Top Banner
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG INAYAH RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Disusun Oleh : Jehan Pristya A01301775 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN 2016
103

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

Mar 06, 2019

Download

Documents

phungnhi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS

PADA NN. C DI RUANG INAYAH RS PKU MUHAMMADIYAH

GOMBONG

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif

Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan

Pendidikan Ahli Madya Keperawatan

Disusun Oleh :

Jehan Pristya

A01301775

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

2016

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

iv

Program Studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2016

Jehan Pristya¹, Arnika Dwi Asti²

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS

PADA NN.C DI RUANG INAYAH RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Latar Belakang : Penyakit gagal ginjal kronik menyebabkan beberapa gambaran

klinis yaitu anemia yang terjadi hampir 80-90%. Anemia menimbulkan gejala

seperti kelemahan fisik dan mudah pusing saat beraktivitas sehingga pasien akan

mengalami intoleransi aktivitas.

Tujuan Penulisan Karya Ilmiah : Tujuan dari penulisan karya ilmiah adalah untuk

mengetahui gambaran mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

pemenuhan kebutuhan aktivitas.

Resume Keperawatan : Hasil pengkajian pada tanggal 9 Juni 2016 didapatkan data

subjektif klien mengatakan merasa lemas dan pusing. Data objektif keadaan umum klien

lemah, konjungtiva anemis, klien hanya berbaring di tempat tidur, kadar hemoglobin 5,6

g/dl. Diagnosa keperawatan yang muncul intoleransi aktivitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan. Intervensi dan implementasi

yang dilakukan menentukan penyebab intoleransi aktivitas, memonitor tanda-tanda vital,

memonitor kadar hemoglobin, memberikan transfusi darah sesuai advise dokter.

Rekomendasi : untuk institusi agar mahasiswa mendapatkan tambahan materi mengenai

transfusi darah lebih mendalam, untuk rumah sakit jika menemui pasien dengan

intoleransi aktivitas dilakukan tindakan yang dapat membantu meningkatkan hemoglobin

selain dari transfusi darah sehingga bisa membantu dalam proses peningkatan

hemoglobin sehingga mencapai batas normal.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Intoleransi aktivitas, Transfusi darah

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

v

DIPLOMA III OF NURSING PROGRAM

MUHAMMADIYAH HEALTH SCIENCE INSTITUTE OF GOMBONG

Nursing Care Report, August 2016 Jehan Pristya¹, Arnika Dwi Asti²

ABSTRACT

NURSING CARE OF FULFILLING ACTIVITIES NEED

TO Nn. C IN INAYAH WARD, PKU MUHAMMADIYAH HOSPITAL OF

GOMBONG

Background : The disease is chronic renal failure caused some clinical features are

anemia is almost 80-90%. Anemia causes symptoms such as physical weakness and

dizziness easily while on the move so that the patient will experience activity intolerance.

The purpose of Scientific Writing : The purpose of scientific writing is to describe the

nursing care in patients with impaired fulfillment activity.

Nursing Care : From the assessment results on June 9, 2016 obtained subjective data the

client says to feel weak and dizzy. Objective data of the general state of weak clients,

conjunctival pallor, the client just lying in bed, a hemoglobin level of 5.6 g / dl. Nursing

diagnoses emerging activity intolerance related to imbalance between the supply of

oxygen to the needs. Intervention and implementation conducted to determine the cause

of activity intolerance, monitor vital signs, monitor hemoglobin levels, provide

appropriate blood transfusion doctors advise.

Recommendation : for an institution that students get the extra material on blood

transfusions deeper, to the hospital when seeing patients with intolerance activity

performed actions that can help increase hemoglobin other than blood transfusion that

may help in the process of increasing hemoglobin so as to achieve the normal range.

Keywords : Activity Intolerance, Blood Transfusion, Nursing Care

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Aktivitas Pada Nn.C di Ruang Inayah RS PKU Muhammadiyah

Gombong”.

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan

untuk mendapatkan gelar ahli madya keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Gombong. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya

karya tulis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Madkhan Anis, S.Kep.Ns selaku ketua STIKes Muhammadiyah Gombong.

2. Sawiji, S.Kep.Ns,M.Sc selaku ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKes

Muhammadiyah Gombong.

3. Arnika Dwi Asti, S.Kep.Ns,M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi dalam penyusunan karya tulis

ini.

5. Dosen-dosen STIKes Muhammadiyah Gombong yang telah memberi bekal

ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Segenap perawat di ruang Inayah RS PKU Muhammadiyah Gombong yang

telah memberikan arahan serta masukan dalam mengelola klien.

7. Ibunda tercinta Suprapti, adikku Jesika Yuliana, dan nenek serta kakek yang

telah mengajariku bagaimana bertanggung jawab dan menjadi kebanggaan

mereka.

8. Mas Agus Fatoni yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan bantuan

selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

vi

9. Teman – teman DIII Keperawatan angkatan 2013 khususnya Nofidon Laela,

Nesi Nur Istiqomah, Nurul Istiqlaliyah, Nur Za’adah, Herlina Yulianti Kulsum,

Imas Susanti, Ike Puji Astati, Leny Oktaviani Puji Rahayu, dan Nina Wanda,

Kartika yang bersama-sama menjadi sebuah keluarga yang selama ini saling

mendukung, mengisi dan berbagi.

10. Pihak-pihak lain yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang tidak

bisa disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap karya tulis

ilmiah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Kebumen, Agustus 2016

Penulis,

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...............................................................iii

ABSTRAK ..........................................................................................................iv

ABSTRACT ........................................................................................................v

KATA PENGANTAR ........................................................................................vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................1

B. Tujuan Penulisan .............................................................................4

C. Manfaat Penulisan ...........................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kebutuhan Aktivitas ...............................................7

1. Kebutuhan Aktivitas ....................................................................7

2. Definisi Intoleransi Aktivitas ......................................................8

3. Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik..............................................9

B. Manajemen Intoleransi Aktivitas ...................................................13

1. Definisi Transfusi Darah ............................................................13

2. Tujuan Transfusi Darah ..............................................................13

3. Indikasi Transfusi Darah ............................................................14

4. Kontraindikasi Transfusi Darah .................................................14

5. Macam-macam Transfusi Darah ................................................15

6. Komplikasi Transfusi Darah ......................................................16

7. Prosedur Transfusi Darah ...........................................................16

C. Konsep Dasar Inovasi Tindakan Keperawatan .................................17

BAB III RESUME KEPERAWATAN

A. Pengkajian ......................................................................................21

B. Analisa Data ...................................................................................25

C. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi..........................................27

BAB IV PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan......................................................................36

1. Intoleransi Aktivitas ...................................................................36

2. Mual ...........................................................................................40

3. Defisiensi Pengetahuan ..............................................................45

B. Analisa Inovasi Tindakan Keperawatan .........................................48

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................54

B. Saran ..............................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Insidens typhoid menurun di USA dan Eropa akan tetapi di sebagian besar negara

berkembang typhoid di perkirakan 21,6 kasus dengan 216.500 kematian tahun 2000.

Tertinggi >100 kasus per 100.000 populasi per tahun di Asia Tengah, Selatan serta

Tenggara, dan kemungkinan di Afrika Selatan. Yang tergolong insidens sedang 10-

100 kasus 100.000 populasi per tahun di Asia dan negara lainnya. Insidens rendah

<10 kasus per 100.000 populasi per tahun di belahan dunia lainnya. Di Indonesia

insidens typhoid banyak dijumpai karena berkaitan dengan rumah tangga dimana

adanya anggota keluarga yang pernah mengalami tifoid (WHO, 2008).

Typhoid di Indonesia disebabkan oleh faktor kebersihan meliputi makanan,

kebersihan pribadi, dan lingkungan, maupun masalah klinis seperti koinfeksi dengan

penyakit lain serta belum adanya vaksin yang efektif (Depkes, 2006). Laporan profil

kesehatan Indonesia 2007, menyebutkan bahwa 10 penyakit terbanyak pada pasien

rawat inap di rumah sakit tahun 2006 diantaranya adalah typhoid dengan presentase

3,26% yaitu 72.804 orang (Depkes, 2007). Angka kejadian tinggi biasanya pada

daerah tropis dibandingkan daerah berhawa dingin. Beberapa literature menyebutkan

penyakit typhoid dapat mengenai siapa saja, tetapi lebih sering dialami oleh anak-

anak.

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 menyebutkan typhoid masuk dalam

peringkat ketiga dari 10 penyakit terbanyak rawat inap di rumah sakit. Menurut Riset

Kesehatan Nasional pada tahun 2007, kejadian tifoid sebanyak 1,6%. Kejadian

typhoid di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebanyak 0,08%. Kejadian typhoid

di kabupaten Kebumen pada tahun 2010 sebanyak 0,30% (Dinkes Jateng, 2011).

Typhoid merupakan penyakit infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh

kuman salmonella Typhi (Mansjoer Arif, 2009). Terdapat dua penularan Salmonella

typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carter. Carter adalah

orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih mengekresi Salmonella typhi

dalam faces dan urine lebih dari 1 tahun (Mansjoer Arif, 2009).

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

2

Penularan typhoid melalui banyak cara yang lebih dikenal dengan 5F (Food,

Fingers, Fly, Feces, Fomitus). Gejala yang muncul biasanya berupa demam yang

akan terjadi mulai dari sore hari hingga malam, lidah kotor, sakit kepala, terkadang

juga disertai dengan diare. Di pulau Jawa dimana sentra pemerintahan berada tidak

menutup kemungkinan penyakit typhoid tidak bisa menyebabkan penularan yang

karena di pulau Jawa tingkat kepadatan penduduknya tinggi, lalu tingkat ekonominya

rendah sehingga standart hidup dan kebersihan rendah.

Pathogenesis typhoid melalui beberapa tahapan. Setelah kuman masuk, kuman

dapat bertahan pada asam lambung dan masuk melalui mukosa usus pada ileum,

kemudian menyebar ke pembuluh dalah melalui sistem limfatik. Periode ini terjadi

selama 7-14 hari. Diagnosis pasti demam typhoid berdasarkan 3 prinsip, yaitu isolasi

bakteri, deteksi antigen mikroba, titrasi antibodi pada organisme penyebab. Peran

pemeriksaan widal masih kontroversial, biasanya antibodi gen-O dijumpai pada hari

ke 6-8 dan anti gen-H pada hari ke 10-12 setelah sakit diagnosis didasarkan atas

kenaikan titer (Sudoyo, 2009).

Dikarenakan pasien yang dikelola penulis memiliki riwayat penyakit gagal ginjal

kronik maka penulis pun menuliskan latar belakang yang berkaitan dengan penyakit

gagal ginjal kronik.

Di Indonesia penyakit gagal ginjal kronik termasuk penyakit yang memiliki

penderita terbanyak dengan prevalensi 10% tiap tahunnya (Sudoyo, 2009). Di

Amerika Serikat, penderita gagal ginjal kronik di perkirakan 20 juta orang ada dua

penyebab terbesar dari gagal ginjal kronik yaitu hipertensi dan diabetes mellitus

diperparah oleh obesitas, merokok, dan faktor lainnya (Bailie, 2006). Prevalensi gagal

ginjal kronik pada tahun 2007 yang paling tertinggi di tempati oleh Taiwan dengan

jumlah 2.400 per juta penduduk, di Jepang 2.000 per juta penduduk, di Amerika

1.800 per juta penduduk, di Eropa 800 per juta penduduk dan meningkat menjadi 44-

85% dari tahun 2000-2015.

Dari data yang diperoleh dari data rumah sakit pemerintah daerah dan

Departemen Kesehatan sepanjang tahun 2005 sebanyak 125.441 pasien mengalami

gagal ginjal kronik dan menjalani hemodialisis (Pernefri, 2009). Menurut data dari

Indonesia Renal Registry tahun 2008 penderita gagal ginjal kronik sekitar 200-250

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

3

per satu juta penduduk dan yang menjalani hemodialisa mencapai 2.260 orang dan

meningkat menjadi 2.148 orang dari tahun sebelumnya di tahun 2007 Gagal ginjal

kronik merupakan penyakit yang mengganggu fungsi renal secara progresif dan

ireversibel sehingga tubuh gagal mempertahankan metabolism dan keseimbangn

cairan serta elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Brunner & Suddarth, 2010).

Menurut Susalit (2012) penderita gagal ginjal kronik di Indonesia mencapai

300.000 orang tetapi yang belum tertangani semua oleh medis, yang sudah tertangani

baru mencapai 25.000 pasien. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi

gagal ginjal kronik yang tertinggi adalah di Sulawesi Tengah sekitar 0,5%, sementara

di pulau Jawa khususnya di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur

masing – masing 0,3%. Hemodialisa merupakan terapi yang bertujuan agar fungsi

ginjal bisa tetap dilakukan walaupun digantikan dengan mesin dan pasien yang

mengalami hemodialisa akan berketergantungan seumur hidup. Penyakit gagal ginjal

kronik juga biasanya menyebabkan beberapa gambaran klinis diantaranya yaitu

anemia yang terjadi hampir 80-90% pasien gagal ginjal kronik mengalaminya.

Anemia yang terjadi akibat dari defisiensi sintesis hormon eritropoietin yang

merupakan hormon endogen yang dihasilkan fibroblas peritubular yang terdapat di

korteks ginjal secara normal eritropoietin disintesis jika terjadi kehilangan darah

akibat perdarahan maupun hipoksia jaringan yang menyebabkan produksinya

meningkat 1000 kali faktor lain terjadinya anemia yaitu pemendekan usia eritrosit

akibat peningkatan hemolisis eritrosit serta kehilangan darah seperti perdarahan

saluran cerna dan defisiensi vitamin (asam folat dan vitamin B 12). Anemia secara

fungsional adalah sebagai penurunan jumlah masa eritrosit (red cell mass) sehingga

tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah cukup ke

jaringan perifer. Kadar hemoglobin dan eritrosit sangat bervariasi tergantung pada

usia, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal serta keadaan fisiologis tertentu seperti

misalnya kehamilan (Bakta, 2007). Anemia adalah menunjukkan rendahnya hitung sel

darah merah dan kadar hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan

penyakit, melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh,

pada usia produktif dan pada perempuan sangat resiko tinggi menderita anemia

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

4

karena mereka kehilangan banyak darah saat melalui menstruasi, terlebih saat

menstruasi hari pertama.

Penurunan produksi sel darah merah menyebabkan penurunan kadar hemoglobin

sehingga transportasi oksigen ke darah berkurang dan terjadi hipoksia karena suplai

oksigen tidak seimbang, dari hal tersebut menimbulkan kelemahan fisik sehingga

menyebabkan kebutuhan sehari-hari tidak terpenuhi., karena mengalami kelemahan

tidak mampu melakukan aktivitasnya dikarenakan energi besar diperlukan untuk

menyelesaikan aktivitas, dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa intoleransi

aktivitas merupakan masalah keperawatan yang harus teratasi pada karena di dalam

kehidupan sehari-hari seseorang memerlukan energi yang besar dalam beraktivitas.

(Smeltzer & Bare, 2002)

Intoleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dapat

dilakukan oleh seseorang (Perry dan Potter, 2006) sedangkan menurut Herdman

(2012) intoleran aktifitas adalah ketidakcukupan energi secara fisiologis atau

psikologis dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari yang dibutuhkan atau diperlukan.

Penderita anemia akan beresiko mengalami masalah intoleransi aktivitas sehingga

menghambat pasien dalam menjalani aktivitasnya. Oleh karena itu pada karya tulis

ilmiah (KTI) yang penulis buat akan menjabarkan lebih lanjut bagaimana pengelolaan

intoleransi aktivitas pada pasien kelolaan yang mengalami penyakit typhoid yang

disertai dengan gagal ginjal kronik sehingga menyebabkan adanya penurunan kadar

hemoglobin dalam darah dan mengakibatkan produktivitas seseorang mengalami

gangguan.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini untuk memberikan gambaran

asuhan keperawatan pada Nn. C di ruang Inayah RS PKU Muhammadiyah

Gombong dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas dan dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang utuh serta komprehensif.

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

5

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan

pemenuhan kebutuhan aktivitas pada klien typhoid disertai dengan gagal

ginjal kronik

b. Mampu menganalisa masalah yang muncul dan menegakkan diagnose

keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas

pada klien typhoid disertai dengan gagal ginjal kronik

c. Mampu menyusun intervensi keperawatan sesuai dengan masalah

keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan

aktivitas pada klien thypoid disertai dengan gagal ginjal kronik

d. Mampu melakukan implementasi pada klien dengan gangguan pemenuhan

kebutuhan aktivitas pada klien thypoid disertai dengan gagal ginjal kronik

e. Mampu melakukan evaluasi dari hasil implementasi yang telah dilakukan

pada klien pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas

thypoid disertai dengan gagal ginjal kronik

f. Mampu mendokumentasikan hasil tindakan keperawatan pada klien dengan

masalah keperawatan pemenuhan kebutuhan aktivitas pada klien thypoid

disertai dengan gagal ginjal kronik

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat keilmuan

a. Manfaat untuk penulis

Melatih kemampuan penulis untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang

sudah diajarkan oleh institusi serta dapat melatih pola fikir penulis dalam

menganalisis asuhan keperawatan yang komprehensif.

b. Manfaat untuk institusi pendidikan

Sebagai referensi untuk mahasiswa dengan melakukan Asuhan Keperawatan

pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien thypoid disertai dengan gagal

ginjal kronik.

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

6

2. Manfaat aplikatif

a. Manfaat untuk pasien dan keluarga

Dapat menambah pengetahuan serta wawasan pasien dan keluarga tentang

cara perawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan

aktivitas akibat penyakit thypoid disertai dengan gagal ginjal kronik.

b. Manfaat untuk instansi kesehatan

Dapat mengoptimalkan transfusi darah yang efektif dalam membantu

proses pemulihan gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien

thypoid disertai dengan gagal ginjal kronik.

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

DAFTAR PUSTAKA

Acomb, C., (2003).Anemia, dalam Walker, R., Edwards, C., 3rd , Clinical

Pharmacy and Therapeutics, 725-730, Churchill Livingstone.,

Philadelphia.

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien. Jakarta:Salemba Medika.

Ayu Nyoman, Suega Ketut, Widiana Gede.(2010). Hubungan Antara Beberapa

Parameter Anemia Dan Laju Filtrasi Glomerulus Pada Penyakit Ginjal

Kronik Pradialisis

Bailie, George R PharmD, PHD ; Curtis A.Johnson, PharmD ; Nancy A.Mason,

PharmD ; and Wendy Lst. Peter, PharmD. (2006) A Guide to Select NKF.

KDOQI Guidelines and Recommendations was edited by Nephrology

Pharmacy Associates. Journal NKF-KDOQI National Kidney Foundation

Chronic Kidney Diseases.

Baki Aber, Musa Nevine, Kamel Cherry. (2012). Iron Deficiency Among Anemic

Pre-Dialysis Chronic Kidney Patients: Life Science Journal.

Bakta, I Made. (2007). Hematologi Klinik Ringkasan Jakarta: EGC

Bastiansyah, Eko. (2008). Panduan Lengkap : Membaca Hasil Tes Kesehatan.

Jakarta : Penebar Plus.

Brunner and Suddarth. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih

bahasa: Waluyo Agung, Yasmin Asih, Juli, Kuncara, I Made Karyasa,

Jakarta, EGC. edisi 8, volume 3. Jakarta: EGC

Child, J.A, Lyndon, S. Ed. (2010). Buku Saku Hematologi Klinik. Tangerang:

Binarupa Aksara Publisher.

DiJen PP dan PL Depkes RI. Profil Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan

Lingkungan (2006). Jakarta: Depkes RI; (2007). 164 halaman

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2011. Demam Typhoid di Jawa Tengah. Diunduh

dari http://www. Profil Kesehatan Jawa Tengah.go.id/dokumen/profil

2011/htn.

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M.,

(2009) Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach Seventh Edition,

TheMcGraw-Hill Companies, Inc., USA.

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

Doengoes, Maryllin E. (2014). Manual Diagnosis Keperawatan : rencana,

intervensi, & dokumentasi asuhan keperawatan. Edisi 3. Alih bahasa :

Bhesty Angelina. Jakarta : EGC.

Dokman Gilang.( 2010). Profil Status Besi Pada Penderita Penyakit Ginjal Kronis

Stadium 5 Yang Menjalani Hemodialisis Berkelanjutan di Instalasi

Hemodialis RSUD Dr.Soetomo

Evelyn, Pearce. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Gombotz, H., (2012). Patient Blood Management: A Patient-Orientated Approach

to Blood Replacement with the Goal of Reducing Anemia, Blood Loss and

the Need for Blood Transfusion in Elective Surgery, Transfusion Medicine

and Hemotherapy., 39, 67–72.

Herdman, T. Heather. (2012). Nursing Diagnoses : Deffinition & Classification

2012- 2014. Jakarta : EGC

Hoffbdand A.V. dan Pettit J.E. (2011) : Alih Bahasa Iyan Darmawan, Kapita

Selekta Hematologi, Edisi II.EGC. Jakarta.

Ineck, B., Mason, B.J., Lyons,W., (2008). Anemia, dalam Dipiro, J.T., Wells,

B.G., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V., 7th, Pharmacotherapy: A

Pathophysiologic Approach , 1639-1660, McGrawHill., United Stated.

Kidney International Supplements, (2012).Clinical practice for Anemia in chronic

Kidney disease, KDIGO., 2, 283–287.

KTW, 2009. Annual Meeting 2009 Perhimpunan Nefrologi Indonesia.

http://www.kalbe.co.id.

Lankhorst, C.E., Wish, J.B., (2010). Anemia in Renal Disease: Diagnosis and

Management, Blood Reviews., 24, 39–47.

Lerma, Edgar.( 2011). Anemia of Chronic Disease and Renal Failure.

Manjsoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: EGC.

Masood, I., Teehan, G., (2012). Pharmacological Adjuvants to Limit

Erythropoietin Stimulating Agents Exposure, Open Journal of

Nephrology., 2, 86-96.

Nency, Yetty Movieta, Sumantri, Dana. (2011), Latar Belakang Penyakit Pada

Penggunaan Transfusi Komponen Darah Pada Anak. RSUP.Dr.Kariadi

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

Semarang, Universitas Diponegoro Departemen Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran, Sari Pediatri, Vol.13, No.3, Oktober 2011.

Ochiai RL, Acosta JC, Danovaro, Holliday MC, Baiqing D, Bhattacharya SK,

Agtini M, et al. A Study of Thypoid Fever In Five Asian Countries :

Disease burden and implications for controls, Bull World Health

Organization (WHO). (2008). ; 86 : 260 – 8.

Pali, Moeis, Rotty. (2012). Gambaran Anemia Pada Penderita Gagal Ginjal

Kronik Di BLU. RSUD. Prof. Dr. R.D.Kandou. Universitas Sam Ratulangi

Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran.

Purba Regina Tatiana, Kampono Nugroho, Handaya, Moegni Endi.M. (2007).

Perbandingan Efektivitas Terapi Besi Intra Vena dan Oral pada Anemia

Defisiensi Besi Dalam Kehamilan, Majalah Kedokteran Indonesia, Vol :

57, No. 4, April 2007.

Potter & Perry. (2006) Buku Ajar Fundamental Konsep, Proses, dan Praktik

(Vol.2). Jakarta: EGC

Pratidina, Eki., Pustika, Pupu. (2001). Transfusi Darah. Bhakti Kencana Medika,

Vol.1, No.3, Juli 2001, hal : 89-95

PPM dan PL. Profil Kesehatan Indonesia . (2005).Jakarta: DepKes RI; (2006).

Rejeki, Pradani, Nurhayati, Supriyanto. (2014). Model Prediksi Kebutuhan Darah,

Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol.8, No.7, Februari

2014

Sudoyo, A W. (2009). Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publising.

Sumiati, Ningsih, Nurkhikmah. (2015) Administration Periode Of PRC

Transfusion Toward To Hemoglobin Values, Caring, Vol.1, No.2, Maret

2015.

Susalit. (2012). Teknik Baru Pengobatan Gagal Ginjal, Edisi Minggu 22 Januari

2012. Koran Jakarta. Di Buka pada Website:

http://koranjakarta.com/index .php/detail/view01/81403.

Sharma, S., Sharma, P, Tyler, L., (2011). Transfusion of Blood and Blood

Products: Indications and Complications, American Family Physician,

Volume 83, Number 6.

Shavelle, R.M., Kenzie, R.M., (2012). Anemia and mortality in older persons:

does the type of anemia affect survival, Int J Hematol., 95, 248–256.

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2.

Jakarta : EGC

Smeltzer, S. C. & Bare, B. G Brunner and Suddarth’s 2010. Buku Ajar

Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3. Edisi 8. Jakarta: FKUI.

Strippoli, G.F.M., Craig, J.C., Manno, C., Schena, F.P., (2004). Hemoglobin

Targets for the Anemia of Chronic KidneyDisease: A Meta-analysis of

Randomized, Controlled Trials, J Am Soc Nephrol., 15, 3154–3165.

Tarwoto, Watonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,

Edisi : 3, Jakarta : Salemba.

Teddy. (2011). Hubungan Hepcidin Dengan Feritin Serum Pasien Anemia

Defisiensi Besi Pada Penyakit Ginjal Kronik. Tesis. Universitas Andalas.

Hal 38-39

Weiner, D.E., Miskulin, D.C., (2010). Anemia Management in Chronic Kidney

Disease: Bursting the Hemoglobin Bubble, Annals of Internal Medicine.,

Vol 153, Number 1.

WHO, 2011. Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2010.

http://www.who.int/nmh/publications/ncd_report_chapter1.pdf

Ermaya, Hilmanto, Reniarti. (2007). Hubungan Kadar Hemoglobin Sebelum

Transfusi dan Zat Pengikat Besi Dengan Kecepatan Pertumbuhan

Penderita Thallasemia Major, Majalah Kedokteran Indonesia, Vol.57,

No.11, November 2007.

Zulkoni, Akhsin. (2011). Parasitologi. Yogyakarta : Nuha Medika

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

LAPORAN PENDAHULUAN

TYPHOID DI RUANG INAYAH

RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Disusun oleh :

Jehan Pristya

(A01301779)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2016

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

LAPORAN PENDAHULUAN

THYPOID

A. Pendahuluan

Thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella

thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan

penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene

industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C. H, 2009. Tifoid,

Epidemiologi dan Perkembangan Penelitian. Cermin Dunia Kedokteran No. 83.)

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus tifoid, Diseluruh dunia

mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian setiap tahunnya. Tifoid merupakan

penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Anak merupakan

yang paling rentan terkena demam tifoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan

dari pada dewasa. Hampir disemua daerah endemik, insiden demam tifoid banyak terjadi

pada anak usia 5-19 tahun (Nugroho, 2011)

Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008, demam

tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit

di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15%, urutan pertama ditempati

oleh diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan proporsi 7,52%, urutan ketiga ditempati

oleh DBD dengan jumlah kasus 77.539 dengan proporsi 3,01% (Departemen Kesehatan RI,

2009)

B. Anatomi Fisiologi

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah

sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya

menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang

bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,

usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang

terletak di luar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

A. Usus Halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di

antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang

mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan

lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan

makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang

mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus meliputi, lapisan mukosa (sebelah

kanan), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M longitudinal) dan

lapisan serosa (sebelah luar).

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari duodenum), usus

kosong (jejenum) dan usus penyerapan (ileum). Villi usus halus terdiri dari pipa berotot

(> 6 cm), pencernaan secara kimiawi, penyerapan makanan. Terbagi atas usus 12 jari

(duodenum), usus tengah (jejenum), usus penyerapan (ileum).

1. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak

setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejenum). Bagian usus dua

belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale

dan berakhir di ligamentum Treitz.

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus

seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar

pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari

pancreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum

digitorum, yang berarti dua belas jari.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang

merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum

melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh,

duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan

makanan.

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

2. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejenum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian dari

usus halus, diantara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).

Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah

bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh

dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan

terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis

dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.

Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yaitu sedikitnya sel

goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus

penyerapan secara makroskopis.

3. Usus Penyerapan (ileum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem

pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah

duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7

dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-

garam empedu.

C. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan

rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari

kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid

(berhubungan dengan rectum). Banyaknya bakteri yang terdapat didalam usus besar

berfungsi mencerna makanan beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin

K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik

bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi

iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

D. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin : caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah

suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari

usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

Sebagian besar herbivore memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora ekslusif

memiliki yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

E. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada

organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat

menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau

peritonitis (infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing adalah

ujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari

caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10 cm

tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi

ujung umbai cacing bisa berbeda-beda di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas

tetap terletak di peritoneum.

Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan),

sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.

Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendiktomi.

F. Rektum dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar (setelah kolon sigmoid)

dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.

Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpang ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada

kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka

timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena

penumpukan material didalam rectum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan

keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, seringkali material akan

dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika

defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan

terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi

dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting

untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana

bahan limba keluar dari tubuh. Sebagian besar anus terbentuk dari permukaan tubuh

(kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

spinter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang

merupakan fungsi utama anus.

C. Pengertian

Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.

Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses

dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Smeltzer & Bare. 2002).

Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella

Thypi (Mansjoer, Arif. 2009).

D. Etiologi

Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan salmonella parathypi

(S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, mempunyai

flagela, dapat hidup dalam air, sampah dan debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan

pemanasan suhu 600 selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, pasien

membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

a. Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari

tubuh kuman).

b. Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel

kuman).

c. Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan antigen Vi

(berasal dari simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk

diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien menderita tifoid (Aru W, 2009).

E. Patofisiologi

Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam tubuh melalui

mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH < 2) banyak bakteri yang mati.

Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor

histamin H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis

infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri melekat

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya

di ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi Peyer’s patch, merupakan

tempat internalisasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti

aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai ke

jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami multiplikasi di dalam sel

fagosit mononuklear di dalam folikel limfe, kelenjar limfe mesenterika, hati dan limfe

(Soedarmo, 2012.).

Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan oleh

jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka Salmonella typhi akan keluar

dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara

ini organisme dapat mencapai organ manapun, akan tetapi tempat yang disukai oeh

Salmonella typhi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung empedu dan Peyer’s

patch dari ileum terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari

darah atau penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme di empedu dapat

menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja. Peran endotoksin dalam

patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya

endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari

Salmonella typhi menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan

kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari makrofag

inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular yang tidak stabil, demam,

depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan juga menstimulasi sistem

imunologik (Soedarmo, 2012).

F. Pathway

Penularan 5F :

Food : Makanan

Finger : Jari tangan,kuku

Fomitis : Muntahan

Fly : Lalat

Feces : Kotoran manusia

Defisit perawatan diri

Mudah letih, lesuh

Energi yang

dihasilkan berkurang

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

Bakteri

salmonella

Thypi

(perantara 5F)

Metabolisme menurun

Masuk lewat

makanan

Intake makanan

(nutrisi) untuk tubuh

menurun

Saluran

pencernaan

Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Lambung

(sebagian mati

oleh asam

lambung)

Napsu makan

menurun, nausea &

vomit

Usus halus (jar.

Limfoid usus

halus)

Peristaltik usus

menurun

Malaise,

perasaan tidak

enak, nyeri

abdomen

Infeksi usus

halus

Tidak terdengar bising

usus/bising usus turun

↑ ↓

Hipertermi inflamasi

konstipasi

↑ ↓

Gangguan pada

termoregulator

Pembuluh limfe

Komplikasi intestinal:

Peradarahan

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

(pusat

pengaturan

suhu tubuh)

usus

Perforasi usus

(bag.distal ileum)

periotonitis

↑ ↓

Pirogen beredar

dalam darah

Bakterime

primer (bakteri

masuk ke aliran

darah)

↑ ↓

Endotoksin

meransang

sintesa &

pelepasan zat

pirogen oleh

leukosit pada

jar. radang

Bakteri yang

tidak

difagositosis

akan masuk

&berkembang

di hati & limfa

↑ ↓

Peradanan

lokalisasi

meningkat

Inflamasi hati &

limfa

Hepatomegali

& splenomegali

Masa inkubasi 5-9

hari

Nyeri tekan

Masuk kedalam darah

(bakteremi sekunder)

Bakteri

mengeluarkan

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

endotoksin

Nyeri akut

G. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala klinik thypoid :

Keluhan:

Nyeri kepala (frontal) 100%

Kurang enak di perut 50%

Nyeri tulang, persendian, dan otot 50%

Berak-berak 50%

Muntah 50%

Gejala:

Demam 100%

Nyeri tekan perut 75%

Bronkitis 75%

Toksik 60%

Letargik 60%

Lidah tifus (“kotor”) 40%

a. Pada kondisi demam, dapat berlangsung lebih dari 7 hari, febris reminten, suhu tubuh

berangsur meningkat

b. Ada gangguan saluran pencernaan, bau nafaas tidak sedap,bibir kering pecah-pecah

(ragaden), lidah ditutpi selaput putih kotor (coated tongue, lidah limfoid) ujung dan

tepinya kemerahan, biasanya disertai konstipasi, kadang diare, mual muntah, dan

jarang kembung.

c. Gangguan kesadaran, kesadaran pasien cenderung turun, tidak seberapa dalam, apatis

sampai somnolen, jarang sopor, koma atau gelisah

d. Relaps (kambung) berulangnya gejala tifus tapi berlangsung ringan dan lebih singkat

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

H. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia

dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada

kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada

batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada

komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak

berguna untuk diagnosa demam typhoid.

2. Pemeriksaan SGOT Dan SGPT

SGOT Dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali

normal setelah sembuhnya typhoid.

3. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah

negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan

hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

a. Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini

disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu

pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat

bakteremia berlangsung.

b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan

berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat

positif kembali.

c. Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi

dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah

negatif.

d. Pengobatan dengan obat anti mikroba

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba

pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin

negatif.

e. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).

Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan

typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang

digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan

diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya

aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid

Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman

Salmonella typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali

lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60

(dalam sekali pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu merupakan

diagnosa pasti demam tifoid bila hasilnya positif, namun demikian, bila hasil kultur

negatif belum menyingkirkan kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan, yaitu

pengaruh pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi. Sesuai dengan

kemampuan SDM dan tingkat perjalanan penyakit demam tifoid, maka diagnosis

klinis demam tifoid diklasifikasikan atas:

1. Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala

demam,gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air besar dan

hepato/splenomegali. Sindrom demam tifoid belum lengkap. Diagnosis ini hanya

dibuat pada pelayanan kesehatan dasar.

2. Probable Case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir lengkap, serta

didukung oleh gambaran laboraorium yang menyokong demam tifoid (titer widal

O > 1/160 atau H > 1/160 satu kali pemeriksaan).

3. Definite Case Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi pada pemeriksaan biakan atau

positif S.Thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan titerWidal 4 kali

lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O> 1/320, H > 1/640 (pada

pemeriksaan sekali) (Widodo, 2007)

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

I. Penatalaksanaan Medis

a. Perawatan.

Penderita thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan

pengobatan, penderita harus tirah baring sampai minimal 7 hari, batas panas atau kurang

lebih 14 hari. Mobilisasi dilakukan secara sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien,

penderita yang kesadarannya menurun posisi tubuh harus diubah pada waktu-waktu

tertentu untuk menghindari komplikasi dekubitus, defekasi, dan miksi perlu diperhatikan

karena kadang-kadang terjadi konstipasi dan retensi urine.

b. Diet/ Terapi Diet.

Yaitu penatalaksanaan diet penyakit Thypus Abdominalis dengan tujuan :

1) Memberi makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan yang bertambah guna

mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.

2) Pemberian makanan yang cukup dan seimbang tidak merangsang dan tidak

memperberat kerja saluran pernafasan.

3) Jika adanya peradangan pada usus halus, maka harus diberikan secara hati-hati untuk

menghindari rangasangan terutama dari serat kasar.

Penderita diberi bubur saring kemudian bubu kasar, dan akhirnya diberi nasi sesuai

dengan tingkat kesembuhan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa pemberian

makanan pada dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran

dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada penderita Thypoid.

c. Obat – Obatan.

1. Klorampenikol 4.500 mg selama 14 hari.

2. Limfenikol 3.300 mg.

3. Kotrimoxazol 12.480 mg selama 4 hari.

4. Ampicillin dan Amoxillin 341 gr selama 14 hari.

Obat-obatan anti piretik tidak perlu diberikan secara rutin pada penderita Thypoid.

Pada penderita toksik dapat diberikan kortikosteroid oral atau parenteral dalam dosis

yang menurun secara bertahap selama 5 hari, hasil biasanya memuaskan. Kesadaran

penderita menjadi baik dan suhu tubuh cepat turun sampai normal, akan tetapi

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

kortikosteroid tidak boleh diberikan tanpa indikasi karena dapat menyebabkan

pendarahan intestinal. (Smeltzer & Bare, 2002).

J. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering muncul dalam kasus demam thypoid adalah sebagai

berikut :

1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cidera biologis atau infeksi

3. Ketidak seimbangangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

makanan yang tidak adekuat

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, istirahat total dan pembatasan

karena pengobatan

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

K. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa

keperawatan

Tujuan/hasil yang

diharapkan Rencana Tindakan Rasional

1 Hypertermi b/d

proses infeksi

Termoregulasi

Tanda-tanda Vital

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama….x 24 jam

pasien menujukan

temperatur dalan batas

normal dengan kriteria:

Bebas dari

kedinginan

Suhu tubuh

stabil 36-37 C

Tanda-tanda

vital dalam rentang

normal

1. Pantau suhu tubuh pasien setiap 4 jam

2. Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai

anjuran

3. Turunkan panas dengan melepaskan selimut

atau menanggalkan pakian yang terlalu tebal,

beri kompres dingin pada aksila dan liatan

paha.

4. Pantau dan catat denyut dan irama nadi,

vekanan vena sentral, tekanan darah, frekuensi

napas, tingkat responsitas, dan suhu kulit

minimal 4 jam

1. Meyakinkan perbandingan data

yang akurat.

2. Menurunkan demam.

3. Meningkatkan kenyaman,

menurunkan temperatur suhu

tubuh

4. Peningkatan denyut nadi,

penurunan tekan vena sentral,

dan penurunan tekanan darah

dapat mengindikasikan

hipovolemia yang mengarah

pada perfusi jaringan. Kulit yang

dingin, pucat dan burik dapat

juga mengindikasikan

peunurunan perfsi jaringan.

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

5. Observasi adanya konfusi disorientasi

6. Berikan cairan IV sesuai yang dianjurkan.

Peningkatan frekuensi

pernapasan berkompensasi pada

hipoksia jaringan.

5. Perubahan tingkat kesadaran

dapat merupakan akibat dari

hipoksia jaringan

6. Menghindari kehilangan air

natrium klorida dan kalium yang

berlebihan.

2 Nyeri akut Tingkat kenyamanan

Control nyeri

Setelah dilakukan askep

selama ..... x 24 jam

pasien menunjukan

tingkat kenyamanan

meningkat, dan

dibuktikan dengan:

level nyeri pada

scala 2-3

Pasien dapat

Manajemen nyeri :

1. Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

2. Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan.

3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk

mengetahui pengalaman nyeri klien

sebelumnya.

1. Respon nyeri sangat individual

sehingga penangananya pun

berbeda untuk masing-masing

individu.

2. Menngetahui tingkat

kenyamanan

3. Komunikasi yang terapetik

mampu meningkatkan rasa

percaya klien terhadap perawat

sehingga dapat lebih kooperatif

dalam program manajemen

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

melaporkan nyeri

pada petugas,

Frekuensi nyeri

Ekspresi wajah

Menyatakan

kenyamanan fisik dan

psikologis,

TD 120/80 mmHg,

N: 60-100 x/mnt, RR:

16-20x/mnt

Control nyeri pada

level 3 dibuktikan

dengan:

Pasien melaporkan

gejala nyeri dan

control nyeri.

4. Kontrol faktor lingkungan yang

mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan.

5. Kurangi faktor presipitasi nyeri.

6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologis/non farmakologis).

7. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,

distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.

8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

9. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol

nyeri.

nyeri.

4. Lingkungan yang nyaman dapat

membantu klien untuk

mereduksi nyeri.

5. Meningkatkan kenyamanan

6. Pengalihan nyeri dengan

relaksasi dan distraksi dapat

mengurangi nyeri yang sedang

timbul.

7. Meningkatkan kenyamanan

8. Pemberian analgetik yang tepat

dapat membantu klien untuk

beradaptasi dan mengatasi nyeri.

9. Tindakan evaluatif terhadap

penanganan nyeri dapat

dijadikan rujukan untuk

penanganan nyeri yang mungkin

muncul berikutnya atau yang

sedang berlangsung.

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

10. Kolaborasi dengan dokter bila ada

komplain tentang pemberian analgetik tidak

berhasil.

11. Monitor penerimaan klien tentang

manajemen nyeri.

Administrasi analgetik :.

1. Cek program pemberian analogetik; jenis,

dosis, dan frekuensi.

2. Cek riwayat alergi..

3. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian

dan dosis optimal.

4. Monitor TTV sebelum dan sesudah

pemberian analgetik.

5. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat

nyeri muncul.

6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan

gejala efek samping.

10. Kolaborasi yang tepat

membantu pasien mempercepat

tindakan keperawatan

11. Sebagai rujukan

penanganan nyeri

3 Ketidakseimbang

an nutrisi kurang

dari kebutuhan

Status gizi : asupan gizi

Setelah dilakukan askep

Manajemen Nutrisi

1. kaji pola makan klien

2. Kaji adanya alergi makanan.

Manajemen nutrisi dan monitor

nutrisi yang adekuat dapat

membantu klien mendapatkan

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

tubuh selama ....x24 jam pasien

menunjukan:

status nutrisi adekuat

dibuktikan dengan BB

stabil tidak terjadi mal

nutrisi, tingkat energi

adekuat, masukan nutrisi

adekuat

3. Kaji makanan yang disukai oleh klien.

4. Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan

nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan

klien.

5. Anjurkan klien untuk meningkatkan

asupan nutrisinya.

6. Yakinkan diet yang dikonsumsi

mengandung cukup serat untuk mencegah

konstipasi.

7. Berikan informasi tentang kebutuhan

nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien.

Monitor Nutrisi

1. Monitor BB setiap hari jika

memungkinkan.

2. Monitor respon klien terhadap situasi yang

mengharuskan klien makan.

3. Monitor lingkungan selama makan.

4. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak

bersamaan dengan waktu klien makan.

5. Monitor adanya mual muntah.

6. Monitor adanya gangguan dalam proses

mastikasi/input makanan misalnya

nutrisi sesuai dengan kebutuha

tubuhnya.

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

perdarahan, bengkak dsb.

7. Monitor intake nutrisi dan kalori.

4 Defisit perawatan

diri

Perawatan diri :

aktivitas kehidupan

sehari-hari

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan ....x24 jam

klien mampu melakukan

Perawatan diri/Self care

: Activity Daly Living

(ADL) dengan skala 1-2

dengan indicator :

Pasien dapat

melakukan aktivitas

sehari-hari (makan,

berpakaian,

kebersihan,

toileting, ambulasi)

Kebersihan diri

pasien terpenuhi

Bantuan perawatan diri

1. Monitor kemampuan pasien terhadap

perawatan diri

2. Monitor kebutuhan akan personal hygiene,

berpakaian, toileting dan makan

3. Beri bantuan sampai klien mempunyai

kemapuan untuk merawat diri

4. Bantu klien dalam memenuhi

kebutuhannya.

5. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas

sehari-hari sesuai kemampuannya

6. Pertahankan aktivitas perawatan diri

secara rutin

7. Evaluasi kemampuan klien dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

8. Berikan reinforcement atas usaha yang

dilakukan dalam melakukan perawatan diri

sehari hari.

Self-care assistant.

1. Kaji kemampuan klien self-care mandiri

Bantuan perawatan diri dapat

membantu klien dalam beraktivitas

dan melatih pasien untuk

beraktivitas kembali.

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

2. Kaji kebutuhan klien untuk personal

hygiene, berpakaian, mandi, cuci rambut,

toilething, makan.

3. sediakan kebutuhan yang diperlukan

untuk ADL

4. Bantu ADL sampai mampu mandiri.

5. Anjurkan keluarga untuk membantu

6. Ukur tanda vital setiap tindakan

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

DAFTAR PUSTAKA

1. Aru W. Sudoyo.(2009) Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed V.Jilid III. Jakarta: Interna

Publishing

2. Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Depkes RI,

Jakarta

3. Nugroho, Susilo, (2011). Pengobatan Demam Tifoid. Yogyakarta: Nuha Medika

4. Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.

5. Simanjuntak, C. H, (2009). Demam Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan Penelitian.

Cermin Dunia Kedokteran No. 83.)

6. Sjamsuhidayat. (1998). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta.

7. Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

8. Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. (2012). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis.

Jakarta: IDAI)

9. Widodo, D. (2007). Buku Ajar Keperawatan Dalam. Jakarta: FKUI

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

NUTRISI PADA PASIEN TYPHOID DI RUANG INAYAH

RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Disusun Oleh :

Jehan Pristya

A01301775

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

2016

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Diagnosa Keperawatan :Kurang pengetahuan keluarga dan pasien mengenai nutrisi pada pasien

typhoid (pengertian nutrisi pada pasien typhoid dan tujuannya, syarat-

syarat diet sisa rendah, makanan yang di perbolehkan ,makanan yang

tidak di perbolehkan, jadwal diit)

Pokok Bahasan : Nutrisi pada pasien typhoid

Sub Pokok Bahasan : Mengenal masalah nutrisi pada pasien typhoid

Sasaran : Keluarga Nn. C

Waktu : Jam 08.00 – 08.25 WIB (1 x 25 menit)

Pertemuan ke- : 1

Hari/Tanggal : Jumat 10 Juni 2016

Tempat : Ruang Inayah RSM PKU Gombong

Pelaksana : Jehan Pristya

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 25 menit diharapkan Nn.C dan Ny.R

dapat mengenal tentang nutrisi pada pasien typhoid.

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 25 menit diharapkan Nn.C mampu :

1. Menyebutkan kembali tentang pengertian nutrisi pada pasien typhoid dan tujuannya

2. Menyebutkan kembali tentang syarat-syarat diet sisa rendah

3. Menyebutkan kembali tentang makanan yang di perbolehkan

4. Menyebutkan kembali tentang makanan yang tidak di perbolehkan

5. Menyebutkan kembali tentang jadwal diit

C. Pokok Materi

1. Pengertian nutrisi pada pasien typhoid dan tujuannya

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

2. Syarat-syarat diet sisa rendah

3. Makanan yang di perbolehkan

4. Makanan yang tidak di perbolehkan

5. Jadwal diit

D. Kegiatan

1. Metode : diskusi dan tanya jawab

2. Media : lembar balik

3. Strategi pelaksanaan :

Waktu Tahap Respon

5 menit Orientasi :

a. Mengucapkan salam

b. Memperkenalkan diri

c. Mengingatkan kontrak

d. Menjelaskan maksud dan tujuan

e. Menanyakan kesediaan

f. Apersepsi

a. Menjawab salam

b. Mendengarkan

c. Pasien ingat dengan kontrak

d. Pasien mengerti maksud dan

tujuan

e. Pasien bersedia

15 menit Kerja :

a. Memulai penkes dengan membaca

tasmiyah

b. Menjelaskan pengertian nutrisi

pada pasien typhoid dan tujuannya

c. Menjelaskan tentang syarat-syarat

diet sisa rendah

d. Menjelaskan tentang makanan

yang di perbolehkan

e. Menjelaskan tentang makanan

yang tidak di perbolehkan

f. Menjelaskan tentang jadwal diit

g. Memberi kesempatan bertanya

h. Menjawab pertanyaan

a. Memperhatikan

b. Mendengarkan

5 menit Terminasi :

a. Melakukan evaluasi

b. Memberikan kesimpulan

c. Menutup penkes dengan membaca

tahmid

d. Memberi salam penutup

a. Mendengarkan

b. Menjawab salam

E. Evaluasi

1. Evaluasi Persiapan

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

a. Materi sudah siap dan dipelajari 1 hari sebelum penkes

b. Media sudah siap 1 hari sebelum penkes

c. Kontrak waktu dan tempat dengan pasien sudah disampaikan 1 hari sebelum penkes

d. SAP sudah siap 1 hari sebelum penkes

3. Evaluasi Proses

a. Pasien siap diberi penkes

b. Pasien memperhatikan saat diberi penkes

c. Media dapat digunakan secara aktif

2. Evaluasi Hasil

a. Pasien mampu menyebutkan kembali tentang pengertian nutrisi pada pasien typhoid

dan tujuannya

b. Pasien mampu menyebutkan kembali tentang syarat-syarat diet sisa rendah

c. Pasien mampu menyebutkan kembali tentang makanan yang di perbolehkan

d. Pasien mampu menyebutkan kembali tentang makanan yang tidak di perbolehkan

e. Pasien mampu menyebutkan kembali tentang jadwal diit

F. Materi

Terlampir

G. Lembar Balik

Leaflet

Terlampir

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

Materi

Nutrisi pada pasien typhoid

1. Pengertian nutrisi pada pasien typhoid dan tujuannya

Nutrisi pada pasien typhoid adalah diet yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

makan penderita typhoid dalam bentuk makanan lunak rendah serat. Tujuan utama diet

demam thypoid adalah memenuhi kebutuhan nutrisi penderita typhoid dan mencegah

kekambuhan.

Penderita penyakit dtyphoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti

petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain:

a. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.

b. Tidak mengandung banyak serat.

c. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.

d. Makanan lunak diberikan selama istirahat.

2. Syarat-syarat diet sisa rendah

Makanan dengan rendah serat dan rendah sisa bertujuan untuk memberikan

makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga

dapat membatasi volume feses, dan tidak merangsang saluran cerna. Pemberian bubur

saring, juga ditujukan untuk menghindari terjadinya komplikasi perdarahan saluran cerna

atau perforasi usus. Syarat-syarat diet sisa rendah adalah:

1. Energi cukup sesuai dengan umur, jenis kelamin dan aktivitas

2. Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total

3. Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total

4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total

5. Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat maksimal 8

gr/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan

6. Menghindari susu, produk susu, daging berserat kasar (liat) sesuai dengan toleransi

perorangan.

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

7. Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam

dan berbumbu tajam.

8. Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas dan

dingin

9. Makanan sering diberikan dalam porsi kecil

10. Bila diberikan untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet perlu disertai

suplemen vitamin dan mineral, makanan formula, atau makanan parenteral.

3. Makanan yang di perbolehkan

a. Sumber karbohidrat : beras dibubur/tim, roti bakar, kentang rebus, krakers, tepung

tepungan dibubur atau dibuat puding

b. Sumber protein hewani: daging empuk, hati, ayam, ikan direbus, ditumis,

dikukus,diungkep, dipanggang; telur direbus, ditim, diceplok air, didadar, dicampur

dalam makanan dan minuman; susu maksimal 2 gelas per hari

c. Sumber protein nabati : tahu, tempe ditim, direbus, ditumis; pindakas; susu kedelai

d. Sayuran : sayuran berserat rendah dan sedang seperti kacang panjang, buncis muda,

bayam, labu siam, tomat masak, wortel direbus, dikukus, ditumis

e. Buah-buahan : semua sari buah; buah segar yang matang (tanpa kulit dan biji) dan

tidak banyak menimbulkan gas seperti pepaya , pisang, jeruk, alpukat

f. Lemak nabati : margarin, mentega, dan minyak dalam jumlah terbatas untuk menumis,

mengoles dan setup

g. Minuman : teh encer, sirup

h. Bumbu : garam, vetsin, gula, cuka, salam, laos, kunyit, kunci dalam jumlah terbatas

4. Makanan yang tidak di perbolehkan

a. Sumber karbohidrat : beras ketan, beras tumbuk/merah, roti whole wheat, jagung, ubi,

singkong, talas, tarcis, dodol dan kue-kue lain yang manis dan gurih

b. Sumber protein hewani : daging berserat kasar (liat), serta daging, ayam, ikan

diawetkan, telur mata sapi, didadar

c. Sumber protein nabati : Kacang merah serta kacang-kacangan kering seperti kacang

tanah, kacang hijau, kacang kedelai, dan kacang tolo

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

d. Sayuran : sayuran yang berserat tinggi seperti : daun singkong, daun katuk, daun

pepaya, daun dan buah melinjo, oyong,timun serta semua sayuran yang dimakan

mentah

e. Buah-buahan : buah-buahan yang dimakan dengan kulit seperti apel, jambu biji, jeruk

yang dimakan dengan kulit ari; buah yang menimbulkan gas seperti durian dan nangka

f. Lemak : minyak untuk menggoreng, lemak hewani, kelapa dan santan

g. Minuman : kopi dan teh kental; minuman yang mengandung soda dan alcohol

h. Bumbu : cabe dan merica

5. Jadwal diit

a. Makan Pagi :

- Bubur ayam tanpa bumbu kuning saring

- Telur Rebus Matang

- Susu

b. Makan Siang :

- Tim saring

- Abon ayam tabur

- Sup/Sayur bening labu siam

- Semangka potong

c. Makan Malam :

- Tim saring (Blender,dengan campuran dada ayam,udang

kupas,wortel,brokoli,sedikit bawang putih)

- Sup tahu rebus

- Pudding buah susu

- Jus melon

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

Catatan:

- Pastikan banyak minum air putih.

- Tirah baring (istirahat total).

- Minum obat yang dianjurkan dokter secara teratur.

- Multivitamin.

- Selalu jaga kebersihan.

- Jauhkan pasien dari hewan peliharaan.

Pencegahan :

- Makanlah makanan dan minuman yang sudah pasti matang.

- Lindungi makanan dari lalat, kecoa dan tikus ataupun hewan peliharaan

- Cucilah tangan dengan sabun setelah beraktivitas

- Hindari jajan ditempat yang kurang bersih

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

Daftar Pustaka

Moore.M, courtnry. (2008). Buku Pedoman Terapi Diet Dan Nutrisi. Edisi.2 Jakatra : Hipokrates

Bagian Gizi RS Dr Cipto Mangunkusumo. (2006). Penuntun Diet. Edisi.2 Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama.

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

PENDIDIKAN

KESEHATAN

NUTRISI PADA

PASIEN TYPHOID

Oleh : JEHAN PRISTYA (A01301775)

DIII KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

2016

NUTRISI PADA PASIEN TYPHOID ??

Nutrisi pada pasien typhoid adalah

diet yang berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan makan penderita

typhoid dalam bentuk makanan lunak

rendah serat. Tujuan utama diet

demam thypoid adalah memenuhi

kebutuhan nutrisi penderita typhoid

dan mencegah kekambuhan.

SYARAT – SYARAT DIET SISA

RENDAH ??

1. Energi cukup sesuai dengan umur,

jenis kelamin dan aktivitas

2. Protein cukup, yaitu 10-15% dari

kebutuhan energi total

3. Lemak sedang, yaitu 10-25% dari

kebutuhan energi total

4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa

kebutuhan energi total

5. Menghindari makanan berserat tinggi

dan sedang sehingga asupan serat

maksimal 8 gr/hari. Pembatasan ini

disesuaikan dengan toleransi

perorangan

6. Menghindari susu, produk susu, daging

berserat kasar (liat)

sesuai dengan toleransi perorangan.

7. Menghindari makanan yang terlalu

berlemak, terlalu manis, terlalu asam

dan berbumbu tajam.

8. Makanan dimasak hingga lunak dan

dihidangkan pada suhu tidak

terlalu panas dan dingin

9. Makanan sering diberikan dalam porsi

kecil

10. Bila diberikan untuk jangka waktu

lama atau dalam keadaan khusus,

diet perlu disertai suplemen vitamin

dan mineral, makanan formula,

atau makanan parenteral.

MAKANAN YANG DI PERBOLEHKAN

a. Sumber karbohidrat : beras dibubur/tim,

roti bakar, kentang rebus, krakers, tepung

tepungan dibubur atau dibuat puding

b. Sumber protein hewani: daging empuk,

hati, ayam, ikan direbus, ditumis,

dikukus,diungkep, dipanggang; telur

direbus, ditim, diceplok air, didadar,

dicampur dalam makanan dan minuman;

susu maksimal 2 gelas per hari

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

c. Sumber protein nabati : tahu, tempe

ditim, direbus, ditumis; pindakas; susu

kedelai

d. Sayuran : sayuran berserat rendah dan

sedang seperti kacang panjang, buncis

muda, bayam, labu siam, tomat masak,

wortel direbus, dikukus, ditumis

e. Buah-buahan : semua sari buah; buah

segar yang matang (tanpa kulit dan biji)

dan tidak banyak menimbulkan gas

seperti pepaya , pisang, jeruk, alpukat

f. Lemak nabati : margarin, mentega, dan

minyak dalam jumlah terbatas untuk

menumis, mengoles dan setup

g. Minuman : teh encer, sirup

h. Bumbu : garam, vetsin, gula, cuka, salam,

laos, kunyit, kunci dalam jumlah terbatas

MAKANAN YANG TIDAK

DIPERBOLEHKAN !!! a. Sumber karbohidrat : beras ketan, beras

tumbuk/merah, roti whole wheat, jagung,

ubi, singkong, talas, tarcis, dodol dan

kue-kue lain yang manis dan gurih

b. Sumber protein hewani : daging berserat

kasar (liat), serta daging, ayam, ikan

diawetkan, telur mata sapi, didadar

c. Sumber protein nabati : Kacang merah

serta kacang-kacangan kering seperti

kacang tanah, kacang hijau, kacang

kedelai, dan kacang tolo

d. Sayuran : sayuran yang berserat tinggi

seperti : daun singkong, daun katuk, daun

pepaya, daun dan buah melinjo,

oyong,timun serta semua sayuran yang

dimakan mentah

e. Buah-buahan : buah-buahan yang

dimakan dengan kulit seperti apel, jambu

biji, jeruk yang dimakan dengan kulit

ari; buah yang menimbulkan gas seperti

durian dan nangka

f. Lemak : minyak untuk menggoreng,

lemak hewani, kelapa dan santan

g. Minuman : kopi dan teh kental; minuman

yang mengandung soda dan alcohol

h. Bumbu : cabe dan merica

JADWAL DIIT

a. Makan Pagi :

- Bubur ayam tanpa bumbu kuning

saring

- Telur Rebus Matang

- Susu

b. Makan Siang :

- Tim saring

- Abon ayam tabur

- Sup/Sayur bening labu siam

- Semangka potong

c. Makan Malam :

- Tim saring (Blender,dengan campuran

dada ayam ,udang kupas ,wortel

,brokoli,sedikit bawang putih)

- Sup tahu rebus

- Pudding buah susu

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

PENGERTIAN & TUJUAN

Nutrisi pada pasien typhoid adalah diet yang berfungsi

untuk memenuhi kebutuhan makan penderita typhoid dalam

bentuk makanan lunak rendah serat. Tujuan utama diet

demam thypoid adalah memenuhi kebutuhan nutrisi

penderita typhoid dan mencegah kekambuhan.

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

SYARAT-SYARAT DIET SISA RENDAH

1. Energi cukup sesuai dengan umur, jenis kelamin dan

aktivitas

2. Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total

3. Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total

4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total

5. Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga

asupan serat maksimal 8 gr/hari. Pembatasan ini

disesuaikan dengan toleransi perorangan

6. Menghindari susu, produk susu, daging berserat kasar (liat)

sesuai dengan toleransi perorangan.

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

7. Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis,

terlalu asam dan berbumbu tajam.

8. Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu

tidak terlalu panas dan dingin

9. Makanan sering diberikan dalam porsi kecil

10. Bila diberikan untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan

khusus, diet perlu disertai suplemen vitamin dan mineral,

makanan formula, atau makanan parenteral.

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

MAKANAN YANG DI PERBOLEHKAN

1. Sumber karbohidrat

Kentang rebus Nasi tim

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

2.Sumber protein hewani

ikan rebus

telur rebus

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

3.Sumber protein nabati

Tahu rebus tempe rebus

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

2. Sayuran

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

3. Buah – buahan

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

MAKANAN YANG TIDAK DI PERBOLEHKAN

1. Sumber karbohidrat

Beras ketan ubi

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

2. Sumber protein hewani

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

3. Sumber protein nabati

Kacang merah kacang tanah

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

4. Sayuran

Daun pepaya daun singkong daun katuk

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

5. Buah – buahan

Page 66: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

6. Lemak

santan

Page 67: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

7. Minuman

Page 68: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

8. Bumbu

Page 69: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

JADWAL DIIT

a. Makan Pagi :

- Bubur ayam tanpa bumbu kuning saring

- Telur Rebus Matang

- Susu

b. Makan Siang :

- Tim saring

- Abon ayam tabur

- Sup/Sayur bening labu siam

- Semangka potong

Page 70: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

c. Makan Malam :

- Tim saring (Blender,dengan campuran dada ayam,udang

kupas,wortel,brokoli,sedikit bawang putih)

- Sup tahu rebus

- Pudding buah susu

- Jus melon

Page 71: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

LEMBAR BALIK

NUTRISI PADA PASIEN TYPHOID

Di buat oleh :

JEHAN PRISTYA

A01301775

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MUHAMMADIYAH GOMBONG

2016

Page 72: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

ATUR NUHUN

Semoga bermanfaat dan terima kasih…

1. Pengertian nutrisi pada pasien typhoid dan tujuannya

Page 73: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

Nutrisi pada pasien typhoid adalah diet yang berfungsi

untuk memenuhi kebutuhan makan penderita typhoid dalam

bentuk makanan lunak rendah serat. Tujuan utama diet

demam thypoid adalah memenuhi kebutuhan nutrisi

penderita typhoid dan mencegah kekambuhan.

Penderita penyakit dtyphoid selama menjalani

perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet yang

dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain:

a. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.

b. Tidak mengandung banyak serat.

c. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.

Page 74: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

d. Makanan lunak diberikan selama istirahat

2. Syarat-syarat diet sisa rendah

Makanan dengan rendah serat dan rendah sisa bertujuan untuk

memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin

meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume feses, dan tidak

merangsang saluran cerna. Pemberian bubur saring, juga ditujukan

untuk menghindari terjadinya komplikasi perdarahan saluran cerna

atau perforasi usus. Syarat-syarat diet sisa rendah adalah:

1. Energi cukup sesuai dengan umur, jenis kelamin dan aktivitas

2. Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total

3. Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total

4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total

Page 75: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

5. Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan

serat maksimal 8 gr/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan

toleransi perorangan

6. Menghindari susu, produk susu, daging berserat kasar (liat) sesuai

dengan toleransi perorangan.

7. Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu

asam dan berbumbu tajam.

8. Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak

terlalu panas dan dingin

9. Makanan sering diberikan dalam porsi kecil

10. Bila diberikan untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus,

diet perlu disertai suplemen vitamin dan mineral, makanan formula,

atau makanan parenteral

Page 76: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

3. Makanan yang di perbolehkan

a. Sumber karbohidrat : beras dibubur/tim, roti bakar, kentang

rebus, krakers, tepung tepungan dibubur atau dibuat puding

b. Sumber protein hewani: daging empuk, hati, ayam, ikan direbus,

ditumis, dikukus,diungkep, dipanggang; telur direbus, ditim, diceplok

air, didadar, dicampur dalam makanan dan minuman; susu maksimal 2

gelas per hari

c. Sumber protein nabati : tahu, tempe ditim, direbus, ditumis;

pindakas; susu kedelai

Page 77: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

d. Sayuran : sayuran berserat rendah dan sedang seperti kacang

panjang, buncis muda, bayam, labu siam, tomat masak, wortel

direbus, dikukus, ditumis

e. Buah-buahan : semua sari buah; buah segar yang matang (tanpa

kulit dan biji) dan tidak banyak menimbulkan gas seperti pepaya ,

pisang, jeruk, alpukat

f. Lemak nabati : margarin, mentega, dan minyak dalam jumlah

terbatas untuk menumis, mengoles dan setup

g. Minuman : teh encer, sirup

h. Bumbu : garam, vetsin, gula, cuka, salam, laos, kunyit, kunci dalam

jumlah terbatas

Page 78: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

4. Makanan yang tidak di perbolehkan

a. Sumber karbohidrat : beras ketan, beras tumbuk/merah, roti

whole wheat, jagung, ubi, singkong, talas, tarcis, dodol dan kue-kue

lain yang manis dan gurih

b. Sumber protein hewani : daging berserat kasar (liat), serta daging,

ayam, ikan diawetkan, telur mata sapi, didadar

c. Sumber protein nabati : Kacang merah serta kacang-kacangan

kering seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, dan kacang

tolo

Page 79: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

d. Sayuran : sayuran yang berserat tinggi seperti : daun singkong,

daun katuk, daun pepaya, daun dan buah melinjo, oyong,timun serta

semua sayuran yang dimakan mentah

e. Buah-buahan : buah-buahan yang dimakan dengan kulit seperti apel,

jambu biji, jeruk yang dimakan dengan kulit ari; buah yang

menimbulkan gas seperti durian dan nangka

f. Lemak : minyak untuk menggoreng, lemak hewani, kelapa dan santan

g. Minuman : kopi dan teh kental; minuman yang mengandung soda dan

alcohol

h. Bumbu : cabe dan merica

Page 80: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

5. Jadwal diit

b. Makan Pagi :

- Bubur ayam tanpa bumbu kuning saring

- Telur Rebus Matang

- Susu

b. Makan Siang :

- Tim saring

- Abon ayam tabur

- Sup/Sayur bening labu siam

- Semangka potong

Page 81: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

c. Makan Malam :

- Tim saring (Blender,dengan campuran dada ayam,udang

kupas,wortel,brokoli,sedikit bawang putih)

- Sup tahu rebus

- Pudding buah susu

- Jus melon

Catatan:

- Pastikan banyak minum air putih.

- Tirah baring (istirahat total).

- Minum obat yang dianjurkan dokter secara teratur.

- Multivitamin.

Page 82: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG

- Selalu jaga kebersihan.

- Jauhkan pasien dari hewan peliharaan.

Pencegahan :

- Makanlah makanan dan minuman yang sudah pasti matang.

- Lindungi makanan dari lalat, kecoa dan tikus ataupun hewan peliharaan

- Cucilah tangan dengan sabun setelah beraktivitas

- Hindari jajan ditempat yang kurang bersih

Page 83: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 84: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 85: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 86: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 87: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 88: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 89: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 90: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 91: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 92: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 93: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 94: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 95: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 96: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 97: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 98: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 99: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 100: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 101: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 102: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG
Page 103: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/147/1/JEHAN PRISTYA NIM. A01301775.pdf · ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA NN. C DI RUANG