Top Banner

of 26

Avian Flu Fix

Apr 06, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    1/26

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.I Latar Belakang

    Flu burung atau Avian Influenza (AI) merupakan penyakit hewan menular yang

    terjadi pada unggas dan sifatnya sangat mematikan dan zoonosis (dapat menular pada

    manusia). Flu burung ini bukan hanya berbahaya bagi hewan (unggas dan babi) tetapi juga

    bagi manusia. Manusia yang terinfeksi oleh flu burung dapat berakhir dengan kematian.

    Namun, demikian sebenarnya virus flu burung dapat dicegah penularannya pada manusia jika

    kita mengetahui karakteristik virus penyebab dan cara pengendaliannya. Kasus flu burung

    pertama kali ditemukan di Scotlandia pada tahun 1959, sejak saat itu wabah flu burung

    berjangkit di beberapa Negara Eropa dan Afrika. Belanda, Jerman, Belgia, dan Irlandia serta

    Afrika Selatan dan sebagian negaranegara Eropa dan Afrika yang terkena wabah ini.

    Wabah flu burung juga terjadi di belahan benua lainnya seperti di Amerika Serikat,

    Kanada, dan Australia. Wabah flu burung telah menjadi pandemik. Di Asia, kasus flu burungmerupakan salah satu kasus penyakit hewan yang paling menarik perhatian akhr-akhir ini. Ini

    karena sifat virus penyebabnya yang sangat ganas dan berbahaya jika sampai menular ke

    manusia. Di Hongkong, kasus flu burung merebak pertama kali pada tahun 1997. Pada saat

    itu dilaporkan sekitar 18 orang terinfeksi virus avian flu burung, 6 orang di antaranya

    meninggal dunia.

    Pada tahun 2001 pemerintah Hongkong telah memusnahkan ribuan ekor unggas yang

    diindikasikan terserang flu burung. Flu burung juga menyerang Thailand yang menyebabkan

    kerugian besar pada perunggasan Thailand. Pada akhir 2003 Thailand mendepopulasi

    (memusnahkan) sekitar satu juta ekor ternak unggasnya. Bukan hanya itu flu burung juga

    telah menular ke manusia. Hingga Januari 2004, dilaporkan 6 orang warga Thailand positif

    terinfeksi virus H5N1 penyebab flu burung. Vietnam, Malaysia, Kamboja, Taiwan, Laos,

    Korea, Cina, Jepang, Pakistan, dan Indonesia adalah negara-negara Asia lainnya yang terkena

    serangan flu burung.

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    2/26

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Definisi

    Flu burung atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan avian flu atau avian influenza

    (AI) adalah penyakit menular yang disebabkan virus influenza A sub tipe H5N1 yang

    biasanya menyerang unggas tetapi juga dapat menyerang manusia. Virus ini termasuk famili

    Orthomyxoviridae dan memiliki diameter 90-120 nanometer. Virus avian influenza ini

    menyerang alat pernapasan, pencernaan dan sistem saraf unggas

    Secara normal, virus tersebut hanya menginfeksi ternak unggas seperti ayam, kalkun,

    dan itik. Tetapi walaupun jarang dapat menyerang spesies hewan tertentu selain unggas

    misalnya babi, kuda, harimau, macan tutul, dan kucing.

    Walaupun hampir semua jenis unggas dapat terinfeksi virus yang terkenal sangat

    ganas ini, tetapi diketahui yang jauh lebih rentan adalah jenis unggas yang diternakkan secara

    massal seperti ayam, puyuh, dan itik.

    2.2 Pravelensi

    Sampai bulan Juni 2007 sebanyak 313 orang di seluruh dunia terjangkit virus AI

    dengan 191 di antaranya meninggal dunia (CFR=61%). Kasus penyakit ini meningkat cepat

    dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 tercatat terdapat 4 kasus, kemudian berkembang

    menjadi 46 kasus (2004), 97 kasus (2005), 116 kasus (2006), dan pada tahun 2007 per

    tanggal 15 Juni sudah dilaporkan terjadi 50 kasus dengan angka kematian 66%. Negara yang

    terjangkit sebagian besar adalah negara-negara di Asia (Thailand, Vietnam, Kamboja, China,

    dan Indonesia), tetapi saat ini sudah menyebar ke Irak dan Turki. Kasus AI di Indonesia

    bermula dari ditemukannya kasus pada unggas di pekalongan, Jawa Tengah pada bulan

    agustus 2003. Sampai tahun 2006, penyakit ini sudah menyerang unggas di 29 provinsi yang

    mencakup 291 kabupaten/kota. Daerah yang memiliki populasi unggas yang padat dan diikuti

    populasi penduduk yang padatlah yang akan mengalami banyak kasus pada manusia.

    Di Indonesia, sejak juli 2005 sampai pertengahan Juni 2007 tercatat terdapat 100

    kasus dengan 80 kematian (CFR=80%). Sebagian besar kasus berasal dari Jawa dan

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    3/26

    Sumatera. Propinsi terbanyak yang terjangkit penyakit ini adalah Jawa Barat,DKI Jakarta,

    dan Banten. Penyakit ini sudah terjangkit di 11 provinsi dan 37 kabupaten/kota.

    2.3 Etiologi

    Virus influenza adalah virus RNA berselubung (envelope), memiliki genom yang

    bersegmen (terdiri dari 8 gena) dan menunjukan keanekaragaman antigenik yang sangat luas.

    Penyebab flu burung adalah virus dari family Orthomyxoviridae yang terdiri dari 3 tipe, yaitu

    A,B,dan C. Virus Influenza B dan C dapat menyebabkan penyakit pada manusia dengan

    gejala ringan dan tidak fatal. Virus Influenza A dibedakan menjadi banyak suubtipe

    berdasarkan petanda berupa tonjolan protein pada permukaan sel virus yaitu Hemaglutinin

    (H) merupakan glikoprotein permukaan yang berikatan dengan residu asam sialat pada

    glikoprotein sel epitel saluran nafas. Ikatan ini sangat penting untuk mengawali suatu infeksi

    tanpa ikatan tersebut tidak akan terjadi infeksi.Setelah replikasi virus, virion keturunanya

    juga masih terikat pada sel inang (host). Selanjutnya Neuromidase (N) akan memutuskan

    ikatan itu dan membebaskan virion-virion pada sekret saluran nafas yang dimediasi oleh

    H(7,8). Baik H maupun N mampu merangsang terbentuknya antibodi pada manusia dan

    inang.

    Diantara virus Influenza, sampai saat ini diketahui ada 15 subtipe H dan 9 subtipe N.

    Subtipe yang lazim dijumpai manusia adalah dari kelompok H1,H2,H3 serta N1,N2 dan

    disebut human Influenza. Dua di antara subtype tersebut dikenal sangat ganas, yakni H5 dan

    H7 Strain virus yang menyebabkan mewabahnya flu burung di Asia termasuk di Indonesia

    adalah strain H5N1. Cepatnya penyebaran virus flu burung ini karena ia memiliki daya

    replikasi (berbiak) tinggi sehingga dapat berkembang sangat cepat dalam tubuh. Virus ini

    menyerang alat pernapasan, alat pencernaan, dan sistem saraf unggas. Virus H5N1 bersifat

    ganas dan mematikan, tidak hanya menyerang unggas tetapi juga ternak lainnya babi. Bahkan

    kucing pun dapat diserangnya. Virus AI pun bersifat zoonosis (dapat menular ke manusia)

    dengan akibat virus H5N1 tahan pada suhu rendah tetapi tidak tahan pada suhu tinggi. Virus

    ini dapat bertahan hidup di air hingga empat hari pada sushu 22C dan lebih dari 30 hari pada

    suhu 0C. di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit virus dapat bertahan lebih lama, tapi

    mati pada pemanasan 600C selama 30 menit. Semakin tinggi suhu, virus semakin mudah

    mati. Masa inkubasi virus ini adalah 1-3 hari.

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    4/26

    2.4 Patogenesis

    2.5 Cara penularan

    Penularan Flu burung (H5N1) pada unggas terjadi secara cepat dengan kematian

    tinggi. Penyebaran penyakit ini terjadi diantara populasi unggas satu pertenakan, bahkan

    dapat menyebar dari satu pertenakan ke peternakan daerah lain. Sedangkan penularan

    penyakit ini kepada manusia dapat melalui udara yang tercemar virus tersebut, baik yangberasal dari tinja, air mata atau sekreta unggas yang terserang Flu Burung. Adapun orang

    yang mempunyai resiko besar untuk terserang virus flu burung (H5N1) ini adalah pekerja

    peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas.

    Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui udara (air borne) dan melalui kontak

    langsung dengan unggas sakit atau kontak dengan bahan bahan infeksius seperti tinja, urin,

    dan sekret saluran napas unggas sakit.

    A. Penularan antar ternak unggas

    Seekor unggas yang terinfeksi virus H5N1 akan menularkannya dalam waktu singkat. Jika

    semua unggas peliharaan memiliki daya tahan yang bagus maka infeksi tidak akan

    menyebabkan kematian, dengan kata lain virus tidak aktif. Sebaliknya, jika kondisi unggas

    berada dalam kondisi buruk maka flu burung dapat mematikan.

    Secara singkat, penyakit flu burung dapat ditularkan dari unggas ke unggas lain atau dari

    peternakan ke peternakan lainnya dengan cara sebagai berikut:

    a. Kontak langsung dari unggas terinfeksi dengan hewan yang peka.

    b. Melalui lendir yang berasal dari hidung dan mata.

    c. Melalui kotoran (feses) unggas yang terserang flu burung.

    Kotoran unggas yang terserang flu burung mengandung virus penyebab flu burung. Bahan

    organik yang terdapat dalam kotoran merupakan sumber nutrisi bagi virus sehingga virus

    dapat bertahan hidup lebih lama di luar tubuh unggas. Kotoran dapat menempel pada

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    5/26

    peralatan ernak seperti tempat pakan, minum, rak telur dan juga pada dinding kandang.

    Kotoran kering dapat bercampur dengan udara dan terhirup oleh unggas lain. Kesemuanya

    ini menyebabkan virus mudah menyebar dengan sangat cepat.

    d. Lewat manusia melalui sepatu dan pakaian yang terkontaminasi dengan virus.

    e. Melalui pakan, air, dan peralatan kandang yang terkontaminasi.

    f. Melalui udara karena memiliki peran penting dalam penularan dalam satu kandang, tetapi

    memiliki peran terbatas dalam penularan antar kandang.

    g. Melalui unggas air yang dapat berperan sebagai sumber (reservoir) virus dari dalam

    saluran intestinal dan dilepaskan lewat kotoran.

    B. Penularan dari ternak ke manusia

    Faktor yang memengaruhi penularan flu burung dari ternak ke manusia adalah jarak

    dan intensitas dalam aktivitas yang berinteraksi dengan kegiatan peternakan. Semakin dekat

    jarak peternakan yang terkena wabah virus dengan lingkungan manusia maka peluang untuk

    menularnya virus bisa semakin besar. Penularan virus ke manusia lebih mudah terjadi bila

    orang tersebut melakukan kontak langsung dengan aktivitas peternakan. Orang yang

    mempunyai risiko tinggi terserang flu burung adalah pekerja peternakan unggas, penjual,

    penjamah unggas, sampai ke dokter hewan yang bertugas memeriksa kesehatan ternak dipeternakan

    Karakteristik lain dari virus ini adalah kemampuannya untuk bertukar,bercampur, dan

    bergabung dengan virus influenza strain lain sehingga menyebabkan munculnya strain baru

    yang bisa berbahaya bagi manusia. Mekanisme ini juga menyebabkan kesulitan dalam

    membuat vaksin untuk program penanggulangan.

    Mekanisme penularan flu burung pada manusia melalui beberapa cara :

    a) Virus unggas liar unggas domestik manusia.

    b) Virus unggas liar unggas domestik babi manusia.

    c) Virus unggas liar unggas domestik (dan babi) manusia manusia.

    C. Penularan antar manusia

    Penularan flu burung antar manusia belum dapat dibuktikan, tetapi tetap perlu

    diwaspadai. Hal ini dikarenakan virus cepat bermutasi dan beradaptasi dengan manusia

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    6/26

    sehingga memungkinkan adanya varian baru dari virus flu burung yang dapat menular antar

    manusia.

    2.6 Gejala flu burung

    Flu burung pada ternak

    Gejala klinis flu burung pada unggas mirip dengan gejala newcastle disease, atau di

    indonesia disebut penyakit tetelo atau pileren yang disebabkan oleh paramyxovirus.

    Gejala Klinis ternak unggas yang terinfeksi flu burung sebagai berikut:

    Jengger, pial, dan kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu bewarna biru keunguan.

    Pembengkakan di sekitar kepala dan muka.

    Ada cairan yang keluar dari hidung dan mata.

    Perdarahan di bawah kulit (subkutan)

    Perdarahan titik (ptechie) pada daerah dada, kaki, dan telapak kaki.

    Batuk, bersin, ngorok.

    Diare.

    Tingkat kematian tinggi.

    Flu burung pada manusia

    a. Influenza tanpa komplikasi

    Gejala awal influenza pada umumnya berupa demam, nyeri kepala, nyeri otot dan

    malaise yang muncul dengan onset mendadak, disertai gejala-gejala penyakit saluran nafas

    seperti batuk-batuk atau nyeri tenggorokan. Namun influenza juga menunjukan spektrum

    gejala yang beragam, mulai dari gejala respirasi tanpa demam yang menyerupai selesma,

    hingga gejala dan tanda sistemik yang hanya sedikit sekali mengindikasikan keterlibatan

    saluran nafas

    Pemeriksaan fisik pada umumnya tidak menunjukan kelainan berarti pada influenza

    tanpa komplikasi. Penderita mengalami demam, hiperemi faring, dan pemmbesaran ringan

    kelenjar getah bening leher (terutama pada usia muda). Pemeriksaan dada juga tidak

    menunjukan kelainan, walaupun pada beberapa penderita didapatkan gangguan ventilasi

    ringan dan peningkatan gradien oksigen alveolar-arterial.

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    7/26

    Penderita tanpa komplikasi biasanya berangsur-angsur membaik dalam 2-5 hari,

    namun kadang-kadang dapat berlanjut hingga lebih dari satu minggu. Beberapa penderita

    mengalami kelemahan/kelelahan (postinfluenza asthenia) yang menetap hingga beberapa

    minggu.

    b. Influenza dengan komplikasi

    Komplikasi yang paling sering dijumpai pneumonia, namun dapat pula terjadi

    komplikasi yang mengenai otot dan ssp.

    Pneumonia

    Komplikasi ini sering terjadi pada penderita tertentu yang memiliki dasar penyakit

    kronis dan dikategorikan beresiko tinggi, meliputi: penderita penyakit paru-paru atau

    kardiovaskular, DM, penyakit ginjal, hemoglo-binopati, mendapatkan obat

    imunosupresif, penderita berusia >50 tahun. Jenis pneumonia dapat dikelompokan

    menjadi pneumonia influenza virus (primer), pneumonia bakterial (sekunder), atau

    campuran ari keduanya. Pneumonia influenza virus primer terjadi bila infeksi virus

    langsung menyerang paru-paru dan menyebabkan pneumonia yang parah. Pneumonia

    jenis ini harus dicurigai bila secara klinis gejala influenza tidak kunjung membaik

    atau menjadi semakin parah. Demam tinggi, sesak nafas, dan bahkan sianosis sering

    dijumpai. Pneumonia ini adalah komplikasi influenza yang paling parah.

    Virus influenza menyerang epitel trakeobronkial, menyebabkan berkurangnya jumlah

    sel dan rusaknya silia. Hal ini menjadi predisposisi terjadinya infeksi bakterial

    sekunder. Bakteri patogen yang sering dijumpai Streptococus pneumonia, disusul

    oleh Staphylococua Aureus, dan H.Influenza. Gambaran klinis utama pneumonia

    bakterial sekunder adalah meningkatnya kembali demam dan gejala-gejala

    pernafasan setelah pada awalnya perbaikan. Didapatkan demam tinggi, batuk, dahak,

    purulen, dan gambaran infiltrat paru pada foto thoraks.

    Miositis dan rabdomiolisis

    Kedua komplikasi ini terutama sering didapatkan pada anak-anak. Mialgia merupakan

    gejala yang menonjol, tetapi miositis jarang ditemui. Patogenesis masih belum

    sepenuhnya dipahami, namun beberapa kemungkinan,antara lain: invasi langsung

    oleh virus pada sel otot, pelepasan sitokin miotoksik sebagai reaksi terhadap infeksi

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    8/26

    virus atau proses imunologis yang terjadi akibat infeksi virus yang menyebabkan

    kerusakan otot. Gejala utama miositis akut berupa rasa nyeri pada otot yang terkena.

    Serum creatinin phosphokinase (CK) sedikit meningkat.

    Sindroma Reye

    Merupakan komplikasi influenza ekstrapulmonar yang sebernya lebih banyak

    dijumpai pada infeksi virus influenza B. Lebih sering mengenai anak usia 2-16 tahun.

    Gejala berupa mual,muntah selama 1-2 hari, diikuti gejala dan tanda gangguan ssp

    seperti perubahan status mental, kelelahan umum, delirium, koma, kejang. Didapatkan

    hepatomegali, peningkatan SGOT/SGPT, LDL, dan peningkatan ringan bilirubin

    serum serta amonia. Tatalaksana terpenting yaitu mengatasi edema otak, dan

    hipoglikemia.

    Gejala SSP

    Kelainan berupa ensefalitis, transverse myelitis, aseptic meningitis, dan sindroma

    Guillain-Bare, walaupun keterkaitan etiologis antara influenza dengan kelainan ssp

    belu sepenuhnya mantap.

    2.7 Diagnosis Avian Influenza

    Selama wabah influ

    a) Kasus tersangka (possible cases)1) Demam >380C, batuk, nyeri tenggorokan, dan

    2) Salah satu kriteria berikut :

    a.Pernah kontak dengan penderita AI9

    b.Kurang dari satu minggu terakhir pasien pernah mengunjung peternakan

    di daerah HPAI

    c.Bekerja di laboratorium dan kontak dengan sampel dari tersangka AI.b) Kasus mungkin (probable cases)

    1) Possible cases, atau

    2) Hasil laboratorium tertentu positif untuk virus AI dengan antibody

    monoclonal H5, atau

    3) Tidak terbukti adanya penyebab lain.

    c) Kasus pasti (confirmed cases)

    1) Hasil kultur virus H5N1, atau

    2) Pemeriksaan PCR influenza H5 positif, atau

    3) Peningkatan titer antibodi spesifik H5 sebesar empat kali.

    Pemeriksaan laboratorium :

    1) Mengisolasi virus (usap tenggorok, tonsil, faring)2) Tes serologi

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    9/26

    3) Merujuk ke laboratorium litbangkes.

    Diagnosis pasti ditegakkan dengan pengujian agar gell precipitation

    (AGP). Penentuan subtype virus dilakukan dengan pengujian haemaglutination

    inhibition (HI).

    Penanggulangan flu burung

    Penanggulangan flu burung pada ternak

    Virus flu burung yang dapat menyerang pada hewan saat ini belum diketahui obat

    maupun vaksin yang tepat untuk mengobatinya. Pemberian obat maupun vaksin dilakukan

    lebih ke arah pencegahan supaya tidak menular kepada hewan lain maupun manusia di

    sekitarnya. Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam penanggulangan flu burung antara

    lain sebagai berikut:

    1. Biosekuriti

    Disebut juga keamanan hayati, yaitu perlakuan yang ditujukan untuk menjaga keamanan

    hayati demi pemeliharaan kesehatan dan memperkecil ancaman terhadap individu yang

    dilindungi.

    Usaha ini antara lain:

    a. Membatasi secara ketat lalu lintas unggas atau ternak, produk unggas, pakan, kotoran,

    bulu, dan alas kandang.

    b. Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan keluar masuk peternakan.

    c. Peternak dan orang yang hendak masuk peternakan harus memakai pakaian pelindung

    seperti masker, kaca mata plastik, kaos tangan, dan sepatu.

    d. Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar.

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    10/26

    2. Depopulasi

    Depopulasi adalah tindakan pemusnahan unggas secara selektif di peternakan yang

    tertular virus flu burung. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit

    lebih luas.

    Cara pemusnahan unggas yang terinfeksi virus flu burung adalah menyembelih semua

    unggas yang sakit dan yang sehat dalam satu kandang (peternakan). Selain itu, dapat juga

    dilakukan dengan cara disposal, yaitu membakar dan mengubur unggas mati, sekam dan

    pakan yang tercemar, serta bahan dan peralatan yang terkontaminasi.

    3. Vaksinasi

    Dilakukan pada semua jenis unggas yang sehat di daerah yang telah diketahui ada virus

    flu burung. Vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif (killed vaccine) yang resmi dari

    pemerintah.

    Penanggulangan flu burung pada manusia

    Flu burung pada manusia belum ada obatnya. Meskipun tidak semua penderita

    mengalami kematian, flu burung tetap harus diwaspadai karena dikhawatirkan virus ini akan

    mengalami mutasi menjadi lebih ganas. Berikut ini beberapa tindakan untuk mewaspadai flu

    burung:

    Berolahraga secara teratur, sehingga fisik sehat.

    Makan makanan yang bergizi, agar dapat menyuplai energi untuk pembentukan

    kekebalan tubuh yang optimal.

    Mengkonsumsi produk unggas yang benar-benar sudah matang.

    hindari berkunjung ke peternakan.

    Seringlah mencuci tangan dan hindari meletakkan tangan di hidung dan mulut.

    Membiasakan hidup bersih dan menjaga kebersihan lingkungan.

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    11/26

    Cukup istirahat.

    Jika ada yang terkena flu burung di sekitar kita maka langkah yang dapat diambil

    adalah:

    Tidak panik, tapi tetap waspada.

    Membawa penderita ke dokter atau rumah sakit terdekat.

    Melaporkan pada pihak terkait, seperti Dinas Peternakan atau Dinas Kesehatan

    setempat supaya ditindaklanjuti.

    Tidak mengucilkan keluarga penderita karena keluarga penderita belum tentu tertular.

    Selain itu belum ada bukti bahwa flu burung menular antar manusia.

    Penanggulangan di rumah sakit

    Penderita dirawat di ruang isolasi selama 7 hari (masa penularan).

    Oksigenasi, dengan mempertahankan saturasi O2 > 90 %

    Hidrasi

    Antibiotika, anti inflamasi , obat obatan imunomodulator

    Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti analgetika / antipiretika, mukolitik,

    dekongestan.

    Pencegahan flu burung

    Flu burung belum ada obatnya. Upaya yang dilakukan hanya bersifat pencegahan dan

    pertolongan pertama. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan pencegahan luar dan dalamtubuh.

    1). Pencegahan Luar

    Pencegahan luar bertujuan untuk mencegah penularan dari lingkungan agar tidak

    masuk ke dalam tubuh. Tindakannya adalah:

    Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari unggas harus

    menggunakan pelindung.

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    12/26

    Memusnahkan unggas yang terkena flu burung.

    Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi resiko penularan.

    Tidak mengkonsumsi produk unggas dari peternakan yang terkena wabah flu burung.

    Tetap terapkan pola hidup sehat

    2). Pencegahan Dalam

    Pencegahan dalam dilakukan dengan mengonsumsi obat dan makanan untuk

    meningkatkan daya tahan tubuh.

    Obat

    Obat yang direkomendasikan untuk mencegah terinfeksi flu burung adalah obat

    antiviral misalnya amantadine dan rimantadine dan penghambat neurominidase

    misalnya oseltamivir dan zanimivir.

    Obat ini digunakan dalam pencegahan dan pengobatan influenza di beberapa Negara

    dan diperkirakan dapat juga mengatasi penyakit flu burung.

    Makanan

    Mengkonsumsi makanan yang banayak mengandung serat dan kandungan antioksidan

    tinggi seperti buah dan sayuran.

    Dengan melaksanakan upaya pencegahan diatas diharapkan kita semua dapat

    terhindar dari penyakit flu burung ini.

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    13/26

    Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

    a. Pemeriksaan Laboratorium

    Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk sesegera

    mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit,

    Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal, apus hidung dan

    tenggorok untuk konfirmasi diagnostik.

    Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :

    1. UjiRT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5.

    2. Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.

    3. Uji Serologi :

    3.1. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen

    dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil 1/80.

    3.2.Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari

    ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI

    sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.

    Pemeriksaan lain dilakukan untuk tujuan mengarahkan diagnostik ke arah kemungkinan flu

    burung dan menentukan berat ringannya derajat penyakit . Pemeriksaan yang dilakukan

    adalah :

    - Pemeriksaan Hematologi :

    Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya ditemukan

    leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.

    - Pemeriksaan Kimia darah :

    Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah.

    Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum

    dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal.

    Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.

    b. Pemeriksaan Radiologik

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    14/26

    Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu burung.

    Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia.

    Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala

    klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.

    c. Pemeriksaan Post Mortem

    Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan untuk

    mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), spesimen dikirim

    untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.

    Pada dasarnya penatalaksanaan flu burung (AI) sama dengan influenza yang disebabkan oleh

    virus yang patogen pada manusia.

    A. Penatalaksanaan Umum

    1. Pelayanan di Fasilitas Kesehatan non Rujukan Flu Burung

    Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg (jika anak, sesuai

    dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan flu burung.

    Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan oseltamivir sesuai skoring di

    bawah ini, sementara pada puskesmas yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS

    rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring, dimodifikasi dari hasil

    pertemuan workshop Case Management & pengembangan laboratorium regional Avian

    Influenza, Bandung 20 23 April 2006

    Skor

    Gejala

    1 2

    Demam 380C

    RR N >N

    Ronkhi Tidak ada ada

    Leukopeni Tidak ada ada

    Kontak Tidak ada ada

    Jumlah

    Skor :

    6 7 = evaluasi ketat, apabila meningkat (>7) diberikan oseltamivir

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    15/26

    > 7 = diberi oseltamivir

    Batasan Frekuensi Napas :

    < 2bl = > 60x/menit

    2bl - 50x/menit

    >1 th - 40x/menit

    5 th - 12 th = > 30x/menit

    >13 = > 20x/menit

    Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien dianggap sebagai leukopeni

    (skor = 2)

    Pasien ditangani sesuai dengan kewaspadaan standar

    2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan

    Pasien Suspek H5N1, Probabel, dan Konfirmasi dirawat di Ruang Isolasi.

    Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien ke ruang pemeriksaan.

    Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan APD dan melakukan

    kewaspadaan standar.

    Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.

    Pemeriksaan laboratorium sesuai dengan bab III.B.2.a, dan foto toraks. Setelah pemeriksaan

    awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia) diulang setiap hari sedangkan HI diulang

    pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang. Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari

    pertama, kedua, dan ketiga perawatan.

    Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang setiap lima hari.

    Penatalaksanaan di ruang rawat inap

    Klinis

    1. Perhatikan :

    - Keadaan umum

    - Kesadaran

    - Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).

    - Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alatpulse oxymetry.

    2. Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.

    B. Profilaksis Menggunakan Oseltamivir

    Perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya penularan dari manusia ke manusia, namun

    penggunaan profilaksis oseltamivir sebelum terpajan tidak dianjurkan. Rekomendasi saat ini

    oseltamivir diberikan pada petugas yang terpajan pada pasien yang terkonfirmasi dengan

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    16/26

    jarak < 1 m tanpa menggunakan APD. Bagi mereka yang terpajan lebih 7 hari yang lalu,

    profilaksis tidak dianjurkan.

    Kelompok risiko tinggi untuk mendapat profilaksis adalah :

    Petugas kesehatan yang kontak erat dengan pasien suspek atau konfirmasi H5N1 misalnya

    pada saat intubasi atau melakukansuction trakea, memberikan obat dengan menggunakan

    nebulisasi, atau menangani cairan tubuh tanpa APD yang memadai. Termasuk juga petugas

    lab yang tidak menggunakanAPD dalam menangani sampel yang mengandung virus H5N1.

    Anggota keluarga yang kontak erat dengan pasien konfirmasi terinfeksi H5N1. Dasar

    pemikirannya adalah kemungkinan mereka juga terpajan terhadap lingkungan atau unggas

    yang menularkan penyakit.

    C. Antiviral

    1. Pengobatan

    Antiviral diberikan secepat mungkin (48 jam pertama) :

    Dewasa atau anak 13 tahun Oseltamivir 2x75 mg per hari selama 5 hari.

    Anak > 1 tahun dosis oseltamivir 2 mg/kgBB, 2 kali sehari selama 5 hari.

    Dosis oseltamivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan sbb :

    > 40 kg : 75 mg 2x/hari

    > 23 40 kg : 60 mg 2x/hari

    > 15 23 kg : 45 mg 2x/hari

    15 kg : 30 mg 2x/hari

    Pada percobaan binatang tidak ditemukan efek teratogenik dan gangguan fertilitas pada

    penggunaan oseltamivir. Saat ini belum tersedia data lengkap mengenai kemungkinan terjadi

    malformasi atau kematian janin pada ibu yang mengkonsumsi oseltamivir. Karena itu

    penggunaan oseltamivir pada wanita hamil hanya dapat diberikan bila potensi manfaat lebih

    besar dari potensi risiko pada janin.

    2. Profilaksis

    Profilaksis 1x75 mg diberikan pada kelompok risiko tinggi terpajan sampai 7-10 hari dari

    pajanan terakhir. Penggunaan profilaksis jangka panjang dapat diberikan maksimal hingga 6-

    8 minggu sesuai dengan profilaksis pada influenza musiman.

    D. Pengobatan lain

    Antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman tipikal dan atipikal (lihat lampiran 2

    petunjuk penggunaan antibiotik).

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    17/26

    Metilprednisolon 1-2 mg/kgBB IV diberikan pada pneumonia berat, ARDS atau pada syok

    sepsis yang tidak respons terhadap obat-obat vasopresor.

    Terapi lain seperti terapi simptomatik, vitamin, dan makanan bergizi.

    Rawat di ICU sesuai indikasi.

    E. Perawatan Intensif

    Kriteria pneumonia berat; jika dijumpai salah satu di bawah ini :

    1. Frekuensi napas > 30 menit.

    2. PaO2/FiO2 < 300.

    3. Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

    4. Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus

    5. Tekanan sistolik < 90 mmHg

    6. Tekanan diastolik < 60 mmHg

    7. Membutuhkan ventilasi mekanik

    8. Infiltrat bertambah > 50%

    9. Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok)

    10. Serum kreatinin 2 mg/dl.

    Kriteria perawatan di ruang rawat intensif. ( ICU )

    a. Gagal Napas

    Kalau terjadi gangguan ventilasi dan perfusi, jika pada pemeriksaan AGD ( Analisis Gas

    Darah ) ditemukan :

    - PaCO2 > 60 torr

    - Ratio Pa O2/Fi O2 :

    < 200 untuk ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)

    < 300 untuk ALI (Acute Lung Injury)

    - Frekuensi napas > 30 X menit

    b. Syok (dapat hipovolemik, distributif, kardiogenik ataupun obstruktif )

    Tekanan darah sistolik < 90 mmHg (dewasa) atau untuk anak Tekanan Arteri Rata-rata

    (TAR) < 50 mmHg, yang telah dilakukan resusitasi cairan dan membutuhkan inotropik /

    vasopresor > 4 jam. Sebaiknya dengan menggunakan kateter vena sentral.

    c. a + b memerlukan bantuan ventilator mekanik.

    d. Jika memakai ventilator mekanik, maka dianjurkan dengan menggunakan respirator

    denganpressure cycle, dengan pengaturan awal :

    Mode :Pressure Control Ventilation

    Volume Tidal : 6 8 cc / kg Berat Badan

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    18/26

    PEEP > 5 Cm H20

    Frekuensi Napas : 12 X /menit

    Fi O2 : 1.0 (100 %)

    P insp (Tekanan Inspirasi) : Mulai dari 10 Cm H20

    Mutlak dilakukan pemeriksaan AGD 30 menit setelah setting awal. Sasaran yang ingin

    dicapai adalah mempertahankan PaO2 diatas 100 torr dan Sat O2 diatas 95% dengan FiO2

    dibawah60%.

    e. Dapat juga digunakan NIPPV (Non Invasive Positive Pressure Ventilation), pada pasien

    dengan kesadaran compos mentis.

    f. Dapat disapih dari respirator kalau:

    1. Keadaan Umum pasien sudah membaik, kesadaran membaik tanpa sedasi.

    2. Nutrisi adekuat dengan status cairan adekuat.

    3. Bebas infeksi.

    4. Hemodinamik stabil tanpa inotropik atau vasopressor.

    5. Status asam basa dan elektrolit stabil.

    6. Tidak ada bronkospasme.

    7. Oksigenasi baik dengan FiO2< 0.5 dengan PEEP < 5 CmH2O

    8. Weaning Parameter:

    - Frekuensi Pernapasan/Vt < 100.

    - Frekuensi Pernapasan : 30 X/menit.

    - Vt : 6 8 CC/kgbb.

    Indikasi keluar dari ICU.

    Setelah 24 jam setelah pasien disapih dan diekstubasi tanpa adanya kelainan baru maka

    pasien dapat dipindahkan ke ruangan.

    F. Kriteria pindah rawat dari ruang isolasi ke ruang perawatan biasa :

    - Terbukti bukan kasus flu burung.

    - Untuk kasus PCR positif dipindahkan setelah PCR negatif.

    - Setelah tidak demam 7 hari.

    - Pertimbangan lain dari dokter.

    G. Kriteria kasus yang dipulangkan dari perawatan biasa :

    - Tidak panas 7 hari dan hasil laboratorium dan radiologi menunjukkan perbaikan.

    - Pada anak 12 tahun dengan PCR positif, 21 hari setelah awitan (onset)penyakit.

    - Jika kedua syarat tak dapat dipenuhi maka dilakukan pertimbangan klinik oleh tim dokter

    yang merawat.

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    19/26

    H. Perawatan Tindak Lanjut

    - Pasien yang sudah pulang ke rumah diwajibkan kontrol di poliklinik Paru / Penyakit

    Dalam / Anak RS terdekat.

    - Kontrol dilakukan satu minggu setelah pulang yaitu foto toraks dan laboratorium dan uji

    lain yang ketika pulang masih abnormal.

    PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

    Flu burung berpotensi untuk berkembang menjadi pandemi, oleh karena itu pencegahan dan

    pengendalian infeksi merupakan hal yang sangat penting dalam penanggulangan flu burung.

    Dalam referat ini akan diuraikan tentang universal precautions secara umum, kemudian

    penerapannya pada transportasi pasien, perawatan di ruang isolasi dan ICU.

    A. Pengertian

    Sesuai dengan rekomendasi WHO dan CDC tentang kewaspadaan isolasi untuk pasien flu

    burung, kewaspadaan yang perlu dilakukan meliputi:

    1. Kewaspadaan standar

    Perhatikan kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan

    pasien maupun alat-alat yang terkontaminasi sekret pernapasan.

    2. Kewaspadaan kontakGunakan sarung tangan dan gaun pelindung selama kontak dengan pasien.

    Gunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien, seperti stetoskop, termometer, tensimeter,

    dan lain-lain

    3. Perlindungan mata

    Gunakan kacamata pelindung atau pelindung muka, apabila berada pada jarak 1 (satu) meter

    dari pasien.

    4. Kewaspadaan airborne

    Tempatkan pasien di ruang isolasi airborne, Gunakan masker N95 bila memasuki ruang

    isolasi.

    B. Ruang perawatan isolasi

    Untuk mencegah penyebaran virus flu burung di rumah sakit, semua pasien flu burung mulai

    dari kasus suspek hingga kasus terkonfirmasi harus dirawat di ruang isolasi dengan

    menerapkan isolasi ketat (strict barrier).

    Ruang Perawatan isolasi terdiri dari :

    Ruang ganti umum

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    20/26

    Ruang bersih dalam

    Stasi perawat

    Ruang rawat pasien

    Ruang dekontaminasi

    Kamar mandi petugas

    Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruang perawatan isolasi yaitu:

    Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif dibanding tekanan di koridor.

    Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali perjam

    Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan menggunakan filter HEPA (High-

    Efficiency Particulate Air)

    Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri. Pada saat petugas atau orang lain

    berada di ruang rawat, pasien harus memakai masker bedah (surgical mask) atau masker N95

    (bila mungkin). Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah infeksius. Pasien

    tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai - gunakan penampung dahak/ludah tertutup

    sekali pakai (disposable).

    C. Standar Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD)

    Mengenakan pakaian pelindung

    a. Persiapan sarana

    - Baju operasi yang bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai ukuran badan.

    - Sepatu bot karet yang bersih, rapih (tidak robek) dan sesuai ukuran kaki.

    - Sepasang sarung tangan DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi) atau steril ukuran pergelangan

    dan sepasang sarung bersih ukuran lengan yang sesuai dengan ukuran tangan.

    - Sebuah gaun luar dan apron DTT dan penutup kepala yang bersih.

    - Masker N95 dan kaca mata pelindung

    - Lemari berkunci tempat menyimpan pakaian dan barang barang pribadi.

    b. Langkah awal saat masuk ke ruang perawatan isolasi, masuk kedalam ruang bersih luar.

    Lakukan hal sebagai berikut:

    - Lepaskan cincin, jam atau gelang

    - Lepaskan pakaian luar

    - Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian pelindung.

    - Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan dan barangbarang pribadi lainnya di

    dalam lemari berkunci yang telah disediakan.

    c. Mencuci tangan

    - Lakukan cuci tangan pada tempat yang telah disediakan.

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    21/26

    - Buka kran dan pertahankan aliran air lurus dari mulut kran

    - Bungkukkan badan sedikit untuk menjauhi tubuh dari percikan air.

    - Basahi kedua belah tangan seluruhnya sehingga batas siku.

    - Ambil sabun dan balik-balikan secukupnya dalam genggaman kedua belah tangan (hindari

    aliran air).

    - Kembalikan sabun ketempatnya dengan berhati-hati

    - Buat busa secukupnya dari sabun yang melekat ditanganyang basah.

    - Gosok dengan keras seluruh permukaan tangan dan jari-jari kedua tangan sekurang-

    kurangnya 10-15 detik, ratakan ke seluruh tangan dengan memperhatikan bagian di bawah

    kuku dan di antara jari-jari.

    - Membilas kedua belah tangan di bawah air mengalir.

    - Mengeringkan tangan dengan kertas lap atau kain yang telah disediakan dan gunakan lap

    untuk mematikan kran (Awas, bagian tersentuh kran pada kain / kertas lap tidak

    boleh tersentuh tangan yang sudah bersih) atau keringkan tangan di bawah pengering udara

    (gunakan siku untuk menyalakan atau mematikan tombol).

    - Buang kertas lap atau kain terpakai ke tempat yang telah disediakan.

    d. Sebelum petugas masuk kedalam ruang perawatan pasien, petugas harus memakai APD

    lengkap di ruang bersih dalam (anteroom). Langkah-langkah penggunaan APD :

    - Kenakan sepasang sarung tangan sebatas pergelangan tangan.

    - Kenakan gaun luar / Jas operasi

    - Kenakan apron plastik (bila memakai jas operasi)

    - Kenakan sepasang sarung tangan sebatas lengan.

    - Kenakan Masker N 95.

    - Kenakan penutup kepala.

    - Kenakan kaca mata pelindung.

    - Kenakan kedua belah sepatu bot karet.

    Peralatan tetap dipakai selama di ruang perawatan. Siapkan peralatan cadangan di ruang

    bersih dalam seperti:

    Sarung tangan

    Apron plastik

    Masker

    Fasilitas cuci tangan

    Fasilitas menggantung jas operasi

    e. Masuk langsung ke Ruang rawat kasus suspek / probabel / konfirmasi.

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    22/26

    D. Prosedur keluar Ruang Perawatan isolasi

    Perlu disediakan ruang ganti khusus untuk melepaskan Alat Perlindungan Diri (APD).

    Pakaian bedah / masker masih tetap dipakai.

    Lepaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti pakaian umum, masukkan dalam

    kantung binatu berlabel infeksius.

    Mandi dan cuci rambut (keramas)

    Sesudah mandi, kenakan pakaian biasa.

    Pintu keluar dari Ruang Perawatan isolasi harus terpisah dari pintu masuk.

    E. Penerapan dalam transportasi kasus

    Dalam memindahkan (merujuk) pasien flu burung dari satu tempat ke tempat lain harus

    mengikuti langkah-langkah berikut:

    - Mencuci tangan dengan baik dan benar.

    - Petugas kesehatan menggunakan alat perlindungan diri (APD) lengkap.

    - Pasien menggunakan masker.

    - Menjaga kontak seminimal mungkin dengan pasien.

    - Desinfeksi alat transport dan peralatan lain setelah selesai

    Pengobatan Antiviral

    Ada dua kelompok obat antiviral untuk influenza yaitu M2 inhibitor dan

    Neuraminidase Inhibitor. Obat kelompok M2 Inhibitor yaitu Amantadin dan Rimantadin; dan

    kelompok Neuraminidase Inhibitor antara lain Oseltamivir (kapsul dan suspensi) dan

    Zanamivir (inhalasi).

    Mekanisme Kerja dan Terjadinya Resistensi terhadap M2 Inhibitor

    M2-proton channel meluangkan influks ion H+ masuk kedalam virion pada awal siklus

    replikasinya, dengan denikian memudahkan disosiasi ribonukleoprotein dari virion kedalam

    sitoplasma nukleus sel. Pada highly pathogenic avian viruses (H5 and H7), M2-proton

    channel melindungi hemaglutinin dari inaktivasi oleh asam dari jejaring trans-Golgi selama

    transpor ke permukaan sel. Adanya amantadin, mengakibatkan channel dihalangi sehingga

    replikasi terhambat. Serine pada posisi 31 terletak sebagian di proteinprotein interface dan

    sebagian di channel. Pada mutasi penggantian asam amino serine dengan asparagin yang

    molekulnya lebih besar, karena tidak dapat berikatan dengan amantadin terjadilah keadaan

    yang disebut resistensi. Tergantung pada jenis asam amino tertentu, mutasi lainnya pada

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    23/26

    posisi 26, 27, 30, atau 34 dapat menghambat ikatan amantadin atau tetap dapat menyebabkan

    ikatan tanpa kehilangan fungsi ion-channel.

    Mekanisme resistensi pada Oseltamivir

    Lokasi aktif neuraminidase berubah bentuk menjadi suatu kantung untuk menangkap

    oseltamivir, sedangkan untuk zanamivir perubahan tersebut tidak diperlukan. Setiap mutasi

    dapat mencegah terjadinya ikatan dengan oseltamivir dengan cara menghalangi pembentukan

    kantung tersebut, walaupun demikian virus yang resisten pada oseltamivir tetap dapat

    berikatan dengan zanamivir. Kantung untuk oseltamivir terbentuk oleh rotasi E276 dan

    ikatannya dengan R224, dan proses ini dapat dicegah apabila terjadi mutasi pada R292K,

    N294S, dan H274Y yang mengakibatkan resistensi terhadap oseltamivir. Beberapa mutasi ini

    tidak mempengaruhi ikatan dengan zanamivir.

    Di Indonesia Oseltamivir merupakan obat pilihan satu-satunya untuk penyakit AI

    (H5N1), pemberiannya secara oral. Sediaan dalam bentuk kapsul berisi 75mg atau suspensi

    berisi 12mg/ml harus segera diberikan sedini mungkin pada saat penderita masuk rumah

    sakit.

    Dosis Oseltamivir adalah sebagai berikut:

    Berdasarkan mg/kgBerat Badan:

    - 2 mg/kgBB (maksimal 75 mg) 2 x sehari selama 5 hari Dewasa

    - Anak 13 tahun: 75 mg, 2 x sehari selama 5 hari

    - Anak ( 1 tahun): 2 mg/kgBB 2 x sehari selama 5 hari

    Berdasarkan Berat Badan (kg):

    1 . > 40 kg : 75 mg 2x/hari

    2 . > 2340 kg : 60 mg 2x/hari

    3 . > 1523 kg : 45 mg 2x/hari

    4 . 15 kg : 30 mg 2x/hari

    Dosis oseltamivir yang lebih tinggi dapat dipertimbangkan berdasarkan case-by-case

    penderita AI (H5N1), terutama bila terdapat pneumonia atau bukti kemunduran klinis.

    Keamanan dosis yang lebih tinggi belum diujikan pada anak. Perlu dipertimbangkan risiko

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    24/26

    yang mungkin terjadi dan keuntungan menggunakan dosis lebih tinggi pada penderita AI

    (H5N1) anak, karena sampai saat ini belum jelas apakah oseltamivir dapat menyebabkan efek

    samping neuropsikiatri pada remaja.

    Pada AI (H5N1) yang demamnya berlanjut dan klinis memburuk mungkin disebabkan

    replikasi virus yang persisten, walaupun dapat juga disebabkan oleh timbulnya superinfeksi

    dengan kuman dan komplikasi nosokomial lainnya yang harus dievaluasi. Apabila tidak ada

    perbaikan klinis dengan pengobatan 5 hari, pemberian oseltamivir dapat dilanjutkan 5 hari

    lagi.

    Antiviral Profilaksis

    Terdapat tiga kelompok risiko terpajan virus AI H5N1 yang terkait dengan pemberian

    profilaksis antiviral, dengan dosis Oseltamivir 1 x 75mg :

    Kelompok Risiko Tinggi: (termasuk wanita hamil diberikan sebagai profilaksis selama 7-10

    hari setelah pajanan terakhir)

    Kontak erat serumah atau anggota keluarga dengan penderita suspek atau konfirm AI

    (H5N1), karena pajanan potensial pada lingkungan yang sama, sumber unggas atau

    penderita

    Kelompok Risiko Moderat: (termasuk wanita hamil diberikan sebagai profilaksis selama 7-

    10 hari setelah pajanan terakhir)

    Orang yang terpajan langsung pada hewan mati atau sakit karena infeksi virus A

    H5N1

    Orang yang menangani hewan sakit atau melakukan dekontaminasi lingkungan tanpa

    menggunakan APP atau penggunaannya tidak benar

    Petugas kesehatan yang kontak langsung dengan penderita suspek atau konfirm AI(H5N1) tanpa atau penggunaan yang kurang benar APP yaitu pada saat intubasi atau

    penghisapan sekret, menangani spesimen cairan tubuh

    Kelompok Risiko Ringan: (Kelompok ini tidak memerlukan profilaksis)

    Petugas kesehatan yang menggunakan APP

    Petugas kesehatan yang tidak kontak erat (>1 meter) dengan spesimen atau penderita

    suspek / konfirm AI (H5N1)

    Penyembelih hewan yang tidak terinfeksi AI (H5N1)

    Orang yang menangani hewan sakit atau mati dengan menggunakan APP secara benar

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    25/26

    Efek samping oseltamivir berupa pusing, muntah, mual, diare, konfusi, sakit perut, batuk,

    vertigo, insomnia dan rasa lelah. Oseltamivir tidak dianjurkan untuk anak kurang dari 1

    tahun.

    Antibiotik

    Umumnya penderita AI (H5N1) masuk rumah sakit dengan pneumonia yang etiologinya

    belum jelas. Antibiotik diberikan secara empiris mengacu padaguideline pneumonia komuniti

    nasional atau internasional. Diagnostik kerja pneumonia komuniti biasanya meliputi dahak

    untuk pewarnaan Gram dan kultur serta kultur darah.

    Jika uji diagnostik sudah konfirm AI (H5N1) dan pemeriksaan laboratorium untuk

    pneumonia komuniti tidak dapat menemukan kuman penyebab apapun, terapi antibiotik

    empirik harus dihentikan. Penggunaan antibiotik profilaksis untuk penderita AI (H5N1) tidak

    dibenarkan, karena tidak terbukti manfaatnya dan dapat terpilih antibiotik untuk kuman yang

    resisten serta menyebabkan efek samping.

    Antipiretika

    Anti-piretika atau anti-nyeri sering digunakan untuk menurunkan demam, mialgia

    dan arthralgia pada AI (H5N1). Aspirin (asam salisilat) atau produknya jangan diberikan

    pada penderita Influensa atau AI (H5N1) di bawah usia 18 tahun oleh karena risiko terjadinya

    sindroma Reye.

    Terapi Suportif pada penderita sakit berat

    Penyakit AI (H5N1) sering menyebabkan gagal nafas berat dan cepat progresif, dan

    penting untuk menyediakan terapi suportif untuk AI (H5N1) dengan ALI/ARDS. Banyak

    penderita juga berkembang penyakitnya menjadi gagal multi-organ yang membutuhkan

    dukungan ventilator. Terapi suportif meliputi oksigenasi yang efektif dan tepat dan suport

    ventilator, dengan memperkecil risiko barotrauma dengan membatasi volume tidal dari 12

    menjadi 6 mL/kg, nutrisi enteral yang cukup, pencegahan dan terapi infeksi nosokomial,

    pencegahan deep thrombosis dan pendarahan gastrointestinal, dan kepedulian perawatan.

  • 8/3/2019 Avian Flu Fix

    26/26

    Penanganan terhadap gagal multi organ berupa suport vasopresor pada syok septik dan gagal

    ginjal akut seperti pada gagal ginjal akibat penyebab lainnya.