BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Anak tunarungu (ATR) merupakan individu yang unik, pada umumnya memiliki potensi atau kekuatan yang dapat dikembangkan demi tercapainya keseimbangan, keserasian dan berintekrasi terhadap lingkungan, apakah itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Potensi tersebut akan dapat diarahkan dan dikembangkan seoptimal mung- kin. Hal ini tentu sangat erat keterkaitannya dengan bahasa yang digunakan .Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting di dalam berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, dengan bahasa manusia dapat mengemukakan pendapatnya dan mengekspresikan perasaannya. Tuna rungu merupakan suatu kondisi kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran. Anak dengan tuna rungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehlangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa (Suryanah, 1996). Pendengaran merupakan alat sensoris utama untuk berbicara dan berbahasa. Kehilangan pendengaran sejak lahir atau sejak lahir atau sejak usia dini akan menyebabkan kesulitan dalam 1 | PSIK UNSRI PALEMBANG
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Anak tunarungu (ATR) merupakan individu yang unik, pada umumnya memiliki
potensi atau kekuatan yang dapat dikembangkan demi tercapainya keseimbangan, keserasian
dan berintekrasi terhadap lingkungan, apakah itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
maupun lingkungan masyarakat. Potensi tersebut akan dapat diarahkan dan dikembangkan
seoptimal mung-kin. Hal ini tentu sangat erat keterkaitannya dengan bahasa yang
digunakan .Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting di dalam berinteraksi
dengan orang lain. Selain itu, dengan bahasa manusia dapat mengemukakan pendapatnya dan
mengekspresikan perasaannya.
Tuna rungu merupakan suatu kondisi kekurangan atau kehilangan kemampuan
mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh
alat-alat pendengaran. Anak dengan tuna rungu adalah anak yang mengalami kekurangan
atau kehlangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak
berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam
perkembangan bahasa (Suryanah, 1996).
Pendengaran merupakan alat sensoris utama untuk berbicara dan berbahasa.
Kehilangan pendengaran sejak lahir atau sejak lahir atau sejak usia dini akan menyebabkan
kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi sdengan orang lain secara lisan. Kehilangan
pendengaran pada seorang anak juga berpengaruh pada perkembangan kognitifnya, karena
anak tunarunggu mengalami kesulitan dalam memahami informasi yang bersifat verbal
terutama konsep-konsep yang bersifat abstrak yang memerlukan penjelasan. Pemahaman
konsep dan proses pembentukan pengertian betapa pun sederhananya diperlukan
keterampilan berbahasa yang memadai sebab bahasa merupakan alat berfikir. Anak tuna
rungu mengalami kesulitan dalam berbahasa secara lisan, oleh karena itu anak tuna rungu
mengalami kesulitan dalam mengikuti program pendidikan.
1 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
Di dalam jurnal yang berjudul “ Pengaruh Penerapan Metode Jari Magic terhadap
Hasil Belajar Siswa Tuna Rungu Kelas II SDLB-B Karya Mulia I Surabaya” dijelaskan salah
satu permasalahn pada anak tuna rungu yaitu minimnya pemahaman anak tuna rungu
terhadap materi pelajaran, termasuk pada mata pelajaran matematika mengenai operasi hitung
perkali karena kurang berfungsinya indera pendengaran. Sebagian siswa tunarungu
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal perkalian matematika, selain itu siswa
tunarungu yang mampu menyelesaikan soal perkalian merasa bosan dengan cara
penyelesaian yang lama.
Siswa tunarungu mengalami hambatan dalam memahami hal-hal yang bersifat abstrak
karena keterbatasan persepsi dengarnya. Hal ini yang menyebabkan siswa tunarungu
mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal matematika yang bersifat abstrak. Diperkuat
oleh pendapat Soedjadi dalam Heruman (2010:1) bahwa beberapa karakteristik yang dimiliki
ilmu matematika yang perlu diketahui dan salah satunya adalah obyek yang dipelajari bersifat
abstrak.
Didalam jurnal ini peneliti mencoba mengajarkan terapi jari magic kepada anak tuna
rungu untuk membantu anak tuna rungu memahami pelajaran matematika, dimana jarimagic
ini memiliki kelebihan yang dapat membantu anak tuna rungu memahami soal perkalian.
Dimana kelebihan dari jari magic diajarkan pada siswa tunarungu dapat membuat siswa tuna
rungu merasa senang mengadakan kontak fisik dengan jari-jarinya sehingga siswa tidak
bosan untuk menyelesaikan soal perkalian. Selain itu, jarimagic diajarkan kepada siswa
dengan cara anak diajak belajar sambil bermain dengan menggunakan jari-jarinya sendiri
yang asyik dan menyenangkan. Sehingga itu dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa
untuk mempelajari perkalian.
Pernyataan tersebut bisa dibuktikan dengan peningkatan hasil tes yang telah
diberikan, dari hasil rekapitulasi pre tes dan post tes mengalami peningkatan pada saat pos tes
setelah diberikan intervensi. Dengan demikian terbukti bahwa metode jari magic merupakan
intervensi yang tepat untuk mengoptimalkan hasil belajar perkalian pada siswa tunarungu.
Selain memiliki kelebihan jarimagic juga memiliki kelemahan yaitu di dalam aspek
menghitung hasil menggunakan langkah-lamgkah jarimagic,ada beberapa siswa yang
mengalami kesulitan sehingga membutuhkan bantuan / instruksi. Sehingga dalam
2 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
menerapkan jarimagic ini di butuhkan bantuan dan motivasi lebih dari guru untuk melatih
secara berulang-ulang karena apabila tidak sering diulang-ulang siswa akan lupa sehingga
materi atau metode yang disampaikan dapat diterima dan diserap oleh siswa secara maksimal.
Proses memberikan terapi jari magic ini juga memiliki hambatan dalam penyerapan
dan pemahaman metode jarimagic diajarkan. Dimana hasil belajar merupakan prestasi belajar
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
perkalian dapat dilihat dari 2 faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor
dari luar diri siswa (ekstrenal).
Faktor dalam diri siswa meliputi intelegensi/ kecerdasan, minat dan bakat serta
motivasi. Hasil penelitian ditemukan bahwa siswa belum bisa menyelesaikan soal perkalian
dengan cepat karena siswa belum terbiasa melakukan hitungan dengan cepat untuk
menyelesaikan soal-soal perkalian, maka dari itu siswa perlu diberi latihan-latihan soal
perkalian agar siswa terbiasa mengerjakan soal perkalian sehingga waktu pengerjaannya juga
bisa lebih cepat. Sedangkan faktor yang berasal dari luar siswa meliputi faktor
guru,metode,alat dan lingkungan. Dimana dibutuhkan guru, metode dan alat serta lingkungan
yang mendukung dan apabila itu tidak mendukung akan menjadi hambatan dalam meberikan
bantuan untuk melatih jarimagic ini.
Melihat masih terdapatnya kekurangan dan hambatan dalam pelaksanaan metode ini,
makan diperlukan perbaikan terhadap strategi pembelajarannya atau memberikan bantuan
atau bimbingan kepada siswa dalam bentuk remidial agar siswa mendapatkan layanan khusus
untuk memperbaiki hasil belajarnya. Selain itu, hal ini juga memberikan motivasi terhdap
siswa agar siswa merasa lebih bersemangat untuk belajar dan dapat berprestasi juga seperti
anak normal.
Dari latar belakang di atas maka penulis menganalisis tentang asuhan keperawatan
yang tepat terhadap anak dengan tuna rungu agar dapat meningkatkan kemampuannya dan
tidak mengalami gangguan psikologi sosial di tengah masyarakat.
3 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
BAB II
ANALISIS KEKUATAN DAN HAMBATAN PADA TUNA RUNGU
2.1 Kekuatan (Strength)
Berdasarkan jurnal penelitian di atas, maka kekuatan yang dimiliki oleh seorang
tunarungu adalah sebagai berikut :
a. Positive thinking (Berpikir positif)
Tuna rungu merupakan suatu kondisi kekurangan atau kehilangan kemampuan
mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat
pendengaran. Tunarungu tidak akan pernah mendengar pengaruh buruk di
masyarakat, baik dari interaksi social seperti cemoohan, gossip, kata-kata kasar
maupun dari pengaruh media televisi sehingga pemikirannya tidak akan
terkontaminasi. Hal ini merupakan kekuatan yang dimiliki oleh orang dengan
kecacatan (impairment) selain tunarungu. Selain itu, perawat akan lebih mudah
masuk ke dalam kehidupannya.
b. Diam dan Lebih Banyak Berpikir
Tunarungu memiliki keterbatasan kosa kata dikarenakan ketidakmampuan dalam
menerima stimulus bahasa sejak masa anak. Tunarungu akan cenderung diam.
Diam merupakan kesempatan yang besar baginya untuk berpikir. Sehingga,
sebagian besar waktunya akan dihabiskan untuk memberikan kesibukan diri seperti
belajar, membaca buku, browsing, dan sebagainya. Hal ini dapat mengasah otak
kirinya yang salah satunya adalah kemampuan matematika.
2.2 Hambatan
Hambatan yang dihadapi oleh seorang tunarungu adalah
a. Sulit berkomunikasi
Asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian sampai evaluasi. Meskipun saat
pengkajian dapat dilakukan dengan pendekatan data dari orang terdekat, seperti
orangtua, namun saat implementasi, perawat tetap berhadapan langsung dengan klien.
Solusi yang dapat dilakukan adalah pelatihan khusus bagi perawat agar mampu
4 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
berkomunikasi dengan tetap mempertahankan komunikasi teraupetik terhadap
tunarungu dan hal ini tidak semua perawat dapat lakukan.
3. Cara Mengatasi
a. Perawat yang melakukan intervensi adalah perawat yang telah mengikuti pelatihan
khusus komunikasi seperti bahasa isyarat dengan tuna rungu
b. Pendekatan yang bisa dilakukan saat melakukan proses keperawatan adalah
pendekatan orang terdekat klien. Misalnya ibu atau ayah atau sanak saudara lain.
5 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ANAK TUNA RUNGU
2.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan anomaly kongenital, harapan
yang tidak terpenuhi
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan perlambatan dalam pemenuhan
tugas perkembangan danperilaku atau nilai sosial yang tidak diterima.
2.2 INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan 1 :
Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan anomali congenital dan harapan
yang tidak terpenuhi.
NOC : Harga diri
Kriteria Hasil :
1. Mengungkapkan penerimaan diri
2. Komunikasi terbuka
3. Mengetahui kekuatan diri
4. Melakukan perilaku yang dapat meningkatkan kepercayaan diri
NIC : Peningkatan harga diri
1. Pantau frekuensi pengungkapan diri yang negatif
2. Ajarkan orang tua akan pentingnya ketertarikan dan dukungannya terhadap
perkembangan konsep diri yang positif pada anak.
3. Hindari tindakan yang dapat melemahkan pasien.
4. Tekanan kekutan diri yang dapat diidentifikasi oleh pasien
5. Berikan penghargaan atau pujian terhadap perkembangan pasien dalam pencapain