Top Banner
asuhan kebidanan pada akseptor KB Hormonal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan bagian penting dari program kesehatan dan merupakan titik pusat sumber daya manusia mengingat pengaruhnya terhadap setiap orang dan mencakup banyak aspek kehidupan sejak dalam kandungan sampai pada kematian. Oleh karena itu pelayanan kesehatan reproduksi harus mencakup empat komponen esensial yang mampu memberikan hasil yang efektif dan efisien bila dikemas dalam pelayanan yang terintegrasi. Salah satu dari empat komponen esensial yaitu Keluarga Berencana. Pelayanan Keluarga Berencana perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi, maka pelayanan KB harus menjadi lebih berkualitaas serta memperhatikan hak – hak dari klien dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan. ( Buku Panduan Praktik Pelayanan Kontrasepsi, 2003 ) 1.2. Tujuan
29

Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

Dec 12, 2015

Download

Documents

MaharaniSavitri

Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

asuhan kebidanan pada akseptor KB Hormonal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan bagian penting dari program kesehatan dan

merupakan titik pusat sumber daya manusia mengingat pengaruhnya terhadap setiap orang

dan mencakup banyak aspek kehidupan sejak dalam kandungan sampai pada kematian. Oleh

karena itu pelayanan kesehatan reproduksi harus mencakup empat komponen esensial yang

mampu memberikan hasil yang efektif dan efisien bila dikemas dalam pelayanan yang

terintegrasi. Salah satu dari empat komponen esensial yaitu Keluarga Berencana.

Pelayanan Keluarga Berencana perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena

dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat

meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma

dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian

populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan

reproduksi serta hak reproduksi, maka pelayanan KB harus menjadi lebih berkualitaas serta

memperhatikan hak – hak dari klien dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan.

( Buku Panduan Praktik Pelayanan Kontrasepsi, 2003 )

1.2.      Tujuan

1.2.1.      Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan keluarga berencana dengan Akseptor baru KB suntik 3

bulanan.

1.2.2.      Tujuan Khusus

a.       Melaksanakan pengkajian pada Ny. “N“ meliputi data subyektif dan obyektif.

b.      Menegakkan diagnosa kebidanan dan menidentifikasi masalah kebidanan berdasarkan data

subyektif dan obyektif.

c.       Merencanakan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan diagnosa kebidanan dan masalah

yang ada.

d.      Melaksanakan implementasi dari rencana yang telah disusun.

e.       Melaksanakan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan.

Page 2: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

1.3.      Metode Penulisan

Data dalam penulisan Asuhan Kebidanan ini didapatkan dengan cara :

a.      Studi Kepustakaan

Dengan membaca dan mempelajari buku – buku referensi yang berhubungan dengan masalah

yang ditulis. Tujuannya agar mendapatkan data dasar yang teoritis dan bersifat ilmiah.

b.      Observasi

Dengan pengamatan secara langsung meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

c.       Wawancara

Mengadakan Tanya jawab secara langsung kepada klien, keluarga atau tenaga kesehatan

tentang hal – hal yang berhubungan dengan kesehatan atau keadaan klien. Tujuannya adalah

untuk memperoleh data secara langsung dari sumber data.

d.      Mempelajari Kasus

Dengan melihat rekam medis klien terhadap program pengobatan melalui catatan medik.

1.4.      Sistematika Penulisan

Penyusunan Asuhan Kebidanan ini terbagi dalam 6 bab yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORI

Berisi tentang konsep KB dan konsep manajemen kebidanan

BAB III : TINJAUAN KASUS

1.  Pengkajian

2.  Identifikasi masalah / diagnosa

3.  Antisipasi masalah potensial

4.  Identifikasi kebutuhan segera

5.  Intervensi

6.  Implementasi

7.  Evaluasi

BAB IV : PEMBAHASAN

Berisi tentang pembasahan kesenjangan antara teori dengan kasus dan praktek di lapangan.

BAB V : PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1.      Konsep KB

2.1.1        Pengertian

1.        KB Secara Umum

Suatu usaha mengatur banyaknya kelahiran sedemikian rupa, sehingga bagi ibu maupun

bayinya dan bagi ayahnya serta keluarga dan masyarakat yang bersangkutan tidak

menimbulkan kerugaian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut.

2.        KB Secara Khusus

Suatu tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya pembuahan atau mencegah

pertemuan antara sel mani dan ovarium.

Page 4: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

( Manuaba , 1998 )

2.1.2        Jenis Suntikan KB

1.        Upyhon Company ( 1958 )

a.       Depo provera yang mengandung medoxy progesterone asetat 150 mg

b.      Cyclofem yang mengandung medoxy progesterone asetat 50 mg dan komponen estrogen.

(Manuaba, 1998)

2.        Schering AG ( 1957 )

a.       Suntikan Kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah

  25 mg dan 5 mg estradiol spionat. Diberikan injeksi IM sebulan sekali ( cyclofem ).

  50 mg norition enantat dan 5 mg estradiol valerat. Diberikan secara IM sebulan sekali.

b.      Suntikan Progestin

  Depo medioksiprogesteron asetat (DMPA); Depo provera injeksi secara IM tiap 3 bulan sekali,

mengandung 150 mg DMPA

  Depo noretisteran enantat ( Depo Noristerat ); mengandung 200 mg noretindron enantat,

diberikan setiap 2 bulan sekali untuk suntikan pertama sampai ke empat dan untuk suntikan

kelima dan suntikan pertama sampai ke empat dan untuk suntikan kelima dan selanjutnya

berinterval 3 bulan.

2.2    Kontrasepsi Depoprogestin

2.2.1        Pengertian

Suatu sintesa progesteron yang mempunyai efek seperti progesteron asli dari tubuh wanita.

2.2.2        Mekanisme Kerja

1.    Menghambat sekresi hormon – hormon gonadatropin terutam LN sehingga mencegah

ovulasi.

2.    Lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap sperma.

3.    Membuat endometrium menjadi kurang baik / layak untuk implantasi dari ovum yang telah

dibuahi.

4.    Mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tubafalopi.

2.2.3        Efektifitas

Kontrasepsi tersebut memiliki efektifitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100

perempuan per tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah

ditentukan.

Page 5: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

2.2.4        Keuntungan

1. Sangat efektif.

2. Pencegahan kehamilan jangka panjang.

3. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri.

4. Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.

5. Sedikit efek samping.

6. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

7. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause.

8. Mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektropik.

9. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

10. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.

11. Menurunkan krisis anemia bulan sabit ( sickle cell )

2.2.5        Keterbatasan

1.      Sering ditemukan gangguan haid, seperti :

a.    Siklus haid yang memendek atau memanjang.

b.   Perdarahan yang banyak atau sedikit.

c.    Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak ( spotting ).

d.   Tidak haid sama sekali

2.      Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk

suntikan).

3.      Tidak dapat dihentikan sewaktu–waktu sebelum suntikan berikut.

4.      Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

5.      Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.

6.      Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B atau

virus HIV.

7.      Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan :

a.    Kekeringan pada vagina

b.   Gangguan emosi (jarang terjadi).

c.    Perubahan pada lipit serum.

d.   Nervositas, jerawat.

e.    Menurunkan libido.

Page 6: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

f.    Menurunkan kepadatan tulang.

g.   Sakit kepala.

2.2.6   Efek Samping dan cara penanganan

1. Gangguan Haid.

a.    Gejala dan keluhan : amenorhea, spoting, metrorrhagia,

Menorrhagia

b.   Penanggulangan :

  Konseling akibat pengaruh hormonat tidak berlangsung lama

  Bila ingin haid beri pil KB hari 1 – 11, 3 tablet per hari, selanjutnya 1 tablet per hari selama 5

hari.

2. Depresi ( Jarang terjadi )

a.    Gejala dan keluhan : lesu, tidak semangat dalam bekerja.

b.   Penanggulangan :

  Konseling hindari perasaan bersalah.

  Pengobatan terapi psikologis, vitamin.

3.        Keputihan

a.    Gejala dan keluhan : flour albus yang berlebihan, gangguan rasa nyaman, tidak berbahaya

kecuali ada bau, panas dan gatal.

b.   Penanggulangan :

  Konseling cari penyebab.

  Pengobatan konsulasi medis, terapi.

4.    Jerawat

a.    Gejala : timbul jerawat di wajah / badan, dapat infeksi

ataupun tidak.

b.   Penanggulangan :

  konseling dan vitamin E dosis tinggi

5.      Perubahan Libido

a.    Gejala : meningkat dan menurunkan libido bersifat dan sulit

dinilai

b.   Penanggulangan :

  Pengobatan medis tidak dianjurkan.

Page 7: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

6.      Perubahan Berat Badan

a.    Gejala dan keluhan : berat badan bertambah setelah pemakaian

KB karena sifat hormone resisten

7.        Hematomae

a.    Gejala dan keluhan : warna biru dan nyeri akibat suntikan

b.   Penanggulangan :

  Konseling : mungkin bisa terjadi.

  Pengobatan : kompres dingin selama 2 hari, kemudian kompres panas sampai warna kembali

normal.

2.2.7        Indikasi KB Suntik Depoprogestin

1.        Usia reproduksi.

2.    Nulipara dan telah memiliki anak.

3.    Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi.

4.    Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

5.    Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

6.    Setelah abortus atau keguguran.

7.    Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.

8.    Perokok.

9.    Tekanan Darah < 180 / 110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia

bulan sabit.

10.                        Menggunakan obat untuk epilepsy atau obat tuberkulosis

11.                        Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

12.                        Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

13.                        Anemia defisiensi besi.

14.                        Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil

kontrasepsi kombinasi.

2.2.8        Kontra Indikasi

1.    Hamil atau dicurigai hamil.

2.    Perdarahan pervoginam yang belum jelas penyebabnya.

3.    Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.

4.    Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

5.    Diabetes Melitus disertai komplikasi.

2.2.9        Waktu dan menggunakan

1.    Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.

Page 8: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

2.    Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.

3.    Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja ibu

tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

4.    Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin menggantikan dengan

kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrsepsi hormonal sebelumnya secara

benar dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat diberikan tidak menunggu sampai

haid berikutnya datang.

5.    Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya dengan jenis

kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal

kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.

6.    Ibu yang ingin menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan

kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat

segera diberikan, asal ibu tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid

berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke 7 haid, ibu tersebut selama 7 hari suntikan

tidak boleh melakukan hubungan seksual.

7.    Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat

diberikan pada hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid atau dapat diberikan setiap saat

setelah hari ke 7 siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil.

8.    Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat diberikan

setiap saat asal ibu tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan

hubungan seksual.

2.2.10    Teknik Penyuntikan

1.    Injeksi dalampada musculus gluteus maximus atau musculus gleteur deltoideus.

2.    Tidak melakukan masase agar tidak mengurangi keefektifan obat.

2.3    Konsep Manajemen Varney

2.3.1        Pengkajian

1.             Biodata

a. Nama ibu / suami : untuk mengetahui identitas, mengenal/memanggil penderita agar tidak

keliru dengan penderita – penderita lain serta untuk menjaga keakraban.

b.Umur : untuk mengetahui keadaan ibu apakah termasuk primi biasa atau primi para

tua, deteksi resiko kehamilan.

Page 9: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

c. Agama : untuk mengetahui kepercayaan klien terhadap agama yang dianutnya dan

mengenali hal – hal yang berkaitan dengan masalah asuhan yang diberikan.

d.  Suku bangsa : untuk mengetahui dari suku mana ibu berasal dan menentukan cara

pendekatan serta pemberian asuhan.

e. Pekerjaan : untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien dan

apakah pekerjaan ibu / suami dapat mempengaruhi kesehatan klien/tidak.

f. Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebagai dasar dalam memberikan

asuhan.

g.Penghasilan : untuk mengetahui status ekonomi penderita dan mengetahui pola kebiasaan

yang dapat mempengaruhi kesehatan klien.

h.Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal klien dan menilai apakah lingkungan

cukup aman bagi kesehatannya.

i.  Alasan datang : mengetahui alasan klien mengapa datang ke klinik dan mengetahui

bagaimana kondisi saat klien pertama datang.

j.  Riwayat Haid : untuk mengetahui apakah haidnya berjalan normal atau tidak, dan

mengetahui keadaan alat kelamin dalam apakah normal atau tidak.

k.Riwayat kesehatan yang lalu : untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita ibu

sebelumnya apakah merupakan kontraindikasi kontrasepsi suntik atau tidak.

l.  Riwayat kesehatan keluarga : untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita

penyakit menular atau tidak, adakah penyakit keturunan yang dapat mempengaruhi efektifitas

kontrasepsi.

m. Riwayat pernikahan :untuk mengetahui keadaan kelamin dalam ibu dan mengetahui berapa

lama ibu menikah.

n.Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :Untuk mengetahui apakah kehamilan,

persalinan dan nifas yang lalu berjalan normal atau adakah komplikasi selama kehamilan,

persalinan dan nifas.

o.Riwayat KB : untuk mengetahui adanya keluhan selama ibu menjadi akseptor KB dan

berapa lama ibu menjadi akseptor Kb.

p.Pola kebiasaan di rumah : untuk mengetahui bagaimana kebiasaan ibu di rumah yang dapat

mempengaruhi efektifitas dari kontrasepsi.

2.      Pemeriksaan Umum

Untuk mengetahui keadaan ibu secara keseluruhan.

3.      Pemeriksaan Fisik

Page 10: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

a.    Rambut : untuk mengetahui apakah rambut ibu tampak bersih atau kotor, ada kutu atau

tidak.

b.   Kepala : untuk mengetahui kebersihan, bentuk, adakah benjolan yang abnormal atau

tidak.

c.    Mata : untuk mengetahui apakah konjungtiva anemis, ikterus pada sclera.

d.   Telinga : untuk mengetahui kebersihan atau ada pengeluaran secret dan bentuk

kesimetrisannya.

e.    Mulut : untuk mengetahui apakah mukosa bibir kering dan adakah stromatitis.

f.    Leher : untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.

g.   Perut : untuk mengetahui apakah ada pembesaran abnormal.

h.   Ekstermitas : untuk mengetahui apakah ada kelainan atau tidak (polidaktil atau sindaktil),

adanya oedema, adakah varices.

i.     Integumen : untuk mengetahui kebersihan.

2.3.2        Identifikasi Diagnosa/Masalah

Diagnosa : Ny. “....“ P...... Ab....... dengan akseptor baru KB Suntik 3 bulanan, diperoleh

dengan didasarkan pada :

1.   Data subyektif

2.   Data Obyektif

2.3.3 Identifikasi Masalah Potensial

Masalah potensial yang mungkin terjadi pada kontrasepsi KB Suntik yaitu efek samping yang

ditimbulkan dan keluhan dari pasien.

2.3.4 Identifikasi KebutuhanSegera

Menentukan tindakan yang akan segera dilakukan berdasarkan pada masalah potensial yang

terjadi (kolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya).

2.3.5 Intervensi

DX : Ny. “....“ P...... Ab....... dengan akseptor baru KB Suntik 3

bulanan g

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan ibu mendapatkan pelayanan KB suntik 3

bulanan sesuai dengan yang diinginkan ibu

Kriteria hasil : Ibu dapat menggunakan KB suntik 3 bulanan dan program KB yang ibu gunakan berhasil

sesuai dengan tujuan

Intervensi

1.      Nilai kembali status kesehatan klien

R/ Status kesehatan sangat menentukan ketepatan akan tindakan yang dilakukan.

Page 11: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

2.      Kaji keluhan – keluhan subyektif ibu.

R/ Keluhan yang diungkapkan dapat menjadi parameter untuk menetukan apakah tindakan

boleh dilakukan atau tidak.

3.      Bina hubungan baik dengan ibu.

R/ Persiapan yang baik akan mendukung keberhasilan tindakan yang akan dilakukan.

4.      Siapkan spuit 3 cc, vial Depoprogestin dan kocok sehingga endapan bercampur.

R/ Menempatkan kadar homogen sehingga kadar maksimal.

5.      Siapkan ruangan tertutup dan klien.

R/ Ruangan yang aman dan nyaman akan mempermudah prosedur kerja dan privasi klien

dapat terjaga.

6.      Lakukan penyuntikkan secara IM sesuai prosedur.

R/ Tindakan sesuai prosedur akan menekan / mengurangi terjadinya komplikasi.

7.      Buang alat – alat dan sampah ke tempat yang disediakan

R/ Menjaga kebersihan dan kerapian.

8.      Beritahu klien untuk segera datang ke tenaga kesehatan apabila dirasakan ada keluhan.

R/ Penanganan yang cepat dan tepat akan menghindari timbulnya komplikasi yang berlanjut.

9.      Beritahu klien tanggal kembali untuk suntik ulang dan catat di kartu KB klien.

R/ Informasi yang tepat dapat menghindari kesalahan atau kelainan yang mungkin terjadi.

10.  Ingatkan klien agar kembali tepat waktu untuk suntik ulang.

R/ Untuk menghindari kegagalan kontrasepsi.

11.  Berikan kartu akseptor KB dan minta klien untuk membawanya lagi saat suntik ulang.

R/ Sebagai tanda bukti dan acuan dalam memberikan petunjuk penyuntikan berikutnya

2.3.6        Implementasi

Pada langkah ini bidan memberikan intervensi langsung baik mandiri maupun kolaborasi :

1.      Melihat kartu KB ibu untuk mengetahui jenis KB suntik apa yang dipakai, dan tanggal,

waktu untuk kembali suntik. Kaji BB dan TD ibu.

2.      Menanyakan pada ibu apakah selama menggunakan KB suntik, ibu merasa ada keluhan atau

tidak.

3.      Sapa ibu dengan ramah dan beritahu ibu keadaannya cukup baik untuk dilakukan suntik KB

ulangan.

Page 12: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

4.      Mengkocok vial Depoprogestin, disinfeksi tutup vial dengan kapas alkohol, masukkan

larutan Depoprogestin dalam spuit 3 cc, pastikan tidak ada gelembung udara dalam tabung

spuit.

5.      Membeeritahu ibu untuk berbaring telungkup pada tempat tidur periksa, tutup tirai supaya

ibu merassa nyaman dan terlindungi privasinya.

6.      Mendisinfeksi daerah pantat klien (1/3 sias) dengan kapas alkohol. Suntikkan secara IM

dengan sudut 90 0, lakukan aspirasi, semprotkan atau suntikkan DMPA secara perlahan –

lahan, fiksasi dengan kapas alkohol kemudian keluarkan jarumnya.

7.      Membuang alat – alat ke tempat yang telah disediakan.

8.      Setelah selesai beritahu ibu untuk segera kembali bila ibu merasakan keluhan seperti pusing

atau lainnya ke tenaga kesehatan.

9.      Mengecek kembali kartu KB ibu, pastikan tanggal ibu kembali untuk suntik ulang.

10.  Mengingatkan ibu untuk kembali pada tanggal yang telah ditetapkan untuk suntik ulang dan

anjurkan ibu agar tidak terlambat untuk suntik.

11.  Memberi kembali kartu KB pada ibu dan ingatkan ibu untuk membawa kembali kartunya bila

waktu suntik tiba.

2.3.7 Evaluasi

Pada langkah ini bidan menilai kembali dari seluruh asuhan yang telah diberikan :

Page 13: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

BAB IIITINJAUAN KASUS

3.1  Pengkajian Data

Tanggal :18 Oktober 2011

Jam :10.00 WIB

No. Register : 216606

A.                Data Subyektif1.      Biodata

Nama ibu : Ny. ”N” Nama suami : Tn”K”

Umur : 21 tahun Umur : 22 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku/Bangsa : Jawa

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Penghasilan : - Penghasilan : -

Alamat : Alamat :

2.      Alasan Datang

Ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik 3 bulan.

3.      Keluhan Utama

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

4.      Riwayat Haid

Menarche : 13 tahun

Lama haid : 6- 7 hari

Siklus Haid : 28 hari

Flour Albus : Tidak ada

Keluhan : Tidak ada

HPHT : 17 Oktober 2011

5.      Riwayat Perkawinan

Nikah : 1x

Lama Nikah : 1,5 tahun

Page 14: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

Umur pertama kali nikah : 19 tahun

Jumlah Anak : 1

6.      Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu dalam keadaan sehat, tidak sedang menderita penyakit yang merupakan kontraindikasi

kontrasepsi suntik, seperti : penyakit jantung dan kencing manis.

7.      Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga baik dari keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita

penyakit menurun seperti asma, jantung, darah tinggi, dan tidak ada yang menderita penyakit

menular seperti hepatitis,malaria, TBC atau penyakit menular lainnya.

8.      Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu

         Kehamilan cukup bulan (9 bulan) periksa kehamilan 5x di BPS, suntik TT 2x, selama hamil

tidak ada kelainan/keluhan.

         Persalinan dilakukan di rumah bidan dan ditolong oleh dokter. Lahir SC. Ibu melahirkan bayi

laki- laki dengan BB lahir 3000 gr (sekarang umur 2 bulan).

         Nifas ibu berjalan normal, bayi dan ibu dalam kondisi sehat, ibu memberi ASI sendiri kepada

bayinya sampai sekarang.

9.      Riwayat KB

Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan kontrasepsi apapun.10.  Pola Kebiasaan Sehari – hari

POLA Keiasaan

Nutrisi

Eliminasi

Istirahat

Personal

Hygiene

Aktifitas

Ibu makan 3x sehari dengan porsi sedikit, terdiri dari

nasi, sayur, lauk, kadang-kadang disertai buah dan

minum air putih 6-7 gelas / hari

BAB teratur tiap hari (1x tiap pagi) konsistensi lunak

BAK 5x sehari, tidak ada keluhan

Ibu tidak bekerja, tidur siang 2 jam/hari, jam

13.00-15.00 WIB dan tidur malam 7-8 jam/hari,

jam 21.00-04.00 WIB

Ibu mandi 2x sehari, memakai sabun, gosok gigi 2x

sehari, ganti baju dan celana dalam tiap habis

mandi,keramas 3x seminggu..

Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga di

rumahnya seperti mencuci, memasak, membersihkan

rumah

Page 15: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

Kebiasaan

Rekreasi

Ibu tidak merokok atau minum minuman beralkohol,

bila sakit ibu pergi ke Balai Pengobatan atau

Puskesmas

Waktu luang ibu digunakan untuk menonton TV dan

jalan – jalan bersama suami dan anaknya.

11.  Data psiko sosial

   Psikologis

Respon Ibu dan keluarga terhadap metode KB yang digunakan

sangat mendukung ibu ikut KB suntik 3 bulanan.

   Sosial

  Ibu tinggal serumah dengan suami dan anaknya

  Ibu mengatakan hubungan diantara mereka rukun dan harmonis

  Ibu berkomunikasi bersama dengan keluarga menggunakan bahasa jawa

12.  Data sosial budaya

Ibu mengatakan dalam keluarganya masih melaksanakan upacara kehamilannya, namun

keluarga tidak ada yang melarang ibu untuk makan makanan tertentu selama hamil dan di

keluarga tidak percaya dengan tahayul.

B.     Data Obyektif

1.      Pemeriksaan Umum :

         Keadaan Umum : Baik

         Kesadaran : Composmentis.

         Tekanan Darah : 130/90 mmHg

         Nadi : 80 x/menit

         Berat Badan : 48,5 kg

         Respirasi Rate : 20 x/ menit

2.      Pemeriksaan Fisik :

  Inspeksi :

         Rambut : Bersih, hitam dan lurus.

         Kepala : Bersih, tidak tampak benjolan abnormal.

         Wajah : Tidak pucat, tidak oedem

Page 16: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

         Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak ikterus.

         Telinga : simetris, bersih, tidak ada pengeluaran

sekret.

         Mulut : Mukosa bibir tidak kering, tidak ada

Stomatitis, gigi tidak caries.

         Leher : tidak tampak pembesaran tyroid, vena

Jugularis dan kelenjar limfe

         Payudara : Simetris

         Abdomen : bersih, tidak tampak pembesaran abnormal,

tidak ada luka bekas operasi.

         Ekstermitas : Atas dan bawah normal, tidak ada kelainan.

         Integumen : bersih

  Palpasi :

         Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan

pembesaran kelenjar limfe

         Payudara : lembek, tidak ada benjolan abnormal, tidak

ada nyeri tekan.

         Perut : tidak ada pembesaran uterus, dan tidak

ada nyeri tekan.

3.2 Identifikasi Diagnosa/ Masalah

Dx : Ny. “N” P1001 Ab000 Akseptor Baru KB suntik 3 bulanan

DS : Ibu mengatakan ingin mendapatkan pelayanan KB suntik 3 bulanan

DO :

         Keadaaan Umum : Baik

         Tekanan Darah : 130/90 mmHg

         Berat Badan : 48,5 kg

         Nadi : 80 x/menit

         Respirasi Rate : 20 x/menit

 

3.3  Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial

Page 17: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

Tidak ada

3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera

Tidak Ada

3.5 Intervensi

Dx : Ny. “N“ P1001 Ab000 Akseptor baru KB suntik 3 bulanan

Tujuan : Ibu mendapatkan pelayanan KB Suntik 3 bulanan

Kriteria Hasil :

      Ibu mendapat pelayanan suntik KB Suntik 3 bulanan sesuai keinginan ibu

      Ibu mengetahui kapan suntik ulang.

1.      Nilai kembali status kesehatan klien

R/ Status kesehatan sangat menentukan ketepatan akan tindakan yang

dilakukan.

2.      Kaji keluhan – keluhan subyektif ibu.

R/ Keluhan yang diungkapkan dapat menjadi parameter untuk menetukan apakah tindakan

boleh dilakukan atau tidak.

3.      Bina hubungan baik dengan ibu.

R/ Persiapan yang baik akan mendukung keberhasilan tindakan yang akan dilakukan.

4.      Siapkan spuit 3 cc, vial Depoprogestin dan kocok sehingga endapan bercampur.

R/ Menempatkan kadar homogen sehingga kadar maksimal.

5.      Siapkan ruangan tertutup dan klien.

R/ Ruangan yang aman dan nyaman akan mempermudah prosedur kerja dan privasi klien

dapat terjaga.

6.      Lakukan penyuntikkan secara IM sesuai prosedur.

R/ Tindakan sesuai prosedur akan menekan / mengurangi terjadinya komplikasi.

7.      Buang alat – alat dan sampah ke tempat yang disediakan

R/ Menjaga kebersihan, kerapian serta kontaminasi kuman.

8.      Beritahu klien untuk segera datang ke tenaga kesehatan apabila dirasakan ada keluhan.

R/ Penanganan yang cepat dan tepat akan menghindari timbulnya

komplikasi yang berlanjut.

9.      Beritahu klien tanggal kembali untuk suntik ulang dan catat di kartu KB klien.

R/ Informasi yang tepat dapat menghindari kesalahan atau kelainan yang mungkin terjadi.

10.  Ingatkan klien agar kembali tepat waktu untuk suntik ulang.

Page 18: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

R/ Untuk menghindari kegagalan kontrasepsi.

11.  Berikan kartu akseptor KB dan minta klien untuk membawanya lagi saat suntik ulang.

R/ Sebagai tanda bukti dan acuan dalam memberikan petunjuk penyuntikan berikutnya

3.6 Implementasi

1.      Mengkaji berat badan dan tekanan darah

-          BB 48,5 kg

-          TD 130/90 mmHg

2.      Menyapa ibu dengan ramah dan beritahu ibu keadaannya cukup baik untuk dilakukan suntik

KB.

3.      Kocok vial KB suntik 3 bulanan, disinfeksi tutup vial dengan kapas alkohol, masukkan

larutan KB suntik dalam spuit 3 cc, pastikan tidak ada gelembung udara dalam tabung spuit.

4.      Beritahu ibu untuk berbaring telungkup pada tempat tidur periksa, tutup tirai supaya ibu

merassa nyaman dan terlindungi privasinya.

5.      Mendisinfeksi daerah pantat klien (1/3 sias) dengan kapas alkohol. Suntikkan secara IM

dengan sudut 90 0, lakukan aspirasi, semprotkan atau suntikkan DMPA secara perlahan –

lahan, fiksasi dengan kapas alkohol kemudian keluarkan jarumnya.

6.      Membuang spuit dan jarum bekas pakai ke sampah medis yang telah disediakan.

7.      Setelah selesai penyuntikan beritahu ibu untuk segera kembali bila ibu merasakan keluhan

seperti pusing atau lainnya ke tenaga kesehatan.

8.      Melihat kembali kartu KB ibu, pastikan tanggal ibu kembali untuk suntik ulang. (tanggal 10

Januari 2012).

9.      Mengingatkan ibu untuk kembali pada tanggal 10 Januari 2012 untuk suntik ulang dan

anjurkan ibu agar tidak terlambat untuk suntik.

10.  Memberi kembali kartu KB pada ibu dan ingatkan ibu untuk membawa kembali kartunya bila

waktu suntik tiba.

 

3.7  Evaluasi

Tanggal `18 oktober 2011

Jam 10.20 WIB

1.   Ibu mengatakan telah disuntik KB 3 bulanan

2.   Ibu akan kembali suntik ulang tanggal 10 januari 2011

Page 19: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

3.   Ibu mengatakan bila ada keluhan akan segera memeriksakan diri ke

Tenaga kesehatan

BAB V

PEMBAHASAN

Pada kasus Ny. “N“ P1001 Ab000 Akseptor KB dengan akseptor KB baru KB suntik 3

bulanan ini berdasarkan analisa yang telah kami lakukan, ditemukan tidak adanya

kesenjangan antara teori dengan praktek. Baik itu pengkajian data, identifikasi

masalah/diagnosa yang didapatkan dari anamnesa maupun pemeriksaan langsung mengenai

KB 3 bulanan.

Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa di Poli KIA RSUD dr. R. Soedarsono-

Pasuruan telah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. “N“ dengan akseptor baru KB

suntik 3 bulanan secara tepat sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Page 20: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

BAB V

PENUTUP

6.1.      Kesimpulan

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat

bersifat sementara atau permanent. Kontrasepsi suntik di Indonesia merupakan salah satu

kontrasepsi yang popular. Jenis suntikan progestin adalah Depo medioksiprogesteron asetat

(DMPA) injeksi secara IM tiap 3 bulan sekali, mengandung 150 mg DMPA.

Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. “N“ P1001 Ab000 dengan Akseptor baru

KB suntik 3 bulanan, penulis menyimpulkan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus di

lapangan baik dalam pengkajian, pemeriksaan maupun konseling sehingga Asuhan

Kebidanan yang diberikan baik secara mandiri maupun kolaborasi bisa membawa klien pada

kenyamanan dan kepuasan klien.

6.2.      Saran

6.2.1.      Bagi petugas kesehatan :

         Diharapkan dalam memberikan asuhan / pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan klien.

         Diharapkan petugas mempunyai pengetahuan dan kemampuan serta ketrampilan dalam

melakukan tindakan asuhan kebidanan pada klien.

         Memberi waktu kepada klien dan keluarga untuk bertanya serta memberikan keterangan dan

informasi yang jelas dan tepat.

6.2.2.      Bagi Keluarga :

         Keluarga diharapkan selalu bekerjasama dengan petugas kesehatan dalam proses pelayanan

kesehatan sehingga asuhan dapat berjalan dengan baik.

         Melaksanakan saran dan petunjuk yang diberikan oleh petugas kesehatan.

Page 21: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Hormonal

         Segera datang / memeriksakan diri kepada petugas kesehatan jika mengalami suatu kelainan

atau ketidaknyamanan.

Daftar Pustaka

Manuaba, Ida Bagus Gede.2000. Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo Sarwono. 2003. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal. Yayasan Bina

Pustaka.:Jakarta.

Saifuddin Bari.A. 2001.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP-SP.

Hartono, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan