Top Banner
ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR BERSTATUS GIZI LEBIH DI KOTA BOGOR DIAN TIRTA ANNISA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
61

ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

Mar 28, 2019

Download

Documents

nguyendieu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

ASUPAN ENERGI ZAT GIZI DAN SERAT SERTA

AKTIVITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR BERSTATUS

GIZI LEBIH DI KOTA BOGOR

DIAN TIRTA ANNISA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul ―Asupan Energi Zat

Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di

Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor

Bogor Maret 2014

Dian Tirta Annisa

NIM I14090102

________________________

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak

luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

ABSTRAK

DIAN TIRTA ANNISA Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik

Siswa Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor Dibimbing oleh SITI

MADANIJAH

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asupan energi zat gizi dan

aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih dan korelasi antara asupan

energi dan zat gizi aktivitas fisik serta karakteristik keluarga siswa dengan status

gizi IMTU Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah subjek

penelitian sebanyak 99 subjek Asupan energi protein lemak dan karbohidrat

anak sekolah dasar berstatus gizi lebih berturut-turut adalah 1777 kkal 57 g 53 g

dan 340 g Sebagian besar siswa mengalami defisit energi lemak kalsium fosfor

vitamin A vitamin C dan serat sedangkan asupan protein karbohidrat dan besi

tergolong cukup Siswa berstatus gizi lebih sebagian besar memiliki gaya hidup

dengan aktivitas ringan atau sedentary Tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara asupan energi dan zat gizi makro dengan status gizi IMTU siswa (pgt005)

Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi IMTU dengan tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu (plt005)

Kata kunci aktivitas fisik asupan gizi gizi lebih siswa sekolah dasar

ABSTRACT

DIAN TIRTA ANNISA Energy Nutrient and Dietary Fiber Intake and Physical

Activity of Overweight and Obese Elementary School Student in Bogor

Supervised by SITI MADANIJAH

This study were aimed to analyze energy nutrient intake and physical

activity of overweight and obese elementary school student and correlation

between energy nutrient intake physical activity and family characteristics of

students with nutritional status BMIU A cross sectional study of 99 subjects was

conducted The intake of energy protein fat and carbohydrate was 1777 kcal 57

g 53 g and 340 g Most of the students were deficit of energy fat calcium

phosporus vitamin A vitamin C and fiber while protein carbohydrate and iron

were adequate Physical activity levels of students classified mostly light or

sedentary activity There was no significant relationship between energy and

macronutrients intake with BMIU (Pgt 005) There was a significant correlation

between the nutritional status of IMTU with a family income level fathers

education and maternal education (plt005)

Keywords elementary school student nutrient intake overweight and obesity

physical activity

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

ASUPAN ENERGI ZAT GIZI DAN SERAT SERTA

AKTIVITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR BERSTATUS

GIZI LEBIH DI KOTA BOGOR

DIAN TIRTA ANNISA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa

Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor

Nama Dian Tirta Annisa

NIM I14090102

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Siti Madanijah MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan

Ketua Departemen

Tanggal Lulus

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

Nama NIM

an Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Se middotooa Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor

Dian Tna Annisa 11 9 O~

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Siti Madanijah MS Pembimbing

Ketua Departemen

T anggal L us 2U14

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa tarsquoala atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

―Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar

Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor dengan baik Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Gizi di Departemen Gizi

Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari

bantuan dari berbagai pihak Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Siti

Madanijah MS selaku dosen pembimbing tugas akhir yang senantiasa meluangkan

waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada

penulis sejak awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi Terima kasih

kepada Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani MSc selaku dosen pemandu seminar sekaligus

dosen penguji sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk

penyempurnaan skripsi ini Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr

Rimbawan selaku pembimbing akademik yang senantiasa meluangkan waktu dan

pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada penulis

sejak awal perkuliahan hingga akhir

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Jumroni dan Mardiana

selaku ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan

memberikan dukungan baik dukungan moral maupun dukungan materi selama

penulis menempuh pendidikan Terima kasih kepada adik-adik tersayang Mei

Dera Ayudia dan Divia Salsabila yang selalu mendoakan dan memberikan

semangat Terima kasih kepada sahabat terbaik dan tersayang Karina Indah

Pertiwi Mega Seasty Handayani Erita Yunistisia Dikara Kirana Chairunnisa

Ardi Yoansah dan Barli Abiyoga atas dukungan semangat dan bantuannya

Teman-teman Gizi Masyarakat 46 yang telah membantu sejak awal masa

perkuliahan di departemen hingga penyelesaian tugas akhir serta teman-teman

Keluarga Mahasiswa Lampung Annafi Widya Herdiarti Destika Iswarawati Nur

Cahaya Aditya Aji Agung atas segala doa bantuan saran semangat motivasi

dan dukungannya selama ini

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini

Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan

selanjutnya Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk

pembaca

Bogor Maret 2014

Dian Tirta Annisa

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 4

Desain Tempat dan Waktu 4

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Karakteristik Siswa 11

Karakteristik Keluarga 13

Konsumsi Pangan 16

Asupan Energi dan Zat Gizi 18

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 23

Konsumsi dan Asupan Serat 27

Aktivitas Fisik 28

Status Gizi 30

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik Keluarga

dengan Status Gizi 32

SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 33

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 34

LAMPIRAN 37

RIWAYAT HIDUP 44

DAFTAR TABEL

1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9

3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11

5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi

sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14

8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah 15

9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16

11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-

kelompok pangan siswa 17

12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan akreditasi sekolah 18

13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin 19

14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah 23

15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis

kelamin 23

16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi makro 24

17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi mikro 26

18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat 27

19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat 27

20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29

22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31

24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32

26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga

pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik

siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40

3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas

menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini

menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus

bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi

baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa

pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara

nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa

Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit

multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO

menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup

sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan

teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya

aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh

Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola

makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia

terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)

Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia

lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya

dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi

anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut

karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari

lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian

Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa

mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya

Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang

mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber

serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari

Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih

tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian

selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi

makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan

serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan

telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan

serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar

begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30

gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan

rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa

asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam

banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat

Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat

energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan

ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang

2

mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih

sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan

air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah

(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik

untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada

siswa sekolah dasar di Kota Bogor

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-

pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut

1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih

(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status

gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga

dan besar keluarga)

2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa

yang mengalami gizi lebih

3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi

dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih

dengan tujuan khusus sebagai berikut

1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin

umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih

(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar

keluarga)

2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat

siswa yang mengalami gizi lebih

3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status

gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu

pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak

sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak

mereka

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan

tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi

lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari

dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan

keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan

serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta

besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat

rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi

menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga

kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan

pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan

yang di konsumsi anggota keluarga

Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh

akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses

metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-

beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang

dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak

kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya

Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan

kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak

sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada

tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan

sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti

aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)

akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan

sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo

2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status

kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya

status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi

buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status

gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini

dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1

4

Keterangan

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

= hubungan yang dianalisis

= hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor

METODE

Desain Tempat dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang

dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian

dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini

Karakteristik Individu amp Keluarga

- usia jenis kelamin dan uang

saku

- pendidikan pekerjaan orangtua

pendapatan dan besar keluarga

Pengetahuan Gizi

Kebiasaan makan

Aktivitas Fisik

- Lama aktivitas

- Jenis aktivitas

Asupan Energi dan Zat Gizi

Status Gizi

Overweight

Obes

InfeksiStatus

kesehatan

Penyakit Degeneratif

5

menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan

Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang

dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food

and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada

bulan Agustus-September 2013

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan

perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau

adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD

berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota

Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan

pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah

SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di

kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik

kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut

Kecamatan Bogor selatan 4 SD

Kecamatan Bogor timur 2 SD

Kecamatan Bogor utara 3 SD

Kecamatan Bogor tengah 3 SD

Kecamatan Bogor barat 4 SD

Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD

Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan

serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari

dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan

pengambilan subjek

n = (119885120572 119909 119878

119889)

2

dengan

n = jumlah subjek yang akan diambil

Z = deviat baku normal = 196

S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12

d = presisi yang diinginkan = 15

maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis

kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden

perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden

sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya

Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang

menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak

99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes

(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi

subjek penelitian ini

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa

karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas

fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan

kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator

Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur

oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian

dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data

konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang

dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari

sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner

dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari

sekolah dan satu hari libur

Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik subjek

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Uang saku

Primer Pengisian kuesioner

oleh subjek

2 Karakteristik keluarga subjek

Pekerjaan orangtua

Pendapatan keluarga

Pendidikan orangtua

Besar keluarga

Primer Pengisian kuesioner

oleh ibu subjek

3 Konsumsi pangan siswa

Konsumsi harian (Recall 2

x 24 jam)

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

4 Antropometri

Berat badan (BB)

Tinggi badan (TB)

Primer Pengukuran berat

badan (kg) dan tinggi

badan (cm)

5 Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas

Alokasi waktu lama

aktivitas 2x24 jam

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

Sumber Madanijah et al (2013)

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang

meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada

grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur

menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas

timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian

angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi

badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar

alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata

7

tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat

pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner

coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan

diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi

data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan

diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office

excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan

data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda

T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk

menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan

program SPSS 160

Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan

umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil

perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight

(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh

dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian

dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan

program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari

berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan

makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference

Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)

Keterangan

Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan

BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)

Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan

kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per

orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi

terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan

jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini

rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)

Kej = Bj

100 x

BDDj

100 x Gj

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 2: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul ―Asupan Energi Zat

Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di

Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor

Bogor Maret 2014

Dian Tirta Annisa

NIM I14090102

________________________

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak

luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

ABSTRAK

DIAN TIRTA ANNISA Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik

Siswa Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor Dibimbing oleh SITI

MADANIJAH

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asupan energi zat gizi dan

aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih dan korelasi antara asupan

energi dan zat gizi aktivitas fisik serta karakteristik keluarga siswa dengan status

gizi IMTU Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah subjek

penelitian sebanyak 99 subjek Asupan energi protein lemak dan karbohidrat

anak sekolah dasar berstatus gizi lebih berturut-turut adalah 1777 kkal 57 g 53 g

dan 340 g Sebagian besar siswa mengalami defisit energi lemak kalsium fosfor

vitamin A vitamin C dan serat sedangkan asupan protein karbohidrat dan besi

tergolong cukup Siswa berstatus gizi lebih sebagian besar memiliki gaya hidup

dengan aktivitas ringan atau sedentary Tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara asupan energi dan zat gizi makro dengan status gizi IMTU siswa (pgt005)

Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi IMTU dengan tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu (plt005)

Kata kunci aktivitas fisik asupan gizi gizi lebih siswa sekolah dasar

ABSTRACT

DIAN TIRTA ANNISA Energy Nutrient and Dietary Fiber Intake and Physical

Activity of Overweight and Obese Elementary School Student in Bogor

Supervised by SITI MADANIJAH

This study were aimed to analyze energy nutrient intake and physical

activity of overweight and obese elementary school student and correlation

between energy nutrient intake physical activity and family characteristics of

students with nutritional status BMIU A cross sectional study of 99 subjects was

conducted The intake of energy protein fat and carbohydrate was 1777 kcal 57

g 53 g and 340 g Most of the students were deficit of energy fat calcium

phosporus vitamin A vitamin C and fiber while protein carbohydrate and iron

were adequate Physical activity levels of students classified mostly light or

sedentary activity There was no significant relationship between energy and

macronutrients intake with BMIU (Pgt 005) There was a significant correlation

between the nutritional status of IMTU with a family income level fathers

education and maternal education (plt005)

Keywords elementary school student nutrient intake overweight and obesity

physical activity

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

ASUPAN ENERGI ZAT GIZI DAN SERAT SERTA

AKTIVITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR BERSTATUS

GIZI LEBIH DI KOTA BOGOR

DIAN TIRTA ANNISA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa

Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor

Nama Dian Tirta Annisa

NIM I14090102

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Siti Madanijah MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan

Ketua Departemen

Tanggal Lulus

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

Nama NIM

an Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Se middotooa Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor

Dian Tna Annisa 11 9 O~

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Siti Madanijah MS Pembimbing

Ketua Departemen

T anggal L us 2U14

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa tarsquoala atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

―Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar

Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor dengan baik Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Gizi di Departemen Gizi

Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari

bantuan dari berbagai pihak Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Siti

Madanijah MS selaku dosen pembimbing tugas akhir yang senantiasa meluangkan

waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada

penulis sejak awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi Terima kasih

kepada Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani MSc selaku dosen pemandu seminar sekaligus

dosen penguji sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk

penyempurnaan skripsi ini Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr

Rimbawan selaku pembimbing akademik yang senantiasa meluangkan waktu dan

pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada penulis

sejak awal perkuliahan hingga akhir

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Jumroni dan Mardiana

selaku ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan

memberikan dukungan baik dukungan moral maupun dukungan materi selama

penulis menempuh pendidikan Terima kasih kepada adik-adik tersayang Mei

Dera Ayudia dan Divia Salsabila yang selalu mendoakan dan memberikan

semangat Terima kasih kepada sahabat terbaik dan tersayang Karina Indah

Pertiwi Mega Seasty Handayani Erita Yunistisia Dikara Kirana Chairunnisa

Ardi Yoansah dan Barli Abiyoga atas dukungan semangat dan bantuannya

Teman-teman Gizi Masyarakat 46 yang telah membantu sejak awal masa

perkuliahan di departemen hingga penyelesaian tugas akhir serta teman-teman

Keluarga Mahasiswa Lampung Annafi Widya Herdiarti Destika Iswarawati Nur

Cahaya Aditya Aji Agung atas segala doa bantuan saran semangat motivasi

dan dukungannya selama ini

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini

Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan

selanjutnya Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk

pembaca

Bogor Maret 2014

Dian Tirta Annisa

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 4

Desain Tempat dan Waktu 4

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Karakteristik Siswa 11

Karakteristik Keluarga 13

Konsumsi Pangan 16

Asupan Energi dan Zat Gizi 18

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 23

Konsumsi dan Asupan Serat 27

Aktivitas Fisik 28

Status Gizi 30

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik Keluarga

dengan Status Gizi 32

SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 33

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 34

LAMPIRAN 37

RIWAYAT HIDUP 44

DAFTAR TABEL

1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9

3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11

5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi

sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14

8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah 15

9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16

11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-

kelompok pangan siswa 17

12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan akreditasi sekolah 18

13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin 19

14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah 23

15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis

kelamin 23

16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi makro 24

17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi mikro 26

18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat 27

19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat 27

20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29

22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31

24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32

26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga

pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik

siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40

3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas

menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini

menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus

bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi

baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa

pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara

nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa

Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit

multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO

menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup

sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan

teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya

aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh

Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola

makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia

terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)

Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia

lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya

dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi

anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut

karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari

lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian

Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa

mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya

Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang

mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber

serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari

Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih

tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian

selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi

makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan

serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan

telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan

serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar

begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30

gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan

rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa

asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam

banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat

Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat

energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan

ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang

2

mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih

sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan

air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah

(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik

untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada

siswa sekolah dasar di Kota Bogor

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-

pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut

1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih

(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status

gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga

dan besar keluarga)

2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa

yang mengalami gizi lebih

3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi

dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih

dengan tujuan khusus sebagai berikut

1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin

umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih

(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar

keluarga)

2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat

siswa yang mengalami gizi lebih

3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status

gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu

pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak

sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak

mereka

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan

tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi

lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari

dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan

keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan

serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta

besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat

rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi

menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga

kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan

pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan

yang di konsumsi anggota keluarga

Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh

akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses

metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-

beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang

dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak

kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya

Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan

kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak

sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada

tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan

sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti

aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)

akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan

sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo

2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status

kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya

status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi

buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status

gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini

dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1

4

Keterangan

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

= hubungan yang dianalisis

= hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor

METODE

Desain Tempat dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang

dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian

dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini

Karakteristik Individu amp Keluarga

- usia jenis kelamin dan uang

saku

- pendidikan pekerjaan orangtua

pendapatan dan besar keluarga

Pengetahuan Gizi

Kebiasaan makan

Aktivitas Fisik

- Lama aktivitas

- Jenis aktivitas

Asupan Energi dan Zat Gizi

Status Gizi

Overweight

Obes

InfeksiStatus

kesehatan

Penyakit Degeneratif

5

menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan

Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang

dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food

and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada

bulan Agustus-September 2013

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan

perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau

adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD

berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota

Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan

pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah

SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di

kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik

kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut

Kecamatan Bogor selatan 4 SD

Kecamatan Bogor timur 2 SD

Kecamatan Bogor utara 3 SD

Kecamatan Bogor tengah 3 SD

Kecamatan Bogor barat 4 SD

Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD

Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan

serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari

dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan

pengambilan subjek

n = (119885120572 119909 119878

119889)

2

dengan

n = jumlah subjek yang akan diambil

Z = deviat baku normal = 196

S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12

d = presisi yang diinginkan = 15

maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis

kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden

perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden

sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya

Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang

menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak

99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes

(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi

subjek penelitian ini

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa

karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas

fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan

kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator

Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur

oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian

dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data

konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang

dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari

sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner

dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari

sekolah dan satu hari libur

Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik subjek

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Uang saku

Primer Pengisian kuesioner

oleh subjek

2 Karakteristik keluarga subjek

Pekerjaan orangtua

Pendapatan keluarga

Pendidikan orangtua

Besar keluarga

Primer Pengisian kuesioner

oleh ibu subjek

3 Konsumsi pangan siswa

Konsumsi harian (Recall 2

x 24 jam)

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

4 Antropometri

Berat badan (BB)

Tinggi badan (TB)

Primer Pengukuran berat

badan (kg) dan tinggi

badan (cm)

5 Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas

Alokasi waktu lama

aktivitas 2x24 jam

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

Sumber Madanijah et al (2013)

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang

meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada

grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur

menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas

timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian

angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi

badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar

alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata

7

tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat

pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner

coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan

diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi

data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan

diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office

excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan

data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda

T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk

menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan

program SPSS 160

Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan

umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil

perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight

(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh

dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian

dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan

program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari

berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan

makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference

Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)

Keterangan

Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan

BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)

Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan

kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per

orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi

terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan

jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini

rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)

Kej = Bj

100 x

BDDj

100 x Gj

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 3: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

ABSTRAK

DIAN TIRTA ANNISA Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik

Siswa Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor Dibimbing oleh SITI

MADANIJAH

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asupan energi zat gizi dan

aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih dan korelasi antara asupan

energi dan zat gizi aktivitas fisik serta karakteristik keluarga siswa dengan status

gizi IMTU Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah subjek

penelitian sebanyak 99 subjek Asupan energi protein lemak dan karbohidrat

anak sekolah dasar berstatus gizi lebih berturut-turut adalah 1777 kkal 57 g 53 g

dan 340 g Sebagian besar siswa mengalami defisit energi lemak kalsium fosfor

vitamin A vitamin C dan serat sedangkan asupan protein karbohidrat dan besi

tergolong cukup Siswa berstatus gizi lebih sebagian besar memiliki gaya hidup

dengan aktivitas ringan atau sedentary Tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara asupan energi dan zat gizi makro dengan status gizi IMTU siswa (pgt005)

Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi IMTU dengan tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu (plt005)

Kata kunci aktivitas fisik asupan gizi gizi lebih siswa sekolah dasar

ABSTRACT

DIAN TIRTA ANNISA Energy Nutrient and Dietary Fiber Intake and Physical

Activity of Overweight and Obese Elementary School Student in Bogor

Supervised by SITI MADANIJAH

This study were aimed to analyze energy nutrient intake and physical

activity of overweight and obese elementary school student and correlation

between energy nutrient intake physical activity and family characteristics of

students with nutritional status BMIU A cross sectional study of 99 subjects was

conducted The intake of energy protein fat and carbohydrate was 1777 kcal 57

g 53 g and 340 g Most of the students were deficit of energy fat calcium

phosporus vitamin A vitamin C and fiber while protein carbohydrate and iron

were adequate Physical activity levels of students classified mostly light or

sedentary activity There was no significant relationship between energy and

macronutrients intake with BMIU (Pgt 005) There was a significant correlation

between the nutritional status of IMTU with a family income level fathers

education and maternal education (plt005)

Keywords elementary school student nutrient intake overweight and obesity

physical activity

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

ASUPAN ENERGI ZAT GIZI DAN SERAT SERTA

AKTIVITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR BERSTATUS

GIZI LEBIH DI KOTA BOGOR

DIAN TIRTA ANNISA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa

Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor

Nama Dian Tirta Annisa

NIM I14090102

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Siti Madanijah MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan

Ketua Departemen

Tanggal Lulus

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

Nama NIM

an Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Se middotooa Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor

Dian Tna Annisa 11 9 O~

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Siti Madanijah MS Pembimbing

Ketua Departemen

T anggal L us 2U14

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa tarsquoala atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

―Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar

Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor dengan baik Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Gizi di Departemen Gizi

Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari

bantuan dari berbagai pihak Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Siti

Madanijah MS selaku dosen pembimbing tugas akhir yang senantiasa meluangkan

waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada

penulis sejak awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi Terima kasih

kepada Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani MSc selaku dosen pemandu seminar sekaligus

dosen penguji sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk

penyempurnaan skripsi ini Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr

Rimbawan selaku pembimbing akademik yang senantiasa meluangkan waktu dan

pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada penulis

sejak awal perkuliahan hingga akhir

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Jumroni dan Mardiana

selaku ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan

memberikan dukungan baik dukungan moral maupun dukungan materi selama

penulis menempuh pendidikan Terima kasih kepada adik-adik tersayang Mei

Dera Ayudia dan Divia Salsabila yang selalu mendoakan dan memberikan

semangat Terima kasih kepada sahabat terbaik dan tersayang Karina Indah

Pertiwi Mega Seasty Handayani Erita Yunistisia Dikara Kirana Chairunnisa

Ardi Yoansah dan Barli Abiyoga atas dukungan semangat dan bantuannya

Teman-teman Gizi Masyarakat 46 yang telah membantu sejak awal masa

perkuliahan di departemen hingga penyelesaian tugas akhir serta teman-teman

Keluarga Mahasiswa Lampung Annafi Widya Herdiarti Destika Iswarawati Nur

Cahaya Aditya Aji Agung atas segala doa bantuan saran semangat motivasi

dan dukungannya selama ini

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini

Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan

selanjutnya Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk

pembaca

Bogor Maret 2014

Dian Tirta Annisa

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 4

Desain Tempat dan Waktu 4

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Karakteristik Siswa 11

Karakteristik Keluarga 13

Konsumsi Pangan 16

Asupan Energi dan Zat Gizi 18

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 23

Konsumsi dan Asupan Serat 27

Aktivitas Fisik 28

Status Gizi 30

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik Keluarga

dengan Status Gizi 32

SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 33

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 34

LAMPIRAN 37

RIWAYAT HIDUP 44

DAFTAR TABEL

1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9

3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11

5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi

sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14

8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah 15

9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16

11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-

kelompok pangan siswa 17

12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan akreditasi sekolah 18

13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin 19

14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah 23

15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis

kelamin 23

16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi makro 24

17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi mikro 26

18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat 27

19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat 27

20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29

22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31

24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32

26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga

pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik

siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40

3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas

menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini

menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus

bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi

baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa

pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara

nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa

Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit

multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO

menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup

sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan

teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya

aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh

Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola

makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia

terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)

Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia

lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya

dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi

anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut

karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari

lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian

Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa

mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya

Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang

mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber

serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari

Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih

tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian

selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi

makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan

serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan

telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan

serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar

begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30

gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan

rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa

asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam

banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat

Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat

energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan

ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang

2

mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih

sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan

air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah

(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik

untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada

siswa sekolah dasar di Kota Bogor

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-

pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut

1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih

(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status

gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga

dan besar keluarga)

2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa

yang mengalami gizi lebih

3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi

dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih

dengan tujuan khusus sebagai berikut

1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin

umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih

(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar

keluarga)

2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat

siswa yang mengalami gizi lebih

3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status

gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu

pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak

sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak

mereka

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan

tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi

lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari

dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan

keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan

serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta

besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat

rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi

menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga

kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan

pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan

yang di konsumsi anggota keluarga

Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh

akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses

metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-

beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang

dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak

kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya

Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan

kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak

sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada

tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan

sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti

aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)

akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan

sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo

2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status

kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya

status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi

buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status

gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini

dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1

4

Keterangan

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

= hubungan yang dianalisis

= hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor

METODE

Desain Tempat dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang

dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian

dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini

Karakteristik Individu amp Keluarga

- usia jenis kelamin dan uang

saku

- pendidikan pekerjaan orangtua

pendapatan dan besar keluarga

Pengetahuan Gizi

Kebiasaan makan

Aktivitas Fisik

- Lama aktivitas

- Jenis aktivitas

Asupan Energi dan Zat Gizi

Status Gizi

Overweight

Obes

InfeksiStatus

kesehatan

Penyakit Degeneratif

5

menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan

Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang

dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food

and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada

bulan Agustus-September 2013

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan

perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau

adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD

berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota

Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan

pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah

SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di

kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik

kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut

Kecamatan Bogor selatan 4 SD

Kecamatan Bogor timur 2 SD

Kecamatan Bogor utara 3 SD

Kecamatan Bogor tengah 3 SD

Kecamatan Bogor barat 4 SD

Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD

Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan

serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari

dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan

pengambilan subjek

n = (119885120572 119909 119878

119889)

2

dengan

n = jumlah subjek yang akan diambil

Z = deviat baku normal = 196

S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12

d = presisi yang diinginkan = 15

maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis

kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden

perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden

sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya

Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang

menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak

99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes

(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi

subjek penelitian ini

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa

karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas

fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan

kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator

Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur

oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian

dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data

konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang

dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari

sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner

dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari

sekolah dan satu hari libur

Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik subjek

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Uang saku

Primer Pengisian kuesioner

oleh subjek

2 Karakteristik keluarga subjek

Pekerjaan orangtua

Pendapatan keluarga

Pendidikan orangtua

Besar keluarga

Primer Pengisian kuesioner

oleh ibu subjek

3 Konsumsi pangan siswa

Konsumsi harian (Recall 2

x 24 jam)

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

4 Antropometri

Berat badan (BB)

Tinggi badan (TB)

Primer Pengukuran berat

badan (kg) dan tinggi

badan (cm)

5 Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas

Alokasi waktu lama

aktivitas 2x24 jam

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

Sumber Madanijah et al (2013)

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang

meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada

grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur

menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas

timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian

angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi

badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar

alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata

7

tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat

pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner

coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan

diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi

data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan

diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office

excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan

data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda

T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk

menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan

program SPSS 160

Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan

umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil

perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight

(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh

dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian

dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan

program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari

berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan

makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference

Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)

Keterangan

Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan

BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)

Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan

kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per

orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi

terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan

jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini

rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)

Kej = Bj

100 x

BDDj

100 x Gj

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 4: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

ASUPAN ENERGI ZAT GIZI DAN SERAT SERTA

AKTIVITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR BERSTATUS

GIZI LEBIH DI KOTA BOGOR

DIAN TIRTA ANNISA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa

Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor

Nama Dian Tirta Annisa

NIM I14090102

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Siti Madanijah MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan

Ketua Departemen

Tanggal Lulus

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

Nama NIM

an Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Se middotooa Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor

Dian Tna Annisa 11 9 O~

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Siti Madanijah MS Pembimbing

Ketua Departemen

T anggal L us 2U14

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa tarsquoala atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

―Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar

Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor dengan baik Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Gizi di Departemen Gizi

Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari

bantuan dari berbagai pihak Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Siti

Madanijah MS selaku dosen pembimbing tugas akhir yang senantiasa meluangkan

waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada

penulis sejak awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi Terima kasih

kepada Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani MSc selaku dosen pemandu seminar sekaligus

dosen penguji sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk

penyempurnaan skripsi ini Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr

Rimbawan selaku pembimbing akademik yang senantiasa meluangkan waktu dan

pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada penulis

sejak awal perkuliahan hingga akhir

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Jumroni dan Mardiana

selaku ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan

memberikan dukungan baik dukungan moral maupun dukungan materi selama

penulis menempuh pendidikan Terima kasih kepada adik-adik tersayang Mei

Dera Ayudia dan Divia Salsabila yang selalu mendoakan dan memberikan

semangat Terima kasih kepada sahabat terbaik dan tersayang Karina Indah

Pertiwi Mega Seasty Handayani Erita Yunistisia Dikara Kirana Chairunnisa

Ardi Yoansah dan Barli Abiyoga atas dukungan semangat dan bantuannya

Teman-teman Gizi Masyarakat 46 yang telah membantu sejak awal masa

perkuliahan di departemen hingga penyelesaian tugas akhir serta teman-teman

Keluarga Mahasiswa Lampung Annafi Widya Herdiarti Destika Iswarawati Nur

Cahaya Aditya Aji Agung atas segala doa bantuan saran semangat motivasi

dan dukungannya selama ini

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini

Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan

selanjutnya Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk

pembaca

Bogor Maret 2014

Dian Tirta Annisa

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 4

Desain Tempat dan Waktu 4

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Karakteristik Siswa 11

Karakteristik Keluarga 13

Konsumsi Pangan 16

Asupan Energi dan Zat Gizi 18

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 23

Konsumsi dan Asupan Serat 27

Aktivitas Fisik 28

Status Gizi 30

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik Keluarga

dengan Status Gizi 32

SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 33

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 34

LAMPIRAN 37

RIWAYAT HIDUP 44

DAFTAR TABEL

1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9

3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11

5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi

sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14

8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah 15

9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16

11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-

kelompok pangan siswa 17

12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan akreditasi sekolah 18

13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin 19

14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah 23

15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis

kelamin 23

16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi makro 24

17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi mikro 26

18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat 27

19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat 27

20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29

22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31

24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32

26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga

pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik

siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40

3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas

menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini

menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus

bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi

baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa

pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara

nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa

Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit

multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO

menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup

sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan

teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya

aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh

Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola

makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia

terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)

Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia

lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya

dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi

anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut

karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari

lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian

Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa

mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya

Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang

mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber

serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari

Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih

tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian

selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi

makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan

serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan

telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan

serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar

begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30

gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan

rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa

asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam

banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat

Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat

energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan

ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang

2

mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih

sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan

air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah

(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik

untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada

siswa sekolah dasar di Kota Bogor

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-

pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut

1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih

(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status

gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga

dan besar keluarga)

2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa

yang mengalami gizi lebih

3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi

dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih

dengan tujuan khusus sebagai berikut

1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin

umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih

(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar

keluarga)

2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat

siswa yang mengalami gizi lebih

3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status

gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu

pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak

sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak

mereka

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan

tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi

lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari

dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan

keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan

serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta

besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat

rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi

menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga

kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan

pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan

yang di konsumsi anggota keluarga

Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh

akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses

metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-

beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang

dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak

kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya

Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan

kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak

sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada

tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan

sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti

aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)

akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan

sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo

2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status

kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya

status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi

buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status

gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini

dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1

4

Keterangan

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

= hubungan yang dianalisis

= hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor

METODE

Desain Tempat dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang

dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian

dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini

Karakteristik Individu amp Keluarga

- usia jenis kelamin dan uang

saku

- pendidikan pekerjaan orangtua

pendapatan dan besar keluarga

Pengetahuan Gizi

Kebiasaan makan

Aktivitas Fisik

- Lama aktivitas

- Jenis aktivitas

Asupan Energi dan Zat Gizi

Status Gizi

Overweight

Obes

InfeksiStatus

kesehatan

Penyakit Degeneratif

5

menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan

Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang

dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food

and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada

bulan Agustus-September 2013

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan

perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau

adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD

berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota

Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan

pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah

SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di

kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik

kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut

Kecamatan Bogor selatan 4 SD

Kecamatan Bogor timur 2 SD

Kecamatan Bogor utara 3 SD

Kecamatan Bogor tengah 3 SD

Kecamatan Bogor barat 4 SD

Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD

Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan

serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari

dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan

pengambilan subjek

n = (119885120572 119909 119878

119889)

2

dengan

n = jumlah subjek yang akan diambil

Z = deviat baku normal = 196

S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12

d = presisi yang diinginkan = 15

maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis

kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden

perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden

sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya

Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang

menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak

99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes

(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi

subjek penelitian ini

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa

karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas

fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan

kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator

Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur

oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian

dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data

konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang

dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari

sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner

dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari

sekolah dan satu hari libur

Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik subjek

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Uang saku

Primer Pengisian kuesioner

oleh subjek

2 Karakteristik keluarga subjek

Pekerjaan orangtua

Pendapatan keluarga

Pendidikan orangtua

Besar keluarga

Primer Pengisian kuesioner

oleh ibu subjek

3 Konsumsi pangan siswa

Konsumsi harian (Recall 2

x 24 jam)

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

4 Antropometri

Berat badan (BB)

Tinggi badan (TB)

Primer Pengukuran berat

badan (kg) dan tinggi

badan (cm)

5 Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas

Alokasi waktu lama

aktivitas 2x24 jam

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

Sumber Madanijah et al (2013)

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang

meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada

grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur

menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas

timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian

angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi

badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar

alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata

7

tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat

pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner

coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan

diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi

data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan

diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office

excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan

data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda

T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk

menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan

program SPSS 160

Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan

umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil

perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight

(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh

dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian

dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan

program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari

berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan

makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference

Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)

Keterangan

Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan

BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)

Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan

kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per

orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi

terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan

jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini

rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)

Kej = Bj

100 x

BDDj

100 x Gj

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 5: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa

Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor

Nama Dian Tirta Annisa

NIM I14090102

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Siti Madanijah MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan

Ketua Departemen

Tanggal Lulus

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

Nama NIM

an Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Se middotooa Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor

Dian Tna Annisa 11 9 O~

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Siti Madanijah MS Pembimbing

Ketua Departemen

T anggal L us 2U14

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa tarsquoala atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

―Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar

Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor dengan baik Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Gizi di Departemen Gizi

Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari

bantuan dari berbagai pihak Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Siti

Madanijah MS selaku dosen pembimbing tugas akhir yang senantiasa meluangkan

waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada

penulis sejak awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi Terima kasih

kepada Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani MSc selaku dosen pemandu seminar sekaligus

dosen penguji sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk

penyempurnaan skripsi ini Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr

Rimbawan selaku pembimbing akademik yang senantiasa meluangkan waktu dan

pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada penulis

sejak awal perkuliahan hingga akhir

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Jumroni dan Mardiana

selaku ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan

memberikan dukungan baik dukungan moral maupun dukungan materi selama

penulis menempuh pendidikan Terima kasih kepada adik-adik tersayang Mei

Dera Ayudia dan Divia Salsabila yang selalu mendoakan dan memberikan

semangat Terima kasih kepada sahabat terbaik dan tersayang Karina Indah

Pertiwi Mega Seasty Handayani Erita Yunistisia Dikara Kirana Chairunnisa

Ardi Yoansah dan Barli Abiyoga atas dukungan semangat dan bantuannya

Teman-teman Gizi Masyarakat 46 yang telah membantu sejak awal masa

perkuliahan di departemen hingga penyelesaian tugas akhir serta teman-teman

Keluarga Mahasiswa Lampung Annafi Widya Herdiarti Destika Iswarawati Nur

Cahaya Aditya Aji Agung atas segala doa bantuan saran semangat motivasi

dan dukungannya selama ini

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini

Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan

selanjutnya Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk

pembaca

Bogor Maret 2014

Dian Tirta Annisa

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 4

Desain Tempat dan Waktu 4

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Karakteristik Siswa 11

Karakteristik Keluarga 13

Konsumsi Pangan 16

Asupan Energi dan Zat Gizi 18

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 23

Konsumsi dan Asupan Serat 27

Aktivitas Fisik 28

Status Gizi 30

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik Keluarga

dengan Status Gizi 32

SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 33

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 34

LAMPIRAN 37

RIWAYAT HIDUP 44

DAFTAR TABEL

1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9

3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11

5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi

sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14

8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah 15

9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16

11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-

kelompok pangan siswa 17

12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan akreditasi sekolah 18

13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin 19

14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah 23

15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis

kelamin 23

16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi makro 24

17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi mikro 26

18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat 27

19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat 27

20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29

22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31

24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32

26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga

pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik

siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40

3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas

menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini

menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus

bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi

baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa

pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara

nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa

Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit

multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO

menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup

sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan

teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya

aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh

Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola

makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia

terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)

Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia

lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya

dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi

anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut

karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari

lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian

Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa

mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya

Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang

mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber

serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari

Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih

tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian

selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi

makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan

serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan

telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan

serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar

begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30

gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan

rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa

asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam

banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat

Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat

energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan

ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang

2

mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih

sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan

air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah

(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik

untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada

siswa sekolah dasar di Kota Bogor

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-

pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut

1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih

(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status

gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga

dan besar keluarga)

2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa

yang mengalami gizi lebih

3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi

dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih

dengan tujuan khusus sebagai berikut

1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin

umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih

(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar

keluarga)

2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat

siswa yang mengalami gizi lebih

3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status

gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu

pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak

sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak

mereka

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan

tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi

lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari

dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan

keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan

serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta

besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat

rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi

menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga

kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan

pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan

yang di konsumsi anggota keluarga

Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh

akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses

metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-

beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang

dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak

kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya

Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan

kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak

sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada

tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan

sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti

aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)

akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan

sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo

2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status

kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya

status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi

buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status

gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini

dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1

4

Keterangan

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

= hubungan yang dianalisis

= hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor

METODE

Desain Tempat dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang

dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian

dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini

Karakteristik Individu amp Keluarga

- usia jenis kelamin dan uang

saku

- pendidikan pekerjaan orangtua

pendapatan dan besar keluarga

Pengetahuan Gizi

Kebiasaan makan

Aktivitas Fisik

- Lama aktivitas

- Jenis aktivitas

Asupan Energi dan Zat Gizi

Status Gizi

Overweight

Obes

InfeksiStatus

kesehatan

Penyakit Degeneratif

5

menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan

Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang

dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food

and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada

bulan Agustus-September 2013

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan

perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau

adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD

berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota

Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan

pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah

SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di

kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik

kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut

Kecamatan Bogor selatan 4 SD

Kecamatan Bogor timur 2 SD

Kecamatan Bogor utara 3 SD

Kecamatan Bogor tengah 3 SD

Kecamatan Bogor barat 4 SD

Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD

Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan

serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari

dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan

pengambilan subjek

n = (119885120572 119909 119878

119889)

2

dengan

n = jumlah subjek yang akan diambil

Z = deviat baku normal = 196

S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12

d = presisi yang diinginkan = 15

maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis

kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden

perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden

sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya

Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang

menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak

99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes

(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi

subjek penelitian ini

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa

karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas

fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan

kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator

Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur

oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian

dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data

konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang

dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari

sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner

dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari

sekolah dan satu hari libur

Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik subjek

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Uang saku

Primer Pengisian kuesioner

oleh subjek

2 Karakteristik keluarga subjek

Pekerjaan orangtua

Pendapatan keluarga

Pendidikan orangtua

Besar keluarga

Primer Pengisian kuesioner

oleh ibu subjek

3 Konsumsi pangan siswa

Konsumsi harian (Recall 2

x 24 jam)

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

4 Antropometri

Berat badan (BB)

Tinggi badan (TB)

Primer Pengukuran berat

badan (kg) dan tinggi

badan (cm)

5 Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas

Alokasi waktu lama

aktivitas 2x24 jam

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

Sumber Madanijah et al (2013)

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang

meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada

grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur

menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas

timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian

angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi

badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar

alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata

7

tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat

pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner

coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan

diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi

data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan

diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office

excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan

data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda

T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk

menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan

program SPSS 160

Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan

umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil

perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight

(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh

dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian

dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan

program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari

berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan

makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference

Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)

Keterangan

Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan

BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)

Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan

kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per

orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi

terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan

jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini

rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)

Kej = Bj

100 x

BDDj

100 x Gj

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 6: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

Nama NIM

an Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Se middotooa Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor

Dian Tna Annisa 11 9 O~

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Siti Madanijah MS Pembimbing

Ketua Departemen

T anggal L us 2U14

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa tarsquoala atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

―Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar

Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor dengan baik Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Gizi di Departemen Gizi

Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari

bantuan dari berbagai pihak Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Siti

Madanijah MS selaku dosen pembimbing tugas akhir yang senantiasa meluangkan

waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada

penulis sejak awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi Terima kasih

kepada Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani MSc selaku dosen pemandu seminar sekaligus

dosen penguji sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk

penyempurnaan skripsi ini Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr

Rimbawan selaku pembimbing akademik yang senantiasa meluangkan waktu dan

pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada penulis

sejak awal perkuliahan hingga akhir

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Jumroni dan Mardiana

selaku ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan

memberikan dukungan baik dukungan moral maupun dukungan materi selama

penulis menempuh pendidikan Terima kasih kepada adik-adik tersayang Mei

Dera Ayudia dan Divia Salsabila yang selalu mendoakan dan memberikan

semangat Terima kasih kepada sahabat terbaik dan tersayang Karina Indah

Pertiwi Mega Seasty Handayani Erita Yunistisia Dikara Kirana Chairunnisa

Ardi Yoansah dan Barli Abiyoga atas dukungan semangat dan bantuannya

Teman-teman Gizi Masyarakat 46 yang telah membantu sejak awal masa

perkuliahan di departemen hingga penyelesaian tugas akhir serta teman-teman

Keluarga Mahasiswa Lampung Annafi Widya Herdiarti Destika Iswarawati Nur

Cahaya Aditya Aji Agung atas segala doa bantuan saran semangat motivasi

dan dukungannya selama ini

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini

Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan

selanjutnya Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk

pembaca

Bogor Maret 2014

Dian Tirta Annisa

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 4

Desain Tempat dan Waktu 4

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Karakteristik Siswa 11

Karakteristik Keluarga 13

Konsumsi Pangan 16

Asupan Energi dan Zat Gizi 18

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 23

Konsumsi dan Asupan Serat 27

Aktivitas Fisik 28

Status Gizi 30

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik Keluarga

dengan Status Gizi 32

SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 33

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 34

LAMPIRAN 37

RIWAYAT HIDUP 44

DAFTAR TABEL

1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9

3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11

5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi

sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14

8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah 15

9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16

11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-

kelompok pangan siswa 17

12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan akreditasi sekolah 18

13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin 19

14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah 23

15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis

kelamin 23

16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi makro 24

17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi mikro 26

18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat 27

19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat 27

20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29

22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31

24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32

26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga

pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik

siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40

3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas

menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini

menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus

bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi

baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa

pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara

nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa

Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit

multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO

menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup

sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan

teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya

aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh

Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola

makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia

terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)

Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia

lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya

dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi

anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut

karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari

lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian

Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa

mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya

Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang

mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber

serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari

Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih

tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian

selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi

makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan

serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan

telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan

serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar

begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30

gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan

rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa

asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam

banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat

Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat

energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan

ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang

2

mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih

sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan

air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah

(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik

untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada

siswa sekolah dasar di Kota Bogor

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-

pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut

1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih

(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status

gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga

dan besar keluarga)

2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa

yang mengalami gizi lebih

3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi

dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih

dengan tujuan khusus sebagai berikut

1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin

umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih

(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar

keluarga)

2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat

siswa yang mengalami gizi lebih

3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status

gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu

pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak

sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak

mereka

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan

tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi

lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari

dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan

keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan

serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta

besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat

rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi

menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga

kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan

pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan

yang di konsumsi anggota keluarga

Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh

akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses

metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-

beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang

dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak

kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya

Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan

kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak

sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada

tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan

sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti

aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)

akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan

sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo

2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status

kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya

status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi

buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status

gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini

dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1

4

Keterangan

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

= hubungan yang dianalisis

= hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor

METODE

Desain Tempat dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang

dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian

dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini

Karakteristik Individu amp Keluarga

- usia jenis kelamin dan uang

saku

- pendidikan pekerjaan orangtua

pendapatan dan besar keluarga

Pengetahuan Gizi

Kebiasaan makan

Aktivitas Fisik

- Lama aktivitas

- Jenis aktivitas

Asupan Energi dan Zat Gizi

Status Gizi

Overweight

Obes

InfeksiStatus

kesehatan

Penyakit Degeneratif

5

menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan

Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang

dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food

and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada

bulan Agustus-September 2013

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan

perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau

adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD

berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota

Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan

pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah

SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di

kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik

kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut

Kecamatan Bogor selatan 4 SD

Kecamatan Bogor timur 2 SD

Kecamatan Bogor utara 3 SD

Kecamatan Bogor tengah 3 SD

Kecamatan Bogor barat 4 SD

Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD

Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan

serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari

dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan

pengambilan subjek

n = (119885120572 119909 119878

119889)

2

dengan

n = jumlah subjek yang akan diambil

Z = deviat baku normal = 196

S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12

d = presisi yang diinginkan = 15

maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis

kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden

perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden

sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya

Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang

menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak

99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes

(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi

subjek penelitian ini

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa

karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas

fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan

kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator

Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur

oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian

dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data

konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang

dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari

sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner

dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari

sekolah dan satu hari libur

Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik subjek

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Uang saku

Primer Pengisian kuesioner

oleh subjek

2 Karakteristik keluarga subjek

Pekerjaan orangtua

Pendapatan keluarga

Pendidikan orangtua

Besar keluarga

Primer Pengisian kuesioner

oleh ibu subjek

3 Konsumsi pangan siswa

Konsumsi harian (Recall 2

x 24 jam)

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

4 Antropometri

Berat badan (BB)

Tinggi badan (TB)

Primer Pengukuran berat

badan (kg) dan tinggi

badan (cm)

5 Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas

Alokasi waktu lama

aktivitas 2x24 jam

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

Sumber Madanijah et al (2013)

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang

meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada

grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur

menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas

timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian

angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi

badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar

alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata

7

tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat

pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner

coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan

diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi

data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan

diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office

excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan

data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda

T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk

menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan

program SPSS 160

Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan

umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil

perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight

(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh

dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian

dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan

program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari

berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan

makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference

Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)

Keterangan

Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan

BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)

Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan

kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per

orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi

terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan

jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini

rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)

Kej = Bj

100 x

BDDj

100 x Gj

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 7: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa tarsquoala atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

―Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar

Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor dengan baik Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Gizi di Departemen Gizi

Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari

bantuan dari berbagai pihak Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Siti

Madanijah MS selaku dosen pembimbing tugas akhir yang senantiasa meluangkan

waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada

penulis sejak awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi Terima kasih

kepada Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani MSc selaku dosen pemandu seminar sekaligus

dosen penguji sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk

penyempurnaan skripsi ini Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr

Rimbawan selaku pembimbing akademik yang senantiasa meluangkan waktu dan

pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada penulis

sejak awal perkuliahan hingga akhir

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Jumroni dan Mardiana

selaku ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan

memberikan dukungan baik dukungan moral maupun dukungan materi selama

penulis menempuh pendidikan Terima kasih kepada adik-adik tersayang Mei

Dera Ayudia dan Divia Salsabila yang selalu mendoakan dan memberikan

semangat Terima kasih kepada sahabat terbaik dan tersayang Karina Indah

Pertiwi Mega Seasty Handayani Erita Yunistisia Dikara Kirana Chairunnisa

Ardi Yoansah dan Barli Abiyoga atas dukungan semangat dan bantuannya

Teman-teman Gizi Masyarakat 46 yang telah membantu sejak awal masa

perkuliahan di departemen hingga penyelesaian tugas akhir serta teman-teman

Keluarga Mahasiswa Lampung Annafi Widya Herdiarti Destika Iswarawati Nur

Cahaya Aditya Aji Agung atas segala doa bantuan saran semangat motivasi

dan dukungannya selama ini

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini

Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan

selanjutnya Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk

pembaca

Bogor Maret 2014

Dian Tirta Annisa

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 4

Desain Tempat dan Waktu 4

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Karakteristik Siswa 11

Karakteristik Keluarga 13

Konsumsi Pangan 16

Asupan Energi dan Zat Gizi 18

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 23

Konsumsi dan Asupan Serat 27

Aktivitas Fisik 28

Status Gizi 30

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik Keluarga

dengan Status Gizi 32

SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 33

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 34

LAMPIRAN 37

RIWAYAT HIDUP 44

DAFTAR TABEL

1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9

3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11

5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi

sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14

8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah 15

9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16

11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-

kelompok pangan siswa 17

12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan akreditasi sekolah 18

13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin 19

14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah 23

15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis

kelamin 23

16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi makro 24

17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi mikro 26

18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat 27

19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat 27

20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29

22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31

24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32

26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga

pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik

siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40

3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas

menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini

menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus

bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi

baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa

pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara

nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa

Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit

multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO

menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup

sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan

teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya

aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh

Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola

makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia

terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)

Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia

lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya

dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi

anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut

karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari

lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian

Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa

mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya

Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang

mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber

serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari

Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih

tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian

selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi

makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan

serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan

telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan

serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar

begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30

gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan

rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa

asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam

banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat

Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat

energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan

ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang

2

mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih

sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan

air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah

(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik

untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada

siswa sekolah dasar di Kota Bogor

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-

pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut

1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih

(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status

gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga

dan besar keluarga)

2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa

yang mengalami gizi lebih

3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi

dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih

dengan tujuan khusus sebagai berikut

1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin

umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih

(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar

keluarga)

2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat

siswa yang mengalami gizi lebih

3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status

gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu

pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak

sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak

mereka

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan

tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi

lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari

dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan

keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan

serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta

besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat

rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi

menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga

kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan

pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan

yang di konsumsi anggota keluarga

Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh

akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses

metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-

beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang

dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak

kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya

Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan

kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak

sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada

tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan

sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti

aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)

akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan

sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo

2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status

kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya

status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi

buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status

gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini

dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1

4

Keterangan

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

= hubungan yang dianalisis

= hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor

METODE

Desain Tempat dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang

dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian

dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini

Karakteristik Individu amp Keluarga

- usia jenis kelamin dan uang

saku

- pendidikan pekerjaan orangtua

pendapatan dan besar keluarga

Pengetahuan Gizi

Kebiasaan makan

Aktivitas Fisik

- Lama aktivitas

- Jenis aktivitas

Asupan Energi dan Zat Gizi

Status Gizi

Overweight

Obes

InfeksiStatus

kesehatan

Penyakit Degeneratif

5

menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan

Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang

dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food

and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada

bulan Agustus-September 2013

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan

perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau

adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD

berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota

Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan

pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah

SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di

kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik

kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut

Kecamatan Bogor selatan 4 SD

Kecamatan Bogor timur 2 SD

Kecamatan Bogor utara 3 SD

Kecamatan Bogor tengah 3 SD

Kecamatan Bogor barat 4 SD

Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD

Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan

serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari

dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan

pengambilan subjek

n = (119885120572 119909 119878

119889)

2

dengan

n = jumlah subjek yang akan diambil

Z = deviat baku normal = 196

S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12

d = presisi yang diinginkan = 15

maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis

kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden

perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden

sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya

Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang

menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak

99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes

(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi

subjek penelitian ini

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa

karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas

fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan

kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator

Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur

oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian

dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data

konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang

dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari

sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner

dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari

sekolah dan satu hari libur

Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik subjek

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Uang saku

Primer Pengisian kuesioner

oleh subjek

2 Karakteristik keluarga subjek

Pekerjaan orangtua

Pendapatan keluarga

Pendidikan orangtua

Besar keluarga

Primer Pengisian kuesioner

oleh ibu subjek

3 Konsumsi pangan siswa

Konsumsi harian (Recall 2

x 24 jam)

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

4 Antropometri

Berat badan (BB)

Tinggi badan (TB)

Primer Pengukuran berat

badan (kg) dan tinggi

badan (cm)

5 Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas

Alokasi waktu lama

aktivitas 2x24 jam

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

Sumber Madanijah et al (2013)

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang

meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada

grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur

menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas

timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian

angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi

badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar

alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata

7

tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat

pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner

coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan

diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi

data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan

diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office

excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan

data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda

T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk

menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan

program SPSS 160

Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan

umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil

perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight

(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh

dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian

dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan

program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari

berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan

makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference

Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)

Keterangan

Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan

BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)

Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan

kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per

orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi

terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan

jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini

rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)

Kej = Bj

100 x

BDDj

100 x Gj

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 8: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 4

Desain Tempat dan Waktu 4

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Karakteristik Siswa 11

Karakteristik Keluarga 13

Konsumsi Pangan 16

Asupan Energi dan Zat Gizi 18

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 23

Konsumsi dan Asupan Serat 27

Aktivitas Fisik 28

Status Gizi 30

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik Keluarga

dengan Status Gizi 32

SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 33

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 34

LAMPIRAN 37

RIWAYAT HIDUP 44

DAFTAR TABEL

1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9

3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11

5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi

sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14

8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah 15

9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16

11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-

kelompok pangan siswa 17

12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan akreditasi sekolah 18

13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin 19

14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah 23

15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis

kelamin 23

16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi makro 24

17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi mikro 26

18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat 27

19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat 27

20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29

22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31

24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32

26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga

pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik

siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40

3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas

menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini

menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus

bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi

baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa

pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara

nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa

Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit

multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO

menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup

sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan

teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya

aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh

Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola

makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia

terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)

Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia

lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya

dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi

anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut

karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari

lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian

Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa

mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya

Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang

mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber

serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari

Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih

tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian

selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi

makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan

serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan

telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan

serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar

begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30

gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan

rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa

asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam

banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat

Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat

energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan

ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang

2

mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih

sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan

air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah

(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik

untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada

siswa sekolah dasar di Kota Bogor

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-

pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut

1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih

(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status

gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga

dan besar keluarga)

2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa

yang mengalami gizi lebih

3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi

dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih

dengan tujuan khusus sebagai berikut

1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin

umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih

(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar

keluarga)

2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat

siswa yang mengalami gizi lebih

3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status

gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu

pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak

sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak

mereka

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan

tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi

lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari

dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan

keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan

serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta

besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat

rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi

menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga

kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan

pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan

yang di konsumsi anggota keluarga

Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh

akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses

metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-

beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang

dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak

kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya

Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan

kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak

sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada

tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan

sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti

aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)

akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan

sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo

2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status

kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya

status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi

buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status

gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini

dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1

4

Keterangan

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

= hubungan yang dianalisis

= hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor

METODE

Desain Tempat dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang

dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian

dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini

Karakteristik Individu amp Keluarga

- usia jenis kelamin dan uang

saku

- pendidikan pekerjaan orangtua

pendapatan dan besar keluarga

Pengetahuan Gizi

Kebiasaan makan

Aktivitas Fisik

- Lama aktivitas

- Jenis aktivitas

Asupan Energi dan Zat Gizi

Status Gizi

Overweight

Obes

InfeksiStatus

kesehatan

Penyakit Degeneratif

5

menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan

Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang

dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food

and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada

bulan Agustus-September 2013

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan

perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau

adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD

berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota

Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan

pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah

SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di

kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik

kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut

Kecamatan Bogor selatan 4 SD

Kecamatan Bogor timur 2 SD

Kecamatan Bogor utara 3 SD

Kecamatan Bogor tengah 3 SD

Kecamatan Bogor barat 4 SD

Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD

Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan

serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari

dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan

pengambilan subjek

n = (119885120572 119909 119878

119889)

2

dengan

n = jumlah subjek yang akan diambil

Z = deviat baku normal = 196

S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12

d = presisi yang diinginkan = 15

maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis

kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden

perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden

sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya

Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang

menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak

99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes

(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi

subjek penelitian ini

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa

karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas

fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan

kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator

Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur

oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian

dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data

konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang

dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari

sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner

dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari

sekolah dan satu hari libur

Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik subjek

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Uang saku

Primer Pengisian kuesioner

oleh subjek

2 Karakteristik keluarga subjek

Pekerjaan orangtua

Pendapatan keluarga

Pendidikan orangtua

Besar keluarga

Primer Pengisian kuesioner

oleh ibu subjek

3 Konsumsi pangan siswa

Konsumsi harian (Recall 2

x 24 jam)

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

4 Antropometri

Berat badan (BB)

Tinggi badan (TB)

Primer Pengukuran berat

badan (kg) dan tinggi

badan (cm)

5 Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas

Alokasi waktu lama

aktivitas 2x24 jam

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

Sumber Madanijah et al (2013)

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang

meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada

grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur

menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas

timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian

angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi

badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar

alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata

7

tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat

pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner

coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan

diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi

data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan

diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office

excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan

data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda

T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk

menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan

program SPSS 160

Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan

umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil

perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight

(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh

dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian

dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan

program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari

berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan

makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference

Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)

Keterangan

Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan

BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)

Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan

kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per

orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi

terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan

jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini

rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)

Kej = Bj

100 x

BDDj

100 x Gj

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 9: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

DAFTAR TABEL

1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9

3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11

5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi

sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14

8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah 15

9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16

11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-

kelompok pangan siswa 17

12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan akreditasi sekolah 18

13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin 19

14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah 23

15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis

kelamin 23

16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi makro 24

17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan

zat gizi mikro 26

18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat 27

19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat 27

20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29

22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31

24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32

26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga

pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik

siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40

3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas

menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini

menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus

bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi

baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa

pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara

nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa

Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit

multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO

menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup

sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan

teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya

aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh

Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola

makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia

terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)

Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia

lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya

dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi

anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut

karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari

lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian

Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa

mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya

Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang

mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber

serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari

Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih

tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian

selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi

makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan

serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan

telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan

serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar

begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30

gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan

rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa

asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam

banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat

Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat

energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan

ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang

2

mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih

sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan

air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah

(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik

untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada

siswa sekolah dasar di Kota Bogor

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-

pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut

1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih

(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status

gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga

dan besar keluarga)

2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa

yang mengalami gizi lebih

3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi

dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih

dengan tujuan khusus sebagai berikut

1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin

umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih

(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar

keluarga)

2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat

siswa yang mengalami gizi lebih

3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status

gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu

pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak

sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak

mereka

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan

tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi

lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari

dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan

keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan

serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta

besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat

rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi

menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga

kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan

pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan

yang di konsumsi anggota keluarga

Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh

akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses

metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-

beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang

dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak

kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya

Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan

kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak

sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada

tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan

sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti

aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)

akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan

sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo

2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status

kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya

status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi

buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status

gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini

dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1

4

Keterangan

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

= hubungan yang dianalisis

= hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor

METODE

Desain Tempat dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang

dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian

dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini

Karakteristik Individu amp Keluarga

- usia jenis kelamin dan uang

saku

- pendidikan pekerjaan orangtua

pendapatan dan besar keluarga

Pengetahuan Gizi

Kebiasaan makan

Aktivitas Fisik

- Lama aktivitas

- Jenis aktivitas

Asupan Energi dan Zat Gizi

Status Gizi

Overweight

Obes

InfeksiStatus

kesehatan

Penyakit Degeneratif

5

menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan

Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang

dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food

and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada

bulan Agustus-September 2013

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan

perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau

adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD

berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota

Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan

pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah

SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di

kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik

kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut

Kecamatan Bogor selatan 4 SD

Kecamatan Bogor timur 2 SD

Kecamatan Bogor utara 3 SD

Kecamatan Bogor tengah 3 SD

Kecamatan Bogor barat 4 SD

Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD

Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan

serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari

dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan

pengambilan subjek

n = (119885120572 119909 119878

119889)

2

dengan

n = jumlah subjek yang akan diambil

Z = deviat baku normal = 196

S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12

d = presisi yang diinginkan = 15

maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis

kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden

perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden

sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya

Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang

menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak

99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes

(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi

subjek penelitian ini

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa

karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas

fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan

kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator

Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur

oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian

dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data

konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang

dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari

sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner

dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari

sekolah dan satu hari libur

Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik subjek

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Uang saku

Primer Pengisian kuesioner

oleh subjek

2 Karakteristik keluarga subjek

Pekerjaan orangtua

Pendapatan keluarga

Pendidikan orangtua

Besar keluarga

Primer Pengisian kuesioner

oleh ibu subjek

3 Konsumsi pangan siswa

Konsumsi harian (Recall 2

x 24 jam)

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

4 Antropometri

Berat badan (BB)

Tinggi badan (TB)

Primer Pengukuran berat

badan (kg) dan tinggi

badan (cm)

5 Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas

Alokasi waktu lama

aktivitas 2x24 jam

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

Sumber Madanijah et al (2013)

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang

meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada

grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur

menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas

timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian

angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi

badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar

alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata

7

tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat

pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner

coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan

diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi

data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan

diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office

excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan

data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda

T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk

menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan

program SPSS 160

Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan

umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil

perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight

(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh

dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian

dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan

program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari

berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan

makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference

Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)

Keterangan

Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan

BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)

Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan

kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per

orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi

terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan

jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini

rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)

Kej = Bj

100 x

BDDj

100 x Gj

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 10: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40

3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas

menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini

menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus

bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi

baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa

pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara

nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa

Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit

multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO

menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup

sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan

teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya

aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh

Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola

makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia

terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)

Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia

lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya

dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi

anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut

karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari

lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian

Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa

mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya

Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang

mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber

serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari

Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih

tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian

selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi

makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan

serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan

telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan

serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar

begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30

gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan

rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa

asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam

banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat

Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat

energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan

ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang

2

mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih

sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan

air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah

(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik

untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada

siswa sekolah dasar di Kota Bogor

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-

pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut

1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih

(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status

gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga

dan besar keluarga)

2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa

yang mengalami gizi lebih

3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi

dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih

dengan tujuan khusus sebagai berikut

1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin

umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih

(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar

keluarga)

2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat

siswa yang mengalami gizi lebih

3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status

gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu

pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak

sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak

mereka

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan

tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi

lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari

dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan

keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan

serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta

besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat

rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi

menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga

kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan

pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan

yang di konsumsi anggota keluarga

Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh

akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses

metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-

beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang

dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak

kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya

Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan

kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak

sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada

tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan

sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti

aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)

akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan

sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo

2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status

kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya

status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi

buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status

gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini

dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1

4

Keterangan

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

= hubungan yang dianalisis

= hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor

METODE

Desain Tempat dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang

dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian

dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini

Karakteristik Individu amp Keluarga

- usia jenis kelamin dan uang

saku

- pendidikan pekerjaan orangtua

pendapatan dan besar keluarga

Pengetahuan Gizi

Kebiasaan makan

Aktivitas Fisik

- Lama aktivitas

- Jenis aktivitas

Asupan Energi dan Zat Gizi

Status Gizi

Overweight

Obes

InfeksiStatus

kesehatan

Penyakit Degeneratif

5

menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan

Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang

dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food

and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada

bulan Agustus-September 2013

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan

perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau

adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD

berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota

Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan

pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah

SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di

kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik

kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut

Kecamatan Bogor selatan 4 SD

Kecamatan Bogor timur 2 SD

Kecamatan Bogor utara 3 SD

Kecamatan Bogor tengah 3 SD

Kecamatan Bogor barat 4 SD

Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD

Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan

serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari

dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan

pengambilan subjek

n = (119885120572 119909 119878

119889)

2

dengan

n = jumlah subjek yang akan diambil

Z = deviat baku normal = 196

S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12

d = presisi yang diinginkan = 15

maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis

kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden

perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden

sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya

Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang

menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak

99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes

(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi

subjek penelitian ini

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa

karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas

fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan

kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator

Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur

oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian

dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data

konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang

dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari

sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner

dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari

sekolah dan satu hari libur

Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik subjek

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Uang saku

Primer Pengisian kuesioner

oleh subjek

2 Karakteristik keluarga subjek

Pekerjaan orangtua

Pendapatan keluarga

Pendidikan orangtua

Besar keluarga

Primer Pengisian kuesioner

oleh ibu subjek

3 Konsumsi pangan siswa

Konsumsi harian (Recall 2

x 24 jam)

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

4 Antropometri

Berat badan (BB)

Tinggi badan (TB)

Primer Pengukuran berat

badan (kg) dan tinggi

badan (cm)

5 Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas

Alokasi waktu lama

aktivitas 2x24 jam

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

Sumber Madanijah et al (2013)

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang

meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada

grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur

menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas

timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian

angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi

badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar

alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata

7

tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat

pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner

coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan

diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi

data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan

diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office

excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan

data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda

T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk

menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan

program SPSS 160

Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan

umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil

perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight

(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh

dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian

dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan

program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari

berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan

makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference

Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)

Keterangan

Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan

BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)

Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan

kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per

orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi

terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan

jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini

rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)

Kej = Bj

100 x

BDDj

100 x Gj

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 11: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas

menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini

menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus

bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi

baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa

pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara

nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa

Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit

multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO

menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup

sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan

teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya

aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh

Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola

makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia

terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)

Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia

lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya

dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi

anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut

karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari

lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian

Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa

mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya

Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang

mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber

serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari

Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih

tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian

selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi

makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan

serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan

telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan

serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar

begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30

gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan

rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa

asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam

banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat

Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat

energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan

ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang

2

mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih

sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan

air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah

(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik

untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada

siswa sekolah dasar di Kota Bogor

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-

pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut

1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih

(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status

gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga

dan besar keluarga)

2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa

yang mengalami gizi lebih

3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi

dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih

dengan tujuan khusus sebagai berikut

1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin

umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih

(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar

keluarga)

2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat

siswa yang mengalami gizi lebih

3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status

gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu

pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak

sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak

mereka

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan

tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi

lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari

dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan

keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan

serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta

besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat

rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi

menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga

kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan

pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan

yang di konsumsi anggota keluarga

Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh

akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses

metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-

beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang

dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak

kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya

Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan

kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak

sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada

tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan

sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti

aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)

akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan

sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo

2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status

kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya

status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi

buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status

gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini

dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1

4

Keterangan

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

= hubungan yang dianalisis

= hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor

METODE

Desain Tempat dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang

dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian

dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini

Karakteristik Individu amp Keluarga

- usia jenis kelamin dan uang

saku

- pendidikan pekerjaan orangtua

pendapatan dan besar keluarga

Pengetahuan Gizi

Kebiasaan makan

Aktivitas Fisik

- Lama aktivitas

- Jenis aktivitas

Asupan Energi dan Zat Gizi

Status Gizi

Overweight

Obes

InfeksiStatus

kesehatan

Penyakit Degeneratif

5

menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan

Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang

dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food

and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada

bulan Agustus-September 2013

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan

perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau

adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD

berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota

Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan

pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah

SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di

kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik

kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut

Kecamatan Bogor selatan 4 SD

Kecamatan Bogor timur 2 SD

Kecamatan Bogor utara 3 SD

Kecamatan Bogor tengah 3 SD

Kecamatan Bogor barat 4 SD

Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD

Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan

serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari

dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan

pengambilan subjek

n = (119885120572 119909 119878

119889)

2

dengan

n = jumlah subjek yang akan diambil

Z = deviat baku normal = 196

S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12

d = presisi yang diinginkan = 15

maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis

kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden

perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden

sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya

Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang

menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak

99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes

(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi

subjek penelitian ini

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa

karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas

fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan

kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator

Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur

oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian

dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data

konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang

dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari

sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner

dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari

sekolah dan satu hari libur

Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik subjek

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Uang saku

Primer Pengisian kuesioner

oleh subjek

2 Karakteristik keluarga subjek

Pekerjaan orangtua

Pendapatan keluarga

Pendidikan orangtua

Besar keluarga

Primer Pengisian kuesioner

oleh ibu subjek

3 Konsumsi pangan siswa

Konsumsi harian (Recall 2

x 24 jam)

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

4 Antropometri

Berat badan (BB)

Tinggi badan (TB)

Primer Pengukuran berat

badan (kg) dan tinggi

badan (cm)

5 Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas

Alokasi waktu lama

aktivitas 2x24 jam

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

Sumber Madanijah et al (2013)

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang

meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada

grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur

menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas

timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian

angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi

badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar

alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata

7

tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat

pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner

coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan

diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi

data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan

diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office

excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan

data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda

T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk

menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan

program SPSS 160

Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan

umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil

perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight

(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh

dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian

dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan

program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari

berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan

makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference

Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)

Keterangan

Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan

BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)

Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan

kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per

orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi

terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan

jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini

rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)

Kej = Bj

100 x

BDDj

100 x Gj

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 12: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

2

mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih

sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan

air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah

(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik

untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada

siswa sekolah dasar di Kota Bogor

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-

pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut

1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih

(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status

gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga

dan besar keluarga)

2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa

yang mengalami gizi lebih

3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi

dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih

dengan tujuan khusus sebagai berikut

1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin

umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih

(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar

keluarga)

2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat

siswa yang mengalami gizi lebih

3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih

4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan

energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status

gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu

pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak

sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak

mereka

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan

tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi

lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari

dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan

keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan

serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta

besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat

rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi

menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga

kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan

pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan

yang di konsumsi anggota keluarga

Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh

akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses

metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-

beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang

dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak

kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya

Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan

kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak

sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada

tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan

sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti

aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)

akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan

sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo

2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status

kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya

status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi

buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status

gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini

dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1

4

Keterangan

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

= hubungan yang dianalisis

= hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor

METODE

Desain Tempat dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang

dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian

dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini

Karakteristik Individu amp Keluarga

- usia jenis kelamin dan uang

saku

- pendidikan pekerjaan orangtua

pendapatan dan besar keluarga

Pengetahuan Gizi

Kebiasaan makan

Aktivitas Fisik

- Lama aktivitas

- Jenis aktivitas

Asupan Energi dan Zat Gizi

Status Gizi

Overweight

Obes

InfeksiStatus

kesehatan

Penyakit Degeneratif

5

menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan

Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang

dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food

and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada

bulan Agustus-September 2013

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan

perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau

adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD

berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota

Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan

pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah

SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di

kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik

kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut

Kecamatan Bogor selatan 4 SD

Kecamatan Bogor timur 2 SD

Kecamatan Bogor utara 3 SD

Kecamatan Bogor tengah 3 SD

Kecamatan Bogor barat 4 SD

Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD

Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan

serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari

dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan

pengambilan subjek

n = (119885120572 119909 119878

119889)

2

dengan

n = jumlah subjek yang akan diambil

Z = deviat baku normal = 196

S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12

d = presisi yang diinginkan = 15

maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis

kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden

perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden

sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya

Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang

menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak

99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes

(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi

subjek penelitian ini

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa

karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas

fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan

kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator

Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur

oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian

dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data

konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang

dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari

sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner

dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari

sekolah dan satu hari libur

Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik subjek

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Uang saku

Primer Pengisian kuesioner

oleh subjek

2 Karakteristik keluarga subjek

Pekerjaan orangtua

Pendapatan keluarga

Pendidikan orangtua

Besar keluarga

Primer Pengisian kuesioner

oleh ibu subjek

3 Konsumsi pangan siswa

Konsumsi harian (Recall 2

x 24 jam)

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

4 Antropometri

Berat badan (BB)

Tinggi badan (TB)

Primer Pengukuran berat

badan (kg) dan tinggi

badan (cm)

5 Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas

Alokasi waktu lama

aktivitas 2x24 jam

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

Sumber Madanijah et al (2013)

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang

meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada

grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur

menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas

timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian

angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi

badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar

alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata

7

tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat

pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner

coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan

diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi

data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan

diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office

excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan

data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda

T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk

menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan

program SPSS 160

Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan

umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil

perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight

(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh

dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian

dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan

program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari

berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan

makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference

Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)

Keterangan

Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan

BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)

Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan

kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per

orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi

terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan

jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini

rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)

Kej = Bj

100 x

BDDj

100 x Gj

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 13: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan

tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi

lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari

dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan

keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan

serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta

besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat

rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi

menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga

kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan

pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan

yang di konsumsi anggota keluarga

Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh

akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses

metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-

beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang

dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak

kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya

Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan

kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak

sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada

tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan

sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti

aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)

akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan

sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo

2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status

kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya

status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi

buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status

gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini

dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1

4

Keterangan

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

= hubungan yang dianalisis

= hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor

METODE

Desain Tempat dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang

dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian

dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini

Karakteristik Individu amp Keluarga

- usia jenis kelamin dan uang

saku

- pendidikan pekerjaan orangtua

pendapatan dan besar keluarga

Pengetahuan Gizi

Kebiasaan makan

Aktivitas Fisik

- Lama aktivitas

- Jenis aktivitas

Asupan Energi dan Zat Gizi

Status Gizi

Overweight

Obes

InfeksiStatus

kesehatan

Penyakit Degeneratif

5

menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan

Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang

dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food

and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada

bulan Agustus-September 2013

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan

perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau

adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD

berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota

Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan

pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah

SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di

kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik

kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut

Kecamatan Bogor selatan 4 SD

Kecamatan Bogor timur 2 SD

Kecamatan Bogor utara 3 SD

Kecamatan Bogor tengah 3 SD

Kecamatan Bogor barat 4 SD

Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD

Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan

serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari

dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan

pengambilan subjek

n = (119885120572 119909 119878

119889)

2

dengan

n = jumlah subjek yang akan diambil

Z = deviat baku normal = 196

S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12

d = presisi yang diinginkan = 15

maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis

kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden

perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden

sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya

Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang

menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak

99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes

(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi

subjek penelitian ini

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa

karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas

fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan

kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator

Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur

oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian

dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data

konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang

dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari

sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner

dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari

sekolah dan satu hari libur

Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik subjek

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Uang saku

Primer Pengisian kuesioner

oleh subjek

2 Karakteristik keluarga subjek

Pekerjaan orangtua

Pendapatan keluarga

Pendidikan orangtua

Besar keluarga

Primer Pengisian kuesioner

oleh ibu subjek

3 Konsumsi pangan siswa

Konsumsi harian (Recall 2

x 24 jam)

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

4 Antropometri

Berat badan (BB)

Tinggi badan (TB)

Primer Pengukuran berat

badan (kg) dan tinggi

badan (cm)

5 Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas

Alokasi waktu lama

aktivitas 2x24 jam

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

Sumber Madanijah et al (2013)

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang

meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada

grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur

menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas

timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian

angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi

badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar

alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata

7

tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat

pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner

coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan

diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi

data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan

diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office

excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan

data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda

T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk

menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan

program SPSS 160

Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan

umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil

perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight

(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh

dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian

dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan

program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari

berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan

makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference

Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)

Keterangan

Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan

BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)

Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan

kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per

orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi

terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan

jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini

rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)

Kej = Bj

100 x

BDDj

100 x Gj

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 14: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

4

Keterangan

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

= hubungan yang dianalisis

= hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor

METODE

Desain Tempat dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang

dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian

dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini

Karakteristik Individu amp Keluarga

- usia jenis kelamin dan uang

saku

- pendidikan pekerjaan orangtua

pendapatan dan besar keluarga

Pengetahuan Gizi

Kebiasaan makan

Aktivitas Fisik

- Lama aktivitas

- Jenis aktivitas

Asupan Energi dan Zat Gizi

Status Gizi

Overweight

Obes

InfeksiStatus

kesehatan

Penyakit Degeneratif

5

menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan

Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang

dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food

and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada

bulan Agustus-September 2013

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan

perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau

adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD

berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota

Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan

pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah

SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di

kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik

kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut

Kecamatan Bogor selatan 4 SD

Kecamatan Bogor timur 2 SD

Kecamatan Bogor utara 3 SD

Kecamatan Bogor tengah 3 SD

Kecamatan Bogor barat 4 SD

Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD

Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan

serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari

dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan

pengambilan subjek

n = (119885120572 119909 119878

119889)

2

dengan

n = jumlah subjek yang akan diambil

Z = deviat baku normal = 196

S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12

d = presisi yang diinginkan = 15

maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis

kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden

perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden

sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya

Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang

menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak

99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes

(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi

subjek penelitian ini

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa

karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas

fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan

kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator

Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur

oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian

dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data

konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang

dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari

sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner

dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari

sekolah dan satu hari libur

Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik subjek

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Uang saku

Primer Pengisian kuesioner

oleh subjek

2 Karakteristik keluarga subjek

Pekerjaan orangtua

Pendapatan keluarga

Pendidikan orangtua

Besar keluarga

Primer Pengisian kuesioner

oleh ibu subjek

3 Konsumsi pangan siswa

Konsumsi harian (Recall 2

x 24 jam)

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

4 Antropometri

Berat badan (BB)

Tinggi badan (TB)

Primer Pengukuran berat

badan (kg) dan tinggi

badan (cm)

5 Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas

Alokasi waktu lama

aktivitas 2x24 jam

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

Sumber Madanijah et al (2013)

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang

meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada

grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur

menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas

timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian

angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi

badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar

alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata

7

tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat

pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner

coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan

diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi

data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan

diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office

excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan

data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda

T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk

menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan

program SPSS 160

Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan

umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil

perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight

(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh

dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian

dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan

program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari

berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan

makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference

Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)

Keterangan

Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan

BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)

Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan

kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per

orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi

terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan

jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini

rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)

Kej = Bj

100 x

BDDj

100 x Gj

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 15: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

5

menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan

Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang

dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food

and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada

bulan Agustus-September 2013

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan

perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau

adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD

berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota

Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan

pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah

SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di

kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik

kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut

Kecamatan Bogor selatan 4 SD

Kecamatan Bogor timur 2 SD

Kecamatan Bogor utara 3 SD

Kecamatan Bogor tengah 3 SD

Kecamatan Bogor barat 4 SD

Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD

Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan

serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari

dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan

pengambilan subjek

n = (119885120572 119909 119878

119889)

2

dengan

n = jumlah subjek yang akan diambil

Z = deviat baku normal = 196

S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12

d = presisi yang diinginkan = 15

maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis

kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden

perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden

sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya

Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang

menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak

99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes

(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi

subjek penelitian ini

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa

karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas

fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan

kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator

Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur

oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian

dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data

konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang

dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari

sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner

dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari

sekolah dan satu hari libur

Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik subjek

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Uang saku

Primer Pengisian kuesioner

oleh subjek

2 Karakteristik keluarga subjek

Pekerjaan orangtua

Pendapatan keluarga

Pendidikan orangtua

Besar keluarga

Primer Pengisian kuesioner

oleh ibu subjek

3 Konsumsi pangan siswa

Konsumsi harian (Recall 2

x 24 jam)

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

4 Antropometri

Berat badan (BB)

Tinggi badan (TB)

Primer Pengukuran berat

badan (kg) dan tinggi

badan (cm)

5 Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas

Alokasi waktu lama

aktivitas 2x24 jam

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

Sumber Madanijah et al (2013)

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang

meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada

grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur

menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas

timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian

angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi

badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar

alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata

7

tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat

pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner

coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan

diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi

data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan

diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office

excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan

data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda

T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk

menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan

program SPSS 160

Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan

umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil

perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight

(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh

dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian

dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan

program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari

berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan

makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference

Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)

Keterangan

Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan

BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)

Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan

kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per

orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi

terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan

jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini

rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)

Kej = Bj

100 x

BDDj

100 x Gj

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 16: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa

karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas

fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan

kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator

Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur

oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian

dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data

konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang

dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari

sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner

dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari

sekolah dan satu hari libur

Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik subjek

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Uang saku

Primer Pengisian kuesioner

oleh subjek

2 Karakteristik keluarga subjek

Pekerjaan orangtua

Pendapatan keluarga

Pendidikan orangtua

Besar keluarga

Primer Pengisian kuesioner

oleh ibu subjek

3 Konsumsi pangan siswa

Konsumsi harian (Recall 2

x 24 jam)

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

4 Antropometri

Berat badan (BB)

Tinggi badan (TB)

Primer Pengukuran berat

badan (kg) dan tinggi

badan (cm)

5 Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas

Alokasi waktu lama

aktivitas 2x24 jam

Primer Pengisian kuesioner

dengan metode

wawancara

Sumber Madanijah et al (2013)

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang

meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada

grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur

menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas

timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian

angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi

badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar

alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata

7

tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat

pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner

coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan

diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi

data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan

diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office

excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan

data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda

T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk

menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan

program SPSS 160

Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan

umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil

perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight

(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh

dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian

dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan

program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari

berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan

makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference

Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)

Keterangan

Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan

BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)

Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan

kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per

orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi

terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan

jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini

rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)

Kej = Bj

100 x

BDDj

100 x Gj

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 17: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

7

tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat

pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner

coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan

diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi

data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan

diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office

excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan

data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda

T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk

menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta

karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan

program SPSS 160

Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan

umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil

perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight

(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh

dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian

dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan

program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari

berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan

makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference

Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)

Keterangan

Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan

BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)

Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan

kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per

orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi

terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan

jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini

rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)

Kej = Bj

100 x

BDDj

100 x Gj

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 18: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

8

Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat

dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral

yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan

mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat

kecukupan protein vitamin dan mineral

Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit

tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat

kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup

(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2

Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik

yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai

FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat

aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus

sebagai berikut

Keterangan

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda

Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary

atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup

aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)

Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk

bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka

panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140

digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu

nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL

diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang

PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )

24 119895119886119898

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan x 100

Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi

Angka Kebutuhan Energi x 100

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 19: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1 Usia le10 tahun

11 tahun

gt12

Sebaran

subjek

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000

Rp 4000-Rp 7000

Rp 7000-Rp 10000

gt Rp 10000

Sebaran

subjek

4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang)

Keluarga besar (ge 8 orang)

BKKBN

(1998)

5 Pendidikan

orang tua

Tidak sekolah

SD Sederajat

SMPSederajat

SMASederajat

Perguruan tinggi

6 Pekerjaan orang

tua

PNSPOLRITNI

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Lainnya sebutkanhellip

7 Pendapatan

orang tua

ltRp 1000000bulan

Rp 1000000-1999999

Rp 2000000-3999999

Rp 4000000-6000000

gtRp 6000000

8 Tingkat

kecukupan

energi dan zat

gizi makro

Defisit tingkat berat (lt70 AKG)

Defisit tingkat sedang (70-79

AKG)

Defisit tingkat ringan (80-89

AKG)

Normal (90-119 AKG)

Kelebihan (ge120 AKG)

Depkes

(1996)

9 Tingkat

kecukupan zat

gizi mikro

Kurang lt77 AKG

Cukup ge77 AKG Gibson

(2005)

10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)

obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)

11 Tingkat aktivitas

fisik Ringan (140 le PALle 169)

Sedang (170 le PAL le 199)

Berat (200 le PAL le 240)

FAOWHO

UNU (2001)

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 20: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

10

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1

hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu

sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau

gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif

(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)

Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi

pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan

Daftar Kandungan Gizi Jajanan

Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek

Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet

informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient

Database for Standard Reference

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur

menggunakan timbangan ketelitian 01 kg

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan

makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu

kartu keluarga

Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk

berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah

Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa

tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih

dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese

(+2ltZlt+3)

Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin

uang saku berat badan dan tinggi badan

Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur

dan satu hari sekolah

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang

yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan

Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan

sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9

sampai 13 tahun

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa

tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight

underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan microtoise ketelitian 01 cm

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

tahun

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 21: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi

subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih

dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang

meliputi jenis kelamin umur serta uang saku

Jenis Kelamin Siswa

Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek

dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi

dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa

laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi

B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan

SD berakreditasi B (p=0251)

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah

Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 578 16 457 53 535

Perempuan 27 422 19 543 46 465

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0251

Umur Siswa

Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak

yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak

bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai

mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman

sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat

pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam

kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait

proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa

berdasarkan umur

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

le10 21 396 16 348 37 374

11 24 453 25 543 49 495

gt12 8 151 5 109 13 131

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)

p 0881

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 22: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

12

Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini

berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11

tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)

Besar Uang Saku

Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per

bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang

tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan

untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu

dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka

semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun

luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka

waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan

akreditasi sekolah

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah

Uang Saku

(Rphari)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Rendah 10 156 12 343 22 222

Sedang 21 328 14 400 35 354

Tinggi 6 94 3 86 9 91

Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Rp)

(Min Maks)

8000

(1000 30000)

5000

(1500 10000)

5000

(1000 30000)

p 0005

Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah

(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan

sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)

memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana

sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800

Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki

median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp

5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku

kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki

besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A

dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 23: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

13

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa

berdasarkan akreditasi sekolah siswa

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah

Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30

SDSederajat 3 47 5 143 8 81

SMPSederajat 1 16 3 86 4 40

SMASederajat 29 453 18 514 47 475

Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10

SDSederajat 5 78 6 171 11 111

SMPSederajat 6 94 7 200 13 131

SMASederajat 27 422 17 486 44 444

Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti

perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat

pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303

berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua

berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan

ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B

Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi

(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat

(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD

berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD

berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan

stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik

dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)

Pekerjaan Orangtua

Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi

sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta

(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu

rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A

umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 24: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

14

siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir

seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda

dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD

akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang

bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah

Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Ayah

PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152

Swasta 28 438 13 371 41 414

Wiraswasta 12 188 13 371 25 253

Lainnya 10 156 8 229 18 182

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Ibu

PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61

Swasta 8 125 0 0 8 81

Wiraswasta 6 94 0 0 6 61

Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768

Lainnya 2 31 1 29 3 30

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD

berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki

pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau

pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat

Pendapatan Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga

sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang

berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-

anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa

faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota

keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan

keluarga dapat dilihat pada Tabel 8

Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1

juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa

memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik

pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan

SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A

(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 25: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

15

sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta

rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi

sekolah

Tingkat Pendapatan

(Rpbulan)

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

lt 1 juta 12 188 15 429 27 273

1-19 juta 10 156 11 314 21 212

2-39 juta 13 203 8 229 21 212

4-6 juta 10 156 1 29 11 111

gt 6 juta 19 297 0 0 19 192

Total 64 1000 35 1000 99 1000

p 0000

Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan

meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi

makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat

energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di

wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa

transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya

ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan

dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan

cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang

kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan

obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi

dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri

dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu

rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan

(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan

menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan

keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar

keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai

12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang

hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar

keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga

berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A

maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil

uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD

berakreditasi B (p=0305)

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 26: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

16

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah

Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Kecil 32 500 14 400 46 465

Sedang 30 469 19 543 49 495

Besar 2 31 2 57 4 40

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (orang)

(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)

p 0305

Konsumsi Pangan

Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food

recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah

makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah

digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi

pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24

jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang

dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat

individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang

mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya

Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan

Jumlah yang Mengonsumsi

n

Makanan Pokok 99 1000

Daging dan olahannya 50 505

Ayam dan olahannya 87 879

Ikan dan olahannya 26 263

Telur dan olahannya 87 879

Susu dan olahannya 57 576

Kacang-kacangan dan olahannya 44 444

Sayur dan olahannya 55 556

Buah dan olahannya 27 273

Minuman 90 909

Jajanan 92 929

Total 99 1000

Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1

Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok

makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 27: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

17

sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya

ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya

hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok

makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi

goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng

telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering

dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng

Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak

gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai

pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar

yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa

Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie

instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang

paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur

buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah

jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan

Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

Jumlah Jenis Makanan

Olahan (n)

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari)

Makanan Pokok 18 4379

Daging dan olahannya 4 244

Ayam dan olahannya 8 567

Ikan dan olahannya 5 91

Telur dan olahannya 1 464

Susu dan olahannya 7 625

Kacang-kacangan dan olahannya 6 171

Sayur dan olahannya 16 277

Buah dan olahannya 18 343

Minuman 12 2393

Jajanan 31 751

Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari

kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)

tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)

Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama

konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran

Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-

masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran

konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya

hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-

kacangan

Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak

overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih

tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan

laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 28: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

18

laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan

penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad

Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan

yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang

direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk

protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran

yang direkomendasikan

Asupan Energi dan Zat Gizi

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi

yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara

anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun

Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan

zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun

pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah

bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran

Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso

siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)

Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah

berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi

siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah

Energi dan

zat Gizi

(kaphari)

AKG

Asupan

p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi (kkal) 1850-2100 1786

(919 3494)

1777

(864 3238)

1777

(864 3494) 0830

Protein (g) 49-60 57

(17 165)

57

(14 102)

57

(14 165) 0169

Lemak (g) 67-72 53

(12 125)

50

(12 114)

53

(12 125) 0924

Karbohidrat

(g) 254-289

343

(117 1437)

340

(138 701)

340

(117 1437) 0786

Kalsium

(mg) 1000-1200

637

(115 5980)

485

(78 3341)

557

(78 5980) 0158

Fosfor (mg) 500-1250 607

(168 3525)

492

(122 7250)

568

(122 7250) 0029

Besi (mg) 10-14 15

(6 205)

11

(3 67)

14

(3 205) 0116

Vitamin A

(g) 500-600

404

(23 2170)

326

(7 811)

365

(7 2170) 0260

Vitamin C

(mg) 45-50

17

(0 454)

11

(0 139)

15

(0 454) 0117

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 29: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

19

Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa

berdasarkan jenis kelamin

Energi dan

zat gizi

(kaphr)

Laki-laki Perempuan Asupan

Keseluruhan p

AKG Asupan AKG Asupan

Energi

(kkal)

1850-

2100

1777

(864 3254)

1850-

2000

1802

(890 3494)

1777

(864 3494) 0673

Protein (g) 49-56 56

(14 165) 49-60

57

(17 118)

57

(14 165) 0710

Lemak (g) 70-72 55

(20 125) 67-72

49

(12 114)

53

(12 125) 0305

Karbohidrat

(g)

254-

289

315

(151 1437)

254-

279

363

(117 858)

340

(117 1437) 0872

Kalsium

(mg)

1000-

1200

630

(78 5980)

1000-

1200

524

(134 5728)

557

(78 5980) 0510

Fosfor (mg) 500-

1250

562

(122 7530)

500-

1250

571

(168 3591)

568

(122 7530) 0510

Besi (mg) 10-13 14

(3 182) 10-14

14

(5 205)

14

(3 205) 0983

Vitamin A

(g)

500-

600

326

(7 2170)

500-

600

401

(23 1251)

365

(7 2170) 0244

Vitamin C

(mg) 45-50

11

(0 345) 45-50

17

(3 454)

15

( 0 454) 0061

Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui

proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan

energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan

sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)

Energi

Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi

berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat

dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi

kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi

makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat

yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan

dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)

Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini

adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa

SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula

halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan

perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam

penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan

antara jenis kelamin belum terlihat jelas

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 30: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

20

Protein

Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan

komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan

kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19

pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian

terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk

pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino

esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)

Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari

Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi

A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein

siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki

adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi

(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)

Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali

energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein

maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang

juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga

berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut

lemak

Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak

merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah

banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan

kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan

pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-

penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi

dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari

karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek

komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji

kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering

juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak

sehat

Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan

lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula

dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak

siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada

dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis

kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan

Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa

SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (p=0305)

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 31: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

21

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang

menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis

menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka

kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan

akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka

kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara

siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)

Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata

asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun

berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam

penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median

asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di

Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880

kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g

dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada

anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan

asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila

dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini

(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan

antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight

dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya

lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011

Garipagaoglu et al 2008)

Mineral

Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal

Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi

tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)

Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium

dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD

berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium

keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann

Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak

berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium

kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median

masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda

nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)

Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median

asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin

median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah

562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor

siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara

signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa

perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 32: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

22

Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor

yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat

baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan

serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari

makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas

ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10

berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk

seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-

Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari

daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang

lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging

daging unggas yang lebih tinggi

Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD

berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan

siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji

beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat

besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan

jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan

siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati

ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak

mengonsumsi telur dan daging unggas

Vitamin

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin

A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman

mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid

yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A

berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk

diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh

serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa

dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan

Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih

tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan

(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih

rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)

Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan

disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan

tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri

Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai

antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa

dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka

kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)

lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)

Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding

siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara

keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-

sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 33: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

23

asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur

oleh siswa

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi

dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat

kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat

kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat

(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-

89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan

berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan

menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14

menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD

berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan

energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan

Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan

akreditasi sekolah

Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)

Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)

Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)

Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)

Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)

Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)

Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)

Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)

Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan

Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)

Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)

Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)

Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)

Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)

Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)

Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)

Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)

Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 34: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

24

Energi

Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86

dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan

Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam

kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)

dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat

kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat

kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan

tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685

tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi

(Masti 2009)

Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86

dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD

berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin

median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat

kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang

mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B

Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki

daripada perempuan

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi makro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Energi

Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263

Defisit

sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131

Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152

Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263

Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192

Protein

Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202

Defisit

sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71

Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121

Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424

Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Protein

Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan

menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat

kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki

tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian

mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 35: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

25

penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana

tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal

dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil

penelitian ini

Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD

berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD

berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan

protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk

kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan

kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah

berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein

siswa laki-laki dan perempuan juga serupa

Lemak

Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang

dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD

berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan

berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam

penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian

Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan

lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per

gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan

mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi

Karbohidrat

Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa

adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B

hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin

tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi

dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa

berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan

karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani

(2009) yaitu 628

Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit

untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan

energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada

anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan

anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung

meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah

dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)

Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24

jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall

ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam

menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat

menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 36: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

26

Mineral

Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan

berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17

sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang

berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup

Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang

berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B

dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat

kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan

tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat

gizi mikro

Kategori

Tingkat

Kecukupan

Akreditasi

A

Akreditasi

B Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n n n

Kalsium

Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727

Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273

Fosfor

Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747

Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253

Besi

Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273

Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727

Vit A

Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677

Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323

Vit C

Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717

Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283

Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000

Vitamin

Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin

siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin

C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian

besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang

tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan

vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah

berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A

cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan

vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan

Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski

(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 37: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

27

soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan

pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas

tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi

Konsumsi dan Asupan Serat

Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat

dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai

sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan

USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG

(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)

cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat

kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan

asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin

Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan

tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p

n n n

Kurang 58 906 33 943 91 919

Cukup 6 94 1 29 7 71

Lebih 0 0 1 29 1 10

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (g) 115

(45 253)

112

(41 361)

114

(41 361)

0338

Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan

klasifikasi tingkat kecukupan serat

Kategori tingkat

kecukupan serat

Laki-laki Perempuan Keseluruhan p

n n n

Kurang 52 981 39 848 91 919

Cukup 1 19 6 130 7 71

Lebih 0 0 1 22 1 10

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median

112

(51 201)

116

(41 361)

114

(41 361)

0229

Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih

dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian

Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah

dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini

Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang

dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 38: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

28

signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)

Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat

perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)

Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya

konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi

pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan

dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit

kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang

padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian

kegemukan pada anak

Aktivitas Fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas

sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau

berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan

Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi

Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko

patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan

Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat

metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)

Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak

dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak

berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas

maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas

ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan

aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh

(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa

Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas

Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu

Aktivitas Pribadi Harian 135

Transportasi 13

Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03

Aktivitas Sekolah 49

Olahraga 08

Aktivitas Hobi 32

Total 240

Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan

berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih

adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti

(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak

Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi

waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 39: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

29

Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis

duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata

03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam

penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti

bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena

permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU

maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan

tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa

untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3

jam untuk menonton TVKomputerPlay Station

Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak

menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif

dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-

aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk

mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai

bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi

obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21

menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level

(PAL)

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah

Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Aktivitas

RinganSedentary 49 766 29 829 78 788

Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121

Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)

p 0603

FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)

menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le

PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya

hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa

memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU

memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan

remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam

pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya

menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian

besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti

menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak

menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa

dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan

147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 40: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

30

Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin

siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih

besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median

PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan

(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas

pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al

(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat

accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak

perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam

penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan

secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat

anak

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin

Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788

Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121

Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)

p 0204

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang

dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)

menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam

mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya

dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)

Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-

13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan

indikator TBU dan IMTU

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu

Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan

indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki

tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan

sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122

Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A

lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator

TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 41: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

31

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 1 16 0 0 1 10

Pendek 1 16 1 29 2 20

Normal 62 969 34 971 96 970

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122

p 0049

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih

tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan

perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan

yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada

siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)

antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi

perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-

laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia

sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-

laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan

n n n

Sangat pendek 0 0 1 22 1 10

Pendek 1 19 1 22 2 20

Normal 52 981 44 957 96 970

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122

p 0679

Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan

akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A

dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar

berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada

SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B

jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan

kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih

tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)

Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU

berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan

siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan

pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score

siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 42: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

32

Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan

signifikan antara keduanya

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah

Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total

n n n

Overweight 37 578 20 571 57 576

Obes 27 422 15 429 42 424

Total 64 1000 35 1000 99 1000

Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054

p 0518

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin

Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total

n n n

Overweight 33 623 24 522 57 576

Obese 20 377 22 478 42 424

Total 53 1000 46 1000 99 1000

Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054

p 0522

Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan

zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU

dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi

makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan

(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan

energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase

asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat

Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi

IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al

(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak

obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan

dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)

pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini

menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin

tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat

pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 43: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

33

korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun

2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur

6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga

prevalensi kegemukan cenderung meningkat

Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi

Variabel Status Gizi

Nilai koefisien korelasi (r)

Tingkat Pendapatan Keluarga 032

Pendidikan Ayah 023

Pendidikan Ibu 023

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan

berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa

memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah

maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan

tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta

sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan

ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari

tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi

Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut

adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi

dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki

dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan

lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan

karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan

serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek

penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary

Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa

obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak

terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis

kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan

sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki

Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih

memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta

aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang

signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 44: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

34

pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu

(r=032)

Saran

Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah

perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan

prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik

Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki

gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode

yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik

diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik

yang lebih akurat dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity

of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med

WKLY 137 424-430

Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama

Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural

Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes

Depkes RI Jakarta

Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J

Clin Nutr 871107ndash17

Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan

pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal

dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91

[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta

Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density

and energy cost Am J Clin Nutr 796-16

Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011

Associations of body mass index and waist circumference with energy intake

and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children

Nutrition Journal 1058

Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam

Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 45: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

35

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy

Requirements Rome FAOWHOUNU

Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic

position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy

30334-340

Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008

Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children

J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29

Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)

Oxford University

Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake

data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-

off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81

Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB

__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI

Press

Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi

Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Unair

IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]

Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah

penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press

Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense

low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in

childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54

Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health

promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di

dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der

Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands

Wagenigen Academic Publishers

Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased

Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to

Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of

Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5

Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa

Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls

assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative

Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6

Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber

serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan

penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Pertanian Bogor

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 46: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

36

Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB

Saunders Company

Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among

Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67

Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007

Development of a WHO growth reference for school-aged children and

adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]

Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of

food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-

17 Agricultural and Development Economic Division FAO

Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota

Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar

Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari

133-140

Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha

LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-

and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise

0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine

Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical

activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-

year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic

BMC Public Health 12 570

Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi

Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia

Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku

Kedokteran EGC

Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the

prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)

123ndash146

Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan

serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor

[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the

Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series

[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years

wwwwhoint [1 Oktober 2013]

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan

dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21

Nopember 2012

Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy

expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese

children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 47: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang

Mengonsumsi

Rata-rata

Konsumsi

(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419

Ketan Hitam 1 101 015

Bihun Goreng 4 404 147

Bubur 29 2929 4136

Corn Flakes 1 101 016

Energen 1 101 015

Gado-Gado 1 101 076

Mie Instan 55 5556 4297

Koko Crunch 3 303 091

Kwetiau 1 101 101

Lontong 5 505 362

Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518

Nasi Uduk 11 1111 751

Quaker Oat 1 101 026

Roti 29 2929 1067

Spaghetty 4 404 190

Toge-Tahu 1 101 076

Total 43788

2 Daging dan Olahannya

Bakso 23 2323 647

Daging Kornet 1 101 106

Daging Sapi 17 1717 1088

Worst (Sosis Daging) 22 2222 601

Total 2442

3 Ayam dan Olahannya

Ampela Goreng 2 202 035

Ayam Goreng 76 7677 4241

Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020

Hati Ayam 14 1414 253

Nugget Ayam 16 1616 578

Sate Ayam 5 505 266

Usus Ayam Goreng 3 303 023

Total 5674

4 Ikan dan Olahannya

Ikan Goreng 19 1919 732

Ikan Bandeng 3 303 108

Cumi-Cumi Goreng 1 101 046

Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008

Sardines dalam Kaleng 2 202 018

Total 910

5 Telur dan Olahannya

Telur Ayam Goreng 87 8788 4642

Total 4642

6 Susu Dan Olahannya

Es Krim 10 1010 336

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 48: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

38

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n Keju 5 505 032

Susu Bubuk 13 1313 397

Susu Cair 35 3535 4924

Susu Kental Manis 6 606 124

Yakult 2 202 099

Yoghurt 3 303 342 Total 6253

7 Kacang-Kacangan dan Olahannya

Kacang Kedelai Kering 14 1414 074

Kacang Tanah 7 707 087

Tahu Goreng 14 1414 884

Tempe Goreng 21 2121 609

Tempe Sayur 1 101 032

Toge Seduh 2 202 020

Total 1706

8 Sayur-Sayuran dan Olahannya

Bayam Rebus 16 1616 681

Buncis Rebus 3 303 072

Cap Cai 1 101 026

Daun Singkong Rebus 3 303 049

Jagung Rebus 11 1111 450

Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142

Ketimun 4 404 064

Kol 1 101 010

Labu Siam 4 404 173

Melinjo 1 101 005

Nangka Muda 1 101 020

Sawi Masak 10 1010 171

Sayur Asem 4 404 085

Sayur Sop 13 1313 545

Wortel Rebus 8 808 250

Total 2767

9 Buah-Buahan dan Olahannya

Alpukat 2 202 131

Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469

Belimbing 1 101 086

Jambu Air 1 101 013

Jeruk Manis 9 909 744

Kurma 1 101 024

Mangga 2 202 076

Nanas 1 101 048

Pepaya 1 101 089

Pir 1 101 084

Pisang Goreng 4 404 375

Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173

Tomat Masak 1 101 007

Jus Jambu 4 404 415

Jeruk Manis Sari 5 505 657

Jus Tomat 1 101 026

Total 3433

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 49: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

39

Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)

No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi

Rata-rata Konsumsi

(gkaphari) n 10 Minuman

Es Cincau 1 101 101

Minuman Berkarbonasi 6 606 884

Es Buah 1 101 036

Es Kelapa Muda 4 404 1630

Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047

Extra Joss 1 101 061

Es Kopi Instan 6 606 331

Milo 8 808 241

Pocari Sweat 4 404 803

Teh ManisKemasan 73 7374 17217

Teh Tawar 3 303 551

Total 23930

11 Jajanan

Agar-Agar 6 606 452

Astor 1 101 003

Bakwan 5 505 192

Batagor 2 202 162

Beng-Beng 7 707 140

Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017

Burger 4 404 299

CakueRoti Goreng 1 101 022

Chitato 33 3333 669

CilokCireng 33 3333 1024

Coklat PastaMeses 11 1111 118

Donat 1 101 081

French Fries 2 202 073

Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839

Keripik Pisang 1 101 017

Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061

Kue Kering 8 808 416

Makaroni 2 202 014

Martabak 2 202 273

Martabak Telur 1 101 029

Momogi Keju 3 303 027

Pempek 5 505 202

Permen 8 808 082

Pilus 2 202 053

Pizza Beef 5 505 579

Risoles 2 202 064

Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189

Wafer 53 5354 381

Total 7505

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 50: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

40

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan

No Aktifitas PAR Kategori

1 Tidur (siang dan malam) 100

Aktivitas Pribadi Harian

2 Tidur-tiduran 120

3 Duduk santai 120

4 Berdiri (P) 150

5 Berdiri (L) 140

6 Mengganti Baju (P) 330

7 Mengganti Baju (L) 240

8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230

9 Makan dan Minum (P) 160

10 Makan dan Minum (L) 140

11 Berjalan santai (L) 210

Transportasi

12 Berjalan santai (P) 250

13 Berjalan lambat (L) 280

14 Berjalan lambat (P) 300

15 Duduk di BusKereta (L) 120

16 Bersepeda (L) 560

17 Bersepeda (P) 360

18 Mengayuh 300

19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350

20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390

21 Berbelanja 460

Pekerjaan Rumah

TanggaAktivitas Lain

22 Mencuci piring 170

23 Menjaga anak kecilbayi 250

24 Memandikan anak kecilbayi 350

25 Menggendong anak kecilbayi 190

26 Beres-beres rumah (umum) 280

27 Beres-beres kasur tidur 340

28 Mengepel Lantai 440

29 Menyapu 230

30 Membersihkan jendela 300

31 Mencuci Pakaian 280

32 Menjemur pakaian 440

33 Menyetrika pakaian (L) 350

34 Menyetrika pakaian (P) 170

35 MenjahitMerajut 150

36 Membersihkan tamanhalaman 360

37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340

38 Memancing dengan pancingan 190

39 Memancing dengan jala 230

40 Memancing dengan tangan 394

41 Mengisi formulir isian (L) 130

Office Worker

42 Mengisi formulir isian (P) 150

43 Membaca (L) 130

44 Membaca (P) 150

45 Duduk di kursi 130

46 Berdiribolak balik 160

47 Mengetik 180

48 Menulis 140

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 51: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

41

Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)

No Aktifitas PAR Kategori

49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351

Olahraga

50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424

51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793

52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831

53 Bowling 421

54 Sepak Bola 800

55 Golf 438

56 Lari - jarak jauh (L) 634

57 Lari - jarak jauh (P) 655

58 Lari sprint (L) 821

59 Lari sprint (P) 828

60 Berenang 900

61 Tennis (L) 580

62 Tennis (P) 592

63 Volley ball 606

64 Berdansamenari 509

Aktivitas Hobi

65 Mendengarkan lagumusik (L) 157

66 Mendengarkan lagumusik (P) 143

67 Melukis (L) 125

68 Melukis (P) 127

69 Bermain kartu (L) 150

70 Bermain kartu (P) 175

71 Bermain piano 225

72 Bermain trumpetseruling 177

73 Membaca (L) 122

74 Membaca (P) 125

75 Menonton TV (L) 164

76 Menonton TV (P) 172

Sumber FAOWHOUNU (2001)

Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 52: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

42

Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

1 Aktivitas Pribadi Harian

Berdiri 060

Duduk santai 111

Makan dan Minum 106

Mencuci Tanganmuka dan rambut 045

Mengganti Baju 039

Tidur (siang dan malam) 972

Tidur-tiduran 019

Total 1350

2 Transportasi

Berjalan lambat 003

Berjalan santai 081

Duduk di BusKereta 023

Bersepeda 026

Total 133

3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya

Berbelanja 005

Beres-beres kasur tidur 004

Beres-beres rumah (umum) 005

Mencuci Pakaian 001

Mencuci piring 001

Mengepel Lantai 000

Menjaga anak kecilbayi 006

Menjemur pakaian 000

Menyapu 002

Menyetrika pakaian 001

Total 023

4 Aktivitas Sekolah

Berdiribolak balik 032

Duduk di kursi 061

Membaca 243

Mengetik 038

Mengisi formulir isian 028

Menulis 096

Total 496

5 Olahraga

Berenang 001

Lari - jarak jauh 008

Lari sprint 001

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 53: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

43

Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan

(lanjutan)

No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)

Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000

Sepak Bola 068

Volley ball 000

Total 108

6 Aktivitas Hobi

Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028

Bermain piano 001

Bermain trumpetseruling 000

Melukis 001

Mendengarkan lagumusik 016

Menonton TV 344

Total 390

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Page 54: ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS … · 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan ... anjuran PUGS yaitu sebesar 25.6% dari total asupan

44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah

Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis

aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan

2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode

2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi

Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota

Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di

Rumah Sakit Kanker Dharmais