Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya. ( Aru W Sudoyo. 2007, p. 1911 ) Penyakit diabetes saat ini menjadi penyakit epidemik,dibuktikan dalam 10 tahun terakhir terjadi peningkatan 2-3 kali lipat, hal ini disebabkan oleh pertambahan umur, kelebihan berat badan dan gaya hidup. Hasil laporan WHO,Indonesia menempati urutan keempat terbanyak penderita DM di dunia yaitu 8.4 juta setelah India 31.7 juta, Cina 20.8 juta,dan AS 17.7 juta jiwa. (http://www.WHO.diperoleh tanggal 9 juli 2011 ). Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling ditakuti, sering kaki diabetes berakhir dengan kecacatan dan kematian. Di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo masalah kaki diabetes masih merupakan masalah besar. Sebagian besar penyandang DM selalu menyangkut kaki diabetes. ( Aru W Sudoyo. 2007, p. 1911 ) Jumlah penderita DM di Indonesia diperkirakan akan meningkat tiap tahunnya, hal ini dikarenakan oleh jenis makanan yang di konsumsi dan berkurangnya kegiatan jasmani masyarakat Indonesia. (Pusat diabetes RSCM/FKUI, 2005) Berdasar penilitian Riskesdes 1
34

Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

Jan 19, 2016

Download

Documents

Wahyu Kuntetz

makul biostatistik
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai

oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin

atau keduanya. ( Aru W Sudoyo. 2007, p. 1911 ) Penyakit diabetes saat ini menjadi

penyakit epidemik,dibuktikan dalam 10 tahun terakhir terjadi peningkatan 2-3 kali lipat,

hal ini disebabkan oleh pertambahan umur, kelebihan berat badan dan gaya hidup. Hasil

laporan WHO,Indonesia menempati urutan keempat terbanyak penderita DM di dunia

yaitu 8.4 juta setelah India 31.7 juta, Cina 20.8 juta,dan AS 17.7 juta jiwa.

(http://www.WHO.diperoleh tanggal 9 juli 2011 ). Kaki diabetes merupakan salah satu

komplikasi kronik DM yang paling ditakuti, sering kaki diabetes berakhir dengan

kecacatan dan kematian. Di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo masalah kaki diabetes

masih merupakan masalah besar. Sebagian besar penyandang DM selalu menyangkut

kaki diabetes. ( Aru W Sudoyo. 2007, p. 1911 ) Jumlah penderita DM di Indonesia

diperkirakan akan meningkat tiap tahunnya, hal ini dikarenakan oleh jenis makanan yang

di konsumsi dan berkurangnya kegiatan jasmani masyarakat Indonesia. (Pusat diabetes

RSCM/FKUI, 2005) Berdasar penilitian Riskesdes tahun 2007 provalensi DM tertinggi

terjadi di Kalimantan dan Maluku masing-masing

mencapai 11.1%. Komplikasi yang paling ditakuti penderita diabetes melitus

adalah luka kaki diabetes (diabetic foot ulcer) salah satu penyebab komplikasi ini terjadi

karena kerusakan saraf (neuropati), pada kondisi ini pasien tidak dapat lagi membedakan

suhu panas dan dingin, rasa sakit berkurang. Kaki pasien yang mengalami neuropati

terancam dua kali lipat mengalami luka diabetikum. Di rumah sakit Hanafiah

Batusangkar pada juli 2010 sampai dengan juli 2011 jumlah penderita diabetes melitus

mencapai 204 orang 39 diantaranya menderita luka pada kaki dan 15 orang yang harus

menjalani amputasi. Perawatan luka diabetes memerlukan penanganan multi disiplin

yang melibatkan dokter untuk mengontrol kadar gula darah, ahli gizi dalam mengelola

diet dan perawat yang melakukan perawatan. Perawatan luka pada pasien merupakan

1

Page 2: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

tanggung jawab utama perawat. Teknik perawatan saat ini mengalami perkembangan

yang sangat pesat. Di negara-negara maju sudah digunakan balutan modern seperti

alginate, foam,hydro colloid, hydrogen.yang telah terjangkau oleh pasien negara tersebut.

Memilih balutan merupakan suatu keputusan yang harus dilakukan agar dapat

memperbaiki jaringan kulit yang rusak. Oleh karena itu keberhasilan penyembuhan luka

tergantung juga kepada kemampuan perawat memilih balutan yang tepat, efektif dan

efesien.

Di Indonesia penggunaan balutan modern masih sulit digunakan karena harga

yang mahal yang belum terjangkau masyarakat Indonesia. Di Indonesia masih digunakan

balutan konvensional seperti betadine dan cairan Nacl 0.9 % yang murah didapat dan

terjangkau masyarakat. Namun penggunaan balutan tersebut masih memperpanjang lama

perawatan luka pasien diabetes. Saat ini banyak terapi alternative dalam perawatan luka

yang sudah diterima di pelayanan kesehatan, salah satunya adalah penggunaan madu.

Penggunaan madu ini sudah lama dimulai sebagai terapi perawatan luka yaitu sejak

zaman Mesir kuno. Salah satu rumah sakit yang menggunakan madu dalam perawatan

luka yaitu Rumah Sakit Ahmad Mochtar (RSAM). Disamping harganya yang murah

madu juga mudah di dapat dan mudah dalam penggantian balutan sehingga pasien tidak

merasa kesakitan saat mengganti balutan. Penelitian yang dilakukan oleh Zulfa tahun

2007 mengatakan efektifitas madu dalam perawatan luka trauma terbuka, dengan

menggunakan madu sebagai balutan, responden lebih merasa sejuk, tidak merasa nyeri

saat mengganti balutan, tidak terjadi perdarahan saat mengganti balutan dan dalam waktu

10 hari telah terjadi granulasi pada luka. Madu terutama digunakan sepenuhnya untuk

pengobatan luka infeksi, mengurangi bau dan debridement luka. Selain itu, untuk

mengurangi inflamasi dan merangsang pertumbuhan jaringan. Di RSUD Hanafiah

Batusangkar madu masih sangat jarang digunakan sebagai balutan luka padahal hasil

penelitian mengatakan bahwa madu merupakan bahan efektif dalam merawat berbagai

jenis luka. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mencoba untuk melakukan

penelitian dengan judul “Perbedaan Keefektifan Penyembuhan Luka Menggunakan

Balutan Madu Dan Balutan Cairan Nacl 0.9 % Pada Pasien Dengan Luka Kaki

Diabetikum Di RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah SM Batusangkar”.

2

Page 3: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

B. Rumusan Masalah

Luka kaki diabetikum membutuhkan waktu yang lama dalam penyembuhannya,

hal ini berpengaruh pada kondisi fisik dan emosional pasien.Pasien akan merasa lukanya

lama sembuh,dan timbul kejenuhan dalam masa perawatan. Madu dan cairan Nacl 0.9 %

sering digunakan dalam perawatan luka, karena harga yang murah dan mudah

didapatkan.Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui apakah efektif madu dan

cairan Nacl 0.9% sebagai balutan terhadap perkembangan luka pada pasien luka kaki

diabetikum.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan Madu

dan cairan Nacl 0.9 % terhadap perkembangan luka pada pasien luka kaki diabetikum.

2. Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi rata-rata perkembangan luka kaki diabetikum dengan

menggunakan madu sebagai balutan.

b) Mengidentifikasi rata-rata perkembangan luka kaki diabetikum dengan

menggunakan cairan Nacl 0.9 % sebagai balutan.

c) Mengidentifikasi rata-rata perbedaan perkembangan luka kaki diabetikum dengan

menggunakan madu dan cairan Nacl 0.9 % sebagai balutan

D. Manfaat Penelitian

1. Pelayanan keperawatan

Sebagai masukan untuk mengambil keputusan perawatan luka diabetes yang akan

digunakan di rumah sakit.

2. Penelitian keperawatan

Dalam memperkuat dukungan teoritis perawatan luka diabetikum khususnya pada

penggunaan Madu dan cairan Nacl 0.9 % sebagai balutan.

3

Page 4: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

3. Institusi pendidikan

Data dan hasil yang diperoleh dapat menjadi bahan informasi dan masukan

selanjutnya yang terkait dengan penggunaan balutan pada pasien luka kaki diabetikum.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjudul “ Perbedaan keefektifan penyembuhan luka menggunakan

balutan madu dan balutan cairan Nacl 0,9% pada pasien luka kaki diabetikum di RSUD

Prof. DR.MA. Hanafiah SM Batusangkar tahun 2013. Agar penelitian ini lebih terarah

dan sesuai dengan tujuan penelitian dapat di lihat melalui variabel yang diteliti yaitu

penggunaan balutan madu dan balutan Nacl 0,9% pada luka kaki diabetikum serta

perkembangan luka kaki diabetikum. Jenis penelitian ini berbentuk kuasi eksperimen,

khususnya non equivalen control gruop dengan pre dan posttest, sebagian sampel diberi

balutan madu dan sebahagian lagi balutan Nacl 0,9% yang dinilai dengan lembaran

observasi. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri pada bulan September 2013.

4

Page 5: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian Luka Kaki Diabetikum

Sebanding dengan meningkatnya prevalensi penderita diabetes melitus, angka

kejadian kaki diabetik, seperti: ulkus, infeksi dan gangren kaki serta artropati Charcot

semakin meningkat. Diperkirakan sekitar 15% penderita diabetes melitus (DM) dalam

perjalanan penyakitnya akan mengalami komplikasi ulkus diabetika terutama ulkus kaki

diabetika. Sekitar 14-24% di antara penderita kaki diabetika tersebut memerlukan

tindakan amputasi.

Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi

kronik diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes bagian kaki, dengan

gejala dan tanda sebagai berikut :

1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).

2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).

3. Nyeri saat istirahat.

4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).

Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat

membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.

2. Patofisiologi dan Patogenesis Kaki Diabetik

Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang menghambat

sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar arteri yang sering

menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian bawah tungkai dan kaki.

Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan

jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke kulit maupun jaringan lain, sehingga

menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh. Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu

kombinasi dari beberapa penyebab seperti sirkulasi darah yang buruk dan neuropati.

5

Page 6: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

Berbagai kelainan seperti neuropati, angiopati yang merupakan faktor endogen dan

trauma serta infeksi yang merupakan faktor eksogen yang berperan terhadap terjadinya

kaki diabetik. 

Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik dan

faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata mempunyai

dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi juga

terhadap metabolisme protein dan lemak yang dapat menimbulkan pengapuran dan

penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran

pembuluh darah besar dan kecil., yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik,

pemberian makanan dan oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah

terutama derah kaki.

Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan

untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat

berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari

akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya

dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi. neuropati juga

dapat menyebabkan deformitas sepertiBunion, Hammer Toes (ibu jari martil),

dan Charcot Foot. Yang sangat penting bagi diabetik adalah memberi perhatian penuh

untuk mencegah kedua kaki agar tidak terkena cedera. Karena adanya konsekuensi

neuropati, observasi setiap hari terhadap kaki merupakan masalah kritis. Jika pasien

diabetes melakukan penilaian preventif perawatan kaki, maka akan mengurangi risiko

yang serius bagi kondisi kakinya.

Sirkulasi yang buruk juga dapat menyebabkan pembengkakan dan kekeringan

pada kaki. Pencegahan komplikasi pada kaki adalah lebih kritis pada pasien diabetik

karena sirkulasi yang buruk merusak proses penyembuhan dan dapat menyebabkan ulkus,

infeksi, dan kondisi serius pada kaki.

Dari faktor-faktor pencetus diatas faktor utama yang paling berperan dalam

timbulnya kaki diabetik adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Infeksi sendiri sangat

jarang merupakan faktor tunggal untuk terjadinya kaki diabetik. Infeksi lebih sering

merupakan komplikasi yang menyertai kaki diabetik akibat iskemia atau neuropati.

Secara praktis kaki diabetik dikategorikan menjadi 2 golongan :

6

Page 7: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

a. Kaki diabetik akibat angiopati / iskemia

b. Kaki diabetik akibat neuropati

A. Kaki Diabetik akibat angiopati / iskemia

Penderita hiperglikemia yang lama akan menyebabkan perubahan

patologi pada pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan penebalan tunika intima

“hiperplasia membran basalis arteria”, oklusi (penyumbatan) arteria, dan

hiperkeragulabilitas atau abnormalitas tromborsit, sehingga menghantarkan

pelekatan (adhesi) dan pembekuan (agregasi). 

Selain itu, hiperglikemia juga menyebabkan lekosit DM tidak normal

sehingga fungsi khemotoksis di lokasi radang terganggu. Demikian pula fungsi

fagositosis dan bakterisid intrasel menurun sehingga bila ada infeksi

mikroorganisme (bakteri), sukar untuk dimusnahkan oleh sistem plagositosis-

bakterisid intraseluler. Hal tersebut akan diperoleh lagi oleh tidak saja

kekakuan arteri, namun juga diperberat oleh rheologi darah yang tidak normal.

Menurut kepustakaan, adanya peningakatan kadar fripronogen dan

bertambahnya reaktivitas trombosit, akan menyebabkan tingginya agregasi sel

darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat, dan memudahkan

terbentuknya trombosit pada dinding arteria yang sudah kaku hingga akhirnya

terjadi gangguan sirkulasi.

Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain

berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama).

Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan

bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian

dapat berkembang menjadi nekrosis/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak

jarang memerlukan/tindakan amputasi.

Tanda-tanda dan gejala-gejala akibat penurunan aliran darah ke tungkai

meliputi klaudikasi, nyeri yang terjadi pada telapak atau kaki depan pada saat

istirahat atau di malam hari, tidak ada denyut popliteal atau denyut tibial

superior, kulit menipis atau berkilat, atrofi jaringan lemak subkutan ,tidak ada

rambut pada tungkai dan kaki bawah, penebalan kuku, kemerahan pada area

7

Page 8: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

yang terkena ketika tungkai diam, atau berjuntai, dan pucat ketika kaki

diangkat.

B. Kaki Diabetik akibat neuropati

Pasien diabetes mellitus sering mengalami neuropati perifer, terutama

pada pasien dengan gula darah yang tidak terkontrol. Di samping itu, dari kasus

ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50% akan mengalami infeksi akibat

munculnya lingkungan gula darah yang subur untuk berkembanguya bakteri

patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh

subur terutama bakteri anaerob.

Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya

kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang

menderita neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka

karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera

kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan

menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.

Secara klinis dijumpai parestesi, hiperestesi, nyeri radikuler, hilangnya

reflek tendon, hilangnya sensibilitas, anhidrosis, pembentukan kalus, ulkus

tropik, perubahan bentuk kaki karena atrofi otot ataupun perubahan tulang dan

sendi seperti Bunion, Hammer Toes (ibujari martil), dan Charcot Foot. Secara

radiologis akan nampak adanya demineralisasi, osteolisis atau sendi Charcot.

Predileksi paling sering terjadinya ulkus pada kaki diabetik adalah bagian

dorsal ibu jari dan bagian proksimal & dorsal plantar metatarsal.

Faktor-faktor yang berperan terhadap timbulnya neuropati ditentukan oleh :

Respon mekanisme proteksi sensoris terhadap trauma

 Macam, besar dan lamanya trauma

Peranan jaringan lunak kaki

Neuropati perifer pada kaki akan menyebabkan terjadinya kerusakan saraf

baik saraf sensoris maupun otonom. Kerusakan sensoris akan menyebabkan

penurunan sensoris nyeri, panas dan raba sehingga penderita mudah terkena

trauma akibat keadaan kaki yang tidak sensitif ini.

8

Page 9: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

Gangguan saraf otonom disini terutama diakibatkan oleh kerusakan

serabut saraf simpatis. Gangguan saraf otonom ini akan mengakibatkan

peningkatan aliran darah, produksi keringat berkurang atau tidak ada,

hilangnya tonus vaskuler.

Hilangnya tonus vaskuler disertai dengan adanya peningkatan aliran darah

akan menyebabkan distensi vena-vena kaki dan peningkatan tekanan parsial

oksigen di vena. Dengan demikian peran saraf otonom terhadap timbulnya kaki

diabetik neuropati dapat disimpulkan sebagai berikut : neuropati otonom akan

menyebabkan produksi keringat berkurang, sehingga menyebabkan kulit

penderita akan mengalami dehidrasi serta menjadi kering dan pecah-pecah

yang memudahkan infeksi, dan selanjutnya timbulnya selullitis ulkus ataupun

gangren. Selain itu neuropati otonom akan mengakibatkan penurunan nutrisi

jaringan sehingga terjadi perubahn komposisi, fungsi dan keelastisitasannya

sehingga daya tahan jaringan lunak kaki akan menurun yang memudahkan

terjadinya ulkus.

Distribusi tempat terjadinya kaki diabetik secara anatomik:

1. 50% ulkus pada ibu jari

2. 30% pada ujung plantar metatarsal

3. 10 – 15% pada dorsum kaki

4. 5 – 10% pada pergelangan kaki

5. Lebih dari 10% adalah ulkus multipel

3. Klasifikasi Kaki Diabetik

Menurut Wagner kaki diabetik dibagi menjadi :

1. Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan pembentukan

kalus ”claw”

2. Derajat I : ulkus superfisial terbatas pada kulit

3. Derajat II : ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang

4. Derajat III : abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis

5. Derajat IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selullitis

6. Derajat V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah

9

Page 10: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

4. Pengertian Madu

Madu merupakan cairan kental seperti sirup bewarna cokelat kuning muda sampai

cokelat merah yang dikumpulkan dalam indung madu oleh lebah Apis mellifera. Rasa

manis madu alami sesungguhnya memang melebihi manisnya gula karena kadar atau

tingkat kemanisannya itu sedikitnya bisa mencapai 1 ½ kali dari rasa gula putih/pasir.

Namun, walaupun begitu rasa manis madu alami disebut tidak memiliki efek-efek buruk

seperti halnya yang terkandung didalam gula putih, karena kandungan senyawa utamanya

seperti yang telah disebutkan, adalah karbohidrat (79,8%), dan air (17%). Menurut hasil

pengkajian dari para ahli, lebih dari 180 macam senyawa atau unsur dan zat nutrisi yang

ada, terkandung di dalam madu alami. Dan jenis gula atau karbohidrat yang terdapat di

dalam madu alami yakni fruktosa, yang memiliki kadar yang tertinggi, yaitu sedikitnya

bias mencapai 38,5 gram per 100 gram madu alami. Sementara untuk kadar glukosa,

maltosa, dan sukrosanya rendah. Madu alami juga banyak mengandung enzim, yaitu

molekul protein yang sangat komplek yang dihasilkan oleh sel hidup dan berfungsi

sebagai katalisator, yakni : zat pengubah kecepatan reaksi dalam proses kimia yang

terjadi di dalam tubuh setiap makhluk hidup. (Purbajaya, J.R.2007). Madu tersusun atas

beberapa molekul gula seperti glukosa dan fruktosa serta sejumlah mineral seperti

Magnesium, Kalium, Potasium, Sodium, Klorin, Sulfur, Besi, dan Fosfat. Madu juga

mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya berubah-ubah sesuai

dengan kualitas madu bunga dan serbuk sari yang dikonsumsi lebah. Disamping itu,

didalam madu terdapat pula tembaga, yodium dan seng dalam jumlah yang kecil, juga

beberapa jenis hormon. (Sarwono, 2001).

Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa lebah memilih bunga penghasil madu,

pertama dari warna dan kedua dari bau bunga. Madu dibuat oleh lebah dari nektar bunga.

Lebah mengisapnya dari bunga dan membawanya ke sarangnya. Setiap lebah pekerja

menumpuk nektar yang dikumpulkannya dalam suatu kantong khusus didalam tubuh

yang disebut perut madu. Setelah lebah mendepositkan nektar dalam sarang, dibiarkan

sebagian besar airnya menguap sehingga cairan semakin kental (nektar dapat

mengandung sekitar 70% air sewaktu dipungut, lebah pekerja mengipasnya dengan sayap

sehingga dapat menurunkan kadar air hingga 17%). (Sihombing, 1997).

10

Page 11: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

5. Penggolongan Madu

Sedangkan madu berdasarkan proses pengambilannya menurut Sarwono (2001)

dapat digolongkan menjadi dua bahagian yaitu :

1. Madu Ekstraksi (Extracted Honey) Diperoleh dari sarang yang tidak rusak

dengan cara memusingkan atau memutarnya memakai alat ekstarktor.

2. Madu Paksa (Strained Honey) Diperoleh dengan merusak sarang lebah

lewat pengepresan, penekanan atau lewat cara lainnya.

6. Komposisi Madu

Zat-zat yang terkandung dalam madu sangatlah kompleks dan kini telah diketahui

tidak kurang dari 181 macam zat yang terkandung dalam madu. Dari jumlah tersebut

karbohidrat merupakan komponen terbesar yang terkandung dalam madu, yaitu berkisar

lebih dari 75%. Jenis karbohidrat yang paling dominan dalam hampir semua madu adalah

dari golongan monosakarida yang biasanya terdiri levulosa dan dekstrosa. Levulosa dan

dekstrosa mencakup 85%-90% dari total karbohidrat yang terdapat dalam madu, sisanya

terdiri dari disakarida dan oligosakarida (Sihombing,D. 1997).

Komposisi terbesar kedua setelah karbohidrat adalah air. Jumlahnya biasanya

berkisar dari 15%-25%. Bervariasinya kadar air dalam madu disebabkan oleh beberapa

hal, diantaranya kelembapan udara, jenis nektar, proses produksi dan penyimpanan

(Suranto, 2007). Selain dua komponen diatas, madu juga mengandung banyak mineral

baik yang bersifat esensial maupun non esensial. Tabel 2.1 berikut merupakan komposisi

kimia dari madu per 100 gram.

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Madu Per 100 Gram

Komposisi Jumlah

Kalori 328 kal

Kadar air 17,2 g

Protein 0,5 g

11

Page 12: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

Karbohidrat 82,4 g

Abu 0,2 g

Tembaga 4,4 - 9,2 mg

Fosfor 1,9 - 6,3 mg

Besi 0,06 - 1,5 mg

Mangan 0,02 - 0,4 mg

Magnesium 1,2 - 3,5 mg

Thiamin 0,1 mg

Riboflavin 0,02 mg

Niasin 0,20 g

Lemak 0,1 g

pH 3,9

Asam 43,1 mg

7. Vitamin dalam Madu

Sekitar tahun 1920 hingga 1930 hanya sedikit macam vitamin yang diketahui

dalam madu. Namun sejak 1930 penelitian dengan cara mikrobiologis terus dilakukan

dan kini menggunakan uji mikrokimiawi semakin banyak macam vitamin diketemukan

dalam madu, meskipun hanya sedikit terdapat dan mungkin kurang dapat diandalkan

sebagai sumber pokok kebutuhan vitamin pada manusia.

Beberapa vitamin larut-air terdapat dalam madu (tabel 2-5) antara lain tiamin

(B1), riboflavin (B2), piridoksin (B6), asam pantotenat, niasin, dan asam askorbat; namun

vitamin-vitamin lain seperti biotin, asam folat, kholin dan asetil kholin terdapat juga

dalam madu. Vitamin larut-lemak seperti vitamin K yang ekivalen dengan 25 µg

menadion per 100 g madu juga ditemukan. Crane, 1975. Sedangkan enzim penting yang

terdapat dalam madu adalah enzim diastase,invertase, glukosa oksidase, peroksidase dan

lipase. Enzim diastase adalah enzim yang mengubah karbohidrat komplek (polisakarida)

menjadi karbohidrat yang sederhana (monosakarida). Enzim invertase adalah enzim yang

12

Page 13: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

memecah molekul sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Sedangkan enzim oksidase

adalah enzim yang membantu oksidasi glukosa menjadi asam peroksida. Enzim

peroksidase melakukan proses oksidasi metabolisme. Semua zat tersebut berguna untuk

proses metabolism tubuh (Suranto, 2004).

Asam utama yang terdapat dalam madu adalah asam glutamat. Sedangkan asam

organik yang terdapat dalam madu adalah asam asetat, asam butirat, format, suksinat,

glikolat, malat, proglutamat, sitrat dan piruvat. Dalam madu juga terdapat hormone

gonadotropin yang merangsang alat reproduksi lebah ratu dan membantu dalam proses

pematangan telur (Suranto, 2004).

8. Manfaat Madu

Berikut beberapa manfaat dari madu :

1. Madu mudah dicerna, karena molekul gula pada madu dapat berubah menjadi gula lain

(misalnya fruktosa menjadi glukosa), madu mudah dicerna oleh perut yang paling sensitif

sekalipun, walau memiliki kandungan asam yang tinggi. Madu membantu ginjal dan usus

untuk berfungsi lebih baik.

2. Madu bersifat rendah kalori, dimana diketahui kualitas madu lain adalah jika

dibandingkan dengan jumlah gula yang sama, kandungan kalori madu 40% lebih rendah.

Walau memberi energi yang besar, madu tidak menambah berat badan.

3. Madu dapat membantu pembentukan darah, dimana madu menyediakan banyak energi

yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan darah. Lebih jauh lagi, ia membantu

pembersihan darah. Madu berpengaruh positif dalam mengatur dan membantu peredaran

darah. Madu juga berfungsi sebagai pelindung terhadap masalah pembuluh kapiler dan

arteriosklerosis.

4. Madu dapat mengobati luka bakar, dimana madu telah dimanfaatkan untuk manahan

luka-luka bakar yang terjadi pada kulit. Jika diusapkan pada daerah yang terbakar, madu

akan mengurangi rasa sakit yang menyengat dan mencegah pembentukan lepuhan

(Jarvis.D.C., 2002).

5. Madu dapat menguatkan otot jantung (cardiotonic), dimana dalam kitab dan ensiklopedia

medis, Ibnu Sina menyebutkan bahwa madu dan buah Delima dapat memberikan energi

13

Page 14: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

dan vitalis untuk menguatkan otot jantung. Unsur glucose pada madu dapat meluaskan

pembuluh arteri yang berfungsi mentransfer makanan otot jantung, yang merupakan

pendorong dan penolong otot jantung dalam menjalankan fungsinya.

6. Madu dapat mencegah insomnia (susah tidur). Dimana Dokter yang berasal dari Rusia

telah menganjurkan untuk mengkonsumsi satu sendok sedang madu diwaktu pagi bagi

penderita susah tidur, agar bisa cepat tidur diwaktu malam hari. Namun pada kondisi

susah tidur yang parah dianjurkan untuk mengkonsumsi dua sendok kecil madu sebelum

tidur. Sementara itu, para dokter Inggris berpendapat bahwa madu mengandung zat tidur

yang tiada bandingannya, dan dapat menolak stres dan penyakit sering tersentak dari

tidur. mengkonsumsi dua sendok kecil madu sebelum tidur. Sementara itu, para dokter

Inggris berpendapat bahwa madu mengandung zat tidur yang tiada bandingannya, dan

dapat menolak stres dan penyakit sering tersentak dari tidur.

7. Madu dapat meredakan batuk dan menghilangkan dahak, dimana dengan sebiji lemon

direbus dalam air yang dipanaskan dengan api yang tenang selama 10 menit, sehingga

kulit lemon menjadi lembut. Setelah diangkat, lemon tadi dibelah dua dan diperas. Air

perasaan ditaruh ke dalam gelas dan ditambahkan 2 sendok glyserin dan diaduk hingga

rata. Lalu ditambahkan madu hingga memenuhi gelas. Kondisi batuk parah yang tidak

mempan diobati dengan berbagai obat dapat disembuhkan dengan madu.

8. Madu dapat mengobati sakit kepala dan sakit kepala sebelah. Dimana ada jenis sakit

kepala yang parah yaitu jenis tertentu dari sakit kepala sebelah dan rasa sakitnya dapat

dikurangi dengan mengkonsumsi madu, baik disuntikkan maupun diminum. (Al

Jamili.S., 2004)

9. Madu debagai sumber energy, dimana madu terdiri dari 38% fruktosa dan 31% glukosa,

yang mudah diubah menjadi energi oleh tubuh. Madu merupakan campuran antara

fruktosa-glukosa yang alami, dengan kandungan oligosakarida, protein, vitamin dan

mineral, yang dapat membantu meningkatkan performa atlit, seperti yang dihasilkan oleh

minuman yang biasa dikonsumsi oleh atlit.

10. Madu sebagai antioksidan. Untuk kandungan antioksidan di dalam madu berasal dari

berbagai nutrisi yang terkandung seperti vitamin C, asam organik, enzim, fenol dan

flavonoid.Menggunakan madu sebagai pengganti pemanis dapat mengoptimalkan fungsi

antioksidan dalam tubuh.

14

Page 15: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

11. Madu berguna sebagai obat kecantikan. Untuk masker madu dapat membuat kulit kuat

dan lembut. Masker madu yang tipis yang dioleskan pada seluruh permukaan kulit muka

dapat berupa madu asli saja atau campuran madu dengan kuning telur. Masker madu

lebih efektif daripada krem dan salep, sebab madu tidak saja melembutkan kulit tetapi

juga memberi makan kulit. Karena madu bersifat hygroskopis maka sekresi kulit terhisap,

sekaligus madu sebagai desinfekstan. Dengan demikian kulit muka tetap terjamin

keawetan dan kesegarannya, halus, lembut, dan bebas dari keriput dan benjolan yang

merusak keindahan wajah.

Kesimpulan dari bermacam-macam khasiat madu tersebut di atas menunjukkan

bahwasanya madu merupakan suatu obat yang dapat menyembuhkan bermacam-

macam penyakit (Sumoprastowo dan Suprapto,1993).

9. Nacl 0.9%

Sodium klorida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia NaCl. Sodium klorida

merupakan garam penting untuk salinitas air laut dan cairan ekstraselular pada organisme

multiselular. Sodium klorida dapat berupa kristal atau bubuk, dan berwarna putih atau

tidak berwarna. NaCl 0.9 % adalah larutan elektrolit yang steril, nonpirogenik, yang

digunakan untuk irigasi steril, pencucian, pembilasan dan sebagai pelarut. Setiap 100 ml

NaCl 0.9% terdiri dari 900 mg sodium klorida, dengan pH 5.6. Larutan ini isotonis dan

memiliki kandungan elektrolit Na+ dan Cl- masing-masing 154 mEq/l. Na+ merupakan

kation utama dalam cairan ekstraselular dan memiliki peran penting dalam terapi

gangguan cairan dan elektrolit. Sedangkan Cl- memiliki peran sebagai buffer ketika

oksigen dan karbon dioksida bertukar dalam sel darah merah. NaCl 0.9% ini tidak

mengandung bakteriostatik dan agen antimikroba. Irigasi NaCl 0.9% secara umum diakui

kompatibel dengan organ dan jaringan hidup. Cairan ekstraselular mempunyai tekanan

osmotik yang sama dengan larutan NaCl 0.9 %. Dengan kata lain, cairan ekstraselular

isotonis dengan larutan NaCl 0.9%. Sebagai ilustrasi, jika sel darah merah dimasukkan

dalam larutan NaCl 0.9%, air yang masuk dan keluar dinding sel akan setimbang

(kesetimbangan dinamis). Akan tetapi jika sel darah merah dimasukan dalam NaCl yang

lebih pekat, air akan keluar dari dalam sel dan sel akan mengkerut. Sebaliknya jika sel

darah merah dimasukkan ke NaCl yang lebih encer, air akan masuk ke dalam sel dan sel

akan mengalami plasmolisis

15

Page 16: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

B. Kerangka Konsep

Pada masa sekarang ini pelayanan kesehatan terutama perawatan luka, mengalami

kemajuan pesat. Penggunaan balutan untuk perawatan luka sudah mengarah pada suatu

gerakan yang didasarkan pada pengukuran biaya untuk penggunaan balutan (Suriadi.

2007 p, 75). Cairan Nacl 0.9% masih digunakan di rumah sakit daerah di Indonesia,

karena mudah dan murah meskipun penggunaan Cairan Nacl 0.9% kurang efektif dalam

penyembuhan luka. Terapi alternatif saat ini sudah diterima pada area pelayanan

kesehatan, pada perawatan luka pilihan terapi alternatif didasarkan atas prinsip

manajemen luka. Salah satu terapi alternatif yang dapat digunakan adalah madu. Madu

dilaporkan mempunyai efek sebagai penghambat bakteri termasuk aerob, anaerob, gram

positif, gram negatif, anti jamur, dan resisten terhadap antibiotik. Pada penelitian ini

peneliti ingin meneliti perbedaan penggunaan madu dan cairan Nacl 0,9% sebagai

balutan luka pada pasien diabetes melitus NonInsulin Dependent Diabetes Melitus

(NIDDM) tipe II yang mengalami luka kaki diabetikum, dimana kadar gula darahnya

telah terkontrol atau dalam batas normal yang mana luka kaki telah mencapai stage 2-5.

Dalam pelaksanaan penelitian terlebih dahulu dinilai luka kaki pasien berdasarkan

pengkajian luka yang terlampir, kemudian dilakukan penggantian balutan setiap hari

selama 10 hari sambil menilai perkembangan luka kaki pasien, dimana intervensi I

menggunakan madu sebagai balutan luka pada sebagian sampel dan pada sebagian

sampel yang lain dilakukan intervensi ke II menggunakan cairan Nacl 0,9% sebagai

balutan, kemudian dinilai skor akhir luka kaki pasien.

C. Hipotesis

Terdapat perbedaan keefektifan penyembuhan luka kaki diabetik antara

menggunakan balutan madu dan balutan cairan Nacl 0.9 %.

16

Page 17: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi-eksperimen, khususnya non-

equivalent control group dengan pre dan posttest, yang bertujuan untuk

menyelidiki kemungkinan saling berhubungan sebab akibat dengan cara

mengadakan intervensi atau perlakuan pada satu atau lebih kelompok eksperimen,

kemudian hasil intervensi tersebut dibandingkan lalu diukur sebelum dan sesudah

dilakukan intervensi (Notoatmojo, 2002 p.109). Penelitian ini bertujuan melihat

pengaruh penggunaan balutan madu dan balutan cairan Nacl 0.9% pada

perawatan luka kaki diabetikum terhadap perkembangan penyembuhan luka.

Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap bedah, interne, dan VIP

Rumah Sakit Hanafiah SM Batusangkar yang merawat pasien dengan luka kaki

diabetium. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan

bulan September 2013.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu, satu orang juga dapat digunakan

sebagai populasi (Sugiono, 2005 p.106). Populasi dari penelitian ini adalah

semua pasien yang mengalami luka kaki diabetikum yang dirawat di ruang rawat

inap bedah,interne dan VIP RSUD Hanafiah SM Batusangkar.

17

Page 18: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah keseluruhan objek yang diteliti yang

dianggap mewakili seluruh populasi. Penelitian ini menggunakan non probability

sampling khususnya purposive sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri dan sifat populasi

yang sudah diketahui sebelumnya. (Notoatmojo, 2002, p. 75,88) Besar sampel

yang didapatkan dalam penelitian ini sejumlah sepuluh orang responden dengan

rincian lima responden pada kelompok intervensi balutan dengan madu dan lima

responden lagi pada kelompok intevensi balutan cairan Nacl 0.9%.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep penelitian tertentu

(Notoatmodjo, 2010).

Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas, variabel terikat, dan

variabel penganggu.

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : perbedaan keefektifan

penyembuhan luka.

2. Variabel terikat : menggunakan balutan madu dan balutancairan Nacl 0.9%

pada pasien dengan luka kaki diabetikum di RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah

SM Batusangkar.

3. Variabel penganggu dalam penelitian ini adalah

a. Pengalaman

Pengalaman seseorang dalam mengganti balutan luka kaki diabetikum

dengan menggunakan Madu atau Nacl 0.9%.

18

Page 19: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

b. Fasilitas

Fasilitas tidak dikendalikan dan diasumsikan sama.

c. Sosial Budaya

Sosial budaya tidak dikendalikan dan diasumsikan sama.

Variabel Bebas Variabel terikat

Variabel pengganggu

E. Teknik pengumpulan data

Data dikumpulkan dengan menggunakan cara observasi dan perlakuan, 5 orang

pasien di berikan madu sebagai balutan luka nya kemudian 5 orang lagi menggunakan

cairan Nacl 0.9 % sebagai balutan lukanya. Pengumpulan data dilakukan dengan cara

mengganti balutan luka pasien setiap hari sesuai dengan prosedur yang terlampir lalu

diobservasi kemajuan luka pasien dengan menggunakan skala DESINGN yang formatnya

terlampir.

19

perbedaan keefektifan

penyembuhan luka.

menggunakan balutan madu dan balutancairan

Nacl 0.9% pada pasien dengan luka kaki

diabetikum di RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah

SM Batusangkar.

Pengalaman Fasilitas Sosial budaya

Page 20: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data (Saryono, 2009). Penelitian ini menggunakan dua macam instrument

penelitian. Instrumen pertama berupa observasi yaitu mengamati perbandingan keadaan

pasien yang mengalami luka kaki diabetikum setelah diganti balutan dengan

menggunakan madu dan Nacl 0.9%. Instrumen kedua berupa perlakuan peneliti terhadap

pasien yang mengalami luka kaki diabetikum dengan mengganti balutan luka beberpa

pasien menggunakan balutan madu dan beberapa menggunakan balutan Nacl 0.9%.

G. Teknik Pengolahan Data

Data penelitian yang sudah terkumpul segera dilakukan pengolahan melalui beberapa

langkah sebagai berikut :

1. Persiapan

Persiapan analisa data yang dilakukan adalah mengecek kelengkapan data yang

diisi reponden, hal ini dilakukan oleh peneliti setelah responden selesai mengisi

kuesioner, apabila terdapat data kurang lengkap atau tidak jelas maka responden supaya

melengkapi kembali.

2. Tabulasi

a) Langkah berikutnya adalah tabulasi data dengan mengelompokan data ke dalam suatu

data tertentu menurut sifat atau karakteristik yang dimiliki sesuai dengan tujuan

penelitian.

b) Melakukan pemberian skor (Scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor,

selanjutnya dilakukan penjumlahan skor.

c) Memberikan kode (Coding) dalam hubungannya dengan pengolahan menggunakan

komputer

3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian

20

Page 21: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

Data dimasukkan ke dalam komputer untuk selanjutnya dianalisa dengan

menggunakan program SPSS 12.0 (Statistical Product and Service Solutions) untuk

mengetahui adanya pengaruh dari intervensi yang dilakukan pada kelompok subyek.

H. Analisis Data

Data diolah dengan menggunakan komputer, analisa dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara ;

1. Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap karakteristik responden, hasil

pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

presentase dari masing-masing variabel maupun mean, median, serta standar

deviasi.

2. Bivariat Analisa bivariat merupakan analisa untuk mengetahui interaksi dua

variabel, yaitu variabel independen dengan variabel dependen (Saryono,, 2009

p.100). Analisa bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesa yang telah

dirumuskan. Data yang telah diperoleh dianalisa menggunakan komputer.

Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang bermakna terhadap

perkembangan proses penyembuhan luka antara sebelum intervensi I dengan

intervensi ke II dan sesudah intervensi I dan intervensi ke II digunakan uji

statistik yaitu uji T dependent (berpasangan).Sedangkan untuk mengetahui apakah

ada perbedaan yang bermakna terhadap efektifitas perawatan luka dengan

intervensi I dan intervensi ke II menggunakan uji T independent. Dalam

penelitian ini akan digunakan tingkat kemaknaan 0.05 dan CI95 %.

21

Page 22: Ayo Ayo Bio Sta Tis Tik .. Lalalalalala

22