Top Banner
A. Konsep Dasar Penyakit a. Definisi / Pengertian Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri. ( Suddart, & Brunner, 2002 ). Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat, intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008) Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi : konsep klinis proses- proses penyakit, juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun. (Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003) Sehingga dengan demikian Alzheimer adalah penyakit kronik, degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat, intelektual, kepribadian yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan merawat diri. Penyakit ini menyerang orang berusia 65 tahun keatas. 1
63

Azkep Alzheimer

Jan 12, 2016

Download

Documents

AgusRick

aa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Azkep Alzheimer

A. Konsep Dasar Penyakit

a. Definisi / Pengertian

Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif

otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri.

( Suddart, & Brunner, 2002 ).

Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat,

intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk

menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita.

(Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008)

Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama

menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi : konsep klinis proses- proses

penyakit, juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak

dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan

menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun.

(Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003)

Sehingga dengan demikian Alzheimer adalah penyakit kronik, degeneratif yang ditandai

dengan penurunan daya ingat, intelektual, kepribadian yang dapat mengakibatkan

berkurangnya kemampuan merawat diri. Penyakit ini menyerang orang berusia 65 tahun

keatas.

b. Epidemiologi / Insiden kasus

Di Amerika, sekitar 4 juta orang menderita penyakit ini. Angka prevalansi berhubungan

erat dengan usia. Sekitar 10% populasi diatas 65 tahun menderita penyakit ini. Bagi

individu berusia diatas 85 tahun, angka ini meningkat sampai 47,2%. Dengan meningkatnya

populasi lansia, maka penyakit alzheimer menjadi penyakit yang semakin bertambah

banyak. Insiden kasus alzheimer meningkat pesat sehingga menjadi epidemi di Amerika

dengan insiden alzheimer sebanyak 187 : 100.000 per tahun dan penderita alzheimer 123 :

100.000 per tahun.

Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi wanita lebih banyak tiga kali dibandingkan laki-

laki. Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan laki-

laki.

1

Page 2: Azkep Alzheimer

c. Penyebab/Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah

dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament, predisposisi

heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal,

kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif

dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau

asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut

mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan kalsium intraseluler,

kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapat produksi protein

abnormal yang non spesifik. Penyakit Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa

penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut

terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.

Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian

selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh

adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi

radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit

alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa

peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor

non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai

pencetus factor genetika.

d. Patofisiologi

Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada

penyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron yang tidak

berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian dari suatu protein

besar, protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer pada

korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.

Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan kerusakan berat

neuron korteks dan hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah

intracranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan morfologik (structural) dan biokimia

2

Page 3: Azkep Alzheimer

pada neuron – neuron. Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya

berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit. Satu tanda lesi pada

AD adalah kekusutan neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut dan

sebagian besar terdiri dari protein “tau”. Dalam SSP, protein tau sebagian besar sebagai

penghambat pembentuk structural yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan

merupakan komponen penting dari sitokleton sel neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi

abnormal dari protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan pada tau sehingga tidak

dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama – sama. Tau yang abnormal terpuntir masuk

ke filament heliks ganda yang sekelilingnya masing – masing terluka. Dengan kolapsnya

system transport internal, hubungan interseluler adalah yang pertama kali tidak berfungsi

dan akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan neuron yang kusut dan berkembangnya

neuron yang rusak menyebabkan Alzheimer.

Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang

terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta

adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat pada

membrane neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi

menjadi fragmen – fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket yang

berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya bercampur

dengan sel – sel glia yang akhirnya membentuk fibril – fibril plak yang membeku, padat,

matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain

adalah A-beta menghasilkan radikal bebas sehingga mengganggu hubungan intraseluler dan

menurunkan respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron

terhadap stressor. Selain karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada

AD. Secara neurokimia kelainan pada otak

3

Page 4: Azkep Alzheimer

e. Pathway

4

Koping individu tidak efektif

Kehilangan fungsi neurologis/tonus otot

1. Kehilangan kemampuan menyelesaikan masalah

2. Perubahan mengawasi keadaan kompleks dan berpikir abstrak

3.Emosi labil, pelupa, apatis, loss deep memory

Perubahan proses pikir

Hambatan interaksi sosial

Hambatan komunikasi verbal

Tingkah laku aneh dan kacau,tidak mampu untuk mengenali dan mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan

Resiko trauma

Perubahan pola

eleminasi urine/alvi

Kekusutan neuro fibrilar yang difus dan plak senilis

Hilangnya serat-serat koligernik di korteks

Penurunan sel neuron koligernik yang berproyeksi di himokampus

dan amigdala

Factor Genetik

Infeksi VirusLingkungan Imunologi Trauma

Atropi Otak

Degenerasi neuron irreversible Kelainan neuro

transmiter

Asetilkoin ALZHEIMER

Penurunan daya ingat

Gangguankognitif

Gangguanmemori

Gangguan fungsi bahasa

PerubahanIntelektual

Perubahan perilaku

Penurunan kemampuan

melakukan aktifitas

Mudah lupa

Kurang perawatan diri (makan, minum,

berpakaian, hygiene)

Muncul gejalaNeuro psikiatrik

Perubahan nafsu makan

Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Kesulitan tidur Perubahan resepsi,

transmisi dan integrasi sensori

Perubahan pola tidur

Sindrom stress relokasi

Perubahan persepsi sensori

Page 5: Azkep Alzheimer

6. Gejala Klinis

Berlangsung lama dan bertahap, sehingga pasien dan keluarga tidak menyadari secara pasti

kapan timbulnya penyakit.

Terjadi pada usia 40-90 tahun.

Tidak ada kelainana sistemik atau penyakit otak lainnya.

Tidak ada gangguan kesadaran.

Perburukan progresif fungsi bahasa, keterampilan motorik dan persepsi.

Riwayat keluarga Alzheimer, parkinson, diabetes melitus, hipertensi dan kelenjar tiroid.

(Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008 )

Gejala klinis dapat terlihat sebagai berikut :

1. Kehilangan daya ingat/memori

Pada orang tua normal, dia tidak ingat nama tetangganya, tetapi dia tahu orang itu adalah

tetangganya. Pada penderita Alzheimer, dia bukan saja lupa nama tetangganya tetapi juga lupa

bahwa orang itu adalah tetangganya.

2. Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa

Seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu urutan-urutan menyiapkan

makanan.

3. Kesulitan berbahasa.

Umumnya pada usia lanjut didapat kesulitan untuk menemukan kata yang tepat, tetapi

penderita Alzheimer lupa akan kata-kata yang sederhana atau menggantikan suatu kata

dengan kata yang tidak biasa.

4. Disorientasi waktu dan tempat.

Kita terkadang lupa kemana kita akan pergi atau hari apa saat ini, tetapi penderita Alzheimer

dapat tersesat pada tempat yang sudah familiar untuknya, lupa di mana dia saat ini, tidak tahu

bagaimana cara dia sampai di tempat ini, termasuk juga apakah saat ini malam atau siang.

5. Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif

Misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat untuk cuaca dingin atau

sebaliknya.

5

Page 6: Azkep Alzheimer

6. Salah menempatkan barang.

Seseorang secara temporer dapat salah menempatkan dompet atau kunci. Penderita Alzheimer

dapat meletakkan sesuatu pada tempat yang tidak biasa, misal jam tangan pada kotak gula.

7. Perubahan tingkah laku.

Seseorang dapat menjadi sedih atau senang dari waktu ke waktu. Penderita Alzheimer dapat

berubah mood atau emosi secara tidak biasa tanpa alasan yang dapat diterima.

8. Perubahan perilaku

Penderita Alzheimer akan terlihat berbeda dari biasanya, ia akan menjadi mudah curiga,

mudah tersinggung, depresi, apatis atau mudah mengamuk, terutama saat problem memori

menyebabkan dia kesulitan melakukan sesuatu.

9. Kehilangan inisiatif

Duduk di depan TV berjam-jam, tidur lebih lama dari biasanya atau tidak menunjukan minat

pada hobi yang selama ini ditekuninya.(Yulfran, 2009)

7. Pemeriksaan Diagnostik

Untuk kepastian diagnosisnya, maka diperlukan tes diagnostik sebagai berikut:

a. Neuropatologi

Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara umum

didapatkan :

atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus temporoparietal, anterior

frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh

berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).

Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit alzheimer terdiri dari :

1) Neurofibrillary tangles (NFT)

Merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari filamen-filamen abnormal yang berisi

protein neurofilamen, ubiquine, epitoque. Densitas NFT berkolerasi dengan beratnya

demensia.

2) Senile plaque (SP)

Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve ending yang berisi

filamen-filamen abnormal, serat amiloid ektraseluler, astrosit, mikroglia. Amiloid prekusor

6

Page 7: Azkep Alzheimer

protein yang terdapat pada SP sangat berhubungan dengan kromosom 21. Senile plaque ini

terutama terdapat pada neokorteks, amygdala, hipokampus, korteks piriformis, dan sedikit

didapatkan pada korteks motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual, dan

auditorik. Senile plaque ini juga terdapat pada jaringan perifer. densitas Senile plaque

berhubungan dengan penurunan kolinergik. Kedua gambaran histopatologi (NFT dan senile

plaque) merupakan gambaran karakteristik untuk penderita penyakit alzheimer.

3) Degenerasi neuron

Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada penyakit alzheimer

sangat selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama didapatkan pada neuron piramidal

lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan pada hipokampus, amigdala, nukleus batang

otak termasuk lokus serulues, raphe nukleus dan substanasia nigra. Kematian sel neuron

kolinergik terutama pada nukleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergik terutama pada

lokus seruleus serta sel serotogenik pada nukleus raphe dorsalis, nukleus tegmentum dorsalis.

Telah ditemukan faktor pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik yang berdegenerasi pada

lesi merupakan harapan dalam pengobatan penyakit alzheimer.

4) Perubahan vakuoler

Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat menggeser nukleus.

Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan SP , perubahan

ini sering didapatkan pada korteks temporomedial, amygdala dan insula. Tidak pernah

ditemukan pada korteks frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan batang otak

5) Lewy body

Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada enterhinal, gyrus

cingulate, korteks insula, dan amygdala. Sejumlah kecil pada korteks frontalis, temporal,

parietalis, oksipital. Lewy body kortikal ini sama dengan immunoreaktivitas yang terjadi pada

lewy body batang otak pada gambaran histopatologi penyakit parkinson. Hansen et al

menyatakan lewy body merupakan variant dari penyakit alzheimer.

7

Page 8: Azkep Alzheimer

b. Pemeriksaan Neuropsikologik

Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya

gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi.

Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa

bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi,

perhatian dan pengertian berbahasa

Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik yang penting

karena :

1) Adanya defisit kognisi: berhubungan dgn demensia awal yang dapat

diketahui bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.

2) Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif : untuk membedakan

kelainan kognitif pada global demensia dengan deficit selektif yang diakibatkan oleh

disfungsi fokal, faktor metabolik, dan gangguan psikiatri

3) Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan

oleh demensia karena berbagai penyebab.

c. CT Scan dan MRI

Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kwantifikasi

perubahan volume jaringan otak pada penderita Alzheimer antemortem.

CT Scan :

Menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain alzheimer

seperti multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan pembesaran

ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada

penyakit ini

Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi dengan

beratnya gejala klinik dan hasil pemeriksaan status mini mental

MRI :

peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping

anterior horn pada ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk demensia

awal. Selain didapatkan kelainan di kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah

8

Page 9: Azkep Alzheimer

subkortikal seperti adanya atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna

basalis dan fissura sylvii.

MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit alzheimer

dengan penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari hipokampus.

EEG

Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit

alzheimer didapatka perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik

PET (Positron Emission Tomography)

Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan :

penurunan aliran darah

metabolisme O2

glukosa didaerah serebral

SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)

Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua

pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.

Laboratorium darah

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita alzheimer. Pemeriksaan

laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit demensia lainnya seperti

pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat,

serologi sifilis, skrining antibody yang dilakukan secara selektif. (Yulfran, 2009)

8. Tindakan Penanganan/Penatalaksanaan

Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan

patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya

memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.

Pengobatan simptomatik:

1) Inhibitor kolinesterase

Tujuan: Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti

kolinesterase yang bekerja secara sentral

9

Page 10: Azkep Alzheimer

Contoh: fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine), donepezil (Aricept),

galantamin (Razadyne), & rivastigmin

Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama

pemberian berlangsung

ESO: memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan penderita

Alzheimer, mual & muntah, bradikardi, ↑ HCl, dan ↓ nafsu makan.

2) Thiamin

Pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzym

yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal

pada nukleus basalis.

Contoh: thiamin hydrochloride

Dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral

Tujuan: perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode

yang sama.

3) Nootropik

Nootropik merupakan obat psikotropik.

Tujuan: memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi pemberian 4000

mg pada penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.

4) Klonidin

Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan kerusakan

noradrenergik kortikal.

Contoh: klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alfa 2 reseptor agonis

Dosis : maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu

Tujuan: kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif

5) Haloperiodol

Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi :

Gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah laku: Pemberian oral

Haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki gejala tersebut

Bila penderita Alzheimer menderita depresi berikan tricyclic anti depresant

(amitryptiline 25-100 mg/hari)

6) Acetyl L-Carnitine (ALC)

10

Page 11: Azkep Alzheimer

Merupakan suatu substrat endogen yang disintesa didalam mitokondria dengan bantuan

enzym ALC transferase.

Tujuan : meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase.

Dosis:1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan

Efek: memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi kognitif

(Yulfran, 2009)

9. Pencegahan

Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab Alzheimer, yaitu : usia lebih

dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan yang terkontaminasi dengan logam berat, rokok,

pestisida, gelombang elektromagnetic, riwayat trauma kepala yang berat dan penggunaan terapi

sulih hormon pada wanita. Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil penelitian yang

lain, dianjurkan beberapa cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di antaranya yaitu :

Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak merokok maupun

mengkonsumsi alkohol.

Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan buah

segar mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat radikal bebas. Radikal

bebas ini yang merusak sel-sel tubuh.

Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Istilah ini mungkin masih jarang

terdengar. Cara menjaga kebugaran mental adalah dengan tetap aktif membaca dan

memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan.

10. Kriteria Diagnosis

Terdapat beberapa kriteria untuk diagnosa klinis penyakit Alzheimer, yaitu:

Kriteria diagnosis tersangka penyakit alzheimer terdiri dari:

Demensia ditegakkan dengan pemeriksaan klinik dan pemeriksaan status mini

mental atau beberapa pemeriksaan serupa, serta dikonfirmasikan dengan test

neuropsikologik

Didapatkan gangguan defisit fungsi kognisi

Tidak ada gangguan tingkat kesadaran

Awitan antara umur 40-90 tahun, atau sering >65 tahun

11

Page 12: Azkep Alzheimer

Tidak ada kelainan sistematik atau penyakit otak lainnya

Diagnosis tersangka penyakit alzheimer ditunjang oleh:

Perburukan progresif fungsi kognisi spesifik seperti berbahasa, ketrampilan motorik, dan

persepsi

ADL terganggu dan perubahan pola tingkah laku

Adanya riwayat keluarga, khususnya kalau dikonfirmasikan dengan neuropatologi

Pada gambaran EEG memberikan gambaran normal atau perubahan non-spesifik seperti

peningkatan aktivitas gelombang lambat

Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan atropi serebri

Gambaran lain tersangka diagnosa penyakit alzheimer setelah dikeluarkan penyebab

demensia lainnya terdiri dari:

Gejala yang berhubungan dengan depresi, insomnia, inkontinentia, delusi, halusinasi, emosi,

kelainan seksual, berat badan menurun

Kelainan neurologi lain pada beberapa pasien, khususnya penyakit pada stadium lanjut dan

termasuk tanda-tanda motorik seperti peningkatan tonus otot, mioklonus atau gangguan

berjalan

Terdapat bangkitan pada stadium lanjut

Gambaran diagnosa tersangka penyakit alzheimer yang tidak jelas terdiri dari:

Awitan mendadak

Diketemukan gejala neurologik fokal seperti hemiparese, hipestesia, defisit lapang pandang

dan gangguan koordinasi

Terdapat bangkitan atau gangguan berjalan pada saat awitan

Diagnosa klinik kemungkinan penyakit alzheimer adalah:

Sindroma demensia, tidak ada gejala neurologik lain, gejala psikiatri atau kelainan sistemik

yang menyebabkan demensia

Adanya kelainan sistemik sekunder atau kelainan otak yang menyebabkan demensia, defisit

kognisi berat secara gradual progresif yang diidentifikasi tidak ada penyebab lainnya

Kriteria diagnosa pasti penyakit alzheimer adalah gabungan dari kriteria klinik tersangka

penyakit Alzheimer dan didapatkan gambaran histopatologi dari biopsy atau otopsi :

autopsi tampak bagian otak mengalami atropi yang difus dan simetri,

12

Page 13: Azkep Alzheimer

secara mikroskopik tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis plaque dan degenerasi

neurofibrillary

11. Prognosis

Dari pemeriksaan klinis 42 penderita Alzheimer menunjukkan bahwa nilai prognostik tergantung

pada 3 faktor yaitu :

Derajat beratnya penyakit

Variabilitas gambaran klinis

Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis kelamin

Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling mempengaruhi

prognostik penderita alzheimer.

Pasien dengan penyakit Alzheimer :

Mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis

Biasanya meninggal dunia akibat infeksi sekunder.

12. Komplikasi

Infeksi

Malnutrisi

Kematian

13

Page 14: Azkep Alzheimer

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. PENGKAJIAN

Adapun pengkajian yang dilakukan pada penyakit Alzheimer

a. Aktifitas istirahat

Gejala: Merasa lelah

Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur

Letargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi, ketidakmampuan

untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/ mengikuti acara program televisi.

Gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk melakukan hal yang telah biasa

yang dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat.

b. Sirkulasi

Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode emboli (merupakan

factor predisposisi).

c. Integritas ego

Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap

lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang, penimbunan objek : meyakini

bahwa objek yang salah penempatannya telah dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra

tubuh dan harga diri yang dirasakan.

Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu untuk melakukan

kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun tanpa membacanya) , duduk dan

menonton yang lain, aktivitas pertama mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan emosi

stabil, gerakan berulang ( melipat membuka lipatan melipat kembali kain ), menyembunyikan

barang, atau berjalan-jalan.

d. Eliminasi

Gejala: Dorongan berkemih

Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan diare.

e. Makanan/cairan

14

Page 15: Azkep Alzheimer

Gejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor predisposisi) perubahan dalam

pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan, mengingkari terhadap rasa lapar/

kebutuhan untuk makan.

Tanda: Kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak makan

(mungkin mencoba untuk menyembunyikan keterampilan). dan tampak semakin kurus (tahap

lanjut).

f. Hiygene

Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain

Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang kurang,

kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar mandi, lupa langkah-langkah untuk

buang air, tidak dapat menemukan kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada

waktu makan: tergantung pada orang lain untuk memasak makanan dan menyiapkannya

dimeja, makan, menggunakan alat makan.

g. Neurosensori

Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif,

dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan, pusing atau kadang-

kadang sakit kepala. adanya keluhan dalam kemampuan kognitif, mengambil keputusan,

mengingat yang berlalu, penurunan tingkah laku ( diobservasi oleh orang terdekat).

Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh atau bagian tubuh dalam ruang tertentu ). dan

adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung

secara periodic ( sebagai factor predisposisi ) serta aktifitas kejang ( merupakan akibat

sekunder pada kerusakan otak ).

Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam menemukan kata- kata

yang benar ( terutama kata benda ); bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan

substansi kata yang tidak memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar.

Kehilangan kemampuan untuk membaca dan menulis bertahap ( kehilangan keterampilan

motorik halus ).

h. Kenyamanan

Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor predisposisi

atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan sebagainya).

Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain

15

Page 16: Azkep Alzheimer

i. Interaksi social

Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. factor psikososial sebelumnya; pengaruh personal dan

individu yang muncul mengubah pola tingkah laku yang muncul.

Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum:

Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran sesuai

dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya perubahan pada tanda-tanda

vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan

B1 (Breathing)

Gangguan fungsi pernafasan :

Berkaitan dengan hipoventilasi inaktifitas, aspirasi makanan atau saliva dan berkurangnya fungsi

pembersihan saluran nafas.

Inspeksi: di dapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif,

peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot Bantu nafas.

Palpasi : Traktil premitus seimbang kanan dan kiri

Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru

Auskultasi : bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronkhi, pada klien

dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering

didapatkan pada klien dengan inaktivitas.

B2 (Blood)

Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan

pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom.

B3 (Brain)

Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan dengan

pengkajian pada sistem lainnya.

Inspeksi umum, didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.

16

Page 17: Azkep Alzheimer

Pengkajian Tingkat Kesadaran:

Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan status kognitif

klien.

Pengkajian fungsi serebral:

Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan

dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori, baik jangka

pendek maupun jangka panjang.

Pengkajian Saraf kranial. Pengkajian saraf ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII :

Saraf I. Biasanya pada klien penyakit alzherimer tidak ada kelaianan fungsi

penciuman

Saraf II. Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan, yaitu sesuai dengan

keadaan usia lanjut biasanya klien dengan alzheimer mengalami keturunan ketajaman

penglihatan

Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf ini

Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.

Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal

Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis serta

penurunan aliran darah regional

Saraf IX dan X. Kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan

perubahan status kognitif

Saraf XI. Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.

Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada vasikulasi

dan indera pengecapan normal

Pengkajian sistem Motorik

Inspeksi umum pada tahap lanjut klien akan mengalami perubahan dan penurunan pada

fungsi motorik secara umum.

Tonus Otot. Didapatkan meningkat.

Keseimbangan dan Koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan karena adanya

perubahan status kognitif dan ketidakkooperatifan klien dengan metode pemeriksaan.

17

Page 18: Azkep Alzheimer

Pengkajian Refleks

Pada tahap lanjut penyakit alzheimer sering mengalami kehilangan refleks postural, apabila

klien mencoba untuk berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya

berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya

ke depan atau ke belakang) dapat menyebabkan klien sering jatuh.

Pengkajian Sistem sensorik

Sesuai barlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan

terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensori yang ada merupakan hasil dari

neuropati perifer yang dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Perubahan pola eliminasi urine/alvi berhubungan dengan kehilangan fungsi

neurologi/tonus otot, ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar

mandi/mengenali kebutuhan

2. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan

tonus atau kekuatan otot.

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, keterbatasan fisik.

5. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi, transmisi,

dan/atau integrasi.

6. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degenerasi neuron irreversible

7. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan gangguan sensori, penurunan fungsi

fisik

8. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan menyelesaikan

masalah, perubahan intelektual

9. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan intelektual (pikun,

disorientasi, penurunan kemampuan mengatasi masalah)

10. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan emosi (cepat marah,

mudah tersinggung, kurang percaya diri)

11. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

perubahan sensori, mudah lupa

18

Page 19: Azkep Alzheimer

12. Risiko trauma berhubungan dengan kelamahan, ketidakmampuan untuk

mengenali/mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan

19

Page 20: Azkep Alzheimer

3.RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Perubahan pola

eliminasi

berhubungan

dengan

kehilangan fungsi

neurologi/tonus

otot,

ketidakmampuan

untuk

menentukan letak

kamar

mandi/mengenali

kebutuhan.

Setelah diberikan asuhan

keperawatan, diharapkan

pola eliminasi terpenuhi

dengan kriteria hasil :

- Mampu menciptakan

pola eliminasi yang

adekuat/sesuai

Mandiri

a. Kaji pola sebelumnya dan

bandingkan dengan pola yang

sekarang

b. Letakkan tempat tidur dekat

dengan kamar mandi jika

memungkinkan. Buatkan tanda

tertentu atau pintu berkode

khusus. Berikan cahaya yang

cukup terutama malam hari.

c. Buat program latihan defekasi

atau kandung kemih. Tingkatkan

partisipasi pasien sesuai tingkat

kemampuannya.

d. Anjurkan untuk minum adekuat

selama siang hari (paling sedikit

2 liter sesuai toleransi). Diet

tinggi serat dan sari buah. Batasi

minum saat menjelang malam

dan waktu tidur.

Mandiri

a. Memberikan informasi mengenai

perubahan yang munkin selanjutnya

memerlukan pengkajian atau intervensi

b. Meningkatkan orientasi atau penemuan

kamar mandi. Inkontinensia mungkin

disertai ketidakmampuan untuk

menemukan tempat berkemih atau

defekasi.

c. Menstimulasi kesadaran pasien,

meningkatkan pengaturan fungsi tubuh.

d. Menurunkan resiko konstipasi atau

dehidrasi. Pembatasan minum pada sore

menjelang malam hari dapat

menurunkan seringnya berkemih atau

inkontinensia pada malam hari.

20

Page 21: Azkep Alzheimer

e. Pantau penampilan atau warna

urine, catat konsistensi dari feses.

Kolaborasi

a. Berikan obat pelembek feses

metamacil, gliserin suppositoria

sesuai dengan indikasi.

e. Pendeteksian memberikan kesempatan

untuk mengubah intervensi, misalnya

adanya konstipasi/infeksi kandung kemih

dan sebagainya.

Kolaborasi

a. Mungkin diperlukan untuk

memfasilitasi atau menstimulasi

defekasi yang teratur

2. Perubahan pola

tidur

berhubungan

dengan

perubahan pada

sensori

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan

perubahan pola tidur

klien dapat teratasi

dengan kriteria hasil :

- Tidak terjadi

perubahan tingkah

laku dan penampilan

(gelisah)

- Mampu menciptakan

pola tidur yang

Mandiri

a. Berikan lingkungan yang

nyaman untuk meningkatkan

tidur (mematikan lampu,

ventilasi ruang adekuat, suhu

yang sesuai. Menghindari

kebisingan)

b. Anjurkan latihan saat siang hari

dan turunkan aktivitas

mental/fisik pada sore hari

Mandiri

a. Hambatan kortikal pada informasi

reticular akan berkurang selama tidur,

meningkatkan respons otomatik,

karenanya respons kardiovaskular

terhadap suara meningkat selama tidur

b. Aktivitas fisik dan mental yang lama

mengakibatkan kelelahan yang dapat

meningkatkan kebingungan , aktivitas

yang terprogram tanpa stimulasi

21

Page 22: Azkep Alzheimer

adekuat dengan

penurunan terhadap

pikiran yang

melayang-layang

(melamun)

- Mampu menentukan

penyebab tidur

inadekuat

c. Berikan makanan kecil sore hari,

susu hangat, mandi, dan masase

punggung

d. Turunkan jumlah minuman sore

hari. Lakukan berkemih sebelum

tidur

e. Anjurkan klien untuk

mendengarkan musik yang

lembut

Kolaborasi

a. Berikan obat sesuai indikasi :

- Antidepresi,

seperti ;amitriptilin (elavil),

doksepin (senequan), trasolon

(desyrel)

- Oksazepam (serax), triazolam

(halcion)

b. Hindari penggunaan

berlebihan meningkatkan waktu tidur

c. Meningkatkan relaksasi dengan

perasaan mengantuk

d. Menurunkan kebutuhan akan bangun

untuk berkemih selama malam hari

e. Menurunkan stimulasi sensori dengan

menghambat suara lain dari lingkungan

sekitar yang akan menghambat tidur.

Kolaborasi

a. Efektif menangani pseudodemensia

atau depresi, meningkatkan kemampuan

untuk tidur, tetapi antikolinergik dapat

mencetuskan bingung, memperburuk

kognitif dan efek samping hipotensi

ortostatik Gunakan dengan hemat,

hipnotik dosis rendah efektif mengatasi

insomnia

b. Kontraindikasi karena mempengaruhi

produksi assetilkolin yang sudah

22

Page 23: Azkep Alzheimer

difenhidramin (benadryl) dihambat dalam otak.

3. Kerusakan

mobilitas fisik

berhubungan

penurunan

tonus/kekuatan

otot, kerusakan

neuromuskuler

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan

klien mampu rentang

gerak optimal dengan

criteria hasil

- mempertahankan posisi

dengan tak ada

komplikasi

(kontraktur,dekubitus)

- mendemonstrasikan

teknik/perilaku yang

memungkinkan

melakukan kembali

aktifitas yang

diinginkan

Mandiri

a. kaji kekuatan motorik atau

kemampuan secara fungsional

dengan menggunakan skala 0-5.

Lakukan pengkajian secara

teratur dan bandingkan dengan

nilai dasarnya.

b. Berikan posisi pasien yang

menimbulkan rasa nyaman.

Lakukan perubahan posisi dengan

jadwal yang teratur sesuai

kebutuhan secara individual.

c. Lakukan latihan rentang gerak

pasif. Hindari latihan aktif selama

fase akut.

Mandiri

a. menentukan perkembangan/munculnya

kembali tanda yang menghambat

tercapainya tujuan atau harapan pasien.

b. menurunkan kelelahan meningkatkan

relaksasi, menurunkan resiko terjadinya

iskemia atau kerusakan pada kulit.

c. menstimulasi sirkulasi, meningkatkan

tonus otot dan meningkatkan mobilisasi

sendi. Catatan:latihan yang dipaksakan

dapat menimbulkan eksaserbasi gejala

yang menyebabkan regresi fisiologis

23

Page 24: Azkep Alzheimer

Kolaborasi

a. Konfirmasikan dengan/rujuk

kebagian terapi fisik/terapi

okupasi

dan emosi. persendian juga dapat

mengalami dislokasi sehingga otot

mengalami flaksid secara total.

Memaksimalkan tenaga dan mencegah

kelelahan yang berlebihan.

Kolaborasi

a. bermanfaat dalam menciptakan

kekuatan otot secara individual atau

latihan terkondisi dan program latihan

berjalan dan mengidentifikasikan alat

bantu atau brace untuk

mempertahankan mobilisasi dan

kemandirian dalam melakukan

aktifitas sehari-hari

4. Defisit perawatan

diri berhubungan

dengan

penurunan

kognitif,

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan

terdapat perilaku

peningkatan dalam

pemenuhan perawatan

Mandiri

a. Identifikasi kesulitan

berpakaian/perawatan diri,

seperti keterbatasan fisik;

apatis/depresi atau temperatur

Mandiri

a. Memahami penyebab yang

mempengaruhi pilihan intervensi/

strategi

24

Page 25: Azkep Alzheimer

keterbatasan fisik. diri dengan kriteria

hasil:

- klien tampak bersih

dan segar

- klien tidak pucat.

ruangan.

b. Identifikasi kebutuhan akan

kebersihan diri dan berikan

bantuan sesuai kebutuhan

dengan perawatan

rambut/kuku/kulit, bersihkan

kacamata dan gosok gigi.

c. Gabungkan kegiatan sehari-hari

kedalam jadwal aktivitas jika

mungkin.

d. Kaji kemampuan dan tingkat

itaspenurunan kemampuan ADL

dalam skala 0 – 4.

e. Rencanakan tindakan untuk

defisit motorik seperti

tempatkan makanan dan

peralatan di dekat klien agar

mampu sendiri mengambilnya.

f. Kaji kemampuan komnikasi

untuk BAK. Kemampuan

menggunakan urinal pispot.

b. Sesuai dengan perkembangan

penyakit, kebutuhan akan kebersihan

dasar mungkin dilupakan.

c. Mempertahankan kebutuhan rutin

dapat mencegah kebingungan yang

semakin memburuk dan

meningkatkan partisipasi pasien.

d. Membantu dalam mengantisipasi dan

merencanakan pertemuan kebutuhan

individual.

e. Klien akan mampu melakukan

aktivitas sendiri untuk memenuhi

perawatan dirinya.

f. Ketidakmampuan berkomunikasi

dengan perawat dapat menimbulkan

masalah pengososngan kandung

25

Page 26: Azkep Alzheimer

Antarkan ke kamar mandi bila

kondisi memungkinkan .

g. Identifikasi kebiasaan BAB .

anjurkan minum dan

meningkatkan aktivitas.

Kolaborasi :

a. Pemberian suppositoria dan

pelumas faeces / pencahar.

b. Konsul ke dokter terapi okupasi.

kemih oleh karena masalah

neurogenik.

g. Meningkatkan latihan dan menolong

mencegah konstipasi

Kolaborasi :

a. Pertolongan utama terhadap fungsi

bowell atau BAB

b. Untuk mengembangkan terapi dan

melengkapi kebutuhan khusus.

5. Perubahan

persepsi sensori

berhubungan

dengan

perubahan

persepsi,

transmisi atau

integrasi sensori

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

diharapkan perubahan

persepsi sensori klien

dapat berkurang atau

terkontrol dengan criteria

hasil:

- Mengalami penurunan

halusinasi.

- Mengembangkan

strategi psikososial

untuk mengurangi

Mandiri

a. Kembangkan lingkungan yang

suportif dan hubungan perawat-

klien yang terapeutik.

b. Bantu klien untuk memehami

halusinasi.

c. Kaji derajat sensori atau

gangguan persepsi dan bagaiman

hal tersebut mempengaruhi klien

termasuk penurunan penglihatan

atau pendengaran.

Mandiri

a.Meningkatkan kenyamanan dan

menurunkan kecemasan pada klien.

b. Meningkatkan koping dan menurunkan

halusinasi.

c.Keterlibatan otak memperlihatkan

masalah yang bersifat asimetris

menyebabkan klien kehilangan

kemampuan pada salah astu sisi tubuh.

Klien tidak dapat mengenali rasa lapar,

haus, Penerima nyeri eksternal.

26

Page 27: Azkep Alzheimer

stress.

- Mendemonstrasikan

respons yang sesuai

stimulasi.

d. Ajarkan strategi untuk

mengurangi stress.

e. Ajak piknik sederhana, jalan-jalan

kelilin rumah sakit. Pantau

aktivitas.

f. Tingkatkan keseimbangan

fisiologis dengan menggunakan

bola lantai, tangan menari dengan

disertai music.

g. Libatkan dalam aktivitas sesuai

indikasi dengan keadaan tertentu,

spt:terapi okupasi.

d. Untuk menurunkan kebutuhan akan

halusinasi.

e.piknik menunjukkan realitadan

memberikan stimulasi sensori yang

menurunkan perasaan curiga dan

halusinasi yg disebabkan perasaan

terkekang.

f. Menjaga mobilitas yang dapat

menurunkan risiko terjadinya atrofi otot/

osteoporosis pada tulang.

g. Memberikan kesempatan terhadap

stimulasi partisipasi dengan orang lain

dan dapat mempertahankan beberapa

tingkat dari interaksi sosial.

6. Perubahan proses

pikir

berhubungan

dengan

degenerasi

neuron

irreversibel

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan

gangguan proses pikir

tidak bertambah buruk,

dengan kriteria hasil:

- Klien mampu

menginterpretasikan

Mandiri

a. Kaji derajat gangguan kognitif,

seperti perubahan orientasi

terhadap orang, tempat waktu,

rentang perhatian dan

kemampuan berpikir

b. Pertahankan lingkungan

Mandiri

a. Memberikan dasar untuk

evaluasi/perbandingan yang akan

datang dan mempengaruhi pilihan

terhadap intervensi.

b. Keramaian biasanya merupakan sensori

27

Page 28: Azkep Alzheimer

stimulus sedikit demi

sedikit

- Klien mampu

mengakomodasikan

sedikit demi sedikit

suatu ide/perintah

- Klien mampu

mengenali orang-

orang terdekatnya,

seperti nama

keluarganya.

- Klien mampu

mengenali tempat-

tempat disekitarnya,

seperti alamat rumah.

- Klien mampu

mengenali waktu

seperti pagi, siang,

dan malam.

yang menyenangkan dan tenang

c. Lakukan pendekatan dengan

cara perlahan dan tenang

d. Tatap wajah ketika

bercakap-cakap dengan pasien

e. Gunakan kata-kata yang

pendek dan kalimat yang

sederhana dan berikan instruksi

sederhana. Ulangi instruksi

tersebut sesuai dengan

kebutuhan.

Kolaborasi

a. Antisiklotik, seperti

halopiridol (Haldol) ; tioridazin

(Mallril)

b. Vasodilator, seperti

siklandelat (Cyclospasmol)

c. Agen ansiolitik, seperti

yang berlebihan yang meningkatkan

gangguan neuron

c. Pendekatan yang terburu-buru dapat

mengancam pasien bingung yang

mengalami kesalahan persepsi.

d. Menimbulkan perhatian, terutama pada

orang-orang dengan gangguan

perceptual

e. Sesuai dengan berkembangnya

penyakit, pusat komunikasi dalam otak

mungkin saja terganggu.

Kolaborasi

a.

agitasi, halusinasi.

b.

tetapi memerlukan penelitian lebih

lanjut.

c.

dan/atau fase sedang untuk

menghilangkan kecemasan

28

Page 29: Azkep Alzheimer

diazepam, lorazepam,

oksazepam

7. Sindrom stress

relokasi

berhubungan

dengan gangguan

sensori,

penurunan fungsi

fisik

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

diharapkan klien dapat

beradaptasi dengan

perubahan aktivitas

sehari- hari dan

lingkungan dengan

kriteria hasil :

- mengidentifikasi

perubahan

- mampu beradaptasi

pada perubahan

lingkungan dan

aktivitas kehidupan

sehari-hari

- cemas dan takut

berkurang

- membuat pernyataan

yang psitif tentang

lingkungan yang baru.

Mandiri

a. Jalin hubungan saling

mendukung dengan klien.

b. Orientasikan pada lingkungan

dan rutinitas baru.

c. Kaji tingkat stressor (penyesuaian

diri, perkembangan, peran

keluarga, akibat perubahan

status kesehatan)

d. Tentukan jadwal aktivitas yang

wajar dan masukan dalam

kegiatan rutin.

e. Berikan penjelasan dan informasi

yang menyenangkan mengenai

kegiatan/ peristiwa.

f. Pertahankan keadaan tenang.

Tempatkan dalam lingkungan

tenang yang memberikan

kesempatan untuk “beristirahat”

g. Atasi tingkah laku agresif dengan

Mandiri

a. Untuk membangan kepercayaan dan

rasa nyaman.

b. Menurunkan kecemasan dan perasaan

terganggu.

c. Untuk menentukan persepsi klien

tentang kejadian dan tingkat serangan.

d. Konsistensi mengurangi kebingungan

dan meningkatkan rasa kebersamaan.

e. Menurunkan ketegangan,

mempertahankan rasa saling percaya,

dan orientasi.

f. Menenangkan situasi dan memberi

klien waktu untuk memperoleh kendali

terhadap prilaku dan emosinya.

g. Rasa diterima menurunkan rasa takut

29

Page 30: Azkep Alzheimer

pendekatan yamg tenang.

h. Rujuk ke sumber pendukung

perawatan diri.

dan respon agresif.

h. Meningkatkan perasaan, dukungan

selama penyesuaian

8. Koping individu

tidak efektif

berhubungan

dengan

ketidakmampuan

menyelesaikan

masalah,

perubahan

intelektual

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan

koping individu menjadi

efektif dengan kriteria

hasil :

- Mampu menyatakan

atau

mengkomunikasikan

dengan orang terdekat

tentang situasi dan

perubahan yang

sedang terjadi

- Mampu menyatakan

penerimaan diri

terhadap situasi

- Mengakui dan

menggabungkan

perubahan ke dalam

konsep diri dengan

Mandiri

a. Kaji perubahan dari gangguan

persepsi dan hubungan dengan

derajat ketidakmampuan

b. Dukung kemampuan koping

c. Pernyataan pengakuan terhadap

penolakan tubuh, mengingatkan

kembali fakta kejadian tentang

realitas bahwa masih dapat

menggunakan sisi yang sakit dan

belajar mengontrol sisi yang sehat

d. Beri dukungan psikologis secara

menyeluruh

Mandiri

a. Menentukan bantuan individual dalam

menyusun rencana perawatan atau

pemilihan intervensi

b.Kepatuhan terhadap program latihan dan

berjalan membantu memperlambat

kemajuan penyakit. Dukungan dan

sumber bantuan dapat diberikan melalui

ketekunan berdoa dan penekanan keluar

terhadap aktivitas dengan

mepertahankan patisipasi aktif

c. Membantu klien untuk melihat bahwa

perawat menerima kedua bagian sebagai

bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan

klien untuk merasakan adanya harapan

dan mulai menerima situasi baru.

d.Klien Alzheimer sering merasa malu,

30

Page 31: Azkep Alzheimer

cara yang akurat

tanpa haraga diri yang

negatif

e. Bentuk program aktivitas pada

keseluruhan hari

f. Anjurkan orang yang terdekat

untuk mengizinkan klien

melakukan hal-hal untuk dirinya

apatis, tidak adekuat, bosan dan merasa

sendiri. Perasaan ini dapat disebabkan

akibat keadaan fisik yang lambat dan

upaya yang besar dibutuhkan terhadap

tugas-tugas kecil. Klien dibantu dan

didukung untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan (seperti meningkatnya

mobilitas)

e. Bentuk program aktivitas pada

keseluruhan hari untuk mencegha waktu

tidur yang terlalu banyak yang dapat

mengarah padda tidak adanya keinginan

dari apatis. Setiap upaya dibuat untuk

mendukung klien keluar darii tugas-

tugas yang termasuk koping dengan

kebutuhan mereka setiap hari dan untuk

membentuk klien mandiri. Apapun yang

dilakukan hanya untuk keamanan

sewaktu mencapai tujuan dengan

meningkatnya kemampuan koping.

f. Menghidupkan kembali perasaan

kemandirian dan membantu

31

Page 32: Azkep Alzheimer

semaksimal mungkin

g. Dukung perilaku atau usaha

seperti peningkatan minat atau

partisipasi dalam aktivitas

rehabilitasi

h. Monitor gangguan tidur

peningkatan konsentrasi, letargi,

dan witdhrawal

Kolaborasi

a. Rujuk pada ahli neuropsikologi

dan konseling bila ada indikasi

perkembangan harga diri serta

mempengaruhi proses rehabilitasi.

g.Klien dapat beradaptasi terhadap

perubahan dan pengertian tentang peran

individu masa mendatang.

h.Dapat mengindikasikan terjadinya

depresi dimana memerlukan intervensi

dan evaluasi lebih lanjut

Kolaborasi

a.Dapat memfasilitasi perubahan peran

yang penting untuk perkembangan

perasaan. Kerjasama fisioterapi,

psikoterapi, terapi obat-obatan, dan

dukungan partisipasi kelompok dapat

menolong mengurangi depresi yang juga

sering muncul pada kejadian ini.

9. Hambatan

komunikasi

verbal

berhubungan

Setelah diberikan asuhan

keperawatan, diharapkan

klien tidak mengalami

hambatan komunikasi

Mandiri

a. Kaji kemampuan klien untuk

berkomunikasi.

Mandiri

a. Untuk menentukan tingkat

kemampuan klien dalam

berkomunikasi.

32

Page 33: Azkep Alzheimer

dengan perubahan

intelektual

(pikun,

disorientasi,

penurunan

kemampuan

mengatasi

masalah)

verbal dengan kriteria

hasil :

- Membuat

teknik/metode

komunikasi yang

dapat dimengerti

sesuai kebutuhan dan

meningkatkan

kemampuan

berkomunikasi

b. Menentukan cara-cara

berkomunikasi seperti

mempertahankan kontak mata,

pertanyaan dengan jawaban ya

atau tidak, menggunakan kertas

dan pensil/bolpoint, gambar,

atau papan tulis; bahasa isyarat,

penjelas arti dari komunikasi

yang disampaikan.

c. Letakkan bel/lampu panggilan di

tempat mudah dijangkau dan

berikan penjelasan cara

menggunakannya. Jawab

panggilan tersebut dengan segera.

Penuhi kebutuhan klien. Katakan

kepada klien bahwa perawat siap

membantu jika dibutuhkan.

Kolaborasi

a. Kolaborasi dengan ahli wicara

bahasa.

b. Untuk membantu proses

berkomunikasi dengan klien, dan agar

tidak terjadi miskomunikasi.

c. Untuk memudahkan klien dalam

memanggil perawat saat

membutuhkan bantuan.

Kolaborasi

a. Memberikan terapi bicara pada klien.

10. Hambatan

interaksi sosial

Setelah diberikan

Asuhan Keperawatan

Mandiri

a. Beri individu hubungan suportif.

Mandiri

a. Agar individu terstimulasi untuk

33

Page 34: Azkep Alzheimer

berhubungan

dengan

perubahan emosi

(cepat marah,

mudah

tersinggung,

kurang percaya

diri)

diharapkan klien mampu

melakukan interaksi

social, dengan criteria

hasil :

- klien mampu

berinteraksi dengan

orang disekitarnya

dengan baik.

- klien tidak memiliki

rasa

bermusuhan/menyera

ng orang.

b. Bantu mengidentifikasi

alternative tindakan.

c. Bantu menganalisis pendekatan

yang berfungsi paling baik.

d. Gunakan pertanyaan dan

observasi untuk mendorong

individu dengan keterbatasan

keterampilan interaksi

e. Bantu anggota keluarga dalam

memahami dan memberi

dukungan.

melakukan interaksi social.

b. Agar klien mampu mengidentifikasi

tindakan yang baik.

c. Agar klien mampu melakukan

interaksi dengan orang lain dengan

baik.

d. Untuk merangsang klien untuk

menjawab pertanyaan perawat secara

tidak langsung menstimulasi klien

untuk berinteraksi.

e. Dukungan keluarga sangat membantu

dalam melakukan interaksi social.

11. Risiko tinggi

perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan perubahan

sensori, mudah

lupa

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

diharapkan tidak terjadi

perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

dengan kriteria hasil :

- Klien mendapat diet

nutrisi yang

Mandiri

a. Kaji pengetahuan klien/keluarga

mengenai kebutuhan makan

b. Usahakan/ berikan bantuan dalam

memilih menu

c. Berikan makanan kecil setiap jam

sesuai kebutuhan

d. Hindari makanan yang terlalu

Mandiri

a. Identifikasi kebutuhan untuk membantu

perencanaan pendidikan

b. Klien tidak mampu menentukan pilihan

kebutuhan nutrisi

c. Makan makanan kecil meningkatkan

masukan yang sesuai

d. Makan panas mengakibatkan mulut

34

Page 35: Azkep Alzheimer

seimbang

- Mempertahankan/

mendapat kembali

BB yang sesuai

- Klien dapat

mengubah pola

asupan yang benar

panas

Kolaborasi

a. Rujuk atau konsultasikan dengan

ahli gizi

terbakar atau menolak untuk makan

Kolaborasi

a. Bantuan diperlukan untuk

mengembangkan keseimbangan diet

dan menemukan kebutuhan / makan

yang disukai

12. Resiko trauma

berhubungan

dengan

kelemahan,

ketidakmampuan

untuk mengenali/

mengidentifikasi

bahaya dalam

lingkungan

Setelah diberikan asuhan

keperawatan jam

diharapkan klien tidak

mengalami trauma

dengan kriteria hasil :

- Keluarga mengenali

resiko potensial di

lingkungan dan

mengidentifikasi

tahap-tahap untuk

memperbaikinya.

Mandiri

a. Kaji derajat

kemampuan/kompetensi,muncul

nya tingkah laku yang impulsive

dan penurunan persepsi-

visual,bantu orang terdekat

untuk mengidentifikasi resiko

terjadinya bahaya yang mungkin

timbul

b. Hilangkan /minimalkan sumber

bahaya dalam lingkungan

Mandiri

a. Mengidentifikasi risiko potensial di

lingkungan dan mempertinggi

kesadaran sehingga pemberi asuhan

lebih sadar akan bahaya. Pasien yang

memperlihatkan tingkah laku

impulsive menghadapi peningkatan

resiko trauma kerena mereka murang

mampu mengendalikan

perilaku/kegiatannya sendiri.

Penurunan persepsi visual

meningkatkan risiko terjauh

b. Seseorang dengan gangguan kognitif

dan gangguan persepsi merupakan

awal untuk mengalami trauma

35

Page 36: Azkep Alzheimer

c. Alihkan perhatian pasien ketika

perilaku teragitasi atau

berbahaya,seperti keluar dari

tenpat tidur dengan memanjat

pagar tempat tidur tersebut.

d. Berikan gelang identifikasi yang

memperlihatkan nama,nomor

telepon,dan diagnose,jangan

memposisikan dekat pintu keluar

untuk tangga

sebagai akibat ketidakmampuan

untuk bertanggung jawab terhadap

kebutuhan keamanan yang dasar atau

mengevaluasi keadaan

tertentu,misalnya api dari

kompor/rokok dan lupa akan hal

tersebut,berusaha untuk makan buah

dari plastic,salah menilai letak kursi

dan tangga.

c. Mempertahankan keamanan dengan

menghindari konfrontasi yang dapat

meningkatkan perilaku/meningkatkan

risiko terjadinya trauma.

d. Menfasilitasi keamanan untuk

kembali jika hilang. Karena

penurunan kemampouan verbal dan

kebingungan,pasien mungkin tidak

dapat menyebutkan alamat,nomor

telepon dan sebagainya. Pasien

mungkin ngeluyur dan ditangkap oleh

polisi,yang memperlihatkan

36

Page 37: Azkep Alzheimer

e. Kenakan pakaian sesuai

lingkungan fisik/kebutuhan

individu

f. Lakukan pemantauan terhadap

efek samping obat,tanda-tanda

adanya takar lajak,seperti tanda

ekstrapiramidal,hipotensi

ortostatik,gangguan

penglihatan,gangguan

gastrointestinal.

kebingungan,peka rangsang : mngkin

mempunyai tingkah laku bermusuhan

dan memperlihatkan kemiskinan

pengambilan keputusan.

e. Perlambatan proses metabolism

secara umum mengakibatkan

penurunan suhu tubuh. Hipotalamus

dipengaruhi oleh proses penyakit

yang menyebabkan seseorang merasa

kedinginan. Pasien mungkin

mengalami disorientasi mengenai

cuaca dan mungkin ngeluyur keluar

dalam keadaan dingin. Catatan :

penyebab kematian seringkali adalah

pneumonia/kecelakaan.

f. Pasien mungkin tidak melaporkan

tanda/gejala dan obat dapat dengan

mudah menimbulkan kadar toksisitas

pada lansia. Ukuran

dosis/penggantian obat mungkin

diperlukan untuk mengurangi

gangguan.

37

Page 38: Azkep Alzheimer

g. Hindari penggunan restrain

secara terus menerus. Berikan

kesempatan orang terdekat

tinggal bersama pasien selama

periode agitasi akut.

h. Rekomendasi penggunaan kunci

“child proof” untuk

mengamankan obat,zat racun

alat-alat tajam

g. Membahayan individu untuk

melepaskan restrain tersebut secara

parsial. Dapat meningkatkan agitasi

dan timbul resiko fraktur pada pasien

lansia (berhubungan dengan

penurunan kalsium tulang)

h. Sesuai dengan memburyknya

penyakit itu,pasien mungkin gugup

terhadap benda/kunci atau meletakan

benda-benda kecil dalam mulut yang

sangat berpotensi terhadap trauma

kecelakaan atau kematian.

38

Page 39: Azkep Alzheimer

4.EVALUASI

1. Perubahan pola eliminasi urine/alvi berhubungan dengan kehilangan fungsi

neurologi/tonus otot, ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar

mandi/mengenali kebutuhan

- Klien menciptakan pola eliminasi yang adekuat/sesuai

2. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori

- Tidak terjadi perubahan tingkah laku dan penampilan (gelisah)

- Klien menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap

pikiran yang melayang-layang (melamun)

- Klien menentukan penyebab tidur inadekuat

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,

penurunan tonus atau kekuatan otot.

- Klien mempertahankan posisi dengan tak ada komplikasi

(kontraktur,dekubitus)

- Klien mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan

kembali aktifitas yang diinginkan

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, keterbatasan fisik.

- Klien tampak bersih dan segar

- Klien tidak pucat

5. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi, transmisi,

dan/atau integrasi.

- Klien Mengalami penurunan halusinasi.

- Klien Mengembangkan strategi psikososial untuk mengurangi stress.

- Klien Mendemonstrasikan respons yang sesuai stimulasi.

39

Page 40: Azkep Alzheimer

6. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degenerasi neuron irreversible

- Klien menginterpretasikan stimulus sedikit demi sedikit

- Klien mengakomodasikan sedikit demi sedikit suatu ide/perintah

- Klien mengenali orang-orang terdekatnya, seperti nama keluarganya.

- Klien mengenali tempat-tempat disekitarnya, seperti alamat rumah.

- Klien mengenali waktu seperti pagi, siang, dan malam.

7. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan gangguan sensori, penurunan fungsi

fisik

- Klien mengidentifikasi perubahan

- Klien beradaptasi pada perubahan lingkungan dan aktivitas kehidupan sehari-

hari

- cemas dan takut klien berkurang

- Klien membuat pernyataan yang psitif tentang lingkungan yang baru.

8. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan

menyelesaikan masalah, perubahan intelektual

- Klien menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang

situasi dan perubahan yang sedang terjadi

- Klien menyatakan penerimaan diri terhadap situasi

- Klien Mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan

cara yang akurat tanpa haraga diri yang negative

9. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan intelektual (pikun,

disorientasi, penurunan kemampuan mengatasi masalah)

- teknik/metode klien komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan

meningkatkan kemampuan berkomunikasi

10. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan emosi (cepat marah,

mudah tersinggung, kurang percaya diri)

40

Page 41: Azkep Alzheimer

- Klien mampu berinteraksi dengan orang disekitarnya dengan baik.

- Klien tidak memiliki rasa bermusuhan/menyerang orang.

11. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan perubahan sensori, mudah lupa

- Klien mendapat diet nutrisi yang seimbang

- Mempertahankan/ mendapat kembali BB yang sesuai

- Klien dapat mengubah pola asupan yang benar

12. Risiko trauma berhubungan dengan kelamahan, ketidakmampuan untuk

mengenali/mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan

- Keluarga mengenali resiko potensial di lingkungan dan mengidentifikasi

tahap-tahap untuk memperbaikinya.

41

Page 42: Azkep Alzheimer

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 3.

Jakarta:EGC

Lumbantobing, Prof.DR.dr.SM. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta

: FKUI

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Salemba Medika: Jakarta

Stanley, Mickey & Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi

2. Jakarta : EGC.

42