Top Banner

of 81

BAB 1-5 Komplit

Apr 07, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    1/81

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti yang

    penting dalam kehidupan Nasional, khususnya didalam memelihara

    dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut

    erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya

    manusia sebagai modal dasar pembangunan nasional.

    Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu upaya yang

    besar, sehingga tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa

    adanya keterlibatan masyarakat (Handayani, 2010). Menurut Depkes

    RI Salah satu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat dibidang

    kesehatan adalah menumbuhkembangkan Posyandu.

    Program pelayanan kesehatan primer untuk upaya promotif

    dan preventif diawali dengan terbitnya Deklarasi Alma Ata (1978).

    Sebagai terjemahan dari Deklarasi Alma Ata, maka dilakukan upaya

    konkrit di Indonesia, yakni mengembangkan program Posyandu

    dengan prinsip partisipasi masyarakat, yaitu dari, oleh dan untuk

    masyarakat. Selama lima tahun, usaha ini telah mencakup 50% desa

    diseluruh Indonesia, disamping usaha lain seperti : pos penimbangan,

    pos KB desa, pos kesehatan dan pos vaksinasi. Pos-pos ini

    mempunyai kelompok sasaran yang sama, yaitu ibu hamil, anak balita

    dan bayi, sehingga diputuskan untuk mengintegrasikannya.

    Kegiatannya dilakukan secara simultan pada tempat dan waktu yang

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    2/81

    2

    sama. Keterpaduan dari pada pos pelayanan ini dikenal sebagai

    Posyandu (Depkes RI, 2008).

    Pos pelayanan terpadu ini merupakan wadah titik temu antara

    pelayanan profesional dari petugas kesehatan dan peran serta

    masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat,

    terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka

    kelahiran (Handayani, 2010). Posyandu merupakan wadah untuk

    mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam bidang kesehatan dan

    keluarga berencana yang dikelola oleh masyarakat,

    penyelenggaraanya dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih

    dibidang kesehatan dan KB, dimana anggotanya berasal dari PKK,

    tokoh masyarakat dan pemudi. (Handayani, 2010).

    Kegiatan di Posyandu merupakan kegiatan nyata yang

    melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan

    dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, yang

    dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan

    pendidikan dan pelatihan dari Puskesmas mengenai pelayanan

    kesehatan dasar (Wijono, 2005).

    Pelayanan petugas kesehatan memegang peranan penting

    terhadap kunjungan ibu ke posyandu. Dengan pelayanan yang

    menyenangkan, ramah, dan memberikan informasi serta penyuluhan

    yang jelas dan mudah dimengerti dari petugas kesehatan, sehingga

    orang tua sadar untuk datang ke posyandu (Mardiati, 2001).

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    3/81

    3

    Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan

    mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan

    secara merata, apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis

    masyarakat seperti Posyandu dapat dilakukan secara efektif dan

    efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan

    layanan tumbuh kembang anak, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas.

    Sebagai salah satu sasaran terpenting balita dapat menjadi indikator

    untuk mengetahui tingkat pemanfaatan posyandu oleh masyarakat.

    Mengingat proporsi jumlah balita cukup besar maka hal ini

    menjadi salah satu perhatian utama pemerintah dengan memantau

    kegiatan posyandu balita dengan menganalisis hal-hal yang

    berhubungan dengan rendahnya kunjungan balita ke Posyandu untuk

    memantau pertumbuhan dan perkembangan balita sehingga dapat

    mendeteksi dini jika ada kelainan atau penyakit yang diderita balita

    (Depkes RI, 1999).

    Tingkat pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang

    mempengaruhi orang tua untuk melakukan kunjungan balita ke

    posyandu, karena tingkat pengetahuan seseorang dapat dijadikan

    tolok ukur dinamika berpikir dari seseorang, ibu yang memiliki

    pengetahuan yang baik dengan sendirinya akan mempengaruhi ibu

    untuk memanfaatkan posyandu (BKKBN, 2002)

    Sebuah penelitian oleh Tuti Pradianto tentang faktor-faktor yang

    mempengaruhi ketidakhadiran ibu balita Dalam Penggunaan

    Posyandu di Kecamatan Bogor Barat, Tahun 1989 membuktikan

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    4/81

    4

    bahwa persepsi ibu tentang perilaku kader merupakan faktor yang

    memudahkan ibu dalam menimbang anaknya ke Posyandu.

    Pembuktian yang sama juga dilakukan Ridwan M. Thaha dalam

    penelitiannya tentang Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Praktek

    Penggunaan Posyandu Oleh ibu balita di Kota madya ujung Pandang

    Tahun 1990, Didapati hasil bahwa perilaku petugas kesehatan

    mampu menerangkan variasi perubahan pada praktek serta mampu

    mempengaruhi kemungkinan peningkatan pada praktek serta mampu

    mempengaruhi kemungkinan peningkatan pada praktek

    menimbangan anak ke posyandu. Persepsi ibu terhadap kelengkapan

    posyandu dengan perilaku menimbangkan anak keposyandu

    mempunyai hubungan yang bermakna ( Hutagulung. S 1992) .

    Kunjungan ke posyandu balita juga tidak terlepas dari adanya

    dukungan suami, hal ini terutama jika akses pelayanan posyandu sulit

    terjangkau, suami yang tidak memberikan dukungan seperti

    mengantarkan istri dan anaknya untuk mengikuti kegiatan posyandu

    menjadi salah satu penyebab rendahnya kunjungan ke posyandu

    balita (Gmikro, 2006).

    Faktor umur balita merupakan suatu hal yang sangat

    berpengaruh pada kunjungan balita ke posyandu (Djamain, 2002).

    Banyak ibu-ibu yang tidak lagi membawa balitanya ke posyandu

    setelah vaksinasi dan imunisasinya lengkap. Ibu merasa tidak perlu

    datang lagi ke posyandu apalagi hanya untuk menimbang anaknya.

    Bila anak-anak balita tidak datang lagi ke posyandu ketika berusia 2

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    5/81

    5

    tahun sampai 3 tahun, maka posyandu tidak lagi mempunyai data

    akurat tentang status gizi balita di wilayahnya (Gmikro, 2006).

    Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi tahun 2009,

    di Kalimantan Timur terdapat sebanyak 360.289 balita, dimana yang

    melakukan kunjungan ke posyandu adalah sebanyak 313.451 (87%)

    balita. Sedangkan untuk Kabupaten Kutai Kartanegara dengan

    jumlah balita mencapai 66.130 balita, terdapat 46.257 (82,78%) yang

    melakukan kunjungan ke posyandu.(Dinkes, 2009).

    Berdasarkan hasil observasi langsung yang telah di amati

    tentang pemanfaatan posyandu oleh ibu balita di desa loa ulung

    selama ini dari Pengetahuan yang di miliki oleh ibu balita bahwa

    sebagian besar mereka belum mengetahui manfaat secara

    menyeluruh tentang fungsi dari posyandu itu selama ini mereka hanya

    melakukan imunisasi saja dan setelah anak mereka berumur 1 tahun

    lebih maka kegiatan kunjungan ke posyandu berangsur-angsur

    mengalami penurunan dan tidak rutin lagi, hal ini di tunjang dari

    kapasitas pelayanan yang diberikan kader selama ini kurang

    maksimal, berdasarkan hasil pengamatan kinerja kader selama ini

    hanya sebatas pada penimbangan saja kenerja mereka yang kurang

    bukan tanpa alasan salah satu penyebabnya adalah kurangnya

    insentif yang mereka dapatkan untuk menjalani profesi sebagai kader

    posyandu, selain itu dukungan yang kurang dari aparat dan kader

    desa setempat juga masih dirasa sangat kurang untuk kegiatan

    posyandu.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    6/81

    6

    Dari data yang diperoleh untuk Kecamatan Tenggarong

    Seberang sendiri dengan jumlah balita sebanyak 3.134 balita dengan

    jumlah Puskesmas pembantu sebanyak 15 buah yang berada di

    kecamatan tenggarong seberang. Jumlah kunjungan posyandu

    paling rendah di puskesmas pembantu loa bukit untuk jumlah

    kunjungan yang terdapat di puskesmas pembantu loa bukit hanya

    mencapai 1.586 (50,6%) balita kunjungan ini paling rendah

    dibandingan dengan kecamatan lainnya yang berada di kabupaten

    kutai kartanegara.

    Adapun kunjungan balita ke posyandu untuk Desa loa Ulung

    dengan jumlah balita sebanyak 204 balita yaitu sebanyak 62 balita

    (30.4%) sementara itu target kunjungan yang diharapkan oleh Dinas

    Kesehatan dan juga Puskesmas yaitu 90% (PKM Teluk Dalam, 2009).

    Berdasarkan penjabaran latar belakang diatas, maka

    penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan bagaimana perilaku ibu

    balita dalam Pengetahuan, Dukungan sosial dan Pelayanan kader

    dalam Pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pembantu

    Loa Bukit Desa Loa ulung Kecamatan Tenggarong Seberang

    Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat

    dirumuskan masalah yang akan dikemukan oleh penulis yaitu :

    Bagaimana pengetahuan, dukungan sosial dan pelayanan kader

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    7/81

    7

    posyandu dalam hal pemanfaatan posyandu ibu balita didesa loa

    ulung kecamatan tenggarong seberang tahun 2011?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mendapatkan informasi tentang pemanfaatan

    posyandu oleh ibu balita di puskesmas pembantu loa bukit desa

    loa ulung kecamatan tenggarong seberang serta memperoleh

    gambaran secara langsung tentang persepsi ibu balita terhadap

    pemanfaatan posyandu itu sendiri.

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk menggali informasi tentang Pengetahuan Ibu balita

    dalam pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita di Puskesmas

    Pembantu loa bukit Desa loa ulung Kecamatan Tenggarong

    Seberang.

    b. Untuk menggali informasi tentang dukungan sosial Ibu balita

    dalam pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita di Puskesmas

    pembantu loa bukit Desa loa ulung Kecamatan Tenggarong

    Seberang.

    c. Untuk menggali informasi tentang pelayanan kader posyandu

    dalam pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita di Puskesmas

    pembantu loa bukit Desa loa ulung Kecamatan Tenggarong

    Seberang.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    8/81

    8

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Bagi Peneliti

    Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti

    untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam meneliti

    serta menggunakan cara berpikir obyektif, kritis dan analitis tentang

    pemanfaatan posyandu di masyarakat.

    2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman

    Penelitian ini dapat menjadi refrensi untuk melengkapi

    kepustakaan yang telah ada selain itu juga bermanfaat bagi rekan

    mahasiswa yang ingin mempelajari dan yang berminat untuk

    melakukan penelitian serupa.

    3. Bagi Masyarakat

    Memberikan informasi mengenai pentingnya keberadaan

    posyandu di tengah lingkungan masyarakat, sehingga

    meningkatkan kesadaran ibu-ibu tentang pemanfaatan posyandu

    secara optimal.

    .

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    9/81

    9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Tentang Posyandu

    1. Pengertian

    Pengertian Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih

    teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga

    Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk

    masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis

    dari petugas kesehatan dan keluarga. berencana yang

    mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya

    manusia sejak dini (Eacang, 2009).

    Pengertian posyandu adalah sistem pelayanan yang

    dipadukan antara satu program dengan program lainnya yang

    merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis

    seperti halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai

    program lainnya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat

    (BKKBN, 1989).

    Pos Pelayanan Keluarga Berencana - Kesehatan Terpadu

    (Posyandu) adalah kegiatan kesehatan dasar yang

    diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu

    oleh petugas kesehatan. Jadi, Posyandu merupakan kegiatan

    swadaya dari masyarakat di bidang kesehatan dengan

    penanggung jawab kepala desa. A.A. Gde Muninjaya (2002)

    mengatakan : Pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    10/81

    10

    suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

    dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas. Tempat

    pelaksanaan pelayanan program terpadu di balai dusun, balai

    kelurahan, RW, dan sebagainya disebut dengan Pos pelayanan

    terpadu (Posyandu). Konsep Posyandu berkaitan erat dengan

    keterpaduan. Keterpaduan yang dimaksud meliputi keterpaduan

    dalam aspek sasaran, aspek lokasi kegiatan, aspek petugas

    penyelenggara, aspek dana dan lain sebagainya. (Depkes RI,

    1990).

    Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu ,

    hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan

    bagi masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat

    memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang

    sama (Depkes RI, 1990).

    Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat

    namun keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan

    baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi

    posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya

    pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis

    ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan

    anak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan

    pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya

    mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    11/81

    11

    ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen

    dan fungsi posyandu (Depdagri, 1999).

    2. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu

    Adapun tujuan dari diselenggarakannya posyandu yaitu

    antara lain (Eacang, 2009) :

    a. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian

    Ibu (ibu Hamil, melahirkan dan nifas)

    b. Membudayakan NKKBS.

    c. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk

    mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB Berta kegiatan

    lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat

    sejahtera.

    d. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga

    Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan

    Ekonomi Keluarga Sejahtera.

    3. Jenis Posyandu

    Untuk meningkatkan kualitas dan kemandirian posyandu

    diperlukan intervensi sebagai berikut (Eacang, 2009):

    a. Posyandu pratama (warna merah)

    Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang

    masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan

    dan kader aktifnya terbatas. Keadaan ini dinilai gawat

    sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    12/81

    12

    kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar

    lagi.

    b. Posyandu madya (warna kuning)

    Posyandu pada tingkat madya sudah dapat

    melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan

    rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi

    cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi)

    masih rendah yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian

    posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya.

    Intervensi untuk posyandu madya ada 2 yaitu :

    1) Pelatihan Toma dengan modul eskalasi posyandu yang

    sekarang sudah dilengkapi dengan metoda simulasi.

    2) Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan

    MMD) untuk menentukan masalah dan mencari

    penyelesaiannya, termasuk menentukan program

    tambahan yang sesuai dengan situasi dan kondisi

    setempat.

    c. Posyandu purnama (warna hijau)

    Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang

    frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader

    tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya

    (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada

    program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    13/81

    13

    yang masih sederhana. Intervensi pada posyandu di tingkat ini

    adalah :

    1) Penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk

    mengarahkan masyarakat menetukan sendiri

    pengembangan program di posyandu

    2) Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat

    tumbuh Dana Sehat yang kuat dengan cakupan anggota

    minimal 50% KK atau lebih.

    d. Posyandu mandiri (warna biru)

    Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan

    secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada

    program tambahan dan Dana Sehat telah menjangkau lebih

    dari 50% KK. Intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat,

    yaitu diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan

    prinsip JPKM.

    4. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

    a. Posyandu mempunyai kegiatan pokok yaitu antara lain

    (Eacang, 2009):

    1) KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).

    2) KB (Keluarga Berencana)

    3) Imunisasi

    4) Gizi, dan

    5) Penanggulangan Diare

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    14/81

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    15/81

    15

    Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi :

    1) Kesehatan ibu dan anak :

    a) Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)

    b) Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A

    pada bulan Februari dan Agustus)

    c) PMT

    d) lmunisasi.

    e) Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau

    kesehatan balita melalui pertambahan berat badan

    setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui

    grafik pada kartu KMS setiap bulan.

    2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.

    3) Pemberian Oralit dan pengobatan.

    4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan

    pribadi sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader

    PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS alita

    dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu tergambar melalui

    cakupan SKDN

    S : Semua baita diwilayah kerja Posyandu.

    K : Semua balita yang memiliki KMS.

    D : Balita yang ditimbang.

    N : Balita yang naik berat badannya.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    16/81

    16

    B. Tinjauan Umum Tentang Perilaku

    1. Pengertian

    Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas

    manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak

    dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku manusia (individu) pada

    dasarnya merupakan fungsi interaksi antara manusia dan

    lingkungan. Interaksi ini melibatkan kepribadian manusia yang

    kompleks dengan lingkungan yang memiliki tatanan tertentu.

    Perbedaan-perbedaan kepribadian manusia dan lingkungan yang di

    hadapinya menimbulkan perilaku manusia (individu) yang berbeda-

    beda (Soekidjo, 2003).

    Namun secara lebih operasional perilaku dapat diartikan

    sebagai suatu respaon organism (seseorang) terhadap

    rangsangan(stimulasi) dari luar subyek tersebut. Respon ini

    berbentuk 2 macam yakni bentuk pasif atau respon internal yang

    terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat

    dari orang lain misalnya berpikir, tanggapan atau sikap dan

    pengetahuan dan bentuk aktif yaitu apabila, perilaku itu jelas dapat

    di observasi secara langsung (Notoatmodjo, 1993).

    Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa

    perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

    stimulus (rangsanagan dari luar).

    Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku

    dapat dibedakan menjadi dua, yakni :

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    17/81

    17

    1. Perilaku tertutup (covert behavior)

    Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

    terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap

    stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

    pengetahuan/kesdaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

    menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas

    oleh orang lain.

    2. Perilaku terbuka (overt behavior)

    Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

    tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut

    sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang

    dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

    Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007)

    mengemukakan bahwa perilaku kesehatan di pengaruhi oleh 3

    faktor, yaitu :

    a. Faktor predisposisi (Predisposing Factor), yang terwujud

    dalam bentuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan

    dan nilai-nilai dari seseorang.

    b. Factor pendukung (Enabling Factor), yang terwujud dalam

    lingkungan fisik (tersedia atau tidaknya fasilitas kesehatan)

    c. Faktor pendorong (Reinforcing factor), yang terwujud dalam

    sikap dari petugas kesehatan atau petugas lain yang

    merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    18/81

    18

    Menurut WHO (1998) menyebutkan adanya empat penyebab

    manusia melakukan sesuatu, yakni :

    a. Pikiran dan perasaan yang di bentuk oleh pengetahuan,

    keyakinan, sikap dan nilai.

    b. Pengetahuan yang dating dari pengalaman-pengalaman

    yang tepat, diperoleh melalui informasi yang diberikan oleh

    guru, orang tua, kelompok sebaya, buku dan media massa.

    c. Keyakinan yang diturunkan dari orang tua, kakak atau dari

    orang yang dihormati, manusia menerima keyakinan tanpa

    membuktikan hal tersebut benar atau salah.

    d. Sikap yang merefleksikan kesukaan dan ketidaksukaan serta

    dapat dating dari pengalaman, kadang-kadang situasi

    dengan sikapnya, walaupun dalam hal ini sikapnya juga tidak

    berubah.

    Jadi, perilaku adalah suatu pengorganisasian proses-proses

    psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk

    melakukan respon menurut cara tertentu terhadap suatu obyek.

    C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

    1. Pengertian

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

    setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

    tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni

    indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    19/81

    19

    Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

    telinga (Soekidjo, 2003).

    Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

    penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).

    Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang

    didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan daripada prilaku

    yang tidak didasari pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)

    mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi prilaku baru,

    didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, mulai

    dari awareness (kesadaran), interest (perhatian), evaluation

    (penilaian), trial (mencoba), dan adopsi. Namun demikian

    penelitian lebih lanjut menyimpulkan bahwa perubahan prilaku

    tidak selalu melewati tahap-tahap itu karena dengan didasari oleh

    pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif maka prilaku akan

    lebih bisa bertahan (Soekidjo, 2003).

    2. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

    Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

    mempunyai 6 tingkatan yaitu antara lain (Soekidjo, 2003):

    a. Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

    telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan

    tingkat ini adalah mengingat kembali (recal) sesuatu yang

    spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

    yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    20/81

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    21/81

    21

    cyclel) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus

    yang diberikan.

    d. Analisis (analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

    materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

    masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada

    kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

    dilihat dari penggunaan kat akerja, seperti dapat

    menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

    memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

    e. Sintesis (synthesis)

    Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

    meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

    suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

    sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

    baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat

    menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

    menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau

    rumusan-rumusan yang telah ada.

    f. Evaluasi (evaluation)

    Evaluasi iniberkaitan dengan kemampuan untuk

    melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

    atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu

    kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    22/81

    22

    kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan

    antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan

    gizi, dapat menanggapi terjadinya diare disuatu tempat, dapat

    menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan

    sebagainya.

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

    wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

    ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam

    pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

    sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.

    D. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Sosial

    Pada masa sekarang seorang wanita berkarier sudah

    merupakan suatu hal yang biasa. Sesuai dengan tuntutan jaman,

    wanita berkarier tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan

    ekonomi, tetapi juga untuk aktualisasi diri. Seorang wanita ingin lebih

    maju, sehingga ruang geraknya tidak lagi terbatas pada urusan rumah

    tangga, tetapi mulai masuk ke wilayah yang lebih luas.

    Dalam hal ini, dukungan suami merupakan faktor yang penting

    bagi wanita dalam berkarier. Kurangnya dukungan suami membuat

    peran wanita karier tidak optimal, karena terlalu banyak yang masih

    harus dikerjakan sementara dirinya juga merasa lelah sesudah

    bekerja.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    23/81

    23

    Berkenaan dengan dukungan sosial suami tersebut dapat

    dijelaskan berdasarkan teori dukungan sosial dari Gottlieb (1983)

    bahwa dukungan sosial adalah informasi verbal dan non verbal,

    saran, bantuan yang nyata yang diberikan oleh orang-orang yang

    akrab dengan subyek atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat

    memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah

    laku penerimanya. Dukungan sosial tersebut dapat berasal dari

    keluarga, teman, dan atasan.

    Mengacu pada pendapat Kuntjoro (2002) bentuk-bentuk

    dukungan suami yang dapat diberikan pada istri adalah adanya

    kedekatan emosional, suami mengijinkan istri terlibat dalam suatu

    kelompok yang memungkinkannya untuk berbagi minat, perhatian,

    suami mengahargai atas kemampuan dan keahlian istri, suami dapat

    diandalkan ketika istri membutuhkan bantuan, dan suami merupakan

    tempat bergantung untuk menyelesaikan masalah istri.

    Dengan adanya dukungan suami, tugas yang tadinya terasa

    berat menjadi lebih ringan dan membahagiakan. Sebaliknya, jika

    suami istri dalam sebuah perkawinan tidak mampu menjalin

    kerjasama, maka hal itu akan menyebabkan kesulitan dalam

    mengatasi permasalahan hidup yang lebih kompleks di kemudian hari.

    Sarason (1983) dalam Kuntjoro mengatakan bahwa dukungan

    sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang

    yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Sarason

    berpendapat bahwa dukungan sosial itu selalu mencakup dua hal yaitu

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    24/81

    24

    a. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia, merupakan

    persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan

    saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan

    kuantitas)

    b. Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima, berkaitan

    dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi

    (pendekatan berdasarkan kualitas).

    Hal di atas penting dipahami oleh individu yang ingin

    memberikan dukungan sosial karena menyangkut persepsi tentang

    keberadaan (availability) dan ketepatan (adequancy) dukungan sosial

    bagi seseorang. Dukungan sosial bukan sekedar pemberian bantuan,

    tetapi yang penting adalah bagaimana persepsi si penerima terhadap

    makna dari bantuan tersebut. Hal itu erat hubungannya dengan

    ketepatan dukungan sosial yang diberikan dalam arti bahwa orang

    yang menerima sangat merasakan manfaat bantuan bagi dirinya

    karena sesuatu yang aktual dan memberikan kepuasan.

    Sarafino (1998:97) mengatakan bahwa dukungan sosial

    adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang

    diperoleh individu dari orang lain, dimana orang lain disini dapat

    diartikan sebagai individu perorangan atau kelompok. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di lingkungan menjadi

    dukungan sosial atau tidak, tergantung pada sejauh mana individu

    merasakan hal tersebut sebagai dukungan sosial. Dukungan sosial

    didefinisikan oleh House dalam Smet (1994:136) sebagai transaksi

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    25/81

    25

    interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspekaspek yang terdiri

    dari informasi, perhatian emosional, penilaian dan bantuan

    instrumental. Tersedianya dukungan sosial akan membuat individu

    merasa dicintai, diperhatikan, dihargai dan menjadi bagian kelompok.

    Menurut Effendi dan Tjahjono (1999:218) dukungan sosial

    kepada individu lain dan bantuan itu diperoleh dari orang yang berarti

    bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial berperan penting

    dalam memelihara keadaan psikologis individu yang mengalami

    tekanan sehingga menimbulkan pengaruh positif yang dapat

    mengurangi gangguan psikologis. Selain itu dukungan sosial dapat

    dijadikan pelindung untuk melawan perubahan peristiwa kehidupan

    yang berpotensi penuh dengan stres, sehingga dapat meningkatkan

    kesejahteraan psikologis karena adanya perhatian dan pengertian

    akan menimbulkan perasaan memiliki, meningkatkan harga diri dan

    kejelasan identitas diri serta memiliki perasaan positif mengenai diri

    sendiri.

    Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

    merupakan hubungan interpersonal yang di dalamnya berisi

    pemberian bantuan yang melibatkan aspek-aspek yang terdiri dari

    informasi, perhatian emosi, penilaian dan bantuan instrumental yang

    diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan, dimana hal itu

    memiliki manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima,

    sehingga dapat membantu individu dalam mengatasi masalahnya.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    26/81

    26

    E. Tinjauan Umum Kader Kesehatan

    1. Pengertian Kader

    Pelayanan petugas kesehatan memegang peranan penting

    terhadap kunjungan ibu ke posyandu. Dengan pelayanan yang

    menyenangkan, ramah, dan memberikan informasi serta

    penyuluhan yang jelas dan mudah dimengerti dari petugas

    kesehatan, sehingga orang tua sadar untuk datang ke posyandu

    (Mardiati, 2001).

    Kader kesehatan adalah tenaga kesehatan yang terdidik dan

    terlatih dalam bidang tertentu yang tumb uh di tengah-tengah

    masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan

    meningkatan dan membina kesejahtraan dengan rasa ikhlas tanpa

    pamrih dan didasarkan panggilan jiwa untuk melaksanakan tugas-

    tugas kemanusiaan (Depkes, RI 2000)

    Menurut kramastuti (2004), kader dipilih secara teori oleh,

    dan untuk masyarakat. Tetapi kadang-kadang kenyataannya dipilih

    oleh pamong atau aparat desa, adapun kreteria untuk menjadi

    kader yaitu :

    a. Bisa membaca, menulis

    b. Wanita atau pria

    c. Berdomisili tetap dikelurahan setempat

    d. Mau dan mampu bekerja secara sukarela untuk

    kepentingan untuk masyarakat

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    27/81

    27

    e. Mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat

    disamping usahanya mencari nafkah

    2. Tugas kader kesehatan

    Menurut Depkes RI (2000) tugas kader kesehatan meliputi :

    a. Tugas kader dalam posyandu

    Kegiatan yang dapat dilakukan kader dalam pelayanan

    posyandu meliputi 5 meja diantaranya.

    1) Meja 1 mendaftar bayi atau balita dengan menuliskan

    nama balita pada KMS dalam secarik kertas yang

    diselipkan pada KMS, mendaftarkan ibu hamil yang

    menuliskan nama ibu hamil pada formulir atau lembar

    registrasi ibu hamil dan wanita usia subur (WUS)

    2) Meja 2 penimbangan bayi atau balita, mencatat hasil

    penimbangan pada secarik kertas yang dipindahkan

    ke KMS, penimbangan ibu hamil

    3) Meja 3 pengisian KMS dan memindahkan catatan

    hasil penimbagan balita dari secarik kertas di dalam

    KMS anak tersebut

    4) Meja 4 terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

    a) Menjelaskan data KMS atau keadaan anak yang

    digambarkan berdasarkan data kenaikan berat

    badan yang digambarkan dalam grafik KMS

    kepada ibu dari anak yang bersangkutan.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    28/81

    28

    b) Memberikan penyuluhan kepada ibu dengan

    mengacu pada data KMS anaknya atau dari hasil

    pengamatan yang di alami sasaran

    c) Memberikan rujukan kepada balita apabila

    diperlukan untuk balita, ibu hamil dan menyusui

    dengan langkah yaitu dimana balita yang apabila

    berat badan dibawah garis merah (BGM) pada

    KMS dua kali berturut-turut berat badannya tidak

    naik , kelihatan sakit, lesu dan kurus, busung lapar

    ibu hamil dan menyusui apabila keadaannya

    kurus, pucat adanya bengkak pada kaki, pusing

    perdarahan, sesak nafas, gondokan dan orang

    sakit.

    d) Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar

    oleh kader posyandu misalnya dalam pemberian

    pil tambahan darah (pil bezi), vitamin A, dan oralit.

    5) Meja 5 merupakan pelayanan sektor yang biasanya

    dilakukan oleh petugas kesehatan, pusat layanan

    keluarga berencana (PLKB), pusat program layanan

    (PPL) pelayanan yang diberiakan yaitu pelayanan KB

    berupa IUD dan suntikan pemerikasaan kesehatan

    dan pengobatan, pemberian tablet zat besi (fe) serta

    vitamin A.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    29/81

    29

    b. Tugas kader diluar kegiatan Posyandu

    Kegiatan yang dilakukan kader diluar kegiatan pelayanan

    posyandu meliputi :

    1) Kegitan yang menunjang pelayanan KB, KIA, Gizi,

    imunisasi dan penanggulangan diare.

    2) Kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya

    sesuai dengan permasalahan yang ada seperti :

    a) Pemberantasan Penyakit menular

    b) Penyehatan rumah

    c) Pembersihan sarang nyamuk

    d) Pembuangan sampah

    e) Penyedian sarana air bersih

    f) Penyedian sarana jamban keluarga

    g) Pembuatan sarana pembuangan air limbah

    h) Pemberian pertolongan pada penyakit

    i) Pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan

    j) Dana sehat

    k) Kegiatan pembangunan lainnya yang berkaitan

    dengan kesehatan.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    30/81

    30

    3. Peran kader Posyandu

    Menurut Dekpes RI (1998), peranan kader diluar jadwal kegiatan

    pelayanan posyandu :

    a. Merencanakan kegiatan

    Dalam merencanakan kegiatan yang dapat dilakukan kader

    adalah :

    1) Menyiapkan dan melaksanakan survey mawas diri bersama

    petugas kesehatan misalnya merencanakan bebrapa balita

    yang harus didatangi dirumahnya

    2) Membahas hasil survey mawas diri bersama petugas

    puskesmas

    3) Menyajikan hasil survey mawas diri dalam musyawarah

    masyarakat desa (MMD)

    4) Menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat

    pada musyawarah masyarakat desa (MMD)

    5) Menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan

    bersama masyarakat

    6) Bersama masyarakat membahas pembagian tugas

    (Pengorganisasian) dan membuat jadwal kerja dan sumber

    dananya

    b. Melakukan komunikasi, informasi, dan motivasi (KIM)

    KIM adalah suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari 3 fase

    dimana fase pertama adalah memperkenalkan diri, membuat

    hubungan dan memperkenalkan masalah, lalu disusul dengan

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    31/81

    31

    penjelasan fase akhir, mendorong membina masyarakat

    sehingga masyarakat mau melaksanakan cara hidup sehat.

    Cara melakukan KIM adalah :

    1) Tatap muka

    a) Perorangan pada pengunjungan kerumah warga

    b) Pada kelompok pengajian, kelompok arisan atau pada

    pertemuan lainnya.

    c) Cara yang digunakan dalam tatap muka adalah tanya

    jawab, diskusi, ceramah dan demontrasi

    2) Alat dan media

    Alat yang digunakan dalam KIM adalah pengeras suara,

    selebaran, poster, dengan memasang poster pada tempat

    yang mudah dan banyak dikunjungi masyarakat, berarti isi

    pesan telah meluas.

    c. Menggerakan masyarakat

    Menggerakan masyarakat adalah usaha yang dilakukan

    agar masyarakat mau berperan serta nyata dengan

    memberikan tenaga, dana dan sarana yang ada guna

    keberasilan kegiatan.

    Hal-hal yang dapat dilakukan oleh kader dalam

    penggerakan masyarakat adalah :

    1) Membicarakan bersama masyarakat mengenai masalah

    yang ada

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    32/81

    32

    2) Memberiakn informasi dan mengadakan kesepakatan

    mengenai kegiatan apa yang dilakukan untuk

    menanggulangi masalah.

    3) Mendorong masyarakat untuk megumpulkan dana

    secara gotong royong.

    4) Membagi tugas kegiatan di masyarakat.

    5) Menentukan jadwal kerja.

    6) Menjelang kegiatan yang akan dilaksanakan,

    mengingatkan kepada kembali kepada masyarakat

    kembali tentang kegiatan-kegiatan yang harus mereka

    lakukan sesuai kesepakatan bersama.

    4. Hasil Penelitian Yang Relevan

    Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh I. G Widiastuti di

    Kota denpasar Bali (2006) tentang pemanfaatan pelayanan posyandu

    di kota denpasar dari data kualitatif yang diperoleh tentang peran ibu

    balita sebagaian besar mengatakan bahwa Peran ibu balita dalam

    kegiatan posyandu dinilai kader masih rendah. Ibu balita yang tidak

    mau datang ke posyandu karena tidak mengetahui manfaat

    posyandu. Tujuan ibu balita berkunjung ke posyandu untuk memantau

    perkembangan balitanya dan mendapatkan makanan tambahan serta

    dapat berkumpul dengan ibu balita yang lain. Dari sisi lain tentang

    Peran kader menjadi kader di setiap posyandu sangat bervariasi

    Sebagian posyandu memiliki kader yang bermotivasi tinggi dan

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    33/81

    33

    sebagian lagi kurang motivasinya. Menurut petugas kesehatan tidak

    semua kader menyadari perannya hanya sekitar 60 % saja yang

    menyadari pekerjaan kader.

    Kurangnya pelayanan petugas kesehatan dapat dilihat dari

    kemunduran kegiatan posyandu, seperti penyuluhan kesehatan,

    kunjungan rumah, sedangkan kegiatan yang masih berjalan hanya

    terbatas pada penimbangan balita, pengisian KMS, imunisasi, serta

    pemberian makanan tambahan (Gmikro, 2006).

    5. Kerangka Teori Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan teori

    model Anderson (1974), menurut model ini keputusan untuk

    menggunakan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh :

    1. Komponen Predisposisi (Pendorong)

    Seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan.

    Komponen ini disebut predisposing karena faktot-faktor pada

    komponen ini menggambarkan karakteristik perorangan yang

    sudah ada sebelum seseorang ini memanfaatkan pelayanan

    kesehatan. Komponen ini menjadi dasar atau motivasi

    seseorang untuk berperilaku dalam memanfaatkan pelayanan

    kesehatan. Anderson membagi komponen predisposing ini

    berdasarkan karakteristik pasien kedalam tiga bagian meliputi

    ciri demografi, struktur sosial, keyakinan terhadap pelayanan

    kesehatan (Health beliefs).

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    34/81

    34

    2. Komponen Enabling atau kemampuan seseorang untuk

    menggunakan pelayanan kesehatan. Faktor biaya dan jarak

    pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap

    perilaku penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan.

    Menurut Anderson, et all 1975 dalam Greenley (1980) yang

    menyatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua yang

    memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan

    pengobatan.

    3. Komponen need atau kebutuhan seseorang akan pelayanan

    kesehatan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

    Anderson tahun 1964 pada 2.367 keluarga tentang

    penggunaan pelayanan kesehatan, ternyata faktor kebutuhan

    berperan lebih besar (20%) dimana persepsi terhadap

    penyakit yang diukur. Anderson dan sheatsley (1967)

    menemukan (79 %) orang yang mengalami sakit tidak mencari

    pengobatan dengan alasan bahwa gejala penyakit tersebut

    tidak berbahaya sehingga mereka tidak membutuhkan

    pelayana kesehatan (Greenley, 1980) .

    Jadi kesimpulannya pendekatan dengan teori Anderson

    (1974) Anderson menggambarkan ada 3 katagori utama yang

    berpangaruh terhadap perilaku pencarian / pemanfaatan pelayanan

    kesehatan yaitu predisposing characteristic atau karakteristik

    predisposisi, enabling characteristic atau karakteristik pendukung

    dan Need characteristicatau karakteristik kebutuhan. Karakteristik

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    35/81

    35

    predisposi dapat menggambarkan fakta bahwa setiap individu

    mempunyai kecendrungan untuk menggunakan pelayanan

    kesehatan yang berbeda-beda disebabkan karena adanya

    perbedaan ciri-ciri individu seperti umur, jenis kelamin, tingkat

    pendidikan, pekerjaan,ras, dan keyakinan individu.

    Penelitian ini menggali secara mendalam fenomena perilaku

    ibu balita dalam pemanfaatan posyandu oleh ibu balita di

    Puskesmas Loa bukit Desa Loa lung Kecamatan Tenggarong

    Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2011. Seperti yang

    telah diuraikan diatas bahwa banyak faktor yang dapat

    mempengaruhi perilaku ibu dalam memanfaatkan pelayanan

    posyandu, namun karena peneliti menduga ada bebarapa faktor

    yang paling dominan dan juga karena keterbatasan waktu, maka

    penelitian ini hanya dibatasi pada beberapa factor/variabel

    penelitian saja.

    Berikut kerangka Teori Anderson ( 1974)

    Karakteristik Predisposisi

    Jenis kelaminUmurPendidikanPekerjaanSuku / rasManfaat manfaat kesehatan

    Karakteristik Pendukung :Sumber daya keluarga dan

    sumber daya masyarakat

    Pemanfaatan

    Pelayanan

    Karakteristik Kebutuhan :

    Kebutuhan yang dirasakan

    individu terhadap pelayanan

    kesehatan

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    36/81

    36

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini dengan menggunakan rancangan kulitatif

    yakni gambaran dan memperoleh informasi dengan melakukan

    wawancara mendalam (indept interview), tentang pemanfaatan

    posyandu di Puskesmas loa bukit Desa loa ulung Kecamatan

    Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai kartanegara.

    Dari kejadian tentang definisi-defisini penelitian kualitatif, maka

    dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang

    bermaksud untuk memahami fenomena tantang apa yang dialami oleh

    subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan

    lain sebagainya. (Moleong, 2006)

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di rumah informan penelitian yang

    berada pada Posyandu di Desa loa ulung Kecamatan Tenggarong

    seberang dan waktu penelitian dilakukan pada bulan April hingga Mei

    tahun 2011.

    C. Sumber Data

    1. Data Primer, meliputi :

    a. Informan

    Dalam penelitian ini informan dibagi menjadi dua yaitu :

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    37/81

    37

    1. Informan Utama

    Data primer didapat dari informan melalui

    wawancara mendalam dengan ibu-ibu yang memiliki balita

    dan masih memanfaatkan posyandu.

    2. Informan Pendukung

    Informan Pendukung yakni Tokoh masyarakat dan

    kader posyandu yang dapat memberikan keterangan data

    yang diinginkan. Dalam penelitian ini, peneliti akan

    mengkaji informasi dari informan berdasarkan pada

    kejenuhan atau pengulangan data.

    b. Teknik Penentuan Informan

    Penentuan informan dalam peneltian ini dengan cara

    purposive samplingdengan pendekatan snowball sampling.

    Pengambilan sampel atau dalam penelitian kualitatif, disebut

    narasumber atau informan berdasarkan pertimbangan

    tertentu, misalnya orang tersebut dianggap paling mengetahui

    atau pada saat memasuki lapangan dipilih orang yang

    memiliki power dan otoritas pada situasi atau objek yang akan

    diteliti sehingga mampu membuka pintu kemana saja peneliti

    akan melakukan pengumpulan data (Sugiono, 2008). Sampel

    sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang

    memenuhi kriteria sebagai berikut :

    1. Ibu yang memiliki anak bayi atau balita

    2. Sering mengunjungi posyandu

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    38/81

    38

    3. Berdomisili tetap di Kecamatan Tenggarong Seberang

    4. Bersedia untuk di wawancara

    2. Data sekunder meliputi

    a. Dokumen

    Dokumen adalah cara memperoleh data dengan mengambil

    dari hasil dokumentasi yang tersedia (arsip, laporan dan

    sebagainya) saat penelitian berlangsung.

    b. Kepustakaan

    Pengumpulan data melalui buku-buku dan sumber bacaan

    lainnya sebagai tinjauan pustaka yang memuat tentang

    beberapa pendapat yang berkaitan dengan penelitian guna

    mendukung penulisan maupun pembahasan skripsi ini.

    D. Kerangka Konsep Penelitian

    E. Definisi Konsep Penelitian

    Berdasarkan konsep pemikiran dan variabel penelitian, maka

    dapat dirumuskan definisi konsep atau penjelasan secara teknis

    tentang pengertian setiap variabel yang akan diteliti :

    Pengetahuan

    Pemanfaatan

    PosyanduDukungan Sosial ibu

    Pelayanan kader

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    39/81

    39

    1. Pemanfaatan Posyandu

    Pemanfaatan Posyandu adalah menggali informasi tentang hal-hal

    apa saja yang mendorong ibu balita untuk datang ke posyandu

    yang dipengaruhi oleh Pengetahuan, dukungan Sosial, dan

    pelayanan Kader.

    2. Pengetahuan

    Pengetahuan Ibu balita adalah hasil penginderaan atau hasil tahu

    ibu balita terhadap posyandu dan kader-kadernya melalui indera

    yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan

    sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

    pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

    dan persepsi terhadap objek. Pada penelitian ini, pengetahuan ibu

    balita terfokus pada pengertian posyandu, tujuan posyandu, dan

    kegiatan posyandu.

    3. Dukungan sosial

    Menggali informasi tentang dukungan sosial yang di dapatkan

    oleh ibu balita sumber dukungan tersebut berasal dari orang-orang

    terdekat (suami,orang tua,keluarga, tokoh masyarakat serta kader

    kesehatan) dan keberpihakan serta pengaruh mereka dalam

    memberikan anjuran untuk memanfaatkan layanan Posyandu.

    4. Pelayanan Kader Posyandu

    Menggali informasi tentang tanggapan ibu balita terhadap

    pelayanan kader posyandu atau petugas kesehatan yang telah

    mereka dapatkan.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    40/81

    40

    F. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian dilapangan peneliti menggunakan teknik

    pengumpulan data sebagai berikut :

    1. Wawancara mendalam

    Wawancara yang akan dilakukan yaitu dengan wawancara

    mendalam (indept interview), karena dalam melakukan wawancara,

    selain harus membawa instrument sebagai pedoman untuk

    wawancara, maka pengumpulan data juga dapat menggunakan

    alat tulis, dan tape recorder, dan material lain yang dapat

    membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.

    2. Pedoman wawancara

    Yaitu pengambilan data yang dilakukan dengan menggunakan

    pedoman wawancara (interview guide) yang memuat pokok-pokok

    yang akan ditanyakan langsung kepada informan untuk

    memperoleh keterangan secara lisan antara peneliti dengan

    informan.

    3. Dokumentasi

    Gambaran-gambaran nyata mengenai proses serta

    kegiastan-kegiatan yang telah dilakukan saat penelitian

    berlangsung.

    G. Teknik analisis Data

    Tehnik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini

    adalaha analisis data kualitatif model interaktif. Model ini sesuai

    dengan pendapat Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman (1992)

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    41/81

    41

    dalam sugiono (2008) yang menyebutkan bahwa analisis data

    kualitatif terdiri dari 4 komponen yaitu :

    1. Pengumpulan data : data pertama atau data mentah dikumpulkan

    dalam suatu penelitian.

    2. Penyajian data : sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

    memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

    pengambilan tindakan. Penyajian data ini dapat memantau untuk

    memahami peristiwa yang terjadi dan mengarah pada analisa atau

    tindakan lebih lanjut berdasarkan pemahan.

    3. Reduksi penyederhanaan data : yaitu proses pemilihan,pemusatan

    perhatian pada penyederhanaan, pengabtrakan, dan transformasi

    data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis yang

    menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang

    tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa

    hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik.

    4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah langkah terakhir yang

    meliputi pemberitahuan makna data yang telah disederhanakan

    dan di sajikan kedalam pengujian data dengan cara mencatat

    keteraturan, pola-pola penjelasan secara logis dan metodologis

    konfigurasi yang memungkinkan diprediksi, hubungan sebab akibat

    melalui hukum empiris.

    Jelaslah bahwa data kualitatif merupakan analisis yang

    terdiri dari pengumpulan data, reduksi data atau penyederhanaan

    data, penyajian, data dan penarikan kesimpulan.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    42/81

    42

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. HASIL

    1. Gambaran umum lokasi penelitian

    Penelitian mengenai pemanfaatan posyandu oleh ibu balita

    di laksanakan di rumah per rumah ibu-ibu balita tersebut, lokasi

    penelitian sendiri berada di wilayah Desa Loa Ulung Kecamatan

    Tenggarong Seberang sampai saat ini memiliki 2 Posyandu yang

    merupakan dalam wilayah kerja dari Puskesmas Pembantu Loa

    Bukit Kecamatan Tenggarong seberang Kabupaten Kutai

    Kartanegara.

    Berikut nama serta alamat poyandu yang berada di desa loa Ulung

    Kecamatan Tenggarong seberang tersebut:

    a. Flamboyan 1 Berada di RT. 9 Desa Loa Ulung Kecamatan

    Tenggarong Seberang.

    b. Flamboyan 2 Berada di Daerah perusahaan Desa Loa Ulung

    Tenggarong seberang.

    Desa Loa Ulung merupakan daerah pinggiran sungai

    Mahakam terdiri dari dataran rendah dan perbukitan yang menjadi

    areal operasi delapan perusahaan tambang batu bara yang

    merupakan penghasilan masyarakat Desa Loa Ulung sebagai mitra

    kerja perusahaan. Untuk akses jalan masih cukup baik walaupun

    ada sebagian jalan yang rusak jika terjadi musim penghujan.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    43/81

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    44/81

    44

    c. Pekerjaan

    Karakteristik informan berdasarkan jenis pekerjaan ibu balita

    diwilayah kerja Puskesmas pembantu Loa Bukit yaitu sebanyak

    15 orang Ibu Rumah Tangga, 1 orang PNS.

    3. Hasil Wawancara

    Berdasarkan kegiatan wawancara mendalam yang telah

    dilakukan pada saat penelitian di wilayah kerja puskesmas Loa

    bukit Desa Loa ulung Kecamatan Tenggarong seberang Kabupaten

    Kutai kartanegara pada bulan april sampai dengan mei Tahun 2011

    diperoleh hasil sebagai berikut :

    a) Pemanfaatan Posyandu oleh ibu-ibu balita

    Pertanyaan ini diajukan untuk memperoleh informasi

    mengenai apa saja tujuan dan hambatan ibu-ibu balita untuk

    datang ke posyandu setiap bulannya.

    1) Tujuan

    Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah kerja

    Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai tujuan ibu-ibu

    balita setiap bulan datang ke posyandu didapatkan hasil yakni

    untuk menimbang anak dan imunisasi, seperti yang

    diungkapkan ibu balita yang menjadi informan dalam penelitian

    ini, yaitu sebagai berikut :

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    45/81

    45

    Kalo keposyandu ya paling untuk vaksin kanak sama nimbang

    kanak saya maha tu bu

    (LW Mei 2011)

    Ehmmm ya untuk menimbang anak saya terus mengetahui

    berat badan kanak saya biar dapat vaksin

    (untuk menimbang anak saya dan mengetahui berat badan

    anak saya agar dapat vaksin)

    (FD Mei 2011)

    Demikian juga hasil wawancara dengan informan yang

    menyebutkan tujuan ibu balita setiap bulan datang ke posyandu

    untuk menimbang dan mengetahui perkembangan anak seperti

    hasil wawancara berikut :

    Menimbang anak untuk mengetahui berat badan nya naik atau

    turun walaupun imunisasi nya sudah habis bu

    (Menimbang anak untuk mengetahui berat badan nya naik atau

    turun)

    (YY, Mei 2011)

    Nimbang Anak saya bu, biar tau naik kah turun kah

    timbangannya tu

    (menimbang anak saya agar tahu naik apa turun timbangan

    nya)

    (AS, Mei 2011)

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    46/81

    46

    Namun dari beberapa kutipan diatas tujuan ibu balita datang

    keposyandu lebih cendrung hanya untuk mendapatkan vaksin

    dan imunisai saja seperti pada kutipan berikut ini :

    Untuk imunisasi anak saya maha tu bu

    (untuk Imunisasi anak saya aja bu)

    (LO, Mei 2011)

    ya palingan untuk vaksin anak saya aja sih bu..

    (NA, Mei 2011)

    2) Manfaat

    Dari hasil wawancara mendalam (indept interview) pada

    lokasi wilayah kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung

    mengenai manfaat Posyandu ibu-ibu balita sebagian besar

    informan merasa kan manfaat dari keberadaan posyandu

    seperti yang diungkapkan ibu balita yang menjadi informan

    dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

    Sangat menguntungkan, karena bisa menimbang anak, vaksin

    anak dan dapat makanan kesehatan yang disiapkan para kader

    (IR, Mei 2011)

    Sangat menguntungkan soalnya saya dapat menimbang anak

    saya sekalian dapat Vitamin. A nya bu

    (YY, Mei 2011)

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    47/81

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    48/81

    48

    4) Kendala Ke Posyandu

    Dari hasil wawancara mendalam (indept interview) pada

    lokasi wilayah kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung

    mengenai Kendala dan hambatan oleh ibu-ibu balita datang ke

    Posyandu yakni jika cuaca hujan dan jarak rumah yang jauh

    seperti yang diungkapkan ibu balita yang menjadi informan

    dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

    Paling hujan aja bu, tapi tetap datang bu..

    (AS, Mei 2011)

    Ya, palingan jika hujan aja bu, soalnya rumah saya kan jauh

    dari posyandu tapi tetap datang biar hujan bu

    (YY, Mei 2011)

    Ya kalo hari hujan bu ya kita mau pergi ke posyandu tu lecak

    beneh bu, payah jalannya jadi terpaksa saya tidak mau

    nimbang anak ke posyandu tu bu..

    ( Ya jika hujan kita mau pergi ke posyandu itu becek benar bu,

    jalanya terpaksa saya tidak mau nimbang anak ke posyandu)

    (LW, Mei 2011)

    b) Pengetahuan Ibu Balita Terhadap Posyandu

    Pertanyaan ini untuk memperoleh informasi mengenai

    Pengetahuan informan mengenai pemahaman tentang pengertian

    posyandu dan program apa saja yang telah diadakan posyandu di

    wilayah tempat informan tinggal.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    49/81

    49

    1) Pengertian

    Dari hasil wawancara mendalam (indept interview) ada

    beberapa informan yang menjawab bahwa pengertian

    posyandu hanya sebatas untuk mendapatkan Vaksin bagi

    anak saja, seperti pernyataan informan dalam penelitian ini.

    Yaitu sebagai barikut :

    Ndik tahu saya tu bu.. taunya saya Vaksin maha

    ( Tidak tahu saya bu, taunya saya Vaksin saja )

    (LO, Mei 2011)

    Saya tu ndik tahu bu pengertian posyandu itu apa, yang

    saya tahu buat vaksin anak saya maha..

    ( saya itu tidak tahu bu pengertian posyandu itu apa, yang

    saya tahu buat vaksin anak saya saja )

    (NA, Mei 2011)

    Demikian juga hasil wawancara dengan informan yang

    menyebutkan pengertian posyandu yakni pelayan saja dan Pos

    pelayanan Terpadu, seperti ungkapan informan berikut :

    Setau saya posyandu untuk pelayanan aja bu

    (AS, Mei 2011)

    Setau saya posyandu itu pos pelayanan terpadu

    (IR, Mei 2011)

    Ya, Setau saya posyandu itu pos pelayanan terpadu itu aja

    sih bu..

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    50/81

    50

    (ML, Mei 2011)

    2) Program Posyandu

    Dari hasil wawancara mendalam (indept interview)

    sebagian informan yang menjawab tidak mengetahui program

    apa saja yang telah di lakukan di Posyandu tempat informan

    tinggal sebagian besar hanya mengetahui jika di posyandu

    hanyalah untuk menimbang, vaksin dan mendapatkan Vitamin

    A saja, tanpa mengetahui ada program seperti penyuluhan

    dan kegiatan lainnya, seperti yang diungkapkan ibu balita

    yang menjadi informan dalam penelitian ini, yaitu sebagai

    berikut :

    Setau saya di Posyandu itu vaksin Maha

    ( Setahu saya di Posyandu itu vaksin saja )

    (LO, Mei 2011)

    Untuk imunisasi, penimbangan sama pemberian Vitamin

    kanak-kanak maha bu..

    (Untuk imunisasi, penimbangan dan pemberian vitamin

    anak-anak saja bu )

    (MS, Mei 2011)

    Yang saya tau, untuk Imunisasi, penimbangan dan

    pemberian vitamin A setiap bulan februari dan agustus

    (IR, Mei 2011)

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    51/81

    51

    Demikian juga pada interview yang dilakukan pada

    informan tentang sistem 5 meja yang dilakukan di posyandu,

    sebagian besar informan tidak mengetahui dan baru

    mendengar tentang sistem tersebut, seperti yang di

    ungkapan ibu balita yang menjadi informan dalam penelitian

    ini, sebagai berikut :

    Ndik tahu jua saya sitem 5 meja itu baru dengar jua saya

    bu..

    ( tidak tahu juga saya sistem lima meja itu baru dengar saya

    bu )

    (LO, Mei 2011)

    Ndik tau saya bu, baru ini mendengar..

    ( Tidak tahu saya bu baru ini mendengar )

    (Na, Mei 2011)

    Saya ndik tahu persis bu, apa itu sitem 5 meja

    ( saya tidak tahu betul bu, apa itu sistem lima meja )

    (YY, Mei 2011)

    c) Dukungan Sosial Ibu Balita Terhadap Pemanfaatan Posyandu

    Pertanyaan ini untuk memperoleh informasi mengenai

    Dukungan yang di dapatkan oleh ibu-ibu balita di wilayah kerja

    Puskesmas pembantu Loa bukit desa Loa ulung Dalam hal

    pemanfataan Posyandu di lingkungan sekitar tempat informan

    tinggal.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    52/81

    52

    1) Motivasi yang di dapatkan ibu balita atau yang menganjurkan

    ibu balita datang ke posyandu

    Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah

    kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai

    Motivasi atau yang menganjurkan ibu-ibu balita setiap bulan

    datang ke posyandu yakni atas dasar kemauan dan inisistif

    sendiri, seperti yang diungkapkan ibu balita yang menjadi

    informan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

    Ndik da yang nyuruh saya pegi posyandu, waktu kanak saya

    masih halus, bunyi urang yukk etam vaksin barulah saya pergi

    bawa anak saya

    ( Tidak ada yang nyuruh saya datang ke posyandu waktu anak

    saya masih kecil kata orang mari kita vaksin baru saya datang

    bawa anak saya )

    (NO, Mei 2011)

    Ndik da jua bu, inisiatif saya sorang hak bawa anak saya

    kesitu

    ( tidak ada bu, inisiatif sendiri aja bawa anak saya kesitu )

    (NA, Mei 2011)

    Ya ndak ada itu kemauan saya sendiri

    (ML, Mei 2011)

    Namun jika ditanya bentuk perhatian yang didapat dari

    keluarga dalam hal pemanfaatan posyandu responden

    kadang kadang mendapatkan anjuran dari suami dan orang

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    53/81

    53

    tua dalam hal pemanfataan posyandu seperti yang

    diungkapan informan dalam penelitian ini sebagai berikut :

    Ndik ada bu perhatian dari lingkungan sekitar paling suami itu

    pun kadang-kadang

    (Tidak ada bu perhatian dari lingkungan sekitar paling suami

    itu pun kadang-kadang)

    (MS, Mei 2011)

    Hanya kemauan saya sendiri, kadang-kadang suami juga

    mengingatkan

    (IR, Mei 2011)

    Kadang ada juga sih bu suami nyuruh ke posyandu orang

    tua juga nyuruh pergi ke posyandu

    (FD, Mei 2011)

    d) Pelayanan Kader Posyandu

    Pertanyaan ini untuk memperoleh informasi mengenai

    Tanggapan ibu balita terhadap pelayanan kader posyandu di

    wilayah kerja Puskesmas pembantu Loa bukit desa Loa ulung

    Dalam hal pemanfataan Posyandu di lingkungan sekitar tempat

    informan tinggal.

    1) Tentang Pelayanan Kader Posyandu

    Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah

    kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    54/81

    54

    Tanggapan ibi-ibu balita terhadap pelayanan Kader posyandu

    informan merasa nyaman dengan pelayanan kader selama ini

    seperti yang diungkapkan ibu balita yang menjadi informan

    dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

    Waktu saya kesitu tu bu tegaknya baik aja hak, tapi ndik tahu

    lagi yo, karena saya jarang bawa anak saya lagi ke situ bu

    ( waktu saya kesitu bu keliyatannya baik saja, tapi tidak tahu

    lagi ya, karena saya jarang bawa anak saya lagi ke situ bu)

    (NA, Mei 2011)

    ya nyaman aja bu

    (YY, Mei 2011)

    ya merasa nyaman aja

    (ML, Mei 2011)

    Namun ada pula responden yang menjawab ragu atau

    bahkan tidak mengetahui lagi bagaimana pelayanan kader

    posyandu selama ini karena jarang datang ke posyandu

    seperti yang di ungkapan ibu balita yang menjadi informan

    dalam penelitian ini sebagai berikut :

    Waktu saya Vaksin anak saya dulu tu kader tegaknya

    baikbaik aja, kadang ndik ramah jua, tau wayahini baik kah

    endik kah saya jarang pegi posyandu

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    55/81

    55

    ( waktu saya vaksin anak saya dulu itu kader keliyatannya

    baik-baik saja kadang tidak ramah juga, tidak tahu sekarang

    baik atau tidak saya jarang pergi ke posyandu )

    (NO, Mei 2011)

    Awalnya nyaman bu, mungkin karena saya ndik tau vaksin

    kanak saya kan ndik tahu jua sida tu marah endikah saya

    datang tu

    (awalnya nyaman aja bu,mungkin karena saya tidak tau vaksin

    anak saya kan tidak tahu juga mereka marah atau tidak)

    (NA, Mei 2011)

    Waktu saya sering nimbang bu nyaman aja, tapi selawasan

    jarang saya tu nimbang ndik tahu lagi saya tu bu

    (waktu saya sering nimbang bu enak saja, tapi selama jarang

    saya itu nimbang tidak tahu lagi saya bu )

    (LW, Mei 2011)

    2) Keaktifan kader posyandu

    Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah

    kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai

    Tanggapan ibi-ibu balita terhadap Keaktifan Kader posyandu

    informan menjawab kadang aktif dan tidak dan ada juga

    sebagaian informan yang tidak tahu karena jarang ke

    posyandu selama ini seperti yang diungkapkan ibu balita yang

    menjadi informan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    56/81

    56

    Nah itu hak endik tahu jua saya bu, rutin kah endi kah, saya

    endik rutin lagi ke posyandu

    ( Nah itu saya tidak tahu bu, rutin kah tidak kah, saya tidak

    rutin lagi ke posyandu)

    (NO, mei 2011)

    Tu hak bu, karena saya jarang ke situ kan bu, endik tahu

    rutin kah endi kah sida tu ke posyandu

    ( itulah bu, karena saya jarang ke situ kan bu, tidak tahu rutin

    apa tidak mereka itu ke posyandu )

    (NA, Mei 2011)

    kadang saya lihat bu ada yang aktif ada juga yang endik bu..

    ( kadang saya lihat ada yang aktif ada juga yang tidak bu )

    (MS, Mei 2011)

    ada yang rutin ada yang gak

    (WD, Mei 2011)

    3) Program yang sudah dijalankan selain menimbang dan

    imunisasi

    Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah

    kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai

    Program lain selain menimbang dan imunisasi yang dijalankan

    posyandu informan menjawab ada berupa arisan di

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    57/81

    57

    posyandu selama ini seperti yang diungkapkan ibu balita yang

    menjadi informan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

    Sepengetahuan saya bu, yang saya dengar ada segala

    model arisan tu bu

    (LW, Mei 2011)

    Ya paling arisan aja bu

    (ML, Mei 2011)

    setau saya sida di situ ada buka arisan jua

    ( setahu saya mereka itu ada buka arisan juga )

    (NA, Mei 2011)

    Berikut adalah hasil wawancara mendalam terhadap informan

    kunci sebanyak 3 orang (Kader Posyandu) wawancara seputar

    kegiatan kader selama ini, program apa yang telah dijalankan,

    motivasi menjadi kader, insentif kader serta hambatan dalam

    menjalankan tugas sebagai kader posyandu.

    e) Petugas Kader posyandu

    Pertanyaan ini untuk memperoleh informasi mengenai

    kinerja kader terhadap posyandu berupa kegiatan lain di

    posyandu selain menimbang dan imunisasi di wilayah kerja

    Puskesmas pembantu Loa bukit desa Loa ulung Dalam hal

    pemanfataan Posyandu di lingkungan sekitar tempat informan

    tinggal.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    58/81

    58

    1) Program yang dijalankan kader selain menimbang dan

    imunisasi

    Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah

    kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai kinerja

    kader selain menimbang dan imunisasi informan menjawab

    tidak pernah ada kegiatan lain seperti penyuluhan dan

    sebagainya seperti diungkapkan kader posyandu yang

    menjadi informan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

    Gak pernah ada kegiatan lain bu, karena kami juga gak

    pernah minta pada petugas kesehatan

    (NV, Mei 2011)

    gak ada pernah, karena kami gak pernah meminta kepada

    petugas kesehatan, jadi petugas kesehatan datang habis

    imunisasi langsung pulang

    (DG, Mei 2011)

    Kalo penyuluhan gak pernah ada, karena kami juga gak

    pernah minta ke dinas kesehatan untuk mengadakan

    penyuluhan habis nimbang, vaksin sudah bu pulang itu aja

    kegiatannya

    (HR, Mei 2011)

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    59/81

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    60/81

    60

    Gak pernah saya dapatkan bu, dari kegiatan posyandu,

    selama 3 tahun menjadi kader gak pernah kami dapat insentif

    (HR, Mei 2011)

    Selama saya jadi kader bu ya, kami gak pernah dapat

    insentif dari pihak manapun

    (DG, Mei 2011)

    kami gak pernah dapat insentif dari pihak manapun bu..

    (NV, Mei 2011)

    4) Hambatan dalam menjalankan tugas menjadi kader

    Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah

    kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai

    Hambatan kader yakni sebatas kurangnya dukungan dan

    keterlambatan ibu balita datang ke posyandu atau semaunya

    saja seperti diungkapkan kader posyandu yang menjadi

    informan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

    Yaitu masalah bu, ibu PKK gak pernah memberi dukungan

    pada kami, selain itu ibu-ibu balita gak ada kerja sama dengan

    kadernya, ya kalo datang yan datang semaunya aja bu

    jadikan orang sudah mau pulang baru dia datang jadi gak ada

    kerja samanya gitu nah bu

    (NV, Mei 2011)

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    61/81

    61

    Berikut adalah hasil wawancara mendalam terhadap

    informan kunci yakni ibu PKK dan Sekretaris Desa (Sekdes)

    wawancara seputar anjuran, Kepedulian dan harapan terhadap ibu-

    ibu balita terhadap pemanfaatan Posyandu

    1) Anjuran, kepedulian serta Harapan Ketua PKK dalam hal

    pemanfataan Posyandu

    Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah

    kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai

    Anjuran kader PKK dalam hal Pemanfaatan posyandu kepada

    ibuibu balita yakni tidak pernah ada anjuran yang diberikan

    seperti diungkapkan kader PKK yang menjadi informan dalam

    penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

    Endik pernah karena kesibukan saya sendiri

    ( tidak pernah karena kesibukan saya sendiri )

    (EL, Mei 2011)

    Selain itu informan kunci juga tidak mengetahui jadwal

    diadakan posyandu di tempat informan tinggal seperti yang di

    ungkapkan Kader PKK yang menjadi informan kunci dalam

    penelitian ini :

    Endik tahu jua urang bejalan kemana, sudah tahu itu hari

    posyandu oh baru saya tahu kalo itu hari posyandu

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    62/81

    62

    (Tidak tahu juga orang jalan kemana, sudah tahu hari itu

    posyandu baru saya tahu jika itu hari posyandu)

    (EL, Mei 2011)

    Demikian pula halnya hasil wawancara mengenai seberapa

    besar peduli kader PKK terhadap kesehatan balita di desanya

    informan kunci menjawab tidak tahu sama sekali tentang

    kesehatan, seperti yang di ungkapan kader PKK yang menjadi

    informan kunci dalam penelitian ini sebagai berikut :

    endik tahu sama sekali tentang kesehatan ibu balita itu, saya

    sibuk dengan urusan Rumah tangga

    (Tidak tahu sama sekali tentang kesehatan ibu balita itu, saya

    sibuk dengan urusan rumah tangga)

    (EL, Mei 2011)

    Namun informan kunci memiliki harapan yang agar posyandu

    bisa lebih baik lagi seperti yang di ungkapan sebagai berikut :

    Saya mau Posyandu berjalan dengan baik tapi tegak apa hak

    saya jua endik pernah ke posyandu, saya biarkan hak tu

    posyandu walaupun saya ketua PKK

    (saya mau posyandu berjalan dengan baik tapi apa lah saya

    juga tidak pernah ke posyandu, saya bairkan lah tu posyandu

    walaupun saya ketua PKK)

    (EL, Mei 2011)

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    63/81

    63

    2) Anjuran, kepedulian serta Harapan Sekdes dalam hal

    pemanfataan Posyandu

    Dari hasil wawancara mendalam pada lokasi wilayah

    kerja Puskesmas Loa Bukit Desa Loa ulung mengenai Anjuran

    Sekdes dalam hal Pemanfaatan posyandu kepada ibuibu

    balita yakni tidak pernah ada anjuran kepada ibu balita yang

    diberikan seperti diungkapkan Sekdes yang menjadi informan

    dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

    Selama ini untuk masalah posyandu itu endik pernah jua saya

    menganjurkan karena saya pikir di posyandu itu ada yang

    bertanggung jawab ada ibu PKK, jadi saya santai-santai aja

    (IN, Mei 2011)

    Demikian pula halnya hasil wawancara mengenai

    seberapa besar kepedulian Sekdes atau aparatur desa

    terhadap kesehatan balita di desanya informan kunci

    menjawab itu sudah ada yang bertanggung jawab bukan

    urusan desa, seperti yang di ungkapan kader PKK yang

    menjadi informan kunci dalam penelitian ini sebagai berikut :

    Masalah kesehatan di desa ini endik tahu jua tu bu, karena di

    desa ini kan ada posyandu bu, ada yang bertanggung jawab

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    64/81

    64

    ibu PKK, kader posyandu jadi sida-sida yang urusi masalah

    kesehatan balita, jadi saya diam-diam maha hak, mereka juga

    bediam diam aja jadi sida tu hak yang meurusi tu bu

    (Masalah kesehatan di desa ini tidak tahu juga bu, karena di

    desa sudah ada posyandu bu, ada yang bertanggung jawab

    ibu-ibu PKK, kader posyandu jadi mereka-mereka yang

    mengurus masalah kesehatan balita, jadi saya diam-diam aja,

    mereka juga diam saja jadi mereka lah yang urus itu bu )

    (IN, Mei 2011)

    Namun informan kunci memiliki harapan yang agar posyandu

    bisa lebih baik lagi dan ada kerja sama dengan aparat desa

    seperti yang di ungkapan sebagai berikut :

    Sebenarnya bu kalo masalah posyandu ini kedepannya bisa

    lebih baik jadi jumlah balita yang ada di desa ini bisa nimbang

    semua ke posyandu jadi saya harapkan kader posyandu,

    kader kesehatan bisa saling kordinasi dengan kepala desa,

    saya juga punya rencana dan terketuk hati saya untuk

    memperhatikan kesehatan balita di desa ini kedepannya

    (IN. Mei 2011)

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    65/81

    65

    B. PEMBAHASAN

    Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk

    mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya

    triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

    memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil

    wawancara terhadap objek penelitian (Moleong, 2004).),

    membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan

    memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.

    Pada penelitian ini, dari ke empat macam triangulasi tersebut,

    peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan

    memanfaatkan sumber.

    Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan

    mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

    diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

    kualitatif (Patton, 1987). Pembahasan Motivasi Ibu Balita Terhadap

    Pemanfaatan Posyandu

    Dalam kegiatan penulisan ini tidak ditemukan suatu kendala

    dikarenakan informan dalam penelitian yakni ibu-ibu balita hampir

    seluruhnya pernah atau selalu datang ke posyandu setiap bulannya

    untuk membawa anaknya, selain itu posyandu juga sudah menjadi

    bagian dari masyarakat yang membawa dampak baik khususnya

    untuk ibu dan anak.

    Motif kadang-kadang dinyatakan orang sebagai kebutuhan,

    keinginan, dorongan yang muncul dalam diri seseorang. Motif

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    66/81

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    67/81

    67

    Demikian juga sesuai ya ng dikemukakan oleh WHO dalam

    Notoadjmojo (2003) yang menyatakan bahwa sikap akan terwujud

    di dalam suatu tindakan tergantung dari situasi pada saat itu. Ibu

    balita mau datang ke posyandu tetapi karena jaraknya jauh atau

    situasi kurang mendukung maka balita tidak berkunjung ke

    posyandu.

    Hal ini merupakan sebagian kegiatan pelayanan kesehatan

    yang dijalankan diposyandu, seperti halnya pemeliharaan

    kesehatan bayi dan balita yang sebagian besar adalah

    penimbangan bulanan, pemberian makanan tambahan, imunisasi

    bayi dan pemberian vitamin A serta pemeliharaan kesehatan ibu

    hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur seperti

    pemeriksaan kehamilan dan nifas,imunisasi TT untuk ibu hamil

    dan pemberian kesehatan dan KB.

    Adapun tujuan lain informan ke posyandu yakni selain

    untuk kegiatan kesehatan, posyandu bisa juga sebagai tempat

    berkumpul bersama para ibu-ibu dan melakukan kegiatan seperti

    arisan hal ini sesuai dengan kutipan dalam Effendy (1998) bahwa

    posyandu kemudian menjadi suatu forum komunikasi tempat para

    ibu berkumpul bersama dalam suasana yang sesuai dengan adat

    budaya setempat, untuk berbagi pengalaman tentang

    pemeliharaan anak, termasuk bagaimana memilih dan

    menyiapkan makanan bergizi yang berguna dan dapat diterima

    oleh anak-anaknya.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    68/81

    68

    Dari adanya kebutuhan dan keinginan informan untuk

    datang ke posyandu maka terlebih dahulu ada yang mendorong

    informan untuk melakukan aktifitas tersebut, seperti yang

    diungkapkan informan bahwa dorongan bisa timbul dari diri

    sendiri atau pun mendapat dorongan dari suami serta keluarga.

    Adapun manfaat posyandu bagi masyarakat itu sendiri

    khusunya bagi ibu-ibu balita yakni untuk memperoleh kemudahan

    untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar,

    terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB dan

    memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan

    masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu-ibu balita

    termotivasi karena ada keinginan untuk mendapat manfaat

    kesehatan datang ke posyandu.

    a) Pembahasan Pengetahuan Ibu Balita Terhadap Pemanfaatan

    Posyandu

    Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini

    terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

    objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

    yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

    (overt behavior) (Notoatmodjo, 1993).

    Menurut Bloom, pengetahuan merupakan bagian dari

    cognitive domain yang mempunyai 6 tingkatan, yaitu : Tahu

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    69/81

    69

    (know), memahami (comprehension), aplikasi (application),

    analisis (analysis), Sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation) (

    Notoatmodjo, 2003).

    Dari hasil penelitian mengenai pengetahui ibu balita

    terhadap pemanfaatan posyandu yang di dalam penelitian ini

    sebagai informasi berada di dalam tingkatan tahu mengenai

    posyandu tetapi hanya secara garis besar dan tidak dapat

    menjabarkannya secara spesifik.

    Selain itu kebanyakan informan menyatakan bahwa

    pengertian posyandu adalah sebagai tempat kegiatan kesehatan

    seperti untuk menimbang anak, tempat mendapatkan imunisasi.

    dan tempat untuk memeriksakan kesehatan.

    Padahal secara umum pernyataan informan berada dalam

    tingkatan memahami, di samping itu ada juga beberapa informan

    yang tidak tahu tentang pengertian posyandu, informan

    menyatakan bahwa mereka tidak pernah mengetahui peran dan

    pengertian posyandu itu sendiri.

    Secara umum informan tidak tahu mengenai program apa

    saja yang telah diadakan di lokasi posyandu tempat tinggal

    informan, tentang sistem 5 meja sebagian informan baru

    mendengar tentang sistem tersebut dana pelaksana posyandu

    sendiri berasal dari swadaya masyarakat untuk membuat

    makanan tambahan balita berupa bubur.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    70/81

    70

    Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh I. G

    Widiastuti di Kota denpasar Bali (2006) tentang pemanfaatan

    pelayanan posyandu di kota denpasar dari data kualitatif yang

    diperoleh tentang peran ibu balita sebagaian besar mengatakan

    bahwa Peran ibu balita dalam kegiatan posyandu dinilai kader

    masih rendah. Ibu balita yang tidak mau datang ke posyandu

    karena tidak mengetahui manfaat posyandu. Tujuan ibu balita

    berkunjung ke posyandu untuk memantau perkembangan

    balitanya dan mendapatkan makanan tambahan serta dapat

    berkumpul dengan ibu balita yang lain

    Kebanyakan informan mengungkapkan bahwa tidak ada

    program yang di adakan posyandu di wilayah tempat informan

    tinggal.

    Sesuai dengan pernyataan dari kader posyandu yang

    menjadi sumber informan kunci dalam penelitian ini bahwa tidak

    adanya program posyandu dikarenakan mereka juga tidak pernah

    meminta ke Dinas kesehatan atau instansi kesehatan untuk

    melakukan kegiatan lain seperti penyuluhan dan sebagainya.

    Tidak optimalnya fungsi meja ke empat tersebut sangat di

    sayangkan sebab meja tersebut menjadi garda terdepan untuk

    meningkatkan derajat kesehatan bayi dan balita. Sebab meja itu

    dipergunakan untuk memberikan penyuluhan kesehatan

    mengenai kondisi anak setelah di timbang di posyandu yang

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    71/81

    71

    sedang sakit saat penimbangan tidak mendapatkan perhatian

    lebih.

    Hal ini sejalan dengan kerangka teori yang dikemukan oleh

    Anderson yang digunakan dalam penelitian ini dimana banyak

    terdapat faktor yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu oleh

    ibu balita, jika dikaitkan dengan teori yang dikemukakan oleh

    Anderson, Maka salah satu faktor yang berpengaruh adalah

    Karakteristik Predisposi dapat menggambarkan fakta fakta bahwa

    setiap individu mempunyai kecendrungan untuk menggunakan

    pelayanan kesehatan yang berbeda-beda disebabkan karena

    adanya perbedaan ciri-ciri individu seperti umur, jenis kelamin,

    tingkat pendidikan, pekerjaan,ras, dan keyakinan individu.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu balita

    terhadap pencarian pelayanan kesehatan khususnya dalam hal

    pemanfataan posyandu oleh ibu balita di desa loa ulung

    kecamatan tenggarong seberang masih sangat kurang hal ini

    dapat dilihat dari tingkat pendidikan responden yang kurang

    disertai dengan pengetahuan mereka terhadap manfaat dan peran

    posyandu itu sendiri.

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    72/81

    72

    b) Pembahasan tentang Dukungan sosial yang diterima ibu-ibu

    balita dalam hal Pemanfaatan posyandu

    Berkenaan dengan dukungan sosial suami tersebut dapat

    dijelaskan berdasarkan teori dukungan sosial dari Gottlieb (1983)

    bahwa dukungan sosial adalah informasi verbal dan non verbal,

    saran, bantuan yang nyata yang diberikan oleh orang-orang yang

    akrab dengan subyek atau berupa kehadiran dan hal-hal yang

    dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada

    tingkah laku penerimanya. Dukungan sosial tersebut dapat

    berasal dari keluarga, teman, dan atasan

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam hal

    pemanfataan posyandu oleh ibu-ibu balita sebagaian besar

    informan menjawab bahwa tidak pernah mendapatkan dukungan

    berupa anjuran untuk keposyandu. Kemauaan atau dorongan itu

    berasal dari dirinya sendiri dan inisiatif ibu balita sendiri untuk

    membawa anak mereka keposyandu. Namun ada pula informan

    yang mengatakan bahwa terkadang mereka mendapatkan

    dukungan dari suami dan keluarga atau orang tua mereka.

    Sejalan dengan pendapat Kuntjoro (2002) bentuk-bentuk

    dukungan suami yang dapat diberikan pada istri adalah adanya

    kedekatan emosional, suami mengijinkan istri terlibat dalam suatu

    kelompok yang memungkinkannya untuk berbagi minat, perhatian,

    suami mengahargai atas kemampuan dan keahlian istri, suami

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    73/81

    73

    dapat diandalkan ketika istri membutuhkan bantuan, dan suami

    merupakan tempat bergantung untuk menyelesaikan masalah istri.

    Sarafino (1998:97) mengatakan bahwa dukungan sosial

    adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang

    diperoleh individu dari orang lain, dimana orang lain disini dapat

    diartikan sebagai individu perorangan atau kelompok.

    Hal tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu yang

    ada di lingkungan menjadi dukungan sosial atau tidak, tergantung

    pada sejauh mana individu merasakan hal tersebut sebagai

    dukungan sosial. Dukungan sosial didefinisikan oleh House dalam

    Smet (1994:136) sebagai transaksi interpersonal yang melibatkan

    satu atau lebih aspekaspek yang terdiri dari informasi, perhatian

    emosional, penilaian dan bantuan instrumental. Tersedianya

    Dukungan sosial akan membuat individu merasa dicintai,

    diperhatikan, dihargai dan menjadi bagian kelompok.

    Namun pada kenyataannya di lapangan bentuk dukungan

    dari lingkungan sekitar informan mengatakan tidak pernah ada

    yang menganjurkan atau memperhatikan mereka dalam hal

    pemanfaatan posyandu sehingga perhatian tersebut dirasakan

    masih sangat kurang terhadap ibu balita.

    Selain itu dari hasil wawancara responden mengaku

    bahwa kader posyandu pun sampai saat ini dirasakan tidak

    memberikan dukungan kepada ibu balita terlebih lagi bentuk

    dukungan dari Tokoh masyarakat sekitar seperti ibu kader PKK dan

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    74/81

    74

    aparat desa setempat yang tidak mengerti bahkan tidak tahu sama

    sekali akan peran dan fungsi dari posyandu tersebut, dalam

    penelitian ini hasil wawancara terhadap responden pendukung

    yaitu kader PKK mengatakan bahwa kader masih terlalu sibuk

    dengan urusan mereka sendiri sehingga kurang memperhatikan

    keberadaan dari posyandu yang ada di desa.

    Sama halnya hasil wawancara terhadap sekretaris desa,

    (Sekdes) mengatakan bahwa posyandu sudah memiliki kader

    sehingaa mereka lah yang bertanggung jawab, sehingga aparat

    desa setempat tidak memiliki rasa tanggung jawab akan

    keberadaan posyandu itu sendiri hal ini pula yang menyebabkan

    bentuk dukungan sosial yang di dapat oleh ibu balita masih sangat

    kurang namun demikian ada beberapa responden yang

    mengatakan mereka terkadang mendapat dukungan dari suami

    mereka namun hal itu sifatnya juga kadang kadang.

    Padahal diharapkan dengan adanya dukungan suami,

    tugas yang tadinya terasa berat menjadi lebih ringan dan

    membahagiakan. Sebaliknya, jika suami istri dalam sebuah

    perkawinan tidak mampu menjalin kerjasama, maka hal itu akan

    menyebabkan kesulitan dalam mengatasi permasalahan hidup

    yang lebih kompleks di kemudian hari.

    Dapat disimpulkan jika dikaitkan dengan pendekatan

    dengan teori Anderson (1974) Anderson menggambarkan ada 3

    katagori utama yang berpangaruh terhadap perilaku pencarian

  • 8/6/2019 BAB 1-5 Komplit

    75/81

    75

    pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu predisposing

    characteristicatau karakteristik predisposisi, enabling characteristic

    atau karakteristik pendukung dan Need characteristic atau

    karakteristik kebutuhan, maka dalam penelitian ini katagori

    Enabling Characteristic atau karakteristik pendukung dimana jika

    ibuibu balita tersebut selalu mendapatkan dukungan dari

    lingkungan sekitar diharapkan mereka akan selalu termotivasi

    untuk menggunakan pelayanan kesehatan berupa pemanfaatan

    posyandu tersebut.

    c) Pelayanan Kader Posyandu

    Pelayanan petugas kesehatan memegang peranan penting

    terhadap kunjungan ibu ke posyandu. Dengan pelayanan yang

    menyenangkan, ramah, dan memberikan informasi serta

    penyuluhan yang jelas dan mudah dimengerti dari petugas

    kesehatan, sehingga orang tua sadar untuk datang ke posyandu

    (Mardiati, 2001).

    Kader kesehatan adalah tenaga kesehatan yang terdidik dan

    terlatih dalam bidang tertentu yang tumb uh di tengah-tengah

    masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan

    meningkatan dan membina kesejahtraan dengan rasa ikhlas tanpa

    pamrih dan didasarkan panggilan jiwa untuk melaksanakan tugas-

    tugas kemanusiaan (Depkes, RI 2000)