Top Banner
ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS I NYOMAN GEDE WARDANA BAGIAN ANATOMI FK UNUD UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2017
17

ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

I NYOMAN GEDE WARDANA

BAGIAN ANATOMI FK UNUD UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2017

Page 2: ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas

karunia dan rahmat-Nya lah tulisan yang berjudul “Aspek Anatomi Klinis Nervus

Facialis” dapat penulis selesaikan dalam rangka melaksanakan Tri Dharma perguruan

tinggi di Universitas Udayana

Adapun tulisan ini masih jauh dari sempurna dan perlu kajian yang lebih dalam

lagi. Penulis membuka diri jika ada saran dan kritik yang ditujukan pada tulisan ini.

Penulis juga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu

dalam penelitian ini, semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa melimpahkan

berkat dan rahmat-Nya kepada mereka semua.

Denpasar, Januari 2017

Penulis

Page 3: ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

ii

ABSTRAK

ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

Nervus facialis adalah nervus cranialis ketujuh yang keluar dari batang otak

diantara pons dan medulla oblonganta. Nervus ini berperan dalam hal mengontrol otot-

otot mimik di wajah, membawa rasa kecap pada 2/3 anterior dari lidah dan cavum oris,

dan memberi serat-serat saraf parasimpatis sekretomotor untuk kelenjar ludah, lakrimal,

nasal dan kelenjar palatina. Gangguan klinis pada nervus facialis isa terjadi pada upper

motor neuron dan lower motor neuron. Lesi pada nervus facialis sering dikenal dengan

isitilah facial palsy.

Page 4: ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR …………………………………..................... i

ABSTRAK ...………………………………………………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………………... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................ iv

1. Origo ………………………………………………….. 1

2. Jalur ………………………………………………….. 1

3. Cabang-Cabangnya ………………………………. 3

4.1. Rami Intracranialis ……………………………… 3

4.2. Rami Extracranialis ………………………………. 4

4. Nucleus …………………………………………………… 5

5. Embriologis …………………………………………………… 5

6. Fungsi …………………………………………………… 6

6.1. Ekspresi Wajah ……………………………….. 6

6.2. Sensasi di Wajah ……………………………….. 7

7. Implikasi Klinis ………………………………... 8

7.1. Lesi Upper Motor Neuron ……………………………….. 8

7.2. Lesi Lower Motor Neuron ……………………………….. 8

KESIMPULAN ……………………………………………………. 11

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 12

Page 5: ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema, Origo, Perjalanan dan Cabang-Cabang Nervus

Facialis ……………………………………………. ……… .. 2

Gambar 2. Rami Intracranialis Nervus Facialis ……………………….. 4

Gambar 3. Ramis Extracranialis Nervus Facialis ………………………. 5

Gambar 4. Otot-Otot Wajah dan Scalp, A. Otot-otot Facial

B. Innervasi dari Nervus Facialis …………………………… 7

Page 6: ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

1

1. ORIGO

Nervus ini berasal dari angulus cerebellopontin yang merupakan bagian lateral

dari pontomedullary junction. Nervus facialis keluar dari batang otak membawa serat-

serat saraf untuk mengecap dan sekretori viscero eferen (parasimpatis) (Monkhouse,

2006).

2. JALUR

Jalur dari nervus facialis dibagi menjadi 6 segmen (Kahle & Frotscher, 2003):

1. Segmen intracranialis (cisternal). Bagian motorik dari nervus facialis berasal

dari nucleus nervus facialis yang terletak di pons, sedangkan bagian sensoris

dan parasimpatis berasal dari nervus intermediatus.

2. Segmen meatus (dari batang otak menuju ke meatus acouticus internus).

Dari batang otak, bagian motorik dan sensoris dari nervus facialis bergabung

dan berjalan di fossa cranialis posterior sebelum memasuki pars petrosus os

temporalis melalui meatus acousticus internus. Saat keluar dari meatus

acousticus internus, saraf ini berjalan berkelok-kelok melalui canalis facialis,

yang nantinya bercabang menjadi segmen labirin, tympani, dan mastoid.

3. Segmen labirin (dari meatus acouticus internus menuju ke ganglion

geniculatum). Segmen ini pendek, yang mana nervus facialis berakhir

menjadi geniculum yang berisi ganglion geniculatum untuk sensoris. Cabang

pertama dari nervus facialis yaitu nervus petrosus superficialis major berasal

dari ganglion ini. Nervus petrosus superficialis major berjalan melalui

canalis pterygoideus dan bersinaps pada gangliom pterygopalatinus. Serat

saraf post sinapsis nya melayani kelenjar lacrimalis.

Page 7: ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

2

Gambar 1. Skema Origo, Perjalanan dan Cabang-Cabang Dari Nervus Facialis (Netter

et al, 2002).

4. Segmen tympani (dari ganglion geniculatum menuju ke eminensia

pyramidalis). Pada segmen ini nervus facialis berjalan di cavum tympani,

medial dari incus.

5. Segmen mastoid (dari eminensia pyramidalis menuju ke foramen

stylomastoideus). Pada pars temporal dari canalis facialis, nervus ini

memberikan cabang untuk stapedius dan chorda tympani. Chorda tympani

Page 8: ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

3

memberikan innervasinya pada lidah 2/3 anteriornya dan mengadakan

sinapsis dengan ganglion submandibularis. Serat-serat saraf postsinapsisnya

melayani kelenjar sublingualis dan submandibularis.

6. Segemen ekstratemporalis (dari foramen stylomastoideus menuju ke post

rami parotis). Saat keluar dari foramen stylomastoideus, nervus facialis

bercabang menjadi rami auricularis anterior. Saraf ini kemudian melewati

kelenjar parotis, tetapi tidak memberikan innervasinya pada kelenjar ini. Saat

melewati kelenjar ini, nervus facialis membentuk plexus parotidis, yang

bercabang menjadi lima dan menginnervasi otot-otot mimik wajah

(temporalis, zygomaticus, buccalis, mandibularis marginalis, dan cervicalis).

3. CABANG-CABANGNYA

3.1. Rami Intracranialis

- Nervus petrosus superficialis major yang berasal dari ganglion geniculatum

memberikan innervasi serat-serat parasimpatis untuk beberapa kelenjar meliputi

glandula nasalis, palatina, dan pharyngealis. Juga memberikan innervasi

parasimpatis untuk sinus sphenoidalis, frontalis, maxillaris, ethmoidalis, dan

caum nasi. Saraf ini juga memberikan innervasi untuk rasa kecap di palatum

melalui nervus nasopalatinus major dan minor (Monkhouse, 2006; Kahle &

Frotscher, 2003).

- Ramus communicans ganglion oticum. Awal berasal dari ganglion geniculatum

dan bergabung dengan nervus petrosus minor untuk mencapai ganglio oticum

(Monkhouse, 2006; Kahle & Frotscher, 2003).

- Nervus stapedius, memberikan innervasi motorik untuk musculus stapedius di

telinga tengah (Monkhouse, 2006; Kahle & Frotscher, 2003).

Page 9: ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

4

Gambar 2. Rami Intracranialis Nervus Facialis (Monkhouse, 2006)

- Chorda tympani, memberikan innervasi untuk glandulan submandicularis,

sublingualis, rasa kecap pada lidah 2/3 anterior (Monkhouse, 2006; Kahle &

Frotscher, 2003).

3.2. Rami Extracranialis

Di distal foramen stylomastoideus, nervus facialis bercabang menjadi:

- Nervus auricularis posterior yang berperan dalam mengontrol otot-otot scalp di

sekitar telinga

- Ramus belly posterior musculus digastricus begitu juga dengan musculus

stylohyoideus

- Di kelenjar parotis bercabang menjadi enam cabang utama yaitu: rami

temporalis, rami zygomaticum, rami buccalis, rami mandibularis marginalis,

rami cervicalis, dan auricularis posterior (Moore, 2015)

Page 10: ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

5

Gambar 3. Rami Extracranialis Nervus Facialis (Monkhouse, 2006).

4. NUCLEUS

Badan sel dari nervus facialis yang berkelompok secara anatomi dikenal dengan

istilah nuclei atau ganglia. Badan sel untuk saraf aferen terletak di ganglion geniculatum

untuk rasa kecap. Badan sel untuk saraf eferen muskular terletak di nucleus motorik

facialis, dan badan sel untuk saraf eferen parasimpatis terletak di nucleus salivatorius.

(Monkhouse, 2006; Moore et al, 2015).

5. EMBRIOLOGIS

Nervus facialis secara embriologis berasal dari arcus pharyngealis atau

branchialis kedua. Arcus kedua ini disebut juga arcus hyoideus karena berperan dalam

pembentukan cornu inferior dan bagian atas dari corpus os hyoideum (sisa bagian dari

os hyoideum dibentuk oleh arcus ketiga). Nervus facialis memberikan innervasi motorik

dan sensorik untuk otot-otot yang berasal dari arcus pharyngealis kedua, termasuk otot-

otot mimik wajah, posterior belly dari musculus digastricus, stylohyoideus dan

stapedius. Cabang motorik dari nervus facialis berasal dari lamina basalis dari embrio

pons, dimana cabang sensorisnya berasal dari crista neuralis cranialis (Sadler, 2012).

Page 11: ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

6

Meskipun 2/3 anterior dari lidah berasal dari arcus pharyngealis kedua yang

nanti akan membentuk nervus trigeminus (V), tidak semua bagian dari lingua dilayani

oleh nervus trigeminus (V). Rami lingualis dari cabang nervus V yaitu nervus

mandibularis (V3) melayani rasa umum (tekanan, suhu, dan raba) untuk bagian anterior

dari lidah lewat serat-serat viscero afferen umum. Serat-serat saraf untuk rasa kecap

dilayani oleh cabang chorda tympani dari nervus facialis lewat serat-serat viscero-

afferen (Moore et al, 2015).

6. FUNGSI

6.1. Ekspresi Wajah

Fungsi utama dari nervus facialis adalah mengontrol otot-otot mimik di wajah.

Selain itu juga memberikan innervasi untuk bagian posterior dari musculus digastricus,

stylohyoideus, dan musculus stapedius. Semua otot ini adalah otot lurik yang berasal

dari branchiomeric hasil dari perkebangan arcus pharyngealis kedua (Monkhouse, 2006;

Kahle & Frotscher, 2003).

Otot-otot wajah terletak di jaringan subkutan anterior dan posterior dari scalp,

wajah, dan leher. Kebanyakan dari otot ini melekat pada tulang atau fascia dan efek dari

kontraksinya adalah berupa tertariknya kulit. Otot-otot ini menggerakan kulit dan

merubah ekspresi wajah. Otot-otot mimik juga mengelilingi mulut, mata dan hidung dan

berperan sebagai spingter dan dilator untuk menutup dan membuka orifisium (Moore et

al, 2015).

Orbicularis oris berperan sebagai spingter di mulut. Buccinator berperan dalam

hal tersenyum dan membantu pipi tetap kencang. Orbicularis oculi mentutup kelopak

mata dan membantu aliran air mata (Moore et al, 2015).

Page 12: ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

7

6.2. Sensasi di Wajah

Nervus facialis melayani rasa kecap pada 2/3 bagian anterior dari lidah melalui

chorda tympani. Rasa kecap ini kemudian dikirim ke pars superior dari nucleus

solitarius. Rasa umum dari 2/3 anterior dari lidah dilayani oleh serat-serat aferen dari

nervus V3. Rasa umum dan rasa kecap ini serat-seratnya keduanya dibawa oleh nervus

lingualis sebelum chorda tympani meninggalkan nervus lingualis untuk memasuki

cavum tympani melalui fissura petrotympanicum (Monkhouse, 2006).

Gambar 4. Otot-Otot Wajah dan SCALP, A. Otot-Otot Facial B. Innervasi dari Nervus

Facialis (Moore et al, 2015).

Nervus facialis kemudian membentuk ganglion geniculatum, yang mengandung

badan sel untuk serat-serat rasa kecap dari chorda tympani, rasa lain dan jalur sensoris.

Dari ganglion geniculatum serat-serat untuk rasa kecap berlanjut sebagai nervus

intermediatus yang berjalan ke kuadran anterior superior dari fundus meatus acousticus

internus bersama radix motoris dari nervus facialis (Moore et al, 2015; Kahle &

Frotscher, 2003).

Page 13: ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

8

Nervus intermediatus mencapai fossa cranialis posterior lewat meatus acousticus

internus sebelum mengadakan sinapsis dengan nusleus solitarius. Nervus facialis juga

melayani innervasi afferen oropharynx di bawah tonsila palatina. Begitu juga sedikit

untuk kulit di sekitar auricula yang dibawa oleh nervus intermedius (Moore et al, 2015;

Greenstain, 2000).

7. IMPLIKASI KLINIS

7.1. Lesi Upper Motor Neuron (UMN)

Lesi pada UMN dari nervus facialis tidak menyebabkan terjadinya kelumpuhan

pada musculus frontalis dan orbicularis oris. Ini disebabkan karena adanya kontrol

bilateral dari otot-otot facial atas. Begitu juga jika terjadi gangguan pada serat-serat

corticonuclearis pada satu sisi (capsula interna), sisi yang lain tidak akan terganggu.

Tapi hal ini tidak berlaku untuk otot-otot facial di bagian bawah (Monkhouse, 2006;

Moore et al, 2015).

7.2. Lesi Lower Motor Neuron (LMN)

Lesi LMN baik itu terjadi di badan sel dari motorik nucleus facialis, jalurnya di

perifer, intrakranial atau ektrakranial akan menyebabkan terjadinya lesi pada nervus

facialis secara komplit pada sisi ipsilateral. Lesi LMN ini lebih dikenal dengan istilah

facial palsy (Monkhouse, 2006; Moore et al, 2015).

Tanda-tanda klinis lain yang menyebabkan adanya gangguan pada nervus

facialis adalah:

1. Penyakit pada kelenjar parotis

Penyakit pada kelenjar parotis seperti tumor, trauma atau operasi bisa

menyebabkan kerusakan pada nervus facialis. Yang ditandai dengan adanya

kelemahan pada otot wajah ipsilateral yang sulit dipulihkan (Monkhouse, 2006).

2. Hiperakusis

Page 14: ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

9

Disfungsi pada musculus stapedius akan menyebabkan tulang-tulang

pendengaran menjadi tidak aktif, dan timbul suara yang distorsi dan menggema

di telinga (Monkhouse, 2006).

3. Bell’s Palsy

Kelumpuhan pada otot-otot mimik wajah yang penyebabnya masih belum jelas.

Diduga karena adanya spasme vaskular dari arteri di canalis facialis yang

melayani saraf ini, inflamasi, dan edema pada saraf di dalam canal tulang. Area

yang mengalami kelumpuhan terlihat distorsi dan melengkung. Tonus dari

orbicularis oculi menurun menyebakan kelopak mata bawah seperti terjatuh.

Cairan air mata tidak membasahi seluruh permukaan kornea, menyebabkan

lubrikasi kornea menjadi tidak adekuat. Hal ini menyebabkan kornea menjadi

rentan mengalami ulcerasi. Jika terjadi kelumpuhan pada musculus buccinator

dan orbicularis oris, makanan akan terakumulasi pada vestibulum oris selama

proses mengunyah. Kelemahan pada otot-otot di bibir menyebabkan kesulitan

berbicara, bersiul atau meniup (Moore et al, 2015).

4. Reflex Cornea

Timbul refleks berkedip pada kedua mata jika salah satu mata yang dirangsang.

Ini disebabkan karena aferen dari refleks kornea dibawa oleh nervus trigeminus

sedangkan eferennya dibawa oleh nervus facialis ke otot musculus orbicularis

oculi (Monkhouse, 2006).

5. Herpes yang mengenai Ganglion Geniculatum (Sindrom Ramsay Hunt)

Herpes zoster bisa berada dalam kondisi dorman di ganglion geniculatum saat

awalnya terkena varicella, sesaat kemudian infeksi virus ini kembali muncul

yang ditandai dengan munculnya vesikel eritema di daerah sekitar meatus

Page 15: ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

10

acousticus externus. Gejalanya berupa hilangnya rasa kecap pada lidah 2/3

anterior dan juga kelumpuhan pada otot-otot mimik (Monkhouse, 2006).

Page 16: ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

11

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nervus facialis akan melayani:

- Somatomotorik (branchial). Karena saraf ini berasal dari arcus pharyngealis

kedua, saraf ini melayani otot-otot lurik yang bearsal dari mesodermnya.

Utamanya adalah otot-otot mimik dan auricula. Juga melayani posterior belly

dari musculus digastricus, stylohyoideus, dan stapedius.

- Visceromotorik (Parasimpatis). Nervus facialis memberikan serat-serat

parasimpatis melalui ganglion pterygopalatinus untuk kelenjar lacrimalis, nasal,

pharyngeal, dan ganglion submandibularis untuk menginnervasi kelenjar ludah

sublingualis dan submandibularis

- Somato sensoris (Umum). Beberapa serat saraf dari gangliom geniculatum

melayani area kulit di sekitar meatus acousticus externus.

- Spesial Sensoris (Rasa Kecap). Serat-serat saraf yang dibawa oleh chorda

tympani bergabung dengan nervus lingualis untuk membawa rasa kecap pada

lidah 2/3 anterior dan palatum molle.

Implikasi klini yang bisa terjadi akibat gangguan saraf ini bisa mengenai lesi

upper motor neuron (UMN dan lower motor neuron (LMN) yang dikenal dengan

istilah facial palsy.

Page 17: ASPEK ANATOMI KLINIS NERVUS FACIALIS

12

DAFTAR PUSTKA

Greenstain, B and Greenstein A. 2000. Color Atlas of Neuroscience. Thieme Stuttgart,

New York.

Kahle, W and Frotscher, M. 2003. Nervous System and Sensory Organs. 5Th Ed.

Volume 3. Thieme Stuttgart, New York.

Monkhouse, S. 2006. Cranial Nerves Functional Anatomy. Cambridge University Press,

New York

Moore, KL, Agur AMR, and Dalley, AF. 2015. Essential Clinical Anatomy. 5th Ed.

Lippincott & Wilkins, Philadelphia

Netter, FH, Craig JA, and Perkins, J. 2002. Atlas of Neuroanatomy and

Neurophysiology. Texas, New York.

Sadler, TW. 2012. Langman’s Medical embryology. 12 Ed. Lippincott William

&Wilkins