Top Banner
43

At a Glance Immunization, Vina

Aug 03, 2015

Download

Documents

Vina Subaidi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: At a Glance Immunization, Vina
Page 2: At a Glance Immunization, Vina
Page 3: At a Glance Immunization, Vina

5 IMUNISASI DASAR

1. BCGImunisasi BCG wajib diberikan, seperti diketahui, Indonesia termasuk negara

endemis TB dan salah satu negara dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara lain: berat badan anak susah bertambah, sulitmakan, mudah sakit, batuk berulang, demam, berkeringat di malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12 minggu.

Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu dilakukan tes rontgen untuk mengetahui adanya vlek, tes Martoux untuk mendeteksi peningkatan kadar sel darah putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidak gangguan laju endap darah. Bahkan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk mengetahui, apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak dengan penderita TB.

Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan tak bisa diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada yang “tidur”. Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain menhindarianak berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian imunisasi BCG.

Jumlah Pemberian Imunisasi BCGCukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, sehingga memerlukan pengulangan.

Usia Pemberian Imunisasi BCGDibawah usia 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan kuman Mycrobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasikan BCG.

Lokasi PenyuntikanLengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang melakukan penyuntikan di paha.

Efek SampingUmumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah

Page 4: At a Glance Immunization, Vina

bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau selangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri.

Tanda KeberhasilanMuncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut.Jika bisul tak muncul, jangan cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan yang salah, mengingat cara penyuntikan perlu kehlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit. Apalagi bila dilakukan di paha, proses menyuntiknya lebih sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal.

Indikasi KontraTak dapat diberikan pada anak berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux positif.

2. Hepatitis BImunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih dari

100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virud hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati.

Banyak jalan masuk virus hepatitis B ke tubuh si kecil. Yang potemsial melalui jalan lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi darah. Bisa juga melali alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darah dari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi. Bahkan juga bisa lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antar anggota keluarga.

Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan oleh dokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis. Anak juga terlihat sehat, nafsu makan baik, berat badan juga normal. Penyakit baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan darah.

Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggota keluarga dicurigai kena Virus Hepatitis B, biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak. Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B.

Jumlah Pemberian:Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.

Page 5: At a Glance Immunization, Vina

Usia PemberianSekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi tsb dilakukan tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam.

Lokasi Penyuntikan:Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero= otot-otot bagian depan, lateral= otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.

Efek Samping:Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (jarang) berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun rekasi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.

Tanda Keberhasilan:Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahanya 8 tahun; diatas 500, tahan 5 tahun; diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya 0 berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.

Tingkat Kekebalan:Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kali suntikan, lbih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.

Indikator Kontra:Tak dapat diberikan pada anak yang sakit berat

3. DPT“Imunisasi DPT yaitu imunisasi / vaksin kombinasi yang terdiri dari bakteri pertusis yang telah dimatikan, toksoid (zat yang menyerupai racun) dari difteri dan juga tetanus. Vaksin DPT ini diberikan untuk mencegah penyakit difteri yang bisa mematikan, penyakit pertusis yang sering disebut batuk 100 hari dan penyakit tetanus.” jelas Dr. Berni.Vaksin dikombinasikan dengan tujuan supaya anak tidak perlu disuntik berkali-kali untuk mendapatkan tiga vaksin sekaligus.

Usia dan jumlah pemberianSebanyak 5 kali, dilakukan bertahap, 3 kali di usia bayi (2,4,6 bulan0, 1 kali di usia 18 bulan, dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT.

Page 6: At a Glance Immunization, Vina

Efek sampingUmumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas, jika demamnya tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa si kecil ke dokter. Namun jika demam tak muncul, bukan berarti imunisasi gagal, bisa saja karena kualitas vaksinnya jelek, misal.Untuk anak yang memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DTP tetap aman. Kejang demam tak membahayakan, karena si kecil mengalami kejang hanya ketika demam dan tak akan mengalami kejang lagi setelah demamnya hilang. Jikapun orang tua tetap khawatir, si kecil dapat diberikan vaksin DTP asesular yang tak menimbulkan demam, umumnya sangat ringan, hanya sekedar sumeng.

Indikasi KontraTak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakit seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh menerima vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan panas.

4. PolioBelum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini disebabkan virus poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bisa lewat makanan/minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat percikan ludah/air liur penderita polio yang masuk ke mulut orang sehat.virus polio berkembang biak dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus, lalu masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang hingga bisa menyebabkan kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila mengenai otot pernapasan,penderita akan kesulitan bernapas dan bisa meninggal.Masa inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5 hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tak semua orang yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus polio yang menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Nah, imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio.

Jumlah Pemberian:Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio massal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Ingat, tak ada istilah overdosis dalam imunisasi.

Usia Pemberian:Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bulan

Page 7: At a Glance Immunization, Vina

dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DTP.

Cara Pemberian:Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di Indonesia yang digunakan adalah OPV.

Efek Samping:Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnyapun sangat jarang.

Tingkat Kekebalan:Dapat mencekal hingga 90%

Indikasi Kontra:Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (diatas 38C); muntaha atau diare, penyakit kanker atau keganasan, HIV/AIDS, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu.

5. CampakImunisasi campak, sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerahabn dan berair, si kecilpun merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian, disebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat celcius.Seiring dengan itu barulah muncul bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Awalnya haya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1 minggu, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian tibih saja dan tidak banyak.Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak. Dalam kondisi ini tetaplah meminum obat yang sudah diberikan dokter. Jaga stamina dan konsumsi makanan bergizi. Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati

Page 8: At a Glance Immunization, Vina

berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang efektif mengatasi virus campak.Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadi komplikasi, terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari. Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru dan radang otak. Komplikasi ini yang umumnya paing sering menimbulkan kematian pada anak.

Usia dan Jumlah PemberianSebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).

Efek SampingUmumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare, namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.

Common klaim ditemukan di situs misinformationWeb

Klaim Fakta

metode alami untuk meningkatkan kekebalan lebih baik dari vaksinasi.

kekebalan itu biasanya mirip dengan apa yang diperoleh dari infeksi alami, walaupun beberapa dosis vaksin mungkin harus diberikan bagi seorang anak untuk memiliki respon kekebalan penuh.

Epidemiologi-sering digunakan untuk menetapkan keamanan vaksin-bukan ilmu tetapi angka-angka.

Epidemiologi adalah disiplin ilmu yang mapan, antara lain, mengidentifikasi penyebab penyakit dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seseorang untuk penyakit.

Pemberian beberapa vaksin pada saat yang sama menyebabkan 'kelebihan' dari sistem kekebalan tubuh.

Vaksinasi tidak membebani sistem kekebalan anak , vaksin yang disarankan menggunakan hanya sebagian kecil dari memori "" pada sistem kekebalan.

Vaksin tidak efektif. Vaksin telah terhindar jutaan orang efek

Page 9: At a Glance Immunization, Vina

dari penyakit yang menghancurkan. (See Vaccine effectiveness ). (Lihat efektivitas vaksin ).

Sebelum penggunaan vaksinasi penyakit ini mulai menurun karena peningkatan gizi dan kebersihan.

Pada tanggal 19 dan abad ke-20, beberapa penyakit menular mulai lebih terkontrol karena perbaikan sanitasi, air bersih, pasteurisasi susu, pengendalian hama, dll Namun, penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin baru mulai turun drastis setelah vaksin untuk penyakit-penyakit yang berlisensi dan diberikan kepada sejumlah besar anak-anak. (See Vaccine effectiveness ). (Lihat efektivitas vaksin ).

Vaksin penyebab penyakit atau gangguan dari penyebab yang tidak diketahui seperti autisme, sindrom kematian bayi mendadak (SIDS), disfungsi kekebalan tubuh, diabetes, gangguan neurologis, rhinitis alergi, eksim, dan asma.

Scientific evidence does not support these claims. Bukti ilmiah tidak mendukung klaim ini. See IOM reports . Lihat IOM laporan .

Banyak vaksinasi Tercemar (atau "banyak panas") yang lebih mungkin menyebabkan reaksi yang merugikan.

Makanan dan Obat mengatur produksi vaksin sangat hati-hati untuk memastikan potensi, kemurnian dan keamanan vaksin.

IMUNISASI; Pengertian dan Ruang Lingkup

Definisi : Cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu Ag, sehingga bila ia terpapar pada Ag yang serupa, tidak terjadi penyakit.

Sistem Imun Spesifik : Hanya dapat menghancurkan benda asing yang dikenal sebelumnya

HUMORAL :

Peranan dari Limfosit B atau Sel B (Bursa Fabricius) dimana jika Sel B dirangsang ” sel plasma ” zat anti atau anti bodi ” didalam Serum Fungsi : Pertahanan terhadap infeksi virus, bakteri dan menetapkan toksin.

Page 10: At a Glance Immunization, Vina

Antibodi :

1. IgG :

– Komponen utama Ig serum (75%)

– Dapat menembus Placenta

– Terbentuk pada respons sekunder

– Anti bakteri, anti virus, anti jamur

2. IgM :

– Imunoglobulin terbesar

– Respons imun primer

– Mencegah gerakan mikroorganisme sekunder

– Mengaktifkan komplemen

3. IgA :

– Terbentuknya pd rangsangan selaput lendir

– Kekebalan infeksi saluran nafas, pencernaan, urogenitalis

– Fiksasi komplemen, antitoxin, reaksi aglutinasi, anti virus

4. IgD :

– Sangat rendah dalam sirkulasi

– Fungsi belum jelas

5. IgE :

– Sangat sedikit jumlahnya

– Tinggi pada alergi, fiksasi komplemen, infeksi cacing, infeksi parasit

SELULER

Peranan dari limfosit T atau sel T dimana Sel T dibentuk di sumsum tulang ” Proliferasi dan diferensiasi terjadi di kelenjar Timus

Page 11: At a Glance Immunization, Vina

Fungsi : Pertahanan terhadap bakteri (intraselular), virus, jamur, parasit, keganasan

Terdiri dari

1. Helper T-cell membantu sel B

1. Suppressor T-cell :

– Menghambat sel B

– Menghambat sel T

3. Cytotoxic T-cell : Menyerang antigen secara langsung

Imunisasi Pasif Didapat

Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh bukan oleh individu itu sendiri, misalnya kekebalan bayi yang diperoleh dari ibu setelah pemberian Ig serum Daya lindung pendek ( 2 – 3 minggu)

• Contoh :

– Gama globulin murni penderita – campak

– ATS, ADS, Anti rabies, Anti – Snake venom

– Profilaksi & terapeutik ( pengobatan )

Reaksi aktopik

Terjadi beberapa menit dimana tubuh mengalami Shock berat, gatal seluruh tubuh, urticaria tempat suntik ” meluas, gelisah, pucat, cyanosis, dyspnoe, kejang ” mati

Therapi : Adrenalin, Corticosteroid

Serum sickness

Masa tunas : 6 – 24 hari

Panas, urticaria, exanthema, muntah, berak, bahaya urticaria (oedem) glottis ” tercekik.

Therapi : Adrenalin, Corticosteroid, Anti Histamin

Pemberian ke II (ulangan)

1. Ana phylactic reaction :

Page 12: At a Glance Immunization, Vina

Masa tunas : Beberapa menit – 24 jam

Gejala : Sama reaksi atopik – < ringan

2. Accelerated Reaction :

Masa tunas : 1 – 5 hari

Gejala : Sama serum sickness " Pemberian serum – test lebih dahulu

Test pemberian serum

1. Skin test : 0,1 ml seru 1/10 – intra kutan tunggu 15 menit : " infiltrat > 10 mm

2. Eye test : 1 tetes serum kemudian tunggu 15 menit : + ” mata bengkak merah

Bila skin dan atau eye test positif ” pemberian Serum : Cara Bersedka

- 0,1 ml serum dlm 1 ml air garam fisiologis – Subkutan – tunggu ½ jam reaksi

- 0,5 ml serum dlm 1 ml air garam fisiologis – Subkutan – tunggu ½ jam reaksi

- Sisa serum ” Intra Muskular

Tujuan Imunisasi

• Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang

• Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi

Keberhasilan Imunisasi tergantung faktor:

1. Status Imun Penjamu:

• Adanya Ab spesifik pada penjamu ® keberhasilan vaksinasi, mis:

– campak pada bayi

– kolustrum ASI – IgA polio

• Maturasi imunologik: neonatus ® fungsi makrofag¯,kadar komplemen¯, aktifasi optonin¯.

• Pembentukan Ab spesifik terhadap Ag kurang ® hasil vaksinasi ¯ ® ditunda sampai umur 2 bulan.

• Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal secara simultan, bayi diimunisasi

Page 13: At a Glance Immunization, Vina

• Frekuensi penyakit , dampaknya pada neonatus berat ® imunisasi dapat diberikan pada neonatus.

• Status imunologik ¯ (spt defisiensi imun) ® respon terhadap vaksin kurang.

2. genetik

secara genetik respon imun manusia terhadap Ag tertentu ® baik, cukup, rendah ® keberhasilan vaksinasi tidak 100%

4. kualitas vaksin

a. cara pemberian, misal polio oral ® imunitas lokal dan sistemik

b. Dosis vaksin

– tinggi ® menghambat respon, menimbulkan efek samping

– rendah ® tidak merangsang sel imunokompeten

c. Frekuensi Pemberian

Respon imun sekunder ® Sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya, afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi respon imun yang terjadi . Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar Ab spesifik masih tinggi ® Ag dinetralkan oleh Ab spesifik ® tidak merangsang sel imunokompeten.

d. Ajuvan : Zat yang meningkatkan respon imun terhadap Ag

• mempertahankan Ag tidak cepat hilang

• Mengaktifkan sel imunokompeten

e. Jenis Vaksin

Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik.

Kandungan vaksin

1. Antigen ® virus, bakteri

– vaksin yang dilemahkan: polio, campak, BCG

– vaksin mati : pertusis

– eksotoksin : Toksoid, dipteri, tetanus

Page 14: At a Glance Immunization, Vina

1. Ajuvan : persenyawaan aluminium2. Cairan pelarut : air, cairan garam fisiologis, kultur jaringan, telur.

Hal – hal yang merusak vaksin:

• Panas ® semua vaksin

• Sinar matahari ® BCG

• Pembekuan ® toxoid

• Desinfeksi/antiseptik : sabun

Jadwal Imunisasi

• Untuk keseragaman

• Mendapatkan respon imun yang baik ® Berdasarkan keadaan epidemiologi, prioritas penyebab kematian, kesakitan

IMUNISASI BCG

Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi M. tuberculosa 100%, tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, Berasal dari bakteri hidup yang dilemahkan ( Pasteur Paris 1173 P2), Ditemukan oleh Calmette dan Guerin

• Diberikan sebelum usia 2 bulan Disuntikkan intra kutan di daerah insertio m. deltoid dengan dosis 0,05 ml, sebelah kanan

• Imunisasi ulang tidak perlu, keberhasilan diragukan

Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%. Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang. Penyimpanan pada suhu < 5°C terhindar dari sinar matahari (indoor day-light).

Cara penyuntikan BCG

• Bersihkan lengan dengan kapas air

• Letakkan jarum hampir sejajar dengan lengan anak dengan ujung jarum yang berlubang menghadap keatas.

• Suntikan 0,05 ml intra kutan

– merasakan tahan

Page 15: At a Glance Immunization, Vina

– benjolan kulit yang pucat dengan pori- pori yang khas diameter 4-6 mm

Kenapa suntikan intra kutan?

• Vaksin BCG ® lapisan chorium kulit sebagai depo ®berkembang biak® reaksi indurasi, eritema, pustula

• Setelah cukup berkembang ® sub kutan® kapiler, kelenjar limfe, peredaran darah

Bayi kulitnya tipis®intra kutan sulit ® sering suntikan terlalu dalam (sub kutan)

Reaksi sesudah imunisasi BCG

1. Reaksi normal ® lokal

• 2 minggu ® indurasi, eritema, kemudian menjadi pustula

• 3-4 minggu ® pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu pengobatan)

• 8-12 minggu ® ulkus menjadi scar diameter 3-7 mm.

2. Reaksi regional pada kelenjar

• Merupakan respon seluler pertahanan tubuh

• Kadang terjadi ® di kelj axila dan servikal (normal BCG-it is)

• Timbul 2-6 bulan sesudah imunisasi

• Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-)

• Akan mengecil 1-3 bulan kemudian tanpa pengobatan.

Komplikasi

1. Abses di tempat suntikan

• Abses bersifat tenang (cold abses) ® tidak perlu terapi

• Oleh karena suntikan sub kutan

• Abses matang ® aspirasi

2. Limfadenitis supurativa

• Oleh karena suntikan sub kutan atau dosis tinggi

Page 16: At a Glance Immunization, Vina

• Terjadi 2-6 bulan sesudah imunisasi

• Terapi tuberkulostatik ® mempercepat pengecilan.

Reaksi pada yang pernah tertular TBC:

• Koch Phenomenon ® reaksi lokal berjalan cepat (2-3 hari sesudah imunisasi) ® 4-6 minggu timbul scar.

• Imunisasi bayi > 2 bulan ® tes tuberkulin (Mantoux)

• Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan TBC

• Menyuntikkan 0,1 ml PPD di daerah flexor lengan bawah secara intra kutan

• Pembacaan dilakukan setelah 48 – 72 jam penyuntikan

• Diukur besarnya diameter indurasi di tempat suntikan.

• < 5 mm : negatif

• 6-9 mm : meragukan

• ³ 10 mm : positif

Tes Mantoux (-)®imunisasi(+)

Kontraindikasi

• Respon imunologik terganggu : infeksi HIV, def imun kongenital, leukemia, keganasan

• Respon imunologik tertekan: kortikosteroid, obat kanker, radiasi

• Hamil

IMUNISASI HEPATITIS B

• Vaksin berisi HBsAg murni

• Diberikan sedini mungkin setelah lahir

• Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml.

• Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C

Page 17: At a Glance Immunization, Vina

• Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin hepatitis B 12 jam setelah lahir + imunisasi Hepatitis B

• Dosis kedua 1 bulan berikutnya

• Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan)

• Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian

• Kadar pencegahan anti HBsAg > 10mg/ml

• Produksi vaksin Hepatitis B di Indonesia, mulai program imunisasi pada tahun 1997

Efek samping

• Demam ringan

• Perasaan tidak enak pada pencernaan

• Rekasi nyeri pada tempat suntikan

Tidak ada kontraindikasi

IMUNISASI POLIO

• Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat dlm biakan sel-vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam magnesium klorida dan fenol merah

• Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet.

• Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml)

• Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu

• Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD kelas I, VI

• Anak diare ® gangguan penyerapan vaksin.

• Ada 2 jenis vaksin

– IPV ® salk

– OPV ® sabin ® IgA lokal

• Penyimpanan pada suhu 2-8°C

Page 18: At a Glance Immunization, Vina

• Virus vaksin bertendensi mutasi di kultur jaringan maupun tubuh penerima vaksin

• Beberap virus diekskresi mengalami mutasi balik menjadi virus polio ganas yang neurovirulen

• Paralisis terjadi 1 per 4,4 juta penerima vaksin dan 1 per 15,5 juta kontak dengan penerima vaksin

Kontra indikasi : defisiensi imunologik atau kontak dengannya

IMUNISASI DPT

Terdiri dari

– toxoid difteri ® racun yang dilemahkan

– Bordittela pertusis ® bakteri yang dilemahkan

– toxoid tetanus ® racun yang dilemahkan (+) aluminium fosfat dan mertiolat

• Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan putih didasarnya

• Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis pada bayi kecil.

• Dosis 0,5 ml secara intra muskular di bagian luar paha.

• Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 minggu.

• Vaksin mengandung Aluminium fosfat, jika diberikan sub kutan menyebabkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat.

Reaksi pasca imunisasi:

• Demam, nyeri pada tempat suntikan 1-2 hari ® diberikan anafilatik + antipiretik

• Bila ada reaksi berlebihan pasca imunisasi ® demam > 40°C, kejang, syok ® imunisasi selanjutnya diganti dengan DT atau DPaT

Kontraindikasi

• Kelainan neurologis n terlambat tumbuh kembang

• Ada riwayat kejang

• Penyakit degeneratif

Page 19: At a Glance Immunization, Vina

• Pernah sebelumnya divaksinasi DPT menunjukkan: anafilaksis, ensefalopati, kejang, renjatan, hiperpireksia, tangisan/teriakan hebat.

IMUNISASI CAMPAK

Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane) yang dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades.

• Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu.

• Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri.

• Disimpan pada suhu 2-8°C, bisa sampai – 20 derajat celsius

• Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8°C

• Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian

Efek samping: demam, diare, konjungtivitis, ruam setelah 7 – 12 hari pasca imunisasi. Kejadian encefalitis lebih jarang

Kontraindikasi:

* infeksi akut dengan demam, defisiensi imunologik, tx imunosupresif, alergi protein telur, hipersensitifitas dng kanamisin dan eritromisin, wanita hamil.* Anak yang telah diberi transfusi darah atau imunoglobulin ditangguhkan minimal 3 bulan.* Tuberkulin tes ditangguhkan minimal 2 bulan setelah imunisasi campak

IMUNISASI HIB

• Untuk mencegah infeksi SSP oleh karena Haemofilus influenza tipe B

• Diberikan MULAI umur 2-4 bulan, pada anak > 1 tahun diberikan 1 kali

• Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam semprit.

• Dosis 0,5 ml diberikan IM

• Disimpan pada suhu 2-8°C

• Di Asia belum diberikan secara rutin

• Imunisasi rutin diberikan di negara Eropa, Amerika, Australia.

IMUNISASI MMR

Page 20: At a Glance Immunization, Vina

Merupakan vaksin hidup yang dilemahkan terdiri dari:

– Measles strain moraten (campak)

– Mumps strain Jeryl lynn (parotitis)

– Rubela strain RA (campak jerman)

• Diberikan pada umur 15 bulan. Ulangan umur 12 tahun

• Dosis 0,5 ml secara sub kutan, diberikan minimal 1 bulan setelah suntikan imunisasi lain.

Kontra indikasi: wanita hamil, imuno kompromise, kurang 2-3 bulan sebelumnya mendapat transfusi darah atau tx imunoglobulin, reaksi anafilaksis terhadap telur

IMUNISASI TYPHUS

Tersedia 2 jenis vaksin:

– suntikan (typhim) ® >2 tahun

– oral (vivotif) ® > 6 tahun, 3 dosis

• Typhim (Capsular Vi polysaccharide-Typherix) diberikan dengan dosis 0,5 ml secara IM. Ulangan dilakukan setiap 3 tahun.

• Disimpan pada suhu 2-8°C

• Tidak mencegah Salmonella paratyphi A atau B

• Imunitas terjadi dalam waktu 15 hari sampai 3 minggu setelah imunisasi

Reaksi pasca imunisasi: demam, nyeri ringan, kadang ruam kulit dan eritema, indurasi tempat suntikan, daire, muntah.

IMUNISASI VARICELLA

Vaksin varicella (vaRiLrix) berisi virus hidup strain OKA yang dilemahkan. Bisa diberikan pada umur 1 tahun, ulangan umur 12 tahun. Vaksin diberikan secara sub kutan Penyimpanan pada suhu 2-8°C

Kontraindikasi: demam atau infeksi akut, hipersensitifitas terhadap neomisin, kehamilan, tx imunosupresan, keganasan, HIV, TBC belum tx, kelainan darah.

Reaksi imunisasi sangat minimal, kadang terdapat demam dan erupsi papulo-vesikuler.

Page 21: At a Glance Immunization, Vina

IMUNISASI HEPATITIS A

Imunisasi diberikan pada daerah kurang terpajan, pada anak umur > 2 tahun. Imunisasi dasar 3x pada bulan ke 0, 1, dan 6 bulan kemudian. Dosis vaksin (Harvix-inactivated virus strain HM 175) 0,5 ml secara IM di daerah deltoid. Reaksi yag terjadi minimal kadang demam, lesu, lelah, mual-muntah dan hialng nafsu makan

VAKSIN COMBO

Gabungan beberapa antigen tunggal menjadi satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda, misal DPT + hepatitis B +HiB atau Gabungan beberapa antigen dari galur multipel yg berasal dari organisme penyakit yang sama, misal: OPV

Tujuan pemberian

• Jumlah suntikan kurang

• Jumlah kunjungan kurang

• Lebih praktis, compliance dan cakupan naik

• Penambahan program imunisasi baru mudah

• Imunisasi terlambat mudah dikejar

• Biaya lebih murah

Daya proteksi

Titer antibodi salah satu antigen lebih rendah namun masih diatas ambang protektif. Efektivitasnya sama di berbagai jadwal imunisasi. Bisa terjadi kemampuan membuat antibodi utk mengikat antigen berkurang. Dapat terjadi respon imun antigen kedua berubah. Reaktogenitas yang ditentukan terutama oleh ajuvan tidak berbeda jauh. Nyeri berat lebih sering terjadi pada vaksin kombo (Bogaerts, Belgia). Cakupan imunisasi menjadi lebih tinggi. KIPI pada dosis vaksin ekstra tidak bertambah

COLD CHAIN (RANTAI DINGIN)

• Vaksin harus disimpan dalam keadaan dingin mulai dari pabrik sampai ke sasaran.

• Simpan vaksin di lemari es pada suhu yang tepat

• Pintu lemari es harus selalu tertutup dan terkkunsi

• Simpan termometer untuk memonitor lemari es.

Page 22: At a Glance Immunization, Vina

• Taruh vaksin Polio, Campak, pada rak I dekat freezer.

• Untuk membawa vaksin ke Posyandu harus menggunakan vaccine carrier/ termos yang berisi es.

Disadur dari tulisan : dr. B Gebyar TB, SpA

 17 0share3share28

1. Imunisasai HIB   

Sesuai namanya, imunisasi ini bermanfaat untuk mencekal kuman HiB (Haemophyllus influenzae type B). Kuman ini menyerang selaput otak sehingga terjadilah radang selaput otak yang disebut meningitis. Meningitis sangat berbahaya karena dapat merusak otak secara permanen sampai kepada kematian. Selain mengakibatkan radang selaput otak, kuman ini juga dapat menyebabkan radang paru dan radang epilotis.

Usia & JumlahPemberiaan : Diberikan sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 2, 4, 6, dan 15 atau 16 bulan. Bila terlambat diberikan, semisal hingga usia 5 bulan belum diimunisasi, maka dapat diberikan di usia 6 bulan dan 15 atau 16 bulan.

2. Imunisasi PCV

Jenis imunisasi ini tergolong baru di Indonesia. PCV atau Pneumococcal Vaccine alias imunisasi pneumokokus memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit IPD (Invasive Peumococcal Diseases), yakni meningitis (radang selaput otak), bakteremia (infeksi darah), dan pneumonia (radang paru). Ketiga penyakit ini disebabkan kuman Streptococcus Pneumoniae atau Pneumokokus yang penularannya lewat udara. Gejala yang timbul umumnya demam tinggi, menggigil, tekanan darah rendah, kurang kesadaran, hingga tak sadarkan diri. Penyakit IPD sangat berbahaya karena kumannya bisa menyebar lewat darah (invasif) sehingga dapat memperluas organ yang terinfeksi. Diperlukan imunisasi Pneumokukus untuk mencekal penyakit ini.

Usia & JumlahPemberiaan : Dapat diberikan sejak usia 2 bulan, kemudian berikutnya di usia 4 dan 6 bulan. Sedangkan pemberian ke-4 bisa dilakukan saat anak usia 12-15 bulan atau ketika sudah 2 tahun. Bila hingga 6 bulan belum divaksin, bisa diberikan di usia 7-11 bulan sebanyak dua dosis dengan interval pemberian sedikitnya 1 bulan. Dosis ke-3 dapat diberikan pada usia 2 tahun. Atau hingga 12 bulan belum diberikan, vaksin bisa di berikan di usia 12-23 bulan sebanyak dua dosis dengan interval sedikitnya bulan.

3. Imunisasi MMR

Memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit Mumps (gondongan/parotitis), Measles (campak), dan Rubella (campak Jerman). Terutama buat anak perempuan, vaksinasi MMR sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya rubela pada saat hamil. Sementara pada anak lelaki, nantinya vaksin MMR mencegah agar tak terserang rubela dan menulari sang istri yang

Page 23: At a Glance Immunization, Vina

mungkin sedang hamil. Penting diketahui, rubela dapat menyebabkan kecacatan pada janin. Sayangnya, kini banyak orangtua ragu mengimunisasikan anaknya lantaran tersebar berita bahwa imunisasi MMR menyebabkan autisme pada anak. Padahal, sampai saat ini belum ada pembuktian secara ilmiah mengenai keterkaitan antara MMR dan autisme. Jadi, mengapa harus takut ?

Usia & JumlahPemberiaan : Diberikan 2 kali, yaitu pada usia 15 bulan dan 6 tahun. Jika belum mendapat imunisasi campak di usia 9 bulan, maka MMR dapat diberikan di usia 12 bulan, dan diulangi pada umur 6 tahun.

4. Imunisasi Influenza

Vaksin influenza ini berasal dari virus Influenza, dimana yang diambil antigen permukan, antigen internal dan protein virus-nya saja, sehingga vaksin ini mempunyai imunogenisitas tinggi dengan reaksi samping yang minimal. Masing-masing vaksin berisi 3 jenis strain virus Influenza (biasanya terdiri dari 2 tipe A dan 1 tipe B) yang diseleksi setiap tahunnya sesuai dengan rekomendasi dari WHO.

Vaksinasi influenza, sekitar 70-90% efektif dalam mencegah sakit, tergantung dari lama dan intensitasmusim flu dan kondisi kesehatan anda. Dalam beberapa kasus, orang yang mendapat vaksinasi flu masihdapat terkena flu tetapi mereka mendapat sedikit bentuk virulen yang menyebabkan sakit dan yangpaling penting mereka memiliki risiko yang tinggi terhadap komplikasi akibat flu (terutama radang paru-paru, serangan jantung, stroke, dan kematian)

Vaksin flu memiliki dua bentuk sediaan:1. Injeksi.Injeksi flu mengandung vaksin yang berasal dari virus mati. Injeksi biasa diberikan pada lengan, injeksi initidak akan menyebabkan anda sakit flu tapi membuat tubuh anda mengembangkan antibodi yangdibutuhkan untuk mencegah virus influenza. Anda mungkin mendapat reaksi ringan akibat injeksi sepertirasa sakit pada tempat suntikan, nyeri otot ringan atau demam.

2. Semprot hidung (nasal spray).Diberikan melalui hidung, vaksin semprot hidung mengandung dosis kecil virus flu hidup yang telahdilemahkan. Vaksin tidak menyebabkan flu tetapi mendorong respon kekebalan dalam hidung dan salurannapas bagian atas kemudian di seluruh tubuh.

Page 24: At a Glance Immunization, Vina

Di Indonesia, pemberian vaksin ini bisa dilakukan sepanjang tahun, tetapi berdasarkan rekomendasivaksinasi IDAI dianjurkan pada bulan September – Oktober . Vaksinasi Influenza adalah vaksinasi tahunan,karena itu harus diulang setiap tahun mengikuti perubahan virus influenza yang berubah ubah.

5. Imunisasi Tifoid

Vaksin demam tifoid oral

Vaksin ini dibuat dari kuman Salmonella typhi galur non pathogen yang telah dilemahkan.

Kemasan dalam bentuk kapsul, untuk anak berusia 6 tahun atau lebih. Kapsul harus ditelan uth dan tidak boleh dibuka karena kuman dapat mati oleh asam

lambung. Imunisasi ulangan diberikan tiap 5 tahun. Vaksin tidak boleh diberikan bersamaan dengan antibiotic, sulfonamide, atau antimalaria

yang akti terhadap salmonella. Daya proteksi vaksin ini hanya 50-80%, maka sesudah divaksinasipun dianjurkan untuk

melakukan seleksi pada makana dan minuman. Cara pemberian 1 kapsul vaksin dimakan tiap hari ke 1, 3 dan 5, 1 jam sebelum makan

dengan minuman yang tidak lebih dari 37 derajat C.

Vaksin Polisakarida parenteral

Susunan vaksin polisakarida setiap 0,5 ml mengandung kuman Salmonella typhi, polisakarida 0, 025 mg, fenol dan larutan buffer yang mengandung natrium klorida, disodium fosfat, monosodium fosfat dan pelarut untuk suntikan.

Kadaluwarsa dalam waktu 3 tahun Pemberian secara intramuscular atau subkutan pada daerah deltoid atau paha. Imunisasi ulangan tiap 3 tahun. Reaksi samping local berupa demam, nyeri kepala, pusing, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri

perut. Indikasi kontra: alergi terhadap bahan bahan dalam vaksin. Daya proteksi 50-80% Penyimpanan pada suhu 2- 8 derajat C, jangan dibekukan

6. Imunisasi HPV

Serviks adalah bagian bawah rahim yang berhubungan langsung dengan vagina. Kanker serviks disebabkan oleh virus Human Papilloma Virus (HPV. Sebagai salah satu organ reproduksi, letak leher rahim memang paling terekspos dengan dunia luar. Berbagai faktor dianggap sebagai kofaktor (faktor yang menyertai) terjadinya kanker serviks, antara lain drugs without prescription multiparitas, merokok, kontrasepsi hormonal, penyakit hubungan seksual, dan faktor nutrisi. Saat ini di negara maju, kanker serviks sudah mengalami penurunan berkat program deteksi dini melalui pap smear. Metode itu berhasil menurunkan tingkat kematian hingga 50%.

Page 25: At a Glance Immunization, Vina

Mengapa vaksinasi?

Selama ini dalam dunia medis, vaksinasi dianggap cara yang paling efektif untuk mencegah inkubasi virus di dalam tubuh manusia, termasuk human papilloma virus (HPV), virus penyebab kanker serviks (leher rahim). Sama seperti imunisasi yang selama ini dikenal. Di dalam tubuh vaksinasi yang diberikan melalui suntikan ini akan membentuk sistem kekebalan tubuh dan pertahanan terhadap masuknya virus HPV ke dalam leher rahim. Dengan demikian, virus HPV tidak akan bisa masuk apalagi tumbuh dan membesar di dalam tubuh

Kapan tepat dilakukan?

Imunisasi HPV akan diberikan pada perempuan usia 12-14 tahun, melalui suntikan sebanyak tiga kali berturut-turut di bagian lengan setiap dua bulan sekali dan dilakukan pengulangan satu kali lagi pada sepuluh tahun kemudian. Kemudahan dalam hal pemberian vaksin dan tingginya angka keberhasilan menjadi keunggulan pencegahan metode ini.

Sayangnya, pencegahan melalui vaksinasi ini memiliki kelemahan dari segi biaya karena relatif mahal. Hal ini disebabkan karena teknologi rekombinan yang digunakan untuk memroduksi vaksin adalah teknologi biologi molekuler yang masih sangat mahal. Vaksin HPV dapat bekerja secara efektif di dalam tubuh perempuan di semua umur, namun dengan catatan perempuan tersebut belum pernah terekspos atau terinfeksi oleh HPV.

Read more: http://doktersehat.com/2009/12/03/imunisasi-hpv-untuk-mencegah-kanker-leher-rahim/#ixzz1OJnYMHrC

Imunisasi: investasi kesehatan masa depan

Imunisasi memiliki arti yang signifikan namun sering terlupakan

Pada tanggal 19 -21 November 2010, Ikatan Dokter Anak Indonesia melalui Satgas Imuniasasi IDAI dan bekerjasama dengan IDAI Cabang Jakarta menyelenggarakan Simposium mengenai imunisasi dengan tema : Imunisasi, investasi kesehatan masa depan.

Imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit.

Page 26: At a Glance Immunization, Vina

Di samping itu, dengan imunisasi anak akan terhindar dari penyakit infeksi yang berbahaya, maka mereka memiliki kesempatan untuk beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu dengan masalah kesehatan. Namun demikian sampai saat ini masih terdapat masalah-masalah dalam pemberian imunisasi, antara lain pemahaman orangtua yang masih dirasakan kurang pada sebagian masyarakat, mitos yang salah tentang imunisasi, sampai jadwal imunisasi yang terlambat. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan kerja sama yang lebih erat lagi antara masyarakat (orang tua0, petugas kesehatan, pemerintah, LSM, maupun akademisi. Keberhasilan upaya imunisasi telah terbukti dapat menyelamatkan jiwa manusia dari penyakit infeksi berat seperti polio, difteri, pertusis, tetanus, campak dan hepatitis, dll,” dikatakan dr.Badriul Hegar, SpA(K), Ketua Umum PP-IDAI.

Pada kesempatan yang sama, dr. Toto Wisnu Hendrarto, SpA, Ketua Panitia Simposium mengatakan, ”Data terakhir WHO, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per tahun akibat penyakita imunisasi yang dapat dicegah dengan imunisasi, misalnya: batuk rejan 294.000 (20%), Tetanus 198.000 (14%), Campak 540.000 (38%). Di Indonesia sendiri, Unicef mencatat sekitar 30.000-340.000 anak di Indonesia setiap tahun meninggal karena serangan campak, ini berarti setiap dua puluh menit seorang anak Indonesia meninggal karena campak.

Dr. Theresia Sandra Dyah Ratih, Kasubdit Imunisasi Ditjen P2ML Kemenkes RI mengemukakan, ”Saat ini pemberian imunisasi untuk masyarakat dilakukan di tempat2 pelayanan kesehatan seperti rumah sakit , klinik bersalin,  puskesmas, posyandu, dan juga praktek dokter swasta. Setiap tahun dilayani imunisasi rutin kepada sekitar 4, 5 juta (4.485.000) anak usia 0-1 tahun (diberikan vaksin BCG satu klai, Polio empat kali ,DPT/HB tiga kali dan campak pada usia 9 bulan satu kali),  imunisasi BIAS  (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) campak dan Tetanus Difter pada anak kelas satu  anak kelas dua dan tiga imunisasi Td (tetanus difteri),  dengan sasaran sekitar 12.521.944 anak sekolah (kelas satu sampai tiga)  dan Ibu Hamil 4, 9 juta (4,933.500) ibu hamil  dari  sekitar 74 juta (74.983.674) WUS (Wanita Usai Subur) untuk sasaran vaksin TT (Tetanus Toxoid)”.

“Sasaran yang telah disebutkan tadi belum termasuk adanya suatu pemberian imunisasi tambahan (SIA/ Suplement Immunization Activity) misalnya , pelaksanaan PIN (pekan Imunisasi Nasional) pada saat terjadi Kejadian Luar Biasa polio,  crash program campak pada daerah risiko terjadi campak ,  imunisasi Td pada anak sekolah kelas empat, lima dan enam SD didaerah-daerah risiko terjadinya kejadian luar biasa penyakit difteri di Jawa Timur,”lanjutnya.

Lebih lanjut dikemukakan dr. Theresia “Untuk mencapai cakupan yang tinggi dan merata disetiap daerah, tentunya  tidak bisa bekerja sendiri, sangat dibutuhkan kemitraaan dengan pihak profesional seperti antara lain dengan para petugas medis lainnya. Perawat, bidan ,  dokter umum maupun para dokter anak untuk turut  mebantu memberikan pelayanan dan penjelasan kepada masyarakat pentingnya  imunisasi”.

Hambatan dari program imunisasi antara lain karena geografis negara Indonesia terdiri dari pulau2, ada yang sangat sulit dijangkau, sehingga pelayanan imunisasi tidak dapat dilakukan setiap bulan, perlu upaya-upaya  khusus didaerah  dan pendekatan luar biasa pada kawasan  strategis , perkotaan, pedesaan dan khusunya kawasan terisolir untuk mencapai sasaran,   

Page 27: At a Glance Immunization, Vina

kemitraan dengan program kesehatan lainnya seperti pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak),  gizi, UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).  Khususnya hambatan yang berupa rumor dan isu-isu negatif tentang imunisasi , maka kepada para profesional inilah kami mohon bantuannya untuk memberikan informasi bahwa vaksin yang disediakan oleh pemerintah  aman telah melalui tahapan-tahapan uji klinik dan izin edar dari BPOM. Vaksin yang dipakai oleh program imunisasi juga sudah mendapat pengakuan dari Badan International WHO dan lolos PQ (praqulaifikasi).

Imunisasi campak sebagai tolok ukur kelengkapan imunisasi, dimana cakupan imunisasi campak tahun 2009 dilaporkan mencapai 92,1 % masih belum merata masih ada daerah kantong-kantong yang cakupan imunisasi rendah sehingga dapat menimbulkan kejadian luar biasa. Cakupan imunisasi tahun ini yang telah dilaporkan sampai bulan Agustus/September baru mencapai 66,1 %.

“Kedepan kita akan terus menggiatkan kampanye imunisasi agar supaya seluruh anak Indonesia akan mmendapatkan pelayanan imunisasi yang lengkap, sehingga anak-anak imdonesia memiliki kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan kematian dan kecacatan. Hal ini akan membantu percepatan pencapaian MDG-4. (Milenium Develpoment Goal point 4)” demikian dijelaskan dr. Theresia.

“ Sebagai penerus bangsa, anak Indonesia harus sehat secara fisik maupun mental, imunisasi adalah pilihan terbaik untuk mencegah penyakit. Pemerintah dan orang tua berkewajiban memberi upaya kesehatan terbaik demi tumbuh kembang anak, “ dikatakan Prof. DR. Dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sp.A (K), Ketua Satgas Imunisasi IDAI.”Terdapat beberapa hal yang menghalangi dilakukannya imunisasi pada bayi antara lain sulitnya menjangkau populasi yang tidak dapat terakses fasilitas kesehatan, menolak imunisasi, imunisasi yang terlambat, imunisasi ulangan tidak diberikan, persepsi negatif terhadap imunisasi, bahkan pemikiran bahwa imunisasi dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya yang seharusnya orangtua lebih takut kepada penyakitnya daripada efek samping yang pada umumnya ringan, kegagalan vaksin-vaksin baru dan karena takut pada keamanan imunisasi,” tambahnya.

”Hal yang penting diperhatikan adalah keteraturan dalam pemberian imunisasi. Jadwal disesuaikan dengan kelompok umur yang paling banyak terjangkit penyakit tersebut. Hasil dari beberapa penelitian melaporkan bahwa kadar kekebalan (antibodi) yang terbentuk pada bayi lebih baik daripada anak yang lebih besar, maka sebagian besar vaksin diberikan pada umur enam bulan pertama kehidupan. Beberapa jenis vaksin memerlukan pemberian ulangan setelah umur satu tahun, untuk mempertahankan untuk mempertahankan kadar antibodi dalam jangka waktu lama,” ditekankan Prof.Sri Rezeki .

Sementara itu, Prof. Dr. dr. IGN  Gde Ranuh, SpA (K) mengatakan, “Masyarakat seringkali sangat khawatir akan efek samping dari imunisasi seperti pegal-pegal dan demam daripada penyakitnya sendiri dan komplikasinya dari penyakit campak yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Misalnya anak yang terkena campak akan mengalami demam tinggi yang berpotensi menimbulkan kejang untuk anak yang mempunyai riwayat kejang demam dan dapat mengalami radang paru atau radang otak sebagai komplikasi campak. Sedangkan beratnya demam akibat imunisasi campak tidak seberapa apabila dibandingkan penyakitnya.”

Page 28: At a Glance Immunization, Vina

“Reaksi simpang imunisasi dapat disebabkan karena faktor penyimpanan yang kurang memperhatikan sistem ‘rantai dingin’ (cold chain), cara menyuntiknya karena ada vaksin yang harus disuntikkan ke dalam otot tapi ada juga yang ke lemak. Reaksi simpang setelah imunisasi dapat ditemukan reaksi umum (sisteik) sepeti demam ringan stelah imunisasi DPT , demam itu sendiri adalah suatu reaksi tubuh ketika membentuk kekeebalan , untuk mengurangi rasa demam dan tidak nyaman bisa diberikan obat penurun panas”lanjutnya.“Masa depan bangsa Indonesia ditentukan oleh anak-anak yang sehat. Anak-anak yang sehat akan mencipatakan dunia yang sehat. Untuk itu, jagalah kesehatan anak-anak sejak dini dengan memberikan imunisasi” tutupnya.

Dikutip dari Press release Simposium : Imunisasi, investasi kesehatan masa depan pada tanggal  19 November 2010,

PROGRAM IMUNISASI DAN PENGEMBANGAN VAKSIN (VAKSINASI)

Pokok Masalah dan Tantangan :

Indonesia memulai akselerasi upaya penghapusan polio di tahun 1995 dengan Hari Imunisasi Nasional yang pertama, sebuah jaringan pengamatan AFP dan tiga laboratorium polio. Sejak itu Indonesia telah membuat kemajuan yang mantap menuju pencapaian gol dari penghapusan polio. Tidak ada wild virus yang telah diisolasikan di Indonesia sejak tahun 1995.

Meskipun dengan kemajuan yang mengesankan ini, krisis ekonomi yang menimpa Asia Tenggara dan desentralisasi pemerintahan mempengaruhi pelayanan imunisasi rutin secara besar. Di dalam sebuah negara yang besar seperti Indonesia, data di tingkat nasional sering menyembunyikan propinsi dan daerah dengan kinerja yang buruk. Daerah-daerah ini umumya lebih terpencil, mengalami konflik yang sedang berjalan dan/atau menghadapi hambatan dalam anggaran belanjanya untuk menyelenggarakan program EPI. Selanjutnya, bahkan dengan perkiraan jangkauan OPV3 yang sekarang ini adalah 80% dan keefektifan untuk 3 dosis OPV dari 80% hanya sekitar 64% (0,8 x 0,8) bayi dalam setiap kelompok bayi yang lahir setiap tahunnya benar-benar terlindungi dari polio. Indikator pengamatan AFP juga mulai terputus-putus. Sampai dengan bulan Mei 2001, tingkat AFP non-polio tahunannya telah menurun di bawah satu, menjadi 0,82 dari 1,26 di tahun 1998. Ini meningkatkan kemungkinan bahwa wild virus atau VDPV memiliki potensi untuk terjadi di daerah yang rendah jangkauan OPV-nya dan tetap tidak terdeteksi.

Berdasarkan informasi ini, Kelompok Penasihat Teknis dalam pertemuannya di Myanmar di bulan Mei 2001 merekomendasikan bahwa Indonesia melaksanakan Hari Imunisasi Nasional di tahun 2002.

Berikutnya, dengan dukungan finansiil dan teknis dari sumber eksternal, Departemen Kesehatan dan WHO, Pemerintah Indonesia melaksanakan Hari Imunisasi Nasional yang berhasil pada tanggal 12 September sampai dengan 9 Oktober 2002. Keberhasilan ini dicapai meskipun ada

Page 29: At a Glance Immunization, Vina

banyak keganjilan - sangat pendeknya lead-time untuk persiapan, sistem desentralisasi yang baru dicanangkan oleh pemerintah, dan tidak meratanya arus dana ke beberapa propinsi.

Dengan target perkiraan sekitar 20,9 juta anak balita, mereka mendapatkan laporan jangkauan sebesar 103% dari 104% dari kedua putaran. Dengan disebarkannya 38 petugas pengamat yang didukung oleh WHO, tingkat AFP non polio meningkat sedikit menjadi 1,23 di tahun 2002, namun mulai turun lagi di tahun 2003 (0,99 di bulan November 2002). Peninjauan kembali pengamatan gabungan antara nasional dan internasional AFP yang diselenggarakan di bulan Juni 2003 menyatakan keprihatinan yang serius pada turunnya kualitas pengamatan dan membuat beberapa rekomendasi pokok:

Struktur pengamatan dengan jaringan petugas pengamat perlu dipelihara sedikitnya selama 3-5 tahun ke depan. Pemerintah pusat harus menjamin sertifikat pengamatan standar. Ini akan membutuhkan pengawasan dan bantuan teknis terhadap petugas pengamat yang ditingkatkan.

Pengamatan cacar dan Neonatal Tetanus dapat digabungkan dengan pengamatan AFP. Memperbaiki ketrampilan staf pengamat di propinsi dan daerah dalam hal penyelidikan

dan tindakan lanjut dan dalam penggunaan data pengamatan untuk pembuatan keputusan.

Dengan menganggap bahwa perbaikan ini dapat dipertahankan, Pemerintah mungkin tidak perlu melakukan Kegiatan Imunisasi Pelengkap tambahan untuk polio selama dua tahun ke depan.

Sasaran :

Mencapai dan memelihara Indonesia bebas polio.

PROGRAM IMUNISASI DAN PENGEMBANGAN VAKSIN 2

Pokok Masalah dan Tantangan :

Vaksin campak diperkenalkan ke dalam program EPI di tahun 1984. WHO SEARO memperkirakan bahwa ada sekitar 38.000 kematian akibat campak per tahunnya di Indonesia. Indonesia telah menetapkan tujuan dari Imunisasi Anak Universal (Universal Childhood Immunization/ UCI); jangkauan vaksin campak yang 80% digunakan sebagai indikator tujuan ini. Sejak tahun 1992, jangkauan vaksin campak yang dilaporkan berada di kisaran 28-90%, meskipun Susenas yang paling terakhir 2002-03 memperkirakan bahwa jangkauan hanya akan sebesar 71,6% dengan variasi kota-desa yang signifikan (kota 78%, desa 66%). Selanjutnya, proporsi dari desa-desa yang mendapat jangkauan >80% telah menurun secara mantap di tahun-tahun terakhir.

Upaya-upaya telah dibuat untuk mencapai desa-desa yang "berisiko tinggi" dengan kegiatan vaksin campak pelengkap. Sebuah desa yang "berisiko tinggi" dijabarkan sebagai desa yang tidak mencapai UCI (<80% jangkauan campak) selama tiga tahun berturut-turut. Kegiatan-

Page 30: At a Glance Immunization, Vina

kegiatan ini disebut "vaksinasi kilat". Semua anak yang berusia 6 - 59 bulan ditargetkan untuk vaksinasi campak. Di tahun 2002, 25% dari semua penduduk desa ditargetkan untuk "vaksinasi kilat" ini selama Hari Imunisasi Nasional polio. Jangkauan yang dilaporkan dari desa-desa ini adalah 78% dibandingkan dengan polio yang hampir 100%.

Strategi vaksinasi yang lengkap dan jangka panjang diperlukan untuk memecahkan dan memelihara pemecahan sirkulasi virus campak. Strategi ini harus mengikutsertakan kegiatan-kegiatan vaksinasi untuk mengurangi secara mencolok dan mempertahankan tingkat kerentanan di anak-anak usia pra-sekolah dan usia sekolah. Namun demikian, imunisasi campak yang rutin tetap menjadi dasar dari pengurangan kematian akibat campak yang berkesinambungan serta strategi untuk menghapuskan campak.

Untuk mencapai penghapusan campak, dengan tingkat jangkauan vaksinasi kini dan wabah campak yang sekarang ini, akan menjadi penting untuk mempersiapkan kesempatan kedua untuk imunisasi campak untuk semua anak berusia 9 - 54 bulan, bukan hanya bagi mereka yang tinggal di desa-desa yang tinggi risikonya.

Kualitas pengawasan campak adalah komponen penting dari strategi penghapusan campak. Pemerintah Indonesia berencana untuk menyelenggarakan pengawasan AFP, campak dan NT yang terpadu dimulai di tahun 2004 dan ada 4 laboratorium campak yang sedang dibangun.

Sasaran :

Menyediakan bantuan yang cukup untuk menjalankan strategi:

Untuk mencapai pengurangan yang berkesinambungan dalam kematian akibat campak, Untuk memecahkan penularan di daerah-daerah dimana tujuan penghapusan campak

telah ditetapkan, Untuk mencapai penghapusan Maternal dan Neonatal Tetanus.

PROGRAM IMUNISASI DAN PENGEMBANGAN VAKSIN 3

Pokok Masalah dan Tantangan :

Untuk menjamin kualitas vaksin, Indonesia telah meletakkan suatu sistem pendaftaran produk dan fasilitas produk, pengawasan kinerja vaksin di kondisi lapangan dan tunduk pada GMP (Good Manufacturing Practices) dan evaluasi data klinis percobaan dalam mendaftarkan keputusan. National Regulatory Authority (NRA) yang kompeten dan berfungsi secara independen telah hadir.

Kualitas vaksin yang diberikan kepada anak-anak juga tergantung pada kualitas dari cold chain dan pengelolaannya dalam hal penyimpanan dan transportasi dari pabrik ke sesi vaksinasi. Sebuah studi di tahun 2001-2002 oleh PATH dan DepKes memperlihatkan bahwa 75% dari

Page 31: At a Glance Immunization, Vina

vaksin Indonesia mungkin telah terpapar ke suhu yang membeku selama distribusi. Ini dapat mempengaruhi potensi dari vaksin yang peka terhadap pembekuan seperti HB, TT, DPT dan DT. Banyak dari teknisi cold chain yang kini dalam pekerjaannya telah bekerja selama beberapa tahun dan mungkin mereka memerlukan pelatihan penyegaran dengan prosedur/ panduan operasi yang telah diperbarui. Maka, kegiatan prioritas selama dua tahun berikut adalah untuk mendapatkan penilaian dari pengelolaan cold chain, pedoman/ prosedur pengoperasian yang direvisi dan pelatihan penyegaran bagi staf cold chain.

Sasaran :

Menjamin kualitas vaksin.

PROGRAM IMUNISASI DAN PENGEMBANGAN VAKSIN 4

Pokok Masalah dan Tantangan :

Indonesia telah menetapkan kebijakan penyuntikan yang aman dan menggunakan hanya jarum suntik AD untuk imunisasi dan meningkatkan penggunaan jarum suntik AD dan jarum suntik sekali pakai (disposable) untuk perawatan kuratif juga. Ini dengan menggunakan jarum suntik dari Uniject untuk Hepatitis B dosis pada saat baru lahir dan jarum suntik AD untuk dosis lainnya dengan menggunakan dana dari GAVI. Namun, ini belum mengadopsi kebijakan nasional akan pembuangan yang aman dari barang-barang tajam dan jarum.

WHO akan mendukung inisiatif untuk mengembangkan sebuah kebijakan nasional untuk pembuangan yang aman dari barang tajam dan jarum dan membantu menerapkan kebijakan tersebut melalui sokongan dan panduan teknis.

Pemerintah Indonesia juga menerapkan suatu sistem pengawasan dan investigasi yang tepat untuk Adverse Event Following Immunization (AEFI) (Kejadian yang Merugikan Setelah Imunisasi).

Sasaran :

Menjamin keamanan imunisasi.

PROGRAM IMUNISASI DAN PENGEMBANGAN VAKSIN 5

Pokok Masalah dan Tantangan :

Page 32: At a Glance Immunization, Vina

Indonesia dilaporkan 78% dari daerahnya melaporkan 85% jangkauan di tahun 2000, turun dari 90% daerah yang melaporkan 80% jangkauan di tahun 1999.

Dengan desentralisasi dana dan otoritas, ada kekurangan kejelasan pada peranan dan tanggung jawab dari pembuatan keputusan yang telah pindah ke daerah. Ini mengakibatkan pengaruh yang merugikan pada EPI dan pada pelayanan kesehatan lainnya karena kurangnya panduan yang jelas dan kurangnya ketrampilan teknis/ mengelola di antara para staf daerah. Maka, adanya kebutuhan yang mendesak untuk memperkuat kapasitas pengelolaan dan teknis dari pengelola EPI di tingkat daerah dan propinsi. GAVI telah memberikan bantuan sebesar $40 juta untuk memperkenalkan vaksin Hep B dalam EPI rutin dan untuk memperkuat pelayanan imunisasi ($12 juta).

Maka dari itu, tujuan dari dukungan WHO adalah akan menyediakan panduan teknis yang cukup tentang penggunaan dana GAVI secara efektif untuk memperkuat rutin EPI. Rencananya termasuk dua komponen.

Seorang konsultan nasional yang didukung oleh WHO untuk memberikan bantuan teknis dalam penggunaan dana GAVI secara efektif.

Pengembangan model di tingkat daerah/ propinsi akan pengumpulan, analisa dan penggunaan data imunisasi untuk pembuatan keputusan dan perbaikan program.

Sasaran :

Memperkuat sistem pelaporan.

http://www.who.or.id/ind/ourworks.asp?id=ow5