Top Banner

of 24

B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

Jul 06, 2018

Download

Documents

Ayu Apriliani
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    1/24

    LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM SARAF 

    SEMESTER GENAP 2015 –  2016 

    SISTEM RESPIRASI

    Hari / Jam Praktikum : KAMIS, 13.00-16.00 

    Tanggal Praktikum : 10 Maret 2016 

    Kelompok : 1 Asisten : 1. MOCHAMMAD INDRA P.

    2. RAISSA DWI

    Anggota Kelompok

    NAMA  NPM  TUGAS Ayu Apriliani  260110140078  Teori Dasar  Putri Raraswati  260110140079  Pembahasan Ummi Habibah  260110140080  Teori Dasar  Ayyu Widyazmara  260110140081  Pembahasan Anggia Diani A  260110140082  Pembahasan Siti Nurrohamah  260110140083  Tujuan, Prinsip, Alat dan Bahan,

    Prosedur dan EditorAi Siti Rika F  260110140084  Teori Dasar  Doni Dermawan 260110140107  Data Pengamatan 

    LABORATORIUM FARMAKOTERAPI SISTEM SARAF 

    FAKULTAS FARMASI 

    UNIVERSITAS PADJADJARAN 

    JATINANGOR

    2016

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    2/24

    I.  TUJUAN

    1.  Memahami peranan sistem respirasi dalam mempertahankan

    homeostatis tubuh.

    2.  Memahami peranan organ-organ yang terlibat dalam sistem respirasi

    3.  Mengetahui cara-cara sederhana dalam mendeteksi adanya kelainan

     pada sistem respirasi

    II.  PRINSIP

    1.  Respirasi

    Respirasi (pernapasan) adalah peristiwa menghirup udara dari

    luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta

    menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 

    (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan

    ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi

    (Syaifuddin, 1996).

    2.  Ventilasi pulmonary

    Ventilasi pulmonar adalah jalan masuk dan keluar udara dari

    saluran pernapasan dan paru-paru (Sloane, 2003).

    3.  Respirasi eksternal

    Respirasi eksternal adalah difusi O2 dan CO2 antara udara

    dalam paru-paru dan kapilar pulmonar (Sloane, 2003).

    4.  Respirasi internal

    Respirasi internal adalah difusi difusi O2 dan CO2 antara sel

    darah dan sel-sel jaringan (Sloane, 2003).

    5. 

    Respirasi seluler

    Respirasi seluler adalah penggunaan oksigen bersamaan

    dengan bahan organik sebagai reaktan untuk menghasilkan banyaknya

    molekul ATP untuk setiap molekul gula yang dioksidasinya

    (Campbell, 2002).

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    3/24

    III.  TEORI DASAR

    Dengan bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan

    oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya.

    Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hydrogen dari jaringan,

    memungkinkan setiap sel sendiri-sendiri melangsungkan proses

    metabolismenya yang berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan dalam

     bentuk karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) dihilangkan. Pernapasan

    adalah proses ganda yaitu terjadinya pertukanran gas di dalam jaringan

    atau pernapasan dalam dan yang terjadi dalam paru-paru bernama

     pernapasan luar. Udara ditarik ke dalam paru-paru pada menarik nafas dan

    didorong keluar paru-paru pada waktu mengeluarkan napas. Udara masuk

    melalui jalan pernapasan (Pearce, 2009).

    Sisitem pernapasan meliputi : (Cambridge Communication Limited,

    1999).

    1.  Rongga hidung  yang mehangatkan, melembabkan, dan menyaring

    udara inspirasi. 

    2.  Laring (adam`s appel atau jakun)  yang berperan untuk

     pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap

    mauknya makanan dan cairan, karena ini dapat menyebablkan batuk

     bila terserang.

    3.  Trakea yang bercabang menjadi bronkus.

    4.  Bronkus dimana setiap cabang-cabangnya kemudian bercabang lagi

    di dalam paru-paru yang akhirnya berujung dalam kantung tipis-

    alveoli.

    5. 

    Paru-paru adalh struktur elasis seperti spon. Paru-paru berada dalam

    rongga torak, yang terkansung dalam susunan tlang-tulang iga dan

    letaknya disisi kiri dan kanan mediastinum (mediastinum adalah

    struktur blokpadat yang berada dalam tulang dada. Paru-paru

    menutupi jantung, arteri dan vena besar, esophagus dan trakea).

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    4/24

    Lintasan udara meliputi: (Cambridge Communication Limited, 1999).

    1.  Rongga hidung, terdir dari tonjolan seperti rak yaitu turbinate yang

     bekerja seperti kisi-kisi radiator utnuk menghangatkan

    danmelembabkan udara. Mukosa rongga ini memiliki banyak

     pembuluh darah dan bervariasi.

    2.  Mulut, normalnya hanya dibutuhkan bila oksigen tambahan

    dibutuhkan.

    3.  Palatum lunak , dapat menutup mulut dari faring dan hidung serta

    memungkinkan pernapasan saat mengunyah.

    4. 

    Laring, adalah suatu kalup yang rumit pada persimpangan antara

    lintasan makanan dan lintasan udara. Laring terangkat dibawah lidah

    saat menelan dan karenanya mencegah makanan masuk ke trakea.

    5.  Trakea, dibagi menjadi satu pasang bronkus utama yang kemudian

    dicabangkan lagi. Fungsinya untuk mencegahnya dari kemps selama

     perubahan tekanan udara dalam paru-paru. Didalamnya terdapat silia

    yang menghasilkan lender hal ini berguna untuk menangkap debu-

    debu di mukosa kemudian disapu ke laring oleh silia dan dibatukka

    keluar.

    6.  Bronkus, bronkus bercabang lagi dan seterusnya menjadi semakin

    kecil yang membentuk bronkiolus yang tidak memiliki penyokong

    kartilago tetapi memiliki dinding otot polos yang dapat berkontraksi

    untuk menyempitkan jalan pernapasan.

    7.  Alveolus, ujung dari bronkiolus yang berdingding tipis dan

     berkelompok-kelompok kantung. Alveoli dibungkus oleh anyaman

    kapiler sangat halus yang mengandung darah. Udara dan darah

     berhubungan lewat dinding tipis saja, pertukaran gas terjadi melalui

    diffuse.

    Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur

    sebagian terbesar volume dan kapasitas paru-paru. Spirometri merekam

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    5/24

    secara grafis atau digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa.

    Volume Ekspirasi Paksa (VEP) atau Forced Expiratory Volume (FEV)

    adalah volume dari udara yang dihembuskan dari paru-paru setelah

    inspirasi maksimum dengan usaha paksa minimum, diukur pada jangka

    waktu tertentu. Biasanya diukur dalam 1 detik (VEP1). Kapasitas Vital

     paksa atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah volume total dari udara yg

    dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh

    ekspirasi paksa minimum. Pemeriksaan dengan spirometer ini penting

    untuk pengkajian fungsi ventilasi paru secara lebih mendalam. Jenis

    gangguan fungsi paru dapat digolongkan menjadi dua yaitu gangguan

    fungsi paru obstruktif (hambatan aliran udara) dan restriktif (hambatan

     pengembangan paru). Seseorang dianggap mempunyai gangguan fungsi

     paru obstruktif bila nilai VEP1/KVP kurang dari 70% dan menderita

    gangguan fungsi paru restriktif bila nilai kapasitas vital kurang dari 80%

    dibanding dengan nilai standar (Alsagaff, dkk, 2005). Terdapat dua jenis

    volume pada paru, yaitu volume static dan dinamik. Volume static

    meliputi Volume Tidal (VT), Volume Cadangan Inspirasi (VCI), Volume

    Cadangan Ekspirasi (VCE), Volume Residu (VR), Kapasitas Vital (KV),

    Kapasitas Vital Paksa (KVP), Kapasitas Residu Fungsional (KRF), dan

    Kapasitas PAru Total (KPT). Sedangkan volume dinamik yaitu Vital

    Capacity  (VC),  Forced vital capacity  (FVC),  Forced expiratory volume 

    (FEV), dan Maximal voluntary ventilation (MVV) (Guyton, 2006).

    Volume paru-paru terkait dengan ukuran dan tinggi tubuh. Pada anak-

    anak dan remaja, pertumbuhan paru-paru tampaknya meningkat seiring

    dengan percepatan pertumbuhan, dan ada pergeseran dalam hubungan

    antara volume paru-paru dan tinggi selama masa remaja. Pada wanita

    muda, tingkat pertumbuhan semua indeks spirometri menurun selama

    rentang usia yang sama. Menggunakan hubungan alometrik sederhana

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    6/24

    antara tinggi badan dengan volume paru-paru. Volume ini diprediksi

    sangat tinggi pada wanita muda dan sangat rendah untuk wanita tua.

    Selanjutnya, untuk berdiri sama tinggi, laki-laki muda memiliki nilai

    fungsi paru-paru lebih besar daripada perempuan muda. Fungsi paru-paru

    meningkat secara linear dengan usia sampai lonjakan pertumbuhan remaja

     pada usia ~ 10 thn pada wanita dan 12 thn pada laki-laki. Fungsi paru

    dibandingkan hubungan tinggi badan bergeser dengan usia selama masa

    remaja. Dengan demikian, persamaan tunggal atau grafik pertumbuhan

    fungsi-height paru saja tidak sepenuhnya menggambarkan pertumbuhan

    selama periode remaja kompleks. Namun demikian, kurva pertumbuhan

    ras- dan seks-spesifik fungsi paru dibandingkan tinggi membuatnya

    mudah untuk menampilkan dan mengevaluasi tindakan berulang fungsi

     paru untuk individu (Pallegrino et al, 2005).

    Gangguan pada sistem pernapasan biasanya disebabkan oleh kelainan

    dan penyakit yang menyerang alat-alat pernapasan. Beberapa jenis

    kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan sebagai berikut: 

    1. Asma,  adalah menyempitnya saluran pernapasan yang terjadi karena

    otot polos penyusun dinding saluran berkontraksi terus menerus yang

     berakibat pelebaran saluran pernapasan terganggu. Asma antara lain

    disebabkan oleh alergi dan kekurangan hormon adrenalin.

    2. Bronkitis,  merupakan radang tenggorokan (bronki) akibat infeksi

     bakteri

    yang menyerang selaput epitel bronki.

    3. Pneumonia atau logensteking,  yaitu penyakit radang paru-paru yang

    disebabkan Diplococcus pneumoniae.

    4. TBC (Tuberkulosis),  merupakan penyakit spesifik yang disebabkan

    Mycobacterium tuberculosae. Bakteri ini dapat menyerang semua orgsn

    tubuh, tetapi yang paling sering adalah paru-paru dan tulang.

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    7/24

    5. Kanker Paru-paru, biasa diderita oleh perokok. Kanker ini disebabkan

    oleh adanya tumor ganas yang terbentuk di dalam epitel bronkiolus.

    Gambar F5. Perbandingan Paru-paru yang merokok dan tidak merokok

    6. Laringitis,  merupakan radang pada laring, berasal dari iritasi ataupun

    infeksi. Iritasi biasanya dari rokok. Jika radang sampai ke pita suara,

     penderita akan kehilangan suara. Perokok berat biasanya menderita

    serak berkepanjangan.

    7. Emfisema,  yaitu gangguan pada paru-paru yang ditandai dengan

    rusaknya dinding-dinding alveolus sehingga kemampuan pertukaran

    udara menjadi berkurang.

    Gambar F7. Alveolus yang rusak karena disebabkan Emfisema

    8. Emboli, adalah gumpalan darah yang menyumbat kapiler di paru-paru.

    Sumbatan akan menghambat aliran darah yang membawa oksigen dan

    karbon dioksida. Emboli paru-paru dapat terjadi jika terkena serangan

     jantung, keracunan, overdosis obat, dan tersengat listrik. Emboli sangat

    fatal bagi penderita.

    9. 

    Influenza,  disebabkan oleh virus yang menimbulkan radang pada

    selaput mukosa di saluran pernapasan.

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    8/24

    10. Asfiksi, adalah gangguan dalam pengangkutan oksigen ke jaringan yang

    disebabkan terganggunya fungsi paru-paru, pembuluh darah, ataupun

     jaringan tubuh.

    (Ganoong, 2005). 

    IV.  ALAT BAHAN

    4.1 Alat

    -  Alat pengukur [meteran] - Spirometer

    -  Korek api - Stetoskop

    4.2 Bahan

    -  Balon

    -  Lilin

    V. 

    PROSEDUR

    5.1 Anatomi

    Menggambar anatomi system pernafasan beserta anatominya lengkap,

    sesuai dengan literature.

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    9/24

    5.2 Proses inspirasi dan ekspirasi

    Dengan menggunakan alat meteran diukur rongga dada seorang rekan

     pada saat melakukan respirasi dan inspirasi normal. Selanjutnya

    diukur pula rongga dada seorang rekan yang sama saat melakukan

    inspirasi maksimum. Kemudian, rekan tersebut diminta untuk meniup

     balon dan meniup lilin. Lalu rongga dada juga diukur saat sedang

    meniup balon dan meniup lilin. Bagian rongga dada yang diukur

    adalah di daerah axila dan xiphoid.

    5.3 Bunyi pernapasan

    Ditempatkan stetoskop dengan posisi di daerah punggung seorang

    rekan, lalu didengarkan bunyi pernapasan dari rekan tersebut.

    Kemudian dihitung frekuensi pernapasan rekan tersebut [jumlah

     pernapasan/waktu].

    5.4 Menentukan perbandingan Volume Tidal [VT], Volume Ekspirasi

    Cadangan [VEC], dan Volume Inspirasi Cadangan [VIC]

    Menggunakan alat spirometer;

    Inspirasi dan ekspirasi normal dilakukan kedalam alat spirometer, data

    yang didapat adalah nilai VT. Kemudian dilakukan inspirasi normal

    lalu ekspirasi maksimum kedalam alat spirometer, data yang didapat

    adalah nilai VEC. Kemudian dilakukan inspirasi dan ekspirasi

    maksimum kedalam alat spirometer, data yang didapat adalah nilai

    KV. Lalu nilai VIC dicari menggunakan rumus [KV=VT+VIC+VEC],

    dan dibuat perbandingan antara VT, VEC, VIC.

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    10/24

    VI.  DATA PENGAMATAN

    6.1 Anatomi

    6.2 

    Proses inspirasi dan ekspirasi

    Pengukuran rongga dada menggunakan alat pengukur (meteran). Nilai

    dinyatakan dalam satuan cm.

    Nama Bagian

    Tubuh

    Respirasi

    Normal

    Inspirasi

    Maksimum

    Respirasi

    Saat

    Meniup

    Lilin

    Respirasi

    Saat

    Meniup

    Balon

    Ayyu Axila 83 87 83 80

    Xiphoid 72 76 64 73

    Siti Axila 81 83 80 76

    Xiphoid 73 80 70 73

    Ayu Axila 87 88,5 85,5 87

    Xiphoid 80 80,5 83,5 80

    Putri Axila 81 83 81 81

    Xiphoid 75 75 72 74

    Doni Axila 81 86 82 79

    Xiphoid 73 77 71,5 73

    Rika Axila 82 80 76 79

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    11/24

    Xiphoid 69 73 69 69

    Ummi Axila 75 79 74 72

    Xiphoid 67 70 64 65

    Anggia Axila 85 87 84 82

    Xiphoid 76 78 72 75

    Komponen yang terlibat dan perubahan yang terjadi pada proses

    ekspirasi dan inspirasi

    Proses Komponen yang terlibat Perubahan yang terjadi

    Ekspirasi Diafragma Melengkung

    Rongga dada Mengecil

    Tulang rusuk Menurun

    Inspirasi Diafragma Lurus

    Rongga dada Membesar

    Tulang rusuk Terangkat

    6.3 Bunyi penapasan

    Nama Bunyi Frekuensi per Menit

    Anggia Halus seperti angin sepoy-sepoy 33

    Rika Halus seperti angin sepoy-sepoy 30

    Siti Halus seperti angin sepoy-sepoy 30

    Ummi Halus seperti angin sepoy-sepoy 25

    Ayyu Halus seperti angin sepoy-sepoy 24

    Ayu Halus seperti angin sepoy-sepoy 35

    Putri Halus seperti angin sepoy-sepoy 22

    Doni Halus seperti angin sepoy-sepoy 29

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    12/24

    6.4 Menentukan perbandingan Volume Tidal [VT], Volume Ekspirasi

    Cadangan [VEC], dan Volume Inspirasi Cadangan [VIC]

    1.  Forced Vital Capacity (FVC) 

    MEAS PRED. % PRED.

    FVC 2,73 - -

    FEV1 1,76 - -

    FEV1/FVC 64,6 - -

    FEF.2-1.2 1,76 - -

    FEF 25-75% 1,45 - -

    FEF 75-85% 0,02 - -

    2.  Slow Vital Capacity (SVC)

    MEAS PRED. % PRED.

    SVC 1,82 - -

    ERV (VEC) 0,45 - -

    IRV 1,25 - -TV (VT) 0,13 - -

    3.  Maximum Voluntary Ventilation (MVV)

    MEAS PRED. % PRED.

    MVV 43,3 - -

    RR 50,1 - -

    TV 0,90 - -

    MV - - -

    RR - - -

    TV - - -

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    13/24

     

    4. 

    Minute Ventilation (MV)

    MEAS PRED. % PRED.

    MVV 43,3 - -

    RR 50,1 - -

    TV 0,90 - -

    MV 6,9 - -

    RR 23,5 - -

    TV 0,3 - -

    VII.  PERHITUNGAN

    Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Spirometry Calculator

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    14/24

    KV (FVC) = 2,73 L

    ERV (VEC) = 0,45 L

    VT (TV) = 0,9 L

    VIC = KV –  (VT + VEC)

    = 2,73 –  (0,9 + 0,45)

    VIC = 1,38 L

    VIII.  PEMBAHASAN

    Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan yang berhubungan

    dengan sistem respirasi. Sistem respirasi adalah proses mobilisasi energi

    yang dilakukan makhluk hidup melalui pemecahan senyawa berenergi

    tinggi untuk digunakan dalam menjalankan fungsi hidup, dengan kata lain

    respirasi atau pernapasan adalah kegiatan menghirup oksigen (O2) dan

    menghembuskan CO2. Respirasi ini merupakan proses yang sangat

     penting bagi makhuk hidup, karena tanpa adanya proses respirasi makhluk

    hidup tidak dapat bertahan hidup. Oksigen dibutuhkan oleh sel-sel tubuh

    secara terus menerus untuk melakukan aktivitas vital (metabolisme sel),

    sementara itu hasil dari aktivitas metabolism sel tersebut adalah

    karbondioksida (CO2) yang harus segera dieliminasi karena membuat

    susana menjadi asam dan racun, sehingga dengan adanya proses ekspirasi,

    karbondioksida yang terbentuk dapat dieliminasi/dikeluarkan dari paru-

     paru ke atmosfer.

    Percobaan yang dilakukan pada percobaan system respirasi ini ada tiga

    macam percobaan yaitu percobaan proses inspirasi dan ekspirasi,

     percobaan bunyi pernafasan dan penentukan perbandingan Volume Tidal

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    15/24

    (VT), Volume Ekspirasi Cadangan (VEC), dan Volume Inspirasi

    Cadangan (VIC).

    Percobaan yang pertama adalah proses inspirasi dan ekspirasi. Tujuan

    dari percobaan ini adalah untuk mengetahui lebar rongga dada pada saat

    respirasi normal, insiprasi maksimum (menarik nafas dalam) dan ekspirasi

    maksimum (pada saat menghembuskan nafas dalam), sehingga dari

    ukuran lebar rongga dada ini dapat diketahui normal atau tidaknya sistem

     pernafasan seseorang.

    Proses inspirasi atau inhalasi adalah proses menarik nafas (udara) dari

    atmosfer kedalam paru-paru sedangkan proses ekspirasi atau ekshalasi

    adalah proses menghembuskan nafas (udara) dari paru-paru ke atmosfer.

    Percobaan proses inspirasi dan ekspirasi ini dilakukan dengan cara

    mengukur rongga dada pada saat respirasi normal, insiprasi maksimum

    dan ekspirasi maksimum pada daerah axila dan xiphoid menggunakan

    meteran. Daerah axila adalah daerah pada bagian atas rongga dada dan

    sejajar dengan ketiak sedangkan daerah xiphoid adalah daerah bagian

     bawah rongga dada.

    Hasil pengukuran yang diperoleh untuk pengujian respirasi normal

    diperoleh luas rongga dada yang berbeda-beda. Ini disebabkan karena

     postur tubuh praktikan yang melakukan percobaan berbeda-beda.

    Praktikan dengan tubuh yang besar akan memiliki rongga dada yang

     besar, sedangkan untuk praktikan yang memiliki tubuh yang kecil akan

    memiliki rongga dada yang kecil.

    Hasil pengukuran yang kedua yaitu pengukuran inspirasi maksimum

    dengan cara menarik nafas dalam dan diukur pada daerah axila dan

    xiphoid. Hasil pengukuran menunjukan seluruh praktikan yang diukur

    rongga dadanya mengalami kenaikan luas rongga dada, ini menandakan

     bahwa seluruh praktikan normal, karena pada saat proses inspirasi terjadi

    kontraksi otot antar tulang rusuk sehingga rongga dada membesar dan

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    16/24

    akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada

    tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk ke dalam

    tubuh. Ketika udara dari luar masuk ke dalam tubuh, secara alamiah

    rongga dada akan membesar kemudian tulang rusuk tertarik ke atas dan

    otot diafragma lurus. Oleh karena itu pada proses inspirasi rongga dada

    akan menjadi besar.

    Hasil pengukuran yang ketiga adalah pengukuran ekspirasi dengan

    menggunakan alat berupa balon dan lilin. Dua dari delapan praktikan yang

    melakukan pengujian mengalami perbedaan dari yang seharusnya / dari

    keadaan yang normal. Kelainan satu orang praktikan pada saat ekspirasi

    lilin dan satu orang praktikan yang lain terjadi kelainan pada ekspirasi

     balon. Kedua praktikan tersebut mengalami kenaikan pada saat ekspirasi.

     Normalnya, pada saat seseorang melakukan ekspirasi akan mengalami

     pengecilan rongga dada. Pengecilan rongga dada ini terjadi karena adanya

    fasa relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula

    yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi

    kecil dan otot diafragma melengkung. Sebagai akibatnya, tekanan di

    dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga

    udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar. Oleh karena

    itu luas rongga dada menjadi mengecil.

    Percobaan selanjutnya adalah percobaan bunyi pernafasan. Tujuan

     percobaan kali ini adalah untuk mendeteksi dengan cara sederhana

    kelainan pada sistem pernafasan yang ditinjau dari suara dan frekuensi

    saat bernafas. Pada percobaan kali ini yang dilakukan hanya

    mendengarkan suara bernafas pada bagian punggung menggunakan

    stestoskop. Pada saat mendengarkan suara bernafas yang harus

    diperhatikan adalah suara dan frekuensinya. Frekuensi bernafas yang

    dimaksud adalah jumlah suara bernafas dalam satu menit.

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    17/24

    Pada percobaan kali ini yang pertama di bahas adalah bunyi

     pernafasan yang selanjutnya akan dibahas frekuensi pernafasan. Bunyi

     pernafasan yang normal terbagi menjadi tiga bagian yaitu suara napas

    vesikuler, suara napas bronkial dan suara nafas bronkovesikuler. Suara

    napas vesikuler adalah suara nafas bernada rendah, terdengar lebih

     panjang pada fase inspirasi daripada ekspirasi dan kedua fase bersambung.

    Suara nafas bronkial adalah suara nafas bernada tinggi dengan fase

    ekspirasi lebih lama daripada inspirasi dan terputus. Dan suara nafas

     bronkovesikuler adalah kombinasi suara nada tinggi dengan inspirasi dan

    ekspirasi yang jelas dan tidak ada silent gaps.

    Sedangkan bunyi pernafasan yang abnormal ada beberapa macam

    diantaranya adalah stridor, crackles, wheezing (mengi), ronchi, pleural

    friction rub dan gargling. Stridor adalah suara yang terdengar kontinu

    (tidak terputus-putus), bernada tinggi yang terjadi baik pada saat inspirasi

    maupun pada saat ekspirasi, dapat terdengar tanpa menggunakan

    stetoskop, bunyinya ditemukan pada lokasi saluran napas atas (laring) atau

    trakea, disebabkan karena adanya penyempitan pada saluran napas

    tersebut. Wheezing adalah bunyi seperti bersiul, kontinu, yang durasinya

    lebih lama dari krekels, terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, secara

    klinis lebih jelas pada saat ekspirasi. Penyebab wheezing akibat udara

    melewati jalan napas yang menyempit/tersumbat sebagian, dapat

    dihilangkan dengan batuk, karakter suara nyaring, suara terus menerus

    yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang

    menyempit (seperti pada asma dan bronchitis kronik). Ronchi adalah

     bunyi gaduh yang dalam. Terdengar selama ekspirasi dan penyebab

    karena gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat

    obstruksi (sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor ) napas, contohnya

    suara ngorok. Pleural friction rub adalah suara tambahan yang timbul

    akibat terjadinya peradangan pada pleura sehingga permukaan pleura

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    18/24

    menjadi kasar, karakter suara kasar, berciut, disertai keluhan nyeri pleura,

    terdengar selama akhir inspirasi dan permulaan ekspirasi, tidak dapat

    dihilangkan dengan dibatukkan, terdengar sangat baik pada permukaan

    anterior lateral bawah toraks. Sering didapatkan pada pneumonia, infark

     paru, dan tuberculosis. Gargling adalah suara seperti berkumur, kondisi ini

    terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah).

    Percobaan bunyi pernafasan kali ini dilakukan terhadap 8 orang. Dari

    8 orang yang melakukan percobaan kali ini, bunyi yang didapatkan

    semuanya sama yaitu suara napas vesikuler karena suara nafas terdengar

    lebih panjang pada fase inspirasi daripada ekspirasi dan kedua fase

     bersambung. Suara napas vesikuler adalah suara nafas normal maka 8

    orang yang melakukan percobaan bunyi pernafasan kali ini dihasilkan

    tidak memiliki kelainan atau normal namun ini hanya hasil deteksi

    sederhana kelainan saluran pernafasan tidak dapat dijadikan parameter

    mutlak test kesehatan.

    Selain dari bunyi pernafasan, frekuensi pernafasan juga dapat menjadi

    salah satu faktor untuk mendeteksi kelainan yang terjadi pada sistem

    respirasi. Adapun freukuensi bernafas normal adalah bayi sebanyak 25  –  

    50 kali tiap menit, anak sebanyak 15  –   30 kali tiap menit dan dewasa

    sebanyak 12 –  20 kali tiap menit. Pada percobaan kali ini dilakukan oleh

    8 orang, dan hasil yang didapatkan dari 8 orang tersebut semuanya

    meniliki frekuensi pernafasan melebihi frekuensi orang dewasa normal

    yaitu 12  –   20 per menit. Ini dikarenakan saat bernafas freukuensi dan

    tekanan tiap orang yang melakukan percobaan tidak konstan dan tidak

    sama. Jika menurut data hasil frekuensi yang melibihi frekuensi normal

    disebut takipnea yaitu frekuensi pernapasan cepat yang abnormal.

    Pengujian yang terakhir adalah pengukuran volume pernafasan.

    Penentuan VT (Volume Tidal), VEC (Volume Ekspirasi Cadangan), dan

    VIC (Volume Inspirasi Cadangan) dapat dilakukan dengan menggunakan

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    19/24

    alat yang disebut spirometer. Spirometri merupakan suatu alat sederhana

    yang digunakan untuk mengukur volume udara dalam paru. Alat ini juga

    dapat digunakan untuk mengukur volume statik dan volume dinamik paru.

    Volume statik terdiri atas volume tidal (VT), volume cadangan inspirasi

    (VCI), volume cadangan ekspirasi (VCE), volume residu (VR), 

    kapasitas vital (KV), kapasitas vital paksa (KVP), kapasitas residu

    fungsional (KRF) dan kapasitas paru total (KPT). Contoh volume dinamik

    adalah volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan maximum

    voluntary ventilation (MVV). Nilai normal setiap volume atau kapasitas

     paru dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, ras

    dan bentuk tubuh. Terdapat berbagai macam alat spirometer, kesemuanya

    melakukan prinsip kerja yang sama yaitu mengukur besaran udara yang

    dihembuskan dan ditarik menggunakan sungkup mulut (mouthpiece).

    Adapun cara kerja Tes Spirometri dengan Alat Spirometer adalah

    dengan terlebih dahulu, pasien perlu mengukur berat badan dan tinggi

     badan. Kemudian melakukan tes spirometri, dengan menarik napas dalam

     –   dalam dengan posisi sungkup mulut terpasang pada mulut. Setelah

     penuh, tutuplah mulut Anda. Kemudian hembuskan napas sekencang  –  

    kencangnya dan semaksimal mungkin hingga udara dalam paru  –   paru

    Anda keluar sepenuhnya dan paru  –   paru Anda kosong. Proses ini

    memakan waktu beberapa detik. Terkadang penghembusan napas

    dilakukan perlahan hingga maksimum, tergantung jenis tes spirometri

    yang diperlukan. Pada prosesnya terdapat Penggunaan Penutup Hidung

    saat Melakukan Tes Spirometri yaitu sebuah klip penutup hidung dapat

    dipasang pada hidung pasien untuk memastikan tidak ada hembusan napas

    yang keluar melalui hidung saat tes dilakukan. Pengukuran spirometri

    dapat diulang dua hingga tiga kali untuk memastikan pengukuran yang

    akurat. Terkadang tes spirometri dilakukan dalam ruang tertutup khusus

    untuk memperoleh hasil yang lebih akurat dan detail.

    http://www.klikparu.com/2013/08/residual-volume-volume-residu-paru.htmlhttp://www.klikparu.com/2013/08/kapasitas-residu-fungsional.htmlhttp://www.klikparu.com/2013/08/kapasitas-residu-fungsional.htmlhttp://www.klikparu.com/2013/08/kapasitas-paru-total-total-lung.htmlhttp://www.klikparu.com/2013/08/kapasitas-paru-total-total-lung.htmlhttp://www.klikparu.com/2013/08/kapasitas-residu-fungsional.htmlhttp://www.klikparu.com/2013/08/kapasitas-residu-fungsional.htmlhttp://www.klikparu.com/2013/08/residual-volume-volume-residu-paru.html

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    20/24

    Volume tidal merupakan volume udara pada waktu inspirasi atau

    ekspirasi secara normal. Nilai VT bisa diperoleh dengan cara melakukan

    inhalasi secara normal dan kemudian ekshalasi ke dalam spirometer. Pada

     percobaan nilai VT di dapat 900 mL. VEC merupakan jumlah udara yang

    masih dapat dikeluarkan dengan berekspirasi sekuat-kuatnya pada saat

    akhir ekspirasi normal. Pada percobaan VEC didapat 450 mL. Sedangkan

    VIC merupakan volume ekstra udara yang masih dapat dihirup setelah

    inspirasi normal sebagai volume udara tambahan terhadap volume-volume

    tidal. VIC dapat diperoleh dari persamaan :

    KV = VT + VEC + VIC

    VIC = KV –  (VT + VEC)

    KV merupakan kapasitas vital, yaitu jumlah udara maksimum yang

    dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-parunya secara

    maksimum. Nilai KV dapat diperoleh dari alat spirometer dengan cara

    melakukan inhalasi sedalam mungkin dan ekshalasikan sekuat-kuatnya ke

    dalam spirometer. Pada percobaan nilai KV di dapat 2730 mL. Setelah

    mendapatkan nilai KV maka kita dapat mengetahui nilai VIC. Maka nilai

    VIC sebesar 1380 mL. Setelah mengetahui nilai VT, VEC, dan VIC, kita

    dapat mengetahui apakah pernafasan pada orang yang diuji normal atau

    tidak dengan cara membandingkan nilai VT, VEC, dan VIC. Pada

     pernafasan normal nilai perbandingan VT, VEC, VIC sebesar 1 : 2 : 6.

    Maka perbandingan nilai VT, VEC, dan VIC pada orang yang diuji adalah

    1 : 0,5: 1,53.

    Setelah dilakukan spirometri, akan keluar hasil pengukurannya yang

    disebut spirogram. Spirogram hambatan jalan napas dapat dilihat dari hasil

    volume dinamis, yaitu volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1)

    dan kapasitas vital paksa (FVC). FEV1 merupakan volume udara yang

    dapat dihembuskan selama detik pertama ekspirasi dalam suatu penentuan

    VC. Biasanya FEV1 adalah sekitar 80% dari VC (Sherwood, 2012).

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    21/24

    Perbandingan FEV1 dan FVC kurang dari 70% merupakan tanda dari

    Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) (Wijaya et al ., 2012).

    Tabel 1. Nilai Normal

    Parameter : FVC, FEVI adalah menentukan Fungsi Paru-paru

    Tabel 2. Parameter FVC, FEV1

    Orang sehat dapat menghembuskan 75-80% atau lebih FVC-nyadalam satu detik → rasio FEV1/FVC = 75-80%.

    Pada hasil pemeriksaan pada probanduns perempuan dengan umur 20

    tahun dan tinggi 159 cm, kapasitas vital paru didapatkan nilai sebesar 72

    %. Volume tidal 0.9, volume cadangan inspirasi 1,38 dan volume

    RESTRIKSI (FVC% atau

    FVC/pred. %)

    OBSTRUKSI (FEV1/FVC)%

    FEV1% (FEV1/pred.)

    Normal >80 % >75%

    Ringan 60 –  79 % 60 –  74%

    Sedang 30 –  59 % 30 –  59%

    Berat

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    22/24

    cadangan ekspirasi 0,45 . Kapasitas vital didapat setelah pertambahan dari

    volume tidal+volume cadangan inspirasi+volume cadangan ekspirasi.

     Normal untuk kapasitas vital paru adalah 4800 cc dan 80% dari kapasitas

    total paru. Dari hasil yang didapat bahwa kapasitas vital paru sebesar 72%

    dari kapasitas total paru sehingga dapat di interpretasikan bahwa nilai

    tersebut dibawah normal.

    Selanjutnya hasil pemeriksaan kapasitas vital paksa paru didapat

    angka FEV1/FVC= 64 % dari nilai prediksi 88%. Pada obstructive lung

    disease  indikasinya adalah apabila FEV1/FVC < 75%. Semakin rendah

    rasionya semakin parah osbtruksinya. Kemudian apabila restrictive lung

    disease indikasinya FEV1/FVC normal atau meningkat dari standarnya

    adalah 80% (Sherwood, 2011).

    Setelah mengetahui perbandingan VT, VEC, dan VIC tersebut serta

     berdasarkan hasil pengukuran volume ekspirasi paksa dalam satu detik

    (FEV1) dan kapasitas vital paksa (FVC) dapat disimpulkan bahwa

     pernafasan pada orang tersebut tidak normal dan berdasarkan erbandingan

    FEV1 dan FVC kurang dari 70% dimana hal ini merupakan tanda dari

    Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Ketidak normalan tersebut dapat

    dipengaruhi oleh cara melakukan inhalasi dan ekshalasi yang tidak tepat,

    ukuran alat pernafasan, kemampuan dan kebiasaan bernafas, serta kondisi

    kesehatan.

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    23/24

    IX.  KESIMPULAN

    1. 

    Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi

    oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh yang bertujuan

    untuk mempertahankan homeostasis. Fungsi ini disebut sebagai respirasi.

    Sistem pernapasan dimulai dari rongga hidung/mulut hingga ke alveolus, di

    mana pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dengan

    pembuluh darah. Respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan

    oksigen, pengeluaran karbondioksida hingga penggunaan energi di dalam

    tubuh.

    2. 

    Organ-organ yang terlibat dalam sistem respirasi adalah :- 

    Lubang hidung berfungsi untuk menarik dan menghembuskan nafas

    Rambut lubang hidung/silia berfungsi untuk menyaring partikel asing

    seperti debu yang hadir pada udara

    Trakea berfungsi untuk menyaring udara yang di hirup

    Faring berfungsi untuk mengeluarkan suara

    Paru-paru berfungsi sebagai organ utama sistem pernafasan

    Tenggorokan adalah tabung tulang yang menghubungkan paru-paru

    dengan mulut

    Mulut berfungsi untuk tempat keluar masuknya udara dan makanan

    3. 

    Cara atau prosedur untuk mendeteksi kelainan pada sistem pernafasan

    diantaranya dengan melakukan sistem inspirasi dan eksipirasi dengan

    melihat dari ukuran axsila dan xiphoid, bunyi pernafasan yang ditinjau dari

    bunyi nafas dan frekuensi nafas serta pengukuran volume pernafasan

    dengan menentukan nilai VT (Volume Tidal), VEC (Volume Ekspirasi

    Cadangan), dan VIC (Volume Inspirasi Cadangan) yang dapat dilakukan

    dengan menggunakan alat yang disebut spirometer.

  • 8/16/2019 B1 Kelompok1 Sistem Respirasi

    24/24

    DAFTAR PUSTAKA

    Alsagaff, Hood dan A, Mukty. 2005.  Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Cetakan

     Ketiga. Surabaya: Airlangga University Press

    Cambridge Communication Limited. 1999.  Anatomi Dan Fisiologi  : System

     Pernapasan Dan System Kardiovaskular. Edisi 2. Jakarta : EGC

    Campbell, et al. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

    Ganong, William. 2005.  Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC. 

    Guyton, A.C., and Hall, J.E. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11 th ed. 

    Philadelphia PA. USA: Elsevier Saunders.

    http:// www.patient.info/doctor/spirometry-calculator/ 

    Pallegrino, et al. 2005.  Interpretative Strategies For Lung Function Test . European

    Respiratory Journal No. 5.

    Pearce, E., C. 2009.  Anatomi Dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta : Gramedia

    Pustaka Utama

    Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem Ed.6  (Alih Bahasa

    : Brahm U Pendit). Jakarta : EGC.

    Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.

    Syaifuddin. 1996. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta : EGC.

    Wijaya, O., T.R. Sartono, S. Djajalaksana, dan A. Maharani. 2012. Peningkatan

    Persentase Makrofag dan Neutrofil pada Sputum Penderita Penyakit Paru

    Obstruktif Kronik Berhubungan dengan Tingginya Skor COPD

    Assessment Test (CAT). Jurnal Respirasi Indonesia, Vol. 32(4): 240-247.

    http://www.patient.info/doctor/spirometry-calculator/http://www.patient.info/doctor/spirometry-calculator/http://www.patient.info/doctor/spirometry-calculator/http://www.patient.info/doctor/spirometry-calculator/