Top Banner
KATA PENGANTAR Assalammualaikum Wr.Wb. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T atas limpahan rahmat dan hidayahNya, yang telah memberi kami kemudahan dan kelancaran dalam menyusun makalah sebagai tugas dari Keperawatan Persepsi Sensori, dengan judul “ Tuli Persepsi – Konduksi”. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada ibu Laili Hidayati sebagai fasilitator kami, yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi civitas akademi Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya. Kami yakin dalam penyusunan makaklah ini, masih terdapat kekurangan – kekurangan. Untuk itu, kami membutuhkan saran dan kritik yang membangun demi penyusunan makalah yang lebih baik lagi. Wassalammualikum Wr.Wb. Surabaya,23 Oktober 2009 1
47

Askep Tuli Presepsi Konduksi

Dec 25, 2015

Download

Documents

Sabdi Mustapha

Askep Tuli Presepsi Konduksi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Askep Tuli Presepsi Konduksi

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T atas limpahan rahmat dan

hidayahNya, yang telah memberi kami kemudahan dan kelancaran dalam menyusun

makalah sebagai tugas dari Keperawatan Persepsi Sensori, dengan judul “ Tuli Persepsi –

Konduksi”. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada ibu Laili Hidayati sebagai

fasilitator kami, yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi civitas akademi Fakultas

Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.

Kami yakin dalam penyusunan makaklah ini, masih terdapat kekurangan –

kekurangan. Untuk itu, kami membutuhkan saran dan kritik yang membangun demi

penyusunan makalah yang lebih baik lagi.

Wassalammualikum Wr.Wb.

Surabaya,23 Oktober 2009

Penyusun

1

Page 2: Askep Tuli Presepsi Konduksi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ……………………………………………………….

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………..

1.3 Tujuan ……………………………………………………………….

1.4 Manfaat ………………………………………………………………

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Pendengaran ……….......……………………………….

2.2 Etiologi ……………………………………………………………..

2.3 Manifestasi Klinis ……………………………………………........

2.4 Pemeriksaan dan Pendengaran ………………………………………

2.5 Pencegahan dan Pengobatan ……………………………………….

2.6 Alat Pembantu Mendengar ……………………………………….

2.7Asuhan Keperawatan pada Tuli Persepsi Konduksi ………………….

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………….

3.2 Saran ………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….

2

Page 3: Askep Tuli Presepsi Konduksi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti organ-organ yang lain, telinga pun mengalami kemunduran pada usia

lanjut. Kemunduran ini dirasakan sebagai kurangnya pendengaran, dari derajat yang

ringan sampai dengan yang berat. Bila kekurangan pendengaran ini berat, akan

menimbulkan banyak masalah bagi penderita dengan orang - orang sekitarnya.

Misalnya salah faham dalam komunikasi. Penderita sering membantah karena

mengira orang lain-lain marah-marah kepadanya, tak perduli kepadanya, atau malah

mentertawakannya, mengejeknya atau lain-lain lagi.

Secara garis besar ketulian dibagi menjadi dua. Ketulian dibidang konduksi atau

disebut tuli konduksi dimana kelainan terletak antara meatus akustikus eksterna

sampai dengana tulang pendengaran stapes. Tuli di bidang konduksi ini biasanya

dapat ditolong dengan memuaskan, baik dengan pengobatan atau dengan suatu

tindakan misalnya pembedahan.Tuli yang lain yaitu tuli persepsi (sensori neural

hearing-loss) dimana letak kelainan mulai dari organ korti di koklea sampai dengan

pusat pendengaran di otak. Tuli persepsi ini biasanya sulit dalam pengobatannya.

Apabila tuli konduksi dan tuli persepsi timbul bersamaan, disebut tuli

campuran.Untuk mengetahui jenis ketulian diperlukan pemeriksaan pendengaran.

Dapat dari cara yang paling sederhana sampai dengan memakai alat elektro akustik

yang disebut audiometer. Dengan menggunakan audiometer ini jenis ketulian dengan

mudah dapat ditentukan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana deskripsi dari tuli persepsi – konduksi?

1.2.2 Apa penyebab terjadinya tuli persepsi – konduksi?

1.2.3 Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan dari tuli persepsi – konduksi?

1.2.4 Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien dengan gangguan tuli

persepsi – konduksi?

3

Page 4: Askep Tuli Presepsi Konduksi

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui deskripsi dari tuli persepsi – konduksi.

1.3.2 Mengetahui penyebab terjadinya tuli persepsi – konduksi.

1.3.3 Mengetahui pencegahan dan pengobatan dari tuli persepsi – konduksi.

1.3.4 Mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan tuli persepsi – konduksi.

1.3 Manfaat

Memberikan informasi tentang gangguan pendengaran tuli persepsi – konduksi

serta asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien tersebut.

4

Page 5: Askep Tuli Presepsi Konduksi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pendengaran

2.1.1 Telinga dibagi 3 bagian

a. Telinga luar (auris eksterna)

• Aurikulum : menangkap gelombang suara dan meneruskannya ke MAE

• Meatus akustikus eksternus : meneruskan gelombang suara ke membrane

timpani

• Membran timpani : untuk proses resonansi

b. Telinga tengah (auris media)

• Kavum timpani : tempat tulang – tulang pendengaran berada

• Tuba Eustachius : saluran yang menghubungkan antara telinga tengah

dengan telinga dalam

• Antrum & sel-sel mastoid

c. Telinga dalam (auris interna = labirin)

• Koklea (organ auditivus) : untuk keseimbangan

• Labirin vestibuler (organ vestibuler /status) : untuk keseimbangan

5

Page 6: Askep Tuli Presepsi Konduksi

Gambar : Anatomi telinga normal

2.1.2 Proses Pendengaran

Gelombang suara yang berasal dari udara ditangkap oleh aurikulla kemudian

diteruskan ke MAE ( Meatus Akustikus Externa ), kemudian dilanjutkan ke membran

timpani. Setelah masuk di membran timpani, gelombang udara tersebut menggerakkan

tulang – tulang pendengaran, yang terdiri dari tulang incus, stapes dan maleus. Setelah itu

menuju ke foramen ovale. Dari foramen ovale, merangsang Koklea untuk mengeluarkan

cairan. Cairan koklea tersebut kemudian menuju ke membran basilaris, merangsang

pergerakan hair cells. Diteruskan ke cortex auditorius. Kemudian kita dapat mendengar

suatu bunyi.

2.2 Pengertian Tuli Persepsi – Konduksi

Secara garis besar ketulian dibagi menjadi dua. Ketulian dibidang konduksi atau

disebut tuli konduksi dimana kelainan terletak antara meatus akustikus eksterna sampai

dengana tulang pendengaran stapes. Tuli di bidang konduksi ini biasanya dapat ditolong

dengan memuaskan, baik dengan pengobatan atau dengan suatu tindakan misalnya

pembedahan.Tuli yang lain yaitu tuli persepsi (sensori neural hearing-loss) dimana

letak kelainan mulai dari organ korti di koklea sampai dengan pusat pendengaran di otak.

Tuli persepsi ini biasanya sulit dalam pengobatannya. Apabila tuli konduksi dan tuli

persepsi timbul bersamaan, disebut tuli campuran.Untuk mengetahui jenis ketulian

diperlukan pemeriksaan pendengaran.

Perbedaan Tuli Persepsi dengan Tuli Konduksi :

Perbedaan Tuli Konduksi Tuli Persepsi

Letak Antara meatus akustikus externa

sampai tulang pendengaran

steps

Mulai organ corti sampai pusat

pendengaran

Aspek

kesembuhan

Dapat ditolong dengan

pengobatan atau pembedahan

Sulit untuk diobati

Etiologi Adanya cairan (secret), tumor,

benda asing pada meatus,

Bisa karena factor genetik,

penyakit infeksi, pemakaian

6

Page 7: Askep Tuli Presepsi Konduksi

kerusakan membran timpani,

kelebihan atau kekurangan

udara pada kavum timpani, pada

osikula terjadi destruksi.

obat ototoksik, penyakit yang

diderita ( Diabetes Melitus,

ginjal ), avitaminosis, trauma

akustik, factor aging, tumor

2.2 Etiologi

2.2.1 Etiologi Tuli Konduksi

Gangguan di bagian konduksi menimbulkan tuli konduksi, penyebabnya ialah :

1. Dalam meatus akustikus eksterna : adanya cairan (sekret, air) dan benda padat

(serumen, benda asing) atau tumor, seperti benda asing atau polip telinga.

2. Kerusakan membrana timpani : karena perforasi, ruptur , dan sikatriks.

3. Dalam kavum timpani terdapat: kelebihan atau kekurangan udara pada okiusi tuba,

caftan (darah, sekret pada otitis media) karena trauma kepala , tumor.

4. Pada osikula : gerakannya terganggu oleh sikatriks, destruksi karena otitis media,

ankilosis stapes pada otosklerosis dan luksasi oleh trauma.

2.2.2 Etiologi Tuli Persepsi

Gangguan di bagian persepsi menimbulkan tuli persepsi, penyebabnya ialah :

Periode prenatal

1. Oleh faktor genetik

2. Bukan oleh faktor genetik.

Terutama penyakit-penyakit yang diderita ibu pada kehamilan trimester pertama

(minggu ke 6 s/d 12) yaitu pada saat pembentukan organ telinga pada fetus. Penyakit-

penyakit itu ialah rubela, morbili, diabetes melitus, nefritis, toksemia dan penyakit-

penyakit virus yang lain.

Obat-obat yang dipergunakan waktu ibu mengandung seperti salisilat, kinin,

talidomid, streptomisin dan obat- obat untuk menggugurkan kandungan.

Periode perinatal

Penyebab ketulian disini terjadi diwaktu ibu sedang melahirkan. Misalnya trauma

kelahiran dengan memakai forceps, vakum ekstraktor, letak-letak bayi yang tak

7

Page 8: Askep Tuli Presepsi Konduksi

normal, partus lama. Juga pada ibu yang mengalami toksemia gravidarum. Sebab

yang lain ialah prematuritas, penyakit hemolitik dan kern ikterus.

Periode postnatal

1. Penyebab pada periode ini dapat berupa faktor genetik atau keturunan, misalnya

pada penyakit familiar perception deafness.

2. Penyebab yang bukan berupa faktor genetik atau keturunan:

-- Pada Anak-anak :

a. Penyakit-penyakit infeksi pada otak misalnya meningitis dan ensefalitis.

b. Penyakit-penyakit infeksi umum : morbilli, varisela, parotitis (mumps),

influenza, deman skarlatina, demam tipoid, pneumonia, pertusis, difteri dan

demam yang tak diketahui sebabnya.

c. Pemakaian obat-obat ototoksik pada anak-anak.

-- Pada orang dewasa :

a. Gangguan pada pembuluh-pembuluh darah koklea, dalam bentuk perdarahan,

spasme (iskemia), emboli dan trombosis. Gangguan ini terdapat pada hipertensi

dan penyakit jantung.

b. Kolesterol yang tinggi : Oleh Kopetzky dibuktikan bahwa penderita-penderita

tuli persepsi rata-rata mempunyai kadar kolesterol yang tinggi dalam darahnya.

c. Diabetes Melitus : Seringkali penderita diabetes melitus tak mengeluh adanya

kekurangan pendengaran walaupun kalau diperiksa secara audiometris sudah

jelas adanya kekurang pendengaran. Sebab ketulian disini diperkirakan sebagai

berikut :

-- Suatu neuropati N VIII.

-- Suatu mikroangiopati pada telinga dalam (inner ear).

-- Obat-obat ototoksik. Penderita diabetes sering terkena infeksi dan lalu sering

menggunakan antibiotika yang ototoksik

d. Penyakit-penyakit ginjal : Bergstrom menjumpai 91 kasus tuli persepsi diantara

224 penderita penyakit ginjal. Diperkirakan penyebabnya ialah obat ototoksik,

sebab penderita penyakit ginjal mengalami gangguan ekskresi obat-obat yang

dipakainya.

8

Page 9: Askep Tuli Presepsi Konduksi

e. Influenza oleh virus. Oleh Lindsay dibuktikan bahwa sudden deafness pada

orang dewasa biasanya terjadi bersama-sama dengan infeksi traktus

respiratorius yang disebabkan oleh virus.

f. Obat-obat ototoksik : Diberitakan bahwa bermacam-macam obat menyebabkan

ketulian, misalnya : dihidrostreptomisin, salisilat, kinin, neomisin, gentamisin,

arsenik, antipirin, atropin, barbiturat, librium.

g. Defisiensi vitamin. Disebut dalam beberapa karangan, bahwa defisiensi vitamin

A, B1, B kompleks dan vitamin C dapat menyebabkan ketulian.

h. Faktor alergi. Diduga terjadi suatu gangguan pembuluh darah pada koklea.

i. Trauma akustik : letusan born, letusan senjata api, tuli karena suara bising.

j. Presbiakusis : tuli karena usia lanjut.

k. Tumor : Akustik neurinoma.

1.Penyakit Meniere

m. Trauma kapitis.

WOC

2.3 Manifestasi Klinis Tuli Persepsi - SensoriKecuali keluhan pendengaran berkurang, maka keluhan lain ialah :

1. Tinitus : suara berdenging ini dikeluhkan pada 50% dari penderita usia lanjut.

Biasanya terus menerus dan bernada tinggi. Lain dengan tinitus pada penyakit

Meniere yang biasanya bernada rendah. Tinitus biasanya tidaklah sangat

mengganggu seperti intoksikasi telinga atau pada traumatic deafness.

2. Diplakusis: yaitu distorsi dari pada tingginya nada atau frekuensi. Dapat terjadi

pada satu atau kedua telinga. Biasanya tak terlalu mengganggu kecuali pada

musikus-musikus.

3. Vertigo: dikeluhkan pada 30% dari penderita. Apakah ini berasal dari labirin atau

bukan tak bisa dipastikan. Hanya didapatkan 60% dari penderita mempunyai

reaksi kalori yang tidak normal. Mungkin vertigo ini pada usia lanjut berasal dari

brain stem atau perubahan pembuluh darah di sentral.

2.4 Pemeriksaan Pendengaran

Dengan melakukan pemeriksaan pendengaran kita dapat mengetahui :

9

Page 10: Askep Tuli Presepsi Konduksi

·Apakah seseorang kurang pendengaran atau tidak.

·Sifat ketuliannya, tuli konduksi ataukah tuli persepsi.

·Derajat ketuliannya atau besar kekurang pendengarannya.

· Dengan diketahui sifat ketulian berarti diketahui pula letak kelainan, sehingga dapat

ditentukan apakah perlu tindakan operasi, pemberian obat-obatan saja atau hanya

dapat ditolong oleh Alat Pembantu Mendengar (APM) atau hearing aid.

Macamnya tes pendengaran yaitu :

·Tes yang paling sederhana ialah tes suara bisik dan percakapan ("konversasi").

·Tes dengan garpu suara.

·Di klinik yang maju dipergunakan alat elektro akustik yaitu tes dengan audiometer

·Tes dengan Impedance meter.

1. Tes suara bisik

Caranya ialah dengan membisikkan kata-kata yang dikenal penderita dimana

kata-kata itu mengandung huruf lunak dan huruf desis. Lalu diukur berapa meter

jarak penderita dengan pembisiknya sewaktu penderita dapat mengulangi kata-kata

yang dibisikan dengan benar. Pada orang normal dapat mendengar 80% dari kata-kata

yang dibisikkan pada jarak 6 s/d 10 meter.Apabila kurang dari 5 - 6 meter berarti ada

kekurangan pendengaran. Apabila penderita tak dapat mendengarkan kata-kata

dengan huruf lunak, berarti tuli konduksi. Sebaliknya bilatak dapat mendengar kata-

kata dengan huruf desis berarti tuli persepsi.Apabila dengan suara bisik sudah tidak

dapat mendengar dites dengan suara konversasi atau percakapan biasa. Orang normal

dapat mendengar suara konversasi pada jarak 200 meter.

2. Tes Garpu Suara

Dengan garpu suara frekuensi 64, 128, 256, 512, 1024, 2048 dan 4096 hz,

dibunyikan dengan cara tertentu lalu disuruh mendengarkan pada orang yang dites.

Bila penderita banyak tak mendengar pada frekuensi rendah berarti tuli konduksi.

Bila banyak tak mendengar pada frekuensi tinggi berarti tuli persepsi.

3. Tes dengan Audiometri

10

Page 11: Askep Tuli Presepsi Konduksi

Hasil dari tes pendengaran dengan audiometer ini digambardalam grafik yang

disebut audiogram. Apabila pemeriksaan dengan audiometer ini dilakukan, tes-tes

suara bisik dan garpu suara tak banyak diperlukan lagi, sebab hasil audiogram lebih

lengkap.Dengan audiometer dapat dibuat 2 macam audio-gram :

a. Audiogram nada murni ( pure tone audiogram )

b. Audiogram bicara ( speech audiogram )

Dengan audiometer dapat pula dilakukan tes-tes : tes SISI (Short Increment

Sensitivity Index), tes Fowler dimana dapat diketahui bahwa kelainan ada di koklear

atau bukan. Tes Tone Decay dimana dapat diketahui apakah kelainan dibelakang

koklea (retro cochlear) atau bukan. Kelainan retrocoklear ini misalnya ada tumor

yang menekan N VIII. Keuntungan pemeriksaan dengan audiometer kecuali dapat

ditentukan dengan lebih tepat lokasi kelainan yang menyebabkan ketulian juga dapat

diketahui besarnya ketulian yang diukur dengan satu db (desibel).

Derajat Ketulian

Untuk mengetahui derajat ketulian dapat memakai suara bisik

sebagai dasar yaitu sebagai berikut :

Normal : bila suara bisik antara 5 – 6 meter.

Tuli ringan bila suara bisik 4 meter

Tuli sedang bila suara bisik antara 2 -3 meter

Tuli berat bila suara bisik 0 – 1 meter

Apabila yang dipakai dasar audiogram nada murni, derajat

ketulian ditentukan oleh angka rata-rata intensitas pada fre-

kuensi-frekuensi 500, 1000 dan 2000 Hz yang juga disebut speech frequency.

Konversasi biasa besarnya kurang lebih 50 db.

Derajat ketulian berdasar audiogram nada murni adalah sebagai berikut :

.Normal antara 0 s/d 20 db.

.Tull ringan antara 21 s/d 40 db.

.Tull sedang antara 41 s/d 60 db.

.Tull berat antara 61 s/d 80 db.

.Tull amat berat bila lebih dari 80 db.

11

Page 12: Askep Tuli Presepsi Konduksi

Gambar : audiogram

4. Tes dengan Impedance meter

Tes ini paling obyektif dari tes-tes yang terdahulu. Tes ini hanya memerlukan

sedikit kooperasi dari penderita sehingga pada anak-anak di bawah 5 tahun pun dapat

dikerjakan dengan baik. Dengan mengubah-ubah tekanan pada meatus akustikus

ekterna (hang telinga bagian luar) dapat diketahui banyak tentang keadaan telinga

bagian tengah (kavum timpani). Dari pemeriksaan dengan Impedancemeter dapat

diketahui:

Apakah kendang telinga ( membrane timpani ) ada lobang atau tidak.

Apakah ada cairan atau infeksi di dalam telinga bagian tengah.

Apakah ada gangguan hubungan antara hidung dan telinga bagian tengah yang

melalui tuba Eustachii.

Apakah ada perlekatan – perlekatan di telinga bagian tengah akibat suatu radang.

Apakah rantai – rantai tulang telinga terputus akibat kecelakan ( trauma kepala )

.Apakah ada penyakit di tulang telirigastapes (otosklerosis).

12

Page 13: Askep Tuli Presepsi Konduksi

2.5 Penatalaksanaan Tuli Persepsi - Konduksi

2.5.1 PencegahanAda dua faktor yang relevan yaitu :

1. Hindari suara keras, ramai dan kebisingan.

2. Hindari diet yang berlemak. Hal-hal lain yang dianjurkan ialah hindari dingin yang

berlebihan, rokok yang berlebihan dan stres. Anemia, kekurangan vitamin dan

insufisiensi kardiovaskular juga harus segera diobati.

2.5.2 Pengobatan

Didasarkan pada 4 kelompok obat-obatan :

1. Hormon

2. Obat vasodilatator

3. Obat lipoproteinolitik

4. Vitamin

5. Tindakan bedah

6. Obat ototoksik

1. Hormon

Pernah dicoba dengan hormon hipofise secara intravena. Ada yang mencoba

hormon wanita pada wanita usia lanjut. Kemudian kedua seks hormon

dikombinasi dan diberikan pada penderita. Mungkin tinitusnya berkurang atau

pendengaran subjektif sedikit membaik, tapi secara objektif masih diragukan.

2. Vasodilator

Seperti asam nikotinat dan derivatnya menyebabkan vasodilatasi perifer, dan

pemberian dosis tinggi dalam waktu yang lama menurunkan bloodlipid pada

orang hiperkolesterolemia. Efek terapeutik pada presbiakusis disebabkan oleh

dilatasi koklear dan pembuluh darah di otak akibat aksi lipoproteinolitik dari obat

tersebut. Contoh lain misalnya Ronicol dan Hydergin.

3. Obat lipoproteinolitik

13

Page 14: Askep Tuli Presepsi Konduksi

Heparin i.v. 250 mg setiap hari selama 8 hari. Kemajuan audiometrik

didapat pada 25% penderita. Vertigo dan tinnitus menghilang pada 45%

penderita.

4. Vitamin

Vitamin B kompleks memberikan 43,5% kemajuan dalam pendengaran.

Data-data terperinci dari laporan Weston ini tidak diberitakan. Vitamin A banyak

dicoba dengan hasil yang lebih memuaskan.

5. Tindakan bedah

Meskipun kebanyakan pasien berhasil ditangani dengan terapi

konservatif, namun ada juga yang terkena serangan vertigo yang melumpuhkan.bila

serangan ini mengganggu kualitas hoidup, pasien direncanakan untuk menjalani

terapi bedah untuk perbaikan. Namun kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh

dalam telinga tetap berlanjut karena penatalaksanaan bedah pada penyakit meniere

ditujukan untuk menghilangkan serangan vertigo.

6. Obat Ototoksik

Obat ototoksik seperti streptomicin dan gentomicin dapat diberikan

kepada pasien dengan injeksi sistemik atau infus ke telinga tengah dan dalam.

Diuretika seperti Dyazide atau Hydrochlortiazid kadang dapat membantu

mengurangi gejala penyakit Meniere dengn menurunkan tekanan dalam sistem

endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk makan makanan yang mengandung

kalium, seperti pisang, tomat, diuretik yang menyebabkna kehilangan kalium.

Tetapi penggunaan obat ototoksik dapat menyebabkan efek buruk terhadap koklea,

aparatus vestibularis, atau saraf kranial VIII. Oleh karena itu pasien perlu dipantau

dengan audiogram dua kali seminggu selama masih mendapat obat tersebut

2.5.3 Alat Membantu Mendengar (APM)

Bila semua pengobatan tak memberi hasil, maka harapan terakhir ialah pada APM

atau hearing aid. Ada tiga bentuk yang umum :

1. "Pocket".

14

Page 15: Askep Tuli Presepsi Konduksi

Daya pembesaran baik hanya karena berbentuk agak besar maka penderita

kebanyakan mau memakainya.

2."Ear level"

Diletakkan di belakang telinga hingga bisa ditutupi rambut pada wanita

atau laki-laki berambut gondrong.

Ada satu bentuk lagi yang disebut "telinga ajaib", dipasarkan oleh perusahaan

tertentu. Hanya pembesarannya sangat terbatas sedang harganya mahal.Untuk

pemakaian APM, perlu disesuaikan hasil audiogramnya dengan daya kemampuan

APM. Jadi perlu dicoba seperti pemakaian kacamata.

2.6 Komplikasi Tuli Persepsi – Konduksi

1. Tuli persepsi pada otosklerosis stadium lanjut.

Penyakit ini merupakan kelainan tulang yang kebetulan pada "foot plate" dari

tulang pendengaran stapes. Hanya di sini pada audiogramnya masih terlihat faktor

tuli konduksi.

2. Penyakit Meniere

Penyakit yang ditandai dengan vertigo, tinitus dan gejala-gejala sistem saraf

otonom seperti muntah-muntah, keringat dingin, muka pucat sampai dengan diare.

Dapat dibedakan dengan pemeriksaan audiometri, yaitu melihat audiogramnya.

3. Trauma akustik

Ketulian sebab kebisingan atau suara-suara keras. Dapat dibedakan dengan

pemeriksaan audiometri, yaitu pure tone audiogram, SISI tes, Tone Decay tes dan

speech audiogram.

4. Neuroma akustik

Tumor jinak tumbuh lambat saraf kranial VIII biasanya tumbuh dari sel

Schwan pada bagian vestibuler saraf ini. Kebanyakan tumor neuroma akustik

tumbuh di dalam kanalis auditorius internus dan melebar sampai ke sudut

cerebelonphontin samapi menekan batang otak. Kebanyakan penyakit ini timbul

pada usia baya

5. Otitis Media Kronik

15

Page 16: Askep Tuli Presepsi Konduksi

Kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan iireversible dan

biasanya disebabkan karena episode berulang otitis media akut. Sering

berhubungan dengan perforasi menetap membran timpani tengah dan juga dapat

menghancurkan osikulus.

2.8 Prognosis

Ada dua bentuk presbiakusis yang berbeda dalam prognosisnya.

1. Slowly increasing deafness. Ini yang lebih sering, jarang sampai terjadi tuli total

atau tuli yang berat.

2. Apoplectiform increase. Ketulian sangat mendadak dan sangat berat. Sebabnya

diperkirakan perdarahan atau trombosis.

2.9 Asuhan Keperawatan pada Gangguan Tuli Persepsi – Konduksi

2.9.1 Pengkajian

Pengumpulan data

1.Anamnesa

a. Data demografi pasien, meliputi : nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan

tempat tinggal. Untuk tuli persepsi, penyakit ini kebanyakan menyerang pada

usia baya, terutam jenis kelamin laki – laki, karena faktor lingkungan dan

pekerjaan yang mempengaruhi. Untuk tuli konduksi banyak menyerang pada

bayi usia 3 – 5 bulan.

b. Keluhan utama : keluhan menonjol, yang paling dirasakan sekarang.

Keluhannya bisa berupa pendengaran berkurang, infeksi, nyeri, vertigo

c. Keluhan saat ini : keluhan sejak kapan dirasakan keluhan utama, tingkat

keparahan, lokasi, berapa lama dan berapa sering.biasanya berupa diaporesis,

otalgia, otore

d. Riwayat kesehatan masa lalu : tanyakan penyakit yang pernah diderita, pernah

dilakukan operasi atau tidak, memiliki alergi atau tidak.

e. Riwayat kesehatan keluarga : tanyakan penyakit yang pernah diderita keluarga

berhubungan dengan gangguan pendengaran, perilaku keluarga yang

mempengaruhi kesehatan ( kurang menjaga kebersihan, kurang pengetahuan

16

Page 17: Askep Tuli Presepsi Konduksi

tentang penyakit ), Persepsi keluarga terhadapa penyakit ( kurang perhatian,

kurang informasi )

2.Pengkajian Fisik

Cek tanda – tanda vital : nadi 84normal , suhu, tekanan darah, frekuensi nafas, serta

periksa keadaan umum : membaik atau tidak. Lakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi.

Inspeksi : perhatikan apa ada lesi atau oedema, ada benjolan atau inflamasi pada

telinga

Palpasi : bila ada lesi, jika disentuh sakit atau tidak.

Perkusi : -

Auskultasi : -

B1 Breathing ( Pernafasan ) : tidak ada masalah keperawatan

B2 Blood ( Kardiovaskuler ) : nadi meningkat

B3 Brain ( Pengindraan ) : nyeri telinga, pendengaran berkurang, vertigo

B4 Bladder ( Perkemihan ) : tidak ada masalah keperawatan

B5 Bowel ( Pencernaan ) :tidak ada masalah keperawatan

B6 Bone ( Integumen ) : perforasi pada tulang pendengaran

3.Pengkajian Psikososial

Lakukan anamnesa apakah rasa nyeri dan tindakan penatalaksanaan membuat

cemas atau takut, tingkat kesadaran klien serta persepsi klien dan kelurga terhadap sakit

yang diderita. Penyakit inipun beresiko gangguan harga diri rendah.

4.pemeriksaan Diagnostik

a. Tes Audiometri : pendengaran menurun.

b. X-Ray : terhadap kondisi patologi

5.Pemeriksaan pendengaran

a. Tes Bisik Suara : penderita mendengar kurang dari 80 % dari kata – kata

yang dibisikkan pada jarak 6 – 10 meter.

17

Page 18: Askep Tuli Presepsi Konduksi

b. Tes Garpu Tala : pada penderita banyak tidak mendengar pada frekuensi

rendah, berarti tuli konduksi. Bila banyak tidak mendengar bunyi frekuensi

tinggi berarti tuli persepsi.

2.9.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan ditandai dengan inflamasi

di kavum timpani

Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang.

Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan bahwa rasa nyeri berkurang.klien

mampu melakukan metode pengalihan suasana. TTV pasien normal. Nadi : 80 –

100 per menit, tekanan darah : 120 / 80 mmhg, RR : 18 – 24.

Intervensi Keperawatan :

a. Ajarkan Klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode

relaksasi saat nyeri yang teramat sangat muncul, relaksasi yang seperti

menarik nafas panjang.

Rasional :

Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi

nyeri yang diderita klien.

b. Kompres dingin di sekitar area telinga

Rasional :

Kompres dingin bertujuan untuk mengurangi nyeri karena rasa nyeri

teralihkan oleh rasa dingin disekitar area telinga.

c. Atur posisi klien

Rasional :

Posisi yang sesuai akan membuat klien merasa lebih nyaman.

d. Untuk kolaborasi, beri aspirin/analgesik sesuai instruksi, beri sedatif sesuai

indikasi

Rasional :

Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien untuk

mengurangi sensasi nyeri dari dalam.

2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan

pendengaran.

18

Page 19: Askep Tuli Presepsi Konduksi

Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.

Kriteria hasil :Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).

Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa

lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.

Intervensi Keperawatan :

a. Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan dan catat pada rencana

perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan,

berbicara, bahasa isyarat.

Rasional :

Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka

metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan

keterbatasan klien.

3.Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan kurangnya pendengaran

ditandai dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di saraf

pendengaran.

Tujuan : Persepsi / sensoris bertambah baik, derajat tuli normal

berdasarkan tes yang dilakukan.

Kriteria hasil : Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris

pendengaran sampai pada tingkat fungsional. Derajat tuli normal antara 0 – 20 dB

Intervensi Keperawatan :

a. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.

Rasional :

Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian,

pemakaian serta perawatannya yang tepat.

b. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat

mencegah terjadinya ketulian lebih jauh, berupa memakai tulisan atau simbol,

dan gerak tubuh

Rasional :

Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang

tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.

19

Page 20: Askep Tuli Presepsi Konduksi

c. Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.

Rasional :

Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah

pendengaran rusak secara permanen.

d. Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan

(baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).

Rasional :

Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan

organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.

4. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis,

anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran

lebih besar setelah operasi.

Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.

Kriteria hasil : Klien mampu mengungkapkan

ketakutan/kekhawatirannya.

Intervensi Keperawatan :

a. Mengatakan hal sejujurnya kepada klien ketika mendiskusikan mengenai

kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan

harapan klien dalam berkomunikasi.

Rasional :

Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru

malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat. Menunjukkan

kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa

menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.

b. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami

gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada

klien.

Rasional :

Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan

sangat membantu klien.

20

Page 21: Askep Tuli Presepsi Konduksi

c. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang

dapat membantu klien.

Rasional :

Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang

dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.

5. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan berkurangnya

pendengaran.

Tujuan : pendengaran menjadi normal, sehingga meningkatkan rasa

percaya diri klien

Kriteria Hasil : percaya diri klien meningkat karena dapat mendengar dengan

normal.

Intervensi keperawatan :

a. Menggunakan alat bantu pendengaran, seperti koklear implant.

Rasional : dengan menggunakan alat bantu pendengaran meningkatkan

respon pendengaran klien, sehingga klien dapat mendengar suara dengan

normal, sehingga komunikasi klien dengan orang lain tetap lancar.

b. Ajari klien menggunakan bahasa isyarat, atau body language dan media

tulisan.

Rasional : klien dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan

menggunakan bahasa tubuh atau bahasa isyarat lainnya dan bisa juga dengan

ditulis, sehingga komunikasi klien tetap lancar.

c. Ajari keluarga dan kolega klien untuk berbicara lebih keras atau cenderung

mendekat ke telinga yang sehat.

Rasional : memudahkan klien untuk mendengar, sehingga komunikasi klien

tetap lancar, harga diri klien meningkat.

21

Page 22: Askep Tuli Presepsi Konduksi

BAB III

CONTOH KASUS

Contoh Asuhan Keperawatan pada Tuli Persepsi – Konduksi

1. Pengkajian Data

I. Identitas Klien

Nama : Ny. SM

22

Page 23: Askep Tuli Presepsi Konduksi

Umur : 31 tahun

TTL : -

Jenis kelamin :Perempuan

Alamat : Jl. Candu RT I RW I Blitar.

Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

Lama bekerja : -

MRS : 5 April 2001

Keluarga terdekat : Suami

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Candu RT I RW I Blitar.

2. Status Kesehatan Saat Ini:

1. Alasan kunjungan ke RS: Pendengaran menurun/tidak mendengar sejak 2 tahun, telinga kanan dan kiri.

2. Keluhan utama saat ini: Otore kanan dan kiri sejak 2 tahun, kumat-kumatan. 1 bulan ini telinga kanan dan kiri sering basah.

3. Lama keluhan : 1 bulan.

4. Timbulnya keluhan: Hilang-timbul.

5. Faktor yang memperberat: Bila batuk pilek.

6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi: Bila kambuh, berobat ke RSU Wlingi Blitar dan ke dokter praktek.

23

Page 24: Askep Tuli Presepsi Konduksi

7. Diagnosa medik: Mastoiditis (tanggal 5 April 2001). Tanggal 5 April 2001 post op Myringoplasty.

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu:

Tuli konduksi D/S, perforasi membran timpani/perforasi sub total D/S. Sudah 2 tahun berobat ke RSU Wlingi Blitar dan ke dokter praktek. Klien tidak memiliki riwayat alergi.

4. Pengkajian Fisik

Tanggal April 2001:

1. Breath (B 1)

RR = 20 x/mnt, tidak ada sesak nafas, tidak ada batuk pilek, tidak memiliki riwayat asma dan suara nafas normal.

2. Blood (B 2)

TD = 130/80 mmHg, nadi = 84 x/mnt, suhu = 36,5 oC, suara jantung vesikuler. Perfusi perifer baik, turgor baik, intake-output seimbang, infus RL 20 tts/mnt, klien tampak gelisah.

3. Brain (B 3)

Kadang-kadang kepala pusing/vertigo, bentuk kepala simetris, GCS= 4 5 6, pupil normal, orientasi baik, tuli konduksi telinga kiri dan kanan. Tidak ada tanda-tanda parese pada syaraf VII. Post op Myringoplasty tanggal 6 April 2001, verban tampak terpasang dan terawat baik.

Audiogram tanggal:

Tanggal

K1 K1 K1 K1 K1

125 250 500 1 K 2 K 4 K 8 K

4. Bladder (B 4)

Baik 2-3 x/hr, warna kuning jernih.

24

Page 25: Askep Tuli Presepsi Konduksi

5. Bowel (B 5)

Nafsu makan baik, tidak ada mual/muntah, BAB 2 x/hr pagi dan sore. Klien tidak ada sakit maag.

6. Bone (B 6)

Mandi 2 x/hr pagi dan sore, kulit bersih, tidak ada nyeri otot dan persendian.

5. Pengkajian Psikososial

1. Pola pikir dan persepsi: kesulitan yang dialami klien: klien kesulitan melakukan komunikasi dengan orang lain.

2. Persepsi diri: saat ini selain klien memikirkan penyakitnya, juga memikirkan kelu-arganya (suami dan anak-anaknya).

3. Suasana hati: gelisah dan khawatir memikirkan bagaimana bisa membeli alat bantu pendengaran (masalah keuangan).

4. Hubungan/komunikasi: bicara dengan klien harus keras dan menggunakan isyarat dengan tangan, jarak harus dekat dengan klien.

5. Kehidupan keluarga:

- Adat istiadat yang dianut: Jawa.

- Pembuat keputusan dalam keluarga: suami.

- Pola komunikasi: suami memutuskan setiap permasalahan yang perlu pengambilan keputusan.

- Keuangan: pas-pasan.

6. Data Laboratorium dan Radiologi:

Tanggal 7 Maret 2001

Foto Ro: - Mastoiditis bilateral tipe sklerotik.

- Cor: besar dan bentuk normal.

- Pulmo: tidak tampak kelainan.

- Sinus phrenice-costalis kiri dan kanan.

25

Page 26: Askep Tuli Presepsi Konduksi

Tanggal 7 Maret 2001

Laboratorium:

- Urea N: 6 mg/dl.

- Kreatinin serum: 0,7 mg/dl.

- Bilirubin direk: 0,18 mg/dl.

- Bilirubin total: 0,73 mg/dl.

- SGOT: 20 U/L.

- SGPT: 18 U/L.

VII. Terapi/Pengobatan

- Infus RL 20 tts/mnt.

- Klindamycin 3x300 mg.

- Mefenamat acid 3x500 mg k/p.

- Rawat luka (ganti verban).

- Operasi Myringoplasty tanggal 6 April 2001.

Analisa Data

TGL KELOMPOK DATA

ETIOLOGI MASALAH DIAGNOSA

9/4/2001 DS:Klien mengatakan ia tidak bisa mendengar, bila diajak berbicara harus keras dan dekat.

DO: - Audiogram klien tuli konduksi sedang kanan

Karena adanya perforasi ruptur membran timpani, sehingga menyebabkan penurunan pendengaran

Kerusakan Ko-munikasi

Kerusakan ko-munikasi ber-hubungan de-ngan penurun-an pendengaran

26

Page 27: Askep Tuli Presepsi Konduksi

& kiri.

- Diajak bicara lebih banyak diam.

- Bicara dengan klien harus keras.

10/4/2001 DS: Klien mengeluh pu-sing sewaktu duduk/ bangun tidur.

DO: -TD: 130/80 mmHg, nadi: 84x/mnt, RR: 20 x/mnt.

- Gelisah.

- Post op Myringo-plasty.

Inveksi yang menyerang bagian keseimbangan (Vestibulo Semiserkularis) pada telinga sehingga berhubungan dengan vertigo.

Cedera Resiko terha-dap cedera berhubungan dengan vertigo

10/4/2001 DS: Klien menanyakan bagaimana cara merawat telinganya bila pulang nanti.

DO: -Klien gelisah.

- Bicara harus keras.

- Komunikasi dengan orang lain

Kurang pengetahuan

Ketidak efek-tifan penata-laksanaan program terapeutik.

27

Page 28: Askep Tuli Presepsi Konduksi

sulit.

- Klien tinggal diluar kota Surabaya, yaitu di Wlingi, Blitar.

NO

TGL

DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL

INTERVENSI RASIONAL

1. 10/4/2001

Kerusakan komunikasi berhubungan dengan penu-runan pendengaran.

Klian mampu melakukan komunikasi dengan setiap orang.

Klien mampu:-menerima pesan-pesan melalui metoda alternatif,dengan menggunakan bahasa isyarat, media tertulis, body language, menggunakan alat bantu pendengaran, seperti implan koklear

1. Gunakan fak-tor-faktor yang meningkatkn pendengaran & pengertian. Seperti : berbicara lebih dekat ke telinga, terutama ke telinga yang sehat, menyarankan pada keluarga atau kerabat untuk berbicara lebih keras

2.Berikan meto-da alternatif komunikasi, seperti menggunakan bahasa isyarat, menggunakan gerak tubuh, melalui media tulisan dan dengan

Memaksimalkan kemampuan komunikasi klien.

28

Page 29: Askep Tuli Presepsi Konduksi

memakai alat bantu pendengaran, seperti kolear implan

3. Berikan ling-kungan yang tenang.

2 10/4/2001

Resiko terhadap cedera

Cedera tidak terjadi

Pusing/vertigo berkurang/hilang.

1. Tidak memberikan bed tidur yang terlalu tinggi bagi klien.

2. Bekolaborasi dengan memberikan analgesik, sebagai anti nyeri.

Untuk menghindari & memperkecil kemungkinan cedera.

Memudahkan klien untuk turun naik tempat tidur.

Untuk menghilangkan/mengu-rangi nyeri.

3. 10 /4/2001

Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang perawatan telinga; tanda-tanda gejala dan komplikasi yang mungkin

Penatalaksanaan program terapeutik efektif.

-Kllien tidak gelisah lagi.

1. Identifikasi faktor-faktor penyebab yang meng-hambat pene-talaksanaan yang efektif.

2. Jelaskan & bicarakan proses penyakit, aturan perawatan & pengobatan, perubahan

Dengan melakukan penatalaksanaan dengan terapeutik, diharapkan hal ini bisa meningktkan pengetahuan klien, sehingga klien bisa cepat sembuh

29

Page 30: Askep Tuli Presepsi Konduksi

terjadigaya hidup, sumber-sumber dukungan yang tersedia.

3. Jelaskan bah-wa perubahan dalam gaya hidup & kebu-tuhan belajar akan membu-tuhkan waktu untuk terinte-grasi.

30

Page 31: Askep Tuli Presepsi Konduksi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ketulian dibidang konduksi atau disebut tuli konduksi dimana kelainan terletak

antara meatus akustikus eksterna sampai dengana tulang pendengaran stapes. Tuli di

bidang konduksi ini biasanya dapat ditolong dengan memuaskan, baik dengan

pengobatan atau dengan suatu tindakan misalnya pembedahan.Tuli yang lain yaitu tuli

persepsi (sensori neural hearing-loss) dimana letak kelainan mulai dari organ korti di

koklea sampai dengan pusat pendengaran di otak. Tuli persepsi ini biasanya sulit dalam

pengobatannya. Apabila tuli konduksi dan tuli persepsi timbul bersamaan, disebut tuli

campuran.Untuk mengetahui jenis ketulian diperlukan pemeriksaan pendengaran.

3.2 Saran

Untuk mencgah terjadinya tuli perepsi maupun tuli konduksi, sebaiknya :

1. Hindari suara keras, ramai dan kebisingan.

2. Hindari diet yang berlemak. Hal-hal lain yang dianjurkan ialah hindari dingin yang

berlebihan, rokok yang berlebihan dan stres. Anemia, kekurangan vitamin dan

insufisiensi kardiovaskular juga harus segera diobati.

31

Page 32: Askep Tuli Presepsi Konduksi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.

George L, Adams. 1997. BOEIS : Buku ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. Jakarta.

Iskandar, H. Nurbaiti,dkk 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Mukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. Laboratorium Ilmu Penyakit THT, FK UNAIR. Surabaya.

Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung danTenggorokan RSUD Dr Soetomo Surabaya

Rukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. EGC. Jakarta.

Wiyadi MS. Beberapa Macam Test Pemeriksaan Pendengaran. Airlangga. Pers Kampus

Universitas Airlangga. Edisi Desembern1979, hal 5.

Wiyadi MS. Pemeliharaan Pendengaran. Majalah Kedokteran Surabaya, 1979;16: 44.

Diambil dari www.kalbe.co.id/files/cdk/files/...Ke tuli an.../12_Ke tuli an.html diakses hari Kamis tanggal 1 Oktober 2009 jam 19.00

alatbantumendengar.wordpress.com/.../pemeriksaanpendengaran/

mendengar.blogspot.com/ diakses hari Kamis tanggal 1 Oktober 2009 jam 19.00

32