Page 1
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
RENDAHNYA CAKUPAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU DENGAN BAYI
USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERSARI
KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2018
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan
Pendidikan Program Studi D III Kebidanan
STIKes Bhakti Kencana Bandung
Oleh :
YANNI HANDAYANI
NIM : CK.1.15.080
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN
B A N D U N G
2 0 1 8
Page 2
ABSTRAK
ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman apapun
sampai usia bayi 6 bulan. Cakupan ASI eksklusif di Indonesia sekitar 55,7%. Data
Dinkes Kabupaten Bandung didapatkan cakupan ASI eksklusif di Puskesmas
Sumbersari dengan jumlah bayi sebanyak 590 orang, yang tidak ASI eksklusif yaitu
sebanyak 95,08% (561 bayi) dan yang diberikan ASI eksklusif hanya 4,02% (29
orang).
Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan
dengan rendahnya cakupan ASI eksklusif pada ibu dengan bayi 6-12 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten Bandung tahun 2018.
Penelitian yang digunakan adalah deksiptif. Populasi penelitian sebanyak 561
orang. Sampel sebanyak 85 orang dengan teknik stratified random sampling dan
analisis data menggunakan univariat.
Hasil penelitian diketahui bahwa usia ibu dengan bayi usia 6-12 bulan lebih dari
setengahnya usia <20 tahun dan >30 tahun sebanyak 55,3% (47 orang),
berpendidikan SMP 45,9% (39 orang), ibu bekerja 77,6% (66 orang),
berpengetahuan kurang 54,1% (46 orang), bersikap tidak mendukung 54,1% (46
orang).
Simpulan didapatkan bahwa rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif
dikarenakan usia ibu <20 tahun dan 30 tahun, pendidikan SMP, ibu yang bekerja,
pengetahuan yang kurang dan sikap yang tidak mendukung terhadap pemberian
ASI eksklusif. Saran bagi tempat penelitian yaitu mengadakan penyuluhan
mengenai pemberian ASI eksklusif.
Kata kunci : ASI eksklusif, Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan, Sikap
Daftar Pustaka : 32 sumber (tahun 2010-2017)
Page 3
ABSTRACT
Exclusive breast milk mother is give breast milk without any food or drink until the
baby get 6 months old. Coverage exclusive breast milk mother in Indonesia
approximately is 55.7%. Data from the Bandung District Health Office obtained
exclusive breast milk mother coverage at Sumbersari Health Center with a total of
590 babies, 95.08% who were not gived exclusive breast milk mother (561 babies)
and only 4.02% (29 babies) who were gived exclusive breast milk mother.
The purpose of this research was to know description the factors related to the low
coverage of exclusive breast milk for mothers with 6-12 months of infants in the
work area of Sumbersari Health Center at Bandung District in 2018.
The research used is Descriptive. The research population was 561 peoples. The
sample was 85 peoples with stratified random sampling technique and data analysis
using univariate.
The results of the research is knowed that the mother's age with infants aged 6-12
months was more than half of the age of <20 years and> 30 years as many as 47
peoples (55.3%), junior high school educated as many as 45.9% (39 peoples),
working mother 77.6% as many as (66 peoples), low knowledge as many as 54.1%
(46 peoples), and behave with not supporting as many as 54.1% (46 peoples).
Conclusions were obtained that the low coverage of exclusive breast milk mother
becaused the maternal age <20 years and 30 years, junior high school education,
mother worker, low knowledge and attitude with did not support exclusive breast
milk mother. Suggestions for research place are making counseling about exclusive
breast milk mother.
Keywords: exclusive breast milk mother, age, education, work, knowledge,
Bibliography: 32 sources (2010-2017)
Page 4
PERNYATAAN PENULIS
Dengan ini saya:
Nama : Yanni Handayani
NIM : CK.1.15.080
Program Studi : DIII Kebidanan
Judul Laporan Tugas Akhir : Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Rendahnya Cakupan ASI Eksklusif pada
Ibu dengan Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten Bandung
Tahun 2018
Menyatakan:
1. Laporan Tugas Akhir saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan STIKes Bhakti Kencana Bandung
maupun di Perguruan Tinggi lainnya.
2. Laporan Tugas Akhir saya ini adalah karya tulis yang murni dan bukan hasil
plagiat atau jiplakan, serta asli dari ide dan gagasan saya sendiri tanpa bantuan
pihak lain kecuali arahan dari pembimbing.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan apabila kemudian
hari terdapat penyimpangan yang tidak etis, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik berupa pencabutan gelar yang saya peroleh serta sanksi lainnya sesuai
dengan norma yang berlaku di Perguruan Tinggi.
Page 5
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul : GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN RENDAHNYA CAKUPAN ASI EKSKLUSIF PADA
IBU DENGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUMBERSARI KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2018
Nama : YANNI HANDAYANI
NIM : CK.1.15.080
Telah disetujui untuk mengikuti Sidang Laporan Tugas Akhir
Program Studi D-III Kebidanan STIKes Bhakti Kencana Bandung
Page 6
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN RENDAHNYA CAKUPAN ASI EKSKLUSIF PADA
IBU DENGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUMBERSARI KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2018
Nama : YANNI HANDAYANI
NIM : CK.1.15.080
Telah diujikan didepan Tim Penguji
STIKes Bhakti Kencana Bandung, pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 23 Agustus 2018
Page 7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan laporan tugas
akhir guna menyelesaikan studi DIII kebidanan di STIKes Bhakti Kencana
Bandung. Sholawat beserta salam Penulis tunjukan kepada Junjungan kita Nabi
Muhammad SAW beserta para keluarga dan para sahabatnya.
Pada kesempatan ini pula, Penulis ingin mengucapakan terimakasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan yang sangat berarti
kepada:
1. H. Mulyana, SH., MPd., MH.Kes selaku Ketua Yayasan Adhi Guna
Kencana Bandung.
2. R. Siti Jundiah, M.Kep, selaku Ketua STIKes Bhakti Kencana Bandung;
3. Dewi Nurlaela Sari, M.Keb. selaku Ketua Program Studi Kebidanan
STIKes Bhakti Kencana Bandung.
4. Ina Sugiharti, S.ST., M.Kes. selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan dan meluangkan waktu serta tenaganya.
5. Dr.Rikmasari. selaku kepala puskesmas Sumbersari yang telah memberikan
ijin penelitian.
6. Bapa Jajang yang telah memberikan ijin uji Validitas Di puskesmas
Pakutandang.
7. Orang tua tercinta yang senantiasa mendo’akan dan mendukung secara
moril dan materil dengan penuh sabar dan penuh kasih sayang.
Page 8
8. Seluruh mahasiswa DIII Kebidanan Bhakti Kencana Bandung
Penulis menyadari dalam laporan tugas akhir ini masih banyak kekurangan,
untuk itu Penulis mengharapkan masukan baik kritik maupun saran yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan laporan tugas akhir.
Besar harapan Penulis, semoga penyusunan laporan tugas akhir ini dapat
bermanfaat khususnya bagi Penulis dan umumnya bagi pembaca.
Bandung, 06 Agustus 2018
Page 9
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI ...................................................................................... 7
2.1.1 Pengertian ASI ................................................................. 7
2.1.2 Alasan Pemberian ASI .................................................... 10
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI ........... 13
2.1.4 Usaha Memperbanyak ASI .............................................. 16
2.2 ASI Eksklusif ...................................................................... 18
2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif ................................................. 18
Page 10
2.2.2 Manfaat ASI Eksklusif .................................................... 19
2.2.3 Syarat ASI Eksklusif ........................................................ 22
2.2.4 Dampak tidak diberikan ASI Eksklusif .......................... 23
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Cakupan ASI
Eksklusif ......................................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................ 30
3.2 Populasi Penelitian ............................................................. 30
3.3 Sampel dan Cara Pengambilan Sampel ............................... 30
3.4 Kerangka Pemikiran dan Kerangka Konsep ...................... 34
3.5 Definisi Operasional ............................................................ 37
3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 38
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................. 38
3.8 Pengolahan dan Analisa Data .............................................. 40
3.9 Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................. 45
4.2 Pembahasan ........................................................................ 48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ............................................................................ 57
5.2 1Saran ................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA
Page 11
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Pengambilan Sampel .................................................................................... 32
3.2 Definisi Operasional..................................................................................... 37
3.3 Kategori Pertanyaan Berdasarkan Skala Likert ........................................... 43
4.1 Distribusi Frekuensi Usia pada Ibu dengan Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumbersari Kabupaten Bandung Tahun 2018 .......................... 45
4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan pada Ibu dengan Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten Bandung Tahun 2018 ................ 46
4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan pada Ibu dengan Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten Bandung Tahun 2018 ................ 46
4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan pada Ibu dengan Bayi Usia 6-12 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten Bandung Tahun 2018 . 47
4.5 Distribusi Frekuensi Sikap pada Ibu dengan Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumbersari Kabupaten Bandung Tahun 2018 .......................... 47
Page 12
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 36
Page 13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Informed Consent
Lampiran 2 : Kisi-kisi Kuesioner Validitas
Lampiran 3 Kuesioner Validitas
Lampiran 4 : Perhitungan Uji Validitas
Lampiran 5 : Kisi-kisi Kuesioner Penelitian
Lampiran 6 Kuesioner Penelitian
Lampiran 7 : Perhitungan Hasil Penelitian
Lampiran 8 : Lembar Konsultasi
Page 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, bersifat
ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa
tambahan makanan cairan maupun makanan padat (Prasetyono, 2009).
Berdasarkan data badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2014
menunjukkan rata-rata angka pemberian ASI eksklusif di dunia hanya sekitar
38 persen dari target minimal 50% hal ini membuktikan bahwa masih
rendahnya pemerintah ASI eksklusif dengan berbagai faktor yang
menyebabkan tidak tercapainya target minimal tersebut. Rendahnya pemberian
ASI eksklusif ini dikarenakan pengetahuan dan sikap yang merasa kurang
penting diberikannya ASI sampai umur bayi 6 bulan (Carmen, 2014).
Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2015 cakupan ASI
eksklusif di Indonesia mencapai 55,7%. Dengan target renstra 2015 sebesar
39%. Di Jawa Barat tercatat jumlah bayi yang diberi ASI ekslusif hanya
sebanyak 35,3% (Kemenkes RI, 2016).
Data Dinkes Provinsi Jawa Barat tahun 2016 yang termasuk cakupan
ASI eksklusif yang paling rendah yaitu di Kabupaten Bandung yaitu hanya
sebanyak 5.271 bayi dari total 30.631 bayi (17,2%) dari target 75%. Selanjutnya
berdasarkan Dinkes Kabupaten Bandung didapatkan bahwa salah satu wilayah
Page 15
yang paling rendah cakupan ASI eksklusif yaitu wilayah Puskesmas
Sumbersari Ciparay (Dinkes Kabupaten Bandung, 2016).
Berbagai faktor yang menyebabkan target pemberian ASI eksklusif
tidak tercapai diantaranya faktor usia yang masih rendah, pendidikan rendah,
ibu yang bekerja, pengetahuan kurang dan sikap yang tidak mendukung
(Fikawati, 2014; Mamonto, 2015; Meiyana, 2016; dan Fitriyani, 2017).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 disebutkan
bahwa tempat kerja (perusahaan, kantor pemerintah, pemerintah desa dan
swasta) harus mendukung program ASI eksklusif dengan memberikan fasilitas
ruang laktasi dan memberikan kesempatan ibu bekerja unutk menyusui atau
memerah ASI. Apabila tidak menjalani peraturan tersebut dapat terkena saksi
sesuai Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 dalam pasal 200 dan 201 yaitu
ancaman pidana kurangan paling berat selama 1 tahun dan denda maksimal Rp.
100 juta. Untuk perusahaan, denda menjadi maksimal 3 kali lipat atau Rp. 300
juta dan ancaman pencabutan badan izin usaha.
Kondisi yang sama berlaku pada sarana umum seperti pusat
perbelanjaan, terminal dan stasiun kereta api. Keberhasilan dalam program
tersebut hanya tercapai 16,9% dari target 75%. Pencapaian keberhasilan hanya
sampai pada usia bayi tiga bulan saja, sedangkan pencapaian menurun setelah
bayi lebih dari tiga bulan, hal ini salah satunya dikarenakan pengetahuan ibu
yang kurang dan ibu yang bekerja (Dinkes Kabupaten Bandung, 2016).
Dampak bayi tidak diberikan ASI eksklusif diantaranya bayi lebih
sering menderita diare, bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu,
Page 16
terjadinya malnutrisi, menurunnya daya tahan tubuh bayi sehingga bayi cepat
terkena penyakit infeksi, terjadi obstruksi usus karena usus bayi belum mampu
melakukan gerak peristaltik secara sempurna (Narendra, 2012).
Puskesmas Sumbersari dengan alamat lengkap Jl. Sumbersari Desa
Sumbersari Kecamatan Ciparay kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat.
Puskesmas Sumbersari memiliki wilayah kerja di 4 desa diantaranya desa
Sumbersari, desa Serangmekar, desa Ciheulang dan Desa Bumiwangi. Jarak
tempuh terjauh sekitar 10 km dan bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat
maupun roda dua. Cakupan ASI eksklusif terendah (4,91%) dibandingkan
dengan Puskesmas di Ciparay yaitu Puskesmas Ciparay DTP (11,73%) dan
Pueksmas Pakutandang (10,21%).
Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Sumbersari Ciparay
Kabupaten Bandung didapatkan cakupan ASI eksklusif pada tahun 2017
sebesar 4,91% sesuai dengan data dari Dinkes Kabupaten Bandung dengan data
jumlah bayi sebanyak 590 orang yang tidak ASI eksklusif yaitu sebanyak 561
bayi (95,08%) dan yang diberikan ASI eksklusif hanya 29 orang (4,02%), peran
tenaga kesehatan selama ini memberikan informasi kepada ibu tentang ASI
eksklusif pada saat ibu datang memeriksakan bayi namun belum pernah ada
evaluasi mengenai informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Keberhasilan Ibu menyusui memerlukan peran petugas kesehatan
terutama petugas pelayanan perinatal seperti bidan yang terlatih dan mengerti
akan proses menyusui.Oleh karena itu, pada trimester III adalah waktu yang
tepat pula untuk mempersiapkan ibu untuk menyusiu ASI eksklusif, untuk
Page 17
meningkatkan pengetahuan ibu hamil pada trimester III tentang ASI eksklusif
perlu dilakukan konseling dan pemberian informasi lebih mendalam sehingga
memberikan pengetahuan yang baik mengenai ASI eksklusif. Pengetahuan,
sikap dan tindakan petugas kesehatan seperti bidan adalah faktor penentu
kesiapan petugas dalam mengelola Ibu menyusui dengan tata laksana laktasi
(manajemen laktasi) sehingga pelaksanaan ASI Eksklusif meningkat
(Soetjiningsih, 2010).
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara terhadap lima orang ibu
dengan bayi usia 6-12 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif didapatkan
4 orang ibu tidak mengetahui tentang bayi yang harus diberikan ASI saja
sampai 6 bulan, 5 orang ibu mengatakan bahwa mereka sudah memberikan MP
ASI dikarenakan bayi tampak lapar. Didapatkan dari 5 orang ibu tersebut
mengatakan bayinya sering mengalami diare setidaknya 3 bulan sekali. Studi
pembanding di wilayah kerja Pukesmas Pakutandang dengan cakupan ASI
eksklusif yang rendah dan masih dalam satu kecamatan Ciparay merupakan
urutan kedua terendah setelah Puskesmas Sumbersari sehingga dijadikan
tempat untuk uji validitas.
Dengan latar belakang di atas, yaitu masih rendahnya cakupan
pemberian ASI eksklusif dikarenakan berbagai faktor penyebab, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran faktor-faktor
yang berhubungan dengan rendahnya cakupan ASI eksklusif pada ibu dengan
Page 18
bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten
Bandung tahun 2018”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: bagaimana gambaran
faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya cakupan ASI eksklusif pada
ibu dengan bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari
Kabupaten Bandung tahun 2018?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan
dengan rendahnya cakupan ASI eksklusif pada ibu dengan bayi usia 6-
12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten Bandung
tahun 2018.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui rendahnya cakupan ASI eksklusif pada ibu dengan bayi
usia 6-12 bulan berdasarkan usia ibu di wilayah kerja Puskesmas
Sumbersari Kabupaten Bandung tahun 2018.
2. Mengetahui rendahnya cakupan ASI eksklusif pada ibu dengan bayi
usia 6-12 bulan berdasarkan pendidikan ibu di wilayah kerja
Puskesmas Sumbersari Kabupaten Bandung tahun 2018.
Page 19
3. Mengetahui rendahnya cakupan ASI eksklusif pada ibu dengan bayi
usia 6-12 bulan berdasarkan pekerjaan ibu di wilayah kerja
Puskesmas Sumbersari Kabupaten Bandung tahun 2018.
4. Mengetahui rendahnya cakupan ASI eksklusif pada ibu dengan bayi
usia 6-12 bulan berdasarkan pengetahuan ibu di wilayah kerja
Puskesmas Sumbersari Kabupaten Bandung tahun 2018.
5. Mengetahui rendahnya cakupan ASI eksklusif pada ibu dengan bayi
usia 6-12 bulan berdasarkan sikap ibu di wilayah kerja Puskesmas
Sumbersari Kabupaten Bandung tahun 2018.
6. Mengetahui gambaran pengetahuan berdasarkan usia, pendidikan,
pekerjaan dan sikap ibu di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari
Kabupaten Bandung tahun 2018.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Diharapkan dapat memperoleh pengalaman dari hasil studi
penelitian tentang gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan
rendahnya cakupan ASI eksklusif.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
lembaga pendidikan sebagai tambahan kepustakaan dan bahan bacaan
serta memberikan motivasi untuk peneliti selanjutnya untuk
meneruskan penelitian ini ke tahap yang lebih seperti mencari faktor-
faktor lain yang mempengaruhi cakupan ASI eksklusif.
Page 20
1.4.3 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai sumber informasi untuk dijadikan bahan masukan yang
dapat digunakan untuk melakukan pelayanan secara tepat dalam
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan di Puskesmas maupun di
bidan praktek swasta. Dan hasil penelitian bisa dijadikan suatu
identifikasi masalah dalam upaya meningkatkan cakupan ASI eksklusif.
Page 21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI
2.1.1 Pengertian ASI
ASI adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi yang
bersifat alamiah, dan mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan
dalam proses pertumbuhan dan pengembangan bayi (Marmi, 2012).
ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara
ibu melalui proses menyusui. ASI merupkan makanan yang disiapkan
untuk bayi mulai masa kehamilan payudara sudah mengalami perubahan
untuk memproduksi ASI. Makanan-makanan yang diramu menggunakan
teknologi modern tidak bisa menandingi keunggulan ASI karena ASI
mempunyai nilai gizi yang tinggi dibandingkan dengan makanan buatan
manusia ataupun susu yang berasal dari hewan sapi, kerbau atau kambing
(Soetjiningsih, 2012).
Berdasarkan waktu diproduksi atau stadium laktasi, ASI dapat
dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh
kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material
yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum
dan segera sesudah melahirkan anak. Tentang kolostrum :
a. Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari
ketiga atau hari keempat dari masa laktasi.
b. Komposisi kolostrum dari hari kehari berubah.
c. Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-
kuningan lebih kuning dibandingkan ASI Mature.
d. Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan
meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
Page 22
e. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature,
tetapi berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama
adalah casein pada kolostrum protein yang utama adalah globulin,
sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap
infeksi.
f. Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature
yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan
pertama.
g. Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan
dengan ASI Mature.
h. Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58
kalori/100ml kolostrum.
i. Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam
air dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
j. Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.
k. PH lebih akalis dibandingkan ASI Mature.
l. Lemaknya lebih banyak mengandung cholestrol dan lecitin
dibandingkan ASI Mature.
m. Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein didalam
usus bayi menjadi kurang sempurna, yang akan menambah kadar
antibodi pada bayi.
n. Volumenya berkisar 150/300 ml/24 jam.
2. Air Susu Peralihan (Masa Transisi)
Page 23
a. Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI Mature.
b. Disekresi dari hari ke-4 hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada
pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada
minggu ke3 sampai ke-5.
c. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan
karbohidrat semakin tinggi.
d. Volume semakin meningkat.
3. Air Susu Mature
a. ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, yang
dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa minggu ke-3 sampai ke-5 ASI komposisinya
baru konstan.
b. Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada
yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan
satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
c. ASI merupakan makanan yang mudah didapat, selalu bersedia,
siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan
temperatur yang sesuai untuk bayi.
d. Merupakan cairan putih kuning-kuningan, karena mengandung
casienat, riboflaum dan karotin.
e. Tidak menggumpal bila dipanaskan.
f. Volume : 300-850ml/24 jam.
Page 24
g. Terdapat anti microbaterial faktor, yaitu : antibodi terhadap
bekteri dan virus, cell (phagocyle, granulocyle, macrophag,
lymhocyle type T), enzim (lyzosime, lactoperoxidese), protein
(lactoferrin, B12 Ginding Protein), faktor resisten terhadap
staphylococcus, dan complecement (C3 dan C4) (Marmi, 2012).
2.1.2 Alasan Pemberian ASI
ASI diberikan kepala bayi keren mengandung banyak manfaat
dan kelebihan antara lain menurunkan resiko penyakit infeksi misalnya
: diare, infeksi saluran nafas dan infeksi telinga. Disamping itu ASI juga
bisa mencegah penyakit non infeksi misalnya alergi, obesitas, kurang
gizi, asma dan eksem. ASI dapat pula meningkatkan kecerdasan anak
(Sunardi, 2013).
ASI telah terbukti sangat bermanfaat dalam mencegah berbagai
penyakit seperti :
1. Infeksi saluran cerna baik akut maupun kronik
2. Infeksi saluran cerna lainnya
3. Infeksi saluran nafas
4. Mengandung anti virus dan anti bakteri
5. Faktor anti parasit
Faktor propektif yang meliputi :
1. Epidermal Growth Faktor (EGF)
EGF merupakan komponen terbanyak dari faktor
pertumbuhan yang terdapat dalam ASI yang mempunyai efek
terhadap poliferasi dan diferensiasi dari epitel sel usus.
2. Faktor-faktor kekebalan untuk tubuh bayi
Page 25
a. Lactobacillus Bifidus cepat tumbuh dan berkembang biak dalam
saluran pencernaan bayi mendapat ASI. Hal ini dikarenakan ASI
mengandung polisakarida yang berkaitan dengan nitrogen, tidak
terdapat dalam susu formula. Kuman ini akan mengubah laktosa
yang banyak terdapat dalam ASI menjdai asam laktat dan asam
asetat dan situasi yang asam daripada cairan susu ini akan
menghambat pertumbuhan E.Colli jenis kuman yang paling
sering menyebabkan diare pada bayi.
b. Anti-stafilokok berkhasiat menghambat pertumbuhan
staphylokok
c. IgA sekresi dan IG lainnya berkhasiat melindungi tubuh
terhadap infeksi saluran makanan dan saluran pencernaan. IgA
dan IgE merupakan imunitas humoral. Secara elektrofetik,
kromatografik dan radio immuno assay telah terbukti bahwa ASI
terutama kolostrum mengandung immunoglobulin SigA, SigA
ini tahan terhadap enzym protelitik dalam saluran cerna dan
membentuk lapisan dipermukaan mukosa usus sehingga
mencegah bakteri patogen dan enterovirus untuk masuk
d. Komplemen C43 dan C4 berkhasiat sebagai daya opsonik,
kemotaktik dan anafilaktik. Walaupun jumlahnya kecil di dalam
ASI. Komplemen diaktifkan oleh IgA dan IgE yang terdapat di
dalam ASI.
e. Lisozyim berkhasiat menghancurkan sel dinding bakteri kadar
lysozym dalam ASI adalah 300kali kadar dalam susu sapi.
Page 26
f. Laktoperoksidase berkhasiat membunuh streptokok.
g. Sel darah putih (leukosit) berkhasiat sebagai fagositosis,
menghasilkan Sig A, C3, C4 dan laktoferin, leukosit sebagai
imunitas seluler, sembilan puluh persen dalam ASI terdiri dari
makrofag yang berfungsi untuk membunuh dan memfatogenesis
mikroorganisme, membentuk C3, dan C4 serta lisozym dan
laktoferin. Sepuluh persen lagi terdiri dari limfosit T dan B.
h. Laktoferin berkhasiat membunuh kuman dengan jalan merubah
ion zat besi (Fe). Laktoferin adalah protein yang terkait dengan
zat besi. laktoferin ini dapat mengahambat pertumbuhan
stapilokok dan E.Colli. Dengan cara mengikat zat besi sehingga
kuman tidak mendapat zat besi yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhannya. Selain itu, laktoferin juga terbukti dapat
menghambat pertumbuhan jamur kandida (Marmi, 2012).
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI,
meliputi beberapa faktor sebagai berikut:
1. Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang
dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup
mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi
ASI, karena kelenjar pembuat ASI dapat bekerja dengan sempurna
tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang
baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak,
dan vitamin serta mineral yang cukup. Bahan makanan yang
dibatasi untuk ibu menyusui :
Page 27
a. Yang merangsang seperti : cabe, merica, jahe, kopi, alkohol.
b. Yang membuat kembung, seperti : ubi, singkong, kol, sawi, dan
daun bawang.
c. Bahan makanan yang banyak yang mengandung gula dan
lemak.
2. Emosi dan keadaan psikis
Emosi dan keadaan psikis ibu sangat mempengaruhi refleks
pengaliran susu. Karena refleks ini mengontrol perintah yang
dikirim oleh hipotalamus pada kelenjar bawah otak. Bila
dipengaruhi ketegangan, cemas, takut, dan kebingungan, air susu
pun tidak akan turun dari alveoli menuju puting, hal ini sering
terjadi pada hari-hari pertama menyusui, saat refleks pengaliran
susu belum sepenuhnya berfungsi. Refleks pengaliran susu dapat
berfungsi baik hanya jika ibu merasa rileks dan tenang, tidak tegang
ataupun cemas. Suasana ini bisa dicapai bila ibu punya kepercayaan
diri dan istirahat cukup, serta tidak kelelahan. Mendengar suara
tangis bayi atau bahkan memikirkan bayi bisa menyebabkan refleks
pengaliran susu bekerja, sehingga susu pun tidak bisa memancar.
3. Penggunaan alat kontrasepsi
Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat
kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi
yang tidak tepat dapat mempengaruhi jumlah produksi ASI.
4. Perawatan payudara
Perawatan payudara bisa dilakukan saat masih dalam masa
kehamilan. Karena perawatan yang benar akan memperlancar
produksi ASI. Dengan merangsang payudara akan mempengaruhi
hypopise untuk mengeluarkan hormon progesteron, estrogen dan
oksitosinlebih banyak lagi. Hormon oksitosin akan menimbulkan
kontraksi pada sel-sel lain sekitar alveoli (lubang-lubang kecil di
paru-paru) mengakibatkan susu mengalir turun kearah puting,
sehingga bisa diisap bayi.
5. Anatomis payudara
Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobulus pun
berkurang. Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena
Page 28
sel-sel acini yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah
akan berkurang.
6. Fisiologis
Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolaktin
ini merupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal
pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu.
7. Istirahat cukup
Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam
menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan
pengeluaran ASI berkurang.
8. Faktor isapan anak
Bila ibu jarang menyusui anak dan berlangsung sebentar
maka isapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI
berkurang karena bila mulut bayi menyentuh puting ibu, refleks
mengisapnya segera bekerja. Semakin anda sering menyusui bayi
anda, maka produksi ASI anda juga semakin banyak.
9. Faktor obat-obatan
Diperkirakan obat-obatan yang mengandung hormon
mempengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin yang berfungsi
dalam pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-
hormon ini terganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi
pembentukan dan pengeluaran ASI (wordpress id, 2014).
2.1.4 Usaha Memperbanyak ASI
1. Tingkatan frekuensi menyusui atau memompa atau memeras ASI
Jika anak belum mau menyusui karena masih kenyang,
perahlah atau pompa lah ASI. Produksi ASI prinsipnya based on
demand sama seperti prinsip pabrik, yaitu jika makin sering diminta
disusui atau diperas atau di pompa maka makin banyak ASI yang di
produksi.
2. Ibu harus dalam keadaan rileks
Kondisi ibu menyusui sangat menentukan keberhasilan ASI
eksklusif menurut penelitian, lebih dari 80% kegagalan ibu
menyusui dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor
psikologis ibu menyusui. Maka pada saat bersamaan ratusan sensor
Page 29
pada otak akan memerintahkan hormon oksitosin (produksi ASI)
untuk bekerja lambat, dan akhirnya produksi ASI menurun, disini
juga memerlukan peraan dan dukungan suami agar menciptakan
suasana yang nyaman bagi ibu sehingga ibu dapat lebih rileks dan
bisa menerapkan ASI eksklusif.
3. Ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi khususnya yang dapat
meningkatkan produksi ASI seperti sayur katuk.
Semua ASI yang dihasilkan oleh ibu berasal dari makanan
apa yang dikonsumsi ibu itu sendiri. Banyak mengkonsumsi buah-
buahan segar, makanan bergizi, minum susu serta yang
mengandung banyak cairan bisa membantu proses laktasi.
4. Lakukan perawatan payudara
Merawat payudara selama kehamilan adalah salah satu
bagian penting yang harus diperhatikan sebagai persiapan untuk
menyusui nantinya. Saat hamil, payudara akan membesar dan
daerah sekitar puting akan lebih gelap warnanya dan juga lebih
sensitif. Semua ini terjadi untuk persiapan tubuh ibu hamil untuk
memberikan makanan pada bayinya.
5. Istirahat yang cukup untuk ibu menyusui
Kelelahan bisa menjadi penyebab turunnya produksi ASI.
Oleh karena itu ibu yang sedang menyusui juga harus istirahat yang
cukup. Tak ada salahnya untuk ikut tidur sejenak ketika si kecil
sedang tidur siang, keuntungan lain dari istirahat yang cukup adalah
membantu mempercepat kembali pulihnya alat reproduksi.
6. Hindari pemberian susu formula
Terkadang karena banyak orang tua merasa bahwa ASI nya
masih sedikit atau takut anak tidak kenyang, banyak yang segera
memberikan susu formula. Padahal pemberian susu formula itu
justru akan menyebabkan ASI semakin tidak lancar. Anak relatif
malas menyusu atau malah bingung puting terutama pemberian
susu formula dot, begitu bayi diberikan susu formula, maka saat dia
menyusu pada ibunya akan merasa kekenyangan. Sehingga volume
ASI makin berkurang, makin sering susu formula diberikan, maka
makin sedikit ASI yang di produksi (Marmi, 2012).
Page 30
2.2 ASI Eksklusif
2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah (menyusui dengan ASI saja sampai bayi
berumur 6 bulan) merupakan nutrisi bagi bayi berupa air susu ibu tanpa
memberikan makanan tambahan, cairan, ataupun makanan lainnya,
hingga berumur 6 bulan (Marmi, 2012).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini
ungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi
makanan lain, walaupun haya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.
Setelah 6 bulan bayi mulai diberikan dengan makanan lain dan tetap
diberi ASI sampai bayi berumur 2 tahun (Pamekasan, 2014).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan cairan
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur, biskuit, bubur nasi dan
tim (Roesli, 2014).
2.2.2 Manfaat ASI Eksklusif
1. Manfaat ASI terhadap kelangsungan hidup dan kesehatan bayi
a. Menyelamatkan nyawa, ASI eksklusif adala sumber paling
efektif untuk mencegah kematian anak namun hanya kurang
dari 40 persen bayi dibawah 6 bulan menerima manfaat
pemberian ASI. Bayi di bawah usia 2 bulan yang tidak disusui
adalah enam kali lebih mungkin untuk meninggal akibat diare
atau infeksi saluran pernapasan akut daripada mereka yang
disusui. Sekitar 1,3 juta kematian dapat di cegah setiap tahun
ketika pemberian ASI eksklusif meningkat menjadi 90 persen.
b. Melindungi terhadap penyakit, ASI kolostrum mengandung
agen anti bakteri dan anti virus mempunyai komposisi vitamin
A yang tinggi yang melindungi bayi terhadap penyakit.
Page 31
c. Mempercepat permulihan anak yang sakit, ASI berguna selama
diare untuk mengurangi tingkat keparahan dan lamanya diare
dan resiko kekurangan gizi, karena ASI merupakan sumber
makanan yang higienis dengan komposisi yang sempurna dari
energi, protein, lemak,vitamin dan nutrisi lain untuk bayi dalam
enam bulan pertama. ASI adalah satu-satunya sumber yang
aman dan dapat diandalkan makanan untuk bayi bahkan
sewaktu dia sakit.
d. Memenuhi semua kebutuhan air, ASI mengandung 88% air
studi menunjukan bahwa anak yang mengkonsumsi ASI
Eksklusif di bawah 6 bulan tidak mambutuhkan cairan
tambahan, bahkan di negara-negara dengan suhu yang sangat
tinggi dan kelembaban rendah.
e. Mengoptimalkan perkembangan fisik dan mental anak. Bayi
yang di beri ASI menunjukan perkembangan yang lebih baik
dengan IQ yang lebih tinggi dari pada anak-anak yang tidak
diberi ASI Eksklusif. Nutrisi kunci yang sangat penting untuk
kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan anak.
f. Beberapa penelitian mengatakan bhwa anak yang diberikan ASI
akan lebih cenderung mengurangi kemungkinan obesitas,
pemberian susu formula 20-30 persen akan kemungkinan anak
akan lebih gemuk.
Page 32
g. Rata-rata bayi yang diberikan ASI eksklusif akan memiliki
tekanan darah tinggi yang lebih rendah, ini akan membantu bayi
terhindar dari penyakit jantung juga.
2. Manfaat ASI Eksklusif untuk Ibu
a. Menyusui ASI membantu wanita menurunkan berat badan
setelah melahirkan, wanita akan membakar banyak kalori
selama menyusui karena tubuh mereka memproduksi susu.
b. Menyusui akan membuat hormon (oxytocin) yang
menyebabkan rahim kembali ke ukuran normal lebih cepat.
c. Ketika seorang wanita melahirkan dan menyusui bayinya,
manfaat ASI untuk wanita iyalah melindungi dirinya dari
menjdai hamil lagi terlalu cepat, suatu bentuk kontrol kelahiran
yang 98% lebih efektif daripada menggunakan kontrasepsi.
d. Menyusui tampaknya mengurangi risiko ibu terkena
osteoporosis, meskipun ibu pasti akan mengalami proses
pengeroposan tulang, kepadatan mineral mereka di isi kembali
dan bahkan meningkat setelah menyusui.
e. Wanita yang menyusui ASI selama dua tahun atau lebih akan
mengurangi kemungkinan mereka terkena kanker payudara
sebesar 24%.
f. Ibu dapat semakin intim selama menyusui dengan bayinya,
sehingga perasaan yang lebih kuat dari dengan bayinya. Para
peneliti telah menunjukan bahwa ikatan ibu menyusui dan anak
Page 33
lebih kuat daripada hubungan dengan manusia lain, memegang
anak kedalamnya menyediakan sebagai besar ibu dengan
pengalaman psikologis lebih kuat daripada membawa janin
kedalam rahimnya, perasaan ini menetapkan dasar kesehatan
dan psikologis selama bertahun-tahun yang akan datang.
g. Menghemat uang formula bayi, peralatan sterilisasi dan
makanan bayi bisa mengeluarkan banyak uang. Belum lagi
banyak keluarga harus mengeluarkan banyak uang untuk
mengobati penyakit akibat tidak mengkonsumsi ASI
(Wishingbaby, 2014).
h. Manfaat ASI Eksklusif adalah memberikan perlindungan yang
diperlukan oleh bayi. Sebaiknya kita ibunya yang
mengusahakan produksi ASI bisa meningkat dan mencukupi si
bayi (Marmi, 2012).
2.2.3 Syarat ASI Eksklusif
ASI Eksklusif syaratnya adalah :
1. Hanya memberikan ASI saja sampai 6 bulan
2. Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir
3. Tidak memberikan cairan atau makanan lain selain ASI, kepada bayi
baru lahir
4. Menyusui sesuai kebutuhan bayi
Page 34
5. Berikan kolostrum ASI yang keluar pada hari pertama yang
mempunyai nilai gizi tinggi
6. Cairan lain yang boleh diberikan hanya vitamin, mineral, obat dalam
bentuk drop atau sirup (Marmi, 2012).
2.2.4 Dampak tidak diberikan ASI Eksklusif
1. Bayi lebih sering menderita diare karena pembentukan zat anti oleh
susu bayi yang belum sempurna.
2. Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu. Keadaan ini
terjadi akibat usus bayi masih permeabel, sehingga mudah dilalui
oleh protein asing.
3. Terjadi malnutrisi/gangguan pertumbuhan anak karena zat essensial
yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang panjang
akan mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut sehingga
menimbulkan keadaan obesitas dan dapat merupakan racun bagi
tubuh.
4. Produksi ASI menurun. Karena bayi sudah kenyang dengan
makanan tambahan tadi, maka frekuensi menyusu menjadi lebih
jarang, akibatnya dapat menurunkan produksi ASI dan bayi
kekurangan zat – zat yang dibutuhkan sebelum usia 4 bulan atau 6
bulan yang tidak dapat diberikan oleh makanan lain.
Page 35
5. Tingginya solute load dari makanan tambahan yang diberikan,
sehingga dapat menimbulkan hiperosmolaritas yang meningkatkan
beban ginjal
6. Menurunkan daya tahan tubuh bayi karena bayi kekurangan protein
yang sangat dibutuhkan selama masa pertumbuhan.
7. Terjadi obstruksi usus karena usus bayi belum mampu melakukan
gerak peristaltik secara sempurna (Ratih, 2013).
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Cakupan ASI
Eksklusif
1. Usia
Usia mempengaruhi bagaimana ibu mengambil keputusan
dalam pemeliharaan kesehatan dirinya, semakin bertambah usia
maka pengalaman dan pengetahuan semakin bertambah atau dengan
usia yang bertambah pengalaman terhadap pengetahuan dan sumber
informasi yang didapat lebih baik. Semakin bertambah usia (tua)
maka pengalaman dan pengetahuan semakin bertambah
(Notoatmodjo, 2010).
Pengeluaran ASI yang terlambat akan mengakibatkan
kegagalan pemberian ASI secara eksklusif pada bayi. Usia
berhubungan dengan pengeluaran ASI (onset ASI). Menurut River
(2010) dalam Novitasari (2015) umur yang dapat mempercepat
terjadinya pengeluaran ASI adalah antara 20-30 tahun, pada umur
tersebut pengeluaran ASI keluar secara sempurna dan mengalami
penurunan setelah lebih dari 30 tahun.
Pengkategorian usia menggunakan pembagian sebagai
berikut:
1) < 20 tahun dan > 30 tahun
Page 36
2) 20-30 tahun (Novitasari, 2015)
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima
ide-ide dan teknologi yang baru (Notoatmodjo, 2010). Domain
pengetahuan erat kaitanya dengan usia dan tingkat pendidikan
seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah atau sedang akan
mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman responden tentang
pemberian ASI eksklusif rendah dan sebaliknya tingkat pendidikan
tinggi akan menjadikan pengetahuan dan pemahaman responden
tentang pemberian ASI eksklusif lebih baik (Sunaryo, 2014).
Pengkategorian pendidikan dibagi menjadi: SD, SMP, SMA
dan Perguruan Tinggi (Sunaryo, 2014).
3. Pekerjaan
Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan
maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau
keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat pekerja
memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai
pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan berkembangnya
IPTEK dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang
Page 37
berkualitas dan mempunyai produktifitas yang tinggi sehingga
mampu meningkatkan kesejahteraan (Siregar, 2014). Praktek
pemberian makan pada bayi dari ibu bekerja di rumah sama dengan
pada ibu yang tidak bekerja (Pernanda, 2014).
Ibu yang bekerja dengan meninggalkan rumah, 2 kali lebih
besar kemungkinannya memperkenalkan susu botol pada bayinya
dalam waktu dini dibanding yang bekerja tanpa meninggalkan
rumah dan 4 kali dibanding ibu yang tidak bekerja. Pertukaran jam
kerja yang kaku, tidak tersedianya tempat penitipan anak, jarak
lokasi bekerja yang jauh dan kebijakan cuti melahirkan yang kurang
mendukung menyebabkan ibu harus meninggalkan bayinya selama
beberapa jam sehingga sulit untuk menyusui on demand (Pernanda,
2014). Status pekerjaan juga menjadi salah satu alasan pemberian
MP ASI dini. Status pekerjaan yang semakin baik dan sosial
ekonomi keluarga yang meningkat inilah yang menyebabkan dan
memudahkan ibu untuk memberikan susu formula dan MP ASI pada
anak dibandingkan dengan pemberian ASI eksklusif (Sunaryo,
2014).
Hasil ukur untuk pekerjaan dibagi menjadi dua kategori
yaitu:
1) Bekerja
2) Tidak Bekerja (Notoatmodjo, 2010).
Page 38
4. Pengetahuan
Pengetahuan para ibu juga berhubungan dengan sumber
informasi yang ibu dapatkan dari mitos dan media massa. Ibu
menyatakan bahwa penyebab ASI tidak diberikan secara eksklusif
yakni pemberian MP ASI dini pada bayi mereka dikarenakan
adanya kebiasaan ibu dalam memberikan MP ASI turun temurun
dari orang tuanya seperti pemberian bubur nasi dan bubur pisang
pada saat upacara bayi (aqiqah) yang telah mencapai usia tiga
bulanan. Tidak hanya itu saja, ibu menyatakan juga tertarik akan
iklan susu formula yang sekarang ini sedang gencar-gencarnya
dilakukan oleh produsen susu (Sukandar, 2013).
Hasil ukur untuk variabel pengetahuan dibagi menjadi tiga
kategori diantaranya yaitu:
1) ≤ 56% Kurang
2) >56-<75% Cukup
3) ≥ 75% Baik (Notoatmodjo, 2010)
5. Sikap
Sikap merupakan proses evaluatif dari dalam diri seseorang.
Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan
dalam sikap timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri
individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk
baik-buruk, mendukung-tidak mendukung, positif-negatif,
menyenangkan-tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal
sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2010).
Pengambilan data skala sikap menggunakan instrumen
berupa skala likert. Skala likert yang digunakan menggunakan
Page 39
alternatif jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak
setuju. Dengan penilaian sebagai berikut:
1) Unfavorable (Tidak mendukung, Negatif) apabila skor di bawah
nilai mean/median
2) Favorable (Mendukung, Positif) apabila skor di atas nilai
mean/median
Penentukan nilai batas tengah mean atau median dengan
menggunakan hasil uji normalitas, apabila hasil uji normalitas
berdistribusi normal maka menggunakan mean dan apabila hasil uji
normalitas berdistribusi tidak normal maka mengunakan median
(Sugiyono, 2009).
Terdapat 3 komponen yang mendasar suatu sikap (Azwar,
2013), yaitu:
a. Kognitif, merupakan kepercayaan (keyakinan), ide dan
konsep terhadap suatu objek tentang objek atau orang tersebut.
b. Afektif merupakan kehidupan emosional atau evaluasi
terhadap suatu objek yang didalamnya termasuk perasaan suka
tidak suka terhadap suatu objek atau orang.
c. Konatif/tindakan yaitu kecenderungan untuk bereaksi
terhadap objek atau orang tersebut.
Ketiga komponen tersebut secara kesatuan membentuk
sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh
ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang
peranan penting.
Sikap dapat mempengaruhi terhadap pemberian ASI
eksklusif, sikap berhubungan dengan pendapat ibu tentang
pemberian makanan selain ASI, pendapat mengenai anak dengan
usia kurang dari 6 bulan dengan kondisi aktif dikatakan apabila
MP ASI tidak diberikan maka anak akan cepat sakit. Hal tersebut
Page 40
memberikan kontribusi yang kurang baik terhadap pelaksanaan
ASI eksklusif (Sunaryo, 2014).
6. Faktor pendorong dan pndukung gagalnya pemberian ASI
ekslusif yang diketahui dari penelitian Afifah (2010) ini adalah
kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif dan kurangnya
motivasi dari ibu untuk memberikan ASI ekslusif kepada
bayinya. Dalam penelitian ini diketahui bahwa hanya 50% ibu
yang mengetahui tentang ASI ekslusif. Pada umumnya ibu
penelitian pernah mendengar tentang ASI ekslusif tetapi tidak
mengetahui maksudnya. Selain itu, pengetahuan yang dimiliki
ibu tentang ASI Eksklusif sebatas pada tingkat ”tahu bahwa”
sehingga tidak begitu mendalam dan tidak memiliki keterampilan
untuk mempraktekkannya. Jika pengatahuan ibu lebih luas dan
mempunyai pengalaman tentang ASI Eksklusif baik yang dialami
sendiri maupun dilihat dari teman, tetangga atau keluarga, maka
ibu akan lebih terinspirasi untuk mempraktekkannya. Kurangnya
pengetahuan tentang manfaat ASI ekslusif, menyebabkan
motivasi ibu untuk memberikan ASI ekslusif pada bayinya juga
menjadi kurang.
Dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif, Ada
hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI
eksklusif, ibu yang suaminya mendukung pemberian ASI
Page 41
eksklusif berpeluang memberikan ASI eksklusif 2 kali daripada
ibu yang suaminya kurang mendukung pemberian ASI eksklusif
setelah dikontrol oleh pekerjaan suami, dukungan petugas
kesehatan, dan pekerjaan ibu. Oleh karena peran suami penting
dalam pemberian ASI eksklusif, maka suami harus dijadikan
sasaran penyuluhan ASI dan didorong untuk lebih aktif mencari
informasi serta aktif belajar mengenai ASI, sehingga lebih paham
dalam memberikan dukungan kepada ibu untuk menyusui secara
eksklusif. Dukungan informasional dan dukungan emosi suami
mempunyai pengaruh signifikan dengan pemberian ASI
Eksklusif. (Simbolon, 2011). Hal ini diperkuat dengan hasil
penelitian Manaf (2010) yang menunjukkan variable dukungan
informasional mempunyai hubungan signifikan dengan
pemberian ASI Eksklusif Suami dengan memberikan dukungan
informasional maka ibu akan terpapar informasi mengenai ASI
Eksklusif. Adanya dukungan informasional suami diharapkan ibu
lebih dapat melaksanakan pemberian ASI secara
Eksklusif.Caplan (2010) dalam Friedman (1998) menjelaskan
Dukungan informasional, keluarga berfungsi sebagai sebuah
kolektor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia.
Suami sebagai kepala keluarga memberikan penjelasan tentang
pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan
Page 42
mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini
adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi
yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus
pada individu. Aspekaspek dalam dukungan ini adalah nasehat,
usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.