Top Banner
Wrap Up SKENARIO 1 (Mencegah Penyakit dengan Vaksinasi) Blok Mekanisme Pertahanan Tubuh KELOMPOK : B10 KETUA : Rizki Fauzi Rahman (1102013254) SEKRETARIS : Qorry Welendri (1102013238) ANGGOTA : Moch. Barliansyah Praja (1102012165) Putri Utari Azde (1102013236) Qonny Welendri (1102013237) Raesya Dwi Ananta (1102013239) Rafli (1102013240) Rahma Rafina Noerfani (1102013241) Rindayu Yusticia Indira P (1102013251) Rizki Marfira (1102013255) 0
61

B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

May 01, 2017

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

Wrap UpSKENARIO 1 (Mencegah Penyakit dengan Vaksinasi)

Blok Mekanisme Pertahanan Tubuh

KELOMPOK : B10

KETUA : Rizki Fauzi Rahman (1102013254)SEKRETARIS : Qorry Welendri (1102013238)

ANGGOTA : Moch. Barliansyah Praja (1102012165) Putri Utari Azde (1102013236)

Qonny Welendri (1102013237) Raesya Dwi Ananta (1102013239) Rafli (1102013240) Rahma Rafina Noerfani (1102013241) Rindayu Yusticia Indira P (1102013251) Rizki Marfira (1102013255)

UNIVERSITAS YARSIFAKULTAS KEDOKTERANTAHUN AJARAN 2013/2014

0

Page 2: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

DAFTAR ISI

JudulDaftar Isi_______________________________________________________________________1Skenario_______________________________________________________________________.2Identifikasi kata sulit___________________________________________________________. 3Pertanyaan dan jawaban_________________________________________________________4Hipotesa_______________________________________________________________________.6Sasaran belajar_________________________________________________________________ 7

LI.1 Memahami dan Menjelaskan system limfatikus/organ limfoidLO.1.1 Anatomi makro & mikro___________________________________________8LO.1.2 Fungsi____________________________________________________________16LO.1.3 Mekanisme kerja__________________________________________________ 17

LI.2 Memahami dan MenjelaskanLO.2.1Definisi___________________________________________________________18LO.2.2Jenis-jenis________________________________________________________ 18LO.2.3Mekanisme kerja__________________________________________________ 21

LI.3 Memahami dan Menjelaskan antigenLO.3.1Definisi___________________________________________________________21LO.3.2Ciri-ciri__________________________________________________________ 21LO.3.3Klasifikasi________________________________________________________ 23

LI.4 Memahami dan MenjelaskanLO.4.1 Definisi__________________________________________________________ 24LO.4.2 Struktur__________________________________________________________ 24LO.4.3 Ciri-ciri dan klasifikasi_____________________________________________25LO.4.4 Mekanisme kerja__________________________________________________ 29

LI.5 Memahami dan Menjelaskan vaksin dan imunisasiLO.5.1 Definisi__________________________________________________________ 31LO.5.2 Tujuan___________________________________________________________ 31LO.5.3 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan____________________________31LO.5.4 Jenis-jenis & kontraindikasi________________________________________33

LI.6 Memahami dan Menjelaskan hukum pemberian vaksinasi menurut pandangan islamLO.6.1 Al-qur’an_________________________________________________________41LO.6.2 Hadis_____________________________________________________________41

DAFTAR PUSTAKA

1

Page 3: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

Skenario 1Mencegah Penyakit dengan Vaksinasi

Seorang bayi berumur 2 bulan mendapat vaksinasi BCG di lengan kanan atas untuk mencegah penyakit dan mendapatkan kekebalan. Empat minggu kemudian bayi tersebut dibawa kembali ke RS karena timbul benjolan di ketiak kanan. Setelah Dokter melakukan pemeriksaan didapatkan pembesaran nodus limfatikus di region axilaris dekstra. Hal ini disebabkan adanya reaksi terhadap antigen yang terdapat dalam vaksin tersebut dan menimbulkan respon imun tubuh.

2

Page 4: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

IDENTIFIKASI KATA SULIT

1. Vaksinasi Jawab : vaksinasi merupakan suatu cara pemberian senyawa antigen untuk membentuk antibodi yang spesifik terhadap antigen tersebut.

2. Vaksinasi BCGJawab : vaksinasi BCG merupakan suatu imunisasi yang bertujuan untuk mencegah penyakit TBC dan diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan, disuntikkan secara intrakutan di bagian lengan kanan atas.

3. AntigenJawab : antigen merupakan suatu zat yang mampu menginduksi respon imun spesifik dan bereaksi dengan produk-produk respon tersebut dan dengan antibodi spesifik/limfosit T.

4. Nodus LimfatikusJawab : Nodus Limfatikus merupakan suatu organ yang merupakan akumulasi jaringan limfatik yang dibungkus oleh serabut elastic dan serabut otot yang mengandung kapsula yang berfungsi untuk memproduksi Lymphocytes dan antibodi, serta menyaring dan mencegah infeksi .

5. Respon imunJawab : respon imun merupakan suatu respon kekebalan tubuh terhadap benda asing.

3

Page 5: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

Pertanyaan dan jawaban

1. Mengapa pemberian vaksinasi diberikan pada anak yang berusia 2 bulan/lebih?Jawab : karena anak umur 2 bulan pembentukan antibodi spesifik belum sempurna, dan kalau pada neonatus fungsi makrofag masih kurang

2. Apa tujuan pemberian vaksin?Jawab : vaksin bertujuan untuk memberikan imunitas yang efektif dengan menciptakan ambang mekanisme imun yang adekuat dan sesuai, beserta populasi sel memori yang dapat berkembang pada kontak baru dengan antigen dan memberikan protektif terhadap infeksi

3. Factor apa saja yang menentukan keberhasilan vaksinasi?Jawab : keberhasilan vaksinasi bergantung pada status imun host, genetic, kualitas vaksin (dosis, cara pemberian), kandungan vaksin, jadwal imunisasi, anak yang akan di imunisasi tidak boleh dalam keadaan sakit

4. Mengapa respon imun tubuh dapat menyebabkan Lympadenopati?Jawab : nodus limfatikus berfungsi untukmenyaring microps,dan terjadi proliferasi sel limfosit, yang dapat menyebabkan pembesaran nodus limfatikus.

5. Apa yang menyebabkan tidak timbulnya benjolan setelah vaksinasi BCG?Jawab : jika setelah diberikan vaksinasi BCG tidak timbul benjolan diakibatkan karena antibodi yang rendah, daya tahan tubuh rendah, kualitas vaksin kurang baik

6. Apakah vaksinasi dibolehkan dalam islam?Jawab : boleh, islam dalam syariatnya dibangunatas dasar kemudahan, berdasarkan surah al-an’am:6, dibolehkan sesuatu yang dilarangpada saat darurat

7. Kenapa pemberian vaksin dapat menimbulkan respon imun tubuh?Jawab : jika seseorang yang terinfeksi pathogen diberikan vaksinasi maka tubuh akan melawan dengan pembentukan respon imun tubuh

8. Apa saja jenis-jenis respon imun tubuh?Jawab : respon imun tubuh terdiri atas: (1) respon imun spesifik (imunitas adaptif/di dapat setelah terpapar antigen), selular ( produksi limfosit T, pematangannya terjadi di tymus), humoral (produksi limfosit B, limfosit B akan membentuk sel plasma dan menjadi antibodi). (2) respon imun non spesifik di dapat sebelum terpapar antigen, pada respon imun non spesifik yang berfungsi adalah sel mukosa, kulit,

9. Apakah vaksinasi BCG dapat diberikan pada saat dewasa?Jawab : jika vaksinasi BCG diberikan pada saat dewasa harus diperiksa dulu (rontgen),pemberian pada saat dewasa tidak seefektif pemberian pada saat bayi

4

Page 6: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

10. Apa saja kontraindikasi pemberian vaksinasi BCG?Jawab : vaksinasi BCG tidak boleh diberikan pada anak berumur kurang dari 2 bulan, dan jika kadar imun seseorang turun/ sedang sakit

5

Page 7: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

HIPOTESA

Bayi usia 2 bulan yang mendapat vaksinasi BCG di lengan kanan atas yang menimbulkan respon imun tubuh berupa benjolan diketiak sebelah kanan akibat dari proliferasi sel limfosit di nodus limfatikus.

6

Page 8: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

SASARAN BELAJAR

LI.1 Memahami dan Menjelaskan system limfatikus/organ limfoidLO.1.1 Anatomi makro & mikroLO.1.2 FungsiLO.1.3 Mekanisme kerja

LI.2 Memahami dan Menjelaskan respon imunLO.2.1DefinisiLO.2.2Jenis-jenisLO.2.3Mekanisme kerja

LI.3 Memahami dan Menjelaskan antigenLO.3.1DefinisiLO.3.2Ciri-ciriLO.3.3KlasifikasiLO.3.4Fungsi

LI.4 Memahami dan Menjelaskan antibodiLO.4.1 DefinisiLO.4.2 StrukturLO.4.3 Ciri-ciri dan klasifikasiLO.4.4 Mekanisme kerja

LI.5 Memahami dan Menjelaskan vaksin dan imunisasiLO.5.1 DefinisiLO.5.2 TujuanLO.5.3 Faktor yang mempengaruhi keberhasilanLO.5.4 Jenis-jenis & kontraindikasi

LI.6 Memahami dan Menjelaskan hukum pemberian vaksinasi menurut pandangan islamLO.6.1 Al-qur’anLO.6.2 Hadis

LI.1 Memahami dan menjelaskan anatomi organ limfoid

7

Page 9: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

LO.1.1 Anatomi makroskopik dan mikroskopik organ limfoid

1. Lien/spleen/limpa

Makroskopik

Suatu organ limfoid yang berbentuk oval mempunyai massa lunak, rapuh, dan kemerahan merupakan massa jaringan limfoid tunggal terbesar, terletak pada region hypochondrium.

Batas anterior : gaster, cauda pancreas, flexura coli sinistra, ren sinistra sepanjang pinggir medialnya. Batas posteriornya : diaphragma, pleura sinistra, pulmo sinistra, costae 9,10 & 11 sinistra. Lien terletak antara vertebrae thoracalis 9-12, dan pada costae 9,10 & 11 sinistra. Berada disebelah lateral dari linea mid clavicula sinistra dan sepanjang sumbu costae 10. Margo anterior lien teraba tajam, mempunyai tiga incisura dan tidak keluar dari arcus costarum. Margo posterior teraba tumpul

8

Page 10: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

Mikroskopik

Lien berwarna merah tua karena banyak mengandung darah. Lien dibungkus oleh kapsula fibrosa tebal, bercabang cabang ke dalam lien sebagai trabekula, keduanya merupakan jaringan ikat padat. Suplai darah kedalam parenkim melalui arteri trabekularis yang masuk bersama trabekula. Lien dibentuk oleh jaringan retikular yang mengandung sel limfoid, makrofag dan Antigen Presenting cell. Dibungkus oleh simpai jaringan ikat padat yang menjulur (trabekula) yang membagi parenkim atau pulpa lien menjadi kompartemen yang tidak sempurna, tidak terdapat pembuluh limfe, terdapat arteri dan vena trabekularis.

Pulpa lien terbagi menjadi dua bagian yaitu :- Pulpa alba/putih

Terdapat nodulus limfatikus (terdapat banyak limfosit B) dan arteri sentralis/folikularis yang dikelilingi oleh sel-sel limfoid terutama sel limfosit T dan membentuk selubung periarteri. Pulpa alba dan pulpa rubra dibatasi oleh zona marginalis.Zona marginalis

Terdapat sinus dan jaringan ikat longgar dalam jumlah yang banyak. Sel limfosit(jumlah yang sedikit) dan makrofag aktif (jumlah yang banyak). Banyak terdapat antigen darah yang berperan dalam aktivitas imunologis limpa.

- Pulpa rubra/merahMerupakan jaringan retikular dengan korda limpa (diantara sinusoid) yang terdiri dari sel dan serat retikular (makrofag, limfosit, sel plasma, eritrosit, trombosit, dan granulaosit)

9

Page 11: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

2. Limfonodus/nodus limfatikus

MakroskopikNodulus limfatikus merupakan suatu organ limfoid yang berbentuk

oval seperti kacang tanah, mempunyai pinggiran yang cekung disebut dengan hilus. Besarnya sebesar kepala peniti sampai sebesar buah kenari dan dapat diraba terutama pada daerah leher, axilla, inguinale dan lain-lain.Lokasi nodus lymphaticusa. Kepala

- Kepala dan leher belakang- Sekitar M.sternomastoideus, meliputi belakang lidah, pharynk,

cavum nasi, atas mulut dan wajah- Dibawah ramus mandibula, mencakup dasar mulut

b. Extremitas superior- Lipat siku (region cubiti) sampai lengan bawah dan tangan- Region axillaris- Dibawah M.pectoralis, meliputi glandula mamae, kulit dan otot

thoraxc. Thorax

- Bagian parietal, meliputi dinding thorax- Bagian viscera, meliputi jantung, pericardium, pulmo, pleura,

thymus & oesophagusd. Abdomen dan pelvis

- Bagian parietal, meliputi bawah peritoneum, dekat pembuluh darah besar

- Bagian viscera, meliputi dekat pembuluh darah viscerae. Extremitas inferior

- Diatas A.V.tibialis anterior- Region poplitea- Region inguinal

10

Page 12: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

Mikroskopik

Korteks luar

Terdapat sinus subkapsularis, yang dibentuk oleh suatu jaringan ikat longgar dari makrofag, sel reticular dan serat reticular. Sel reticular dan serat reticular dipenuhi oleh limfosit B. Susunan limfosit membentuk nodulus limfatikus.

Korteks dalam

Merupakan kelanjutan korteks luar, mengandung beberapa nodulus. Didominasi oleh limfosit T , terutama T helper.

Medulla

Terdiri dari korda medularis yang merupakan perluasan korteks dalam. Banyak mengandung limfosit B dan beberapa sel plasma

11

Page 13: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

3. ThymusMakroskopik

Thymus merupakan organ limfoid epitelial yang terletak di mediastinum. Puncak perkembangannya selama usia muda. Setelah pubertas, timus mengalami involusi dan setelah dewasa semakin kecil tetapi masih berfungsi untuk menghasilkan limfosit T yang baru. Batas anterior manubrium sterni dan rawan costae. Batas atas region colli inferior (trachea)

MikroskopikTimus memiliki suatu simpai jaringan ikat yang masuk ke dalam parenkim dan membagi timus menjadi lobulus. Setiap lobulus memiliki satu zona perifer gelap disebut korteks dan zona pusat yang terang disebut medula korteks dan medula berisi sel-sel limfosit. Sel limfosit berasal dari sel

12

Page 14: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

mesenkim yang menyusup ke dalam suatu epitel primordium dari kantung faringeal ke 3 dan 4.

4. TonsilMakroskopik

Tonsil merupakan jaringan lymph disekitar pharynx yang sering disebut weldeyer ring, terdiri dari tonsilla lingualis,tonsilla palatine, dan tonsilla pharyngealis.

a. Tonsilla palatinaMakroskopik

Tonsila palatine terletak pada dinding lateral oropharynx, dalam fossa tonsilaris (tonsilar bed). Permukaan medialnya menonjol bebas ke dalam pharynx. Bagian permukaan lateral ditutupi selapis jaringan fibrosa disebut capsula. Batas anterior arcus palatoglossus (pilar anterior). Batas posterior arcus palatopharyngeus (pilar posterior). Batas superior pallatum molle. Batas inferior sepertiga posterior lidah menyatu dengan tonsila lingualis. Batas medial istmus fauceum dan jaringan areolar longgar antara capsula. Batas lateral M.constrictor pharynges superior

MikroskopikTonsila palatine terletak pada dinding lateral faring bagian oral. Permukaannya dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang juga melapisi bagian mulut lainnya. Tonsila palatina memisahkan jaringan limfoid dari organ-organ berdekatan adalah satu lapis jaringan

13

Page 15: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

ikat padat yang disebut SIMPAI tonsila yang biasanya bekerja sebagai sawar terhadap penyebaran infeksi tonsila. Setiap tonsila memiliki 10-20 invaginasi epitel (epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk) yang menyusup ke dalam parenkim membentuk kriptus yang mengandung sel-sel epitel yang terlepas, limfosit hidup dan mati, dan bakteri dalam lumennya. Di bawah tonsila palatina terdapat jaringan ikat padat yang membentuk kapsul. Dari kapsul terbentuk trabekula dengan pembuluh darah, dibawah kapsul terdapat serat otot rangka

b. Tonsilla lingualis

MakroskopikSusunan jaringan lymphoid di bawah mukosa 1/3 posterior lidah

(tidak mempunyai papila) yang menyebabkan permukaannya berbenjol benjol tidak teratur.

Mikroskopik

Tonsila lingualis ditutupi oleh epitel berlapis gepeng, masing-masing mempunyai sebuah kriptus

14

Page 16: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

c. Tonsilla faringea

MakroskopikTonsila faringea merupakan kelompok jaringan lymphoid di bawah

epitel atap nasopharynx, jika membesar di sebut adenoid dapat menyebabkan sesak nafas karena dapat menyumbat pintu nares posterior (choanae),

MikroskopikTonsila faringea merupakan tonsila tunggal yang terletak dibagian supero-posterior faring, ditutupi oleh epitel bertingkat silindris bersilia, yang terdiri dari lipatan-lipatan mukosa dengan jaringan limfoid difus dan nodulus limfatikus. Tonsila faringea tidak memiliki kriptus. Simpainya lebih tipis dari Tonsila palatina

15

Page 17: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

LO.1.2 Fungsi Organ LimfoidFungsi nodus limfe adalah sebagai berikut :1. Filtrasi dan fagositosis

Cairan limfe difiltrasi oleh jaringan retikular dan limfoid saat melalui nodus limfe. Materi yang mengendap adalah mikroba, fagosit yang hidup dan mati yang berisi mikroba yang dimakan, sel dari tumor ganas, sel jaringan yang rusak, serta partikel yang dihirup. Materi organik dihancurkan di nodus limfe oleh makrofag dan antibodi. Sebagian partikel anorganik yang diinhalasi tidak dapat dihancurkan di nodus limfe oleh fagositosis. Sebagian partikel ini tetap di dalam makrofag dan tidak menyebabkan sel terbunuh atau rusak.

2. Proliferasi limfositLimfosit T dan B teraktivasi memperbanyak diri di nodus limfe. Antibodi yang dihasilkan oleh limfosit B terensitisasi masuk kelimfe dan darah lalu mengaliri ke nodus.

Adapun fungsi limpa, yaitu :

1. FagositosisLeukosit, trombosit, dan mikroba difagositosis dilimpa. Tidak seperti nodus limfe, limpa tidak memiliki limpatik aferen yang masuk sehingga limpa tidak terpapar penyakit yang disebarkan oleh limfe.

2. Cadangan darahLimpa mengandung 350 ml darah dan dalam merespons terhadap stimulus simpatik dapat dengan cepat mengembalikan volume ini ke sirkulasi, misal pada pendarahan.

3. Respons imunLimpa mengandung limfosit B dan T yang diaktivasi oleh keberadaan antigen, missal pada infeksi. Proliferasi limfosit saat infeksi yang serius dapat menyebabkan pembesaran limpa (splenomegali).

4. EritropoiesisLimpa dan hati merupakan tempat memproduksi sel darah janin yang penting. Selain itu, limpa juga dapat memenuhi fungsi pada orang dewasa pada saat dibutuhkan.

16

Page 18: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

Timus berbeda dengan organ limfoid lainnya karena hanya berfungsi untuk tempat pematangan limfosit T. Selain itu juga, karena timus adalah satu-satunya organ limfoid yang tidak memerangi antigen secara langsung.

Tonsil juga berfungsi untuk melawan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas dan faring. Oleh karena itu antigen dihancurkan dengan ditelan dan diinhalasi.

Fungsi sistem limfe:

- Mengembalikan kelebihan cairan jaringan yang keluar dari kapiler. Jika cairan tidak dikeluarkan, maka cairan tersebut akan terkumpul dalam ruang antar sel dan mengakibatkan edema

- Mengembalikan protein plasma ke dalam sirkulasi. - Mentranspor nutrien yang terabsorbsi terutama lemak dari sistem pencernaan ke

dalam darah- Mengeluarkan zat-zat toksik- Mengendalikan kualitas aliran cairan jaringan dengan cara menyaringnya melalui

nodus-nodus limfe sebelum mengembalikannya ke sirkulasi

LO.1.3 Mekanisme Kerja Organ Limfoid

Hampir seluruh jaringan tubuh memiliki saluran limfatik, yang mengalirkan kelebihan cairan secara langsung dari ruang interstisial. Sebagian kecil jaringan tubuh tidak memiliki saluran limfatik, meski demikian jaringan yg tdk memiliki saluran limfatik tetapi memiliki pembuluh-pembuluh interstisial kecil yang disebut sebagai prelimfatik, biasanya cairan ini mengalir kedalam saluran limfatik atau pada otak mengalir ke dalam CSF kemudian secara langsung kembali kedalam pembuluh darah. Bagian bawah tubuh daerah tungkai mengalirkan ke dalam duktus torasikus dan bermuara kedalam sistem vena pada pertemuan antara vena jugularis interna kiri dan vena subklavia. Cairan limfe dari kepala kiri, lengan kiri dan sebagian daerah toraks

17

Page 19: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

masuk kedalam duktus torasikus sebelum bermuara ke dalam vena. Cairan limfe dari sisi kanan leher dan kepala, lengan kanan, dan sebagian dari toraks memasuki duktus limfatikus kanan yang kemudian bermuara kedalam sistem vena pada pertemuan antara vena subklavia dan jugularis interna.

Kurang lebih 100 ml cairan limfe setiap jam mengalir melalui duktus torasikus pada keadaan istirahat dan sekitar 20 ml cairan limfe lainnya mengalir kedalam sirkulasi tiap jam melalui saluran limfe yang lain. Membuat perkiraan kecepatan total aliran limfe kurang lebih 120 ml perjam, In kira-kira 1/120.000 dari perhitungan kecepatan difusi cairan bolak balik melalui membrane kafiler dan 1/10 dari kecepatan filtrasi dari ujung arteri kafiler kedalam ruang jaringan di seluruh tubuh, kenyataan ini melukiskan bahwa kecepatan aliran limfe relative kecil bila dibandingkan dengan total pertukaran cairan antara plasma dan cairan interstisial

LI.2 Memahami &Menjelaskan Respon ImunLO.2.1Definisi Respon Imun

Respon imun adalah suatu cara yang dilakukan tubuh untuk memberi respon terhadap masuknya patogen atau antigen tertentu ke dalam tubuh. Respon tersebut meliputi produksi sel-sel atau zat kimia yang berfungsi untuk mempertahankan tubuh melawan patogen.

LO.2.2Jenis-jenis Respon Imun

1. Sistem imun nonspesifik/ Imunitas alamiahSistem imun nonspesifik/imunitas alamiah adalah imunitas yang diperoleh tanpa didahului oleh kontak dengan antigen dan bersifat nonspesifik, tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir, mekanismenya tidak menunjukan spesifitas

18

Page 20: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

terhadap benda asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak pathogen potensial, dapat memebrikan respon langsung.

a. FisikPertahanan secara fisik tersebar diseluruh tubuh, berasal dari sel prekursor multipoten dalam sum-sum tulang. Pertahanan secara fisik terdapat pada kulit, saluran pernapasan, saluran pencernaan, membran mukosa.

b. Laruta) Biokimia

- Kelenjar sebaseus dan folikel rambut, pH asam keringat dan sekresi sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas kulit mempunyai efek denaturasi terhadap protein membrane sel sehingga dapat mencegah infeksi.

- Laktoferin dan asam neuraminik di air susu ibu mempunyai sifat antibacterial terhadap E.coli dan stafilokokus.

- Lisozim pada keringat,ludah, air mata dan air susu ibu melindungi tubuh dari kuman Gram (+) dengan menghancurkan lapisan peptidoglikan.

- Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik, antibody dan empedu dalam usus halus membantu menciptakan lingkungan yang mencegah infeksi mikroba

b) Humoral- Komplemen

Komplemen akan rusak pada pemanasan 56oC selama 30 menit. Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan dapat memberikan efek proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi. Komplemen dengan spectrum aktivitas yang luas diproduksi oleh hepatosit dan monosit serta langsung dapat diaktifkan oleh mikroba atau produknya. Komplemen berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai factor kemotaktik, menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan parasit. Antibody diinduksi oleh infeksi subklinis antibody dengan bantuan komplemen akan menghancurkan membrane lapisan lipopolisakarida dinding sel bila LPS lemah maka lizosim mukopeptida dapat menembus membrane bakteri dan menghancurkan lapisan mukopeptida. MAC dari sistem komplemen dapat membentuk lubang-lubang kecil dalam sel membrane bakteri sehingga bahan sitoplasma yang mengandung bahan-bahan vital keluar sel dan menimbulkan kematian mikroba

19

Page 21: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

- InterferonMerupakan glikoprotein yang dihasilkan sel tubuh sebagairespon terhadapinfeksi virus, sifat interferon adalah sebagai antivirus. Interferon menginduksi sel sekitar sehingga resisten terhadap virus, dan mengaktifkan sel NK.

- CrpMerupakan protein fase akut, kadar meningkat pada infeksi akut. Cara kerja : opsonisasi → Crp melapisi bakteri → sehingga mudah dikenali dan dimakan makrofag → fagositosis meningkat.

c) Seluler- Fagosit

Terdiri dari makrofag/monosit, segmen eosinofil,netrofil. Proses fagositosis terdiri dari : kemotaksis (gerakan selfagosit ke tempat infeksi), menelan, memakan/fagositosis (dengan pembentukan fagosom), membunuh (lisozom, H2O2, mieloperoksida akan membentuk fagolisosom), mencerna.

- Sel NK Sifat sitotoksik (virus, keganasan), aktivasi oleh interferon.

- Sel mast- Basofil

2. Sistem imun spesifikMenghasilkan reaksi spesifik pada setiap agen infeksi yg dikenali karena telah terjadi pemajanan terhadap mikroba (determinan antigen) sbelumnya, spesifik untuk jenis tertentu, respons terhadap paparan I terjadidalam beberapa hari, paparan berikutnya lebih cepat.

a. HumoralDiperankan oleh limfosit B. Rangsangan antigen dapat menyebabkan sel B berproliferasi & diferensiasi menjadi sel plasma dan membentuk antibody. Pertahanan terhadap bakteri ekstra seluler, dan menetralisir toksin. Sel B dibentuk dan dimatangkan di sum-sum tulang, imunitas diperantarai antibodi, rangsangan antigen 1 akan membentuk IgM. Antibody yang dilepas ditemukan didalam serum.

b. SelulerDiperankan oleh limfosit T : Th, Ts, Tdh, Tc.Pertahanan terhadap bakteri intraseluler. Sel T dibentuk di sumsum tulang, pematangan di timus, mempunyai petanda permukaan , Fungsi : membantu sel B dalam memproduksi antibody,mengenal & menghancurkan sel yang terinfeksi virus, mengaktifkan makrofag dalam fagositosis, mengontrol ambang dan kualitas sistem imun

20

Page 22: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

LO.2.3Mekanisme Respon ImunKetika mikroba masuk ke dalam tubuh manusia, mikroba tersebut akan

melewati 3 lapis pertahanansistem imun. Pertahanan pertama berisi sistem imun non-spesifik terutama fisik/mekanis, biokimia, dan humoral. Pertahanan ini akan mencegah masuknya mikroba masuk ke dalam tubuh. Pertahanan kedua berisi sistem imun non-spesifik khususnya yang selular. Pertahanan selular ini nantinya akan mencegah mikroba yang berhasil masuk ke dalam tubuh dengan menghancurkannya. Pertahanan ketiga adalah sistem imun spesifik yang akan menangani mikroba yang belum ditangani oleh sistem imun non-spesifik.

LI.3 Memahami dan Menjelaskan AntigenLO.3.1DefinisiAntigen

Antigen adalah zat yang dapat memicu respon imun yang menyebabkan produksiantibodi sebagai bagian dari pertahanan tubuh terhadap infeksi dan penyakit.

LO.3.2Ciri-ciri Antigen1. Keasingan

Kebutuhan utama dan pertama suatu molekul untuk memenuhi syarat sebagai imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing terhadap hospes. Secara alami respon imun akan terjadi pada komponen yang biasanya tidak ada dalam tubuh atau biasanya tidak terpapar pada sistem limforetikuler hospes.

21

Page 23: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

2. Sifat-sifat Fisik

Agar suatu zat dapat menjadi imunogen, ia harus mempunyai ukuran minimum tertentu, imunogen yang mempunyai berat molekul yang kecil, respon terhadap hospes minimal, dan fungsi zat tersebut sebagai hapten sesudah bergabung dengan proten-proten jaringan. Hapten dapat merangsang terjadinya respon imun yang kuat jika bergabung proten pembawa dengan ukuran sesuai.Perlu diperhatikan bahwa hapten-proten diarahkan pada (1)hapten,(2)pembawa, dan (3)daerah spesifikasi tumpang tindih. yang melibatkan hapten dan unsur yang berdekatan lainnya. Pada imunitas humoral, spesifisitas diarahkan pada hapten.sedangkan pada imunitas selular, reaktifitas diarahkan baik pada hapten maupun pada proten pembawa.

3. Kompleksitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas imunogen meliputi baik sifat fisik maupun kimia molekul. Keadaan aggegasi molekul misalnya dapat mempengaruhi imunogenitas. Larutan proten-protein monometrik dapat benar-benar merangsang terjadinya keadaan refraktair atau tolerans bila berada dalam bentuk monometrik, tetapim sangat imunogen bila dalam berada polimetrik atau keadaan agregasi.

4. Bentuk-bentuk (Conformation)

Tidak adanya bentuk dari molekul tertentu yang imunogen. Polipeptid linear atau bercabang, karbohidrat linear atau bercabang, serta protein globular, semuanya mampu merangsang terjadinya respon imun.Meskipun demikian antibodi yang dibentuk dari aneka macam kombinasi struktur adalah sangat spesifik dan dapat dengan cepat mengenal perbedaan-perbedaan ini. Bila bentuk antigen berubah, antibodi dirangsang dalam bentuk aslinya yang tidak bergabung lagi

5. Muatan (charge)

Imunogenitas tidak terbatas pada molekuler tertentu;tidak terbatas pada molekuler tertentu, zat-zat yang bermuatan positif, negatif, dan netral dapat imunogen. Namun demikian imunogen tanpa muatan akan memunculkan antibodi yang tanpa kekuatan . Telah terbukti bahwa imunitas dengan beberapa imunogen bermuatan positif akan menghasilkan imunogen bermuatan negatif.

22

Page 24: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

6. Kemampuan masuk

Kemampuan masuk suatu kelompok determinan pada sistem pengenalan akan menentukan hasil respon imun. Perkembangan baru-baru ini telah memungkinkan penelitian untuk mempersiapkan polipeptid imunogenik sintetik yang berisi sejumlah asam amino terbatas dan yang susunan kimianya dapat ditentukan.

LO.3.3Klasifikasi Antigen

1. Pembagian antigen menurut epitopa. Unideterminan, univalent = hanya satu jenis determinan/epitop pada

satu molekulb. Unideterminan, multivalent = hanya satu jenis determinan tetapi dua

atau lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekulc. Multideterminan, univalent = banyak epitop yang bermacam-macam

tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein)d. Multideterminan, multivalent = banyak macam determinan dan banyak

dari setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi)

2. Pembagian antigen menurut spesifiksitasa. Heteroantigen = dimiliki oleh banyak spesiesb. Xenoantigen = dimiliki spesies tertentuc. Aloantigen (isoantigen) = spesifik untuk individu dalam satu spesiesd. Antigen organ spesifik = dimiliki organ tertentue. Autoantigen = dimiliki alat tubuh sendiri

3. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel Ta. T dependent, memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu untuk

dapat menimbulkan respons antibody. Kebanyakan antigen protein termasuk dalam golongan ini

b. T independent, dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk antibody. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul besar poliremik yang dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida, ficcol, dekstran, levan dan flagelin polimerik bakteri

4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawia. Hidrat arang (polisakarida) = pada umumnya imunogenik, glikoprotein

yang merupakan bagian permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan respon imun terutama pembentukan antibody. Contoh lain adalah respon imun yang ditimbulkan golongan darah ABO, sifat

23

Page 25: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

antigen dan spesifitas imunnya berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah merah

b. Lipid = biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat protein pembawa. Lipid dianggap hapten, contohnya adalah sfingolipid

c. Asam nukleat = tidak imunogenik, tetapi bisa menjadi imunogenik bila diikat protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respons imun terhadap DNA terjadi pada penderita LES

LI.4 Memahami & menjelaskan antibodiLO.4.1 Definisi antibodi

Suatu protein immunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma (berasal dr poliferasi limfosit B) & dibantu oleh limfosit T & makrofag, yang teraktifasi oleh adanya antigen asing. Antibodi biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab.

Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk epitop (determinan antigenik) yang menyebabkan produksi antibody tersebut.

LO.4.2 Struktur antibodi

Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat dalam serum atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia. Imunoglobulin termasuk dalam famili glikoprotein yang mempunyai struktur dasar sama, terdiri dari 82-96% polipeptida dan 4-18% karbohidrat. Komponen polipeptida membawa sifat biologik molekul antibodi tersebut. Molekul antibodi mempunyai dua fungsi yaitu mengikat antigen secara spesifik dan memulai reaksi fiksasi komplemen serta pelepasan histamin dari sel mast.

24

Page 26: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

Struktur dasar immunoglobulin terdiri atas 4 rantai polipeptida. Terdiri atas 2 rantai berat ( heavy chain) dengan berat molekul 55.000 dan 2 rantai ringan ( light chain) yang identik. Kedua rantai ini diikat oleh suatu ikatan disulfida sedemikian rupa sehingga membentuk struktur yang simetris. Ada 2 jenis rantai ringan dengan berat molekul 22.000 yaitu kapda dan lambda. Rantai berat terdiri dari 5 kelas, yaitu rantai G (γ), rantai A (α), rantai M (μ), rantai E (ε) dan rantai D (δ). Setiap rantai mempunyai jumlah domain berbeda. Rantai pendek L mempunyai 2 domain; sedang rantai G, A dan D masing-masing 4 domain, dan rantai M dan E masing-masing 5 domain.

Enzim papain memecah molekul antibodi menjadi 3 fragmen. Dua fragmen tetap memiliki sifat antibodi yang dapat mengikat antigen secara spesifik dan bereaksi dengan determinan antigen serta hapten yang disebut FAB (fragmen antigen binding), Fab memiliki satu tempat tempat pengikatan antigen (antigen binding site) yang menentukan spesifisitas imunoglobulin.. Fragmen ketiga dapat dikristalkan dan disebut Fc dan tidak dapat mengikat antigen tetapi memiliki sifat antigenik dan menentukan aktivitas imunoglobulin yang bersangkutan, misalnya kemampuan fiksasi dengan komplemen, terikat pada permukaan sel makrofag, dan yang menempel pada sel mast dan basofil mengakibatkan degranulasi sel mast dan basofil, dan kemampuan menembus plasenta.

LO.4.3 Ciri-ciri & klasifikasi antibodi

1. Imunoglobulin G IgG mempunyai struktur dasar imunoglobulin yang terdiri dari 2 rantai

berat H dan 2 rantai ringan L. Pada orang normal IgG merupakan 75% dari seluruh jumlah imunoglobulin. Imunoglobulin G terdiri dari 4 subkelas, dengan perbandingan jumlahnya sebagai berikut: IgG1 40-70%, IgG2 4-20%, IgG3 4-8%,dan IgG4 2-6%. Masa paruh IgG adalah 3 minggu, kecuali subkelas IgG3 yang hanya mempunyai masa paruh l minggu. Kemampuan mengikat komplemen setiap subkelas IgG juga tidak sama, seperti IgG3 >IgGl >IgG2>IgG4. Sedangkan IgG4 tidak dapat mengikat

25

Page 27: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

komplemen dari jalur klasik (ikatan C1q) tetapi melalui jalur alternatif. Lokasi ikatan C1q pada molekul IgG adalah pada domain CH2.

Sel makrofag mempunyai reseptor untuk IgG1 dan IgG3 pada fragmen Fc. Ikatan antibodi dan makrofag secara pasif akan memungkinkan makrofag memfagosit antigen yang telah dibungkus antibodi (opsonisasi). Ikatan ini terjadi pada subkelas IgG1 dan IgG3 pada lokasi domain CH3.

Bagian Fc dari IgG mempunyai bermacam proses biologik dimulai dengan kompleks imun yang hasil akhirnya pemusnahan antigen asing. Kompleks imun yang terdiri dari ikatan sel dan antibodi dengan reseptor Fc pada sel killer memulai respons sitolitik (antibody dependent cell-mediated cytotoxicity =ADCC) yang ditujukan pada antibodi yang diliputi sel. Kompleks imun yang berinteraksi dengan sel limfosit pada reseptor Fc pada trombosit akan menyebabkan reaksi dan agregasi trombosit. Reseptor Fc memegang peranan pada transport IgG melalui sel plasenta dari ibu ke sirkulasi janin.

2. Imunoglobulin M

Molekul ini mempunyai 12% dari beratnya adalah karbohidrat. Antibodi IgM adalah antibodi yang pertama kali timbul pada respon imun terhadap antigen dan antibodi yang utama pada golongan darah secara alami. Gabungan antigen dengan satu molekul IgM cukup untuk memulai reaksi kaskade komplemen. IgM terdiri dari pentamer unit monomerik dengan rantai μ dan CH. Molekul monomer dihubungkan satu dengan lainnya dengan ikatan disulfida pada domain CH4 menyerupai gelang dan tiap monomer dihubungkan satu dengan lain pada ujung permulaan dan akhirnya oleh protein J yang berfungsi sebagai kunci.

3. Imunoglobulin A IgA terdiri dari 2 jenis, yakni IgA dalam serum dan IgA mukosa. IgA dalam serum terdapat sebanyak 20% dari total imunoglobulin, yang 80% terdiri dari molekul monomer dengan berat molekul 160.000, dan sisanya 20% berupa polimer dapat berupa dua, tiga, empat atau lima monomer

26

Page 28: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

yang dihubungkan satu dengan lainnya oleh jembatan disulfida dan rantai tunggal J.

Sekretori IgA Sekretori imunoglobulin A (sIgA) adalah imunoglobulin yang paling banyak terdapat pada sekret mukosa saliva, trakeobronkial, kolostrum/ASI, dan urogenital. IgA yang berada dalam sekret internal seperti cairan sinovial, amnion, pleura, atau serebrospinal adalah tipe IgA serum. SIgA terdiri dari 4 komponen yaitu dimer yang terdiri dari 2 molekul monomer, dan sebuah komponen sekretori serta sebuah rantai J. Komponen sekretori diproduksi oleh sel epitel dan dihubungkan pada bagian Fc imunoglobulin A oleh rantai J dimer yang memungkinkan melewati sel epitel mukosa. SIgA merupakan pertahanan pertama pada daerah mukosa dengan cara menghambat perkembangan antigen lokal, dan telah dibuktikan dapat menghambat virus menembus mukosa.

4. Imunoglobulin D

Konsentrasi IgD dalam serum sangat sedikit (0,03 mg/ml), sangat labil terhadap pemanasan dan sensitif terhadap proteolisis. Berat molekulnya adalah 180.000. Rantai δ mempunyai berat molekul 60.000 – 70.000 dan l2% terdiri dari karbohidrat. Fungsi utama IgD belum diketahui tetapi merupakan imunoglobulin permukaan sel limfosit B bersama IgM dan diduga berperan dalam diferensiasi sel ini.

5. Immunoglobulin EBiasanya ditemukan dalam konsentrasi darah yang sangat rendah. Kadarnya meningkat selama reaksialergi dan pada penyakit parasitic

27

Page 29: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

tertentu. Molekul ini terikat pada reseptor sel mast dan basofil serta menyebabkan pelepasan histamine dan mediator kimia lainnya.Ciri-ciri

IgG IgA IgM IgD IgE

Bobot molekul 150.000 170.000 dan 390.000

900.000 170.000 200.000

kadar dlm serum mg/ml

12 3.5 1.5 0.03 0.0003

Tempat p'kombinasian antibodi

2 >2 5 2 2

Kemampuan menetapkan komponen

Ya Tidak Ya Tidak Tidak

Kemampuan menerobos plasenta pada manusia

Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

28

Page 30: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

LO.4.4 Mekanisme kerja antibody

29

Page 31: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk melawan sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia. Antibodi ini diproduksi oleh sel-sel B. Antibodi akan menghancurkan bakteri atau virus tertentu yang menyerang sistem pertahanan tubuh manusia. Antibodi mempunyai dua fungsi, pertama untuk mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu antigen. Fungsi kedua adalah membusukkan struktur biologi antigen tersebut lalu menghancurkannya. Berada dalam aliran darah dan cairan non-seluler, antibodi mengikatkan diri kepada bakteri dan virus penyebab penyakit. Mereka menandai molekul-molekul asing tempat mereka mengikatkan diri. Dengan demikian sel prajurit tubuh dapat membedakan sekaligus melumpuhkannya. Antibodi bersesuaian dengan antigen secara sempurna, seperti anak kunci dengan lubangnya. Tubuh manusia mampu memproduksi masing-masing antibodi yang cocok untuk hampir setiap antigen yang dihadapinya. Antibodi bukan berjenis tunggal. Sesuai dengan struktur setiap antigen, maka tubuh menciptakan antibodi khusus yang cukup kuat untuk menghadapi antigen. Hal ini karena antibodi yang dihasilkan untuk suatu penyakit belum tentu berhasil bagi penyakit lainnya. Ketika antibodi mengikatkan diri pada antigen sasarannya, bentuknya berubah. Perubahan bentuk inilah yang membuat antibodi "menempel" di bagian luar makrofag.

LI.5 Memahami & menjelaskan vaksin dan imunisasiLO.5.1 Definisi

Vaksinasi/imunisasi aktif (Individu aktif merespon antigen (Ag) yang masuk). merupakan suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit/melindungi terhadap penyakit juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.

Imunisasi pasif didapatkan jika individu memperoleh kekebalan setelah mendapat serum atau sel dari individu yang telah kebal.

Vaksin berasal dari bibit penyakit yang dilemahkan atau dimatikan sehingga tidak berbahaya bagi manusia. Sebagian besar vaksin mengandung zat-zat seperti :

a. Antigen imunisasi aktif yang akan berperan aktif merangsang pembentukan antibody

b. Cairan suspense atau pelarut yang dapat mengandung protein atau derivate lain dari media dimana vaksin tersebut dibiakan, misalnya antigen telur atau dari biakan jaringan

c. Pengawet, stabilizier, dan antibiotic yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri atau untuk menstabilkan antigen. Zat-zat ini hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit

30

Page 32: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

d. Adjuvant, adalah zat untuk meningkatkan derajat antigen dan untuk memperpanjang efek stimulasi antigen. Adjuvant yang sering digunakan adalah adjuvant alumunium.

LO.5.2 Tujuan a. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorangb. Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi

LO.5.3 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan a. Status imun pejamu

Terjadinya antibodi spesifik pada pejamu terhadap vaksin yang diberikan akan mempengaruhi keberhasilan imunisasi. Misalnya pada bayi semasa fetus mendapat antibodi maternal spesifik terhadap virus campak, bila imunisasi campak diberikan pada saat kadar antibodi spesifik terhadap virus campak masih tinggi akan memberikan hasil yang kurang memuaskan. Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan fungsi sel sistem imun seperti makrofag dan Limfosit.

b. Faktor Genetik Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup dan rendah terhadap antigen tertentu. Masing-masing dapat memberikan repsons rendah terhadap antigen tertentu namun terhadap antigen lain dapat lebih tinggi. Karena itu tidak heran bila kita menemukan keberhasilan imunisasi yang tidak mencapai 100%.

c. Kualitas dan kuantitas vaksin Beberapa faktor kualitas dan kuantitas vaksin dapat menentukan keberhasilan imunisasi seperti cara pemberian, dosis, frekuensi pemberian, ajuvan yang dipergunakan dan jenis vaksin. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pemberian imunisasi adalah:3 1. Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respons imun yang timbul.

Misalnya vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas lokal disamping sistemik, sedangkan vaksin polio parenteral akan memberikan imunitas sistemik saja.

2. Dosis vaksin terlalu tinggi atau rendah juga mempengaruhi respons imun yang terjadi. Dosis terlalu tinggi akan menghambat respons imun yang diharapkan, sedangkan dosis terlalu rendah tidak merangsang sel-sel imunokompeten. Dosis yang tepat dapat diketahui dari hasil uji klinis, karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan.

3. Frekuensi pemberian imunisasi juga mempengaruhi timbulnya respons imun yang terjadi. Pemberian imunisasi ulangan untuk meningkatkan titer antibodi yang mulai menurun. Respons imun sekunder menimbulkan sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya dan afinitasnya lebih tinggi. Jarak pemberian imunisasi mempengaruhi

31

Page 33: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

respons imun. Vaksin yang berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi, maka akan segera dinetralkan oleh antibodi spesifik yang masih tinggi.

4. Ajuvan adalah zat yang secara nonspesifik dapat meningkatkan respons imun terhadap antigen, fungsinya memperluas permukaan antigen, atau memperlama penyimpanan antigen dalam tubuh hospes, dan dapat mengembangkan populasi limfosit T dan B. Ajuvan mempertahankan antigen pada atau dekat dengan suntikan sehingga tidak cepat hilang, dan merangsang APC mengaktifasi sel APC untuk memproses antigen secara efektif dan memproduksi interleukin yang akan mengaktifkan sel imunokompeten lainnya.

5. Vaksin yang mengandung organisme hidup yang dilemahkan akan menimbulkan respons imun efektif yaitu memberikan perlindungan yang lebih besar dan lama dengan pemberian satu dosis. Rangsangan sel Tc memori membutuhkan sel yang terinfeksi, sehingga diperlukan vaksin hidup untuk menginduksi terbentuknyaantibodi. Pemberian vaksin hidup perlu memperhatikan jadwal waktu pemberian karena bayi masih mempunyai antibodi maternal yang spesifik.

6. Penanganan vaksin sejak vaksin diterima, disimpan, didistribusikan dan dipergunakan dengan rantai vaksin merupakan bagian yang penting dan harus sesuai dengan persyaratan agar potensi vaksin tetap terjamin sampai di lapangan. Vaksin tidak poten disebabkan oleh buruknya sistem rantai vaksin dari pabrik sampai ke pelayanan. Ada penurunan yang bermakna titer virus vaksin sejak dari Biofarma sampai dengan tingkat posyandu.Vaksin yang telah dilarutkan lebih dari 8 jam potensinya telah menurun. Bila vaksin sudah dilarutkan, vaksin harus terlindung dari sinar matahari dan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8 celcius.

32

Page 34: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

d. Jadwal imunisasi

Hal-hal yang dapat merusak vaksin yaitu panas (semua jenis vaksin), sinar matahari (vaksin BCG dan vaksin campak), pembekuan (vaksin yang dibuat dari toksid, vaksin DPT), dan desinfekatan atau antiseptic.

LO.5.4 Jenis-jenis & kontraindikasi

Jenis vaksin Penyakit Keuntungan Kerugian

Vaksin hidup

Campak, parotitis, polio(sabin), virus rota, rubella, yellow fever, tuberkolosis

Respon imun kuat, sering seumur hidup dengan bebrapa dosis

Memerlukan alat pendingin untuk menyimpan dan dapat berubah menjadi bentuk virulen

Vaksin mati

Kolera, influenza, hepatitis A, pes, polio, (salk), rabies

Stabil, aman dibanding vaksin hidup, tidak memerlukan alat pendingin.

Respons imun lebih lemah dibanding vaksin hidup, biasanya diperlukan suntikan booster.

33

Page 35: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

Toksoid Difteri, tetanusRespons imun dipacu untuk mengenal toksin bakteri

Subunit (eksotoksin yang diinaktifkan)

Hepatitis B, pertusis, S. pneumoni

Antigen spesifik menurunkan kemungkinan efek samping

Sulit untuk dikembangkan

KonjugatH. influenza B, S. Pneumoni

Memacu sistem imun bayi untuk mengenak sistem teetentu

DNA Dalam uji klinis

Respons imun humoral dan selular kuat, relatif tidak mahal untuk Manufaktur

Belumdiperoleh

Vektor rekombinan

Dalam uji klinisMenyerupai infeksi alamiah,menghasilkan respon imun kuat.

Belumdiperoleh

Vaksin VirusKelas vaksin Virus Catatan

Virus vaksin hidup

AdenovirusCacar airCampakParotitisPolioRotavirusRubellaCacar, Yellow fever

Imunisasi aktif menggunakan galur tidak virulen yang dilemahka. Efektif memacu respons antibodi dan limfosit sitotoksit

Virus vaksin mati

Hepatitis AInfluenzaPolioRabies

Imunisasi aktif menggunakan partikel virus panas atau kimia yang tidak aktif. Vaksinasi dapat dikombinasikan dengan virus lainnya (polivalen)

Vaksin subunit

AdenovirusImunisasi aktif menggunakan protein yang dimurnikan

34

Page 36: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

Vaksin polipeptida

Hepatitis BImunisasi aktif menggunakan sintesa urutan protein polipeptida

Vaksin DNA(hanya evaluasi)

HIVPenelitian: bermanfaat untuk memacu respon Tc

Antibodi pasif

Hepatitis AHepatitis BCampakParotitisRabiesRSVRubellaVarisella zoster

Penyuntikan antibodi yang dimurnikan hasil dari sumber lainnya. Hanya sementara dan hanya sedikit bermanfaat diberikan setelah awitan penyakit.

1. Imunisasi BCG Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.

Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).

Reaksi yang mungkin terjadi: Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat

penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.

Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.

Komplikasi yang mungkin timbul adalah: Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan

karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang,

35

Page 37: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.

Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

2. Imunisasi DPT Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap

difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.

Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.

DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.

Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut diantaranya demam tinggi (lebih dari 40,5 Celsius), kejang, kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya), syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).

3. Imunisasi DT Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang

dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus. Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam tinggi. Efek samping yang

36

Page 38: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.

4. Imunisasi TT Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif

terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan. Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL. Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.

5. Imunisasi Polio Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian. Terdapat 2 macam vaksin polio : IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio

yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup

yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan

interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).

Kontra indikasi pemberian vaksin poliopada penderita diare berat, Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid), Kehamilan.

Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang tertinggi. Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker,

37

Page 39: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya. IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.

6. Imunisasi Campak Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL. Kontra indikasi pemberian vaksin campak : - Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38?Celsius - Gangguan sistem kekebalan - Pemakaian obat imunosupresan - Alergi terhadap protein telur - Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin - wanita hamil.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).

7. Imunisasi MMR Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap

campak, gondongan dan campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan.

Disuntikkan sebanyak 2 kali, suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP). Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD. Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin: - Komponen campak

1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,50 Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan

38

Page 40: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.

- Komponen gondongan Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.

- Komponen campak Jerman Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR. Nyeri atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan (hilang-timbul). Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini. Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa. Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi. Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR.

Kontraindikasi imunisasi MMR- Anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin - Anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin - Anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker,

leukemia, limfoma maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati imunosupresan.

- Wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.

8. Imunisasi Hib Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Vaksin

39

Page 41: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.

9. Imunisasi Varisella Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.

Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas. Anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella. Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.

Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup.

Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa : demam, nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan, ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan. Efek samping yang lebih berat adalah : kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikan, pneumonia, reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan, kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat jarang terjadi, ensefalitis, penurunan koordinasi otot. Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada :- Wanita hamil atau wanita menyusui - Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang

lemah atau yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan

- Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut

- Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)

- Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid

- Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya

- Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan immunoglobulin.

40

Page 42: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

10. Imunisasi HBV Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis

B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.

Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan. Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu). Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.

Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.

LI.6 Memahami dan Menjelaskan Menurut Pandangan IslamLO.6.1 Al-qur’an

Boleh dalam kondisi darurat dalil firman Allah : “… Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya….” (QS. Al- An’am [6]:119)

LO.6.2 HadistImunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk

penjagaan diri dari penyakit sebelum terjadi. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu dari racun dan sihir”(HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyari’atkannya mengambil sebab untuk membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga kalau dikhawatirkan terjadi wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana halnya boleh berobat tatkala terkena penyakit.

41

Page 43: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

Darurat dalam Obat

Dhorurat (darurat) adalah suatu keadaan terdesak untuk menerjang keharaman, yaitu ketika seorang memilki keyakinan bahwa apabila dirinya tidak menerjang larangan tersebut niscaya akan binasa atau mendapatkan bahaya besar pada badanya, hartanya atau kehormatannya. Dalam suatu kaidah fiqhiyyah dikatakan:“Darurat itu membolehkan suatu yang dilarang” Namun kaidah ini harus memenuhi dua persyaratan: tidak ada pengganti lainya yang boleh (mubah/halal) dan mencukupkan sekadar untuk kebutuhan saja. Kemudahan Saat KesempitanSemua syari’at itu mudah. Namun, apabila ada kesulitan maka akan ada tambahan kemudahan lagi. Alangkah bagusnya ucapan Imam asy-Syafi’i tatkala berkata : “Kaidah syari’at itu dibangun (di atas dasar) bahwa segala sesuatu apabila sempit maka menjadi luas.”21

Kemudahan Saat Kesempitan

Sesungguhnya syari’at islam ini dibangun di atas kemudahan. Banyak sekali dalil-dalil yang mendasari hal ini, bahkan Imam asy-Syathibi mengatakan: “Dalil-dalil tentang kemudahan bagi umat ini telah mencapai derajat yang pasti”.20Semua syari’at itu mudah. Namun, apabila ada kesulitan maka akan ada tambahan kemudahan lagi. Alangkah bagusnya ucapan Imam asy-Syafi’i tatkala berkata :

“Kaidah syari’at itu dibangun (di atas dasar) bahwa segala sesuatu apabila sempit maka menjadiluas.” tentang hukum imunisasi IPV ini, yaitu kami memandang bolehnya imunisasi jenis ini dengan alasan-alasan sebagai berikut:

1. Imunisasi ini sangat dibutuhkan sekali sebagaimana penelitian ilmu kedokteran.

2. Bahan haram yang ada telah lebur dengan bahan-bahan lainnya.3. Belum ditemukan pengganti lainnya yang mubah.4. Hal ini termasuk dalam kondisi darurat.5. Sesuai dengan kemudahan syari’at di kala ada kesulitan.

42

Page 44: B-10 Wrap Up Skenario 1 MPT

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja KG, Rengganis I. 2011. Imunologi Dasar Edisi 10. Jakarta: FKUI.

Bloom.2002. Buku Ajar Histologi Edisi 12, diterjemahkan oleh Jan Tambayong. Jakarta: EGC.

Jawetz, Melnick, dan Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Jakarta: EGC.

Junqueira, Luiz Carlos dan Jose Carneiro. 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas Edisi 10. Jakarta: EGC.

Kresno, siti boedina. 2001. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium Edisi 4. Jakarta:FKUI.

Playfair, dan Chain.2009. At a Glance Imunologi Edisi 9. Jakarta: penerbit erlangga.

Wahab,samik dan Julia, madarina. 2002. Sistem Imun, Imunisasi & Penyakit Imun. Jakarta:Widya medika.

http://medicastore.com/penyakit/81/Imunisasi.html diakses pada 4 Mei 2014.

43