Top Banner
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK X DENGAN THYPUS ABDOMINALIS DI RUANG KANTIL RSUD X A 10 Disusun Oleh : 1.Andry Yatno ( A01201601 ) 2.Alfi Mufidah (A01301715 ) 3.Anggar Nardiansah (A01301719 ) 4.Arin Dwi Ismawati (A01301727 ) 5.Aziz Dwi Nugroho (A01301729 ) 6.Desi Anisa N (A01301733 ) 7.Desi Irawati (A01301734 ) 8.Elly Rahayu S (A01301744 ) 9.Fajar Tri Jatmiko (A01301749 ) 10.Fitri Eko Kastowo (A01301753 )
35

ASKEP THYPOID JADI.doc

Sep 13, 2015

Download

Documents

BambangSetiawan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK XDENGAN THYPUS ABDOMINALIS

DI RUANG KANTIL RSUD X A 10

Disusun Oleh :1.Andry Yatno ( A01201601 )

2.Alfi Mufidah

(A01301715 )

3.Anggar Nardiansah (A01301719 )

4.Arin Dwi Ismawati (A01301727 )

5.Aziz Dwi Nugroho (A01301729 )

6.Desi Anisa N

(A01301733 )

7.Desi Irawati

(A01301734 )

8.Elly Rahayu S

(A01301744 )

9.Fajar Tri Jatmiko (A01301749 )

10.Fitri Eko Kastowo (A01301753 )

11.Fitroh Anggraeni (A01301755 )STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

PRODI D III KEPERAWATAN

2014BAB I

KONSEP DASARA. PENGERTIAN

Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus. ( Sarwono, dkk. 1997 )

Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan saluran cerna dan gangguan kesadaran. ( mansjoer, A. 2000 : 432 )

Thypus abdominalis adalah infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu Minggu dan terdapat gangguan kesadaran. (Surjadi,2001: 28)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, bila tidak diobati secara progresif akan menyerbu jaringan diseluruh tubuh pada pencernan dan gangguan kesadaran.

B. PENYEBAB

Penyebab dari demam thypoid adalah Salmonella Thypi, basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Sekurang kurangnya mempunyai 4 macam andogen, yaitu : andogen O ( somatik ), H ( flagel ), Vi dan protein Hialin. ( Mansjoer, A. 2000 : 432 )

C. MANIFESTASI KLINIS

Masa tunas 7 14 ( rata rata 8 30 ) hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal berupa rasa tidak enak badan. Gejala yang khas terdapat demam remitten pada minggu pertama, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari. Dalam minggu ke dua pasien terus dalam keadaan demam, yang turun secara berangsur angsur pada minggu ketiga. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan jarang disertai tremor. Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan. Biasanya terdapat konstipasi, tetapi normal bahkan dapat diare.

Keluhan yang sering terjadi pada penderita thypoid adalah :

demam

nyeri kepala atau pusing

nyeri otot

anorexia

mual dan muntah

obstipasi / diare

perasaan tidak enak diprut atau nyeri

lidah kotor

hepatomegali

( Masjoer, A. 2000 : 432 433 )

D. PATHOFISIOLOGI

Kuman salmonella thyposa masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut dari makanan dan minuman yang tercemar, sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung, jika bakteri masuk bersama dengan cairan maka terjadilah pengenceran asam lambung yang mengurangi daya hambat terhadap mikroorganisme penyebab penyakit yang masuk kedalam usus penderita dan memasuki folikel-folikel limfe yang terdapat dilapisan mukosa usus, memperbanyak diri dengan cepat kemudian memasuki saluran limfe dan akhirnya memasuki aliran darah. Dengan demikian maka terjadilah bakterimia pada penderita dengan melewati kapiler-kepiler yang terdapat didinding kandung empedu. Melalui empedu yang infektif terjadilah infasi bakteri kedalam usus sehingga gejala klinik akan timbul. ( Soedarto, 1996 : 44 ).

Endotoksin salmonella thposa berperan dalam proses inflamasi pada jaringan tempat kuman berkembang biak. Salmonella thyposa dan endotoksinnya merangsang sintesis dan zat pirogen oleh leukosit pada jarimgan yang meradang sehingga terjadi demam, pada demam yang saangat tinggi maka hal yang baik untuk dilakukan adalah uji widal, kandung empedu merupakan organ yang selalu mengalami kelainan pada demam thypoid, sejumlah besar bakteri terlarut didalam empedu yang kemudian akan mengalir kedalam usus, meskipun secara klinis penderita demam thypoid sudah sembuh dari gejala-gejalanya, tetapi beberapa bakteri salmonella thyposa masih bisa dijumpai dalam kandung empedu maupun saluran empedu ( Sarwono, 1996 : 436 )

E. PATHWAY

Samonella Thyposa

Saluran pencernaan

Lambung

F.

Masalah keperawatan1. Hipertermi

2. Nyeri

3. Kekurangan volume cairan

4. Intoleransi aktivitas

5. Kurang pengetahuan

6. Ansietas

F. FOKUS PENGKAJIAN

1. Aktivitas / irtirahat

Gejala: Gangguan pola tidur missal karena kele3mahan, perasaan ansietas

Tanda: Periode Hiperaktivasi

2. Sirkulasi

Gejala: Perasaan dingin meskipun perasaan panas atau hangat

Tanda: Perubahan tanda fital : nadi dan TD, kulit pucat

3. Eliminasi

Gejala: Diare / konstipasi, nyeri abdomen

4. Higine

Tanda: Lidah kotor ( berselaput putih ), tepi hiperemis, Stomatitis

5. Nyeri / kenyamanan

Gejala: Absoresti usus menurun

6. Keamanan

Tanda: Peningkatan suhu tubuh

7. Makanan atau cairan

Gejala: Penurunan berat badan

( Doengoes, 2005 )

G. FOKUS INTERVENSI

1. Peubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake inadekuat ( Doengoes, 2000 )

Kriteria hasil :

Klien nafsu makan meningkat, mampu menunjukan peningkatan bb dan tidak mual

Intervensi

Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

Rasioanl : mengidentifikasi devisiensi, menduga kemampuan intervensi

Catat dan observasi masukan makanan pasien

Rasioanl : mengawasi masukan kalori dan kualitas kekurangan konsumsi makanan.

Timbul bb setiap hari

Rasional : mengawasi perubahan bb atau efektifitas intervensi nutrisi

Berikan makanan sedikit tapi sering

Rasioanl : Menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster

2. Nyeri berhubungan dengan peradangan mukosa usus. ( Doengoes, 2000 )

Kriteria hasil :

Kliem menyatakan nyeri berkurang

Intervensi

Kaji dan catat respon nyeri

Resionalisasi : memberikan informasi tentang kemajuan penyakit

Monitor TTV

Resionalisasi : untuk mengetahui tanda vital pasien

Kaji intensitas skala nyeri

Resionalisasi : mengetahui seberapa berat nyeri yang dialami

3. Perubahan volume cairan kurang dari kebutuhan : diare berhubungan dengan absorbsi usus ( Doengoes, 2000 )

Kriteria hasil :

Mengembalikan pola normal dari fungsi usus dan kekurangan volume cairan dapat terpenuhi

Intervensi

Awasi masukan dan keluaran cairan

Resionalisasi : dapat mengidentifikasi dehidrasi

Kolaborasi pemberian obat anti diare

Resionalisasi : menurunkan motilitas usus.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.( Doengoes, 2000 )

Kriteria hasil :

Klien melaporkan peningkatan tpleransi aktivitas dan menujukan penurunan tanda fisiologis intoleransi

Intervensi :

Awasi TD, nadi, selama dan sesudah aktifitas

Resionalisasi : untuk mengetahui perkembangan kliem

Berikan lingkunagn tenang

Resionalisasi : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuahn O2

Berikan bantuan dalam aktifitas / ambulasi bila perlu

Resionalisasi : membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bial pasien melakukan sendiri.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit

( Doengoes, 2000 )

Kriteri ahsil :

Mampu memahami tentang proses penyakit, pengobatan dan penyebab

Intervensi :

Berikan pengetahuan tentang penyakit

Resionalisasi : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuatpilihan yang tepat

Dorong menghinbdari faktor pencetus

Resionalisasi : dapat emnurunkan insiden

Dorong pasien untuk mengetahui program yang ditentukan

Resionalisasi : takut pada pencetus serangan dapat menyebabkan pasien menghindarinya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, L,J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih bahasa Tim Program Studi Keperawatan, UNPAD, EGC.Jakarta.

2. Doengoes, M,E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.

3. Hotma. 2000. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan, Akper Pajajaran Bandung.

4. Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

5. Sarwono, Waspadji. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi 3. Jakarta : FKUI

BAB II

TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian

Tanggal Pengkajian: 10 Oktober 2005

Jam

: 13.30 WIB

Pengkaji

: Kelompok Anak

Ruang

: Kantil

a. Identitas Pasien

Nama

: An. Z

Umur

: 12 th

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : Siswa sekolah dasar

Suku bangsa : Jawa / Indonesia

Tgl masuk : 8 Oktober 2005

No. RM : 271222

Dx. Medik : Thypoid

Alamat : Randegan, Kebasen

b. Identitas Penanggung jawab

Nama

: Tn. M

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama

: Islam

Hubungan : Ayah Kandung

Alamat : Randegan, Kebasen

II. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

Demam tinggi

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke RSU B dengan keluhan badan terasa panas / demam sudah selama 5 hari dan sejak tadi siang dari hidungnya keluar darah . Pada saat dilakukan pengkajian, pasien mengeluh badannya masih terasa panas dan terasa lemas serta pasien kelihatan pucat, berbaring di tempat tidur dengan TD : 90/60 mmHg, Nadi : 110 kali per menit, Suhu : 38 o C dan Respirasi: 20 kali per menit.

3. Riwayat kesehatan Dahulu

Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya belum pernah menderita panyakit seperti ini.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien, tidak ada riwayat penyakit menular dan tidak ada riwayat penyakit keturunan.

III. Pola Fungsional menurut Gordon.

a. Pola Management dan persepsi kesehatan.

Sejak lahir pasien belum pernah menderita penyakit yang serupa, secara umum, kesehatan anak sejak lahir baik. Pada waktu bayi pasien di periksakan secara rutin ke posyandu dan pasien sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Pasien merasa nyaman jika selalu ada disamping kedua orang tuanya. Untuk mengobati penyakit yang ringan biasanya membeli obat diwarung atau pergi ke mantri / dokter yang terdekat.

b. Pola Nutrisi Metabolik

Sebelum sakit orang tua pasien mengatakan nafsu makan anaknya kurang bahkan kadang-kadang hanya makan 1 kali saja dalam sehari, minum 4-5 gelas perhari. Pada saat dikaji nafsu makan pasien kurang dan hanya menghabiskan kurang lebih setengah porsi dari tiap menu yang disajikan oleh ahli gizi, minum 4-5 gelas perhari.

c. Pola Eliminasi

Sebelum sakit orang tua pasien mengatakan BAB 1 kali dalam sehari di pagi hari tanpa kelainan dan tanpa kesulitan. Pada saat dikaji orang tua pasien mengatakan anaknya BAB 2 kali sehari dengan konsistensi encer dan berwarnya kehitaman, BAK 4-5 kali sehari dengan warna kuning, tanpa kesulitan.

d. Pola aktivitas dan latihan

Sebelum sakit orang tua pasien mengatakan anakanya termasuk aktif bergerak dan banyak bicara ia lebih senang bermain dengan teman sebaya. Pada saat dikaji pasien hanya terbaring ditempat tidur, bicara seperlunya sajadan tidak bisa beraktifitas selayaknya seperti dirumah.

e. Pola istirahat tidur

Sebelum sakit orang tua pasien mengatakan anakanya biasa tidur delapan sampai sepuluh jam perhari pada malam hari tanpa kelainan tidur. Saat dikaji pasien tidur hanya enam sampai tujuh jam perhari dan tidak tenang, sebentar-sebentar bangun karena merasa sakit pada perutnya.

f. Pola persepsi kognitif

Pasien tidak bia mengekspresikan keinginanannya dan lebih banyak terdiam karena menahan sakit.

g. Pola konsep diri / persepsi diri

Gambaran diri : Pasien menyadari betul akan dirinya seorang laki-laki dan mempunyai cita-cita yang tinggi.

Peran : Pasien menyadari bahwa dia adalah seorang anak dan menghormati kedua orang tuanya dan dia juga menyadari seorang siswa disekolah dasar. Karena sakit aktifitas belajar disekolah terganggu

Ideal diri : Pasien menyadari seharusnya saat ini dia sedang belajar disekolahan dan karena sakitnya ini dia tidak bisa sekolah dan bermain dengan teman sebayanya.

Harga diri : Saat ini dia merasa kurang begitu berharga karena selalu merepotkan kedua orang tuanya yang selalu menungguinya di RS.

h. Pola peran / hubungan

Sebelum sakit orang tua pasien mengatakan pasien mampu berhubungan dengan oprang tua, dengan saudara dan teman sebayanya dengan baik, pasien agak tertutup dengan orang yang baru dikenalnya. Saat dikaji kurang komperatif karena keadaannya.

i. Pola seksualitas

Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara, pasien sudah dapat membdakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan. Orang tua tidak ada masalah dengan perkawianan dan seksualitasnya.

j. Pola toleransi stres / koping

Pasien merasa cemas dengan keadaaan dirinya yang lemah, tidak bisa sekolah dan beraktifitas.

k. Pola keyakinan dan nilai

Pasien mengikuti keyakinan atau agama yang dianut oleh kedua orang tuanya. Orang tua merasa ada keyakinan akan kesembuhan anaknya setelah berdoa dan berikhtiar kepada Alloh SWT.

IV. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

kesadaran : compos mentis

status gizi : berat badan = tinggi badan =

TTV : S = 38; N = 110 kali permenit; RR = 20 kali permenit; TD = 90/60 mmHg

b. Pemeriksaan fisik

a. Kepala : rambut lurus, pendek kulit kepala bersih tidak ada lesi bentuk kepala meso cepal

b. Mata: simetris, konjung tiva anemis, sklera ikterik, fungsi penglihatan baik, tidak menggunkan alat bantu.

c. Hidung: simetris tidak ada polip, pencium baik, tidak terpasang NGT dan fungsi pembawa normal.

d. Telinga: bentuk simetris, pendengaran baik, sedikit serumen, fungsi pendengaran baik tidak menggunakan alat bantu.

e. Mulut: kering, gigi belum ada yang tanggal, bibir pecah-pecah, lidah kotor, tidak ada stomatitis

f. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, JVP normal

g. Dada: simetris, tidak ada retraksi dada pada inspirasi dan ekspirasi.

h. Paru: tidak ada bunyi ronchi, tidak ada weezing, suara paru vesikuler

i. Abdomen : teraba kembung, pada abdomen kanan atas terjadi pembesarandan terdapat nyeri tekan skala nyeri 5, peristaltik 20 kali/menit

j. Genetalia: tidak ada kelainan, tidak terpasang kateter

k. Ekstremitas:

Atas : fungsi masih normal, tangan kanan terpasang infus KA EN 3B 20 TPM, kordinasi baik.

Bawah : kedua kaki dapat digerakkan, kordinasi baik tapi lemah apabila untuk menyangga tubuh

V. ANALISA DATATgl / JamDXData FokusEtiologiProblemParaf

10 Okt 05

13.30

I

II

III

IV

V

VIDS: Ps mengatakan Tubuhnya terasa panas.

DO: Suhu badan 38 derajat celcius, kulit teraba hangat, berkeringat dan tampak gelisah, Widal St O : 1/1250 ; St H : 1/1250

DS : Ps mengatakan perutnya sakit saat ditekan sekitar perutnya.

DO : Ps menahan nyeri saat ditekan, Perut tegang, Keluar keringat dingin, Terlihat kembung, skala nyeri 5.

DS : Orang tua pasien mengatakan pagi ini anaknya mencret.

DO : Terlihat pasien mengenakan pispot, sudah 2 kali BAB encer dan warna kehitaman, Peristaltik usus 20 x / mnt

DS : Pasien mengatakan tubuhnya terasa lemas, dan pegal pegal.

DO : Terlihat berbaring ditempat tidur, kelihatan pucat, ADL dibantu orang tuanya. Hb : 7,4 gr %

DS : Pasien mengatakan tidurnya tdk tenang krn menahan nyeri.

DO : wajah terlihat pucat

DS : Pasien mengatakan tidak betah berada di RS.

DO : Pasien terlihat cemas, gelisah.

Proses Infeksi dan peradangan

Proses Inflamasi usus

Hiper peristaltik

Kelemahan fisik

Nyeri

Hospitalisasi

Hipertermi

Gangguan rasa nyaman : nyeri

Gangguan pola BAB : Diare

Intoleransi aktivitas

Gangguan pola tidur

Ansietas

Prioritas Masalah Keperawatan

NoDiagnosa keperawatanTgl ditemukanParaf

1

2

3

4

5

6Hipertermi b.d Proses Infeksi dan peradangan

Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d proses peradangan

Gangguan Pola BAB : diare b.d Hiperperistaltik

Intoleransi Aktifitas b.d Kelemahan fisik

Gangguan pola tidur b.d Nyeri

Ansietas b.d Hospitalisasi10-10-2005

10-10-2005

10-10-2005

10-10-2005

10-10-2005

10-10-2005

VII. RENCANA KEPERAWATAN

Tanggal / jamDXTujuan dan Kriteria HasilIntervensiParaf

10 Okt 05

I

II

III

IV

V

VISetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan suuhu pasien normal dengan KH :

Panas berkurang atau dapat mencapai normal

Pasien tidak gelisah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan KH :

Skala nyeri turun

Ekspresi wajah rileks.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diare dapat teratasi dengan KH

Pola BAB normal 1 kali sehai

Konsistensi BAB tdk encer

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien sedikit demi sedikit dapat melakukan aktivitasnya yang ringan, ADL terpenuhi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam pola tidduur pasien dapat kembali normal dengan KH

Istirahat pasien terpenuhi

Dalam tidurnya, tidak sebentar-sebentar bangun.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam dan pendidikan kesehatan diharapkan pasien akan teenang dengan kriteria hasil :

Pasien terlihat rileks

Ansietas berkurang Mengkaji saat timbulnya demam

Mengobservasi TTV

Penganjurkan pasien untuk banyak minum

Memberikan kompres dingin

Memberikan terapi obat sesuai program dokter

Kaji skala nyeri

Ajarkan tehnik relaksasi

Berikan posisi senyaman mungkin

Ukur TTV

Kolaborasi pemberian analgetik

Kaji faaktor penyebab

Anjurkan pasien untuk banyak minum

Monitor tanda-tanda vital

Anjurkan pasien untuk istirahat

Jaga privasi pasien ketika BAB di tempat tidur menggunakan pispot

Kolaborasi pemberian obat anti diare

Kaji respon pasien terhadap aktivitas

Meningkatkan aktivitas secara bertahap

Anjurkan pasien untuk menghemat energi

Anjurkan tehnik relaksasi

Kaji penyebab kesulitan dan gangguan tidur,

monitor TTV

Anjurkan pasien untuk istirahat cukup

Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang

Ajarkan tehnik rellaksasi

Kaji Faktor penyebab

Ciptakan suasana yang tenang dan nyaman

Berikan pendidikan kesehatan

Libatkan orang tua untuk memberikan sugesti positif

Berikan kenyamanan dan ketenangan hati

Batasi kontak dengan orang yang juga mengalami kecemasan

VIII. CATATAN KEPERAWATAN

Tgl / JamDXImplementasiResponParaf

10 Okt 05

13.30

14.15

15.00

16.15

11 Okt 05

01.15

02.00

05.00

06.00

09.00

10.00

14.30

14.40

15.30

16.00

16.15

16.25

17.00

17.30I

I

IV

III

IV

I

I

II

VI

I

I

I

IV

I

V

V

II

VI

I

I

I

I

VI

VI Mengkaji KU Ps

Menanyakaan keluhan pasien

Menganjurkan pasien untuk banyak istirahat

Menganjurkan pasien untuk banyak minum

Menganjurkan pasien untuk makan dan minum sedikit tapi sering

Memonitor tetesan infus

Memonitor TTV

Mengompres pasien

Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien.

Memberikan injeksi Ranitidin 35 mg.

Memberikan penkes ttg penyakitnya.

Mengganti infus KAEN 3 B

Mengkaji KU

Mengobservasi tetesan infus

Mengukur TTV

Mengganti infus Na Cl

Memberikan tranfusi

Injeksi Viccilin

Memantau tetesan infus

Mengganti infus RL

Memberikan injeksi kemicetin 500 mg

Memonitor TTV

Membagikan diit pagi

Menganjurkan pasien untuk banyak makan dan minum sedikit tapi sering

Menganjurkan pasien untuk banyak istirahat

Menciptakan lingkungan senyaman mungkin

Mengajarkan tehnik relaksasi dan distraksi

Memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit Thypoid dan DHF serta program perawatan dan terapi di RS

Memonitor TTV

Mengobservasi KU

Mengobservasi tetesan infus KAEN

Memonitor TTV

Membagi air seka

Membagi diit

Mengganti infus KAEN 3 B

Memberikan injeksi per drip ranitidin 35 gram

Memberikan injeksi kemicetin 500 gram

Mengobservasi TTV

Memberikan kompres

Memberikan penjelasan ttg pentingnya kebersihan diri

Mengaunjurrkan pada klg agar menyeka pasien tiap pagi dan sore.

Ps kooperatif dgn : KU sedang, CM, Ps merasa lemas,mencret, diare,merasa nyeri pd abdomen dg skala 5,

Pasien minum sedikit tapi sering

Ps menghabiskan 3-4 sendok porsi makanan dr RS

Infus KAEN 3 B 20 tpm

TD : 90/60; N : 110 x ;

S : 38 oC; RR : 20 x

pasien kooperatif dan memperhatikan penjelasan

Ps mengikuti anjuran perawat.

Obat masuk per bolus

Tetesan infus lancar 20 tpm.

KU : sedang, Ps mengatakan masih lemas dan perut masih sakit

KAEN 3 B 20 tpm

N : 100, S : 37,5 oC

20 tpm

PRC 200 masuk

Obat masuk perbolus

Infus lancar 20 tpm

Injeksi masuk per bolus

N : 104, S : 38 oC

Ps makan separuh porsi

Pasieen minum sedikit-sedikit tapi sering.

Pasien dan keluarga meendengarkan dan memperhatikan penjelasan yang diberikan, dan merasa tenang

N : 100, S : 39 oC

N : 37,3 oC; N 100 x

Habis setengah porsi

20 tpm

obat masuk per bolus

S : 39,2 oC; N 110 x

Pasien dan keluarga mendengarkan dan menerima penjelasan yang diberikan.

IX. EVALUASI

Tgl / JamNo DXEvaluasi / SOAPParaf

11 Okt 05

10.00

10.10

10.15

10.20

10.25

10.30

I

II

III

IV

V

VIS : Ps mengatakan badannya terasa panas dingin

O: KU sedang, CM S : 38 oC ,N : 104 x/mnt , Kulit teraba hangat

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

Kompres pasien

Monitor TTV

Anjurkan Banyak minum

Memberikan Antipiretik ( Pamol / Xilodella )

S : Pasien mengatakan nyeri perut berkurang.

O : Skala nyeri 4, pasien terlihat sedikit rileks, pasien terlihat menahan sakit saat perut ditekan, Perut tegang, Keluar keringat dingin

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

kaji skala nyeri

Ajarkan tekhnik relaksasi ( nafas dalam ) & distraksi

Berikan posisi senyaman mungkin

Kolaborasi pemberian analgetik

S : Orang tua pasien mengatakan anaknya sudah tidak mencret lagi

O : BAB 1 kali sehari dipagi hari, konsistensi lembek warna kecoklatan, peristaltik usus normal.

A : Masalah teratasi

P : -

S : Pasien mengatakan masih merasa lemas dan lemah

O : Terlihat berbaring ditempat tidur, pucat, ADL dibantu keluarga

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Kaji respon terhadap aktivitas

Anjurkan pasien untuk menghemat energi

S : Orang tua pasien mengatakan kalau anaknya tidurnya terganggu, sebentar-sebentar bangun.

O : Pasien terlihat pucat

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan rencana keperawatan

Anjutkan untuk istirahat di TT

Ciptakan lingkungan yayng nyaman

Ajarkan tehnik reelaksasi

Kolaborasi pemberian analgetik

S : Pasien mengatakan sudah tidak bingung tentang penyakitnya dan sedikit merasa lega, dan cemas berkurang

O : Pasien dan keluarga terlihat tidak terlalu cemas

Pasien dan keluarga mengerti penyakit yang dideritanya.

A : Masalah teratasi

P : Optimalkan intervensi

Usus

Anoroksia, mual, muntah

Inflasi mukosa lambung

Mati

Hidup

Absorsi usus

menurun

Cairan intensital

Meningkat

Diare

Intake inadekuat

Perub.nutrisi krg dr kebutuhan

Kurang informasi

Kurang pengetahuan

lemas

Intoleransi aktifitas

Kekurangan volume cairan

Inflamasi

Mukosa usus / pradangan

Nyeri

Bakteri masuk

Aliran darah sistemik

Sintesis dan pelepasan

Zat pirogen

Endotoksin

Hipertermi

Hospitalisasi

Ansietas