Top Banner

of 28

Askep Peritonitis 3

Apr 07, 2018

Download

Documents

doraemon tembem
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    1/28

    LEARNING TASK

    ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM

    PENCERNAAN KLIEN DENGAN PERITONITIS

    OLEH : SGD VII

    NI PT INDRA SUWARI DEWI (0902105013)

    NI MADE JUNIARI (0902105014)

    NI MADE SINTHA PRATIWI (0902105027)

    NI MADE YUNITA SARI (0902105028)

    IB PUTU SURYA WEDATAMA (0902105046)

    NI LUH KUSMA DEWI (0902105053)

    I GEDE BAYU WIRANTIKA (0902105063)

    AYU PRAMISWARI (0902105067)

    MADE DENY WIDIADA (0902105080)

    NI WAYAN MIRA RIANTY (0902105083)

    NI PT DIAN SEPTIANA ANDRIANI (0902105086)

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

    2011

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    2/28

    KONSEP DASAR PENYAKIT

    PERITONITIS

    1. ENGERTIANPeritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen

    dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk

    akut maupun kronis/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri

    lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.

    Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput

    rongga perut (peritoneum)lapisan membran serosa rongga abdomen dan dinding perut

    sebelah dalam.

    2. ETIOLOGIPenyebab utama peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat

    penyakit hati yang kronik. SBP (Spontaneous Bacterial Peritonitis) terjadi bukan

    karena infeksi intraabdomen, namun biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat

    penyakit hati kronik. Akibat asites akan terjadi kontaminasi hingga ke rongga

    peritoneal sehingga menjadi translokasi bakteri menuju dinding perut atau pembuluh

    limfe mesenterium, kadang-kadang terjadi pula penyebaran hematogen jika telah

    terjadi bakteremia.

    Peritonitis juga biasanya disebabkan oleh :

    1.Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi. Yang sering menyebabkan peritonitis adalahperforasi lambung, usus, kandung empedu atau usus buntu.

    Sebenarnya peritoneum sangat kebal terhadap infeksi. Jika pemaparan tidak

    berlangsung terus menerus, tidak akan terjadi peritonitis, dan peritoneum

    cenderung mengalami penyembuhan bila diobati.

    2.Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual3.Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis

    kuman (termasuk yang menyebabkangonore dan infeksi chlamidia)

    4.Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa berkumpul di perut (asites)dan mengalami infeksi

    5.Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan. Cedera pada kandung empedu,ureter, kandung kemih atau usus selama pembedahan dapat memindahkan bakteri

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    3/28

    ke dalam perut. Kebocoran juga dapat terjadi selama pembedahan untuk

    menyambungkan bagian usus.

    6.Dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal) sering mengakibatkan peritonitis.Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan di dalam

    perut.

    7.Iritasi tanpa infeksi. Misalnya peradangan pankreas ( pankreatitis akut) atau bubukbedak pada sarung tangan dokter bedah juga dapat menyebabkan peritonitis tanpa

    infeksi.

    Penyebab lainnya menurut KMB :

    a. Sumber internal

    Peritonitis disebabkan oleh penyakit Gastrointestinal yang menyebar dalam

    rongga peritoneum, penyakit organ reproduksi internal wanita, adanya

    appendiksitis dan ulkus perforasi rongga abdomen

    b. Penyebab eksternal,

    Bisa disebabkan karena cedera fisik dari luar, trauma akibat luka tusukan dan

    luka tembak, serta adanya inflamasi dari bakteri.

    3. EPIDEMIOLOGIMeskipun jarang ditemui bentuk infeksi peritoneal tanpa komplikasi, insiden terjadi

    peritonitis tersier yang membutuhkan IVU akibat infeksi abdomen berat tergolong

    tinggi di USA, yakni 50-74%. Lebih dari 95% pasien peritonitis didahului dengan

    asite, dan lebih dari stengah pasien mengalami gejala klinis yang sangat mirip asites.

    Sindrom dari peritonitis bakterial spontan umumnya terjadi pada peritonitis akut pada

    pasien dengan dasar sirosis. Sirosis mempengaruhi 3,6 dari 1000 orang dewasa di

    Amerika Serikat dan bertanggungjawab terhadap 26000 kematian per tahun.

    Perdarahan variseal akut dan peritonitis bakterial spontan merupakan beberapa

    komplikasi dari sirosis yang mengancam jiwa. Kondisi yang berkaitan yang

    menyebabkan abnormalitas yang signifikan mencakup ascites dan enselofati hepatik.

    Sekitar 50% pasien dengan sirosis yang menimbulkan ascites meninggal dalam 2

    tahun setelah diagnosis.

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    4/28

    4. PATOFISIOLOGIReaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat

    fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga

    membatasi infeksi. Bila bahan-bahan infeksi tersebar luas pada pemukaan peritoneum

    atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum, aktivitas peristaltik

    berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan meregang.

    Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok,

    gangguan sirkulasi, dan oliguri. Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas

    fibrinolitik intraabdomen (meningkatkan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen)

    dan sekuestrasi fibrin dengan adanya pembentukan jejaring pengikat. Produksi

    eksudat fibrin merupakan mekanisme terpenting dari sistem pertahanan tubuh, dengan

    cara ini akan terikat bakteri dalam jumlah yang sangat banyak di antara matriks fibrin.

    Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanisme tubuh

    yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri untuk

    menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah kuman yang sangat

    banyak, tubuh sudah tidak mampu mengeliminasi kuman dan berusaha

    mengendalikan penyebaran kuman dengan membentuk kompartemen-kompartemen

    yang kita kenal sebagai abses. Masuknya bakteri dalam jumlah besar ini bisa berasal

    dari berbagai sumber. Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri transien akibat

    penyakit viseral atau intervensi bedah yang merusak keadaan abdomen. Selain jumlah

    bakteri transien yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis terjadi juga

    memang karena virulensi kuman yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis

    dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil. Keadaan makin buruk jika infeksinya

    dibarengi dengan pertumbuhan bakteri lain atau jamur, misalnya pada peritonitis

    akibat koinfeksi Bacteroides fragilis dan bakteri gram negatif, terutama E. coli. Isolasi

    peritoneum pada pasien peritonitis menunjukkan jumlah Candida albicans yang relatif

    tinggi, sehingga dengan menggunakan skor APACHE II (acute physiology and cronic

    health evaluation) diperoleh mortalitas tinggi, 52%, akibat kandidosis tersebut. Saat

    ini peritonitis juga diteliti lebih lanjut karena melibatkan mediasi respon imun tubuh

    hingga mengaktifkan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dan multiple

    organ failure (MOF).

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    5/28

    5. KLASIFIKASIBila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi menjadi :

    a. Penyebab primer (peritonitis spontan)

    Peritonitis primer biasanya disebabkan oleh penyakit hati. Cairan menumpuk di

    perut, menciptakan lingkungan yang utama untuk pertumbuhan bakteri.

    Peritonitis bakterial primer dibagi menjadi dua, yaitu:

    y Spesifik : misalnya Tuberculosisy Non spesifik: misalnya pneumonia non tuberculosis an Tonsilitis.

    Faktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi,

    keganasan intraabdomen, imunosupresi dan splenektomi.

    Kelompok resiko tinggi adalah pasien dengan sindrom nefrotik, gagal ginjal

    kronik, lupus eritematosus sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites.

    b. Penyebab sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organ visceral)

    Peritonitis sekunder, bentuk peritonitis yang paling sering terjadi, disebabkan oleh

    perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi

    bakteri rongga peritoneal. Spektrum patogen infeksius tergantung penyebab

    asalnya. Berbeda dengan SBP, peritonitis sekunder lebih banyak disebabkan

    bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas.

    c. Penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat).

    Peritonitis tersier dapat terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah

    mendapatkan terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, sering bukan

    berasal dari kelainan organ. Pasien dengan peritonitis tersier biasanya timbul abses

    atau flegmon, dengan atau tanpa fistula. Peritonitis tersier timbul lebih sering ada

    pasien dengan kondisi komorbid sebelumnya dan pada pasien yang

    imunokompromais.

    Secara umum, infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis infektif

    (umum) dan abses abdomen (lokal).

    Peritonitis Bentuk lain dari peritonitis:

    y Aseptik/steril peritonitis y Granulomatous peritonitisy Hiperlipidemik peritonitisy Talkum peritonitis

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    6/28

    6. MANIFESTASI KLINISDiagnosis peritonitis biasanya ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen

    (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya

    (peritoneum viseral) kemudian lama kelamaan menjadi jelas lokasinya (peritoneum

    parietal). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu, misalnya perforasi

    lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat, atau iskemia usus, nyeri

    abdomennya berlangsung luas di berbagai lokasi.

    Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat lainnya, yakni demam tinggi,

    kulit dingin, pucat, regiditas, atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia,

    takikardi, dehidrasi, hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya

    memilikipunctum maximum di tempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut

    akan terasa tegang, biasanya karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar

    untuk menghindari palpasi yang menyakitkan, atau bisa juga memang tegang karena

    iritasi peritoneum. Nyeri ini kadang samar dengan nyeri akibat apendisitis yang

    biasanya di bagian kanan perut, atau kadang samar juga dengan nyeri akibat abses

    yang terlokalisasi dengan baik. Pada penderita wanita diperlukan pemeriksaan vagina

    bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatory disease, namun

    pemeriksaan ini jarang dilakukan pada keadaan peritonitis yang akut.

    Anoreksia dan nausea sering muncul dan dapat mendahului perkembangan nyeri

    abdomen. Vomit dapat muncul akibat proses ptologis organ visceral (seperti

    obstruksi) atau secara sekunder akibat iritasi peritoneal.

    Pada pemeriksan fisik, pasien dengan peritonitis sering tampak tidak sehat dan pada

    keadaan berbahaya. Demam dengan temperatur melebihi 38C dapat ditemukan, tapi

    pasien dengan sepsis berat dapat ditemukan dalam keadaan hipotermia. Takikardi

    muncul akibat mediator inflamasi dan hipovelemia vaskular karena anoreksia dan

    vomit, demam serta hilangnya sepertiga ruang peritoneal. Dengan dehidrasi yang

    progresif, pasien akan menjadi hipotensi, yang menunjukan penurunan output urin

    dan dengan peritonitis berat.

    Pada pemeriksaan abdomen, pada dasarnyasemua pasien menunjukan

    adanya tenderness pada palpasi, (pada saat pemeriksaan pasien

    dengansuspectperitonitis sebaiknya pasien sebaiknya berbaring dengan posisi lutut

    lebih tinggi agar pasien dapat lebih relaksasi pada dinding abdomennya). Pada banyak

    pasien (baik pada peritonitis dan nyeri abdomen difus yang berat)

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    7/28

    titiktenderness maksimal atau ataureferred rebound tenderness terletak pada tempat

    proses patologis.

    Pada banyak pasien menunjukan adanya peningkatan rigiditas dinding abdomen.

    Peningkatan tonus otot dinding abdomen dapat secara volunter akibat respon atau

    antisipasi pada pemeriksaan abdomen atau secara involunter karena iritasi peritoneal.

    Pasien dengan peritonitis berat sering menghindari banyak gerak dan memfleksikan

    pinggulnya untuk mengurangi tekanan dinding abdomen. Abdomen terkadang

    distensi, dengan suara usus hipoaktif hingga tidak terdengar.

    Pemeriksaan rektal kerap mengakibatkan nyeri abdomen. Massa peradangan lunak

    yang terletak pada anterion kanan mungkin mengindikasikan appendisitis dan

    anteriofullness dan fluktuasi dapat mengindikasikan sebuah abses cul de sac.

    Pada pasien wanita, pemeriksaan bimanual dan vaginal dapat mengarahkan

    pada differentialdiagnosis penyakit inflamasi pelvis (seperti endometritis, salfingo-

    oovoritis, abses tuba ovarii). Tapi temuannya kerap sulit untuk diinterpretasikan

    sebagai peritonitis berat.

    Pada saat mengevaluasi pasien dengan dugaan infeksi peritoneal, melakukan

    pemeriksaan fisik yang lengkap adalah hal yang sangat penting. Prosesus thoracic

    dengan iritasi diafragma (seperti empiema), proses ekstraperitoneal (seperti

    pyelonephritis, cystitis, retensi urin akut), dan proses dinding abdomen (seperti

    infeksi, hematoma recti) dapat terlihat seperti tanda-tanda maupun gejala peritonitis.

    Sering kali hasil dan temuan pemeriksaan klinis sama sekali tidakreliablepada pasien

    dengan immunosupresi yang berarti (seperti pasien diabetes berat, pengguna steroid,

    status post-transplantasi, HIV), pada pasien dengan perubahan status mental (seperti

    cedera kepala, ensepalopati toksik, shock sepsis, agen analgesik), pada pasien

    paraplegi dan apda pasien usia lanjut. Dengan infeksi peritoneal dalam yang

    terlokalisasi, demam dengan atau tanpa peningkatan hitung WBC mungkin satu-

    satunya tanda yang ditemukan. Kebanyakan pasien dengan TP menunjukan hanya

    gejala vagal dan mungkin afebril..

    7. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan fisika. Inspeksi :

    y Adanya acites

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    8/28

    y Klien tampak pucaty Klien tampak lemahy Klien tampak meringis kesakitany Membran mukosa keringy Klien tampak sesaky Klien tampak kurus

    b. Palpasi

    y Akral dinginy CRT > 3 detiky Takikardi

    c. Perkusi

    y Pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di bawah diafragmad. Auskultasi

    Bising usus menurun sampai hilang

    2. Pemeriksaan diagnostiky Tes darah - untuk melihat apakah ada bakteri yang ada dalam darah Anday Sampel cairan dariperut - identifikasi bakteri yang menyebabkan infeksiy CT scan - mengidentifikasi fluida di perut, atau organ yang terinfeksiy Pemeriksaanlaboratorium

    Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya lekositosis, hematokrit yang

    meningkat dan asidosis metabolik.

    Pada peritonitis tuberculosa cairan peritoneal mengandung banyak protein (lebih

    dari 3 gram/100 ml) dan banyak limfosit; basil tuberkel diidentifikasi dengan

    kultur. Biopsi peritoneum per kutan atau secara laparoskopi memperlihatkan

    granuloma tuberkuloma yang khas, dan merupakan dasar diagnosa sebelum hasil

    pembiakan didapat.

    y Pemeriksaan X-RayIleus merupakan penemuan yang tidak khas pada peritonitis; usus halus dan usus

    besar berdilatasi. Udara bebas dapat terlihat pada kasus-kasus perforasi.

    y Gambaran Radiologis Pemeriksaan radiologis merupakan pemeriksaan penunjang untuk pertimbangan

    dalam memperkirakan pasien dengan abdomen akut. Pada peritonitis dilakukan

    foto polos abdomen 3 posisi, yaitu :

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    9/28

    1. Tiduran telentang ( supine ), sinar dari arah vertikal dengan proyeksianteroposterior ( AP ).

    2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinarhorizontal proyeksi AP.

    3. Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan sinar horizontal,proyeksi AP.

    Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat mencakup

    seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran kaset dan film ukuran

    35 x 43 cm.

    Sebelum terjadi peritonitis, jika penyebabnya adanya gangguan pasase usus (ileus)

    obstruktif maka pada foto polos abdomen 3 posisi didapatkan gambaran radiologis

    antara lain:

    1. Posisi tidur, untuk melihat distribusi usus, preperitonial fat, ada tidaknya penjalaran. Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal

    daerah obstruksi, penebalan dnding usus, gambaran seperti duri ikan (Herring

    bone appearance),

    2. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus.Dari air fluid level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level

    pendek berarti ada ileus letak tinggi, sedang jika panjang panjang

    kemungkinan gangguan di kolon. Gambaran yang diperoleh adalah adanya

    udara bebas infra diafragma dan air fluid level.

    3. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis diperoleh adanya airfluid level dan step ladder appearance.

    Jadi gambaran radiologis pada ileus obstruktif yaitu adanya distensi usus partial,

    air fluid level, dan herring bone appearance.

    Sedangkan pada ileus paralitik didapatkan gambaran radiologis yaitu:

    1. Distensi usus general, dimana pelebaran usus menyeluruh sehingga kadang kadang susah membedakan anatara intestinum tenue yang melebar atau

    intestinum crassum.

    2. Air fluid level3. Herring bone appearanceBedanya dengan ileus obstruktif : pelebaran usus menyeluruh sehingga air fluid

    level ada yang pendek pendek (usus halus) dan panjang panjang (kolon) karena

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    10/28

    diameter lumen kolon lebih lebar daripada usus halus. Ileus obstruktif bila

    berlangsung lama dapat menjadi ileus paralitik.2

    Pada kasus peritonitis karena perdarahan, gambarannya tidak jelas pada foto polos

    abdomen. Gambaran akan lebih jelas pada pemeriksaan USG (ultrasonografi).

    Gambaran radiologis peritonitis karena perforasi dapat dilihat pada pemeriksaan

    foto polos abdomen 3 posisi. Pada dugaan perforasi apakah karena ulkus

    peptikum, pecahnya usus buntu atau karena sebab lain, tanda utama radiologi

    adalah :

    1. Posisi tiduran, didapatkan preperitonial fat menghilang, psoas linemenghilang, dan kekaburan pada cavum abdomen.

    2. Posisi duduk atau berdiri, didapatkan free air subdiafragma berbentuk bulansabit (semilunair shadow).

    3. Posisi LLD, didapatkan free air intra peritonial pada daerah perut yang palingtinggi. Letaknya antara hati dengan dinding abdomen atau antara pelvis

    dengan dinding abdomen.

    Jadi gambaran radiologis pada peritonitis yaitu adanya kekaburan pada cavum

    abdomen, preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas

    subdiafragma atau intra peritoneal.

    8. KOMPLIKASI1. Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder, dimana

    komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut, yaitu :

    (chushieri)

    a. Komplikasi dini- Septikemia dan syok septic- Syok hipovolemik- Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan

    multi system

    - Abses residual intraperitoneal- Portal Pyemia (misal abses hepar)

    b. Komplikasi lanjut- Adhesi- Obstruksi intestinal rekuren

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    11/28

    2. Komplikasi pasca operasi paling umum adalah eviserasi luka dan pembentukanabses. Secara bedah dapat terjadi trauma di peritoneum, fistula enterokutan,

    kematian di meja operasi, atau peritonitis berulang jika pembersihan kuman tidak

    adekuat. Namun secara medis, penderita yang mengalami pembedahan laparotomi

    eksplorasi membutuhkan narkose dan perawatan intensif yang lebih lama.

    Perawatan inilah yang sering menimbulkan komplikasi, bisa berupa pneumonia

    akibat pemasangan ventilator, sepsis, hingga kegagalan reanimasi dari status

    narkose penderita pascaoperasi.

    9. DIAGNOSIS BANDING1. Apendiksitis: gejala awal apendiksitis adalah adanya nyeri pada area

    epigastrium yang bisa menjadi diagnose banding apabila peritonisis terjadi

    pada area epigastrium.

    2. Pankreatitis3. Gastroenteritis4. Kolesistisis

    10.PENATALAKSANAANPrinsip umum pengobatan adalah pemberian antibiotik yang sesuai, dekompresi

    saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik atau intestinal, penggantian cairan dan

    elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena, pembuangan fokus septik atau

    penyebab radang lainnya, bila mungkin dengan mengalirkan nanah keluar dan

    tindakan tindakan menghilangkan nyeri

    Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah fokus utama dari penatalaksanaan

    medis. Beberapa liter larutan isotonik diberikan. Hipovolemi terjadi karena sejumlah

    besar cairan dan elektrolit bergerak dari lumen usus ke dalam rongga peritoneal dan

    menurunkan caran ke dalam ruang vaskuler.

    Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri. Antiemetik dapat diberikan sebagai terapi

    untuk mual dan muntah. Intubasi usus dan pengisapan membantu dalam

    menghilangkan distensi abdomen dan meningkatkan fungsi usus. Cairan dalam

    rongga abdomen dapat menyebabkan tekanan yang membatasi ekspansi paru dan

    menyebabkan distress pernapasan. Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker

    akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang intubasi jalan

    napas dan bantuan ventilasi diperlukan.

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    12/28

    Bedah dan Lain Prosedur

    Orang dengan peritonitis sering memerlukan pembedahan untuk menghilangkan

    jaringan yang terinfeksi dan memperbaiki organ yang rusak. Pembedahan yang dapat

    dilakukan adalah eksplorasi darurat, terutama bila disertai appendisitis, ulkus

    peptikum yang mengalami perforasi atau divertikulitis. Pada peradangan pankreas

    (pankreatitis akut) atau penyakit radang panggul pada wanita, pembedahan darurat

    biasanya tidak dilakukan. Diberikan antibiotik yang tepat, bila perlu beberapa macam

    antibiotik diberikan bersamaan. Cairan dan elektrolit bisa diberikan melalui infuse.

    Nutrisi dan Suplemen Diet

    Peritonitis adalah darurat medis dan harus ditangani oleh seorang dokter medis.

    Jangan mencoba untuk mengobati peritonitis dengan herbal atau suplemen. Namun,

    rencana perawatan yang komprehensif untuk memulihkan dari peritonitis dapat

    mencakup berbagai terapi komplementer dan alternatif. Selalu mengkoordinasi dngan

    tim medis lainya seperti dokter, ahli gizi dan yang lainnya dalam pemberian diet

    ataupun suplemen.

    Ketika sembuh dari penyakit yang serius, penting untuk mengikuti kebiasaan gizi

    yang baik:

    Makan makanan yang tinggi dalam B-vitamin dan kalsium, seperti almond, kacang, biji-bijian (jika tidak alergi), sayuran hijau gelap (seperti bayam dan kale), dan

    sayuran laut.

    Makan antioksidan makanan, termasuk buah-buahan (seperti blueberry, ceri, dantomat) dan sayuran (seperti squash dan paprika).

    Hindari makanan olahan, seperti roti putih, pasta, dan terutama gula. Makan daging merah dan daging tanpa lemak sedikit lebih, air dingin ikan, tahu

    (kedelai, jika ada alergi), atau kacang-kacangan untuk protein.

    Minuman 6-8 gelas air disaring sehari-hari. Gunakan minyak sehat dalam makanan, seperti minyak zaitun atau minyak sayur. Hindari kafein dan stimulan lainnya, alkohol, dan tembakau. Tanyakan kepada dokter Anda tentang mengambil multivitamin sehari-hari,

    mengandung antioksidan vitamin A, C, E, vitamin B-kompleks, dan mineral seperti

    magnesium, kalsium, seng, dan selenium.

    Suplemen probiotik (Lactobacillus acidophilus berisi antara spesies lain), 5 - 10 billion CFUs (koloni membentuk unit) per hari, untuk kesehatan pencernaan dan

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    13/28

    kekebalan tubuh. Probiotik dapat sangat membantu ketika minum antibiotik, karena

    probiotik dapat membantu mengembalikan keseimbangan "baik" bakteri di usus.

    Herbal

    Tumbuhan pada umumnya cara yang aman untuk memperkuat dan nada sistem tubuh.

    Seperti dengan terapi apapun, Anda harus bekerja sama dengan penyedia layanan

    kesehatan Anda untuk mendapatkan masalah Anda didiagnosis sebelum melakukan

    perawatan apapun. Anda dapat menggunakan tumbuhan sebagai ekstrak kering

    (kapsul, serbuk, teh), glycerites (ekstrak gliserin), atau tincture (ekstrak alkohol).

    Kecuali dinyatakan sebaliknya, Anda harus membuat teh dengan 1 sdt. herb per cup

    of hot water. ramuan per cangkir air panas. Curam ditutupi 5 - 10 menit untuk daun

    atau bunga, dan 10 - 20 menit untuk akar. Minum 2-4 cangkir per hari. Anda dapat

    menggunakan tincture sendiri atau dalam kombinasi seperti yang tercantum.

    Tumbuh-tumbuhan dapat digunakan sebagai terapi mendukung ketika Anda sembuh

    dari peritonitis, tetapi jangan menggunakan herbal untuk mengobati peritonitis

    sendirian. Tanyakan kepada dokter Anda sebelum mengambil apapun dari tumbuh-

    tumbuhan yang tercantum di bawah.

    y Teh hijau (Camellia sinensis) ekstrak standar, 250-500 mg setiap hari, untuk antioksidan,anti-inflamasi, dan efek kesehatan jantung. Gunakan produk bebas kafein. Anda juga

    dapat mempersiapkan teh dari daun herbal ini.

    y Cakar's Cat (Uncaria tomentosa) ekstrak standar, 20 mg tiga kali sehari, untukmengurangi peradangan. Cat kuku juga memiliki efek antibakteri dan antijamur.

    y Daun Zaitun (Olea europaea) ekstrak standar, 250-500 mg one atau tiga kali sehari, untukefek antibakteri dan antijamur. Anda juga dapat mempersiapkan teh dari daun herbal ini.

    y Milk thistle (Silybum marianum) ekstrak biji standar, 80-160 mg dua sampai tiga kalisehari, untuk kesehatan hati.

    11.PROGNOSISPrognosis untuk peritonitis tergantung pada jenis kondisi. Sebagai contoh, prospek

    orang-orang dengan peritonitis sekunder cenderung menjadi buruk, terutama di

    kalangan orang tua, orang dengan sistem kekebalan rendah, dan mereka yang

    memiliki gejala selama lebih dari 48 jam sebelum pengobatan. Prospek jangka

    panjang bagi orang dengan peritonitis primer karena penyakit hati juga cenderung

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    14/28

    menjadi buruk. Namun, prognosis untuk peritonitis primer pada anak-anak secara

    umum sangat baik setelah perawatan dengan antibiotik.

    12.HEALTH EDUCATION (HE)HE yang diberikan pada pasien dengan peritonitis dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

    a. Pre operasiPasien yang akan di operasi akan merasa cemas mengenai operasinya. Gejala cemas

    sebelum operasi dari pasien tidak berbeda dengan yang diderita oleh pasien lain yang

    tidak operasi. Gejala fisik terdiri dari peningkatan denyut nadi, frekuensi nafas,

    telapak tangan yang basah, dan gelisah. Persiapan pasien sebelum tindakan operasi

    antara lain : persiapan fisik, pemeriksaan penunjang, persiapan psikologis,

    administrasi dan persetujuan pasien. Adapun HE yang harus diberikan sebelum

    operasi adalah :

    Menjelaskan tentang prosedur operasi yang dijalankan termasuk jadwaloperasi dan penandatangan persetujuan operasi. Hal ini dimaksudkan untuk

    mengurangi kecemasan pasien.

    Mempersiapkan fisik klien dengan puasa dan istirahat yang cukupb. Post operasi

    HE yang diberikan pada saat post op adalah :

    y Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin c.Hal ini dapat membantu proses penyembuhan luka insisi operasi.

    y Pencegahan infeksi.Misalnya dengan memberitahukan agar tidak sembarangan membuka atau

    mengganti perban secara mandiri karena dapat meningkatkan resiko infeksi.

    y Pengembalian Fungsi fisik.Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan

    napas dan batuk efektf, latihan mobilisasi dini.

    y Mempertahankan konsep diri.Pasien dengan luka post op pada perutnya terutama remaja cenderung akan

    malu sehingga mengalami gangguan citra tubuh karena adanya perubahan

    sehubungan dengan pembedahan. Perawat dapat memberikan support

    psikologis. Perawat dapat juga memberikan HE kepada keluarga untuk

    memberikan klien support misalnya keluarga dapat mengajak klien berdiskusi

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    15/28

    tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan bagaimana perasaan pasien

    setelah operasi. Ini akan meningkatkan harga diri klien.

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    16/28

    KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

    PADA KLIEN DENGAN PERITONITIS

    1. PENGKAJIANPada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh

    informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana

    asuhan keperawatan klien.

    a. Keadaan UmumMeliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif

    atau GCS dan respon verbal klien.

    b. Tanda-tanda VitalMeliputi pemeriksaan:

    Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanannadi, dan kondisi patologis.

    Pulse rate Respiratory rate Suhu

    c. Riwayat penyakit sebelumnyaDitanyakan apakah sebelumnya klien pernah menderita apendiksitis yang menjadi

    factor predisposisi peritonitis.

    d. Pola Fungsi Keperawatana. Aktivitas istirahat

    Gejala : Kelemahan

    Tanda : Kesulitan ambulasi

    b. SirkulasiTanda : Takikardi, berkeringat, pucat hipotensi (Tanda syok), edema jaringan

    c. EliminasiGejala : Ketidakmampuan defekasi dan flatus, Diare (kadang-kadang)

    Tanda : Cegukan, distensi abdomen, abdomen diam; penurunan haluaran urin,

    warna gelap; Penurunan/tak ada bising usus (ileus); bunyi keras hilang timbul,

    bising usus kasar (obstruksi); kekakuan abdomen, nyeri tekan.

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    17/28

    Hiperresonan/timpani (ileus); hilang suara pekak di atas hati (udara bebas

    dalam abdomen).

    d. Makanan dan cairanGejala : Anoreksia, mual, muntah, haus.

    Tanda : Muntah proyektil, membran mukosa kering, lidah bengkak, turgor

    kulit buruk.

    e. Nyeri atau ketidaknyamananGejala : Nyeri abdomen tiba-tiba berat, umum atau lokal, menyebar ke bahu,

    terus menerus oleh gerakan.

    Tanda : Distensi, kaku nyeri tekan. Otot tegang (abdomen), lutut fleksi,

    perilaku distraksi, gelisah, fokus pada diri sendiri.

    f. PernapasanTanda : Pernapasan dangkal, takipnea.

    g. KeamananMerasa cemas dan tampak gelisah.

    Data Subjektif:

    y Klien mengeluh nyeri pada peruty Klien mengeluh lemahy Klien mengeluh mual dan muntahy Klien mengeluh sesak napasy Klien merasa cemas dengan kondisinya.Data Objektif:

    y Klien tampak meringisy Takikardiay Terdapat nyeri tekan dan kaku abdomeny Takipneay Klien tampak gelisahy Terjadi distensi abdominal

    e. Pemeriksaan fisika. Inspeksi :

    y Adanya acitesy Klien tampak pucat

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    18/28

    y Klien tampak lemahy Klien tampak meringis kesakitany Membran mukosa keringy Klien tampak sesaky Klien tampak kurus

    b. Palpasiy Akral dinginy CRT > 3 detiky Takikardi

    c. PerkusiPekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di bawah diafragma.

    d. AuskultasiBising usus menurun sampai hilang.

    f. Pemeriksaan Diagnostiky Tes darahy Sampel cairan dari peruty CT scany Pemeriksaan laboratoriumy Pemeriksaan X-Rayy Gambaran Radiologis

    2. DIAGNOSA KEPERAWATANPRE OP

    1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis yang menginflamasiperitoneum ditandai dengan klien mengeluh nyeri, pasien mengatakan mengalami

    nyeri yang menyebar pada seluruh abdomen, nyeri bertambah berat ketika klien

    bergerak (seperti berjalan, batuk, atau mengejan) klien tampak meringis kesakitan,

    klien tampak gelisah dan tidak nyaman (posisi melindungi bagian nyeri),

    takikardia, RR klien meningkat.

    2. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi pada peritoneum ditandaidengan suhu tubuh klien meningkat dari atas rentang normal (>37,5oC), kulit

    pasien teraba hangat, takikardi (>100 x/menit), WBC meningkat (> 7000/mm3).

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    19/28

    3. Kekurangan volume cairan intravaskuler dan intraseluler berhubungan dengankehilngan cairan secara aktif akibat peningkatan permebealitas kapiler dan

    membrane sehingga mengalami kebocoran ditandai dengan pasien mengatakan

    jarang untuk kencing dan pengeluaran kencing menurun atau sedikit, mmembran

    mukosa klien terlihat kering, tekanan darah klien turun (, 120/80 mmHg).

    4. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan kompensasi oleh ginjalakibat penurunan volume cairan tubuh sehingga terjadi dehidrasi.

    5. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan sekuncup jantung akibatsuplai darah balik kejantung menurun ditandai dengan pasien mengalami dispnea,

    takikardia, perubahan EKG pada pasien.

    6. PK Infeksi7. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi akibat dari penekanan

    pada rongga thorak oleh diafragma sehingga lapang pernapasan menurun ditandai

    dengan klien mengeluh sesak, RR klien meningkat (>20 x/menit) dan pasien

    terlihat takipnea.

    8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri pada abdomen ditandaidengan konjungtiva klien terlihat pucat, klien mengatakan tidak bisa tidur karena

    nyeri.

    9. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhandan suplai oksigen didalam tubuh akibat penurunan lapang pernapasan ditandai

    dengan pasien terlihat lemah, tekanan darah menurun (< 120/80mmHg) dan

    dipsnea.

    10.Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubunagn denganketidakmampuan untuk absorpsi nutrisi ditandai dengan peristaltik usus menurun,

    mual muntah, klien tampak kurus, klien mengalami penurunan berat badan > 20 %

    dari berat badan ideal.

    11.Konstipasi berhubungan dengan penundaan /mengabaikan dorongan defekasiakibat nyeri yang meningkat saat mengejan ditandai dengan defekasi kurang dari

    3x seminggu, klien mengatakan defekasi lama dan sulit, bising usus klien

    menurun.

    12.Disfungsi motilitas Gastrointestinal berhubungan dengan malnutrisi ditandaidengan perubahan bising usus (hipoaktif) , nyeri abdomen, distensi abdomen,

    mual, muntah

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    20/28

    13.Nausea (mual) berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdominal ditandaidengan pasien mengeluh mengalami keengganan terhadap makanan, mual

    14.Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan hipotensi ditandai denganpenurunan volume urine, berkurangnya keinginan untuk berkemih

    15.Resiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal berhubungan dengan penyakitgastrointestinal (peritonitis)

    16.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penumpukan cairan di peritoneumditandai dengan asites, oliguria

    17.Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan pasienmengatakan cemas dengan keadaannya , pasien tampak gelisah, wajah tegang,

    nyeri abdomen

    18.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai denganklien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya , klien menunjukkan

    prilaku berlebihan

    POST OP

    1. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma/luka incisi post op)

    ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada perut, wajah tampak meringis,

    peningkatan tekanan darah

    3. Resiko perdarahan berhubungan dengan efek samping terkait terapi pembedahan4. Resiko disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan pembedahan

    abdomen.

    3. DIAGNOSA KEPERAWATAN (berdasarkan prioritas)PRE OP

    1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi akibat dari penekananpada rongga thorak oleh diafragma sehingga lapang pernapasan menurun ditandai

    dengan klien mengeluh sesak, RR klien meningkat (>20 x/menit) dan pasien

    terlihat takipnea.

    2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis yang menginflamasiperitoneum ditandai dengan klien mengeluh nyeri, pasien mengatakan mengalami

    nyeri yang menyebar pada seluruh abdomen, nyeri bertambah berat ketika klien

    bergerak (seperti berjalan, batuk, atau mengejan) klien tampak meringis kesakitan,

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    21/28

    klien tampak gelisah dan tidak nyaman (posisi melindungi bagian nyeri),

    takikardia, RR klien meningkat.

    3. PK Infeksi.

    POST OP

    1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma/luka incisi post op)ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada perut, wajah tampak meringis,

    peningkatan tekanan darah.

    2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.3. Resiko perdarahan berhubungan dengan efek samping terkait terapi pembedahan.

    4. INTERVENSIPRE OP:

    1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi akibat daripenekananpada rongga thorakoleh diafragma sehingga lapangpernapasan

    menurun ditandai dengan klien mengeluh sesak, RRklien meningkat (>20

    x/menit) danpasienterlihattakipnea.

    Tujuan:

    Setelah diberikan asuhan keperawatan salama (x24 jam) diharapkan pasien

    dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif dengan kriteria hasil :

    a. Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal (16-20 x/menit).b. Pasien tidak sesak lagi.Intervensi:

    Mandiri

    a. Observasi RR, suhu, dan suara nafas pasien.Rasional: Kecepatan biasanya meningkat. Dipsnea dan terjadi peningkatan kerja

    nafas. Pernafasan dangkal. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan

    atelektasis dan atau nyeri dada pleuritik.

    b. Berikan posisi flower/semi flower.Rasional : Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan

    pernafasan. Pengubahan posisi dan ambulansi meningkatkan pengisian udara

    segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.

    c. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius, seperti krekels,mengi dan gesekan pleural.

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    22/28

    Rasional:Bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder

    terhadap pendarahan, bekuan atau kolaps jalan napas kecil (atelektasis). Ronchi

    dan mengi menyertai obstruksi jalan napas/ kegagalan pernapasan.

    d. Obsevasi pola batuk dan karakter secret.Rasional: Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritasi. Sputum

    berdarah dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan.

    Kolaborasi

    a. Lakukan fisioterapi dada kerjakan sesuai jadwal.Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dalam dan meningkatkan drainase

    secret dari segmen paru ke dalam bronkus, dimana dapat lebih mempercepat

    pembuangan dengan batuk/penghisapan.

    b. Berikan oksigen yang dilembabkan sesuai indikasiRasional: Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

    c. Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti bronchodilator.Rasional: Untuk mencegah kondisi lebih buruk pada gagal nafas.

    2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis yang menginflamasiperitoneum ditandai dengan klien mengeluh nyeri, pasien mengatakan

    mengalami nyeri yang menyebar pada seluruh abdomen, nyeri bertambah

    berat ketika klien bergerak (seperti berjalan, batuk, atau mengejan) klien

    tampak meringiskesakitan,klien tampakgelisah dan tidaknyaman (posisi

    melindungi bagiannyeri),takikardia, RRklien meningkat.

    Tujuan:

    Setelah diberikan asuhan keperawatan salama (x24 jam) diharapkan nyeri

    pasien hilang/terkontrol dengan criteria hasil:

    a. Nyeri klien berkurangb. Klien tidak tampak gelisahc. Wajah klien tidak tampak meringisd. Klien dapat beristirahat dengan nyamane. TTV klien dlm batas normal (TD: 110-120/80-90 mmHg, RR: 16-20x/mnt)Intervensi:

    Mandiri

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    23/28

    a. Kaji dan catat kondisi keluhan nyeri klien ( dengan pola P,Q,R,S,T), yaitudengan memperhatikan lokasi, intensitas, frekuensi, dan waktu.

    Rasional: Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda

    perkembangan komplikasi.

    b. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik dan intensitas ( skala 0 -10 ).Rasional: membantu evaluasi derajat ketidaknyamanan dan ketidakefektifan /

    dapat mengatakan adanya / terjadinya komplikasi.

    c. Berikan posisi yang nyaman ( Trendelburg).Rasional: Dengan memberikan posisi tersebut dapat mengurangi ketegangan

    abdomen sehingga nyeri berkurang.

    d. Monitor tanda-tanda vital.Rasional: respon autoimun meliputi: tekanan darah, nadi, respirasi rate dan

    suhu yang menjadi tanda keluhan nyeri.

    e. Ciptakan lingkungan yang tenang dan membatasi pengunjung.Rasional: Suasana yang tenang dapat mengurangi stimulus nyeri.

    Kolaborasi

    a. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan indikasi.Rasional: menghilangkan reflek spasme / kontraksi usus halus dan membantu

    dalam manajemen nyeri.

    3. PK InfeksiTujuan

    Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x24 jam) diharapkan perawat

    dapat meminimalkan komplikasi infeksi (sepsis) yang terjadi dengan criteria hasil:

    y Tanda-tanda sepsis tidak adaIntervensi

    Mandiri

    a. Pantau tanda dan gejala infeksiRasional : mengetahui perkembangan dari infeksi dan membantu untuk

    intervensi selanjutnya

    b. Ajari tentang cara pencegahan penularan infeksiRasional : dengan mengetahui cara pencegahan diharapkan dapat

    meminimalkan komplikasi infeksi

    c. Pantau keadaan luka, lakukan perawatan luka secara teraturRasional : luka dalam keadaan bersih dapat meminilkan kompliksi

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    24/28

    d. Monitor pemberian antibiotic dan kaji efek sampingnya.Rasional : dengan memonitor pemberian antibiotok dapat mencegah

    komplikasi lebih lanjut.

    e. Lakukan teknik steril.Rasional : dengan melakukan teknik steril dapat mencegah terjadinya

    infeksi silang.

    f. Lakukan penkes tentang pencegahan dan penularan.Rasional : dengan memberikan penkes, pasien maupun keluarga

    mendapat pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi

    diri.

    Kolaborasi

    a. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasiRasional: mencegah infeksi lanjut

    b. Kolaborasi pemberian antiinflamasi sesuai indikasiRasional: mencegah inflamasi lebih lanjut

    POST OP:

    1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma/luka incisi postop) ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada perut, wajah tampak

    meringis,peningkatantekanan darah.

    Tujuan:

    Setelah diberikan asuhan keperawatan salama (x24 jam) diharapkan nyeri

    pasien hilang/terkontrol dengan criteria hasil:

    a) Nyeri klien berkurangb) Klien tidak tampak gelisahc) Wajah klien tidak tampak meringisd) Klien dapat beristirahat dengan nyamane) TTV klien dlm batas normal (TD: 110-120/80-90 mmHg, RR: 16-20x/mnt)Intervensi:

    Mandiri

    1.Kaji dan catat kondisi keluhan nyeri klien ( dengan pola P,Q,R,S,T), yaitudengan memperhatikan lokasi, intensitas, frekuensi, dan waktu.

    Rasional: Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda

    perkembangan komplikasi.

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    25/28

    2.Kaji pengetahuan pasien tentang nyeri dan kepercayaan tentang nyeri.Rasional: Memudahkan dalam melakukan intervensi, karena kultur atau

    budaya klien dapat mempengaruhi persepsi tentang nyeri.

    3.Ciptakan lingkungan yang tenang dan membatasi pengunjung.Rasional: Suasana yang tenang dapat mengurangi stimulus nyeri.

    4.Kontrol dan kurangi kebisinganRasional: Suasana yang tenang dapat mengurangi stimulus nyeri.

    5.Instruksikan pasien untuk melakukan tehnik relaksasi.Rasional: memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan tegangan

    otot dan meningkatkan proses penyembuhan

    Kolaborasi:

    1.Kaji riwayat adanya alergi obatRasional: Mengetahui apakah ada alergi terhadap obat analgesik.

    2.Pastikan pasien menerima analgesic.Rasional: Memastikan klien menerima obat pereda rasa nyeri

    2. Resikoinfeksi berhubungan denganprosedurinvasive.Tujuan:

    Setelah diberikan askep selama (x24 jam) tidak terjadi infeksi dengan kriteria

    hasil:

    y Keadaan temperatur normaly Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (kalor,lubor,tumor, dolor)y Menunjukkan pengendalian resiko, dibuktikan dengan indikator (antara 1-5:

    tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, konsisten menunjukkan)

    y Memantau faktor resiko lingkungan dan perilaku seseorangy Menghindari pajanan terhadap ancaman kesehatanIntervensi:

    Mandiri

    1. Pantau suhu dengan teliti dan tanda-tanda infeksi lainnyaRasional: mendeteksi kemungkinan infeksi

    2. Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan diakukan.Instrusikan pasien/orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi.

    Rasional: meminimalkan pajanan pada organisme infektif

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    26/28

    3. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasiveRasional: untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi

    4. Tempatkan pasien dalam ruangan khususRasional: meminimalkan terpaparnya pasien dari sumber infeksi

    Kolaborasi:

    y Kolaborasi dalam pemberian antibioticRasional: mencegah terjadinya infeksi

    3. Resiko perdarahan berhubungan dengan efek samping terkait terapipembedahan.

    Tujuan:

    Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ( x 24 jam) diharapkan tidak

    terjadi perdarahan berlebih dengan criteria hasil :

    y Tidak ada tanda-tanda perdarahan.y TTV dalam batas normal.Intervensi:

    1. Kaji TTV pasien secara berkala.Rasional : TTV menjadi acuan banyaknya darah yang hilang.

    2. Monitor tanda-tanda perdarahan.Rasional : tanda-tanda perdarahan dapat berupa takikardi, hipotensi,

    hipertermia, sesak.

    3. Monitor hasil lab (hemoglobin dan hematokrit)Rasional : untuk menentukan intervensi pemberian tranfusi darah.

    4. Menginstruksikan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang mengandungvitamin K.

    Rasional : vitamin Kberfungsi dalam proses pembekuan darah.

    5. EVALUASIPRE OP:

    1. Pola napas kembali efektif dengan kriteria hasil :y Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal (16-20 x/menit).y Pasien tidak sesak lagi.

    2. Nyeri pasien hilang/terkontrol dengan criteria hasil:y Nyeri klien berkurang

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    27/28

    y Klien tidak tampak gelisahy Wajah klien tidak tampak meringisy Klien dapat beristirahat dengan nyamany TTV klien dlm batas normal (TD: 110-120/80-90 mmHg, RR: 16-20x/mnt)

    3. Komplikasi infeksi dapat diminilalisikan dengan kriteria hasil:y Tidak ada atau berkurangnya tanda-tanda infeksi seperti kalor

    dubor,dolor,tumor,dan fungsiolesa

    y Tanda-tanda sepsis tidak adaPOST OP:

    1. Nyeri pasien hilang/terkontrol dengan kriteria hasil:y Nyeri klien berkurangy Klien tidak tampak gelisahy Wajah klien tidak tampak meringisy Klien dapat beristirahat dengan nyamany TTV klien dlm batas normal (TD: 110-120/80-90 mmHg, RR: 16-20x/mnt)

    2. Infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil:y Keadaan temperatur normaly Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (kalor,lubor,tumor, dolor)y Menunjukkan pengendalian resiko, dibuktikan dengan indikator (antara 1-5:

    tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, konsisten menunjukkan)

    y Memantau faktor resiko lingkungan dan perilaku seseorangy Menghindari pajanan terhadap ancaman kesehatan

    3. Perdarahan tidak terjadi dengan criteria hasil :y Tidak ada tanda-tanda perdarahan.y TTV dalam batas normal.

  • 8/3/2019 Askep Peritonitis 3

    28/28

    DAFTAR PUSTAKA

    Heather, Herdman. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarata : EGC

    Wilkinson, J.M, 2007. Buku SakuDiagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan

    Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta.

    Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3, EGC :

    Jakarta.

    Hall and Guyton, (1997),Fisiologi Kedokteran, EGC : Jakarta.

    Noer Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu PenyakitDalam, jilid II, FKUI, Jakarta.