1 BAB 1 PENDAHULUAN Arus globalisasi menjanjikan kemajuan di segala bidang mulai dari bidang IPTEK, bidang komunikasi, bidang politik, bidang pendidikan dan yang tak luput dari gerusan modernitas adalah bidang sosial budaya. Segala bentuk pengaruh dari luar negeri dengan mudah masuk dan cenderung merusak budaya masyarakat Indonesia. Gaya dan kebiasaan budaya Barat berhasil melunturkan budaya ketimuran bangsa. Kesan ramah tamah, sopan santun dan kebersamaan yang identik dengan masyarkat Indonesia sudah semakin jarang ditemui dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat cenderung bersifat individualisme dan konsumtif sehingga kurang mau mengatasi bahkan melihat permasalahan di masyarakat sekitarnya. Faktanya di lapangan bahwa lebih banyak masyarakat yang sibuk bermain gadget dari pada ikut mengajar anak-anak jalanan. Padahal anak-anak sebagai penentu masa depan bangsa. Bangsa Indonesia memiliki Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dalam mengatasi jaman yang semakin modern. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia, maka pandangan hiudp tersebut dijunjung tinggi oleh
Peran Padepokan Seni Budaya Kampung Ilmu Sebagai Revolisioner Moral Anak-anak di Kota Surabaya
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Arus globalisasi menjanjikan kemajuan di segala bidang mulai dari
bidang IPTEK, bidang komunikasi, bidang politik, bidang pendidikan dan
yang tak luput dari gerusan modernitas adalah bidang sosial budaya. Segala
bentuk pengaruh dari luar negeri dengan mudah masuk dan cenderung
merusak budaya masyarakat Indonesia. Gaya dan kebiasaan budaya Barat
berhasil melunturkan budaya ketimuran bangsa. Kesan ramah tamah, sopan
santun dan kebersamaan yang identik dengan masyarkat Indonesia sudah
semakin jarang ditemui dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat cenderung
bersifat individualisme dan konsumtif sehingga kurang mau mengatasi
bahkan melihat permasalahan di masyarakat sekitarnya. Faktanya di lapangan
bahwa lebih banyak masyarakat yang sibuk bermain gadget dari pada ikut
mengajar anak-anak jalanan. Padahal anak-anak sebagai penentu masa depan
bangsa.
Bangsa Indonesia memiliki Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa dalam mengatasi jaman yang semakin modern. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat Indonesia, maka pandangan hiudp tersebut
dijunjung tinggi oleh warganya karena pandangan hidup Pancasila berakar
pada budaya dan pandangan hidup masyarakat (Kaelan; 2010:109). Pancasila
sebagai kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun
dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat dan alam sekitar. Sehingga
jika terdapat permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat seperti degradasi
moral karena globalisasi, maka sudah seyogyanya masyarakat Indonesia
kembali memegang teguh pedoman bangsa yakni nilai-nilai Pancasila, seperti
nilai-nilai kebersamaan, persatuan dan musyawarah yang harus tetap
dilaksanakan bangsa Indonesia.
Kelima sila Pancasila kemudian diperas kembali oleh sang
ploklamator Ir. Soekarno, menjadi “Tri Sila” yang meliputi: (1) Sosio
2
Nasionalisme yang merupakan sintesa dari ‘Kebangsaan (nasionalisme)
dengan Peri Kemanusiaan, (2) Sosio demokrasi yang merupakan sintesa dari
‘Mufakat (demokrasi), dengan Kesejahteraan sosial, serta (3) Ketuhanan.
Berikutnya beliau juga mengusulkan bahwa ‘Tri Sila’ tersebut diperas
kembali menjadi “Eka Sila” yang intinya adalah “gotong royong”.
Bapak Presiden pertama Indonesia ini beranggapan bahwa gotong
royong adalah sikap yang paling wajib dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Dengan gotong royong bangsa Indonesia menjadi bangsa yang beradab,
mengedepankan kebersamaan dan mufakat serta dapat menjaga persatuan
meskipun dalam perbedaan. Sehingga sangatlah tepat jika semangat gotong
royong sebagai wujud eksistensi diri bangsa Indonesia yang mungkin tidak
dimiliki oleh bangsa lain khususnya bangsa barat. Penanaman gotong royong
bisa dilakukan dimana saja, dalam keluarga, sekolah dan yang terpenting
dalam masyarakat. Gotong royong perlu ditanamkan sejak dini sebagai upaya
membentuk generasi emas yang unggul, karena hanya ditangan para generasi
muda nasib bangsa ini dipertaruhkan.
Dalam rangka mewujudkan generasi emas yang unggul dapat di
internalisasikan melalui kegiatan pendidikan yang telah tertuang dalam
Pancasila, Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa. Cerdas bukan hanya memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi
namun juga hatus didukung dengan karakter atau budi pekerti yang baik pula.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional yang
terdapat pada Undang- Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 pasal 1
menyatakan bahwa :
“Diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila”.
3
Pendidikan tidak hanya bisa dijalankan di sekolah yang notabene
adalah pendidikan formal seperti sekolah, namun dalam membagikan ilmu
bisa dimana saja seperti di sebuah rumah maupun kolong jembatan sekalipun.
Sekarang sudah banyak dijumpai beberapa padepokan, rumah pintar maupun
kelompok belajar lainya yang menawarkan pendidikan gratis untuk anak-anak
kurang mampu mulai dari umur 5 tahun hingga dewasa terlebih untuk anak-
anak yang tidak bisa mengenyam pendidikan formal. Salah satunya adalah
Padepokan Seni Budaya Kampung Ilmu Surabaya. Kampung ilmu yang
berlokasi di Jalan Semarang no. 55 Surabaya tidak hanya menjual buku-buku
murah sebagai sumber ilmu, namun juga terdapat sebuah padepokan seni
budaya yang mempunyai program unggulan yakni Gerakan Gotong Royong
Padepokan Seni Budaya Kampung Ilmu yang dipelopori oleh Pak Dani.
Gerakan Gotong Royong yang diusung Padepokan ini diwujudkan
dengan kegiatan menari bersama tari tradisional Remo yakni tarian khas Kota
Surabaya. Menurut Pak Dani, Gerakan Gotong Royong bertujuan untuk
mengubah moral anak-anak melalui menari tarian Remo. Melalui tarian
Remo anak-anak tidak hanya dijadikan sebagai penari atau hanya sekedar
bisa menari, namun juga banyak nilai-nilai karakter yang diinternalisasikan
dalam kegiatan ini, diantaranya adalah nilai Disiplin, Mandiri, Cinta Tanah
Air, Peduli Sosial dan Tanggung Jawab. Selain belajar menari banyak
kegiatan-kegiatan yang positif seperti diskusi pelajaran sekolah dan
mengajarkan cara bersosialisasi yang baik dengan masyarakat seusai latihan.
Keterlibatan masyarakat untuk berperan serta dalam memperbaiki
moral bangsa perlu diikutsertakan, baik sebagai pendidik, motivator dan
teladan anak-anak. Untuk itu diperlukan suatu wadah untuk menjadikan
anak-anak lebih baik dalam aspek moral melalui pendidikan dengan
pendekatan yang lebih kekeluargaan misalnya dalam bentuk kelompok
belajar di padepokan. Padepokan Seni Budaya Kampung Ilmu berfungsi
sebagai rumah untuk memberdayakan anak-anak agar memiliki sikap
sosialisasi dan membuang sikap individualisme. Untuk itu dalam penelitian
ini akan mengaji sampai sejauh mana kegiatan Gotong Royong dapat
4
menanamkan karakter dalam memperbaiki moral generasi bangsa.
Pembentukan karakter harus disertai dengan pembiasaan-pembiasaan
(habituation).
Dari hal-hal seperti fenomena yang telah dipaparkan, hal itulah yang
mendorong peneliti akan mengangkat masalah dengan judul “Peran
Padepokan Seni Budaya Kampung Ilmu Sebagai Revolisioner Moral Anak-
anak di Kota Surabaya”.
B. Rumusan masalah
Dalam penelitian ini peneliti mengangkat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana peran Padepokan Seni Budaya Kampung Ilmu sebagai
Revolisioner Moral anak-anak di Kota Surabaya?
2. Bagaimana dampak adanya Padepokan Seni Budaya Kampung Ilmu
bagi anak-anak di Kota Surabaya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peran Padepokan Seni Budaya Kampung Ilmu
Sebagai Revolisioner Moral anak-anak Surabaya.
2. Untuk mengetahui dampak dari adanya Padepokan Seni Budaya
Kampung Ilmu bagi masyarakat khususnya anak-anak Surabaya.
3. Manfaat
a. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan atau masukan berupa gagasan-gagasan
pemikiran dari sudut ilmu sosial dan budaya melalui kegiatan Gotong
Royong Padepokan Seni Budaya di kampung ilmu Surabaya.
5
b. Manfaat Praktis
Diharapkan dengan penelitian ini dapat :
a) Memberikan gambaran tentang Padepokan Seni Budaya Kampung
Ilmu di Kota Surabaya
b) Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang peran Kampung
Ilmu di Surabaya.
c) Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang bagaimana
kontribusi Padepokan Seni Budaya Kampung Ilmu di Surabaya.
d) Bagi para akademisi dapat dijadikan tinjauan kasus yang cukup
menarik dalam menyumbangkan wacana keilmuan dengan
konstruksi ilmiah dalam membangun revolusi moral.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep tentang Peran
1. Pengertian Peran
Istilah peran diambil dari dunia teater, dalam teater seseorang aktor
harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai
tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Pengertian peranan
diungkapkan oleh Soekanto peranan menurut aspek dinamis kedudukan atau
status. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka ia menjalankan suatu perannya. Peranan adalah suatu
konsep yang dijalankan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
( Soekanto, 1990: 268 ). Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa peranan merupakan aspek dinamis berupa tindakan atau perilaku yang
dilakuakan oleh individu atau badan atau lembaga yang mengaku atau
menempati suatu posisi dalam sistem sosial.
2. Teori yang mendasari Peran
Teori Talcott Persons
Teori merupakan suatu hubungan antara dua fakta atau lebih, atau
pengaturan menurut cara-cara tertentu. Oleh sebab itu teori merupakan suatu
hubungan antara dua variable atau lebih yang telah diuji kebenarannya.
Sehingga teori yang sesuai dengan peran Padepokan Seni Budaya Tari Remo
adalah teori Structural Fungsional oleh Tallcott Persons, karena teori tersebut
menitikberatkan pada fungsi dan peran seseorang dalam kehidupan keluarga,
sekolah maupun bermasyarakat.
Suatu sistem menurut Parsons, hanya bisa fungsional apabila
semua persyaratan terpenuhi . ada empat syarat fungsional yang dibutuhkan
oleh suatu sistem yaitu Adaptation atau adaptasi (A), Goal Attainment atau
pencapaian tujuan (G), Integration atau integrasi (I) dan Latent Pattern
Maintenance atau pola pemeliharaan laten (L).
7
Untuk tercapainya AGIL dalam kehidupan bermasyarakat ,
individu melakukan proses interaksi dengan individu lain dalam kehidupan
bermasyarakat atau berkelompok yang memiliki mempunyai tujuan prioritas
yang ingin dicapai bersama dalam kelompok. Antara pemimpin dan anggota
mempunyai peran dan fungsinya masing-masing dalam suatu kelompok,
supaya tidak ada kesinambungan dan perbedaan diantara keduanya. Dalam
pembagian peran harus sesuai dengan atutran-aturan, norma dan nilai-nilai
yang berlaku, tidak boleh sewenang-wenang, sehingga tercipta solidaritas
yang kuat dalam suatu kelompok masyarakat.
Skema 2.4 Hubungan antar AGIL sebagai Persyaratan Fungsional
Manusia hidup di dunia ini tidak bisa hidup secara individu,
melainkan masih membutuhkan orang lain di sekitarnya dalam melakukan
berbagai kegiatan, mereka saling melengkapi dan membutuhkan satu sama
lain. Apabila kegiatan dilakukan secara individu, maka beban yang dipikul
semakin berat. Untuk mengurangi beban yang dipikul, maka antar individu
satu dengan yang lain membantu untuk meringankan beban yang dialami oleh
individu lain. Dalam kehidupan individu saling berinteraksi satu sama lain,
dan ikut kegiatan baik dilingkungannya maupun di luar, mereka semua
mempunyai peran penting baik didalam keluarga maupun masyarakat
maupun organisasi masyarakat.
B. Konsep tentang Karakter
1. Pengertian Karakter
Adaptation
Latent Pattern Maintenance
Integration
Goal Attainment
8
Karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap
individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat . bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah
individu yang membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap
akibat dari keputusan yang ia buat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 639) karakter merupakan
tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang memebedakan
seseorang dengan yang lainya. Artinya orang yang berkarakter adalah orang
yang berkepribadian, berperilaku, bersifat atau berwatak terterntu dan watak
tersebut yang membeedakan dirinya dengan orang lain.
Karakter juga dimakanai sebagai seperangkat karakteristik psikologi
individu, yang mempengaruhi kemampuan seseorang dan menimbulkan
dorongan untuk memfungsikan kemampuan tersebut secara moral ( tim
unesa; 2011:33). Menurut Damon 2002, mendefinisikan karakter sebagai
anatomi moral; bahwa fungsi moral seseorang dipengaruhi oleh karakteristik
psikologinya. Dalam anatomi moral mencakup tujuh bagian; yakni perilaku
moral, nilai-nilai moral, kepribadian moral, emosi moral, pertimbangan atau
pemikiran moral, identitas moral dan karakteristik dasar.
Menurut Lickona (1991: 81) “pendidikan karakter secara psikologi harus
mencakup dimensi penalaran berlandaskan moral (moral reasoning), perasaan
(moral feeling), dan perilaku berasaskan moral (moral behavior)”.
1. Pengetahuan Moral
a. Kesadaran moral
b. Pengetahuan nilai moral
c. Penentuan perspektif
d. Pemikiran moral
e. Pengambilan keputusan
f. Pengetahuan pribadi
2. Perasaan moral
a. Hati nurani
b. Harga diri
c. Empati
9
d. Mencintai hal yang baik
e. Kendali diri
f. Kerendahan hati
3. Tindakan moral
a. Kompetensi
b. Keinginan
c. Kebiasaan
Dari pengertian karakter menurut Lickona diatas , pendidikan karakter
tidak bisa dipisahkan satu sama lain melainkan saling berhubungan dan
mempengaruhi individu dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan moral berpengaruh pada perasaan moral dan berpengaruh juga
pada tindakan moral. Sehingga pembentukan karakter sangat penting
ditanamkan sejak dini kepada individu, supaya bertindak sesuai dengan nilai-
nilai yang terkandung dalam karakter tersebut. Dengan dilatih kepribadian
sejak dini kepada individu, diharapkan mampu membangun karakter yang
lebih baik sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem pendidikan
nasional dan nilai-nilai dalam masyarakat. serta menjadikan individu yang
mebih dewasa dan berpikir lebih maju sesuai dengan kepribadian karakter
yang mikinya dalam melakukan tindakan.
2. Nilai-nilai Karakter
Kementrian pendidikan telah merumuskan 18 nilai karakter yang akan
ditamanmkan dalm diri peserta didik sebagai upaya membangun karakter
bangsa. Adapun rincian dari 18 nilai tersebut anatara lain :
1. Religius sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
10
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa
12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/ Komuniktif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
11
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang
Maha Esa.
Dalam penelitian ini yang akan dibahas yaitu nilai disiplin, mandiri,
cinta tanah air, peduli sosial dan tanggung jawab yang akan dibentuk oleh
Padepokan Seni Budaya kepada anak-anak Kota Surabaya kepada anak-anak
Kota Subaya.
C. Konsep tentang Gerakan Gotong Royong Padepokan Seni Budaya
Padepokan Seni Budaya kampung ilmu berlokasi di Jalan Semarang No.55
Surabaya. Padepokan ini berdiri pada tanggal 1 Oktober 2013 yang dipelopori
oleh Pak Dani. Padepokan Seni Budaya memiliki program unggulan yakni
gerakan gotong royong yang diaktualisasikan melalui menari Tarian Remo
tarian khas Surabaya. Menurut Pak Dani , padepokan ini bertujuan untuk :
a. Menjadikan anak-anak sebagai pewaris budaya tradisional
b. Membantu anak didik untuk menyelesaikan permasalahan terkait dengan
pembelajaran di sekolah
c. Menumbuhkembangkan minat seni masyarakat Kota Surabaya
d. Membangun sifat kepedulian sosial dan memnbuang sifat individualisme bagi
anak-anak.
Padepokan ini telah memiliki siswa yang berjumlah 502 siswa, didominasi
siswa perempuan dari usia 4 tahun hingga ibu-ibu namun juga terdapat 6
siswa laki-laki. Tempat untuk belajar menari sudah tersebar di seluruh
kawasan Subaya dengan 8 lokasi yakni : (1) di Padepokan Seni Budaya
Kampung Ilmu, (2) Jalan Kamboja Ngemplak, (3) Simogunung Barat, (4)
Jojoran RT 14 Kelurahan Mojo, (5) Lapangan Tambak Asri, (6) Jalan
Keringsingan, (10) SDN Mojo, (11) Simokuwagean, (12) Petemon 4, dan di
(13) Sidotopo
12
D. Penelitian Terdahulu
Gessy Garcenia (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Pendidikan
Karakter dalam Pembelajaran Seni Tari Pada Siswa Kelas 6 SDPN
Setiabudhi Bandung 2013. Hasil dari penelitian ini adalah melalui
pembelajaran seni tari dapat sekaligus diberikan nilai-nilai moral yang perlu
dimiliki oleh peserta didik sebagai pondasi awal untuk peserta didik untuk
melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dra. Mamik Sumarmi, M.Si (2014) dalam penelitiannya yang berjudul
Pembentukan Karakter Peserta Didik Melalui Tari Dhungkrek Di Kabupaten
Madiun. Hasil dari penelitian ini adalah melalui pembentukan karakter
melalui seni tari Dhungkrek dengan menegedepankan peran seorang guru.
Tari Dhungkrek mengandung beberapa karakter yang dapat mengingatkan
anak-anak agar selalu mencontoh karakter yang baik dan menjauhi karakter
jahat yang telah dibina melalui kegiatan ekstra kurikuler seni tari di sekolah
Dari beberapa penelitian terdahulu, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel Road map berikut ini:
Tabel 2.1Penelitian terdahulu
Nama Judul Metode
Penelitian
Hasil
Gessy Garcenia (2013)
Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Seni Tari Pada Siswa Kelas 6 SDPN Setiabudhi Bandung 2013
DeskriptifKualitatif
Melalui pembelajaran seni tari dapat sekaligus diberikan nilai-nilai moral yang perlu dimiliki oleh peserta didik sebagai pondasi awal untuk peserta didik untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
13
Dra. Mamik Sumarmi, M.Si (2014)
Pembentukan Karakter Peserta Didik Melalui Tari Dhungkrek Di Kabupaten Madiun
Deskriptif Kualitatif
Melalui pembentukan karakter melalui seni tari Dhungkrek dengan menegedepankan peran seorang guru. Tari Dhungkrek mengandung beberapa karakter yang dapat mengingatkan anak-anak agar selalu mencontoh karakter yang baik dan menjauhi karakter jahat yang telah dibina melalui kegiatan ekstra kurikuler seni tari di sekolah.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian dari Gessy dan Dra. Mamik
Sumarmi, M.Si, penelitian ini menitik beratkan pada peran suatu organisasi
yakni Padepokan Seni Budaya Kampung Ilmu yang menanamkan karakter
pada anak-anak, terlebih pada anak-anak jalanan. Sedangkan penelitian Gessy
dan Dra. Mamik Sumarmi, M.Si, menitikberatkan pada bagaimana peran guru
dalam membentuk karakter pada peserta didiknya melalui seni tari.
14
E. Kerangka Berpikir
Bagan 2.2 Kerangka Berpikir
Degradasi moral
Pembentukan karakter sebagai wujud revolusi moral
Program kerja Padepokan Seni Budaya Kampung
Ilmu
Gerakan Gotong Royong
(dianalisis dengan teori peran Talcot Person)
Penanaman Nilai –nilai karakter
(Nilai mandiri, cinta tanah air, disiplin. Tanggung jawab)
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam
melaksanakan penelitian. Metode penelitian terurai petunjuk secara
sistematis, terencana sehingga dapat diperoleh hasil yang benar dan dapat
dipertanggungjawabkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan secara luas dan mendalam
berbagai kondisi yang ada dan situasi yang muncul dalam masyarakat.
Pendekatan kualitatif deskriptif adalah suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu
fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat
suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan
responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15).
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti mendapatkan
pengetahuan tentang peran padepokan seni budaya sebagai revolusioner
moral anak-anak melalui gerakan gotong royong di Surabaya . Pendekatan
kualitatif deskriptif yaitu menjelaskan, mengintrepertasikan data yang
diperoleh dari lapangan untuk diolah sesuai dengan sudut pandang peneliti
dan sudut pandang informan.
B. Informan Penelitian
Informan Penelitian adalah orang yang memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi latar dari penelitian. Adapun informan penelitian ini
adalah pengurus, anak-anak dan masyarakat yang berkecimpung dalam
kegiatan tari Remo .
C. Data dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah berbagai informasi yang diterima langsung
dari informan terpilih baik lisan maupun tercatat dan belum diolah yang
menyangkut tentang suatu kenyataan atau fenomena empirik. Data
primer dalam penelitian ini yaitu berhubungan dengan seluk beluk
16
gerakan gotong royong padepokan seni budaya kampung ilmu sebagai
revolusioner moral anak-anak yang didapat dari informan penelitian
yaitu pengurus padepokan seni budayankampung ilmu.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berupa informasi yang diterima
tentang suatu kenyataan atau fenomena empirik dari responden.
Responden pada data sekunder yang dimaksud disini adalah anak didik
dan masyarakat. Dari informan sekunder kita dapat menggali informasi
berupa peran apa yang diterapkan sehingga bisa mengubah kebiasan-
kebiasan anak mengarah pada perilaku positif sehingga membentuk
moral anak yang siap menjadi generasi penerus bangsa yang dapat
mengarahkan Indonesia yang lebih maju dan cerah ditangan generasi
penerus.
D. Waktu Penelitian
Adapun pelaksanaan penelitian ini meliputi: kegiatan persiapan,
pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan. Kegiatan tersebut
berlangsung dari bulan April - November .
E. Lokasi Penelitian
Lokasi adalah suatu daerah yang digunakan untuk mendapatkan data
yang diperlukan dalam kegiatan penelitian. Pemilihan lokasi didasarkan pada
pertimbangan:
a. Degradasi moral terjadi di seluruh wilayah Indonesia terlebih didaerah
Perkotaan. Kota Surabaya merupakan kota metropolis kedua setelah
Jakarta menawarkan modernitas dalam segala aspek. Hal tersebut
mempengaruhi sikap individualisme masyarakat yang mengakibatkan
menurunya karakter masyarakat khususnya anak-anak.
b. Khususnya peneliti meninjau pada Padepokan Seni Budaya Kampung
Ilmu Surabaya karena memiliki kegiatan menari bersama bagi anak-anak
untuk media penanaman karakter anak.
c. Surabaya merupakan tempat peneliti melakukan studi sehingga
memungkinkan mengetahui ruang lingkup informan agar informasi yang
didapatkan lebih valid dan lengkap.
17
Berdasarkan pertimbangan tersebut, penelitian ini akan dilakukan di
Padepokan Seni Budaya Kampung Ilmu.
F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah strategis dalam
penelitian untuk mendapatkan data yang memenuhi standar yang telah
ditetapkan dalam menjawab permasalahan. Catherine Marshall, Gretchen B.
Rossman mengungkapkan bahwa teknik pengumpulan data kualitatif
dibedakan menjadi empat macam, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi
dan triangulasi. Berikut merupakan paparan terkait instrumen pengumpulan
data dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian:
a. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber
data yang digunakan maka teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi partisipan, wawancara mendalam. Observasi partisipan
merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui dengan ikut serta dalam kegiatan keseharian
informan.
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif
lama.
b. Alat pengumpulan data
Pada pendekatan kualitatif, Peneliti merupakan instrumen utama
dalam pengumpulan data. Peneliti mengamati berbagai aktivitas yang
dilakukan informan dalam mengungkap permasalahan yang harus
dipecahkan karena menjadi sebuah fenomena. Peneliti menggali berbagai
informasi yang menunjang sebagai pelengkap data penelitian. Berbagai
informasi yang digali peneliti akan difokuskan kepada permasalahan
tertentu yang menjadi fokus penelitian yaitu peran padepokan seni budaya
18
kampung ilmu Surabaya sebagai revolusioner moral. Data yang diperoleh
dapat menjamin akurasi dan keterpaduan dengan fokus penelitiannya.
Selain peneliti, instrumen penelitian ini adalah pedoman
wawancara. Pedoman wawancara merupakan arah bagi peneliti untuk
menfokuskan jawaban informan tentang objek permasalahan. Pedoman
wawancara berupa kumpulan pertanyaan yang sudah disiapkan dalam
menggali informasi di lapangan. Kelengkapan data yang didapatkan akan
direkam agar akurasi data dan validitas baik dapat tercapai.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
berupa handphone dan camera sebagai alat perekam, pedoman wawancara
atau atau kisi-kisi wawancara.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Bogdan dan Biklen (1982:145) adalah proses
pencarian dan penyusunan secara sistematis terhadap transkrip wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang terkumpul untuk meningkatkan
pemahaman tentang data serta menyajikan apa yang telah ditemukan kepada
orang lain. Secara umum, untuk analisis data penelitian ini, peneliti
melakukan tiga alur kegiatan yang dapat dilakukan secara bersamaan, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Proses analisis data sebagaimana terurai di atas, digambarkan dalam
Selanjutnya, karena penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi, maka alur analisis data mengikuti apa yang disampaikan Creswell (1998:147-150) Berikut ini adalah tahapan penelitian:a. Mentraskripsikan rekaman hasil wawancara ke dalam tulisan secara
menyeluruh
b. Bracketing
Membaca seluruh data (deskripsi) tanpa prakonsepsi
c. Tahap Horizonalitation
Menginventarisasi pertanyaan-pertanyaan penting yang relevan dengan
topik
d. Cluster Meaning
Rincian pertanyaan penting itu diformulasikan ke dalam makna, dan
dikelompokkan kedalam tema-tema tertentu
e. Tahap Deskripsi Esensi
Mengintegrasikan tema-tema ke dalam deskripsi naratif
f. Peneliti mengkonstruksikan seluruh penjelasannya