‘’ Pada Bayi/Anak Dengan Gangguan Sistem Hematologi HIV & AIDS ’’ D I S U S U N Oleh : Kelompok III : SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI D.III KEPERAWATAN Nama : 1. Gunawan Ziraluo 2. Junaidi Simamora 3. Putra Chaniago 4. Hendra Setiawan Siregar 5. Crismes Siahaan 6. SriWahyuni Dakhi 7. Imeria Gulo 8. Melina Gulo 9. MetaSusila Dakhi 10. Delina Lase 11. Emiria Harefa 12. Ronald Pasaribu Jurusan : Akper Tingkat II Semester IV MK. : KEPERAWATAN ANAK Dosen : NS RONALD SAGALA, Skep
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
‘’ Pada Bayi/Anak Dengan Gangguan Sistem Hematologi HIV & AIDS ’’
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :Kelompok III :
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANPRODI D.III KEPERAWATAN
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih
Resiko terhadap infeksi b.d imunodefisiensi
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang
beresiko.
Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,
kelelahan.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
Diare berhubungan dengan infeksi GI
Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang
dicintai.
C. Intervensi & Inplementasi
Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS :
diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat kedokter.
Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair kurang lebih 15x/hari
DO :
- Na 98 mmoL/L
- K 2,8 mmol/L
- Cl 110 mmol/L
Output yang berlebih Kekurangan volume cairan
2 DS :
Tn.W mengatakan BB menurun 7 kg dalam 1 bulan serta sariawan mulut tak kunjung sembuh.
Imunodefisiensi Resiko infeksi
15
DO :
- Leukosit 20.000/uL
- Trombosit 160.000/uL
- LED 30 mm
Rencana asuhan keperawatan
Dx : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih
Tujuan : – mempertahankan hidrasi cairan yang dibuktikan oleh normalnya kadar elektrolit
Kriteria hasil : – Terpenuhinya kebutuhan cairan secara adekuat
- Defekasi kembali normal, maksimal 2x sehari
Intervensi Rasional
Mandiri Kaji turgor kulit,membran mukosa, dan
rasa haus Pantau masukan oral dan memasukkan
cairan sedikitnya 2500 ml/hari Hilangkan makanan yang potensial
menyebabkan diare, yakni yang pedas/ makanan berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu.
Berikan makanan yang membuat pasien berselera.
Kolaborasi
Berikan obat-obatan sesuai indikasi : antiemetikum, antidiare atau antispasmodik.
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.
Berikan cairan/elektrolit melalui selang makanan atau IV.
Indikator tidak langsung dari status cairan.
Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, melembabkan mukosa.
Mungkin dapat mengurangi diare.
Meningkatkan asupan nutrisi secara adekuat.
Mengurangi insiden muntah, menurunkan jumlah keenceran feses mengurangi kejang usus dan peristaltik.
Mewaspadai adanya gangguan elektrolit dan menentukan kebutuhan elektrolit.
Diperlukan untuk mendukung volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tidak adekuat.
Dx : Resiko infeksi b.d imunodefisiensi
Tujuan : – Mengurangi resiko terjadinya infeksi
- Mempertahankan daya tahan tubuh
Kriteria hasil: – Infeksi berkurang
- Daya tahan tubuh meningkat
Intervensi Rasional
Mandiri Pantau adanya infeksi : demam,
Deteksi dini terhadap infeksi penting untuk melakukan tindakan segera.
16
mengigil, diaforesis, batuk, nafas pendek, nyeri oral atau nyeri menelan.
Ajarkan pasien atau pemberi perawatan tentang perlunya melaporkan kemungkinan infeksi.
Pantau jumlah sel darah putih dan diferensial
Pantau tanda-tanda vital termasuk suhu.
Awasi pembuangan jarum suntik dan mata pisau secara ketat dengan menggunakan wadah tersendiri.
Kolaborasi
Beriakan antibiotik atau agen antimikroba, misal : trimetroprim (bactrim atau septra), nistasin, pentamidin atau retrovir.
Infeksi lama dan berulang memperberat kelemahan pasien.
Berikan deteksi dini terhadap infeksi.
Peningkatan SDP dikaitkan dengan infeksi
Memberikan informasi data dasar, peningkatan suhu secara berulang-ulang dari demam yang terjadi untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada proses infeksi ang baru dimana obat tidak lagi dapat secara efektif mengontrol infeksi yang tidak dapat disembuhkan.
Mencegah inokulasi yang tak disengaja dari pemberi perawatan.
Menghambat proses infeksi. Beberapa obat-obatan ditargetkan untuk organisme tertentu, obat-obatan lainya ditargetkan untuk meningkatkan fungsi imun
17
BAB IV
KESIMPULAN
Bayi dan balita dapat tertular HIV selama kehamilan, waktu melahirkan dan saat
menyusui, jika ibunya terinfeksi HIV. Jika tertular pada awal kehamilan, kemungkinan anak
akan melanjut cepat ke AIDS, dan akan meninggal dalam dua tahun pertama kehidupannya,
bila tidak diberi ART. Namun pada sebagian besar anak dengan HIV, perkembangan penyakit
akan lebih pelan, dan ada harapan mereka dapat tahan hidup tanpa ART selama 8-9 tahun atau
lebih.
Pengobatan HIV/AIDS yang ada saat ini dapat dikatakan belum baik, karena hanya
bersifat mensupres virus dan tidak dapat mengeradikasi virus, sehingga petugas kesehatan
baiknya lebih mementingkan upaya pencegahan daripada pengobatan.
18
BAB V
PEMBAHASAN
Adakah Obat untuk HIV/AIDS Saat Ini?
AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini.
HIV, virus yang menyebabkan penyakit ini, merusak sistem
pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga orang-orang yang
menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan
dirinya dari serangan penyakit menjadi berkurang. Seseorang
yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS.
Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV,
tetapi tidak menjadi sakit dalam jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh
seseorang akan terus merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang biasanya
tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh.
Karena ganasnya penyakit ini, maka berbagai usaha dilakukan untuk mengembangkan obat-
obatan yang dapat mengatasinya. Pengobatan yang berkembang saat ini, targetnya adalah
enzim-enzim yang dihasilkan oleh HIV dan diperlukan oleh virus tersebut untuk berkembang.
Enzim-enzim ini dihambat dengan menggunakan inhibitor yang nantinya akan menghambat
kerja enzim-enzim tersebut dan pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan virus HIV.
HIV merupakan suatu virus yang material genetiknya adalah RNA (asam ribonukleat) yang
dibungkus oleh suatu matriks yang sebagian besar terdiri atas protein. Untuk tumbuh, materi
genetik ini perlu diubah menjadi DNA (asam deoksiribonukleat), diintegrasikan ke dalam
DNA inang, dan selanjutnya mengalami proses yang akhirnya akan menghasilkan protein.
Protein-protein yang dihasilkan kemudian akan membentuk virus-virus baru.
Gambar 1A Struktur Virus HIV
19
Gambar 1B Daur hidup HIV
Obat-obatan yang telah
ditemukan pada saat ini
menghambat pengubahan RNA
menjadi DNA dan menghambat
pembentukan protein-protein
aktif. Enzim yang membantu
pengubahan RNA menjadi DNA
disebut reverse transcriptase,
sedangkan yang membantu pembentukan protein-protein aktif disebut protease.
Untuk dapat membentuk protein yang aktif, informasi genetik yang tersimpan pada RNA virus
harus diubah terlebih dahulu menjadi DNA. Reverse transcriptase membantu proses
pengubahan RNA menjadi DNA. Jika proses pembentukan DNA dihambat, maka proses
pembentukan protein juga menjadi terhambat. Oleh karena itu, pembentukan virus-virus yang
baru menjadi berjalan dengan lambat. Jadi, penggunaan obat-obatan penghambat enzim
reverse transcriptase tidak secara tuntas menghancurkan virus yang terdapat di dalam tubuh.
Penggunaan obat-obatan jenis ini hanya menghambat proses pembentukan virus baru, dan
proses penghambatan ini pun tidak dapat menghentikan proses pembentukan virus baru secara
total.
Obat-obatan lain yang sekarang ini juga banyak berkembang adalah penggunaan penghambat
enzim protease. Dari DNA yang berasal dari RNA virus, akan dibentuk protein-protein yang
nantinya akan berperan dalam proses pembentukan partikel virus yang baru. Pada mulanya,
protein-protein yang dibentuk berada dalam bentuk yang tidak aktif. Untuk mengaktifkannya,
maka protein-protein yang dihasilkan harus dipotong pada tempat-tempat tertentu. Di sinilah
peranan protease. Protease akan memotong protein pada tempat tertentu dari suatu protein
yang terbentuk dari DNA, dan akhirnya akan menghasilkan protein yang nantinya akan dapat
membentuk protein penyusun matriks virus (protein struktural) ataupun protein fungsional