7271
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Keberhasilan program pendidikan melalui
proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu
di antaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana pendidikan
yang memadai disertai pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal.
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya
yang penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di
sekolah, untuk itu perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan
dan pengelolaannya, agar tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.Sarana dan prasarana yang memadahi pun tidak menjadi
jaminan dalam mendukung kegiatan pembelajaran yang berkualitas
apabila tidak diikuti dengan pengelolaan yang baik. Sarana dan
prasarana sekolah perlu direncanakan sesuai kebutuhan dalam jangka
pendek, menengah dan jangka panjang. Secara riil pembelian alat dan
bahan yang mendukung pembelajaran perlu direncanakan sesuai dengan
kebutuhan, sehingga dapat memperhatikan sisi kualitas dan
kuantitasnya. Setelah sarana dan prasarana, terpenuhi maka proses
inventarisasi, pemeliharaan dan pengaturan penggunaannya perlu
dilakukan secara cermat dan baik, sehingga tidak cepat rusak dan
memberikan kerbermanfaatan yang lebih luas. Sarana prasarana
merupakan salah satu bagian organisasi sekolah, hendaknya dilakukan
manajemen dari perencanaan, penggunaan dan pemeliharaan secara
teratur, tertata secara administratif sehingga akan mempermudah
pengontrolannya. Realitas yang ada, manajemen sarana dan prasarana
di sekolah masih jauh dari seharusnya dilakukan. Sering ditemukan
banyak sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh sekolah
yang dibeli, diterima dari bantuan, baik dari pemerintah maupun
masyarakat yang tidak optimal penggunaannya dan bahkan tidak dapat
lagi digunakan sesuai dengan fungsinya. Hal itu disebabkan antara
lain oleh kurangnya biaya perawatan, kurangnya tempat penyimpanan
yang memadai, kurangnya skala prioritas dalam perencanaan
pembelian, kurang tertibnya penggunaan, kurangnya SDM/ pengelola
yang mampu merawat dan menginventaris terhadap sarana dan prasarana
yang dimiliki. Barang dan alat pendukung kegiatan di sekolah yang
memerlukan tempat khusus dalam perawatan tidak serta merta
terpenuhi karena tidak adanya gudang khusus penyimpanan dan
perawatan. Akibatnya alat dan bahan tersebut lebih beresiko
mengalami kerusakan, mudah berpindah tempat bahkan mudah hilang
karena tidak terkontrol penggunaannya. Tidak adanya peraturan dan
tata tertib yang lebih mengikat dalam peminjaman dan penggunaan
sarana menyebabkan ketidakteraturan penggunaannya. Akibatnya,
sarana dan prasarana sekolah tidak terkontrol penggunaannya yang
berpeluang besar terhadap kerusakan, pindah tangan atau hilang.
Meskipun peraturan dan tata tertib penggunaan atau peminjaman saran
dan prasarana sekolah sudah dibuat, namun tidak ada komitmen dari
anggota sekolah untuk menaatinya juga memiliki peluang yang sama
mempercepat kerusakan ataupun pindah tangan dan kehilangan.Kondisi
tersebut juga dialami di SMA Negeri 1 Boja Kabupaten Kendal,
sehingga perlu meng-optimalkan penyediaan, pendayagunaan, perawatan
dan pengendalian sarana dan prasarana pendidikan pada setiap jenis
dan jenjang pendidikan, diperlukan penyesuaian manajemen sarana dan
prasarana. Sekolah dituntut memiliki kemandirian untuk mengatur dan
mengurus kepentingan sekolah menurut kebutuhan dan kemampuan
sendiri serta berdasarkan pada aspirasi dan partisipasi warga
sekolah dengan tetap mengacu pada peraturan dan
perundangan-undangan pendidikan nasional yang berlaku.Hal itu
terutama ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada semua
jenis dan jenjang pendidikan, khususnya pada pendidikan dasar dan
menengah. Untukmewujudkan dan mengatur hal tersebut, maka
pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tetang
Standar Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan
prasarana pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal 42 dengan
tegas disebutkan bahwa: setiap satuan pendidikan wajib memiliki
sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai,
serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Pengelolaan sarana dan
prasarana yang dilakukan di SMA Negeri 1 Boja Kabupaten Kendal
perlu dilakukan analisis, sehingga dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam perbaikan pengelolaan manajemen sarana dan
prasarana berikutnya.
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah tersebut,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini. 1. Bagaimana perencanaan
sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Boja Kabupaten Kendal?2.
Bagaimana pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana di SMA Negeri
1 Boja Kabupaten Kendal?3. Bagaimana pengawasan sarana dan
prasarana di SMA Negeri 1 Boja Kabupaten Kendal?4. Bagaimana
pemeliharaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Boja Kabupaten
Kendal?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk
menganalisis kualitas manajemen sarana dan prasarana di SMA Negeri
1 Boja Kabupaten Kendal. Secara terperinci bertujuan untuk
menganalisis:1. Perencanaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 1
Boja Kabupaten Kendal.2. Pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana
di SMA Negeri 1 Boja Kabupaten Kendal.3. Pengawasan sarana dan
prasarana di SMA Negeri 1 Boja Kabupaten Kendal.4. Pemelihataan
sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Boja Kabupaten Kendal.
1.4 Manfaat PenelitianPenelitiaan ini semoga member maanfaat
sebagai berikut1. Manfaat teoritisa. Sebagai informasi bagi
mahasiswa atau peneliti lain dalam memecahkan masalah yang
berhubungan dengan penelitian inib. Diharapkan hasil penelitian ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan 2. Manfaat praktisa.
Bagi sekolah, dapat memberi masukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan manajemen sarana prasarana pendidikanb. Bagi Waka
bidang Sarpras dapat memberi masukan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pemeliharaan sarpras sekolah.c. Bagi
guru, dapat memberi masukan dalam penggunaan sarana prasarana
pendidikan untuk membantu proses belajar mengajar di sekolahd. Bagi
komite sekolah, dapat memberikan perannya sebagai badan pendukung
dan perencana sarana prasarana pendidikan
BAB IIKAJIAN TEORI
2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian ManajemenManajemen merupakan the
art of getting things done through the effort of other people
(Lawrence dalam Manulang, 2006). Siagian (2007) juga mengungkapkan
bahwa manajemen merupakan seni mengelola berbagai kegiatan oleh
sekelompok orang dalam suatu organisasi dengan menggunakan
kemampuan manajerial dan keterampilan teknis pada kegiatannya untuk
mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Manejemen sebagai suatu
seni karena merupakan cara bagaimana mengkolaborasi pengetahuan,
pengalaman dan kreativitas dalam wadah manajemen. Manajemen dapat
juga berarti suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan, pengarahan pada sekelompok orang kearah tujuan
organisasional atau tujuan yang nyata ( Terry dan Rue, 2010: 1).
Mary Parker dan Follet (dalam Handoko 2002:8) mendefinisikan bahwa
manajemen adalah sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain. Stoner mendefinisikan manajemen sebagai proses
perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan
usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber dayasumber
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Sedangkan menurut G.R Terry (dalam Hasibuan 2007:2)
menyatakan bahwa manajemen sebagai suatu proses yang khas, yang
terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.Siswanto (2007:7)
mendefinisikan manajemen sebagai One or more managers individually
and collectively setting and achieving goals by exercising related
functions (planning organizing staffing leading and controlling)
and coordinating various resources (information materials money and
people). Pendapat tersebut mempunyai arti bahwa manajemen merupakan
satu atau lebih manajer yang secara individu maupun bersama-sama
menyusun dan mencapai tujuan organisasi dengan melakukan
fungsi-fungsi terkait perencanaan pengorgnisasian, penyusunan, staf
pengarahan, dan pengawasan. Dari pengertian di atas dapat
dirumuskan bahwa manajemen merupakan proses pengkoordinasian
berbagai sumber daya dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi.
Proses tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan manajemen, yaitu
perencanaan, peng-organisasian, pengarahan terhadap berbagai
bagian-bagian tersebut memiliki hubungan serta saling
ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.2.1.2 Fungsi
ManajemenDalam proses pencapaian berbagai tujuan organisasi umumnya
dibagi kedalam 4 (empat) tahapan yaitu: perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pergerakan (actuating) dan
pengendalian (controlling).1. Perencanaan (Planning)Perencanaan
(planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi
dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,
metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan. Setelah penetapan tujuan-tujuan dan penyusunan
rencana-rencana atau program-program untuk mencapainya, maka mereka
perlu merancang dan mengembangkan suatu organisasi yang dapat
melaksanakan berbagai program tersebut secara seksama.Perencanaan
merupakan fungsi yang terpenting dalam manajemen, karena fungsi ini
akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Dapat diibaratkan
bahwa seseorang yang gagal dalam merencanakan pada dasarnya
merencanakan untuk kegagalan. Perencana-an merupakan proses
pemilihan alternatif tindakan yang terbaik untuk mencapai
organisasi. Perencanaan merupakan suatu keputusan untuk mengerjakan
sesuatu di masa yang akan datang. Perencanaan manajemen akan
memberikan cara pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan
yang akan dilaksanakan, siapa yang akan melakukan dan kapan
dilakukan. Perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien (Herlambang, 2012:
19).Menurut Soekardi (2005:9) perencanaan merupakan usaha sadar
pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang
dimasa depan, di dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka
pencapaian yang telah ditentukan.Pernyataan tersebut sama halnya
dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Handoko (2002:9) bahwa
perencanaan berarti para manajer memikirkan kegiatan-kegiatan
mereka sebelum dilaksanakan. Berbagai kegiatan tersebut didasarkan
pada berbagai metode, rencana atau logika, bukan hanya atas dugaan
atau firasat. Rencana-rencana dibutuhkan untuk memberikan kepada
organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk pencapaian
tujuan-tujuan.Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa
perencanaan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk
merancang untuk merancang segala sesuatu secara matang dengan
memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sehingga
didapat yang tepat guna melaksanakan kegiatan ataupun program yang
akan dilaksanakan. Untuk memperoleh perencanaan yang baik, maka
diperlukan langkah yang baik pula dalam menyusunnya.Penyusunan
dalam sebuah perencanaan yang harus diperhatikan adalah pemahaman
terhadap tujuan yang ingin dicapai. Secara garis besar perencanaan
atau program dapat dikelompokkan menjadi program jangka panjang
(PJP), program jangka menengah (PJM), dan program jangka pendek
(PJPd). Setelah disusun program secara garis besar seperti di atas,
perencanaan harus bersifat menyeluruh atau mencakup semua aspek dan
memberdayakannya. Dalam hal ini perlu dikaji mengenai hal-hal
sebagai berikut;1) Siapa saja yang terkait dalam kegiatan
organisasi tersebut?2) Apa saja yang dilakukan oleh seluruh pelaku
dalam organisasi?3) Bilamana aktivitas organisasi itu dilakukan?4)
Dimana kegiatan itu dilakukan?5) Bagaimana strategi
pelaksanaannya?Hal yang tidak kalah penting untuk dipahami dalam
penyusunan program adalah perwujudan menyatukan potensi yang
menjadi sinergi yang kuat dan besar. Hal tersebut menyangkut perlu
teamwork dari personal dalam organisasi, perlunya pola partisipasi
dalam organisasi serta menumbuhkan budaya kerja organisasi.Langkah
terakhir yang perlu ditempuh dalam penyusunan perencanaan adanya
upaya efisiensi. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan adanya
efisiensi pendanaan, waktu, penugasan personal serta dengan adanya
pola organisasi yang efektif. Untuk menentukan perencanaan harus
memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:1) Rencana harus memudahkan
pencapaian tujuan yang hendak dicapai. Rencana bukan merupakan
tujuan tetapi cara.2) Rencana yang tersusun harus memenuhi
persyaratan teknis. Rencana tersebut harus didukung dengan data
yang akurat serta teknis penyelesaian kerja yang baik.3) Rencana
harus disertai rincian yang cermat, ruang, metode, sumber data,
target waktu, standart mutu dan hasil yang diharapkan.4) Rencana
perlu dilakukan secara bottom up, sehingga tidak terjadi dikotomi
antara perencanaan dan pelaksanaan serta pelaksana tidak merasa
dipaksa tetapi karena kesadaran.5) Rencana yang disusun tidak
bertele-tele, tetapi dapat dicapai dengan baik (tidak
muluk-muluk/sederhana).6) Rencana tidak kaku, sehingga masih
memungkinkan adanya toleransi (fleksibilitas).7) Rencana harus
pragmatis, yaitu rencana tetap idealis tetapi dapat dilakukan
secara praktis, tidak menghilangkan nilai kebijakan serta
memperhitungkan kesulitan di lapangan.8) Rencana tersebut harus
dapat menggambarkan situasi dan kondisi yang terjadi di masa depan,
sehingga mampu dijadikan peramal masa depan.(Depdiknas: 2007)Dengan
memahami perencanaan yang baik maka akan memudahkan proses
pelaksanaannya. Selain itu akan didapat manfaat dari perencanaan
yang baik. Adapun manfaat yang diperoleh dari sebuah perencanaan
yang baik adalah:1) Perencanaan dapat dijadikan alat pengawasan dan
pengendalian pelaksanaan kegiatan organisasi.2) Untuk memilih dan
menentukan prioritas dari beberapa alternatif atau pilihan yang
ada.3) Untuk mengarahkan dan menuntun pelaksanaan kegiatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.4) Untuk
menghadapi dan mengurangi ketidakpastian dimana yang akan datang.5)
Perencanaan yang baik akan mendorong tercapainya tujuan.(Depdiknas:
2007)Oleh karena itu perencanaan menjadi salah satu faktor penting
yang menjadi salah satu faktor penting keberhasilan organisasi,
lembaga atau perusahaan. 2. Pengorganisasian
(Organization)Pengorganisasian berasal dari kata organisasi dan
bahasa latin organum yang memiliki arti alat atau bahan. Menurut
pakar manajemen, organisasi merupakan rangka (bentuk) yang menjadi
wadah dari pada usaha kerjasama sekelompok manajemen.Pengertian
yang lain menyebutkan bahwa organisassi adalah keseluruhan proses
pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas serta wewenang
dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga terdapat institusi yang
dapat digerakkan sebagai satu kesatuan yang utuh dan bulat dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
(Soekardi, 2005:11).Dari uraian tersebut di atas maka pada dasarnya
organisasi memiliki beberapa ciri khusus yaitu: adanya sekelompok
manusia, kerjasama yang harmonis, kewajiban serta tanggung jawab
untuk mencapai tujuan. Sehingga organisasi dapat diartikan sebagai
sekelompok manusia yang bekerja sama yang dicanangkan dalam bentuk
struktur organisasi atau gambaran skematis tentang hubungan kerja
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Pengorganisasian
merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal,
mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau
pekerjaan diantara para anggota organisasi agar tujuan organisasi
agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien (Handoko
2002:168).Dalam usaha untuk mencapai tujuan, organisasi harus mampu
memenuhi prinsip-prinsip organisasi.1) Kejelasan tujuan yang hendak
dicapaiPrinsip ini menegaskan bahwa setiap organisasi yang dibentuk
pasti memiliki tujuan, tidak mungkin organisasi dibentuk tanpa
memiliki suatu suatu arah/tujuan yang digunakan sebagai pedoman.
Dengan demikian program yang akan direlisasikan perlu diperjelas
mengenai tujuan jangka pendek, menengah dan jangka panjang.2)
Penerimaan dan pemahaman tujuan Dengan berorganisasi maka seseorang
akan memperoleh kepuasan karena pemenuhan nilai kebersamaan dan
dapat memberikan sentitik kerja untuk organisasi. Pemenuhan
kepuasan dan tuntutan ini memang berujung pada penerimaan tujuan
organisasi serta pemahaman atas tujuan tersebut sehingga mampu
tercipta sebuah kerjasama yang diharapkan.3) Kesatuan arahUntuk
mencapai sasaran dan tujuan organisasi maka diperlukan adanya suatu
sistem untuk mengelola organisasi tersebut, sehingga akan terjadi
keterkaitan antar komponen organisasi tersebut, sehingga akan
terjadi keterkaitan antar komponen organisasi secara padu, bulat
dan utuh. Dengan demikian maka halangan yang dihadapi organisasi
tidak membuat goyah seluruh komponen dan tetap berjalan sesuai
kesatuan arah.4) Adanya pendelegasian wewenang Proses pelimpahan
wewenang, pertanggung-jawaban, pengambilan keputusan komunikasi dan
koordinasi dalam organisasi akan berjalan lebih efektif.
Keterbatasan kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin untuk dapat
menyelesaikan pekerjaan sendiri menuntut dirinya pelimpahan
wewenang kepada pejabat yang dibawahnya. Pelimpahan wewenang di
sini dapat dijabarkan dalam hal pengambilan keputusan, hubungan
dengan orang lain dan tidakan-tindakan lain tanpa harus ada
pemenuhan dari pemimpin.5) Adanya rentang pengawasan Rentang
pengawasan yang dilakukan oleh organisasi harus dijalankan sekecil
mungkin. Hal tersebut dilakukan dengan memperkecil jumlah seksi
bidang atau personal yang ada dalam organisasi tersebut.6)
Ketentuan perintah Prinsip ini menuntut adanya satu perintah dan
pertanggungjawaban yaitu terhadap seorang pemimpin yang bermaksud
dalam memanajemen pengeloaan sarana dan prasarana. Prinsip ini
menekankan adanya pemahaman tentang kebijaksanaan pemimpin serta
ketaatan dan kedisiplinan yang mantap. Dengan demikian
masing-masing personal paham akan mekanisme organisasi serta
konsisten dalam melaksanakan tugas yang dilakukan.7) Pembagian
pergerakanDalam proses pengorganisasian, dikenal adanya pembagian
pekerjaan (division of work). Pembagian kerja merupakan sebuah
keharusan sebab tanpa adanya hal tersebut akan memungkinkan
terjadinya tumpang tindih tugas susunan organisasi serta hubungan
dan wewenang masing-masing unit organisasi.Melalui pengorganisasian
akan memberikan beberapa manfaat antara lain dapat diketahui: a)
Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok secara jelas. b)
Tugas pokok pengurus dan prosedur kerjanya. c) Hubungan
organisatoris antara manusia yang menjadi anggota dalam organsiasi
dan pada umumnya digambarkan dalam struktur organisasi. d)
Pendelegasian wewenang dan e) Pemanfaatan staf dan pemanfaatan
fasilitas dapat diatur dan diarahkan semaksimal mungkin untuk
mencapai tujuan organisasi (Herlambang, 2012: 20-21).3. Pergerakan
(Actuating)Dalam menjalankan fungsinya, pergerakan merupakan proses
dalam manajemen yang paling berat. Soekardi (2005) menyatakan bahwa
fungsi pergerakan dapat diuraikan sebagai berikut.1) Fungsi
commando, untuk bergerak sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya.2) Fungsi directing, pemberian petunjuk, bimbingan dan
penentu arah.3) Fungsi actuating, diawali dengan konsultasi dengan
bawahannya, kemudian diarahkan pada awal yang telah disepakati.4)
Fungsi motivating, memberikan dorongan pada bawahan sehingga timbul
dorongan intrinsik pada pegawai untuk bekerja secara optimal dan
ikhlas.5) Proses pergerakan terdapat beberapa faktor yang perlu
diperhatikan antara lain mens (sumber daya manusia), money (sumber
dana), materials (sarana dan prasarana), method (pendekatan), dan
machines (peralatan).Manusia merupakan sarana penting dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Manusia sangat diperlukan
sebagai saran manajemen. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa
tidak mungkin sebagai sumber daya penggerak.Penggerakkan organisasi
dipengaruhi adanya situasi dan kondisi lapangan kerja kesadaran dan
toleransi dari aspek terkait. Untuk menunjang kesuksesan dalam
menggerakkan organisasi diperlukan beberapa prinsip (Sukardi,
2005).1) Perlu adanya kejelasan tentang hakekat organisasi kepada
seluruh anggota.2) Perlu keikutsertaan anggota dalam setiap
keputusan.3) Perlu adanya pengakuan tentang harkat dan martabat
manusia secara hakiki.4) Perlu komunikasi secara baik antar manajer
dengan tenaga tekhnis.5) Perlu persamaan persepsi dalam setiap
langkah pencapaian sasaran 6) Perlu pemahaman ke dalam tingkat
kemajuan teknik.7) Perlunya pemahaman tentang pemenuhan kebutuhan
anggota dalam aktivitas organisasi.4. Pengawasan
(Controlling)Pengawasan atau controlling adalah penemuan dan
penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah
dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan (Handoko,
2002:25).Titik tolak yang digunakan dalam membahas pengawasan
sebagai salah satu fungsi organik manajemen adalah definisi yang
mengatakan bahwa pengawasan merupakan proses pengamatan dari
seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua
pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.Sebuah organisasi harus mempunyai teknik
bahwa semua fungsi yang telah dilaksanakan dengan baik. Beberapa
proses tahap yang dilakukan untuk pengawasan atau controlling
(Handoko, 2002) meliputi;1) Menentukan standar-standar yang akan
digunakan sebagai dasar pengawasan,2) Mengukur pelaksanaan atau
hasil yang telah dicapai,3) Membandingkan pelaksaan atau hasil
dengan standard dan menentukan penyimpangan jika ada,4) Melakukan
tindakan-tindakan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan
tujuan sesuai dengan rencana.Pengawasan dapat diartikan sebagai
proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen
telah tercapai. Pengertian ini menunjukan adanya hubungan yang erat
antara perencanaan dan pengawasan. Langkah awal proses perencanaan
adalah sebenarnya langkah perencanaan, penyusunan personalia dan
pengarahan telah dilaksanakan secara efektif. Ada tiga tipe dasar
pengawasan yaitu:1. Pengawasan PendahuluanPengawasan pendahuluan
(feedforward control) dirancang untuk mengantisipasi
masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau
tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan
tertentu selesai dilaksanakan.
2. Pengawasan pada Saat Pelaksanaan Pengawasan ini dilakukan
atau dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung. Tipe
pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu
prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi
dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan atau menjadi
semacam peralatan double check yang lebih menjamin ketepatan
pelaksanaan suatu kegiatan.3. Pengawasan umpan Pengawasan ini
mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar yang telah
ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk
kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan datang.Ada berbagai
faktor yang membuat pengawasan semakin diperlukan oleh setiap
organisasi, diantaranya;1) Perubahan lingkungan organisasiBerbagai
perubahan lingkungan organisasi terjadi terus menerus dan tidak
dapat dihindari, seperti munculnya pesaing baru dalam kompetisi.2)
Peningkatan kompleksitas organisasiSemakin besar organisasi maka
semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati.
Berbagai jenis kegiatan harus diawasi untuk menjamin bahwa kualitas
dan profitabilitas tetap terjaga.3) Kesalahan-kesalahanBila para
bawahan tidak pernah membuat kesalahan, manajer dapat secara
sederhana melakukan fungsi pengawasan. Sistem pengawasan
memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan tersebut
sebelum menjadi kritis.2.1.3 Evaluasi (Evaluation)Dalam kegiatan
apapun akan selalu ada penyimpangan dan kesenjangan antara apa yang
direncanakan dan hasil yang diperoleh karena itu perlu ditelaah dan
dicari penyebabnya. Proses penentuan sebab dan faktor yang
menimbulkan kesenjangan antara rencana dan hasil, termasuk proses
pelaksanaan, disebut evaluasi dalam konteks pengelolaan suatu
program. Penyebab terjadinya kesenjangan itu bisa karena faktor
personal yang kurang cakap, lemah motivasi, atau memiliki sikap
negatif terhadap suatu objek.Menyelesaikan tugas secara efisien dan
efektif adalah penting. Akan tetapi, yang lebih penting yaitu
mengetahui tentang hal-hal yang harus dilakukan dan memastikan
bahwa tugas yang diselesaikan bergerak kearah tujuan. Tujuan adalah
suatu yang ingin direalisasikan oleh seseorang dan merupakan objek
atas suatu tindakan (Siswanto, 2007). Tujuan manajemen adalah
sesuatu yang ingin direalisasikan, yang menggambar cakupan tertentu
dan menyarankan pengarahan kepada usaha seseorang manajer. Ada
empat elemen pokok dalam hal ini, antara lain 1) sesuatu yang ingin
direalisasikan (goal), 2) cakupan (scope), ketepatan
(definiteness), dan 4) pengarahan (direction). 2.2 Manajemen Sarana
dan Prasarana PendidikanSarana pendidikan merupakan peralatan dan
perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses
pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung,
ruang kelas, meja kursi serta alat-alat dan media pengajaran.
Adapun yang dimaksud prasarana pendidikan adalah falisitas yang
secara tidak langsung menjang proses jalannya pendidikan atau
pengajaran, seperti halaman, kebutn, taman sekolah, jalan menuju
sekolah tetapai jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses
belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi,
halaman sekolah sekaligus sebagai lapangan olahraga, komponen
tersebut merupakan sarana pendidikan (Mulyasa, 2011).Manajemen
sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga
sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi
secara operimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan.
kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaaan,
pengawasan, penyimpangan inventarisasi dan penghapusan serta
penataan (Mulyasa, 2011).Manajemen sarana dan prasarana yang baik
diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah
sehingga menciptakan kondisi yang menyenangnkan bagi maupun siswa
untuk berada di sekolah. di samping itu juga diharapkan tersedianya
alat-alat atau fasilitas belajar yang memadahi secara kuantitatif,
kualitatif dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan
secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran
oleh guru sebagai pengajar dan siswa-siswa sebagai pelajar
(Mulyasa, 2011).2.2.1 Perencanaan Sarana dan Prasarana
SekolahDepdiknas (2007) menyatakan bahwa perencanaan merupakan
suatu proses kegiatan untuk menggambarkan sebelumnya hal-hal yang
akan dikerjakan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
Perencanaan yang dimaksdu adalah merinci perancangan pembelian,
pengadan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan
perlengkapan sesuai dengan kebutuhan. Maksud dan tujuan diadakan
perencanaan adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan dan
kegagalan yang tidak diinginkan, untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dalam pelaksanaannya.Beberapa prosedur perencanaan sarana
dan prasarana sekolah menurut ketentuan Depdiknas (2007) antara
lain:1. Mengindentifikasi dan menganalisis kebutuhan sekolah2.
Menginventasisasi sarana dan prasarana yang ada3. Mengadakan
seleksi
2.2.2 Pengadaan Sarana dan Prasarana SekolahPengadaan sarana dan
prasarana sekolah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menyediakan semua jenis dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan dalam rangkai mencapai tujuan yang ditetapkan (Depdiknas,
2007).Pengadaan sarana dan prasarana sekolah ini merupakan
serangkaian kegiatan untuk penyediaan sarana dan prasarana sekolah
sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan
spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan sumber
yang dapat dipertanggungjawabkan (Depdiknas, 2007).Ada beberapa
alternatif pengadaan sarana dan prasarana sekolah antara lain:
pembelian, pembuatan sendiri, penerimaan hibah atau bantuan,
penyewaan, pinjaman, pendaurulangan, penukaran, perbaikan atau
rekondisi.Prosedur yang digunakan menurut Kepres No 80 Tahun 2003
yang disempurnakan melalui Permen No 24 tahun 2007 antara lain: 1)
menganalisis kebutuhan dan fungsi sarana dan prasarana; 2)
mengklasifikasikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, 3) membuat
proposal pengadaan sarana dan prasarana yang ditujukan, 4) bila
disetujui dan ditinjau kelayakanan untuk mendapatkan persetujuan
dan 5) siap melakukan pengadaan sarana dan prasarana sekolah.2.2.3
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana SekolahPemeliharaan sarana dan
prasarana sekolah merupakan kegiatan untuk melaksanakan pengurusan
dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan
baik dan siap untuk digunakan secara berdayaguna dan berhasil guna
dalam mencapai tujuan pendidikan (Depdiknas, 2007).Pemeliharaan
memiliki beberapa tujuan antara lain: 1) mengoptimalkan usia pakai
peralatan; 2) menjamin kesiapan operasional peralatan untuk
menunjang kelancaran pekerjaan secara optimal; 3) menjamin
ketersediaan peralatan yang diperlukan dan 4) menjamin keselamatan
orang atau siswa yang menggunakan alat tersebut (Depdiknas, 2007).
Berbagai macam usaha perawatan sarana dan prasarana sekolah antara
lain: perawatan rutin, perawatan berkala, perawatan darurat dan
perawatan preventif.2.2.4 Inventarisasi Sarana dan Prasarana
PendidikanInventarisasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan
pencatatan atau pendaftaran barang-barang milik sekolah ke dalam
suatu daftar inventaris barang secara tertib dan teratur menurut
ketentuan dan tata cara yang berlaku. Secara umum, inventarisasi
dilakukan dalam rangka usaha penyempurnaan pengurusan dan
pengawasan yang efektif terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki
oleh suatu sekolah (Depdiknas, 2007).Inventarisasi sarana dan
prasarana memiliki tujuan untuk: 1) menjaga dan menciptakan tertib
administrasi sarana dan prasarana sekolah; 2) menghemat keuangan
sekolah baik dalam pengadaan maupun untuk pemeliharaan dan
penghapusan sarana dan prasarana sekolah; 3) sebagai bahan atau
pedoman untuk menghitung kekayaan suatu sekolah dalam bentuk
materiil yang dapat dinilai dengan uang; dan 4) memudahkan
pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
suatu sekolah (Depdiknas, 2007).
2.2.5 Penghapusan Sarana dan Prasarana SekolahPenghapusan sarana
dan prasarana merupakan kegiatan pembebasan sarana dan prasarana
dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawaban. Penghapusan sarana dan prasarana bertujuan
untuk: 1) mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian atau
pemborosan biaya pemeliharaan sarana dan prasarana yang kondisinya
semakin buruk, berlebihan atau rusak dan sudah tidak dapat
digunakan lagi; 2) meringankan beban kerja pelaksanaan inventaris;
3) membebaskan ruangan dari pemupukan barang-barang yang tidak
dipergunakan lagi dan 4) membebaskan barang dari tanggungjawab
pengurusan kerja (Depdiknas, 2007).
2.3 Standar Sarana Prasarana PendidikanStandar sarana prasarana
pendidikan SMA/MA yang ditetapkan dan diuraikan dalam Permendiknas
No 24 Tahun 2007. 2.3.1 Satuan PendidikanSuatu SMA/MA minimum
memiliki 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar.
Satu SMA/MA dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 6000
jiwa. Untuk pelayanan penduduk lebih dari 6000 jiwa dapat dilakukan
penambahan rombongan belajar di sekolah yang telah ada atau
pembangunan SMA/MA baru.Lahan terhindar dari potensi bahaya yang
mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa, serta memiliki akses
untuk penyelamatan dalam keadaan darurat. Kemiringan lahan
rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam garis sempadan
sungai dan jalur kereta api. Lahan memiliki status hak atas tanah,
dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk
jangka waktu minimum 20 tahun.2.3.2 BangunanBangunan gedung
memenuhi ketentuan tata bangunan yang terdiri dari: a) Koefisien
dasar bangunan maksimum 30%; b) Koefisien lantai bangunan dan
ketinggian maksimum bangunan gedung yang ditetapkan dalam Peraturan
Daerah; c) Jarak bebas bangunan gedung yang meliputi garis sempadan
bangunan gedung dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan
kereta api, dan/atau jaringan tegangan tinggi, jarak antara
bangunan gedung dengan batas-batas persil, dan jarak antara as
jalan dan pagar halaman yang ditetapkan dalam Peraturan
Daerah.Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan berikut. a)
Memiliki struktur yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi
pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban
muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk
menahan gempa dan kekuatan alam lainnya. b) Dilengkapi sistem
proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.Bangunan gedung memenuhi
persyaratan kesehatan berikut: a) Mempunyai fasilitas secukupnya
untuk ventilasi udara dan pencahayaan yang memadai. b) Memiliki
sanitasi di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi
kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah,
kotoran dan tempat sampah, serta penyaluran air hujan.Bahan
bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Bangunan
gedung menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman,
dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat.Bangunan gedung memenuhi
persyaratan kenyamanan berikut: a) Bangunan gedung mampu meredam
getaran dan kebisingan yang mengganggu kegiatan pembelajaran. b)
Setiap ruangan memiliki temperatur dan kelembaban yang tidak
melebihi kondisi di luar ruangan. c) Setiap ruangan dilengkapi
dengan lampu penerangan.Bangunan gedung bertingkat memenuhi
persyaratan maksimum terdiri dari tiga lantai dan dilengkapi tangga
yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan, dan
kesehatan pengguna. Bangunan gedung dilengkapi sistem keamanan
seperti: a) peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat,
dan jalur evakuasi jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana
lainnya dan b) akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan
dilengkapi penunjuk arah yang jelas. Bangunan gedung dilengkapi
instalasi listrik dengan daya minimum 1300 watt. Pembangunan gedung
atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan diawasi secara
profesional. Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B,
sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada
Standar PU. Bangunan gedung sekolah baru dapat bertahan minimum 20
tahun.Pemeliharaan bangunan gedung sekolah dilakukan melalui: a)
pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan sebagian
daun jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon, instalasi
air dan listrik, dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun. b)
Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap, rangka
plafon, rangka kayu, kusen, dan semua penutup atap, dilakukan
minimum sekali dalam 20 tahun. Bangunan gedung dilengkapi izin
mendirikan bangunan dan izin penggunaan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.2.3.3 Kelengkapan Sarana
PrasaranaSebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana: ruang
kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang
laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium
komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru,
ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS,
ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat
bermain/berolahraga. 2.4 Penelitian RelevanBeberapa penelitian yang
relevan dengan penelitian ini antara lain Tangela (2013), Mukhadis
(2011), Darmastuti (2010) dan Kurniawati (2013). Penelitian Tangela
(2013) tentang implementasi sarana dan prasarana sekolah di SMP
Negeri 2 Batu menemukan bahwa pengadaan sarana dan prasarana
didasarkan pada perencanaan dalam RKAS-1 (master plan) dan RKAS-2
(Rencana operasional). Sekolah tersebut memprioritaskan pengadaan
empat RKB dan perangkat pembelajaran berbasis TIK. Aspek
pendistribusian mencakup distribusi anggaran dan distribusi sarana
dan prasarana. distribusi anggaran dapat bersifat swakelola atau
melalui tender. Distribusi yang dilakukan dengan sistem langsung.
Pemakaian sarana dan prasarana di sekolah tersebut belum memiliki
SOP dan administrasinya belum terintegrasi secara digital.
Pemakaian dikelola secara konvensional dan belum memiliki pengelola
khusus sehingga mengurangi tingkat efektivitas, efisiensi dan
produktivitas sarana dan prasarana. Pemeliharaan sarana dan
prasarana dilakukan secara rutin, berkala dan incidental.
Inventarisasi dilakukan setiap ada sarana dan prasarana baru dan
secara berkala.Penelitian Mukhadis (2011) tentang kesesuaian sarana
dan prasarana, kompetensi guru, manajemen dan proses praktikum
prodi keahlian teknik otomotif SMA ditinjau dari standar PP RI no
19 Tahun 2005 memberikan hasil bahwa tingkat kesesuaian sarana
prasarana SMK Negeri mencapai 77,5%, SMK Swasta mencapai 67,69%.
Penelitian Darmastuti (2010) tentang manajemen sarana dan prasaran
dalam upaya meningkatkan kualtias pembelajaran pada jurusan teknik
komputer dan informatika di SMK N 2 Surabaya memberikan kesimpulan
bahwa pengadaan dan perencanaan sarana dan prasarana dilakukan
untuk mengetahui semua kebutuhan dan direncanakan sejak awal tahun
dengan melihat evaluasi pada tahun sebelumnya. Pendistribusian
sarana dan prasarana di sekolah tersebut dilakukan dengan
menyeleksi semua kebutuhan, barang yang dibeli kemudian disalurkan
kepada setiap program jurusan dan kelas. Penggunaan dan
pemeliharaan sarpras disesuaikan dengan kebutuhan guru dan siswa,
terdapat tata tertib yang harus dipatuhi, diserahkan kepada
masing-masing jurusan. Inventaris sarpras dilakukan oleh staf
tersendiri yang diberi tugas untuk pencatatan barang yang telah
diadakan. Penghapusan sarana dan prasarana dilakukan dengan membuat
berita acara kepada kepala sekolah dengan alasan sudah rusak.
Penelitian Kurniawati (2013) tentang manajemen sarana dan prasarana
di SMK Negeri 1 Kasihan Bantul menunjukkan bahwa sarana dan
prasarana yang digunakan pada mata pelajaran produktif adalah
manajemen standar. Pengadaan sarana dan prasarana dilakukan setiap
akhir tahun dengan menganalisis kebutuhan yang diperlukan dengan
menetapkan perencanaan untuk jangka satu semester atau satu tahun
ke depan dengan memperhatikan dana yang dimiliki. Pemeliharaan
dilakukan secara rutin, berkala dan mencegah dari kerusakan.
penghapusan sarana dan prasarana sekolah sampai saat ini belum
pernah dilakukan.Penelitian serupa oleh Lunenburg (2010), tentang
Manajemen Fasilitas Sekolah menyatakan bahwa tanggung jawab utama
penyelenggara sekolah adalah pengelolaan fasilitas sekolah. Hal
serupa juga diungkapkan oleh Asiabaka (2008), yang mengkaji tentang
kebutuhan untuk keefektifan manajemen fasilitas sekolah di nigeria,
yang menyatakan bahwa manajemen fasilitas adalah bagian yang tak
terpisahkan dari manajemen sekolah secara keseluruhan. Perwujudan
sasaran dan tujuan pendidikan membutuhkan perlengkapan, pemanfaatan
yang maksimal dan managemen fasilitas yang tepat. Ditambah lagi
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang mengharuskan
penyelenggara sekolah untuk memakai metode modern dalam manajemen
fasilitas di sekolah. Dalam kajiannya merekomendasi-kan
penyelenggara sekolah (kepala sekolah) harus melakukan penilaian
secara menyeluruh pada fasilitas yang ada di sekolah sehingga dapat
menentukan area kebutuhan fasilitas. Penilaian jenis ini akan
membantu dalam penentuan kebijakan karena hal ini berkaitan dengan
manajemen fasilitas di sekolah.
2.5 Kerangka PikirManajemen sarana prasarana pendidikan
merupakan bagian dari manajemen pendidikan yang bertujuan untuk
mengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dapat
direncanakan, di-laksanakan, dimanfaatkan secara efektif dan
efisien dalam rangka menunjang proses pembelajaran sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai. Manajemen sarana prasarana mencakup
perencanaan, pengadaan, pemeliharaaan, penyimpanan dan
pengawasan.Perencanan dilakukan di awal untuk menganalisis
kebutuhan sarana prasarana yang dapat menunjang keberhasilan proses
pembelajaran. Perencanaan merupakan bagian penting dalam manajemen
sarpras karena dari perencanaan ini kegiatan pengadaan sarpras
dapat dilakukan. Agar pengadaan sarpras tidak menyimpang maka
pengadaan harus berpedoman pada perencanaan yang disusun
sebelumnya.Pengadaan sarpras merupakan proses pemenuhan kebutuhan
sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang
direncanakan. Dalam pengadaan sarpras terkait dengan pihak intenal
maupun eksternal. Pemeliharaan merupakan perawatan terhadap sarana
dan prasarana agar senantiasa siap untuk dimanfaatkan dalam
menunjang proses pendidikan. Perawatan dapat dilakukan secara
rutin, berkala maupun pemeliharan untuk mencegah kerusakan.
Pengawasan merupakan monitoring sarana dan prasarana pendidikan
apakah pengadaan sesuai dengan rencana, apakah pemanfaatan, jumlah
dan macamnya sudah sesuai dengan standar sarana dan prasarana
pendidikan.
BAB III METODE PENELITIAN3. 1 Pendekatan PenelitianPendekatan
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif
kualitatif. Artinya permasalahan yang dibahas bertujuan untuk dapat
menggambarkan atau menguraikan tentang keadaan atau fenomena yang
ada atau proses penelitian untuk memahami masalah manusia/masalah
sosial, berdasarkan pada tatanan yang kompleks, gambaran yang
holistik, disusun dengan kata-kata, melaporkan pandangan detail
para informan dan dilaksanakan pada latar alamiah atau natural.
Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata yang terucapkan
secara lisan dan tertulis serta perilaku orang. Penelitian dengan
pendekatan kualitatif selalu berlatar ilmiah dan sumber datanya
berkonteks sewajarnya (natural setting). Dalam metode kualitatif,
peneliti sebagai instrumen utama dan dalam penelitiannya lebih
mengutamakan proses untuk mencari makna dibalik perilaku yang
diamati, mengutamakan data langsung atau first hand yang hasilnya
disepakati bersama antara peneliti dan responden. Dalam penelitian,
latar (setting) manusia yang menjadi obyek penelitian dilihat
secara utuh (holistik), perilaku manusia tidak dapat dipisahkan
dengan latar dimana ia berada dan hidup. Metode ini memberi peluang
kepada peneliti untuk mengetahui secara personal obyek penelitian.
Peneliti dapat mengalami sendiri, menggali obyek penelitian tentang
manajemen sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Boja Kabupaten
Kendal.3.2 Subjek PenelitianSubyek penelitian adalah sumber data
yang akan diambil untuk dijadikan sebagai pokok utama seseorang
peneliti dalam hal ini subyek utamanya adalah orang-orang yang
mendapatkan tugas dan wewenang melakukan manajemen sarana dan
prasarana yaitu: kepala sekolah sebagai manajer, wakil kepala
sekolah bidang sarana dan prasarana beserta staf, pegawai Tata
usaha yang menangani sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Boja
Kabupaten Kendal.3.3 Data dan Sumber Data PenelitianData yang
diteliti adalah manajemen sarana dan prasarana meliputi
perencanaan, proses pengadaan dan tata tertib pemakaian serta data
kondisi sarana dan prasarana yang ada. Data penelitian berupa
kata-kata tertulis atau lisan, gambar, foto, atau tindakan yang
diperoleh dari sumber data, yaitu orang, tulisan, dan tempat. Hal
ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2002:7) bahwa sumber data
diperoleh dari tiga obyek, yakni paper, place, dan person. Paper,
yakni sumber data dokumen, buku-buku, majalah, atau bahan tulisan
lainnya. Baik berupa teori, laporan penelitian, dan sebagainya.
Place, yakni sumber data berupa tempat yang menjadi obyek
pengamatan dengan berbagai tingkah laku atau tindakan orang-orang
di tempat tersebut. Person, yakni sumber data berupa orang
(responden) untuk bertemu, bertanya, dan berkonsultasi.3.4 Teknik
Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa,
hal-hal, keterangan-keterangan dan karakteristik atau seluruh
elemen yang akan menunjang dan mendukung penelitian. Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik tertentu.
Berdasarkan caranya dikenal beberapa pengumpulan data, yaitu
wawancara, FGD (Focus Group Discussion) dokumentasi, dan analisis
isi (Iqbal Hasan, 2002:83).Untuk memperoleh data primer dalam
penelitian ini digunakan alat pengumpul data berupa lembar
wawancara, FGD dan dokumentasi berupa arsip yang digunakan sebagai
data pendukung atau data sekunder. Instrumen-instrumen inilah yang
digunakan untuk memperoleh data tentang manajemen sarana dan
prasarana di SMA Negeri 1 Boja Kabupaten Kendal.3.4.1
WawancaraWawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu wawancara yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancara yang memberikan jawaban
atas pertanyaan. Maksud mengadakan wawancara adalah untuk
mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kegiatan;
mengkontruksi kegiatan yang dialami pada masa lalu, memproyeksikan
kejadian diharapkan untuk dialami pada masa lalu, memproyeksikan
kejadian diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang;
memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh
dari yang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi);
dan memverifikasi mengubah dan memperluas kontruksi yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.Wawancara
adalah teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian untuk
mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan
berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada
peneliti, (Sumaryati, 2004:41).Teknik wawancara mendalam
dilaksanakan kepada manajemen sekolah yaitu Kepala sekolah,Wakil
Kepala sekolah bidang sarana prasarana yang dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Boja pada tanggal 21 Januari dan 28 Januari 2015 direkam
dengan telepon genggam maupun dicatat langsung oleh
peneliti.Pelaksanaan wawancara yang bersifat bebas terpimpin, yaitu
dengan daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara, tetapi
diharapkan terjadi tanya jawab yang bebas. Dengan demikian
pertanyaan akan menjadi terarah namun tetap dengan suasana
kekeluargaan agar tidak terjadi kekakuan yang akan mengurangi
kualitas informasi kepada informan. Adapun pertanyaan yang akan
diberikan sesuai dengan pedoman wawancara terutama yang dilakukan
kepada subjek penelitian berkaitan dengan manajemen sarana
prasarana.3.4.2 FGD (Focus Group Discussion)Focus group discussion
merupakan suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan
terarah mengenai masalah atau isu tertentu. FGD dalam penelitian
ini dilakukan oleh peneliti dengan melibatkan dosen, kepala
sekolah, wakil kepala sekolah bidang sarpras, teman-teman guru dan
mahasiswa pascasarjana Manajemen Pendidikan UKSW dilaksanakan di
SMA Negeri 1 Boja Kabupaten Kendal.3.4.3 DokumentasiDokumentasi
terdiri atas berbagai hal yang dapat membantu terkumpulnya data
penelitian. Dokumentasi dipandang banyak memperoleh kegunaan dan
keuntungan. Kegunaan yang diperoleh antara lain; (1) untuk
menunjukan temuan ilmiah; (2) berperan sebagai dokumen pembantu
untuk data melengkapi data primer; (3) bisa memberikan gambaran
kasar dari suatu jawaban tertentu. Sedangkan, keuntungan diperoleh
adalah menghemat waktu, memperjelas dasar generalisasinya, dan
dapat untuk menguji temuan yang telah diperoleh dari data primer
penelitian tersebut. Data sekunder dalam penelitian ini melalui
dokumen yakni arsip data tentang manajemen sarana dan
prasarana.
3.5 Keabsahan Data Untuk mengecek keabsahan data penelitian
ini,peneliti menggunakan teknik triangulasi yang dilakukan peneliti
sebagai berikut :1. Triangulasi data dengan cara membandingkan data
pengamatan dengan hasil wawancara,hasil wawancara dengan
dokumentasi dan hasil pengamatan dengan dokumentasi2. Triangulasi
metode dilakukan dengan mencari data lain tentang sebuah fenomena
yang diperoleh dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu
wawancara dan dokumentasi,kemudian dibandingkan serta disimpulkan
sebagai data yang dapat dipercaya.3. Triangulasi sumber, dilakukan
dengan cara membandingkan kebenaran suatu fenomena berdasarkan data
yang diperoleh peneliti. Pengecekan keabsahan data penelitian
ini,peneliti melakukan tiga hal tersebut sebagai panyatuan persepsi
dari hasil data yang diperoleh peneliti dari Kepala sekolah,Wakil
kepala sekolah bidang sarana prasarana di SMA Negeri 1 Boja.
3.6 Teknik Analisis DataAnalisis data dapat dilakukan melalui
kegiatan penyusunan dan penafsiran untuk penyusunan kesimpulan.
Karena keterkaitan dengan fenomena untuk dimaknai sesuai dengan
latar alamiah, maka harus dipenuhi analisis dan kualitatif, yaitu
naturalistik, analisis induksi dan holistik. Naturalistik, yaitu
analisis data harus berdasarkan situasi nyata yang berubah secara
alamiah, terbuka dan tidak ada rekayasa pengontrolan variabel.
Analisis induksi, yakni dengan mendasar prosedur berfikir induksi,
mengungkapkan data khusus, detail, untuk menemukan kategori,
dimensi, hubungan penting dan asli, yang diungkapkan dalam
pertanyaan terbuka. Holistik, artinya totalitas fenomena harus
dipahami oleh peneliti sebagai suatu sistem yang kompleks,
keterkaitan menyeluruh dan tidak dilihat secara parsial (Samsudi,
2006 : 102).Sedangkan Moleong (2002: 113) menegaskan bahwa
pekerjaan analisis data adalah mengatur, meng-urutkan,
mengelompokkan, memberi kode dan mengkategorikannya. Tujuannya
adalah menemukan makna yang pada akhirnya bisa diangkat menjadi
teori. Pada prinsipnya pokok pemikiran kualitatif adalah menemukan
teori dari data atau dapat juga menguji suatu teori yang sedang
berlaku.Data yang diperoleh dalam penelitian ini pada hakikatnya
berwujud kata-kata, kalimat-kalimat, atau paragraf-paragraf, dan
dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersifat deskripsi mengeai
peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi dan dialami oleh subjek.
Karena itu teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif.Analisis dan interpretasi data dilakukan
setelah data itu diperoleh. Dalam kegiatan ini yang akan dilakukan
peneliti adalah membaca dan mempelajari secara teliti seluruh data
yang sudah terkumpul, berupa hasil dari kegiatan observasi,
wawancara dan dokumen-dokumen. Pada tahapan ini peneliti mencatat
semua hasil penelitian tanpa membuang sedikitpun, sekalipun ada
data yang kurang relevan dengan tujuan penelitian.Kegiatan
selanjutnya reduksi data, yaitu memilih atau memilah-milah data
dengan cara menghilangkan atau mengurangi data yang tidak sesuai
dengan tujuan penelitian. Kegiatan setelah mereduksi data adalah
penyajian data. Data dalam penelitian ini akan disajikan dengan
cara mendeskripsikan (menguraikan) semua fenomena berdasarkan hasil
observasi, wawancara dan dokumentasi, dalam bentuk tabel-tabel,
foto-foto, skema dan sebagainya menyangkut pelaksanaan pola
manajemen klub jantung sehat.Sebagai kegiatan akhir dari analisis
data adalah kegiatan interpretasi data. Apabila ternyata dalam
penyajian data masih ada data yang kurang kuat memenuhi tuntutan
teoritis, maka peneliti segera kembali ke lokasi penelitian guna
melengkapi kekurangan data yang dibutuhkan.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN4.1 Hasil PenelitianBagian
ini dideskripsikan profil SMA Negeri 1 Boja, manajemen sarana dan
prasarana sekolah meliputi perencanaan, pengadaan, pengawaan dan
pemeliharaan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Boja.4.1.1 Profil SMA
Negeri 1 BojaSMA Negeri 1 Boja Kabupaten Kendal merupakan salah
satu lembaga pendidikan menengah umum di Kecamatan Boja. Sekolah
ini berdiri pada tahun 1985 melalui SK Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No. 0601/0/1985 dengan nomor
statistik 304032407015 menempati lahan seluas 2,8 ha yang berlokasi
di Jalan Raya Bebengan 203 D Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. SMA
Negeri 1 Boja memiliki visi terwujudnya SMA yang religius, berdaya
saing global, berwawasan lingkungan dan berakar pada budaya bangsa.
Adapun misinya adalah:Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan
di SMA Negeri 1 Boja berupa sarana prasarana dan infrastruktur
pendidikan (sekolah) dan penunjang lainnya. Memperluas
keterjangkauan layanan pendidikan yaitu mengupayakan kebutuhan
biaya pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat, dengan mencari
sumber-sumber yang syah.Meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi
layanan pendidikan, sebagai upaya mencapai kualitas pendidikan
dalam rangka meningkatkan mutu dan daya saing di era global dengan
Mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, tanpa
membedakan layanan pendidikan antar wilayah, suku, agama, status
sosial serta gender.Menjamin kepastian memperoleh layanan
pendidikan.Adanya jaminan bagi lulusan sekolah untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan selanjutnya atau mendapatkan lapangan kerja
sesuai kompetensi.Dari periode 1985 sampai sekarang telah terjadi
beberapa pergantian kepala sekolah, berikut adalah nama-nama kepala
sekolah yang pernah dan sedang menjabat di SMA Negeri 1 Boja.
Kepala sekolah pertama kali Drs. Mintono, H.S, disusul Muchtomi,
B.A, Rusmoyo, B.A, Mahjudi, B.A, Drs. Muryono, S.H, Drs Wagiyo,
M.Pd, Dra. Anni Prabandari, Drs. Sutopo, M.Pd, Sunarto, S.Pd, M.Pd
dan Asari, S.Pd.SMA Negeri 1 Boja telah menerapkan standar mutu ISO
9001: 2008 dan mendapatkan sertifikat ISO dari PT. Global Tahun
2011. Karena prestasinya, SMA Negeri 1 Boja menjadi Sekolah
Rintisan Berstandar Internasional (RSBI) pada tahun 2009 dengan
dasar Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Dirjen Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah dengan Nomor: 1823/C.C4/LL/2009
tanggal 24 Juni 2009. SMA Negeri 1 Boja sampai tahun pelajaran
2014/2015 memiliki peserta didik sejumlah 823 yang terdiri dari 275
laki-laki dan 548 perempuan, dengan tenaga pendidik sebanyak 56
guru dan 19 orang tenaga kependidikan.SMA Negeri 1 Boja menempati
pada lahan seluas 2,8 Ha, dengan rombongan belajar sebanyak 27
kelas. Rasio antara luas lahan dengan jumlah peserta didik adalah
34 m2/ peserta didik. Sesuai dengan standar minimal untuk rombongan
belajar antara 25-27 kelas yaitu 12,8 m2/ peserta didik,
menunjukkan bahwa SMA N 1 Boja sudah sangat memenuhi standar
minimal yang ditetapkan. Total bangunan gedung yang ada SMA N 1Boja
adalah 4.680m2 sehingga rasio luas bangunan dengan jumlah peserta
didik mencapai 5,7 m2/ peserta didik. Jika dibandingkan batas
minimal untuk rombongan belajar 25-27 kelas yaitu 3,9, menunjukkan
sudah memenuhi standar minimal. Sekolah ini dilengkapi dengan
sarana prasarana tergolong lengkap untuk mendukung pelaksanaan
proses pembelajaran. Fasilitas tersebut meliputi: 27 ruang kelas, 5
laboratorium yaitu lab fisika, biologi, kimia, bahasa dan lab TIK,
perpustakaan, UKS, ruang OSIS, ruang gudang, ruang guru, ruang TU,
ruang kepala sekolah, ruang media, gedung serba guna dan sarana
olahraga (lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan voli,
lapangan bulutangkis dan perlengkapan tenis meja), kantin, mushola,
toilet guru dan peserta didik, tempat parkir serta pos satpam.
4.1.2 Manajemen Sarana dan Prasarana SekolahManajemen sarana dan
prasarana sekolah di SMA Negeri 1 Boja dapat dilihat dari
perencanaan, pengadaan, pengawasan dan pemeliharaan.4.1.2.1
Perencanaan Sarana dan Prasarana SekolahSarana dan prasarana
sebelum diadakan perlu direncanakan terlebih dahulu. Perencanaan
merupakan bagian penting dari manajemen sarana dan prasarana.
Perencanaan sarana dan prasarana sekolah merupakan keseluruhan
proses perkiraan secara matang rancangan pembelian, pengadaan,
rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan
sesuai kebutuhan sekolah. SMA Negeri 1 Boja selalu membuat
perencanaan sebelum melakukan pembelian atau pengadaan sarana dan
prasarana sekolah. Alasan yang mendasar yang disampaikan kepala
sekolah mengapa perlu dibuat perencanaan terlebih dahulu sebelum
mengadakan pembelian atau pengadaan sarana dan prasarana adalah
untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak
diinginkan karena kepala sekolah yang bertanggung jawab dalam
pengadaan sarana dan prasarana. Ketika terjadi penyelewengan dan
kesalahan dalam pengadaan barang, maka yang pertama kali disalahkan
adalah kepala sekolah. Ya, harus dilakukan perencanaan dulu. Saya
tidak mau menanggung resiko akibat dari kesalahan dalam proses
pembelian dan pengadaan sarpras sekolah. Apalagi dalam situasi yang
harus serba transparan ini, kita harus dapat mempertanggungjawabkan
apa yang kita laksanakan, apa dasarnya kita melakukan pembelian
atau pengadaan sarpras (Sumber: wawancara kepala sekolah, 28
Januari 2015)
Perencanaan sarpras yang baik pada prinsipnya untuk menghindari
terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan. Di
samping itu untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam
pelaksanaannya. Biasanya terjadi kekeliruan perencanaan karena
kurang memandang kebutuhan ke depan dan kurang cermat dalam
menganalisis kebutuhan sesuai dengan dana yang tersedia dan tingkat
kepentingan, seperti tercantum pada petikan wawancara dengan kepala
sekolah berikut ini.Saya bersama jajaran wakil kepala sekolah
maupun komite harus secara cermat dalam menentukan kebutuhan jangan
sampai terjadi kesalahan. Kami harus melihat ke depan, apakah
pengadaan sarpras tersebut benar-benar dibutuhkan. Dan yang paling
penting harus cermat dalam menganalisis kebutuhan apakah sesuai
dengan dana yang tersedia dan tingkat kepentingan sekolah.(Sumber:
wawancara kepala sekolah, 28 Januari 2015)Melalui perencanaan yang
dilakukan terlebih dahulu, pihak sekolah dapat menentukan tujuan
dilakukan pengadaan barang, meletakkan dasar-dasar dan menentukan
langkan yang akan dilakukan, menghilangkan ketidakpastian karena
sudah ada dasarnya, dan menjadi pedoman atau dasar untuk
pengawasan, pengendalian bahkan penilaian agar nantinya kegiatan
pengadaan sarpras dapat berjalan efektif dan efisien. Hal ini
sesuai dengan pendapat kepala sekolah sebagai berikut.Yang jelas
dari perencanaan tersebut dapat membantu kami menentukan tujuan
pengadaan sarpras, sebagai pedoman dalam mengambil langkah-langkah
apa yang akan dilakukan. Selanjutnya melalui perencanaan itu kami
melakukan pengadaan sarpras lebih mantap dan pasti dan yang
terpenting adalah sebagai pedoman untuk melakukan pengawasan,
pengendalian bahkan apabila dilakukan penilaian atau monitoring
dari pihak lain.(Sumber: wawancara kepala sekolah, 28 Januari
2015)Agar tujuan pemenuhan tuntusan sarana dan prasarana pendidikan
di sekolah sesuai dengan kebutuhan maka pihak manajemen SMA N 1
Boja dalam melakukan perencanaan melibatkan berbagai unsur yang ada
di sekolah yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, kepala
TU, bendahara dan komite. Tujuannya agar unsur-unsur yang
dilibatkan tersebut memberikan masukan sesuai dengan bidang
keahliannya, seperti tercantum pada hasil wawancara dengan kepala
sekolah.Kami melibatkan wakil-wakil saya, perwakilan guru, kepala
TU, bendahara serta komite sekolah. Dengan keterlibatan mereka saya
harap memberikan masukan sesuai dengan bidang keahliannya.(Sumber:
wawancara kepala sekolah, 28 Januari 2015)
Dalam perencanaan sarana dan prasarana sekolah beberapa
persyaratan yang diperhatikan oleh jajaran manajemen SMA N 1 Boja
antara lain:1. Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana harus
dipandang sebagai bagian yang integral dari usaha peningkatan
kualitas proses belajar mengajar. 2. Perencanaan sarpras harus
jelas yang dilihat dari: a. Tujuan atau target yang harus dicapai
serta ada penyusunan perkiraan biaya/harga keperluan pengadaan. b.
Jenis dan bentuk tindakan atau kegiatan yang akan dilaksanakan.c.
Petugas pelaksana misalnya guru, karyawan dan lainnyad. Bahan dan
peralatan yang dibutuhkane. Kapan dan dimana kegiatan
dilaksanakanf. Perencanaan yang realistik dan dapat dilaksanakan3.
Berdasarkan atas kesepakatan dan keputusan bersama dengan
pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan4. Mengikuti pedoman
atau standar jenis, kuantitas dan kualitas sesuai dengan skala
prioritas5. Perencanaan pengadaan sesuai dengan plafond anggaran
yang disediakan6. Mengikuti prosedur yang berlaku7.
Mengikutsertakan unsur orang tua siswa8. Fleksibel dan dapat
menyesuaikan dengan keadaan perubahan situasi yang tidak
disangka-sangka.9. Dapat didasarkan pada jangka pendek (1 tahun),
jangka menengah (4-5 tahun), jangka panjang (10-15
tahun)(Depdiknas, 2007).Lebih jelasnya dapat dilihat pada hasil
wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut.Yang terpenting
harus diperhatikan dalam pengadaan sarpras adalah segi
kebermanfaatannya dalam meningkatkan kualtias proses belajar
mengajar. Selanjutnya harus diperhatikan kejelasan dari
perencanaan-nya seperti sasaran atau target yang ingi dicapai,
bentuk kegiatannnya, petugas pelaksana, bahan yang dibutuhkan,
bahan dan peralatan yang dibutuhkan, waktu pelaksanaan dan harus
realistis. Kami harus taat kesepakatan berdasarkan keputusan
bersama, berpedoman pada standar, sesuai plafond anggaran,
mengikutsertakan unsur orang tua, fleksibel dan dapat didasarkan
pada jangka pendek, menengah dan panjang.(Sumber: wawancara kepala
sekolah, 28 Januari 2015)Prosedur yang dilakukan di SMA Negeri 1
Boja dalam melakukan perencanaan perencanaan sarana dan prasarana
sekolah dilakukan beberapa tahap sebagai berikut.1. Melakukan
identifikasi dan menganalisis kebutuhan sekolahIdentifikasi
merupakan pencatatan dan pendaftaran secara tertib dan teratur
terhadap seluruh kebutuhan sarana dan prasarana sekolah yang dapat
menunjang kelancaran proses belajar mengajar, baik untuk kebutuhan
sekarang maupun akan datang. Berkaitan dengan hal ini, kepala
sekolah memberikan tugas kepada semua wakil kepala sekolah melalui
stafnya untuk mengidentifikasi dan melakukan pencatatan kebutuhan
barang atau sarpras sesuai kebutuhan di bidangnya masing-masing. 2.
Melakukan inventarisasi sarana dan prasarana yang adaSetelah
dilakukan identifikasi dan analisis kebutuhan, dilakukan
pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan dan pencatatan
barang-barang miliki sekolah ke dalam suatu daftar inventaris
secara teratur menurut ketentuan yang berlaku. Terkait dengan
inventarisasi sarpras ini, bagian Tata Usaha melakukan pencatatan
barang, melakukan pemberian label pada barang atau sarpras sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3. Mengadakan seleksiTahap berikutnya adalah mengadakan seleksi,
perencanaan sarana dan prasarana. Tahapan ini dilakukan berdasarkan
hasil inventarisasi barang, sehingga dapat diketahui sarpras mana
yang masih dalam kondisi baik, mana yang sudah rusak sehingga perlu
penggantian atau memang belum ada dan sifatnya mendesak sehingga
dapat dijadikan pertimbangan untuk diusulkan dalam pengadaan
sarpras. Prinsip yang dipegang di SMA N 1 Boja dalam perencanaan
pengadaan sarpras ada dua hal yaitu menyusun konsep program dan
melakukan pendataan. Ketika menyusun konsep program, selalu
diperhatikan: a) siapa penanggungjawab yang memimpin pelaksanaan
program, b) kegiatan konkrit apa yang dilakukan, c) sasaran apa
yang ingin dicapai, d) ada batasan waktu yang jelas dan e) memiliki
alokasi anggaran yang pasti untuk melaksanakan program pengadaan
sarpras. Ketika melakukan pendataan, SMA N 1 Boja memperhatikan
jenis, jumlah, dan kondisi barang yang dibutuhkan.Di dalam
merencanakan kebutuhan dan penganggaran sarana, prasarana pihak
manajemen SMA N 1 Boja melakukan koordinasi dengan baik dengan
memperhatikan kondisi yang ada. Perencanaan penganggaran merupakan
rangkaian kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dengan memperhatikan
kemampuan. kegiatan perencanaan dan penentuan kebutuhan didasarkan
atas beban tugas dan tanggung jawab masing-masing unit sesuai
dengan anggaran yang tersedia dengan memperhatikan barang apa yang
dibutuhkan, dimana dibutuhkan, mengapa dibutuhkan, berapa biayanya,
siapa yang mengurus dan yang menggunakan.(Depdiknas, 2007).Skala
prioritas merupakan alasan yang penting dalam pengadaan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan sekolah, seperti tercantum dari hasil
wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut.Pembelian dan
pengadan sarana dan prasarana sekolah didasarkan pada kebutuhan.
Kebutuhan tersebut tentu saja diusulkan oleh masing-masing bidang
yang dimasukkan dalam RAPBS, sehingga pengadaan sarpras tidak
dilakukan secara mendadak, namun telah direncanakan terlebih
dahulu, kecuali ada hal-hal yang sangat mendesak. Di awal tahun
pelajaran, saya bersama Ka TU selalu mengumpulkan para wakil-wakil
saya dari setiap bidang untuk membuat perencanaan anggaran termasuk
di dalamnya usulan pengadaan barang atau sarana prasarana yang
dibutuhkan.(Sumber: wawancara kepala sekolah, 28 Januari 2015)SMA
Negeri 1 Boja memberikan kesempatan kepada semua bidang untuk
mengajukan sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan kebutuhan.
Usulanusulan tersebut dituliskan dalam blangko usulan dan
selanjutnya dilakukan seleksi berdasarkan prioritas dan kondisi
keuangan yang ada.Semua berhak mengusulkan, namun harus sesuai
prosedur yang ada. Saya berikan kewenangan kepada para wakil kepala
sekolah untuk mengusulkan anggaran untuk pengadaan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan. Tentu saja berkaitan dengan bidangnya
masing-masing. Para guru dapat mengajukan sarana pendidikan melalui
jalurnya masing-masing, berkaitan dengan bidang kurikulum dapat
mengajukan melalui waka kurikulum, bidang humas dengan waka humas
dan bidang-bidang lainnya juga dilakukan dengan cara yang sama.
(Sumber: wawancara kepala sekolah, 28 Januari 2015)
Data hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa manajemen
sekolah sudah menerapkan manajemen secara transparan, karena setiap
bagian mendapatkan kesempatan untuk mengusulkan pengadaan sarana
dan prasarana guna mendukung proses pembelajaran atau berjalannya
kegiatan-kegiatan di sekolah.Untuk mengajukan sarana dan prasarana
sekolah dengan menulis pada blangko/format yang sudah disediakan
oleh sekolah. Semua komponen dari wakil kepala sekolah, Tata Usaha,
guru diberikan formulir usulan sarana prasarana yang dibutuhkan.
Selanjutnya, usulan-usulan tersebut ditampung dan dibahas dalam
rapat manajemen. Untuk sarpras dengan pembiayaan kecil cukup
diputuskan oleh kepala sekolah atau wakil kepala sekolah, sedangkan
untuk pengadaan atau pembelian sarpras dengan biaya besar
dirapatkan dengan pengurus komite.(Sumber: wawancara kepala
sekolah, 28 Januari 2015)Kriteria yang dijadikan sebagai pedoman
bahwa usulan pengadaan sarana dan prasarana sekolah tidak lepas
dari faktor kebutuhan dan skala prioritas. Berbagai pertimbangan
untuk merealisasikan usulan ke dalam RAPBS meliputi sarana
prasarana apa yang dibutuhkan, mengapa hal itu dibutuhkan, apakah
termasuk hal yang mendesak atau tidak, menyangkut kepentingan yang
paling utama atau pendukung, Pertimbangan lainnya harus
memperhatikan mengapa sarana dan prasarana tersebut dibutuhkan dan
seberapa besar biayanya, apakah sesuai dengan kondisi keuangan yang
ada. Selanjutnya usulan tersebut juga dipertimbangkan pula
bagaimana pengelolaannya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada hasil
wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut.Yang kami jadikan
pedoman untuk menentukan usulan mana yang perlu disetujui
berdasarkan skala prioritas. Tidak hanya satu pertimbangan saja.
kami harus melihat sarana prasarana apa yang dibutuhkan, mengapa
dibutuhkan, berapa besar biayanya, siapa yang mengurus dan alasan
apa sarpras tersebut diusulkan. (Sumber: wawancara kepala sekolah,
28 Januari 2015)
Sumber-sumber pembiayaan untuk pengadaan dan pembelian sarana
prasarana di SMA Negeri 1 Boja terdapat tiga pintu yaitu diusulkan
melalui dana BOS, Iuran komite dan Sumbangan Pengembangan Institusi
(SPI). Untuk menentukan besarnya iuran komite maupun SPI ditentukan
melalui rapat bersama wali murid yang didasarkan pada usulan
melalui RAPBS.Secara umum prosedur yang ditetapkan oleh SMA N 1
Boja berkaitan dengan perencanaan pengadaan atau pembelian sarana
dan prasarana sekolah dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu: 1)
usulan dari masing-masing bagian menggunakan blangko atau formulir
usulan di awal tahun pelajaran, 2) memasukkan usulan-usulan
tersebut ke dalam RAPBS, 3) melakukan rapat pihak manajemen yaitu
kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan pengurus komite, 5)
melakukan rapat pleno dengan wali murid, 6) melakukan penetapan
pembiayaan dan 7) pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana
sekolah.4.1.2.2 Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah Ada beberapa
alternatif cara melakukan pengadaan sarana dan prasarana sekolah
antara lain: pembelian, pembuatan sendiri, menerima hibah atau
bantuan, penyewaan, pinjaman, pendaurulagan, penukaran dan
perbaikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah
memberikan gambaran bahwa pelaksanaan pengadaan sarpras di SMA N 1
Boja yang sering dilakukan adalah melakukan pembelian, menerima
hibah atau bantuan, pendaurulangan dan perbaikan.Pada umumnya kami
melakukan proses pembelian terhadap barang-barang atau sarpras yang
dibutuhkan. Hal ini lebih praktis karena kita tinggal melakukan
pembelian, ada bukti kwitansi pembelian dan pelaporan. Di samping
itu kita sering mendapatkan hibah atau bantuan dari pemerintah
berdasarkan proposal yang kita usulkan. Hal ini juga relatif
praktis, kita tidak perlu melakukan pembelian, kita tinggal
menerima barang sesuai spesifikasi yang kita usulkan. Nah, jika ada
barang-barang yan rusak dan masih bisa diperbaiki, kita lakukan
perbaikan. Biasanya kita minta tenaga yang ahli di bidangnya.
Misalnya setiap tahun, pasti ada kursi atau meja yang rusak, kita
lakukan perbaikan atau daur ulang dan kita mengundang tukang untuk
memperbaiki.(Sumber: wawancara kepala sekolah, 28 Januari
2015)Prosedur yang dilakukan dalam pengadaan sarana dan prasarana
SMA N 1 Boja yang didanai oleh pemerintah didasarkan pada Kepres No
80 Tahun 2003 yang disempurnakan melalui Permen No 24 Tahun 2007.
Secara umum pengadaan sarpras tersebut meliputi:1. Menganalisis
kebutuhan dan fungsi sarana dan prasarana2. Mengkalisifikasi sarana
dan prasarana yang dibutuhkan3. Membuat proposal pengadaan sarpras
yang ditujukan kepada pemerintah4. Bidang disetujui maka akan
ditinjau dan dinilai kelayakannya untuk mendapatkan persetujuan
dari pihak yang dituju.5. Setelah dikunjungi dan disetujui maka
sarana dan prasaran akan dikirim ke sekolah.Menurut kepala sekolah,
pengadaan sarpras ini sering dilakukan oleh SMA N 1 Boja dengan
mengusulkan kepada pemerintah melalui Dinas Pendidikan Kabupaten
Kendal, Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah maupun langsung ke
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ketika SMA N 1 Boja ditunjuk
menjadi sekolah RSBI, banyak bantuan yang diperoleh dari pemerintah
untuk mendukung keterlaksanaannya sekolah berstandar
Internasional.Di samping dari pemerintah, pengadaan sarpras juga
didanai secara mandiri melalui uang komite berupa sumbangan orang
tua peserta didik. Ada beberapa prosedur yang dilakukan untuk
melakukan pengadaan sarpras sekolah dari sumber pembiayaan dari
komite. Pertama dilakukan inventarisasi kebutuhan oleh setiap
bagian melalui daftar usulan sarpras, dilakukan perekapan dan
melakukan pemilihan sesuai dengan skala prioritas, membuat
perencanaan anggaran dan dimasukkan dalam RAPBS, dilakukan rapat
bersama secara internal dengan jajaran manajemen sekolah bersama
perwakilan komite, dilanjutkan dengan rapat bersama wali murid
sehingga diputuskan tentang besarnya sumbangan dari wali murid
untuk pengadaan sarpras, setelah terkumpul biaya sumbangan orang
tua murid dapat digunakan untuk pengadaan sarpras. Berikut ini
hasil wawancara dengan kepala sekolah.Prosedur yang digunakan untuk
pengadaan sarpras di sekolah pada umumnya kita berikan
tanggungjawab kepada masing-masing bidang untuk melakukan
inventarisasi kebutuhan menggunakan form usulan sarpras yang
mendukung proses belajar. Usulan-usulan tersebut dibawa ke bagian
sarpras untuk dilakukan pencatatan sebagai bahan untuk melakukan
rapat pengadaan sarpras. Dalam rapat ini kami bahas, sarpras apa
saja yang sekiranya sangat mendesak, penting dan perlu segera
diadakan, serta membahas anggaran untuk pengadaannya. Anggaran ini
selanjutnya dimasukkan dalam RAPBS dan dilakukan rapat secara
internal dengan wakil kepala sekolah dan perwakilan komite. Hasil
rapat ini digunakan untuk menentukan besarnya sumbangan dari orang
tua untuk pengadaan sarpras yang dirapatkan bersama wali
murid.(Sumber: wawancara kepala sekolah, 28 Januari 2015)Untuk
melakukan pengadaan sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan yang
tercantum di RAPBS, kepala sekolah membuat surat keputusan tentang
panitia pengadaan sarpras. Panitia inilah yang bertugas
melaksanakan pengadaan sarpras yang dapat bekerja sama dengan pihak
luar sebagai rekanan. Pada umumnya untuk pengadaan sarpras dengan
biaya besar yaitu di atas Rp 50.000.000 dilakukan pelelangan,
sedangkan di bawah Rp 50.000.000 dilakukan swa kelola. 4.1.2.3
Pengawasan Sarana dan Prasarana SekolahPengawasan merupakan bagian
penting dalam pengadaan sarpras. melalui pengawasan, kualitas dan
kuantitas sarpras dapat dikendalikan sesuai dengan spesifikasi yang
tercantum dalam perencanaan. Pengawasan pengadaan sarpras di SMA N
1 Boja dilakukan oleh kepala sekolah yang dibantu oleh panitia yang
bertugas melakukan pengecekan. Hasil pengecekan selanjutnya ditulis
dalam berita acara. Bentuk pengawasan lainnya adalah berupa laporan
pengadaan sarpras yang oleh panitia yang dilaporkan kepada kepala
sekolah. Laporan tertulis yang dilengkapi dengan kwitansi,
foto-foto kegiatan dan hasil pengadaan sarpras sebagai bukti
transparansi pengadaan sarpras.
4.1.2.4 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana SekolahSetelah
dilakukan pengadaan sarpras dan pengawasan, hal yang paling penting
adalah melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana yaitu proses
kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua
sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap digunakan
secara berdaya guna dan berhasil guna dalam pencapaian tujuan
pendidikan. Pemeliharan merupakan kegiatan penjagaan atau
pencegahan dari kerusakan sarpras, sehingga kondisinya baik dan
selalu siap digunakan. Pemeliharaan ini mencakup daya upaya yang
terus menerus untuk mengusahakan agar sarpras tetap dalam keadaan
baik. Menurut pendapat kepala SMA N 1 Boja, pemeliharaan merupakan
bagian yang lebih sulit daripada pengadaan sehingga diperlukan
kesadaran dari setiap unsur untuk ikut melakukan pemeliharaan
sarana dan prasarana di sekolah.Pemeliharaan merupakan bagian yang
paling penting setelah dilakukan pengadaan sarpras. Yang paling
sulit sebenarnya adalah perawatan, karena tidak semua komponen di
sekolah ini mau melakukan perawatan terhadap sarpras di sekolah.
Ini yang harus ditingkatkan untuk melakukan perawatan oleh semua
komponen di sekolah ini.(Sumber: wawancara kepala sekolah, 28
Januari 2015)Beberapa alasan mengapa pemeliharaan perlu dilakukan,
antara lain untuk mengoptimalkan usia pemakaian, menjami kesiapan
operasioanl sehingga mendukung kelancaran pekerjaan sehingga
diperoleh hasil yang optimal. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
hasil wawancara dengan kepala sekolah berikut.Perawatan menjadi hal
penting karena untuk mengoptinmalkan usia pakai sarpras itu
sendiri. hal ini sangat penting terutama dilihat dari aspek biaya,
karena untuk melakukan pembelian suatu peralatan misalnya akan jauh
lebih mahal jika dibandingkan dengan merawat bagian dari peralatan
itu sendiri. Yang lebih penting lagi untuk menjamin kesiapan
operasional peralatan untuk mendukung kelancaran pekerjaan sehingga
diperoleh hasil yang optimal.(Sumber: wawancara kepala sekolah, 28
Januari 2015)Ada beberapa macam pemeliharaan yang dilakukan di SMA
Negeri 1 Boja Kendal antara lain: pemeliharaan rutin, pemeliharaan
berkala, perawatan darurat dan perawatan prefentif.Perawatan secara
rutin pada umumnya dilakukan oleh tenaga pesuruh yang masuk di
bagian Tata Usaha. Di SMA N 1 Boja memiliki 5 orang yang bertugas
sebagai tenaga kebersihan. Ia memiliki tugas secara rutin melakukan
pembersihan terhadap saluran drainase dari sampah dan kotoran,
pembersihan ruangan-ruangan dan halaman dari sampah dan kotoran,
pembersihan terhadap kaca, jendela, kursi, meja, lemari dan
lain-lain. Petugas-petugas tersebut juga memiliki tangungjawab
untuk pembabatan rumputm semak yang tidak teratur dan melakukan
pembersihan dan penyiraman kamar mandi/WC untuk menjaga
kesehatan.Perawatan secara bekala yang dilakukan di SMA N 1 Boja
pada umumnya dilakukan oleh tenaga khusus yang bekerjasama dengan
pihak luar. Beberapa kegiatan perawatan secara berkala seperti
perbaikan dan pengecetan kusen, pintu, tembok dan komponen lainnya
yang sudah terlihat kusam serta untuk mencegah terjadinya karat.
Perbaikan mebelar (lemari, kursi, meja dan lainnya) yang mengalami
kerusakan juga dilakukan oleh pihak luar seperti menggunakan jasa
tukang. Perawatan darurat pada umumnya dilakukan oleh pihak luar
yang memiliki keahlian khusus. Kerusakan yang tidak terduga dan
membahayakan apabila tidak diantisipasi secepatnya perlu ditangani
secara khusus oleh orang yang ahli. Kerusakan komponen listrik yang
tidak bisa ditangani sendiri maka sekolah meminta bantuan dari
tenaga PLN langsung. Perawatan preventif merupakan perawatan yang
dilakukan pada selang waktu tertentu dan pelaksanaannya dilakukan
secara rutin dengan beberapa kriteria yang ditentukan sebelumnya.
Tujuan perawatan ini untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan
sarana dan prasarana tidak bekerja dengan normal dan membantu agar
sarana dan prasarna dapat aktif sesuai fungsinya. Prosedur yang
dilakukan SMA Negeri 1 Boja dalam melakukan perawatan prefentif
antara lain: 1) menyusun program perawatan prefentif di sekolah; 2)
membentuk tim pelaksana perawatan preventif sekolah yang terdiri
dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kepala tata usaha dan
tata usaha; 3) menyiapkan jadwal tahunan kegiatan perawatan untuk
setiap peralatan dan fasilitas sekolah; 4) menyiapkan lembar
evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing
bagian sekolah; 5) memberi penghargaan bagi mereka yang berhasil
meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan
kesadaran dalam merawat sarana dan prasarana sekolah.
4.2 Pembahasan4.2.1 Perencanaan Sarana dan Prasarana
SekolahPerencanaan dalam suatu manajemen akan memberikan cara
pandang secara menyuluruh terhadap pekerjaan yang akan
dilaksanakan, siapa yang akan melaksanakan dan kapan akan
dilaksanakan (Herlambang, 2012: 19). Pendapat Siagian (2007: 35)
menyatakan bahwa perencanaan merupakan suatu kegiatan untuk
menetapkan tujuan yang ingin dicapai beserta menetapkan strategi
untuk mencapai tujuan tersebut, dengan kata lain perencanaan
merupakan usaha konkretisasi langkah-langkah yang harus ditempuh
yang dasar-dasarnya telah ditetapkan dalam strategi organisasi.
Pengadaan sarana dan prasarana sekolah merupakan kegiatan rutin
yang dilakukan oleh sekolah setiap tahunnya. Agar pengadaan sarana
dan prasarana dapat berjalan secara efektif dan efisien, diperlukan
perencanaan yang matang, karena melalui perencanaan tersebut maka
sarana dan prasana apa saja yang perlu diadakan akan
terinventarisasi secara jelas, siapa yang akan melaksanakan, dan
kapan pengadaan sarana dan prasarana akan dilakukan. Hasil
penelitian mengenai perencanaan sarana prasarana di SMA Negeri 1
Boja menunjukkan sekolah melakukan perencanaan terlebih dahulu
sebelum pengadaan sarana dan prasarana. Di dalam perencanaannya,
pihak manajemen sekolah melakukan analisis kebutuhan pengadaan
sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan dengan melakukan pencatatan
kebutuhan barang atau sarpras di masing-masing bidang di setiap
wakil kepala sekolah, tata usaha dan kepala perpustakaan. Analisis
kebutuhan ini bertujuan untuk melihat tingkat kebutuhan dari
masing-masing bidang sebagai acuan untuk membuat rencana anggaran
pengadaan sarana dan prasarana. Sesuai dengan pendapat Terry (2005)
bahwa perencanaan merupakan penetapan pekerjaan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk
menghindari terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak
diinginkan dan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam
pelaksanaannya.Penelitian serupa oleh Tangela (2013), Darmastuti
(2010) dan Kurniawati (2013) juga memberikan gambaran bahwa
pengadaan sarana dan prasarana di sekolah dilakukan dengan
perencanaan terlebih dahulu untuk menganalisis kebutuhan yang
diperlukan. Implementasi perencanaan tersebut pada umumnya dalam
bentuk master plan dan rencana operasional.Perencanaan pengadaan
sarana dan prasana sekolah di SMA Negeri 1 Boja dituangkan dalam
bentuk RAPBS, yang prosesnya dilakukan dengan cara pengisian
blangko pengadaan sarana prasarana yang diperlukan dari
masing-masing bagian yang dibawa pada rapat manajemen bersama
komite sekolah dan rapat pleno bersama orang tua/wali siswa.
Analisis kebutuhan dalam tahap perencanaan adalah inventarisasi
sarana prasarana yang ada. Hal ini dilakukan untuk melakukan
sinkronisasi antara kebutuhan dari masing-masing bidang dengan
kondisi dan persediaan barang atau sarana prasarana yang sudah
dimiliki. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi. SMA Negeri 1 Boja juga melakukan proses seleksi
pengusulan sarana dan prasarana sekolah. Usulan pengadaan sarana
dan prasarana dilakukan seleksi dengan mempertimbang-kan tingkat
prioritas dan kondisi pendanaan yang ada. Prosedur seleksi
merupakan bagian yang penting dalam perencanaan pengadaan sarana
dan prasarana sekolah. Melalui seleksi akan diperoleh usulan-usulan
yang benar-benar mencerminkan kebutuhan dan hal-hal yang penting
sehingga pengeluaran akan sesuai dengan nilai kebermanfaatan untuk
mendukung proses pembelajaran. Kegiatan seleksi ini pada prinsipnya
sesuai dengan prosedur perencanaan sarana prasarana yang diatur
menurut ketentuan Depdiknas (2007) yaitu mengidentifikasi dan
menganalisis kebutuhan, meng-inventarisasi sarana dan prasarana
yang ada dan mengadakan seleksi. Dilihat dari prosedurnya, SMA
Negeri 1 Boja sudah menggunakan prosedur yang jelas dan terarah.
Setiap usulan digunakan formulir usulan, hasilnya dimasukkan dalam
daftar usulan yang akan dimasukkan ke dalam RPBS, dilanjutkan
dengan rapat manajemen untuk melakukan identifikasi dan
penyeleksian usulan dengan memperhatikan tingkat prioritas,
berlanjut dengan rapat pleno dan penetapan pembiayaan dan siap
untuk melakukan pengadaan sarana dan prasarana.Meskipun sudah
dilakukan prosedur secara terarah, namun ada beberapa kendala yaitu
di saat melakukan identifikasi kebutuhan yaitu memerlukan waktu
yang relatif lama dan terdapat usulan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan, sumber dana yang kurang mencukupi. Apabila terkait
dengan pendanaan yang berasal dari pemerintah melalui BOS, terdapat
prosedur-prosedur yang rumit. Perencanaan sarana prasarana di SMA
Negeri 1 Boja memiliki kendala- kendala yaitu pengidentifikasian
kebutuhan membutuhkan waktu lama dan terdapat usulan yang tidak
sesuai kebutuhan,sumber dana yang kurang mencukupi dari sebagian
peserta didik dan birokrasi pemerintah yang rumit.Faktor pendukung
perencanaan sarana prasarana yaitu budaya manajemen yang terbuka
.Kendala-kendala perencanaan sarana prasarana di SMA Negeri 1 Boja
dapat diatasi dengan usulan yang diterima berdasarkan perwakilan
dengan setiap usulan disesuaikan kebutuhan.
4.2.2 Pengadaan Sarana dan Prasarana SekolahPengadaan sarana dan
prasarana sekolah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menyediakan jenis dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan (Depdiknas,
2007). Pengadaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Boja
berpedoman pada perencanaan yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa
manajemen pengadaan sarana dan prasarana dilakukan secara teratur
dan terarah, karena setiap pengadaan dilakukan berdasarkan
perencanaan yang ada. Perkembangan saat ini, sumber pembiayaan di
SMA Negeri 1 Boja diperoleh dari sumbangan orang tua peserta didik
dan dari pemerintah melalui BOS. Penggunaan dana harus mengacu pada
prinsip transparansi, sehingga setiap pembelian dan pengadaan
sarana dan prasarana tidak dapat dilakukan tanpa perencanaan
terlebih dahulu. Prinsip ini sesuai dengan apa yang diatur oleh
Depdiknas (2007) yang menyatakan bahwa pengadaan sarana dan
prasarana sekolah merupakan bentuk kegiatan penyediaan sarana dan
prasarana sekolah sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan
jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat dengan harga dan
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Kata kunci prinsip
tersebut adalah dapat dipertanggungjawabkan dari pembiayaan,
pelaksanaan maupun spesifikasinya sesuai dengan perencanaan yang
dilakukan dan yang telah disetujuinya.Ada tiga cara untuk melakukan
pengadaan sarana dan prasarana yaitu pembelian, bantuan dan
perbaikan. Ketiganya berdasarkan pada perencanaan yang ada. Dalam
manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang
utama. Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan. Actuating
merupakan usaha untuk menggerakkan sekelompok orang dengan
terencana sehingga mencapai tujuan organisasi yang diinginkan
(Terry & Rue, 2010: 168). Terkait dengan fungsi manajemen ini,
pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana merupakan fungsi utama
setelah perencanaan dilakukan. Pengadaan sarana dan prasarana yang
dilakukan di SMA Negeri 1 Boja dilakukan berdasarkan sumber
pendanaannya. Ketika pendanaan berasal dari dana dari komite maupun
BOS, maka pengadaan sarana dan prasarana sesuai dengan RAPBS yang
ada. Kepala sekolah membuat surat keputusan tentang panitia
pengadaan barang yang selanjutnya dapat dilakukan melalui swakelola
maupun pelelangan dengan pihak kedua. Ketika pengadaan sarana dan
prasarana didanani dari dana BOS, maka pengadaan sarana dan
prasarana dilaksanakan ketika dana BOS sudah dicairkan.
Pelaksanaannya juga diatur tersendiri sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pengadaan sarana dan prasarana yang didanai oleh BOS
dilakukan dengan prosedur yang lebih teliti, karena akan menyangkut
bagaimana proses pertanggung-jawaban dan pelaporannya.Pengadaan
sarana dan prasarana yang diperoleh dari proses hibah atau bantuan
dari pemerintah dilakukan dengan prosedur yang telah disepakati
dengan pemerintah. Hibah atau bantuan yang selama ini diperoleh di
SMA Negeri 1 Boja berdasarkan dokumentasi adalah pembangunan gedung
untuk ruang kepala, guru dan TU yang diperoleh pada tahun 2014.
Sesuai dengan prosedur menurut Permen No 24 Tahun 2007 pengadaan
sarana dan prasarana yang diperoleh dari hibah dilakukan dengan
pembuatan proposal pengadaan sarana dan prasarana berdasarkan
analisis kebutuhan, kalisifikasi sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dan setelah disetujui dilakukan pengadaan sarana dan
prasarana melalui swakelola. Pengadaan sarana dan prasarana yang
dilakukan di SMA Negeri 1 Boja dilakukan melalui satu pintu yaitu
melalui wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana dengan
persetujuan kepala sekolah dengan alokasi dana sesuai yang
tercantum dalam RAPBS. Pengadaan sarana prasarana di SMA Negeri 1
Boja memiliki kendala- kendala yaitu biaya yang belum ideal untuk
pengadaan kebutuhan sarana prasarana sekolah karena sumber biaya
yang relatif rebatas maka pengadaan menggunakan skala
prioritas.Faktor pendukung pengadaan sarana prasarana yaitu budaya
manajemen yang terbuka dan ada pengurus komite yang berlatar
belakang pengusaha dapat memperlancar pengadaan sarana prasarana
sekolah .Kendala-kendala pengadaan sarana prasarana di SMA Negeri 1
Boja dapat diatasi dengan bekerjasama dengan pihak kedua atau
pengusaha yang mampu dan dapat dibayar pada kemudian hari apabila
dana dari peserta didik sudah membayar.
4.2.3 Pengawasan Sarana dan Prasarana SekolahPengawasan
merupakan bentuk kegiatan dalam manajemen sarana dan prasarana
untuk melakukan proses pengotrolan spesifikasi, pengontrolan
pelaksanaannya. Pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh
kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang
sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya (Siagian, 2007: 125). Sedangkan menurut Handoko (2008:
360), pengawasan dapat juga berarti menetapkan standar pelaksanaan
dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan
balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standart yang telah
ditetapkan sebelumnya, menetapkan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
dipergunakan dengan cara efektif dan efisien dalam pencapaian
perusahaan. Hal senada dikemukan oleh Terry dan Rue (2010:10)
pengawasan adalah kegiatan mengukur pelaksanaan dengan
tujuan-tujuan menentukan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil
tindakan-tindakan korektif bilamana diperlukan.SMA Negeri 1 Boja
selalu melakukan pengawasan terhadap segala bentuk pengadaan sarana
dan prasarana apalagi yang memerlukan biaya yang tinggi. Bentuk
pengawasan yang dilakukan berupa pengecekan terhadap laporan
kegiatan pengadaan sarana dan prasarana, maupun pengecekan saat
pengadaan berlangsung. Demi terjaminnya adanya keterbukaan, maka
manajemen SMA Negeri 1 Boja melakukan proses open manajemen dengan
membuat pelaporan yang dilengkapi dengan kwitansi, foto-foto
kegiatan dan pengecekan spesifikasi dengan standar yang ada dalam
perencanaan,sedangkan kendala-kendala dalam pengawasan sarana
prasarana sekolah di SMA Negeri 1 Boja adalah sumber daya manusia
yang terbatas sedangkan sarana prasarana yang perlu diawasi sangat
banyak dan menyebar tempatnya,faktor pendukung pengawasan sarana
prasarana sekolah adalah lokasi yang tertutup pagar keliling dan
sistem keamanan 24 jam.4.2.4 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
SekolahPemeliharaan sarana dan prasarana sekolah merupakan kegiatan
untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan
prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara
berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan
(Depdiknas, 2007). Pemeliharaan sarana dan prasarana merupakan
kegiatan yang penting setelah dilak