti contoh soal yang diberikan oleh guru. Sedangkan jika menghadapi soal

yang berbeda siswa mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan pada proses

pembelajaran matematika dikelas XI IPS tidak menekankan pada penguasaan

konsep dasar materi melainkan lebih pada menghafal dan menggunakan rumus

pada soal-soal.

Salah satu materi yang diajarkan dalam pelajaran matematika kelas XI

IPS semester II adalah Turunan. Dalam mempelajari materi Turunan ini

dibutuhkan pemahaman konsep dasar oleh siswa agar siswa mampu

memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan materi tersebut. Oleh

3

Page 4: BAB 123 Irma

karena itu, pembelajaran materi Turunan harus mampu membuat siswa

memahami konsep dasar dengan baik.

Pembelajaran dengan penanaman konsep dasar dapat dilakukan dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperatif Integrated

Reading and Composition) yaitu memadukan antara kemampuan membaca

dan menulis dari peserta didik. Membaca artinya siswa membangun

pemahaman konsep dari suatu permasalahan yang diberikan dengan

mengungkapkan ide-ide awal yang dimiliki. Sedangkan menulis artinya siswa

mampu merangkum konsep yang sudah dipahami dengan benar. Selain itu

juga siswa diharapkan untuk lebih aktif bertanya dan memiliki keberanian

untuk mempresentasikan hasil kerja yang telah disusun. Model pembelajaran

CIRC ini diadaptasikan dengan kemampuan peserta didik dalam proses

pembelajarannya serta membangun kemampuan siswa untuk membaca dan

menyusun rangkuman berdasarkan materi yang dibacanya, sehingga dapat

meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan,

terutama dalam mengajarkan materi Turunan. Model pembelajaran ini juga

cocok bagi siswa yang merasa cepat jenuh dalam menerima pelajaran serta

siswa yang memiliki daya ingat yang lemah (Hasman, 2009).

Jadi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC akan

lebih melatih siswa dalam membangun pemahaman konsep dasar dengan

menggunakan cara mereka sendiri di bawah bimbingan guru minimal. Hal ini

akan membuat siswa memahami dan mengingat konsep apa yang telah ia

dapatkan lebih lama dan tentunya membantu siswa memahami makna soal

4

Page 5: BAB 123 Irma

pemecahan masalah yang diberikan. Sehingga berdasarkan uraian-uraian

tersebut, maka perlu diadakan sebuah tindakan untuk meningkatkan aktivitas

dan prestasi belajar matematika siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Labuapi

tahun pelajaran 2013/2014 pada materi Turunan Fungsi dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading

and Composition).

B. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Prestasi belajar yaitu hasil yang telah dicapai seorang siswa yang dinyatakan

dalam bentuk nilai, baik huruf maupun angka yang mencerminkan

penguasaan pengetahuan dan keterampilan tentang materi pelajaran yang

telah disampaikan.

2. Aktivitas belajar yaitu segala kegiatan yang dilakukan dalam proses

interaksi dalam rangka mencapai tujuan belajar yang akan diperoleh melalui

pedoman observasi aktivitas siswa dalam bentuk skor yang diberikan setelah

proses pembelajaran.

3. Materi matematika yang dibahas dalam penelitian ini yaitu materi kelas XI

IPS semester 2 mengenai Turunan dengan rincian sebagai berikut :

a) Menggunakan sifat dan aturan turunan dalam perhitungan turunan

fungsi aljabar.

b) Menggunakan turunan untuk menentukan karakteristik suatu fungsi

aljabar dan memecahkan masalah.

5

Page 6: BAB 123 Irma

c) Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan

ekstrim fungsi aljabar.

d) Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan

ekstrim fungsi aljabar dan penafsirannya.

4. Siswa yang dimaksudkan yaitu siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Labuapi

tahun pelajaran 2013/2014.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : “Bagaimanakah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading And Composition)

pada materi turunan fungsi dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar

matematika siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Labuapi tahun pelajaran

2013/2014. “

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas XI IPS

SMA Negeri 2 Labuapi tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe CIRC pada materi Turunan Fungsi.

6

Page 7: BAB 123 Irma

2. Untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas XI IPS SMA

Negeri 2 Labuapi tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe CIRC pada materi Turunan Fungsi.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diharapkan dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagi siswa, dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe

CIRC siswa akan terlatih dalam membangun pemahaman konsep dasar

dari permasalahan yang diberikan.

2. Bagi guru, memberikan alternatif model pembelajaran untuk

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa khususnya pada materi

Turunan Fungsi.

3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan dan

diterapkan pada mata pelajaran lainnya untuk meningkatkan aktivitas dan

prestasi belajar siswa dalam rangka peningkatan mutu pendidikan ke

depannya.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan referensi untuk terus mengadakan perbaikan

dan peningkatan keterampilan mengajar dikelas serta sebagai dasar dan

perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

7

Page 8: BAB 123 Irma

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat

tafsirannya tentang “belajar”. Seringkali pula perumusan dan tafsiran itu

berbeda satu sama lain. Hamalik (2008:27) mengungkapkan bahwa belajar

adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman

(learning is defined as the modification or strengthening of behaviour

through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu

proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan

hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil

belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan

kelakuan. Sejalan dengan pengertian diatas, ada pula tafsiran lain tentang

belajar yang menyatakan, bahwa belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Selain itu, Morgan dalam Suprijono (2013:3) menyatakan bahwa

belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari

pengalaman (Learning is any relatively permanent change in behaviour

that is result of past experience). Sehingga berdasarkan beberapa definisi

tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah

8

Page 9: BAB 123 Irma

laku yang didapat dari hasil interaksi dengan lingkungan dan pengalaman

yang perubahannya bersifat permanen.

Sementara itu, Hamalik (2013:57) dalam bukunya mendefinisikan

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapain tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat

dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya,

misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis

dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan lain sebagainya. Fasilitas dan

perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga

komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi,

praktik, ujian dan sebagainya.

Suprijono (2013:13) mengungkapkan bahwa pembelajaran

berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari.

Pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru

mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam

perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi

peserta didiknya untuk mempelajarinya. Jadi, subjek pembelajaran adalah

peserta didik.

2. Aktivitas Belajar

Menurut Hamalik (1999:34), aktivitas belajar adalah suatu proses

atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai pengetahuan, keterampilan,

nilai dan sikap. Suatu proses belajar akan benar-benar efektif manakala

9

Page 10: BAB 123 Irma

dalam prosesnya siswa diajak untuk ikut terlibat secara aktif. Proses

belajar sesungguhnya bukanlah kegiatan menghafal semata. Seorang guru

tidak dapat dengan serta-merta menuangkan sesuatu kedalam benak para

siswanya, karena mereka sendirilah yang harus menata apa yang mereka

dengar dan lihat menjadi satu kesatuan yang bermakna. Tanpa peluang

untuk mendiskusikan, mengajukan pertanyaan, mempraktikan dan bahkan

mengajarkannya kepada siswa lain, maka proses belajar yang

sesungguhnya tidak akan terjadi. (Ariono, 2009:9)

Hamalik (2013:90) juga menjelaskan bahwa pendidikan modern

lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil

bekerja . Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman,

dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai.

Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran dewasa ini sangat

menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan ( aktivitas) dalam proses

belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Paul D. Rich dalam Hamalik ( 2008:172 ) mengklasifikasikan

macam-macam aktivitas belajar (kegiatan belajar) menjadi 8 kelompok,

yaitu :

a. Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,

demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral)

10

Page 11: BAB 123 Irma

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu

kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan

pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau

diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan

radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan

kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,

membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-

faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan

dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap

satu sama lain.

11

Page 12: BAB 123 Irma

Selain itu Hamalik dalam bukunya juga menjelaskan bahwa

penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat

tertentu, antara lain :

a. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.

c. Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan para siswa yang pada

gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.

d. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri,

sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan

individual.

e. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan

kekeluargaan, musyawarah dan mufakat.

f. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dengan masyarakat,

dan hubungan antara guru dan orangtua siswa, yang bermanfaat dalam

pendidikan siswa.

g. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit,

sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis.

h. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya

kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

3. Prestasi belajar

Sudjana dalam Mursid (2012:3) mendefinisikan prestasi adalah

hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu sehingga untuk

mengetahui tingkat prestasi belajar maka perlu dilakukan evaluasi belajar.

12

Page 13: BAB 123 Irma

Hamalik (2013:159) berpendapat bahwa evaluasi belajar keseluruhan

kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan,

penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat

hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar

dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil

belajar merujuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu

merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa.

Penilaian dilaksanakan dengan evaluasi pada PBM sehingga akan diketahui

nilai dari prestasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah hasil yang telah dicapai seorang siswa yang dinyatakan dalam

bentuk nilai, baik huruf maupun angka yang mencerminkan penguasaan

pengetahuan dan keterampilan tentang materi pelajaran yang telah

disampaikan.

4. Model Pembelajaran

Milis berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat

sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok

orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan

interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari

beberapa sistem.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi dan teori belajar yang dirancang berdasarkan

analisis teradap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat

13

Page 14: BAB 123 Irma

operasional dikelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola

yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan

memberi petunjuk kepada guru dikelas. Model pembelajaran adalah pola

yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

dikelas maupun tutorial.

Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan

yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran,

tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan

pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Merujuk pemikiran Joyce fungsi model adalah “each model guides

us as we design instruction to help students achieve various objectives”.

Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik

mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan

mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman

bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar. (Suprijono, 2013:45-46)

5. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran

yang berpusat pada siswa dengan melihat kerjasama mereka dalam

kelompok-kelompok kecil. Panitz menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja

14

Page 15: BAB 123 Irma

kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooeratif dianggap lebih

diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-

pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang

untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.

Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas

(Suprijono, 2009 : 54 – 55).

Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mengandung pengertian

sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu

diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok,

yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat

dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas

bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.

(Raharjo dan Solihatin, 2005:4)

Stahl dalam Raharjo dan Solihatin (2011:7) menyebutkan bahawa

guru dengan kedudukannya sebagai perancang dan pelaksana

pembelajaran dalam menggunakan model ini harus memperhatikan

beberapa konsep dasar yang merupakan dasar-dasar konseptual dalam

penggunaan cooperatif learning. Adapun prinsip-prinsip dasar tersebut

yaitu :

a. Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas

15

Page 16: BAB 123 Irma

Sebelum menggunakan strategi pembelajaran, guru hendaknya

memulai dengan merumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas dan

spesifik. Tujuan tersebut menyangkut apa yang diinginkan oleh guru

untuk dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajarnya. Perumusan

tujuan harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum dan tujuan

pembelajaran.

b. Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar

Guru hendaknya mampu mongkondisikan kelas agar siswa menerima

tujuan pembelajaran dari sudut kepentingan diri dan kepentingan kelas.

c. Ketergantungan yang bersifat positif

Untuk mengkondisikan terjadinya interdepensi diantara siswa dalam

kelompok belajar, maka guru harus mengorganisasikan materi dan

tugas-tugas pelajaran sehingga siswa memahami dan mungkin untuk

melakukan hal itu dalam kelompoknya.

d. Interaksi yang bersifat terbuka

Dalam kelompok belajar, interaksi yang terjadi bersifat langsung dan

terbuka dalam mendiskusikan materi dan tugas-tugas yang diberikan

oleh guru.

e. Tanggung jawab individu

Salah satu dasar penggunaan pembelajar kooperatif dalam

pembelajaran adalah bahwa keberhasilan belajar akan lebih mungkin

dicapai secara lebih baik apabila dilakukan bersama-sama.

16

Page 17: BAB 123 Irma

f. Kelompok bersifat heterogen

Dalam pembentukan kelompok belajar, keanggotaan kelompok harus

bersifat heterogen sehingga interaksi kerjasama yang terjadi

merupakan akumulasi dari berbagai karakteristik siswa yang berbeda.

g. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif

Dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa bekerja dalam kelompok

sebagai suatu kelompok kerjasama.

h. Tindak lanjut ( Follow up)

Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan tugas dan

pekerjaannya, selanjutnya perlu dianalisis bagaimana penampilan dan

hasil kerja siswa dalam kelompok belajarnya, termasuk juga :

1) bagaimana hasil kerja yang dihasilkan,

2) bagaimana siswa membantu anggota kelompoknya dalam

mengerti dan memahami materi daan masalah yang dibahas,

3) bagaimana sikap dan perilaku siswa dalam interaksi kelompok

belajar bagi keberhasilan kelompoknya,

4) apa yang siswa butuhkan untuk meningkatkan keberhasilan

kelompok belajarnya dikemudian hari.

Oleh karena itu, guru harus mengevaluasi dan memberikan berbagai

masukan terhadap hasil pekerjaan dan aktivitas siswa selama

kelompok belajar siswa tersebut bekerja.

17

Page 18: BAB 123 Irma

i. Kepuasan dalam belajar

Setiap siswa dalam kelompok harus memperoleh waktu yang cukup

untuk belajar dalam mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan

keterampilannya.

Suprijono (2013:65) menyatakan bahwa sintak model

pembelajaran koperatif terdiri atas 6 fase beserta langkah- langkah guru

dalam pembelajaran koperatif, sebagaimana tercantum dalam tabel

berikut:

Tabel 2.1. Fase-fase Pembelajaran KooperatifFase-Fase Perilaku Guru

Fase 1: Present goal and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pebelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2: Present informationMenyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peseta didik secara verbal

Fase 3: Organize students into learning teamsMengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi

Menguji kemampuan peseta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok–kelompok mempresentasikan hasil kerjannya

Fase 6: Provide recognitionMemberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan caranya untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

Slavin (2005) dalam bukunya mengungkapkan bahwa terdapat

berbagai tipe pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan, antara

lain :

18

Page 19: BAB 123 Irma

a. Tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions)

Dikembangkan oleh Slavin pada tahun 1978. Guru menyajikan

pelajaran kepada siswa yang kemudian berkumpul dalam kelompok-

kelompok yang masing-masing kelompok beranggota empat sampai

lima orang siswa untuk berdiskusi dan saling membantu satu sama

lain mengisi lembar kerja tentang materi pelajaran yang disajikan.

Setiap siswa memperoleh kuiz dan skor kelompok ditentukan oleh

derajat peningkatan skor individu dari skor sebelumnya. Kelompok-

kelompok yang mendapat skor tinggi diumumkan dalam suatu berita

mingguan.

b. Tipe Teams-Games-Tournaments

Dikembangkan oleh De Vries dan Slavin pada tahun 1978. Setelah

pelajaran disajikan oleh guru, siswa berkumpul dalam kelompok-

kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari empat sampai

lima orang anggota untuk berdiskusi dan saling membantu satu sama

lain mempelajari materi pelajaran. Para siswa tidak memperoleh

kuiz-kuiz secara individual. Melainkan, mereka berlomba dengan

siswa-siswa pada kelompok lain yang memiliki prestasi yang sama

agar mendapatkan poin-poin untuk kelompoknya.

c. Tipe Learning Together

Dikembangkan oleh Johnson dan Johnson pada tahun 1975. Para

siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas

kelompok. Guru memotivasi siswa untuk saling ketergantungan satu

19

Page 20: BAB 123 Irma

sama lain secara positif, saling berinteraksi, memiliki tanggung

jawab secara individu dan sosial serta melakukan kerja kelompok.

Sebagai contoh, siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru

akan dikembalikan kepada kelompoknya untuk menemukan

jawabannya. Penskoran didasarkan pada kinerja individual dan

kesuksesan kelompoknya, tetapi individu-individu dan kelompok-

kelompok tidak bersaing lagi dengan yang lainnya.

d. Tipe Group Investigation

Dikembangkan oleh Sharon pada tahun 1976. Para siswa dibagi

dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok diberi tugas dan

proyek yang khusus dan membuat keputusan penting tentang

bagaimana mengolah informasi, mengorganisasikan dan

menyajikannya. Pembelajaran tingkat tinggi (seperti

mengaplikasikan, mensintesis, dan menyimpulkan) sangat

ditekankan dalam tipe ini.

e. Tipe Jigsaw

Dikembangkan oleh Aronson pada tahun 1978. Setiap siswa menjadi

anggota kelompok yang terdiri dari empat sampai enam orang siswa.

Setiap siswa dalam kelompok diberikan informasi untuk memilih

siswa kelompok ahli pada topik yang dipelajari. Siswa ahli dari

setiap kelompok membaca materi pelajarannya dan kemudian

berkumpul untuk mendiskusikan dan mensintesis informasi.

Kemudian mereka kembali ke dalam kelompoknya masing-masing

20

Page 21: BAB 123 Irma

dan mengajarkan apa yang mereka ketahui kepada teman

sekelompoknya. Para siswa mendapat kuiz secara individu dan skor

kelompok yang diperoleh dipublikasikan dalam berita kelas.

f. Tipe Team-Assisted Individualized Learning

Dikembangkan oleh Slavin pada tahun 1982. Tipe ini secara khusus

didisain untuk digunakan dalam pembelajaran matematika. Siswa

mempelajari materi pelajaran dan mengerjakan tugas secara

perorangan dalam kelompok kecil yang heterogen. Para siswa saling

memeriksa pekerjaan dengan temannya dan membantu teman

lainnya dalam mempelajari materi pelajaran dan mengerjakan tugas.

Skor kelompok didasarkan pada jumlah satuan tugas yang dapat

diselesaikan dan ketepatan pengerjaannya.

g. Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)

Dikembangkan oleh Stevens, Madden, Slavin and Farnish pada

tahun 1987. Seperti halnya tipe Team-Assisted Individualized

Learning, tipe ini didesain untuk mengakomodasi rentang tingkat

kemampuan siswa yang lebar dalam suatu kelas dengan

menggunakan teknik pengelompokan siswa dalam kelas secara

heterogen.

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC

CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and

Compotition, termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning

yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca

21

Page 22: BAB 123 Irma

dan menulis (Steven dan Slavin dalam Nur, 2000:8) yaitu sebuah program

komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan

menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah

berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga

pelajaran eksak seperti pelajaran matematika.

Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam

kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa.

Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau

tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa

yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok

satu sama lain. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa

dapat meningkatkan cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa

sosial yang tinggi.

Secara spesifik model pembelajaran kooperatif tipe CIRC memiliki

3 fase yaitu sebagai berikut (Hasman, 2009: 15):

a. Fase Pertama, pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan

tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil

penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan

guru, buku paket, atau media lainnya.

b. Fase Kedua, eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada

siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan

pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami

dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya

22

Page 23: BAB 123 Irma

konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian

dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya,

tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta

menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran

dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar

melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam

situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat

efektif untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi

untuk diujikannya.

c. Fase Ketiga, publikasi. Pada fase ini Siswa mampu

mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan,

memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat

bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil

pengamatannya. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-

gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa

siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat

argumen.

Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah dapat ditempuh dengan (Hasman 2009:

16):

a. Guru menerangkan suatu materi matematika kepada siswa, pada

penelitian ini digunakan LKS yang berisi materi yang akan diajarkan

pada setiap pertemuan;

23

Page 24: BAB 123 Irma

b. Guru memberikan latihan soal;

c. Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya

dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah melalui penerapan

model CIRC;

d. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang heterogen;

e. Guru mempersiapkan soal pemecahan masalah dalam bentuk kartu

masalah dan membagikannya kepada setiap kelompok;

f. Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian

kegiatan bersama yang spesifik;

g. Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC. Guru

mengawasi kerja kelompok;

h. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan

kelompoknya;

i. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah

memahami, dan dapat mengerjakan soal pemecahan masalah yang

diberikan;

j. Guru meminta kepada perwakilan kelompok untuk menyajikan

temuannya;

k. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator;

l. Guru memberikan tugas/PR secara individual;

m. Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya;

n. Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal

pemecahan masalah; dan

24

Page 25: BAB 123 Irma

o. Guru memberikan kuis.

Slavin dalam Suyitno (2005 : 6) menyebutkan kelebihan model

pembelajaran CIRC sebagai berikut:

a. CIRC dapat membangun pemahaman konsep siswa terhadap materi

yang diajarkan.

b. CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam

menyelesaikan soal pemecahan masalah.

c. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.

d. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam

kelompok.

e. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek

pekerjaannya.

f. Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang

berbentuk pemecahan masalah.

Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran CIRC secara

umum sebagai berikut (Suprijono, 2013: 130-131) :

a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen.

b. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.

c. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan

memberikan tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada

lembar kertas.

d. Mepresentasikan/membacakan hasil kelompok.

e. Guru membuat kesimpulan bersama.

25

Page 26: BAB 123 Irma

f. Penutup.

Berdasarkan pemaparan teori tentang model pembelajaran

kooperatif tipe CIRC dari beberapa ahli di atas, maka dapat diambil

beberapa langkah yang nantinya akan diterapkan di dalam pembelajaran

yaitu sebagai berikut:

a. Pembentukan kelompok heterogen yang yang terdiri dari 4 sampai 5

orang.

b. Guru mengenalkan materi yang akan dipelajari secara singkat.

c. Pembagian wacana yang berisi permasalahan kepada tiap kelompok.

Wacana dapat berbentuk LKS.

d. Guru memfasilitasi kegiatan membaca siswa. Dalam kegiatan

membaca, guru akan memberikan bantuan seperlunya kepada siswa

dalam kelompok dalam menggali informasi serta menanggapi

permasalahan yang diberikan dengan ide-ide yang mereka miliki.

e. Guru memfasilitasi kegiatan menulis siswa. Dalam kegiatan menulis,

siswa dalam kelompok akan mengkomposisi kembali pemahaman

konsep yang telah diperoleh dari informasi-informasi yang telah

terkumpul. Guru akan memberikan masukan terhadap pemahaman

konsep yang dikomposisi agar lebih terarah.

f. Perwakilan dari beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi

mereka.

g. Siswa diarahkan menarik kesimpulan dengan bahasa mereka sendiri

dan guru memberikan masukan terhadap kesimpulan yang telah dibuat

26

Page 27: BAB 123 Irma

h. Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal

pemecahan masalah; dan

i. Guru memberikan kuis sebagai evaluasi

7. Ruang Lingkup Materi

Penelitian ini difokuskan pada materi Turunan Fungsi dengan

rincian Kompetensi Dasar ( KD ) sebagai berikut :

a) Menggunakan sifat dan aturan turunan dalam perhitungan turunan

fungsi aljabar.

b) Menggunakan turunan untuk menentukan karakteristik suatu fungsi

aljabar dan memecahkan masalah.

c) Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan

ekstrim fungsi aljabar.

d) Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan

dengan ekstrim fungsi aljabar dan penafsirannya.

B. Kerangka Berfikir

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami

oleh siswa yang ditandai dengan prestasi belajar siswa yang belum

memberikan hasil yang memuaskan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa model

pembelajaran matematika  yang diterapkan sejak awal hingga sekarang masih

bersifat konvensional, dimana sistem penyampaiannya lebih banyak

didominasi oleh guru. Guru memegang peran aktif dalam proses pembelajaran

sedangkan siswa cenderung diam dan secara pasif menerima materi pelajaran.

27

Page 28: BAB 123 Irma

Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dalam dalam proses

pembelajaran dikelas yang berdampak pada rendahnya prestasi siswa itu

sendiri.

Model pembelajaran kooperatif CIRC (Cooperatif Integrated Reading

and Composition) mendorong siswa untuk berperan serta dalam pembelajaran,

belajar bekerjasama dan tidak bergantung pada guru sehingga dengan

menerapkan model ini siswa dituntut menjadi lebih aktif. Model pembelajaran

tipe ini yaitu pembelajaran yang memadukan antara kemampuan membaca dan

menulis dari peserta didik. Membaca artinya siswa membangun pemahaman

konsep dari suatu permasalahan yang diberikan dengan mengungkapkan ide-

ide awal yang dimiliki, membuat prediksi atau menafsirkan isi dan mencatat

hal-hal penting dari permasalahan tersebut. Sedangkan menulis artinya siswa

mampu merangkum konsep yang sudah dipahami dengan benar. Selain itu juga

siswa diharapkan untuk lebih aktif bertanya dan memiliki keberanian untuk

mempresentasikan hasil kerja yang telah disusun. Dalam penerapannya, model

pembelajaran kooperatif tipe CIRC menekankan bahwa siswa harus dapat

membaca dan mengkomposisi pemahaman konsep dasar materi dari

permasalahan yang diberikan.

Model pembelajaran CIRC ini diadaptasikan dengan kemampuan

peserta didik dalam proses pembelajarannya serta membangun kemampuan

siswa untuk membaca dan menyusun rangkuman berdasarkan materi yang

dibacanya, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap

materi yang diajarkan, terutama dalam mengajarkan materi Turunan. Materi

28

Page 29: BAB 123 Irma

Turunan ini memerlukan pemahaman konsep yang benar dan tepat agar siswa

dapat benar-benar memahami materi dengan baik.

Melalui kegiatan dan langkah-langkah pembelajaran dengan model

kooperatif tipe CIRC ini diharapkan penanaman konsep pada diri siswa akan

menjadi lebih mudah dan pemahaman pada suatu konsep khususnya konsep

Turunan dapat ditingkatkan. Dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa.

C. Hipotesis penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara. Hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah jika model pembelajaran kooperatif tipe CIRC diterapkan

secara optimal dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada

materi turunan di kelas XI IPS SMA Negeri 2 Labuapi tahun pelajaran

2013/2014.

29

Page 30: BAB 123 Irma

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah proses pengkajian masalah

pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk

memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana

dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut.

Penelitian tindakan kelas terdiri dari beberapa siklus, masing-masing siklus

terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi

(Wina Sanjaya, 2003:149). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada materi Turunan Fungsi

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperatif

Integrated Reading and Composition).

B. Tempat dan Subyek Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Labuapi dan subyek

penelitiannya adalah siswa kelas XI IPS semester II tahun pelajaran

2013/2014 dengan jumlah siswa 28 orang yang terdiri dari 13 siswa

perempuan dan 15 siswa laki-laki.

C. Faktor yang Diselidiki

Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah:

30

Page 31: BAB 123 Irma

1. Faktor siswa, yang diselidiki yaitu aktivitas dan prestasi belajar siswa pada

materi Turunan Fungsi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe CIRC (Cooperatif Integrited Reading and Compotition) yang

optimal.

2. Faktor guru, yang diselidiki adalah kegiatan guru selama pembelajaran

dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperatif

Integrited Reading and Compotition).

3. Faktor proses belajar mengajar, yang diselidiki yaitu pelaksanaan

pembelajaran di dalam kelas apakah sudah sesuai dengan skenario

pembelajaran yang dibuat.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Tiap

siklus terdiri dari beberapa pertemuan. Adapun rincian perencanaan

pelaksanaan pembelajaran dari masing-masing siklus dapat dilihat dalam tabel

berikut:

Tabel 3.1. Perencanaan pembelajaran dalam kelasNo Siklus Pertemua

nIndikator Waktu

1 I

I

Menghitung limit fungsi yang mengarah ke konsep turunan.

Menghitung turunan fungsi yang sederhana dengan menggunakan definisi turunan

2 x 45 menit

II

Menentukan sifat-sifat turunan fungsi Menentukan turunan fungsi aljabar

dengan menggunakan sifat-sifat turunan

3 x 45 menit

Evaluasi2 II I Menentukan fungsi monoton naik dan 2 x 45

31

Page 32: BAB 123 Irma

turun dengan menggunakan konsep turunan pertama

menit

II

Menggambar sketsa grafik fungsi dengan menggunakan sifat-sifat turunan

Menentukan titik ekstrim grafik fungsi

3 x 45 menit

Evaluasi

3 III

I

Mengidentifikasi masalah-masalah yang bisa diselesaiakn dengan konsep ekstrim fungsi

Merumuskan model matematikan dari masalah ekstrim fungsi

3 x 45 menit

II Menyelesaikan model matematika dari masalah ekstrim fungsi

2 x 45 menit

EvaluasiAdapun tahapan-tahapan yang dilalui dari masing-masing siklus

adalah persiapan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi.

Sedangkan penjabaran dari tiap tahapan adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan sebagai berikut:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) yang

berorientasi pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC.

b. Membuat skenario pembelajaran yang berorientasi pada penerapan

model pembelajaran kooperatif CIRC.

c. Menyiapkan LKS model CIRC untuk menjelaskan materi turunan

kepada siswa dalam menanamkan konsep dasar.

d. Menyiapkan soal-soal pemecahan masalah pada materi turunan.

e. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa dalam penerapan

CIRC.

32

Page 33: BAB 123 Irma

f. Membuat lembar observasi untuk mengamati kesesuaian antara proses

pembelajaran dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah

dibuat.

g. Menyusun tes evaluasi belajar siswa berbentuk essay untuk

memperoleh data prestasi belajar.

h. Menyusun pedoman penilaian tes evaluasi belajar siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, kegiatan yang dilakukan

adalah melaksanakan RPP yang sudah dirancang. Secara umum langkah-

langkah proses pembelajarannya adalah:

a. Pendahuluan

1) Guru membuka kegiatan pembelajaran

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

3) Guru memberikan apersepsi dan motivasi dalam pembelajaran

4) Guru memberikan informasi tentang model pembelajaran yang

akan digunakan dalam proses pembelajaran.

5) Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang heterogen yang

terdiri dari 4 sampai 5 orang

b. Kegiatan Inti

1) Guru memberikan LKS yang berisi permasalahan dan soal

pemecahan masalah untuk menemukan konsep dasar.

2) Membaca:

33

Page 34: BAB 123 Irma

a) Siswa dalam kelompok menyimak permasalahan yang

diberikan,

b) Siswa menanggapi permasalahan dengan mengungkapkan

pengetahuan yang mereka miliki,

c) Siswa mencatat hal-hal penting yang terdapat dalam

permasalahan yang diberikan,

d) Siswa melakukan diskusi untuk mngembangkan hal baru yang

diperoleh untuk membangun pemahaman konsep

3) Menulis:

a) Siswa mengkomposisi atau menyusun kembali pemahaman

konsep dasar yang telah diperoleh melalui diskusi

b) Siswa dalam kelompok saling merevisi pemahaman konsep

yang telah dikomposisi.

4) Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya serta ketua kelompok

melaporkan keberhasilan atau hambatan dalam kelompoknya.

5) Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok

untuk mengoreksi hasil kerja kelompok lain dan merivisi hasil

kerjanya sendiri.

6) Guru memberikan penghargaan terhadap kelompok yang terbaik.

c. Kegiatan Penutup

1) Guru membahas secara klasikal tentang strategi penyelesaian dari

soal pemecahan masalah yang telah diberikan

34

Page 35: BAB 123 Irma

2) Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan pembelajaran

3) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan dibahas

pada pertemuan berikutnya

4) Guru menutup kegiatan pembelajaran

3. Observasi

Pada tahap ini observasi dilakukan secara kontinu setiap

berlangsungnya pelaksanaan tindakan dengan mengamati aktivitas belajar

siswa dan kegiatan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan

pedoman observasi aktivitas siswa dan pedoman observasi aktivitas guru.

4. Evaluasi

Pada tahap ini evaluasi dilakukan pada akhir setiap siklusnya.

Evaluasi ini dilakukan dengan cara memberikan soal-soal tes dalam bentuk

essay.

5. Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir tiap siklus. Pada tahap ini, peneliti

mengkaji pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam pemberian tindakan

tiap siklusnya. Sebagai acuan dalam tahapan ini adalah hasil observasi dan

evaluasi. Hasil ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta

menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus

selanjutnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber data

35

Page 36: BAB 123 Irma

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS tahun

pelajaran 2013/2014 dan guru matematika kelas XI IPS SMA Negeri 2

Labuapi.

2. Jenis data

Jenis data yang diperoleh berasal dari:

a. Data hasil observasi aktivitas belajar siswa

b. Data hasil observasi keterlaksanaan RPP

c. Data hasil evaluasi belajar siswa

3. Cara pengumpulan data

a. Data aktivitas belajar siswa diambil dengan menggunakan pedoman

observasi aktivitas siswa yang dilakukan pada tiap pertemuan.

b. Data keterlaksanaan RPP dilihat dari lembar observasi keterlaksanaan

RPP yang telah dirancang pada setiap pertemuan.

c. Data hasil belajar siswa diambil dengan memberikan tes evaluasi

kepada siswa di tiap akhir siklus.

F. Instrumen Penelitian

Data-data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan dua

instrumen penelitian, yaitu:

1. Lembar Observasi

36

Page 37: BAB 123 Irma

Lembar observasi yang dirancang bertujuan untuk memperoleh

data aktivitas belajar siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam

lembar observasi aktivitas belajar siswa termuat beberapa indikator, yaitu:

a. Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran

b. Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model

kooperatif tipe CIRC.

c. Interaksi siswa dengan siswa dalam pembelajaran

d. Interaksi siswa dengan guru dalam pembelajaran

e. Kegiatan membaca siswa dalam pembelajaran

f. Kegiatan menulis siswa dalam pembelajaran

g. Partisipasi siswa dalam mempresentasikan dan menyimpulkan hasil

diskusi.

Sedangkan dalam lembar observasi keterlaksanaan RPP disesuaikan

dengan RPP yang telah dibuat untuk setiap pertemuan.

2. Tes Evaluasi Hasil Belajar

Untuk mengetahui hasil belajar siswa digunakan instrumen berupa

tes dalam bentuk essay atau uraian.

G. Analisa Data

Untuk analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas

ini sebagai berikut:

37

Page 38: BAB 123 Irma

1. Data aktivitas belajar siswa

Data aktivitas belajar siswa dari lembar observasi dianalisis dengan

cara sebagai berikut:

a. Menentukan skor aktivitas belajar siswa secara klasikal untuk masing-

masing deskriptor, yaitu apabila persentase indikator yang muncul

lebih dari 50% maka indikator itu tampak dalam lembar aktivitas

siswa.

Pedoman penskoran:

Skor = 4 jika 3 deskriptor tampak

Skor = 3 jika 2 deskriptor tampak

Skor = 2 jika 1 deskriptor tampak

Skor = 1 jika tidak ada deskriptor yang tampak

Sehingga, skor maksimum dan skor minimum setiap indikator aktivitas

belajar siswa masing-masing adalah 28 dan 7.

b. Analasis data aktivitas belajar siswa menggunakan MI ( Mean Ideal )

dan SDI ( Standar Deviasi Ideal )

MI = 12

x ( skor maksimum+skor minimum )

= 12

x (28+7 )

= 12

x35

= 17,5

38

Page 39: BAB 123 Irma

SDI = 16

x (skor maksimum−skor minimum )

= 16

x (28−7 )

= 3,5

Berdasarkan skor standar maka kriteria untuk menentukan

aktivitas siswa dijabarkan pada tabel 3.2 ( Nurkencana dan Sunarta,

1990:103 ).

Tabel 3.2 Kriteria untuk menentukan aktivitas belajar siswa berdasarkan skor standar.

Interval Interval skor KategoriMI+1,5 SDI≤ s ≤MI+3SDI 22,75≤ s ≤28 Sangat Aktif

MI+0,5 SDI≤ s ≤MI+1,5SDI 19,25≤ s<¿22,75 AktifMI-0,5 SDI≤ s ≤MI+0,5SDI 15,75≤ s<¿19,25 Cukup AktifMI-1,5 SDI≤ s ≤MI-0,5SDI 12,25≤ s<¿15,75 Kurang AktifMI-3 SDI≤ s ≤MI-1,5SDI 7≤ s<¿12,25 Sangat Kurang Aktif

Dengan s adalah rata-rata skor indikator

Aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat apabila terdapat

peningkatan rata-rata skor pada setiap pertemuan.

2. Data Prestasi Belajar Siswa

Untuk analisis data yang sudah diperoleh dari hasil penelitian

tindakan kelas ini sebagai berikut:

a. Ketuntasan Individu

Secara individu, siswa dikatakan tuntas belajar apabila siswa

memperoleh nilai ≥ 70

b. Menghitung Rata-rata Kelas

R=∑ X

N (Sujana dalam Samsul, 2011: 37)

39

Page 40: BAB 123 Irma

Keterangan:

R : Nilai rata-rata kelas

∑ x: Jumlah nilai yang diperoleh siswa

N : banyak siswa yang ikut tes

c. Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah tercapainya

ketuntasan belajar dengan rumus sebagai berikut:

KB= nN

x 100 %

Keterangan:

KB : Ketuntasan belajar

n : Banyak siswa yang memperoleh nilai ≥ 70

N : Banyak siswa yang ikut tes

Ketuntas Belajar tercapai jika KB≥ 85 %

H. Indikator Keberhasilan

Yang menjadi indiktor keberhasilan penelitian tindakan kelas ini

adalah pencapaian aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan ketentuan

sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat apabila minimal berkategori

aktif dan mengalami peningkatan dari siklus ke siklus.

2. Prestasi belajar siswa mencapai ketuntasan belajar secara klasikal minimal

85% dengan nilai rata-rata minimal 70 .

3. Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ( Cooperatif Integrited Reading

and Compotition ) dikatakan efektif untuk meningkatkan aktivitas dan

40

Page 41: BAB 123 Irma

prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Labuapi tahun pelajaran

2013/2014 jika memenuhi kriteria berdasarkan indikator 1 dan 2.

41