Top Banner
BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Makassar, Juni 2015 LAPORAN KASUS DAN REFARAT FRAKTUR COLLES OLEH: Ainil Maksura 1102110132 PEMBIMBING: dr. Ahmad Dara, Sp. Rad DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
27

ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

Dec 15, 2015

Download

Documents

Ai Ai Coryde

lapsus radiologi Fr. Colles
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Makassar, Juni 2015

LAPORAN KASUS DAN REFARAT

FRAKTUR COLLES

OLEH:

Ainil Maksura

1102110132

PEMBIMBING:

dr. Ahmad Dara, Sp. Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2015

Page 2: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Ainil Maksura

Stambuk :1102110132

Judul Laporan Kasus dan Refarat : Fraktur Colles

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada bagian

Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Juni 2015

Mengetahui,

Pembimbing

dr. Achmad Dara , Sp. Rad

Page 3: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Taala karena

atas berkat dan rahmat-Nya lah sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan

penyusunan tulisan ini dapat terlaksana. Tak lupa pula penulis haturkan salawat

dan salam yang tercurah pada junjungan Nabi Muhammad Shallahu Alaihi

Wasallam yang telah membimbing manusia dari alam kegelapan menuju ke alam

yang terang benderang.

Tulisan ini berjudul “LAPORAN KASUS DAN REFARAT FRAKTUR

COLLES” yang dibuat dan disusun sebagai tugas kepaniteraan klinik bagian

radiologi. Berbagai kesulitan dan hambatan penulis temui, namun atas bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya tulisan ini dapat terselesaikan.

Makassar, Juni 2015

Penulis

Page 4: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama Pasien : Nn. NI

No. Rekam Medik : 114006

Umur : 19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Romang Lompoa Bajeng Bar

Tempat/Tanggal lahir : Ujung Pandang, 04 Juli 1995

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Pemeriksaan : 15 Juni 2015

Perawatan Bagian : Instalasi Bedah Orthopedi Rumah Sakit Islam Faisal

Makassar

B. Anamnesis

- Keluhan utama: Nyeri pergelangan tangan kanan

- Anamnesis terpimpin:

Dialami sejak ± 4 jam sebelum masuk rumah sakit akibat kecelakaan lalu

lintas.

- Anamnesis Sistematis: Sakit kepala (-), pusing (-), demam (-), penglihatan kabur

(-), nyeri menelan (-), batuk (-), sesak (-), nyeri dada (-).

- Riwayat penyakit sebelumnya: Riwayat trauma (-).

- Riwayat pengobatan: IVFD RL 28 tpm, ranitidin 1 ampul / 8 jam / intravena,

ketorolac 1 ampul / 8 jam /intravena.

- Riwayat keluarga: Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.

4

Page 5: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

C. Pemeriksaan Fisis

Status Generalis:

Keadaan umum: Keadaan sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis (GCS 15)

Status Gizi : Gizi cukup (IMT 20,5 kg/m2)

Tanda Vital : Tekanan darah: 130/90 mmHg Nadi: 24 kali/menit

Pernapasan: 88 kali/ menit Suhu: 36,5 oC

Mata:

Kelopak mata : Edema (-)

Konjungtiva : Anemia (-)

Sclera : Ikterus (-)

Kornea : Jernih

Pupil : Bulat, isokor

THT: Dalam batas normal

Mulut:

-Bibir : Pucat (-), Kering (-)

-Lidah : Kotor (-), hiperemis (-), kandidiasis oral (-)

-Faring : Hiperemis (-)

-Tonsil : T1 – T1, Hiperemis (-)

Leher:

-Pembesaran kelenjar getah bening (-)

-Massa tumor (-)

-Nyeri tekan (-)

-Pembesaran thyroid (-/-)

Paru – paru:

-Inspeksi: simetris (ka=ki), tidak menggunakan otot-otot bantuan pernapasan,

hematom (-), luka (-), jaringan sikatrik (-).

-Palpasi: massa tumor (-), nyeri tekan (-),vocal fremitus (ka=ki), krepitasi (-)

5

Page 6: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

-Perkusi: sonor, batas paru hepar ICS VI dextra, bunyi: pekak ke timpani.

-Auskultasi: BP = bronchovesicular

BT = Wheezing (-/-) Ronchi (-/-)

Jantung:

-Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

-Palpasi : Iktus kordis tidak teraba

-Perkusi : Pekak

-Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, bunyi tambahan tidak ada

Abdomen:

-Inspeksi: Ikut gerak nafas, distensi abdomen (-)

-Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), hepar (tidak teraba), lien (tidak

teraba)

-Perkusi: Timpani

-Auskultasi: Peristaltik (+) kesan normal

Ekstremitas:

-Deformitas (+) angulasi manus dextra ke posterior

-Udem (+) pergelangan tangan kanan

-Fraktur (+) pergelangan tangan kanan

-Nyeri tekan (+) pergelangan tangan kanan

6

Page 7: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

D. Pemeriksaan Radiologi

Foto AP / Lateral

Gambar 1.1 X-Ray Antebrachii AP / Lateral

Hasil Pemeriksaan:

- Diskontinuitas dari distal radius dextra disertai displaced dari fragmen distal

ke dorsal dengan soft tissue swelling di sekitarnya.

- Mineralisasi tulang baik

- Celah sendi yang tervisualisasi kesan baik

Kesan: Fraktur Distal Os Radius Dextra (Colles Fracture)

E. Diagnosis

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan

pemeriksaan radiologi, maka diagnosis dari kasus ini adalah fraktur distal os

radius, Fraktur Colles.

F. Terapi

- IVFD RL 28 tpm

- Inj. Ketorolac 1amp/8 jam/IV

- Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV

7

Page 8: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

8

Page 9: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan

Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi

pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan

menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang

jatuh dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan

kemudian menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan bawah. Jenis luka

yang terjadi akibat keadaan ini tergantung usia penderita. Pada anak-anak dan

lanjut usia, akan menyebabkan fraktur tulang radius.

Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada

dewasa. Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan

fraktur radius distalis pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur

Colles. Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula,

insidensinya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca

menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada

tangan yang terentang.

Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan badan

dalam posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis

radius distal yang akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah

berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian

distal radius terjadi dislokasi ke arah dorsal, radial dan supinasi. Gerakan ke arah

radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus styloideus ulna,

sedangkan dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah radial

menyebabkan subluksasi sendi radioulnar distal.

Momok cedera tungkai atas adalah kekakuan, terutama bahu tetapi kadang-

kadang siku atau tangan. Dua hal yang harus terus menerus diingat : (1) pada

pasien manula, terbaik untuk tidak mempedulikan fraktur tetapi berkonsentrasi

9

Page 10: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

pada pengembalian gerakan; (2) apapun jenis cedera itu, dan bagaimanapun cara

terapinya, jari harus mendapatkan latihan sejak awal.

Melihat masih cukup tingginya angka kejadian fraktur Colles maka perlu

diketahui insidensi fraktur Colles di RSUD Saras Husada Purworejo, agar dapat

dilakukan perawatan dan penanganan secara intensif pada tiap-tiap kasusnya.

2.2 Definisi

Menurut Abraham colles 1814,  fraktur colles adalah fraktur metafisis distal

radius yang sudah mengalami osteoporosis, garis fraktur transversal, komplit,

jaraknya 2-2,5cm proximal garis sendi, bagian distal beranjak ke dorsal dan

angulasi ke radial serta fraktur avulsi dari processus styloideus ulna.

Menurut Mansjoer (2000), fraktur colles adalah fraktur antebrachii yang

khas , fraktur metafisis distal radius dengan jarak -/+ 2,5 cm dari permukaan

sendi distal radius, dislokasi fragmen distalnya ke arah

posterior/dorsal, subluksasi sendi radioulnar distal, avulsi prosesus stiloideus

ulna.

2.3 Klasifikasi

Klasifikasi Menurut Frykman

Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari

radius distal. Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh

Frykman. Berdasarkan sistem ini maka fraktur Colles dibedakan menjadi 4 tipe

berikut:

10

Page 11: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

Gambar 2.1 Klasifikasi Frykmann’s

- Tipe IA : Fraktur radius ekstra artikuler

- Tipe IB : Fraktur radius dan ulna ekstra artikuler

- Tipe IIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal

- Tipe IIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal

- Tipe IIIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radioulnar

- Tipe IIIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radioulnar

- Tipe IVA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan

sendi radioulnar

- Tipe IVB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal

dan sendi radioulnar

Klasifikasi ini berdasarkan biomekanik serta uji klinik, juga memisahkan

antara intra dan ekstra artikular serta ada tidaknya fraktur pada ulna distal. Pada

klasifikasi ini nomor yang lebih besar menunjukkan fase penyembuhan yang lebih

rumit dan prognosa yang lebih jelek.

2.4 Epidemiologi

Fraktur colles merupakan kira-kira 8-15% dari seluruh fraktur dan 60% dari

fraktus radius. Prevalensi kejadian fraktur colles , umur atas 50 tahun wanita

lebih banyak dari pada pria (5:1), sedang umur sebelum  50 tahun wanita sama

dengan pria. Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata

pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 – 59 tahun.

2.5 Etiologi

Fraktur Colles dapat timbul setelah penderita terjatuh dengan tangan posisi

terkadang dan meyangga badan. Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka

dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan

terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi). Pada saat

terjatuh sebagian energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian

tangan, kemudian diteruskan ke distal radius, hingga dapat menimbulkan patah

11

Page 12: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

tulang pada daerah yang lemah yaitu antara batas tulang kortikal dan tulang

spongiosa.

Gambar 2.2 Etiologi Fraktur Colles

2.6 Diagnosis

Kita dapat mengenali fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum

radiografi diciptakan) dengan sebutan deformitas garpu makan malam, dengan

penonjolan punggung pergelangan tangan dan depresi di depan. Pada pasien

dengan sedikit deformitas mungkin hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri

bila pergelangan tangan digerakkan. Selain itu juga didapatkan kekakuan,

gerakan yang bebas terbatas, dan pembengkakan di daerah yang terkena.

Pada pemeriksaan didapatkan pembengkakan pada pergelangan tangan

jika fraktur berat karena terjadi extravasasi darah, nyeri pada pergerakan atau

penekanan, terbatasnya gerakan sendi pergelangan tangan, deformitas yang

menyerupai garpu, dikenal sebagai “dinner fork deformity” (dimana bagian distal

fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian distal ulna menonjol

ke arah volar, sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi).

12

Page 13: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

Gambar 2.3 Dinner Fork Deformity

Adapun beberapa pemeriksaan lain untuk menegakkan diagnosis adalah:

1. Radioimaging: scan tulang, tomogram, magnetic resonance imaging

(MRI) memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk

mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.

2. Arteriogram, dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler

3. Profil koagulasi

4. Hitung darah lengkap

2.7 Gambaran Radiologi

Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi.

Lihat kesegarisan antara kondilus medialis, kaput radius, dan pertengahan radius.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:

1. Pemeriksaan roentgen (Anterior Posterior & Lateral)

2. Arteriogram

3. CT-scan/MRI

13

Page 14: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

Gambar 2.4 X-ray Distal Radius AP/ Lateral Fraktur Colles

Pada pemeriksaan foto polos daerah fraktur AP dan lateral, pemeriksa harus

mencatat arah dan tingkat keparahan perpindahan dan angulasi, tingkat kominusi,

keterlibatan intra-artikular (radiocarpal dan / atau distal radioulnar), dan panjang

radial atau varians dibandingkan dengan sisi yang normal. Berikut karakteristik

gambaran patahan fraktur ini, yaitu:

- Garis patahan yang transversal, 2 cm distal dari radius

- Prosesus styloid ulnaris biasanya avulsi

- Biasanya hanya terdapat dua fragmen patahan tulang, tapi pada keadaan

tertentu dapat terjadi banyak patahan yang dinamakan kominutif

Dapat dilihat ada dua tipe fraktur ini, yaitu :

- Stabil, yang ditandai dengan hanya terdapat 1 garis patahan transversal

- Tidak stabil, terdapat banyak garis patahan (kominutif) dan “crushing” dari

tulang cancellous

2.8 Diagnosa Banding

1. Fraktur Smith: Fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering

disebut reverse colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda.

Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam

keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi.

14

Page 15: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

Gambar 2.5 Fraktur Smith

2. Fraktur Galeazzi: Fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius

radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang

menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi

waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.

Gambar 2.6 Fraktur Galeazzi

2.9 Penatalaksanaan

1. Kalau fraktur tak bergeser / Undisplaced (atau hanya sedikit sekali bergeser),

fraktur dibebat dalam slab gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah

dan pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam posisinya. Fraktur yang

bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang dengan erat dan

15

Page 16: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan ekstensi

pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen); fragmen distal kemudian

didorong ke tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil

memanipulasi pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi.

Posisi kemudian diperiksa dengan sinar-X. Kalau posisi memuaskan, dipasang

slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai leher

metakarpal dan dua-pertiga keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini

dipertahankan pada posisinya dengan pembalut kain krep. Posisi fleksi dan

deviasi ulnar yang ekstrim harus dihindari; cukup 20 derajat pada tiap arah.

Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi; latihan bahu dan jari

segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami

sianosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut.

Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar-X yang baru; pergeseran ulang

sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya,

sekalipun manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi.

Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan

secara radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut

kain krep sementara.

2. Fraktur kominutif berat dan tak stabil (displaced) tidak mungkin

dipertahankan dengan gips; untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi

luar, dengan pen proksimal yang mentransfiksi radius dan pen distal,

sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar metakarpal kedua dan sepertiga. Suatu

alat misalnya fiksator Pennig mempunyai kelebihan dalam hal pergelangan

tangan dapat digerakkan lebih awal. Apapun metode fiksasi yang digunakan,

hal yang paling penting adalah pasien harus dilatih menggunakan sendi-sendi

yang bebas secara teratur.

16

Page 17: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

Gambar 2.4 Penanganan Fraktur Colles Undisplaced

2.10 Komplikasi

1. Dini

- Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan slab

perlu dibuka atau dilonggarkan.

- Cedera saraf jarang terjadi, dan yang mengherankan tekanan saraf

medianus pada saluran karpal pun jarang terjadi. Kalau hal ini terjadi,

ligament karpal yang melintang harus dibelah sehingga tekanan saluran

dalam karpal berkurang.

- Distrofi refleks simpatetik mungkin amat sering ditemukan, tetapi

untungnya ini jarang berkembang lengkap menjadi keadaan atrofi

Sudeck. Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi-

sendi jari, waspadalah jangan sampai melalaikan latihan setiap hari.

Pada sekitar 5 % kasus, pada saat gips dilepas tangan akan kaku dan

nyeri serta terdapat tanda-tanda ketidakstabilan vasomotor. Sinar X

17

Page 18: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

memperlihatkan osteoporosis dan terdapat peningkatan aktivitas pada

scan tulang.

2. Lanjut

- Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau

karena pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk,

kelemahan dan hilangnya rotasi dapat bersifat menetap. Pada umumnya

terapi tidak diperlukan. Bila ketidakmampuan hebat dan pasiennya

relatif lebih muda, 2,5 cm bagian bawah ulna dapat dieksisi untuk

memulihkan rotasi, dan deformitas radius dikoreksi dengan osteotomi.

Penyatuan lambat dan non-union pada radius tidak terjadi, tetapi

prosesus styloideus ulnar sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa

saja dan tetap mengalami nyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan.

- Kekakuan pada bahu, karena kelalaian, adalah komplikasi yang sering

ditemukan. Kekakuan pergelangan tangan dapat terjadi akibat

pembebatan yang lama.

- Atrofi Sudeck, kalau tidak diatasi, dapat mengakibatkan kekakuan dan

pengecilan tangan dengan perubahan trofik yang berat.

- Ruptur tendon (pada ekstensor polisis longus) biasanya terjadi beberapa

minggu setelah terjadi fraktur radius bagian bawah yang tampaknya

sepele dan tidak bergeser. Pasien harus diperingatkan akan

kemungkinan itu dan diberitahu bahwa terapi operasi dapat dilakukan.

2.11 Prognosis

Kekakuan sendi sering ditemukan dan dapat melibatkan siku dan sendi-sendi

radioulnaris. Kadang-kadang timbul miositis osifikans. Kekakuan dapat terjadi

baik kaput radius dieksisi atau tidak. Tetapi, mungkin prognosis fraktur

kominutif lebih baik bila dilakukan pembedahan.

18

Page 19: ATT_1434028342271_attachment_1434023397081_REFARAT RADIOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

1. Chairuddin Rasjad. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Yarsif Watampone,

Jakarta.

2. John Ebnezar. Text Book of Orthopedics. 4th  Editotion. Jaypee.

3. Mansjoer, A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Media

Aeculapius : Jakarta

4. Price, Sylvia. 1990. Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit. EGC : Jakarta

5. Stanley hoppenfeld. 2000. Treatment and rehabilitation of Fracture.

USA:  Lippincott Williams & Wilkins

6. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00412

7. De Jong, Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC

8. Apley A, Graham & Solomon, Louis. 1995. Buku Ajar Ortopedi & Fraktur

Sistem Apley Edisi VII. Jakarta: Widya Medika.

9. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/9205.htm l .

10. http://www.trinoval.web.id/2010/04/fraktur-antebrachii.html

11. http://emedicine.medscape.com/article/398406-overview#showall

12. Sahala M Hutalagung. 2003. Perbandingan Hasil Penanganan Fraktur Colles

Tertutup dengan Metode Modifikasi Bohler, SDFDU dan FSPFDU. Fakultas

Kedokteran Bagian Ilmu Bedah Universitas Sumatera Utara

13. Delores C. Schoen. 2011. Adult Orthopaedic  Nursing. USA:  Lippincott

Williams & Wilkins

14. Long, B.C. 2000. Perawatan Medikal Bedah. Edisi 7. Yayasan Alumni

Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung

19