Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. KONSEP DASAR MEDIS 1. DEFENISI Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tulang yang tidak normal (Wong. 2003: 595). Osteokondroma adalah tumor jinak tulang dengan penampakan adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai eksostoksis yang muncul dari metasfisis, penonjolan tulang ini ditutupi oleh cartilago hialin. Tonjolan ini menyebabkan suatu pembengkakan atau gumpalan dan mirip seperti kembang kol (cauliflower appeareance). Tumor ini berasal dari komponen tulang (osteosit) dan komponen tulang rawan (chondrosit). (Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta). Osteokondroma (Eksostosis Osteokartilaginous) merupakan tumor tulang jinak yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10-20 tahun. Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang sebagai benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau beberapa benjolan. (Meyer WH; 1998;
64

ASKEP OSTEOCHONDROMA

Aug 05, 2015

Download

Documents

anon_846076396
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ASKEP OSTEOCHONDROMA

BAB I

PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. DEFENISI

Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan

tulang yang tidak normal (Wong. 2003: 595).

Osteokondroma adalah tumor jinak tulang dengan penampakan adanya

penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai eksostoksis yang muncul dari

metasfisis, penonjolan tulang ini ditutupi oleh cartilago hialin. Tonjolan ini

menyebabkan suatu pembengkakan atau gumpalan dan mirip seperti kembang

kol (cauliflower appeareance). Tumor ini berasal dari komponen tulang

(osteosit) dan komponen tulang rawan (chondrosit). (Sjamjuhidayat & Wim

de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta).

Osteokondroma (Eksostosis Osteokartilaginous) merupakan tumor

tulang jinak yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10-20

tahun. Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang sebagai benjolan yang keras.

Penderita dapat memiliki satu atau beberapa benjolan. (Meyer WH; 1998;

Osteosarcoma : Clinical features and Evolving Surgical and Chemotheraputic

Strategies)

Osteochondroma merupakan tumor yang bersifat jinak, berasal dari

komponen tulang (osteosit) dan komponen tulang rawan (kondrosit). Tumor

ini sering mengenai tulang panjang di daerah metafisis terutama di daerah

sekitar lutut. Tumor ini terutama ditemukan pada remaja yang

pertumbuhannya aktif dan pada dewasa muda. Lokasi osteochondroma

biasanya pada daerah metafisis tulang panjang terutama disekitar sendi lutut

(articulatio genu), khususnya femur distal, tibia proksimal dan humerus

proksimal. Juga dapat ditemukan pada tulang scapula dan ilium. (Rasjad,

Choiruddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar).

Page 2: ASKEP OSTEOCHONDROMA

2. KLASIFIKASI

Klasifikasi neoplasma tulang berdasarkan asal sel.

a. Primer

a. Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)

Jinak : - Osteoid Osteoma

- Osteoblastoma

- Parosteal Osteosarkoma, Osteoma

Ganas: - Osteosarkoma

b. Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)

Jinak : - Kondroblastoma

- Kondromiksoid Fibroma

- Enkondroma

- Osteochondroma

Ganas : - Kondrosarkoma

c. Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)

Jinak : - Non Ossifying Fibroma

Ganas : - Fibrosarkoma

d. Tumor sumsum tulang (Myelogenik)

Ganas : - Multiple Myeloma

- Sarkoma Ewing

- Sarkoma Sel Retikulum

e. Tumor lain-lain

Jinak : - Giant cell tumor

Ganas : - Adamantinoma

- Kordoma

b. Sekunder/Metastatik

Tumor Tulang Metastatik merupakan tumor tulang yang berasal dari tumor

di bagian tubuh lain yang telah menyebar ke tulang.

Page 3: ASKEP OSTEOCHONDROMA

3. ETIOLOGI

Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini,

penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-

Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang.

Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi

Keturunan

Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget

(akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer. 2001).

4. PATOFISIOLOGI

 Tumor terjadi karena pertumbuhan abnormal dari sel-sel tulang

(osteosit) dan sel-sel tulang rawan (kondrosit) di metafisis. Pertumbuhan

abnormal iniawalnya hanya akan menimbulkan gambaran pembesaran tulang

dengan korteks dan spongiosa yang masih utuh. Jika tumor semakin membesar

maka akan tampak sebagai benjolan menyerupai bunga kol dengan komponen

osteosit sebagai batangnya dan komponen kondrosit sebagai bunganya. Tumor

akan tumbuh dari metafisis, tetapi adanya pertumbuhan tulang yang semakin

memanjang maka makin lama tumor akan mengarah ke diafisis tulang.

Pertumbuhan ini membawa ke bentuk klasik “coat hanger” variasi dari

osteokondroma yang mengarah menjauhi sendi terdekat.

5. MANIFESTASI KLINIS

Tumor ini tidak memberikan gejala sehingga sering ditemukan secara

kebetulan, namun terabanya benjolan yang tumbuh dengan sangat lama dan

membesar.

Bila tumor ini menekan jaringan saraf atau pembuluh darah akan

menimbulkan rasa sakit.

Page 4: ASKEP OSTEOCHONDROMA

Dapat juga rasa sakit ditimbulkan oleh fraktur patologis pada tangkai

tumor, terutama pada bagian tangkai tipis. Kadang bursa dapat tumbuh

diatas tumor (bursa exotica)

Bila mengalami inflamasi pasien dapat mengeluh bengkak dan sakit.

Apabila timbul rasa sakit tanpa adanya fraktur,bursitis, atau penekanan

pada saraf dan tumor terus tumbuh setelah lempeng epifisis menutup

maka harus dicurigai adanya keganasan.

Osteokondroma dapat menyebabkan timbulnya pseudo aneurisma

terutama pada a.poplitea dan a.femoralis disebabkan karena fraktur pada

tangkai tumor di daerah distal femur atau proximal tibia.

Osteokondroma yang besar pada kolumna vertebralis dapat

menyebabkan angulasi kyfosis danmenimbulkan gejala spondylolitesis.

Pada herediter multipel exositosis keluhan dapat berupa massa yang

multipel dan tidak nyeri dekat persendian.

6. KOMPLIKASI

a. Penekanan pada saraf (lebih sering n.poplitea)

b. Penekanan pada pembuluh darah, menimbulkan pseudo

aneurisma pada a.poplitea dan a.femoralis

c. Penekanan tulang sekitar

d. Fraktur patologis

e. Inflamasi bursa pada daerah lesi

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

CT-Scan

MRI

Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus

dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang

terjadi setelah eksesi tumor.

(Rasjad, 2003).

Page 5: ASKEP OSTEOCHONDROMA

8. GAMBARAN RADIOLOGIS

Tam

Osteokondroma sessile pada os tibia 1/3 distal

Osteokondroma bertangkai

Penonjolan bertangkai dimetafisis tulang tibia, Proksimal dengan kalsifikasi

osteokondroma 1/3proksimal tulang

humerus

Page 6: ASKEP OSTEOCHONDROMA

9. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat

didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan

tumor

b. Tindakan Keperawatan

Manajemen nyeri

Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas

dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi

(pemberian analgetika).

Mengajarkan mekanisme koping yang efektif

Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka,

dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk

berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.

Memberikan nutrisi yang adekuat

Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek

samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang

adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi

gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai

dengan indikasi dokter.

Pendidikan kesehatan

Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang

kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik

perawatan luka di rumah.

(Smeltzer. 2001)

10. Pencegahan

hindari dari Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi

Melakukan olahraga yang teratur

Page 7: ASKEP OSTEOCHONDROMA

BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. ASKEP TEORI

1. DATA DASAR PENGKAJIAN

a) Aktivitas /Istirahat

Gejala: -   kelemahan dan atau keletihan.

- Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari,

adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti : nyeri,

ansietas, dan berkeringat malam.

- Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan.

- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat

stress tinggi.

b) Sirkulasi

Gejala : -   palpitasi dan nyeri dada pada aktivitas fisik berlebih.

- Perubahan pada TD.

- Demam

Tanda : - Ruam kulit, ulserasi.

c)   Integritas Ego

Gejala : - Faktor stress ( keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara

mengatasi stres (misalnya merokok, minum alkohol, menunda

mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual).

- Masalah tentang perubahan dan penampilan, misalnya :

alopesia, lesi, cacat, pembedahan.

- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa,

tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan.

Tanda :

- Kontrol depresi.

- Menyangkal, menarik diri, dan marah.

Page 8: ASKEP OSTEOCHONDROMA

d) Eliminasi

Gejala : - Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat

defikasi. Perubahan eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau

rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.

Tanda: - Perubahan bising usus, distensi abdomen.

e) Makanan/Cairan

Gejala: - Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak,

aditif, dan bahan pengawet).

- Anoreksia, mual/muntah.

- Intoleransi makanan.

Tanda:

- Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat,

berkurangnya massa otot.

- Perubahan pada kelembapan/turgor kulit, edema.

f) Neurosensori

Gejala : - Pusing, sinkope.

g) Nyeri/Kenyamanan

Gejala : - Tidak ada nyeri yang bervariasi, misalnya : kenyamanan

ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses

penyakit).

h) Pernafasan

Gejala : - Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang

yang merokok), pemajanan asbes.

i) Keamanan

Gejala : - Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.

- pemajanan matahari lama/berlebihan.

Page 9: ASKEP OSTEOCHONDROMA

j) Seksualitas

Gejala : - Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan

pada tingkat kepuasaan.

- Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun.

- Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini,

dan herpes genital.

k) Interaksi Social

Gejala : -   Ketidakadekuatan/kelemahan system pendukung.

- Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah,

dukungan atau bantuan). Masalah tentang fungsi/tanggung

jawab peran.

Page 10: ASKEP OSTEOCHONDROMA

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Nyeri berhubungan dengan spasme otot

2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan Nyeri

3) Anxietas berhubungan dengan krisis situasi

4) Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan

perawatan) berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi

informasi, tidak mengenal sumber informasi, atau keterbatasan kognitif.

5) Resiko infeksi , factor resiko : pertahanan sekunder tidak adekuat,

malnutrisi, proses penyakit kronis, atau prosedur invasif.

3. RENCANA TINDAKAN

6) DX. I. Nyeri berhubungan dengan spasme otot

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi

nyeri dengan kriteria :

Nyeri hilang / terkontrol

Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan

Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan

aktifitas hiburan sesuai indikasi situasi individu.

Intervensi :

1) Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri )

R/ memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi

intervensi yang diberikan.

2) Ajarkan teknik Manajemen Stress seperti teknik relaksasi napas dalam,

visualisasi, dan bimbingan imajinasi.

R/ meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien

Page 11: ASKEP OSTEOCHONDROMA

3) Ciptakan lingkungan yang nyaman, dengan membatasi jumlah

pengunjung.

R/ Memberikan ketenangan kepada klien sehingga dapat meningkatkan

relaksasi klien.

4) Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik sesuai kebutuhan indikasi

R/ Analgetik dapat mengurangi dan memblok lintasan nyeri dan spasme

otot

7) DX. II. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Nyeri

Tujuan : Gangguan pola tidur klien terpenuhi dengan kriteria hasil :

Klien tidur 8 jam perhari

Klien tidak sering terbangun saat tidur

Intervensi :

1) Kaji factor pencetus timbulnya istirahat tidur terutama pada malam hari

R/ dengan mengetahui factor pencetus sedapat mungkin dapat

menghindarinya

2) Batasi aktivitas klien

R/ dengan menbatasi aktivitas klien akan menberi kesempatan untuk lebih

banyak beristirahat

3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pengantar tidur

R/ untuk membantu terpenuhi istirahat tidur klien

8) DX. III. Anxietas berhubungan dengan krisis situasi

Tujuan : tanpak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai dapat

ditangani dengan kriteria :

Page 12: ASKEP OSTEOCHONDROMA

Mengakui dan mendiskusikan rasa takutnya menunjukkan

rentang perasaan yang tepat

Intervensi :

1) Diskusikan tindakan keamanan

R/ menenangkan dan menurunkan ansietas karena ketidaktahuan dan takut

menjadi kesepian ( tidak terawat ).

2) Dorong ekspresi ketakutan / Masalah

R/ mendefinisikan masalah dan pengaruh pilihan intervensi

3) Akui kenyataan atau normalitas perasaan , termasuk marah

R/ menberikan dukungan emosi yang dapat menbantu pasien melalui

penilaian awal juga selama pemulihan

DX. IV. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan

kebutuhan perawatan) berhubungan dengan kurang

informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal

sumber informasi, atau keterbatasan kognitif.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan

klien dan keluarga dapat bertambah dengan kriteria :

Klien dan keluarga tidak bertanya lagi tentang penyakitnya

Partisipasi aktif dalam aturan pengobatan

Klien tampak tenang dan rileks

Ekspresi wajah tampak tenang

Intervensi :

1) injau ulang dengan klien/orang terdekat tentang pemahaman diagnosis,

alternative pengobatan, dan sifat harapan.

R/ : Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifikasi kebutuhan

belajar, dan memberikan dasar pengetahuan di mana klien membuat

keputusan berdasarkan informasi.

Page 13: ASKEP OSTEOCHONDROMA

2) Berikan informasi yang jelas dan akurat. Jawab pertanyaan secara khusus,

tetapi tidak memaksakan detail-detail yang tidak penting.

R/ : Membantu penilaian diagnosis kanker, memberikan informasi yang

diperlukan. Kecepatan dan metode pemberian informasi perlu diubah

agar mengurangi ansietas klien dan meningkatkan kemampuan untuk

mengasimilasi informasi.

3) Minta umpan balik verbal klien, dan perbaiki kesalahan konsep tentang

tipe tumor yang dialami klien dan pengobatan.

R/: Kesalahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada

kenyataan dan mempengaruhi penguatan/penurunan penyembuhan.

4) Tinjau ulang aturan pengobatan dan penggunaan obat

R/: Meningkatkan kemampuan untuk mengatur perawatan diri dan

menghindari risiko komplikasi, reaksi/interaksi obat.

5) Anjurkan meningkatkan masukan cairan dan serat dalam diet serta latihan

teratur.

R/ : Memperbaiki konsistensi feses dan merangsang peristaltik.

DX. V. Resiko tinggi factor risiko : pertahanan sekunder tidak adekuat,

malnutrisi, proses penyakit kronis, atau prosedur invasif.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko infeksi

tidak terjadi dengan kriteria :

Tidak terdapat adanya tanda-tanda peradangan

Intervensi :

1) Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staff dan

pengunjung sebelum dan setelah bersentuhan dengan klien. Batasi

pengunjung yang mengalam i infeksi.

R/ : Lindungi klien dari sumber-sumber infeksi, seperti pengunjung

dibatasi

Page 14: ASKEP OSTEOCHONDROMA

2) Tekanan hygene personal kepada klien

R/ : Mengurangi risiko infeksi dan/atau pertumbuhan sekunder.

3) Observasi tanda –tanda vital

R / : sebagai bahan pertimbangan dan memudahkan dalam

melakukan intervensi selanjutnya

4) Ubah posisi dengan sering, pertahankan kl;ien kering dan bebas

kerutan.

R/ : Menurunkan tekanan dan iritasi pada jaringan dan mencegah

kerusakan kulit.

5) Tingkatkan istirahat yang cukup dengan periode latihan.

R/ : Membatasi keletihan, mendorong gerakan yang cukup untuk

mencegah komplikasi stasis, misalnya : pneumonia, dekubitus,

dan pembentukan thrombus.

6) Kolaborasi dalam pemberian obat antibiotic sesuai indikasi.

R/ : Mungkin digunakan untuk mengidentifikasi infeksi atau

diberikan secara profilaktik

4. EVALUASI

Pasien mampu mengontrol nyeri

a. Melakukan teknik manajemen nyeri

b. Mematuhi dalam pemakaian obat yang diresepkan

c. Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat

istirahat, selama menjalankan aktifitas hidup sehari-hari

Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.

a. Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata

b. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien

c. Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien

Page 15: ASKEP OSTEOCHONDROMA

Memperlihatkan konsep diri yang positif

a. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki

pasien

b. Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri

Pasien mampu memperlihatkan kemampuan pemahaman tentang

penyakitnya

Memperlihatkan tidak terdapat adanya tanda-tanda infeksi yang dialami

oleh klien

Page 16: ASKEP OSTEOCHONDROMA

B. PENYIMPANGAN KDM

Faktor pencetus

( Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi , keturunan , pajanan radiasi )

Pertumbuhan abnormal osteosit dan kondrosit

Drafisis tulang

Osteokandroma

Tindakan pembedahan

Tindakan pembedahan

Terputusnya kontinitas jaringan

Terdapat tempat masuknya

Pelepasan mediator kimia mikroorganisme

( k + , bradikinin , serotonin , prostaglandin )

Histamine

Merangsang nosiseptor

Perubahan status kesehatan

Thalamus

Hospitalisasi

Korteks cerebri

Kurang terpajang informasi

Nyeri dipresepsikan

Kekurangan informasi stessor meningkat

Risiko infeksi

Nyeri

Page 17: ASKEP OSTEOCHONDROMA

Mekanisme koping tidak

Efektif

Meransang saraf simpatis

Mengaktifkan RAS / SAR

( system aktifitas resukuler )

REM menurun

Gangguan pola tidur

Kurang pengetahuan

Ansietas

Page 18: ASKEP OSTEOCHONDROMA

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY “ E “

DENGAN POST OP OSTEO CANDROMA

DI RUANG PERAWATAN BEDAH

RSUD HAJI MAKASSAR

PENGKAJIANKMB

I. DATA DEMOGRAFIA. Biodata

1. Inisial pasien : NY. “E”2. No. medical record : 13956643. Usia / tanggal lahir : 18 Tahun4. Jenis kelamin : Perempuan5. Alamat ( lengkap dengan no.telp ) : Jl. veteran selatan6. Suku / bangsa : Makassar/Indonesia7. Status pernikahan : belum menikah8. Agama / keyakinan : Islam9. Pekerjaan / sumber penghasilan : wiraswasta

B. Penanggung jawab1. Inisial : Ny. “A”2. Usia : 45 Tahun3. Jenis kelamin : Perempuan 4. Pekerjaan / sumber penghasilan : Ibu rumah tangga5. Hubungan dengan klien : Ibu klien

II. STATUS KESEHATAN SAAT INIA. Alasan kunjungan : Klien mengeluh Nyeri pada

paha kanan bagian dalam,dan terdapat benjolan sehingga membutuhkan perawatan medis

B. Keluhan utama : Nyeri pada luka post opC. Riwayat keluhan utama :

1. Waktu timbulnya penyakit : klien mengatakan sudah 2 tahun yang lalu ada benjolan pada paha kanan bagian dalam

2. Bagaimana awal munculnya : klien mengatakan awal munculnya berangsur-angsur

3. Keadaan penyakit, apakah sudah membaik, parah atau tetapsama dengan sebelumnya : keadaan penyakit klien sudah mulai membaik

4. Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan : klien mengatakan untuk mengurangi keluhan klien mengkonsumsi obat asam mefanamat dan amoxilin

5. Kondisi saat dikaji : P : nyeri pada luka bekas operasi

Q : sedangR : pada daerah femur bagian kiriS : 4-6

Page 19: ASKEP OSTEOCHONDROMA

D. Diagnosa medis : Post Op Osteo Chondroma E. Tanggal masuk RS : 20 September 2012F. Tanggal pengkajian : 24 September 2012 (post-op hari ke- 1)G. Tanggal rencana operasi : 24September 2012H. Tanggal operasi : 24 September 2012

III. RIWAYAT KESEHATANA. Riwayat kesehatan lalu

1. Penyakit yang pernah dialami : Typoid2. Tidak ada alergi terhadap makanan, obat-obatan, dan minuman3. Imunisasi : Tidak lengkap4. Klien memiliki kebiasaan mengkonsumsi teh5. Klien tidak pernah mengalami kecelakaan 6. Prosedur operasi dan perawatan rumah sakit yang pernah dialami :klien

mengatakan pernah di opname di rumah sakit Haji 3 bulan yang lalu dengan Demam Thipoid

7. Pengobatan dini (konsumsi obat-obatan yang dijual bebas tanpa resep dokter) :klien mengatakan perna mengkonsumsi Obat Antalgin

8. Pola nutrisiSEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Selera makan Baik BaikMenu makanan Nasi putih, sayur,

ikan,Tempe,TahuNasi putih, sayur, ikan,Tempe,Tahu

Makanan pantangan Tidak ada Tidak adaFrekuensi makan 3 kali sehari 3 kali sehari Cara makan Makan mandiri DisuapTinggi badan 160 cm 160 cmBerat badan 45 kg 45 kgIndeks Massa Tubuh (IMT)

17,5 17,5

Mual/muntah Tidak ada Tidak ada

9. Pola cairanSEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Jenis minuman Teh dan Air putih Air mineralFrekuensi minum 7 - 8 gelas perhari 7-8 gelas/hariPemenuhan kebutuhan cairan dalam 24 jam

Cukup Cukup

Cara minum Minum mandiri Disuapi

10. Pola eliminasiSEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

a. BAB1) Kelancaran Lancar Lancar2) Tempat

pembuanganToilet Pispot

3) Frekuensi 1-2 kali/hari 1 kali/hari4) Konsistensi Padat pasta Padat pastab. BAK

1) Kelancaran Lancar Lancar2) Tempat

pembuanganToilet Di tempat tidur

menggunakan pispot3) Frekuensi 3-4 kali/hari 3-4 kali perhari4) Jumlah urine ± 2500 cc ± 2500 cc

Page 20: ASKEP OSTEOCHONDROMA

5) Warna Kuning jernih Kuning jernih6) Konsistensi Encer Encer7) Bau Amoniak Amoniak

11. Pola tidur dan istirahatSEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Waktu tidur 22.00 – 05.00 pada malam hari

22.00 - 06.00 pada malam hari

Lama tidur ± 7 jam/hari ± 8 jam/hariKebiasaan pengantar tidur

Sikat gigi, cerita Tidak ada

Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada

12. Pola aktivitas/olahraga dan latihanSEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Frekuensi 1 kali/minggu Tidak pernah berolah ragaPerasaan setelah berolah raga

Merasa segar setelah berolahraga

Tidak dapat dinilai sebab pasien tidak melakukan olahraga

13. Pola pekerjaanSEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Jenis Wiraswasta Pasien hanya berbaring di tempat tidur

Kemampuan untuk melakukan pekerjaan

Kurang Tidak dapat dinilai karna pasien tidak melakukan pekerjaan

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGAA. Genogram : Buatlah genogram dimana pasien berada pada generasi ketiga

yang dapat menggambarkan hubungan pasien dan keluarga.Keterangan: = laki-laki = Meninggal = Serumah

=Pasien = Perempuan = Menikah

? = Tidak diketahui = Cerai = Umur pasien

= Kembar = Hamil

B. Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang :C. Anggota keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit

jantung, stroke, anemia, hemopilia, arthritis, migrain, DM, kanker dan gangguan emosional :

D. Kesimpulan: terdapat/tidak terdapat penyakit yang terkait dengan kromosom (dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya).

V. RIWAYAT LINGKUNGANA. Lingkungan sekitar pasien terpapar dengan polusi dari kendaraan

bermotor/mobilB. Lingkungan rumah klien berbeda dengan kondisi Rumah sakit

4547

Page 21: ASKEP OSTEOCHONDROMA

VI. ASPEK PSIKOSOSIALA. Pola pikir dan persepsi

Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan, tidak menggunakan alat bantu pendengaran. Terdapat penurunan sensitifitas terhadap Nyeri

B. Persepsi sendiriPasien ingin cepat sembuh dari penyakitnya.

C. Konsep diri1. Citra tubuh : Klien memandang tubuhnya positif2. Identitas : Pasien menerima jenis kelaminnya sebagai perempuan3. Peran: klien berperan sebagai pekerja setelah ayah klien meninggal 2

tahun yang lalu.dan klien bercita-cita untuk dapat melanjutkan kuliah dan dapat membantu ibu dan adik-adiknya.

4. Klien dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya

5. Harga diri : klien mempunyai harga diri yang positifD. Status emosi

1. Klien dapat mengekpresikan perasaanya.2. Suasana hati klien yang utama/dominan adalah irritable. Rentang

perhatian tidak menyempit, pasien focus pada kondisinya.3. Perilaku verbal klien sesuai dengan perilaku non verbal4. klien slalu bercerita/curhat kepada ibunya bila suasana hatinya sedang

gembira dan sedih 5. Tanggapan klien tentang biaya RS :klien dapat menerima tentang biaya

RSC. Hubungan/komunikasi/pola interaksi

1. Tempat tinggalPasien tinggal bersama keluarga

2. BicaraPasien berbicara jelas, relevan, mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya serta mampu mengerti orang lain.Bahasa utama : Bahasa IndonesiaBahasa daerah : Bahasa Makassar

3. Kehidupan keluargaAdat istiadat yang dianut adalah Adat MakassarPembuat keputusan dalam keluarga adalah IBU klien.Pola komunikasi dalam keluarga baik.Pola keuangan cukup.

4. Kesulitan dalam hubungan keluargaHubungan pasien dengan keluarga baik, tidak ada kesulitan dalam hubungan dengan Ibu dan saudara.

5. Pasien senang dengan kehidupan sosialnya.6. Klien berespon dengan baik kepada keluarga7. Klien berespon sesuai dengan tahapan perkembangannya sebagai Remaja

terhadap situasi yang dialaminya.8. Klien meminta bantuan kepada keluarga apabila mempunyai masalah9. Yang lebih berpengaruh pada klien adalah keluarga10. Klien dapat mengidentifikasi keterlibatannya dalam interaksinya dengan

orang lain.

D. Kebiasaan seksual1. Klien mengetahui tentang adanya perubahan suara, penonjolan jakun, dan

mimpi, dsb.2. Perubahan suara dan penonjolan jakun serta mimpi telah dialami sejak

berusia 14 tahun3. Klien memandang dirinya sebagai perempuan normal4. Klien mengidolakan Group Band WALI 5. Klien menampilkan perilaku yang baik sebagai perempuan

Page 22: ASKEP OSTEOCHONDROMA

6. Pertahanan koping/mekanisme pertahanan diri1. Dalam mengambil keputusan pasien dibantu oleh Ibu dan saudara2. Pasien membanggakan pekerjaannya.3. Klien menangani stress dengan berusaha mencari solusi.4. Hasil dari penanganan stress yang biasa digunakan pasien stress

teratasi5. Apa upaya klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi

sekarang :klien selalu mengkonsumsi Obat yang di berikan tim medis sesuai dosis dan aturan yang di anjurkan dan klien selalu berdo,a kepada Tuhan semoga sakitnya cepat sembuh

E. Tingkat perkembangan1. Usia : 18 tahun2. Karakteristik : Remaja

VII. RIWAYAT SPIRITUAL/ SYSTEM NILAI DAN KEPERCAYAANA. Tuhan adalah sumber kekuatan bagi pasienB. Tuhan, agama, dan kepercayaan penting bagi pasien.C. Sebelum dirawat pasien rutin melaksanakan shalat 5

waktu/beribadah/menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

D. Ada kegiatan agama/kepercayaan yang ingin dilaksanakan di rumah sakit.E. Menurut agama yang dianut klien, hubungan antara Tuhan dan manusia bisa

dekat apabila manusia selalu menyembah,berdo,a dan bersyukur kepada ALLAH SWT

F. Dalam keadaan sakit klien mengalami hambatan dalam melaksanakan ibadahnya

G. Tuhan dan keluarga yang diharapkan klien yang dapat menolongnya saat merasa takut

H. klien selalu menyuruh keluarga untuk membacakan ayat-ayat suci Alqur,an I. sumber kekuatan klien sekarang adalah Tuhan

J. klien di bantu dalam melakukan Ibadah K. Selama klien dirawat klien tidak memerlukan ahli agama dan pembibing

rohani

VIII. PEMERIKSAAN FISIKA. Keadaan umum klien

1. Kesadaran : Composmentis2. Keadaan umum : Lemah3. Tidak ada Tanda-tanda dari distress4. Penampilan dihubungkan dengan usia Remaja5. Ekspresi wajah, bicara, mood baik6. Berpakaian dan kebersihan umum baik 7. Gaya berjalan : Tidak di lakukan pengkajian karna klien tidak dapat

berjalan

B. Tanda-tanda vital1. Suhu : 36 c2. Nadi : 80 x/i3. Pernafasan : 18 x/i4. Tekanan darah : 110/80 mmHg

C. Berat badan (BB) : 45 kgD. Tinggi badan (TB) : 160 cmE. Indeks massa tubuh (IMT) 1,60 x1,60 =2,56. 45 : 2,56 = 17,5 F. Pemeriksaan fisik

1. Pemeriksaan kepalaa. Inspeksi

1) Rambut berwarna hitam

Page 23: ASKEP OSTEOCHONDROMA

2) Rambut nampak bersih.3) Rambut tidak mudah tercabut

b. Palpasi

1) Tidak terdapat benjolan

2) Tidak terdapat tanda bekas luka

3) Tidak terdapat pembengkakan

4) Tidak terdapat nyeri tekan

2. Pemeriksaan mata

a. Inspeksi

1. Posisi mata simetris kanan dan kiri.

2. Warna kelopak mata normal, sama dengan warna sekitarnya

3. Tidak nampak pembengkakan pada kelopak mata.

4. Konjunctiva berwarna merah (normal, tidak anemis)

5. Sklera berwarna putih (normal, tidak ikterik)

6. Kornea jernih, teksturnya halus

7. Refleks kornea baik.

8. Ukuran pupil isokhor kanan dan kiri . Refleks cahaya baik.

9. Akomodasi mata baik

10. Pergerakan bola mata ke delapan arah baik.

11. Lapang pandang mata kanan baik. Lapang pandang mata kiri baik.

b. Pasien dapat membaca naskah dari jarak 10 cm (normal). Tidak

menggunakan kartu Snellen.

c. Pasien dapat membedakan warna dengan baik.

d. Palpasi

Konsistensi bola mata lunak (normal), tidak ada nyeri tekan

Kesimpulan: Fungsi penglihatan baik.

3.Pemeriksaan telinga.

Inspeksi

• Aurikula (daun telinga) atas pasien berada sejajar dengan kantus

lateral mata, simetris. Warna aurikula coklat (sama dengan warna

sekitar). Hygiene baik. Lesi tidak ada.

• Kanalis auditorius (liang telinga) bersih, tidak terdapat penumpukan

serumen. tidak terdapat radang dan perdarahan.

Palpasi

Tidak terdapat massa dan nyeri tekan.

Kesimpulan: Fungsi pendengaran baik

4.Pemeriksaan hidung

Inspeksi

• Tulang hidung nampak lurus.

Page 24: ASKEP OSTEOCHONDROMA

• Kulit hidung berwarna putih sama dengan warna sekitar. tidak ada

pembengkakan

• Lubang hidung simetris. tidak terdapat rabas (pengeluaran cairan dari

hidung).

• Septum hidung berada di tengah.

• tidak terjadi hipersekresi.

• tidak terdapat pembengkakan pada hidung bagian dalam.

• Patensi hidung kanan dan kiri baik

Palpasi

• tidak terdapat massa tekan dan nyeri tekan.

• tidak terdapat nyeri tekan pada sinus.

Kesimpulan: fungsi penciuman baik.

5.Pemeriksaan mulut dan faring

Inspeksi

• Klien tidak mengalami bibir sumbing

• Bibir berwarna merah

• Bibir pasien simetris kanan dan kiri.

• Bibir pasien nampak lembab

• tidak nampak adanya pembengkakan.

• tidak nampak lesi (luka),

• Tidak nampak ulkus (luka yang dalam)

• Gigi berjumlah 32 buah

• Posisi gigi beraturan

• Jarak gigi rapat satu sama lain.

• Warna gigi putih

• Gigi nampak bersih.tidak terdapat karang gigi.

• tidak nampak karies (gigi berlubang)

• tidak nampak lesi (luka) pada gusi.

• tidak nampak pembengkakan/tumor pada gusi.

• tidak terdapat halitosis (bau mulut).

• Mukosa mulut berwarna merah.Hidrasi (kelembaban) mulut baik

• tidak terdapat lesi pada mukosa mulut.

• tidak nampak kelainan pada mulut.

• tidak terdapat lesi pada lidah. Berwarna merah.tidak mengalami

radang.

• tidak mengalami peradangan.

Palpasi

• tidak terdapat pembengkakan/tumor pada pipi.

• tidak terdapat nyeri tekan pada pipi.

Page 25: ASKEP OSTEOCHONDROMA

• tidak terdapat massa tekan dan nyeri tekan pada dasar mulut.

• tidak terdapat massa tekan dan nyeri tekan pada lidah.

Kesimpulan: fungsi pengecapan baik.

6.Pemeriksaan leher

Inspeksi

• Leher pasien pendek dan ramping

• Warna kulit leher sawo matang

• tidak nampak pembengkakan.

• tidak nampak jaringan parut.

• tidak nampak massa/benjolan.

• tidak nampak kelenjar tiroid ketika pasien diinstruksikan menelan.

• tidak nampak pergerakan takik suprasternal ketika pasien inspirasi.

Palpasi

• tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe.

• tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid.

• Trakea berada di tengah-tengah leher.

Mobilitas leher

• Pasien dapat melakukan fleksi dengan sudut 45 secara aktif

• Pasien dapat melakukan dorsofleksi/hiperekstensi dengan sudut10

secara aktif

• Pasien dapat melakukan rotasi ke kanan dengan sudut180 secara aktif

• Pasien dapat melakukan rotasi ke kiri dengan sudut 180 secara aktif

• Pasien dapat melakukan lateral fleksi ke kiri dengan sudut 40-50

secara aktif

• Pasien dapat melakukan lateral fleksi ke kanan dengan sudut 40-50

secara aktif

7.Pemeriksaan dada dan paru

Inspeksi

• Sternum tidak menonjol.

• Klavikula dan costa nampak simetris kanan dan kiri.

• Vertebra tidak nampak mengalami lordosis/kifosis/skoliosis.

• Skapula nampak simetris kanan dan kiri.

• Diameter dada antero-posterior : lateral = 1:2

• tidak terdapat retraksi (tarikan/pergerakan) otot-otot interkostalis (otot

di sela-sela costa) selama bernapas

• tidak terdapat jaringan parut pada permukaan kulit dada.

• tidak terdapat kelainan pada permukaan kulit dada.

Page 26: ASKEP OSTEOCHONDROMA

Palpasi

Gerakan dada simetris kanan dan kiri. tidak terdapat massa tekan dan

nyeri tekan. Taktil fremitus sama kanan dan kiri.

Perkusi

Perkusi sama kanan dan kiri serta atas dan bawah.tidak terdapat nyeri

ketuk.

Auskultasi

Tidak terdengar bunyi napas tambahan (normalnya hanya terdengar

bunyi tarikan dan hembusan napas tanpa disertai bunyi tambahan).

Kesimpulan: fungsi pernapasan baik

8.Pemeriksaan jantung

Inspeksi tidak nampak pulsasi jantung.

Palpasi

• tidak teraba titik denyut maksimal (Point of Maximal Impuls/PMI).

• tidak teraba massa tekan dan nyeri tekan.

Perkusi

• Batas jantung kiri berada+3 cm dari sternum.

• Batas jantung kanan berada +3 cm dari sternum.

• Batas atas jantung berada pada costa/ICS

• Batas bawah jantung berada pada costa/ICS

Auskultasi

• Hitung frekuensi denyut jantung selama 1 menit, yaitu setelah kedua

bunyi jantung terdengar jelas seperti ”lub dub”, hitung setiap

kombinasi S1 dan S2 sebagai satu denyut jantung.

• tidak terdapat bunyi jantung S3 dan S4 (bunyi jantung abnormal).

Kesimpulan: fungsi jantung baik

9.Pemeriksaan payudara dan ketiak tidak lakukan pengkajian

10.Pemeriksaan abdomen

Inspeksi

• Permukaan abdomen nampak cembung

• Kulit perut berwarna sama dengan sekitarnya.

• Abdomen simetris kanan dan kiri.

• Tidak nampak pertumbuhan rambut pada linea mediana tubuh

• Tidak nampak retraksi (kulit nampak tertarik ke dalam) pada

permukaan abdomen.

• Tidak nampak penonjolan pada permukaan abdomen.

Page 27: ASKEP OSTEOCHONDROMA

• tidak Nampak jaringan parut (bekas luka operasi) pada

permukabdomen.

• Tidak nampak stretch mark (regangan kulit akibat abdomen yang

membesar) pada permukaan abdomen.

• Terdapat inflamasi pada permukaan abdomen

• Umbilikus tidak menonjol.

• Pergerakan abdomen seirama dengan gerakan pernapasan.

Auskultasi

• Bunyi peristaltic ( + )

• Durasi bunyi peristaltik terdengar.

Perkusi

• Tidak terdapat perkusi pekak di atas kandung kemih.

• Tidak terdapat nyeri ketuk pada abdomen

Palpasi

• Tidak teraba hepar.

• Batas atas hepar tidak teraba.

• Batas bawah hepar tidak teraba.

• Batas kiri hepar tidak teraba.

• Batas kanan hepar tidak teraba.

• Tidak teraba lien.

• Batas atas lien tidak teraba.

• Batas bawah lien tidak teraba.

• Batas kiriklien tidak teraba.

• Batas kanan lien tidak teraba.

• Tidak teraba ren kanan dan kiri.

• Batas atas ren kanan tidak teraba.

• Batas atas ren kiri tidak teraba.

• Batas bawah ren kanan tidak teraba.

• Batas bawah ren kiri tidak teraba.

• Batas kiri ren kiri tidak teraba.

• Batas kiri ren kanan tidak teraba.

• Batas kanan ren kiri tidak teraba.

• Batas kanan ren kanan tidak teraba.

• Tidak terdapat massa/benjolan.

• Tidak Terdapat nyeri tekan.

• Tidak terdapat nyeri lepas.

• Tidak terdapat penegangan abnormal.

• Tidak teraba distensi kandung kemih

Page 28: ASKEP OSTEOCHONDROMA

• Tidak terdapat asites.

Kesimpulan: fungsi pencernaan baik

11.Pemeriksaan genitalia Tidak Di lakukan pengkajian karna klien Tidak

setuju

12.Pemeriksaan rektum dan anus Tidak Di lakukan pengkajian karna pasien

tidak setuju

13. Status neurologis.

GCS: 15 (E=4, M=6, V=5)= composmentis.

14. Pemeriksaan ekstremitasInspeksi

• Terpasang IVFD pada ekstermitas atas (sinistra)

• Mobilisasi ekstremitas bawah (sinistra) tidak baik

• tidak terdapat atrophy.

• Warna kulit sama dengan warna sekitarnya.

• tidak terdapat pigmentasi kulit (area kulit yang lebih gelap dari

sekitarnya).

• terdapat /traksi/balutan pada femur

• Warna kulit di sekitarnya sama rata

• Tidak terdapat lesi di sekitarnya

• Tidak terdapat edema di sekitarnya

• Kuku:

• Warna kuku sama dengan kuku yang lain

• Warna dasar kuku putih

• Tekstur kuku kasar

• Kuku tipis

• Sudut antara kuku dan bantalan kuku ≤ 180 0/ . tidak terjadi

clubbing finger.

• Telapak tangan berwarna kemerah-merahan

• Tidak terdapat luka dekubitus.

Palpasi

• Kulit lembab

• Akral teraba hangat, sama dengan akral pada bagian tubuh yang

simetris.

• Tekstur kulit kasar

• Turgor kulit baik

• CRT = 3 detik

• Nadi perifer teraba kuat dengan frekuensi teratur

Page 29: ASKEP OSTEOCHONDROMA

• Tidak terdapat pitting edema

• Tidak terdapat nyeri tekan.

• Tidak Terdapat baal (mati rasa) pada ekstermitas bawah (sinistra0

Kesimpulan: fungsi perabaan (taktil) baik. Fungsi pergerakan kurang

baik.

15. Pemeriksaan penunjang a. CT Scanb. MRIc. Biopsi d. Laboratorium darah (tanggal pemeriksaan) : 20 September 2012

LABORATORIUM HASIL NORMAL SATUAN

WBC 5,8 4,8-10,8 10 /mmHGB 14,0 14,0-18,0 gr/dlPLT 160 150-450 10 /mm

16. Terapi medis1. injeksi

a. IVFD RL 20 tpm.b. Ranitidine 1 amp/8 jam/IV.c. Ketorolac 1 amp/8 jam/IV.d. cefotaxime 1 amp/12 jam/IV

2. Obat orala. Amoxilin 3x1b. Asam Mefanamat 3x1c. Diet bebasd. Minum 2 liter/hari

17. Kesan perawat terhadap pasien

Pasien kooperatif dan mampu bekerja sama dengan perawat dalam

pengkajian, perawatan dan pengobatan.

Page 30: ASKEP OSTEOCHONDROMA

KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

-Klien mengatakan nyeri pada daerah Bekas operasi

- Klien mengatakan nyeri meningkat saat beraktivitas

- Klien mengatakan susah tidur

- Klien mengatakan cemas dan takut dengan penyakitnya

- klien mengatakan kapan penyakitnya sembuh

-

-Ekspresi wajah klien tampak meringis

-Klien tampak nyeri

-klien serin terbangun dari tidurnya

- Ekspresi wajah klien Nampak cemas dan takut

- Klien Nampak selalu bertanya- tanya tengtang penyakitnya

TTV: TD : 110/70 mmhg N : 74 x/menit P : 20x/menit S : 36 ‘C

Page 31: ASKEP OSTEOCHONDROMA

ANALISA DATA

NO DATA PENYEBABMASALAH

KEPERAWATAN

1

.

2.

DS:

- Klien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi

- Klien mengatakan

nyeri mening-kat

saat beraktivitas.

DO:

- Ekspresi wajah klien tampak meringis

DS :

- Klien

mengatakan

susah tidur.

DO :

klien serin terbangun

Tindakan pembedahan

Terputusnya kontunitas jaringan

Pelepasan mediator kimia

(k+,bradikinin,serotonin,prostaglandin, histamin )

Meransang nosiseptor

Thalamus

Cortex cerebri

Nyeri di persepsikan

Anoreksia, mual

Meransang saraf simpatis

Mengaktifkan RAS / SAR

REM menurun

Nyeri

Gangguan pola tidur

Nyeri

Page 32: ASKEP OSTEOCHONDROMA

3.

4.

dari tidurnya

DS :

- Klien mengatakan cemas dan takut dengan penyakitnya

DO :

- Ekspresi wajah klien Nampak cemas dan takut

DS :

klien mengatakan kapan penyakitnya sembuh

DO :

Klien Nampak selalu bertanya- tanya tengtang penyakitnya

Risiko infeksi

Stressor meningkat

Mekanisme koping tidak efektif

Perubahan status kesehatan

Hospitalisasi

Kurang terpajan informasi

Ansietas

kurang pengetahuan

Gangguan pola tidur

Ansietas

Kurang pengetahuan

Page 33: ASKEP OSTEOCHONDROMA

INTERVENSI KEPERAWATAN

NODIAGNOSA

KEPERAWATAN

PERENCANAAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Nyeri berhubungan

dengan : spasme otot

DS :

- Klien mengatakan nyeri

pada daerah bekas operasi

- Klien mengatakan nyeri

meningkat saat

beraktivitas.

DO :

- Ekspresi wajah nampak

meringis

,

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan tidak

terjadi nyeri

-

1.Kaji status nyeri

( lokasi,frekuensi,

durasi,dan

intensitas nyeri )

2. Ajarkan teknik

Manajemen Stress

seperti teknik

relaksasi napas

dalam, visualisasi,

dan bimbingan

imajinasi.

3.Ciptakan

lingkungan yang

nyaman, dengan

membatasi jumlah

pengunjung.

4.Kolaborasi dalam

pemberian obat

analgesik sesuai

kebutuhan indikasi

1. memberikan data dasar

untuk menentukan dan

mengevaluasi intervensi

yang diberikan.

2. meningkatkan relaksasi

yang dapat menurunkan

rasa nyeri klien

3. Memberikan ketenangan

kepada klien sehingga

dapat meningkatkan

relaksasi klien.

4.Analgetik dapat

mengurangi dan memblok

lintasan nyeri dan spasme

otot

Page 34: ASKEP OSTEOCHONDROMA

NODIAGNOSA

KEPERAWATAN

PERENCANAAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1.

- .

Page 35: ASKEP OSTEOCHONDROMA

NODIAGNOSA

KEPERAWATAN

PERENCANAAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

IMPLEMENTASI/EVALUASI

TGL

NO.

DX

JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

25-09-2012 1. 1. Mengkaji tingkat nyeri, intensitas

dan lokasi

Hasil : Tingkat nyeri ringan, inten-

sitas 5 , lokasi/penyebaran daerah

suprapubik, sifat keluhan hilang

timbul dan menusuk.

2. Menganjurkan penggunaan tekh-

nik relaksasi (menarik napas pan-

jang/dalam saat nyeri dirasakan)

dan tekhnik distraksi (pengalihan

perhatian dengan pijatan terapeu-

tik atau mengalihkan perhatian

S: Klien mengatakan

dapat mengontrol/

mengatasi nyeri yang

dirasakan.

O: Ekspresi wajah rileks

A: Masalah nyeri

sebagian teratasi.

P: Intervensi dipertahan-

kan :

2. Dorong penggunaan

Page 36: ASKEP OSTEOCHONDROMA

TGL

NO.

DX

JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

2.

pada objek lain seperti nonton TV,

membaca buku/koran.

Hasil : Klien bersedia melakukan

sesuai anjuran yang diberikan.

3. Meningkatkan pemasukan cairan

sampai 3000 ml setiap hari sesuai

toleransi.

Hasil : Intake 500 cc (2 gelas).

4. Mengukur TTV :

Hasil :

T : 150/80 mmHg

N : 84 x/menit

P : 20 x/menit

S : 36,90C

5. Penatalaksanaan pemberian obat

a-nalgetik sesuai the-rapi.

Hasil : ketorolak 1 Amp/12 jam

12. Mengkaji pola makan klien.

Hasil : Frekuensi makan 3 x sehari

pola makan nasi, lauk, pauk dan

buah.

13. Memberi makan dalam porsi

sedi-kit tapi sering.

Hasil : Klien dapat menghabiskan

makanan yang diberikan.

14. Menyajikan makanan dalam

keadaan hangat.

tehnik relaksasi dan

distraksi saat nyeri

timbul.

3. Ukur tanda – tanda

vital.

4. Penatalaksanaan

pemberian obat a-

nalgetik sesuai the-

rapi.

S: - Klien mengatakan

nafsu makan

kurang.

- Klien menghabis-kan makanan siang hanya ½ porsi.

O:- Klien menghabis-kan ½ porsi.

- Klien nampak tidak berselera.

- BB 65 kg.

A:Masalah nutrisi

Page 37: ASKEP OSTEOCHONDROMA

TGL

NO.

DX

JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

3.

Hasil : klien berselera makan ma-

makan yang disajikan.

15. Mengajurkan keluarga

membawa makanan yang disukai

klien.

Hasil : Keluarga menyetujui anju-

ran yang diberikan (1/2 porsi).

5.Menimbang BB tiap hari

Hasil : BB 65 kg

1. Mengkaji tanda-tanda infeksi.

Hasil : tidak ditemukan adanya

tanda-tanda infeksi.

2. Mempertahankan sterilitas cath.

Hasil : Membersihkan ujung dan

slang cath dengan kasa NaCl 0,9

% + bethadine.

3. Memberi HE tentang sterilitas.

Hasil : Menjelaskan bahwa steril

adalah keadaan bebas

mikroorganisme dan untuk

mempertahankannya dibutuhkan

kerjasama dengan pasien.

4. Penatalaksanaan pemberian

antibiotic

Hasil : Ciprofloxaxcin 500 mg 1

tab.

sebagian terata-si.

P: Intervensi

dilanjutkan:

2. Beri makan dalam

porsi sedikit tapi

sering.

3. Sajikan makanan dan-

lam keadaan hangat.

5.Timbang BB tiap hari

S: -

O: - Tidak nampak

adanya-tanda

tanda infeksi.

A: Risiko infeksi tidak

terjadi.

P: Lanjutkan intervensi:

2.Pertahankan

sterilitas catheter.

Page 38: ASKEP OSTEOCHONDROMA

TGL

NO.

DX

JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

26-09-2012

1. Menganjurkan penggunaan tekh-

nik relaksasi (menarik napas pan-

jang/dalam saat nyeri dirasakan)

dan tekhnik distraksi (pengalihan

perhatian dengan pijatan terapeu-tik

atau mengalihkan perhatian pada

objek lain seperti nonton TV,

membaca buku/koran.

Hasil : Klien bersedia melakukan

sesuai anjuran yang diberikan.

2. Mengukur TTV :

Hasil :

TD : 140/90 mmHg

N : 88 x/menit

P : 24 x/menit

S : 36,5 0C

3. Penatalaksanaan pemberian obat a-

nalgetik sesuai the-rapi.

Hasil : ketorolak 1 Amp/12 jam

1. Memberi makan dalam porsi sedi-

kit tapi sering.

Hasil : Klien dapat menghabiskan

S: Klien mengatakan

dapat mengontrol/

mengatasi nyeri yang

dirasakan.

O: Ekspresi wajah rileks

A: Masalah nyeri

sebagian teratasi.

P: Intervensi dipertahan-

kan :

1. Dorong

penggunaan tehnik

relaksasi dan

distraksi saat nyeri

timbul.

2. Ukur tanda – tanda

vital.

3. Penatalaksanaan

pemberian obat

analgetik sesuai

the-rapi.

S: - Klien mengatakan

nafsu makan

Page 39: ASKEP OSTEOCHONDROMA

TGL

NO.

DX

JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

27-09-2012

makanan yang diberikan.

2. Menyajikan makanan dalam

keadaan hangat.

Hasil : klien berselera makan ma-

makan yang disajikan.

3. Menimbang BB tiap hari

Hasil : BB 65 kg

1. Mempertahankan sterilitas cath.

Hasil : Membersihkan ujung dan

slang cath dengan kasa NaCl 0,9 %

+ bethadine.

1. Menganjurkan penggunaan tekh-

nik relaksasi (menarik napas pan-

jang/dalam saat nyeri dirasakan)

dan tekhnik distraksi (pengalihan

perhatian dengan pijatan terapeu-

tik atau mengalihkan perhatian

pada objek lain seperti nonton

TV, membaca buku/koran.

Hasil : Klien bersedia melakukan

sesuai anjuran yang diberikan.

membaik

- Klien menghabis-kan makanan siang hanya ½ porsi.

O:- Klien menghabis-kan ½ porsi.

- Klien nampak tidak berselera.

- BB 65 kg.

A: Masalah nutrisi

teratasi

P: Intervensi

dipertahankan

S: -

O: Tidak nampak

adanya-tanda tanda

infeksi.

A: Risiko infeksi tidak

terjadi.

P: Pertahankanintervensi

S: Klien mengatakan

dapat mengontrol/

mengatasi nyeri yang

dirasakan.

O: Ekspresi wajah rileks

A: Masalah nyeri

Page 40: ASKEP OSTEOCHONDROMA

TGL

NO.

DX

JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

2. Mengukur TTV :

Hasil :

TD : 140/80 mmHg

N : 80 x/menit

P : 20 x/menit

S : 36 0C

3. Penatalaksanaan pemberian obat

a-nalgetik sesuai the-rapi.

Hasil : ketorolak 1 Amp/12 jam

sebagian teratasi.

P: Intervensi dipertahan-

kan :

1. Dorong

penggunaan

tehnik relaksasi

dan distraksi saat

nyeri timbul.

2. Ukur tanda – tanda

vital.

3. Penatalaksanaan

pemberian obat

analgetik sesuai

the-rapi.

Page 41: ASKEP OSTEOCHONDROMA
Page 42: ASKEP OSTEOCHONDROMA

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk

pertumbuhan tulang yang tidak normal

Osteochondroma merupakan neoplasma tulang jinak yang paling

sering didapat, dimana tumor ini terdapat pada usia dewasa muda dengan

keluhan adanya benjolan yang keras dan tidak terasa sakit, tumbuh sangat

lambat.

Osteochondroma ditemukan pada bagian metafisis tulang panjang

terutama pada bagian distal femur, proksimal tibia dan proksimal humerus,

pelvis dan scapula.

Pada foto rontgen osteochondroma terdapat 2 bentuk yaitu: bertangkai

(pedunculated) dan mempunyai dasar yang lebar (Sessile).

Gambaran foto CT. Scan menunjukkan adanya tulang yang

bertangkai diluar pertumbuhan daerah metafisis. Bentuk lesi yang seragam,

kartilago dengan kalsifikasi. Corteks dan medulla dihubungkan oleh lesi.

Bila tumor memberikan keluhan karena menekan struktur didekatnya

seperti tendon, saraf, maka dilakukan eksisi. Prognosis baik. Komplikasi

degenerasi ganas (menjadi Kondrosarkoma) lebih kurang 1 %.

B. SARAN

1) Sebagai perawat disarankan untuk memberikan dukungan kepada pasien

untuk bertahan hidup

2) Menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap

kemungkinan buruk yang akan terjadi

Page 43: ASKEP OSTEOCHONDROMA

3) Menganjurkan pasien untuk mengikuti terapi dan pengobatan yang

dianjurkan.

PENYIMPANGAN KDM

Faktor pencetus

( Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi , keturunan , pajanan radiasi )

Pertumbuhan abnormal osteosit dan kondrosit

Drafisis tulang

Osteokandroma

Tindakan pembedahan

Tindakan pembedahan

Terputusnya kontinitas jaringan

Terdapat tempat masuknya

Pelepasan mediator kimia mikroorganisme

( k + , bradikinin , serotonin , prostaglandin )

Histamine

Merangsang nosiseptor

Risiko infeksi

Page 44: ASKEP OSTEOCHONDROMA

Perubahan status kesehatan

Thalamus

Hospitalisasi

Korteks cerebri

Kurang terpajang informasi

Nyeri dipresepsikan

Kekurangan informasi stessor meningkat

Mekanisme koping tidak

Efektif

Meransang saraf simpatis

Mengaktifkan RAS / SAR

( system aktifitas resukuler )

REM menurun

Gangguan pola tidur

Nyeri

Kurang pengetahuan

Ansietas

Page 45: ASKEP OSTEOCHONDROMA

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. (2001). Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. EGC :

Jakarta

Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku Saku Patofisiologi, EGC : Jakarta

Doenges, E, Marilyn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk

perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . EGC : Jakarta

Lukman dan Nurna Ningsih. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Salemba Medika :Palembang

Meyer WH; Malawer MM. (1998). Osteosarcoma : Clinical features and Evolving

Surgical and Chemotheraputic Strategies, Pediatr Clin North Am 38:317

Rasjad, Choiruddin. (2003). Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamimpatue.:

Makasar

Sjamjuhidayat & Wim de Jong. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC :

Jakarta

Smeltzer & Brenda G. bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III.

Edisi 8, EGC : Jakarta

Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, EGC : Jakarta

Page 46: ASKEP OSTEOCHONDROMA