Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Anak tunarungu (ATR) merupakan individu yang unik, pada umumnya memiliki potensi atau kekuatan yang dapat dikembangkan demi tercapainya keseimbangan, keserasian dan berintekrasi terhadap lingkungan, apakah itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Potensi tersebut akan dapat diarahkan dan dikembangkan seoptimal mung- kin. Hal ini tentu sangat erat keterkaitannya dengan bahasa yang digunakan .Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting di dalam berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, dengan bahasa manusia dapat mengemukakan pendapatnya dan mengekspresikan perasaannya. Tuna rungu merupakan suatu kondisi kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran. Anak dengan tuna rungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehlangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa (Suryanah, 1996). Pendengaran merupakan alat sensoris utama untuk berbicara dan berbahasa. Kehilangan pendengaran sejak lahir atau sejak lahir atau sejak usia dini akan menyebabkan kesulitan dalam 1 | PSIK UNSRI PALEMBANG
30

Askep Tuna Rungu

Jan 02, 2016

Download

Documents

psikb2
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Askep Tuna Rungu

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Anak tunarungu (ATR) merupakan individu yang unik, pada umumnya memiliki

potensi atau kekuatan yang dapat dikembangkan demi tercapainya keseimbangan, keserasian

dan berintekrasi terhadap lingkungan, apakah itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah

maupun lingkungan masyarakat. Potensi tersebut akan dapat diarahkan dan dikembangkan

seoptimal mung-kin. Hal ini tentu sangat erat keterkaitannya dengan bahasa yang

digunakan .Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting di dalam berinteraksi

dengan orang lain. Selain itu, dengan bahasa manusia dapat mengemukakan pendapatnya dan

mengekspresikan perasaannya.

Tuna rungu merupakan suatu kondisi kekurangan atau kehilangan kemampuan

mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh

alat-alat pendengaran. Anak dengan tuna rungu adalah anak yang mengalami kekurangan

atau kehlangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak

berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam

perkembangan bahasa (Suryanah, 1996).

Pendengaran merupakan alat sensoris utama untuk berbicara dan berbahasa.

Kehilangan pendengaran sejak lahir atau sejak lahir atau sejak usia dini akan menyebabkan

kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi sdengan orang lain secara lisan. Kehilangan

pendengaran pada seorang anak juga berpengaruh pada perkembangan kognitifnya, karena

anak tunarunggu mengalami kesulitan dalam memahami informasi yang bersifat verbal

terutama konsep-konsep yang bersifat abstrak yang memerlukan penjelasan. Pemahaman

konsep dan proses pembentukan pengertian betapa pun sederhananya diperlukan

keterampilan berbahasa yang memadai sebab bahasa merupakan alat berfikir. Anak tuna

rungu mengalami kesulitan dalam berbahasa secara lisan, oleh karena itu anak tuna rungu

mengalami kesulitan dalam mengikuti program pendidikan.

1 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Page 2: Askep Tuna Rungu

Di dalam jurnal yang berjudul “ Pengaruh Penerapan Metode Jari Magic terhadap

Hasil Belajar Siswa Tuna Rungu Kelas II SDLB-B Karya Mulia I Surabaya” dijelaskan salah

satu permasalahn pada anak tuna rungu yaitu minimnya pemahaman anak tuna rungu

terhadap materi pelajaran, termasuk pada mata pelajaran matematika mengenai operasi hitung

perkali karena kurang berfungsinya indera pendengaran. Sebagian siswa tunarungu

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal perkalian matematika, selain itu siswa

tunarungu yang mampu menyelesaikan soal perkalian merasa bosan dengan cara

penyelesaian yang lama.

Siswa tunarungu mengalami hambatan dalam memahami hal-hal yang bersifat abstrak

karena keterbatasan persepsi dengarnya. Hal ini yang menyebabkan siswa tunarungu

mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal matematika yang bersifat abstrak. Diperkuat

oleh pendapat Soedjadi dalam Heruman (2010:1) bahwa beberapa karakteristik yang dimiliki

ilmu matematika yang perlu diketahui dan salah satunya adalah obyek yang dipelajari bersifat

abstrak.

Didalam jurnal ini peneliti mencoba mengajarkan terapi jari magic kepada anak tuna

rungu untuk membantu anak tuna rungu memahami pelajaran matematika, dimana jarimagic

ini memiliki kelebihan yang dapat membantu anak tuna rungu memahami soal perkalian.

Dimana kelebihan dari jari magic diajarkan pada siswa tunarungu dapat membuat siswa tuna

rungu merasa senang mengadakan kontak fisik dengan jari-jarinya sehingga siswa tidak

bosan untuk menyelesaikan soal perkalian. Selain itu, jarimagic diajarkan kepada siswa

dengan cara anak diajak belajar sambil bermain dengan menggunakan jari-jarinya sendiri

yang asyik dan menyenangkan. Sehingga itu dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa

untuk mempelajari perkalian.

Pernyataan tersebut bisa dibuktikan dengan peningkatan hasil tes yang telah

diberikan, dari hasil rekapitulasi pre tes dan post tes mengalami peningkatan pada saat pos tes

setelah diberikan intervensi. Dengan demikian terbukti bahwa metode jari magic merupakan

intervensi yang tepat untuk mengoptimalkan hasil belajar perkalian pada siswa tunarungu.

Selain memiliki kelebihan jarimagic juga memiliki kelemahan yaitu di dalam aspek

menghitung hasil menggunakan langkah-lamgkah jarimagic,ada beberapa siswa yang

mengalami kesulitan sehingga membutuhkan bantuan / instruksi. Sehingga dalam

2 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Page 3: Askep Tuna Rungu

menerapkan jarimagic ini di butuhkan bantuan dan motivasi lebih dari guru untuk melatih

secara berulang-ulang karena apabila tidak sering diulang-ulang siswa akan lupa sehingga

materi atau metode yang disampaikan dapat diterima dan diserap oleh siswa secara maksimal.

Proses memberikan terapi jari magic ini juga memiliki hambatan dalam penyerapan

dan pemahaman metode jarimagic diajarkan. Dimana hasil belajar merupakan prestasi belajar

yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

perkalian dapat dilihat dari 2 faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor

dari luar diri siswa (ekstrenal).

Faktor dalam diri siswa meliputi intelegensi/ kecerdasan, minat dan bakat serta

motivasi. Hasil penelitian ditemukan bahwa siswa belum bisa menyelesaikan soal perkalian

dengan cepat karena siswa belum terbiasa melakukan hitungan dengan cepat untuk

menyelesaikan soal-soal perkalian, maka dari itu siswa perlu diberi latihan-latihan soal

perkalian agar siswa terbiasa mengerjakan soal perkalian sehingga waktu pengerjaannya juga

bisa lebih cepat. Sedangkan faktor yang berasal dari luar siswa meliputi faktor

guru,metode,alat dan lingkungan. Dimana dibutuhkan guru, metode dan alat serta lingkungan

yang mendukung dan apabila itu tidak mendukung akan menjadi hambatan dalam meberikan

bantuan untuk melatih jarimagic ini.

Melihat masih terdapatnya kekurangan dan hambatan dalam pelaksanaan metode ini,

makan diperlukan perbaikan terhadap strategi pembelajarannya atau memberikan bantuan

atau bimbingan kepada siswa dalam bentuk remidial agar siswa mendapatkan layanan khusus

untuk memperbaiki hasil belajarnya. Selain itu, hal ini juga memberikan motivasi terhdap

siswa agar siswa merasa lebih bersemangat untuk belajar dan dapat berprestasi juga seperti

anak normal.

Dari latar belakang di atas maka penulis menganalisis tentang asuhan keperawatan

yang tepat terhadap anak dengan tuna rungu agar dapat meningkatkan kemampuannya dan

tidak mengalami gangguan psikologi sosial di tengah masyarakat.

3 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Page 4: Askep Tuna Rungu

BAB II

ANALISIS KEKUATAN DAN HAMBATAN PADA TUNA RUNGU

2.1 Kekuatan (Strength)

Berdasarkan jurnal penelitian di atas, maka kekuatan yang dimiliki oleh seorang

tunarungu adalah sebagai berikut :

a. Positive thinking (Berpikir positif)

Tuna rungu merupakan suatu kondisi kekurangan atau kehilangan kemampuan

mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat

pendengaran. Tunarungu tidak akan pernah mendengar pengaruh buruk di

masyarakat, baik dari interaksi social seperti cemoohan, gossip, kata-kata kasar

maupun dari pengaruh media televisi sehingga pemikirannya tidak akan

terkontaminasi. Hal ini merupakan kekuatan yang dimiliki oleh orang dengan

kecacatan (impairment) selain tunarungu. Selain itu, perawat akan lebih mudah

masuk ke dalam kehidupannya.

b. Diam dan Lebih Banyak Berpikir

Tunarungu memiliki keterbatasan kosa kata dikarenakan ketidakmampuan dalam

menerima stimulus bahasa sejak masa anak. Tunarungu akan cenderung diam.

Diam merupakan kesempatan yang besar baginya untuk berpikir. Sehingga,

sebagian besar waktunya akan dihabiskan untuk memberikan kesibukan diri seperti

belajar, membaca buku, browsing, dan sebagainya. Hal ini dapat mengasah otak

kirinya yang salah satunya adalah kemampuan matematika.

2.2 Hambatan

Hambatan yang dihadapi oleh seorang tunarungu adalah

a. Sulit berkomunikasi

Asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian sampai evaluasi. Meskipun saat

pengkajian dapat dilakukan dengan pendekatan data dari orang terdekat, seperti

orangtua, namun saat implementasi, perawat tetap berhadapan langsung dengan klien.

Solusi yang dapat dilakukan adalah pelatihan khusus bagi perawat agar mampu

4 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Page 5: Askep Tuna Rungu

berkomunikasi dengan tetap mempertahankan komunikasi teraupetik terhadap

tunarungu dan hal ini tidak semua perawat dapat lakukan.

3. Cara Mengatasi

a. Perawat yang melakukan intervensi adalah perawat yang telah mengikuti pelatihan

khusus komunikasi seperti bahasa isyarat dengan tuna rungu

b. Pendekatan yang bisa dilakukan saat melakukan proses keperawatan adalah

pendekatan orang terdekat klien. Misalnya ibu atau ayah atau sanak saudara lain.

5 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Page 6: Askep Tuna Rungu

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ANAK TUNA RUNGU

2.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan anomaly kongenital, harapan

yang tidak terpenuhi

2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan perlambatan dalam pemenuhan

tugas perkembangan danperilaku atau nilai sosial yang tidak diterima.

2.2 INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan 1 :

Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan anomali congenital dan harapan

yang tidak terpenuhi.

NOC : Harga diri

Kriteria Hasil :

1. Mengungkapkan penerimaan diri

2. Komunikasi terbuka

3. Mengetahui kekuatan diri

4. Melakukan perilaku yang dapat meningkatkan kepercayaan diri

NIC : Peningkatan harga diri

1. Pantau frekuensi pengungkapan diri yang negatif

2. Ajarkan orang tua akan pentingnya ketertarikan dan dukungannya terhadap

perkembangan konsep diri yang positif pada anak.

3. Hindari tindakan yang dapat melemahkan pasien.

4. Tekanan kekutan diri yang dapat diidentifikasi oleh pasien

5. Berikan penghargaan atau pujian terhadap perkembangan pasien dalam pencapain

tujuan

6. Bantu pasien mengidentifikasi dampak teman sebaya terhadp perasaan

penghargaan terhadap diri.

6 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Page 7: Askep Tuna Rungu

Diagnosa Keperawatan 2 :

Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan perlambatan dalam pemenuhan

tugas perkembangan dan perilaku atau nilai sosial yang tidak diterima.

NOC : Keterlibatan Sosial

Kriteria Hasil :

1. Melaporkan adanya interaksi dengan teman dekat, tetangga, anggota keluarga.

2. Memulai berhubungan dengan orang lain.

3. Mengembangkan hubungan satu sama lain.

4. Mengembangkan keteramplan sosial yang dapat mengurangi isolasi.

5. Melaporkan adanya peningkatan dukungan sosial.

NIC : Peningkatan Sosialisasi

1. Dentifikasi dengan pasien faktor-faktor yang berpengaruh pada perasaan isolasi

sosial.

2. Dukung hubungan dengan orang lain yang mempunyai ketertarikan dan tujuan

yang sama.

3. Dukung usaha-usaha yang dilakukan pasien, keluarga dan teman-teman untuk

berinteraksi.

4. Kurangi stigma isolasi dengan menghormati martabat pasien.

5. Berikan umpan balik tentang peningkatan dalam penampilan diri, atau aktivitas

lainnya.

6. Anjurkan sabar dalam membangun hubungan baru

7. Anjurkan menghargai hak orang lain.

8. Gunakan teknik bermain peran untuk meningkatkan keterampilan dan teknik

berkomunikasi.

9. Kaji pola interaksi pasien dengan orang lain.

7 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Page 8: Askep Tuna Rungu

DAFTAR PUSTAKA

Suryanah.1996. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan

Kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.

8 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Page 9: Askep Tuna Rungu

LAMPIRAN

9 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Page 10: Askep Tuna Rungu

PENGARUH PENERAPAN METODE JARIMAGIC TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA TUNARUNGU KELAS III SDLB-B KARYA MULIA I SURABAYA

Maruli Andria Puspasari

Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

Lack of auditory functioning in students with hearing impairment caused delayed

language development and contributes to the understanding of hearing impairment children

on the subject matter, including the math multiplication on the count operation. Arithmetic

multiplication operation is as important as other arithmetic operations that children need to

learn in order to solve problems in daily life. In the completion of the count operation of

abstract multiplication for hearing impairment children need special methods that suitable

for the needs.

The purpose of this study was to determine the effect of the application of the method

fingermagic on multiplication learning outcomes of hearing impairment students in third

grade SDLB-B Karya Mulia I Surabaya.

Conclusion the ZH value = 2.08> 1.98, then the result can be concluded Ho is

rejected and Ha accepted or there is significant influence between the application of

fingermagic methods to multiplication learning outcomes of students with hearing

impairment SDLB-B Karya Mulia I Surabaya.

Keywords: fingermagic, learning outcomes, students with hearing impairment

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di Sekolah

Dasar. Banyak siswa yang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang paling sulit.

Walau demikian matematika harus dipelajari karena matematika merupakan sarana untuk

memecahkan masalah berhitung dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam

bahasa,membaca dan menulis ( Abdurrahman dalam Bandi 2009:1).

Banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit

dan membosankan, namun di satu sisi beberapa siswa menilai bahwa matematika adalah mata

pelajaran yang asyik dan menantang. Ada beberapa faktor tertentu yang mendasari pemikiran

siswa terhadap mata pelajaran matematika. Pada umumnya siswa menyukai matematika

karena faktor pola pengajaran guru atau orang tua yang menyenangkan dan kreatif.

10 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Page 11: Askep Tuna Rungu

Sebaliknya, siswa tidak suka belajar matematika karena malas menghafal sehingga nilainya

menjadi jelek kemudian timbul trauma pada matematika. Selain itu kebanyakan para siswa

kurang menyukai proses yang sistematis,mereka lebih suka cara praktis. Salah satu yang

dipelajari dalam matematika yaitu operasi hitung. Operasi hitung yang dimaksud yaitu

penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Yang diteliti dalam penelitian ini

adalah operasi hitung perkalian.

Perkalian merupakan operasi dasar berhitung utama yang harus dipelajari oleh siswa

setelah mereka mempelajari operasi penambahan dan pengurangan. Perkalian adalah

penjumlahan berulang dengan angka yang sama. Operasi perkalian yang terdapat pada mata

pelajaran matematika pada sekolah dasar, termasuk di sekolah luar biasa untuk siswa

tunarungu yang kurang memahami hal-hal yang bersifat abstrak. Hal ini ditegaskan pula oleh

Runtukahu yang menyebutkan bahwa operasi perkalian sama dengan operasi hitung lainnya

yang perlu dipelajari agar anak dapat memecahkan masalah berhitung dalam kehidupan nyata

(1996:109). Dilihat dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat pada objek

konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika yang

abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media dan alat peraga yang dapat memperjelas

materi yang diberikan guru. Hal ini diperkuat oleh Ruseffendi yang menyatakan bahwa dalam

menyelesaikan soal perkalian sebelum sampai pada angka-angka (model simbol) diperagakan

dulu model kongkrit atau model gambarnya,baru kemudian di ubah dalam simbol (1990 : 38).

Tujuannya yaitu agar siswa dapat memahami kalimat matematika yang ditulis dengan simbol

tersebut.

Menurut Somantri (2007:93) mengatakan bahwa tunarungu diartikan sebagai suatu

keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap

berbagai rangsangan dengar. Kurang berfungsinya indera pendengaran yang dialami anak

tunarungu merupakan faktor utama minimnya pemahaman anak tuna rungu terhadap materi

pelajaran, termasuk pada mata pelajaran matematika mengenai operasi hitung perkalian.

Sebagian siswa tunarungu mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal perkalian

matematika, selain itu siswa tunarungu yang mampu menyelesaikan soal perkalian mereka

bosan dengan cara penyelesaian yang lama.

Siswa tunarungu mengalami hambatan dalam memahami hal-hal yang bersifat abstrak

karena keterbatasan persepsi dengarnya. Hal ini yang menyebabkan siswa tunarungu

mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal matematika yang bersifat abstrak. Diperkuat

oleh pendapat Soedjadi dalam Heruman (2010:1) bahwa beberapa karakteristik yang dimiliki

ilmu matematika yang perlu diketahui dan salah satunya adalah obyek yang dipelajari bersifat

11 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Page 12: Askep Tuna Rungu

abstrak. Pembelajaran matematika yang baik adalah dimulai dari hal yang konkret menuju

yang abstrak (konkret, semikonkret, semi abstrak,abstrak).

Jarimagic diajarkan pada siswa tunarungu agar anak merasa senang mengadakan

kontak fisik dengan jari-jarinya, dimana jarimagic merupakan teknik berhitung yang

menyenangkan karena sifatnya yang teratur, sistematis, logis serta dinamis. Maksud

jarimagic diajarkan kepada siswa yaitu anak diajak belajar sambil bermain dengan

menggunakan jari-jarinya sendiri yang asyik dan menyenangkan.

Dengan hambatan yang dialami siswa tunarungu dalam memahami hal yang bersifat

abstrak,yang dalam hal ini perkalian matematika, serta pemahaman tentang materi yang

diberikan dalam kegiatan belajar mengajar maka secara tidak langsung akan mempengaruhi

hasil belajar anak tunarungu. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai dalam penguasaan

materi dan ilmu pengetahuan yang merupakan suatu kegiatan menuju terbentuknya

kepribadian yang berkarakter. Pembelajaran yang berkarakter dalam hal ini misalnya siswa

mau mencoba mengerjakan soal ke depan, siswa gigih dalam mengerjakan soal yang

diberikan guru, serta teliti dalam menyelesaikan soal perkalian.

Bila dilihat secara fisik, siswa tunarungu tidak berbeda dengan siswa normal lainnya.

Mereka tidak memiliki masalah dalam menulis dan melihat,bedanya yaitu pada

perkembangan bahasanya. Bahasa matematika tidaklah sama dengan bahasa konvensional.

Sifat bahasanya praktis dan mudah dipahami. Hal itulah yang menjadikan peneliti yakin

bahwa jarimagic mudah dipahami dan praktis. Siswa normal dapat menyerap informasi yang

didengarnya, sedangkan siswa tunarungu kesulitan menyerap informasi yang didapat dari

lingkungannya karena hambatan pada pendengarannya. Anak menyerap segala yang

didengarnya dan segala sesuatu yang didengarnya itu merupakan suatu latihan berpikir,

dalam penelitian ini dengan bahasa matematika akan melatih siswa untuk berfikir praktis.

Akan tetapi, hal tersebut tidak dialami oleh siswa tunarungu maka peneliti memasukkan

bahasa matematika dalam operasi hitung. Di samping itu, bahasa merupakan kunci masuknya

berbagai ilmu pengetahuan sehingga keterbatasan dalam kemampuan berbahasa menghambat

siswa tunarungu untuk memahami berbagai pengetahuan lainnya.

Dari hasil pengamatan data lapangan di SDLB-B Karya Mulia I Surabaya melalui

observasi, ditemukan bahwa hasil belajar yang diperoleh dalam mata pelajaran matematika

dalam hal perkalian masih belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat melihat rata-rata nilai

ulangan harian matematika dengan materi perkalian kelas III yaitu 66,sedangkan batas

minimum yang ditentukan sekolah 70. Dalam pembelajaran siswa dalam menyelesaikan

perkalian matematika masih menggunakan penjumlahan beruntun sehingga memerlukan

12 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Page 13: Askep Tuna Rungu

waktu yang lama dalam penyelesaian soal perkalian. Mereka kurang mampu menerima dan

memahami konsep dari materi pembelajaran tanpa adanya metode pembelajaran khusus.

Metode jarimagic belum diterapkan di SDLB-B Karya Mulia I Surabaya khususnya dibidang

mata pelajaran matematika,sebelumnya pernah menggunakan metode jarimatika namun

belum mendapatkan hasil yang memuaskan karena materi yang diberikan langsung pada

perkalian diatas bilangan 6 dan posisi jari berubah-ubah sehingga siswa cepat lupa.

Berdasarkan teori dan fakta dilapangan maka perlu dilakukan penelitian ulang dan

mengembangkan penemuan-penemuan yang sudah ada,maka peneliti akan melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Penerapan Metode Jarimagic Terhadap Hasil Belajar Perkalian

Siswa Tunarungu Kelas III SDLB-B Karya Mulia I Surabaya”.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena data yang digunakan

berupa angka matematis. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen,

khususnya jenis penelitian pra-eksperimen. Dalam rancangan pra eksperimen berupaya

untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat hanya dengan cara melibatkan satu kelompok

subyek. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain “one group pre test post test

design”. Yakni sebuah penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok tanpa

menggunakan kelompok control atau pembanding. Satu kelompok akan diberi pre test,

intervensi dan post test dengan waktu yang ditentukan. Menurut Arikunto (2006 : 85), desain

penelitian one group Pre-test adalah 01 – X - 02. Tes yang dilakukan intervensi (01) disebut

pre-test, tes yang dilakukan sesudah intervensi (02) disebut post-test. Perbedaan antara (01)

dan (02) yaitu 01 – 02 diasumsikan sebagai efek dari eksperimen yang dilakukan atau

pemberian treatment.Menurut Arikunto, (2006 : 85) rancangan one group pretest posttest

design dengangambaransebagai berikut

Prosedurnya O1 = pre tes untuk mengukur hasil prestasi belajar sebelum subyek

`menggunakan metode jarimagic dalam penyelesaian soal perkalian matematika. X =

intervensi atau pemberian perlakuan menggunakan metode jarimagic untuk meningkatkan

hasil belajar siswa dalam penyelesaian soal perkalian matematika O2 = post tes untuk

13 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

O1 X O2

Pre-test Perlakuan Pos-test

Page 14: Askep Tuna Rungu

mengukur hasil prestasi belajar setelah subyek menggunakan metode jarimagic dalam

penyelesaian soal perkalian matematika

Adapun lokasi dalam penelitian ini yakni SDLB-B Karya Mulia 1 Surabaya. Sampel

penelitian yang diambil yakni 6 siswa tunarungu kelas III SDLB-B Karya Mulia 1 Surabaya.

Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampel yang artinya

sampel dipilih berdasarkan maksud dan tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh metode

jarimagic terhadap peningkatan hasil belajar perkalian pada siswa kelas III SDLB-B Karya

Mulia I Surabaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Metode

tes,dalam penelitian ini metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar anak

sebelum diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi. Tes yang digunakan ada dua

yaitu pre-test untuk mengetahui hasil belajar perkalian siswa tunarungu sebelun diberikan

intervensi dengan menggunakan metode jarimagic. Kemudian post-test untuk mengetahui

hasil belajar perkalian anak tunarungu setelah diberikan intervensi dengan menggunakan

metode jarimagic. (2) Metode observasi,observasi dalam penelitian ini digunakan sebagai

metode pendukung dalam memperoleh informasi demi kekakuratan data. Peneliti. Tujuan

menggunakan observasi yakni untuk mendapatkan data aktual mengenai pelaksanaan metode

jarimagic melalui lembar pengamatan.

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah analisis data statistik non parametrik dengan data kuantitatif dan jumlah sampel

penelitinya kecil yaitu n = 6. Maka rumus yang digunakan adalah “Uji Tanda” (Sign Test).

Pada tahap awal dilakukan pre tes hasil belajar perkalian siswa tuna rungu kelas III sebelum

diberikan intervensi menggunakan metode jarimagic. Berikut hasil rekapitulasi nilai pre tes :

14 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Nama

Bentuk Soal Total

Skor

Nilai

I II III

AL 5 15 0 20 40

AF 4 20 0 24 48

FA 5 10 0 15 30

PT 6 15 0 21 42

VT 5 10 0 15 30

YZ 6 15 0 21 42

Page 15: Askep Tuna Rungu

Pada tahap akhir setelah pemberian intervensi dilakukan post tes hasil belajar

perkalian siswa tunarungu kelas III menggunakan metode jarimagic. Berikut hasil

rekapitulasi nilai post tes

Nama

Bentuk Soal Total

Skor

Nilai

I II III

AL 9 20 9 38 76

AF 10 20 11 41 82

FA 7 20 11 38 76

PT 8 15 21 44 88

VT 10 15 10 35 70

YZ 9 20 13 42 84

Setelah didapatkan hasil nilai pre test dan post test, kemudian direkapitulasi dalam

tabel kerja untuk mengetahui perubahan nilai dan perubahan tanda yang terjadi setelah

pemberian intervensi menggunakan metode jarimagic. Tabel kerja perubahan nilai sebagai

berikut :

No. Nama

Nilai Perubahan Tanda

Pre tes (X) Post tes (Y)

1. AL 40 76 +

2. AF 48 82 +

3. FA 30 76 +

4. PT 42 88 +

5. VT 30 70 +

6. YZ 42 84 +

Rata-rata 38,67 79,33 X = 6

Berdasarkan pengamatan dan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh

positif yang signifikan terhadap hasil belajar perkalian siswa tunarungu kelas III di SDLB-B

Karya Mulia I Surabaya melalui metode jarimagic. Pernyataan tersebut bisa dibuktikan

dengan peningkatan hasil tes yang telah diberikan, dari hasil rekapitulasi pre tes dan post tes

mengalami peningkatan pada saat pos tes setelah diberikan intervensi. Dengan demikian

15 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Page 16: Askep Tuna Rungu

terbukti bahwa metode jarimagic merupakan intervensi yang tepat untuk mengoptimalkan

hasil belajar perkalian pada siswa tunarungu.

Dari hasil pengamatan psikomotor siswa dalam menggunakan metode jarimagic

dalam menyelesaikan soal perkalian,dapat dilihat pada pertemuan I,III,V dan VII pada aspek

ketepatan menentukan posisi jari mendapat nilai C presentase sebesar 100% artinya seluruh

siswa masih memerlukan bantuan guru. Sedangkan pada pertemuan ke II,IV,VI dan VIII

berubah mendapat nilai B dengan presentase 100% artinya seluruh siswa sudah mampu

menentukan posisi jari tanpa bantuan guru.

Untuk aspek ketepatan dalam menghitung hasil perkalian pada pertemuan I

didapatkan nilai K dengan presentase 100% artinya seluruh siswa tidak dapat menghitung

hasil dengan bantuan guru. Namun pada pertemuan ke II nilai B dan C sama-sama mendapat

presentase 50% yang artinya sebagian siswa mampu menghitung hasil perkalian tanpa

bantuan guru dan sebagian measih memerlukan bantuan guru. Pertemuan ke III nilai C dan K

memndapatkan presentase sama yaitu 50% yang artinya sebagian siswa masih mampu

menghitung hasil dengan bantuan guru dan sisanya tidak mampu menghitung hasil perkalian.

Pertemuan ke IV prensentase nilai B lebih besar daripada nilai C yaitu 60% dibanding 40%

artinya banyak siswa yang mampu menghitunghasil perkalian dengan bantuan guru. Pada

pertemuan ke V banyak siswa yang masih kesusahan dalam menghitung hasil perkalian, ini

dibuktikan dengan nilai K memperoleh presentase 60% daripada nilai C. Pada pertemuan ke

VI terjadi peningkatan, ini dibuktikan dengan sebanyak 60% siswa mendapat nilai B.

Pertemuan ke VII nilai K dan C sama-sama mendapat presentase 50% yang artinya sebagian

siswa masih memerlukan bantuan guru dan sebagian lagi tidak dapat menghitung hasil

perkalian dengan bantuan guru sekalipun. Dan pada pertemuan ke VIII meningkat, nilai B

dan C sama-sama mendapat presentase 50%.

Analisa data pada hasil pengamatan pelaksanaan metode jarimagic dalam aspek

menentukan posisi jari sesuai dengan formasi jari dalam jarimagic menunjukkan bahwa siswa

tidak mengalami kesulitan dalam aspek tersebut. Namun dalam aspek menghitung hasil

menggunakan langkah-lamgkah jarimagic,ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan

sehingga membutuhkan bantuan / instruksi. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa siswa

mengalami kesulitan menghitung hasil dalam materi perkalian jari 16-20. Hal ini terjadi

karena siswa tunarungu belum paham dengan konsep perkalian jari 16-20. Dalam materi

perkalian jari 16-20 tersebut dalam hal rumusan perkalian hampir sama dengan dengan materi

perkalian jari 11-15, namun yang membedakan adalah simbolnya sehingga hasil perkalian

yang diperoleh belum tepat. Seperti yang dikemukakan oleh Hariwijaya (2009:19) agar mahir

16 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Page 17: Askep Tuna Rungu

matematika, selain diberikan pemahaman tentang simbol yang berkaitan dengan matematika

anak dianjurkan diajari juga konsep perubahan saat menghitung. Dalam hal ini siswa

tunarungu perlu pemahaman konsep adanya perubahan simbol tambah (+) dan simbol kurang

(-) dalam penyelesaian hasil perkalian jari 16-20. Sehingga ketika menyelesaikan hasil hitung

perkalian menggunakan metode jarimagic siswa salah menghitung hasilnya.

Hasil belajar merupakan prestasi belajar yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar perkalian dapat dilihat dari 2 faktor yaitu

faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar diri siswa (ekstrenal). Faktor dalam

diri siswa meliputi intelegensi/ kecerdasa,minat dan bakat serta motivasi. Hasil penelitian

ditemukan bahwa siswa belum bisa menyelesaikan soal perkalian dengan cepat karena siswa

belum terbiasa melakukan hitungan dengan cepat untuk menyelesaikan soal-soal perkalian,

maka dari itu siswa perlu diberi latihan-latihan soal perkalian agar siswa terbiasa

mengerjakan soal perkalian sehingga waktu pengerjaannya juga bisa lebih cepat. Hal ini

sesuai dengan pendapat Sudjana (2001:2) bahwa hasil belajar tidak hanya menilai bagaimana

kemampuan siswa setelah menempuh pengalaman belajarnya tetapi juga sebagai umpan balik

sebagai upaya memperbaiki proses belajarnya. Misalnya memperbaiki strategi

pembelajarannya atau memberikan bantuan atau bimbingan kepada siswa dalam bentuk

remidial agar siswa mendapatkan layanan khusus untuk memperbaiki hasil belajarnya.

Selain itu dalam penelitian ini ditemukan ada satu siswa yang memang kurang aktif

dalam pembelajaran namun dalam penyelesaian soal perkalian mendapat nilai yang bagus.

Hal ini disebabkan siswa tersebut memang memiliki intelegensi yang tinggi diantara siswa-

siswa yang lain,namun memiliki sifat pendiam sehingg dalam proses pembelajaran kurang

aktif.

Faktor yang berasal dari luar siswa meliputi faktor guru,metode,alat dan lingkungan.

Jarimagic merupakan metode hitung dengan menggunakan bantuan jari untuk menyelesaikan

soal perkalian. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Prasetyo (2009:39) bahwa tanpa alat

hitung kita juga dapat berhitung secara cepat dengan bantuan jari tangan,asalkan kita

mengetahui dasar dan metode berhitung menggunakan jari. Dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa metode berhitung dengan bantuan jari yang disebut jarimagic dapat

membantu siswa dalam menyelesaikan soal perkalian. Dengan memahami bentuk formasi jari

dan langkah-langkah penyelesaian dalam metode jarimagic maka siswa akan merasa senang

dan mudah belajar perkalian. Faktor luar lainnya seperti latihan yang berulang-ulang juga

merupakan salah satu pendukung keberhasilan suatu materi atau metode yang disampaikan

oleh guru agar dapat diterima dan diserap siswa secara maksimal.

17 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Page 18: Askep Tuna Rungu

PENUTUP

Dari hasil penelitian tentang pengaruh metode jarimagic terhadap hasil belajar

perkalian siswa tunarungu kelas III SDLB-B Karya Mulia I Surabaya, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut : (1) Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan

teknik analisis statistik non parametrik dengan rumus uji tanda diperoleh ZH = 2,08

sedangkan Ztabel = 1,96. Sehingga ZH > Ztabel , hal ini membuktikan bahwa ada pengaruh antara

variabel X dan variabel Y. Dengan demikian membuktikan bahwa metode jarimagic

berpengaruh terhadap hasil belajar perkalian pada siswa tunarungu kelas III di SDLB-B

Karya Mulia I Surabaya. (2) Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada dua sisi yaitu pre tes

dan pos tes, diperoleh rekapitulasi data hasil penilaian mengalami peningkatan. Dari

perhitungan pre tes dan pos tes diperoleh tanda positif (+) sebanyak 6 sehingga X=6

menunjukkan bahwa setiap subyek mengalami peningakatan yang positif terhadap hasil

penilaian pos tes. Hal ini membuktikan bahwa ada peningkatan hasil belajar perkalian pada

siswa tunarungu kelas III di SDLB-B Karya Mulia I Surabaya melalui metode jarimagic.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode jarimagic dapat

meningkatkan hasil belajar perkalian siswa tunarungu kelas III di SDLB-B Karya Mulia I

Surabaya, untuk itu disarankan kepada (1) Guru,sebaiknya menggunakan metode jarimagic

sebagai salah satu metode berhitung alternatif dalam menyelesaikan soal perkalian. (2)

Orang tua, sebaiknya metode jarimagic digunakan sebagai salah satu metode berhitung

alternatif khususnya perkalian pada anak untuk diterapkan di rumah. (3) Mahasiswa, hasil

penelitian ini merupakan dasar dari penelitian yang telah ada untuk dilanjutkan sebagai

pijakan atau sebagai salah satu bahan rujukan dalam sebuah penelitian lanjut baik tentang

peningkatan hasil belajar matematika maupun metode jarimagic.

DAFTAR PUSTAKA

Ariesta, W.D.2010. Peningkatan Kemampuan Berhitung Perkalian Cepat Melalui Metode

Jarimagic Pada Siswa Kelas IV SDN Kesamben Blitar. Malang : Skripsi Sarjana

Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah UNM. tidak ditertbitkan

Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bandung :

Rineka Cipta

Auliya, M. Fajar.2009. Jarimagic Berhitung Dahsyat Dengan Jari Jarimagic Penjumlahan

dan Pengurangan. Yogyakarta : Pustaka Widyatama

18 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Page 19: Askep Tuna Rungu

Auliya, M. Fajar.2009. Jarimagic Berhitung Dahsyat Dengan Jari Jarimagic Perkalian dan

Pembagian. Yogyakarta : Pustaka Widyatama

Delphie, Bandi.2009. Matematika Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Sleman : KTSP

Delphie, Bandi.2009. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting Pendidikan

Inklusi, Sleman : KTSP

Hariwijaya.2009. Meningkatkan Kecerdasan Matematika. Yogyakarta : Tugu

Heruman.2010. Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung : Rosda

Jihad, Asep dan Abdul Haris.2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Press

Kurikulum Pendidikan Luarbiasa. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB-

B. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Lutfiana, W.D.2010. Peningkatan Kemampuan Berhitung Perkalian Cepat Melalui Metode

Jarimagic Pada Siswa Kelas IV SDN Kesamben Blitar. Malang : Skripsi Sarjana

Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah UNM. Tidak diterbitkan

Rasvianty, V.2009. Penerapan Polamatika Pada Operasi Perkalian Dalam Meningkatkan

Hasil Belajar Matematika Siswa Tunarungu. Bandung : Skripsi. Tidak diterbitkan

Riyanto, Yatim.2007. Metode Penelitian dan Penilaian Pendidikan Kualitatif dan

Kuantitatif. Surabaya : Unesa University Press

Rochyadi, Endang.2005. Pengembangan Program Pembelajaran Individu Bagi Anak

Tunagrahita. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Saleh, Samsubar. 1996. Statistik Non Parametrik Edisi 2. Yogyakarta : BPFE

Somantri, Sutjihati.2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama

Sudjana, Nana.2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja

Rosdakarya

Sudjana, Nana.2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algesindo

Sunaryo.2007. Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta : Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi

Susilowati, Ina.2009. Penggunaan Math Trick Pada Operasi Perkalian Untuk Meningkatkan

Kemampuan Hitung Anak Tunarungu. Bandung : Skripsi PLB UPI. Tidak diterbitkan

Wahyudi, Ari, 2009. Metodelogi Penelitian Pendidikan Luar Biasa. Surabaya : Unesa

University Perss.

19 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G

Page 20: Askep Tuna Rungu

20 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G