Top Banner

of 28

Bab 1 Dan 2 Sifat Fisik Mineral Dan Mineral Dalam Batuan

Jul 20, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Mengamati mineral penyusun dalam batuan Mengamati batuan secara megaskopis Menentukan sifat fisik mineral penyusun dalam batuan Menentukan struktur, tekstur, dan komposisi penyusun batuan Menentukan jenis batuan Menentukan nama batuan menggunakan klasifikasi yang ada

1.1.2 Tujuan Dapat mendeskripsikan mineral dalam batuan secara megaskopis Dapat membedakan komposisi mineral batuan berdasarkan sifat fisik Dapat menentukan struktur, tekstur, dan komposisi penyusun batuan Dapat mengetahui jenis batuan dan menentukan nama batuan berdasarkan klasifikasi yang ada.

1.2. Waktu Pelaksanaan Praktikum a. Hari : Senin Tanggal : 12 April 2011 Waktu : 20.00 WIB-21.30 WIB b. Hari : Senin Tanggal : 19 April 2011 Waktu : 20.00 WIB-21.30 WIB c. Hari : Senin Tanggal : 26 April 2011 Waktu : 20.00 WIB-21.30 WIB

1

BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Mineral adalah zat atau benda yang biasanya padat dan homogen dan hasil bentukan alam atau proses geologi yang memiliki sifat-sifat fisik dan kimia tertentu serta umumnya berbentuk kristalin 2.2 Sifat fisik mineral Sifat fisik suatu mineral ini sangat diperlukan di dalam mendeterminasi atau mengenal mineral secara megaskopis atau tanpa menggunakan mikroskop. Dengan cara ini seseorang dapat mendeterminasi mineral lebih cepat dan biasanya langsung dilapangan tempat dimana sampel mineral ditemukan. Adapun sifat-sifat fisik mineral tersebut meliputi: warna, kilap (luster), kekerasan (hardness), cerat (streak), belahan (cleavage), pecahan (fracture), struktur/bentuk kristal, berat jenis, sifat dalam (tenacity), dan kemagnetan.Adapun pengertiannya yaitu: Kilap, Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006), meliputi : Kilap kaca (vitreous luster), Kilap intan (adamantine luster), Kilap sutera (silky luster), Kilap damar (resinous luster), Kilap mutiara (pearly luster), Kilap lemak (greasy luster), Kilap tanah, Warna, merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Kekerasan, adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Secara relatif sifat fisik ini ditentukan dengan menggunakan skala Mohs, yang dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang

2

paling keras. Skala Mohs tersebut meliputi :talk, gipsum, kalsit, fluorit, apatit,feldspar, kuarsa, topaz, korundum dan intan Cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap. Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut. Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan tidak teratur. Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai bidang kristal yang jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batasbatas kristal yang jelas. Sifat dalam merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya, seperti penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan atau penghancuran. 2.3 Mineral Pembentuk Batuan (Rock Forming Minerals ) Minerals adalah bahan atau senyawa anorganik yang terbentuk secara alamiah, padat, mempunyai komposisi, dan mempunyai sturuktur

dalam/kristal tertentu. Sedangkan bedanya dengan mineraloid ialah tidak mempunyai struktur dalam/kristal tertentu (amorf). Menurut W.T Huang (1962) komposisi mineral pembentuk batuan dikelompokkan menjadi tiga kelompok mineral, yaitu: I. MINERAL UTAMA (Essensial Mineral) Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya sangat menentukkan dalam penamaan batuan. mineral utama dapat dilihat dari deret bowen series(1928). II. Mineral Tembahan ( Accessory Minerals) Adalah mineral-mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma, terdapat dalam jumlah yang sedikit (kurang dari 5%). kehadirannya tidak menentukan nama batuan. Contoh dari mineral tambahan ini antara laian :

3

ZIRKON,

MAGNESIT,

HEMATIT,

PYRIT,

RUTIL

APATIT,

GARNET,SPHEN. III. Mineral Sekunder (Secondary Minerals) Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil pelapukan, reaksi hidrotermal maupun hasil metamorfosisme terhadap mineral utama. contoh dari mineral sekunder antara lain; SERPENTIN, KALSIT, SERISIT, KALKOPIRIT, KAOLIN, KLORIT, PIRIT. Deret Bowen menggambarkan secara umum urutan kristalisasi suatu mineral sesuai dengan penurunan suhu [bagian kiri] dan perbedaan kandungan magma [bagian kanan], dengan asumsi dasar bahwa semua magma berasal dari magma induk yang bersifat basa.Bagan serial ini kemudian dibagi menjadi dua cabang; kontinyu dan diskontinyu.

Gambar 2.1 Bowen reaction

Continuous branch [deret kontinyu] Deret ini dibangun dari mineral feldspar plagioklas. Dalam deret kontinyu, mineral awal akan turut serta dalam pembentukan mineral selanjutnya. Dari bagan, plagioklas kaya kalsium akan terbentuk lebih dahulu, kemudian seiring penurunan suhu, plagioklas itu akan bereaksi dengan sisa

4

larutan magma yang pada akhirnya membentuk plagioklas kaya sodium. Demikian seterusnya reaksi ini berlangsung hingga semua kalsium dan sodium habis dipergunakan. Karena mineral awal terus ikut bereaksi dan bereaksi, maka sangat sulit sekali ditemukan plagioklas kaya kalsium di alam bebas. Discontinuous branch [deret diskontinyu] Deret ini dibangun dari mineral ferro-magnesian sillicates. Dalam deret diskontinyu, satu mineral akan berubah menjadi mineral lain pada suhu tertentu dengan melakukan melakukan reaksi terhadap sisa larutan magma. Bowen menemukan bahwa pada suhu tertentu, akan terbentuk olivin, yang jika diteruskan akan bereaksi kemudian dengan sisa larutan magma, membentuk pyroxene. Jika pendinginan dlanjutkan, akan dikonversi ke pyroxene,dan kemudian biotite [sesuai skema]. Deret ini berakhir ketika biotite telah mengkristal, yang berarti semua besi dan magnesium dalam larutan magma telah habis dipergunakan untuk membentuk mineral. Bila pendinginan terjadi terlalu cepat dan mineral yang telah ada tidak sempat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma, akan terbentuk rim [selubung] yang tersusun oleh mineral yang terbentuk setelahnya.

2.4 Faktor Yang Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan Beku Warna : berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusun batuan serta dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, kecuali untuk batuan tekstur gelasan. Batuan beku berwarna cerah => mineral asam seperti kwarsa, muskovit, feldspar, dll. Batuan beku berwarna gelap => mineral basa. Struktur : Kenampakan hubungan antarbagian-bagian batuan yang berbeda, mengacu pada kenampakan megaskopis. Masif, bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas. Jointing, bila batuan terdapat retakan-retakan. Amigdaloidal, bila terdapat lubang gas yang terisi oleh mineral-mineral sekunder. Vesikuler, bila adanya lubang-lubang gas. Tekstur : Kenampakan butir-butir mineral di dalamnya meliputi tingkat kristalisasi (holokristalin, hipokristalin, holohyalin), ukuran butir, bentuk

5

butir (euhedral, subhedral, anhedral), granularitas (faneritik, afanitik), dan hubungan antarbutir. (Endarto, 2005) 2.5 Mineral Penyusun Batuan Beku Batuan beku tersusun atas berbagai jenis mineral, yaitu kwarsa, tridymite, cristoibalite, orthoclase, microline, sanidine, plgioclase, nepheline, sodalite, leucite, muscovite, biotite, phlogopite, augite, orthopyroxene, aegirine, hornblende, arfvedsonite, riebeckite, dan olivine. Kwarsa (SiO2) Termasuk dalam sistem hexagonal. Merupakan bagian dari kelas trigonal trapezohedral. Umumnya terdiri dari banyak prisma hexagonal. Menurut Wright dan Larsen, ada 2 modifikasi dari kwarsa. Pertama alpha kwarsa, terbentuk di bawah suhu 573oC. Bentuk ini paling banyak dijumpai. Kedua, betha kwarsa, terbentuk antara 573 oC - 870 oC. Namun selama pendinginan, beta kwarsa berubah menjadi alpha kwarsa. Modifikasi ini ditemukan pada pophyriest dan beberapa pegmatit. Kedua modifikasi tersebut sering disebut sebagai low quartz dan high quartz.Sebenarnya masih ada modifikasi lain dari kwarsa, yaitu tridymile dan cristobalite.

Gambar 2.5.1 mineral kuarsa

Kwarsa memiliki belahan rhombohedral dan pecahan conchoidal. Tingkat kekerasannya adalah 7. Berat jenisnya 2,65. Memiliki kilat

6

nonlogam, kaca. Tingkat transparansinya tembus cahaya hingga tidak tembus cahaya. Pada umumnya kwarsa berwarna putih atau tidak berwarna namun juga ada yang berwarna kuning, merah, merah muda, hijau, biru, cokelat, dan hitam. Memiliki cerat berwarna putih. Muscovite Termasuk dalam sistem monoklinik dan merupakan bagian dari kelas prismatik. Merupakan kristalin dan berbentuk tabular. Megaskopis, dengan ukuran yang besar maka belahan terlihat semakin jelas. Memiliki belahan basal. Tingkat transparansi transparan hingga transqlucent. Memiliki sifat dalam yang elastis. Tingkat kekerasannya 2-3. Berat jenis 2,8-3,1. Pada umumnya tidak berwarna, namun ada juga yang berwarna kekuningkuningan, kecoklat-coklatan, dan kemerah-merahan. Memiliki kilatan logam, mutiara hingga kaca.

Gambar 2.5.2 mineral muskovit

Biotit Termasuk dalam sistem monoklinik dan tergabung dalam kelas prismatik. Memiliki bentuk tabular serta memiliki sedikit kristal. Memiliki jenis belahan basal. Tingkat kekerasannya 2,5-3. Memiliki berat jenis 2,73,2. Berwarna coklat tua, coklat terang, dan agak kehijau-hijauan. Memiliki indeks bias 1,541-1,638. Memiliki cerat berwarna putih kehijau-hijauan. Memiliki daya transparansi transparan hingga tidak tembus cahaya. Memiliki kandungan

7

titanium, mangan, sodium, dan florin. Biotit merupakan salah satu mineral yang kurang komersil. Piroksen Piroksen mengandung kalsium, silikat, magnesium, besi,

alumunium, sodium, dan litium. Piroksen tergabung pada 2 sistem kristal. Yang pertama, orthorombic (M2(Sio3)2), tanpa kalsium dan sedikit alumunium. Yang kedua adalah monoklinik (MM2(Sio3)2), alkali, alumunium, dan kalsium. Piroksen memiliki hubungan yang dekat secara kimiawi dan kristalografi dengan kelompok amphibole. Olivine Termasuk dalam sistem orthorombic dan termasuk dalam kelas bipiramidal. Kristalnya berbentuk prismatik ataupun tabular. Memiliki belahan pinacoidal. Dan pecahan concoidal. Memiliki tingkat kekarasan 6,5-7. Memiliki berat jenis 3,2-3,6. Memiliki kilat nonlogam, kaca. Olivine merupakan bagian dari batuan beku. Seperti basalt, dunite,, gabro, dan peridotit. Olivine banyak ditemukan di Mesir, Gunung Vesuvius, Burma, Norwegia, Arizona, Vermount, New Hampshire, Virginia, Pennsylvania, North Carolina, Oregon, New Mexico, Canada, dan Brasil. Olivine juga ditemukan pada meteorit. Augite Termasuk didalam kelas monoklinik. Augite tergabung dalam kelas prismatik. Memiliki belahan prismatik. Memiliki pecahan conchoidal hingga uneven. Tingkat kekerasannya berkisar 5 sampai dengan 6. Memiliki berat jenis 3,2 hingga 3,6, bergantung pada komposisi. Pada umumnya Augite berwarna hitam, atau hitam kehijau-hijauan. Augite memiliki cerat berwarna hijau keabu-abuan. Augite, pada umumnya tidak tembus cahaya, namun ada juga yang sedikt tembus cahaya. Memiliki kilat non-logam, kaca. Augite memiliki komposisi kimia Ca(Mg,Fe)(Si2O6) dan

(Ca,Mg,Fe)(Al,Fe)(AlSiO6). Augite juga mengandung sodium dan titanium.

8

Hornblende Hornblende termasuk kedalam sistem monoklinik dan tergabung di dalam kelas prismatik. Hornblende memiliki tingkat kekerasan 5 hingga 6. Hornblende bnerwarna hijau tua, cokelat, ataupun hitam. Memiliki cerat berwarna hijau keabu-abuan hingga cokelat keabu-abuan. Hornblende memiliki kilat non-logam, kaca hingga sutera. Hornblende memilii daya transparansi transqlucent hingga opaque.Secara kimiawi, Hornblede terdiri dari Ca2(Mg,Fe)4Al(OH)2(AlSi7O22) dan Ca2Na(Mg,Fe)4Al(OH)2(Al2Si6O22). Jika dilihat dari komposisi tersebut, Hornblende sangatlah mirip dengan Augite. Didalam Hornblende terdapat sedikit air, kandungan air inilah yang membedakan Hornblende dengan Augite. Hornblede merupakan salah satu penyusun batuan plutonik bersama dengan granit, syenite, amphibole, dan diorit. Orthoklas Orthoklase terdapat di dalam sistem monoklinik dan tergabung di dalam kelas prismatik. Memiliki belahan basal. Pecahannya berupa conchoidal hingga uneven. Tingkat kekerasannya adalah 6. Memiliki berta jenis 2,5 hingga 2,6. Umumnya tidak berwarna, namun ada juga yang berwarna putih, abu-abu, kemerah-merahan, kekuning-kuningan, ataupun sedikit kehijau-hijauan. Memiliki kilat non-logamkaca hingga mutiara.

2.6 Klasifikasi Batuan Beku Batuan Beku Non Fragmental : Umumnya berupa batuan beku intrusif ataupun aliran lava yang tersusun atas kristal-kristal mineral. Batuan Beku Fragmental : Dikenal juga dengan nama piroklastik, merupakan bagian dari batuan vulkanik karena terbentuk melalui proses vulkanik yang eksplosif (letusan). (Lutgens, 1959)

9

Tabel 2.1 Penamaan Batuan Berdasarkan Kandungan Silika

Nama Batuan Batuan beku asam Batuan baku intermediet Batuan beku basa Batuan beku ultra basa

Kandungan Silika >66% 52% - 66% 45% - 66% < 45%

Tabel 2.2 Penamaan Batuan Berdasar Kandungan Mineral Mafic

Nama Leucocratic Mesocratic Melanocratic

Kandungan Mineral Mafic 0 - 33% 34% - 66% 67% - 100%

2.7 Faktor Yang Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan Sedimen Warna : warna mineral pembentuk batuan sediment klastik, warna massa dasar/ matriks atau semen, warna material yang menyelubungi, dan derajat kehalusan butir penyusunnya, serta dipengarhi lingkungan pengendapan. Tekstur : Kenampakan yang menyangkut butir sedimen seperti ukuran butir, bentuk butir (tingkat kebundaran), dan orientasi. Dalam hal ini tekstur klastik, yaitu fragmen (butiran yang ukurannya lebih besar dari pasir), matriks (butiran yang ukurannya lebih kecil daripada fragmen), dan semen (material halus yang menjadi pengikat). Sortasi (pemilahan) : Sortasi bak => bila besar butir merata atau sama besar. Sortasi buruk => besar butir tidak merata, terdapat matriks dan fragmen. Kemas : Kemas terbuka => butiran tidak saling bersentuhan, mengambang dalam matriks, porositas besar. Kemas tertutup => butiran saling bersentuhan satu dengan yang lain, porositas kecil. Struktur : Laminasi => Jika tebalnya Jika tebalnya 1 cm.

10

Komposisi : Batuan sedimen detritus halus => batulempung, batulanau. Detritus sedang => batupasir. Detritus kasar => breksi dan konglomerat. (Endarto, 2005) 2.8 Mineral Penyusun Batuan Sedimen Kwarsa (SiO2) Biotit Hornblende Orthoklas 2.9 Klasifikasi Batuan Sedimen Batuan Sedimen Klastik : merupakan batuan yang tersusun atas klastikaklastika yang terjadi karena proses pengendapan secara mekanik. Batuan Sedimen Non Klastik : batuan yang terbentuk karena proses pengendapan secara kimiawi dari larutan maupun hasil aktifitas organisme

Tabel 2.3. Ukuran Butir yang Digunakan dalam Skala Wenworth, 1992

Ukuran Butir (mm) > 256 64 - 256 4 - 64 2-4 1-2 -1 - 1/8 - 1/16 - 1/8 1/256 - 1/16 < 1/256

Nama Butir Bongkah Berangkal Kerakal Kerikil Pasir Sangat Kasar Pasir Kasar Pasir Sedang Pasir Halus Pasir Sangat Halus Lanau Lempung

Nama Batuan Breksi (fragmen runcing) Konglomerat (fragmen membukat)

Batupasir

Batulanau Batulempung

2.10 Faktor Yang Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan Metamorf

11

Struktur : Struktur Foliasi => terjadi karena adanya penjajaran mineralmineral menjadi lapisan-lapisan (gneissosity), orientasi butiran

(schistosity), permukaan belahan planar (cleavage), atau kombinasi dari ketiga hal tersebut. Struktur foliasi yang umum ditemukan : Slaty cleavage => berbutir sangat halus, adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur, dan sejajar. Phylitic => Hampir sama dengan slaty cleavage namun terlihat rekristalisasi yang lebih kasar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral granular. Schistosic => Adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic yang berukuran butir sedang sampai kasar. Gneissic => Adanya perselingan lapisan penjajaran mineral yang mempunyai bentuk berbeda. Penjajaran mineral ini umumnya tidak terus-menerus melainkan terputus-putus. Struktur Non Foliasi => terbentuk oleh mineral-mneral equidimensional dan umumnya terdiri dari granular. Hornfelsic => terbentuk oleh mosaic mineral-mineral

equidimensional dan equigranular serta umumnya berbenttuk poligonal. Cataclastic => terbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Milonitic => Mineral berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresangoresan searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Phylonitic => kenampakan kilap sutera dan sama dengan milonitic, namun telah terjadi rekristalisasi. Tekstur : kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran (Fanerit, Afanit), bentuk (Euhedral => Idioblastik, Subhedral, Anhedral => Xenoblastik), orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf. Lepidoblastik => mineral penyusunnya berbentuk tabular. Nematoblastik => mineral penyusunnya berbentuk prismatic. Granoblastik => mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineral bersifat sutured ( tidak teratur) dan euhedral. Granuloblastik => Mirip granoblastik, namun bersifat unsutured (lebih teratur) dan anhedral. (Lutgens, 1959)

12

Tabel 2.4 Pengidentifikasian Batuan Metamorf

Tekstur

Foliasi Slaty

Komposisi Mika Kwarsa, Mika, Klorit Kwarsa, Mika Amphibole, Plagioklas Feldspar, Mika, Kwarsa Karbon Kwarsa, fragmen

Tipe Regional

Batuan Asal Mudstone

Nama Batuan Slate

Phyllitic

Regional

Mudstone

Phyllite

Schistose Foliasi Schistose

Regional

Slate Basalt or Gabbro

Schist

Regional

Amphibolite

Gneissic Banding

Regional

Schist

Gneiss

Kontak or Regional Kontak or Regional Kontak or Regional Kontak or Regional

Bituminous Coal Conglomer ate Limestone

Anthracite Coal Metaconglome rate Marble

Non Foliasi

batuan Kalsit

Kwarsa

Sandstone

Quartzite

13

BAB III LEMBAR DESKRIPSI3.1 Mineral Dalam Batuan Peraga 197 Jenis Batuan : Batuan beku

Deskripsi Megaskopis Batuan berwarna abu-abu, struktur massif, tekstur holokristalin,

faneroporfiritik, subhedral, eqgranular Deskripsi Komposisi Kuarsa(SiO2) : warna putih keabu-abuan, kilap kaca kekerasan 6,6-7 mohs, cerat putih, transparansi Honblande: warna hitam, kilap tanah, kekerasan 3 mohs cerat abu-abu, tidak transparan Petrogenesa Batu ini terbentuk dari aktivitas vulkanisme, yang memiliki mineral kuarsa,hondblande,plagioklas yang berdasarkan BRS menunjukan bahwa mineral yang pertama terbentuk adalah hondblande,plagioklas kemudian kuarsa. Hal ini menunjukan batu ini membeku pada tekanan yang tidak begitu besar dan terbentuk dekat dengan permukaan bumi(hipabisal) dan dengan magma yang cukup sedang. Setelah diklasifikasikan nama batu ini adalah Diorit porfir Foto Batuan Kuarsa Hondblande

14

Nama Batuan: diorit porfir (Thorpe & Brown, 1985)

3.2 Deskripsi Mineral Dalam Batuan Peraga 182 Jenis Batuan : Batuan beku

Deskripsi Megaskopis Batuan berwarna cerah, struktur massif, tekstur holokristalin,

porfiroafinitik, inequigranular, dan bentuk kristal euhedral maka nama batuan ini adalah Andesit porfir.

Deskripsi Komposisi Biotit : warna hitam, kilap kaca, kekerasan 3mohs, cerat abu-abu, tidak transparan, rapuh, berat jenis 2,8-3,4 belahan tidak jelas. Kuarsa(SiO2) : warna putih, kiap kaca, kekrasan 7mohs, cerat putih, belahan 2 arah, bentuk amorf, berat jenis 2,85

Petrogenesa Berwarna abu-abu Dikarenakan terbentuk dari magma intermediet yang terdiri dari mineral plagioklas, kuarsa, biotit yang terbentuk secara beku hipabisal yang terbentuk dari magma relatif sedang sehingga ukuran kristal besar ditandai tekstur yang porfirinitik. Dari teksturnya batu ini adalah

andesit porfir. Foto Batuan

Biotit Kuarsa

15

Nama Batuan: Andesit porfir (Thorpe & Brown, 1985) 3.3 Deskripsi Mineral Dalam Batuan Peraga 89 Jenis Batuan : Batuan beku (fragmental)

Deskripsi Megaskopis Batuan berwarna abu-abu berstruktur massif, tekstur batuannya holokristalin, equigranular, dan fanerik.

Deskripsi Komposisi Kwarsa(SiO2) : Berwarna putih, kilap kaca, bentuk anhedral, ukuran 0,5-1 mm, cerat putih, kekerasan 7,berat 2,85 Hornblande : warna hitam, kilap tanah, kekerasan 3 mohs cerat abu-abu, tidak transparan

Petrogenesa Batu ini terbentuk dari aktivitas vulkanisme, yang memiliki mineral kuarsa,hondblande,plagioklas yang berdasarkan BRS menunjukan bahwa mineral yang pertama terbentuk adalah hondblande,plagioklas kemudian kuarsa. Disini terlihat butir kristal yang besaar menunjukkan mineral tumbuh dalam pembekuan batuan yang cukup lama dan termasuk kedalam batuan beku intrusif. Sesuai dengan teksturnya, batu ini dinamakan Diorit.

Foto Batuan

Kuarsa Hondblande

Nama Batuan: diorit (Thorpe & Brown, 1985) 16

3.4 Deskripsi Mineral Dalam Batuan Peraga 33 Jenis Batuan : Batuan beku (nonfragmental)

Deskripsi Megaskopis Batuan berwarna coklat,struktur massif, tekstur batuannya holokristalin, fenerik, equigranilar dan bentuk kristal euhedral.

Deskripsi Komposisi Hondblande : warna hitam, kilap tanah, kekerasan 3 mohs cerat abu-abu, tidak transparan Ortoklas : berwarna hitam, kilap kaca, cerat hitam, tidak transparansi Kuarsa(SiO2): Berwarna putih, kilap kaca, bentuk anhedral, ukuran 0,5-1 mm, cerat putih, kekerasan 7,berat 2,85

Petrogenesa Batuan peraga ini memiliki mineral-mineral penyusun seperti hondblande, ortoklas, kuarsa, dan berdasarkan BRS mineral yang terbentuk pertama adalah ortoklas, hondblande dan kuarsa. Batu ini bertekstur holokristalin,euhedral,fanerik,equigranular, dengan struktur massif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terbentuk jauh didalam permukaan bumi dan membeku dalam waktu yang lambat sehingga membentuk kristal-kristal mineral(holokristalin).Maka setelah diklasifikasikan, nama batu ini adalah Granit.

17

Foto Batuan

Ortoklas

Hondblande

Kuarsa

Nama Batuan: Granit (Thorpe & Brown, 1985)

3.5 Mineral Dalam Batuan Peraga 72 Jenis Batuan : Metamorf

Deskripsi Megaskopis Batu metamorf ini berwarna putih,strukturnya nonfoliasi,teksturnya

kristaloblastik,afanit,euhedral maka batu ini adalah batu marmer

Deskripsi Komposisi Kalsit: berwarna putih, kilap kaca, kekerasan