Top Banner

of 23

Askep Morbus Hansen A3

Oct 30, 2015

Download

Documents

askep
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MORBUS HANSEN

Kelompok :1. Ayatullah Khumaini T2. Darwati3. Fravita D4. Mei Lia K5. Nur Fita

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANINSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG2012

KATA PENGANTARAssalamualaikum Wr. Wb.Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat, serta karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan morbus hansen ini tanpa ada halangan suatu apapun.Makalah ini kami susun dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai referensi bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai asuhan keperawatan pada pasien morbus hansen dan kita sebagai perawat dapat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan standart yang telah ditentukan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu, kami mengharap tegur sapa dan kritik yang membangun dari para pembaca guna perbaikan dan peningkatan untuk karya selanjutnya.Demikian kiranya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan pembaca pada khususnya.Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jombang , 10 Oktober 2012

Penyusun

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL .....................................................................................KATA PENGANTAR ...................................................................................DAFTAR ISI .................................................................................................BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ......................................................................................1.2 Rumusan Masalah .................................................................................1.3 Tujuan....................................................................................................1.4 Manfaat..................................................................................................BAB II PEMBAHASAN2.1 Definisi .................................................................................................2.2 Etiolagi ..................................................................................................2.3 Manifestasi klinis ..................................................................................2.4 Patofisiologi....... ...................................................................................2.5 WOC......................................................................................................2.6 Komplikasi............................................................................................2.7 Pemeriksaan penunjang.........................................................................2.8 Penatalaksaan Medis ............................................................................2.9 Terapi ...................................................................................................BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MORBUS HANSEN3.1 Pengkajian ............................................................................................3.2 Diagnosa keperawatan .........................................................................3.3 Intervensi .............................................................................................BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan ..............................................................................................DARTAR PUSTAKA ...............................................................................

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGKesehatan merupakan milik yang sangat berharga bagi seseorang, tanpa kesehatan berarti segala aktivitas seseorang terhambat, oleh karena kondisi tubuh terganggu. Menyadari hal ini maka setiap orang dituntut untuk dapat memiliki daya tahan tubuh yang kuat sehingga tidak akan mudah diserang oleh berbagai macam penyakit menular, dalam hal ini dapat mempengaruhi social seseorang dalam hidupnya.Permasalahan penyakit Morbus Hansen ini bila dikaji secara mendalam merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan merupakan permasalahan kemanusiaan seutuhnya. Masalah yang dihadapi pada penderita bukan hanya dari medis saja tetapi juga adanya masalah psikososial sebagai akibat penyakitnya. Dalam keadaan ini warga masyarakat berupaya menghindari penderita. Sebagai akibat dari masalah-masalah tersebut akan mempunyai efek atau pengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara, karena masalah-masalah tersebut dapat mengakibatkan penderita morbus hansen menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya dan ada kemungkinan mengarah untuk melakukan kejahatan atau gangguan di lingkungan masyarakat.1.2 Rumusan Masalah1) Apakah yang menyebabkan penyakit morbus hansen ?2) Bagaimana gejala dan pengobatan penyakit morbus hansen?3) Bagaimana asuhan keperwatan penyakit morbus hansen ?1.2 Tujuana. Tujuan Umum:Untuk memperoleh gambaran langsung tentang Asuhan Keperawatan pada klien dengna Morbus Hannsen.b. Tujuan Khusus:Untuk mengethaui gambaran tentang Pengkajian keperawatan pada klien dengan Morbus Hansen. Diagnosa Keperawatan dengan Morbus Hansen. Mengetahui rencana keperawatan pada klien dengan Morbus Hannsen.

1.3 ManfaatManfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:1) Mendapatkan pengetahuan tentang definisi morbus hansen2) Mendapatkan pemahaman tentang penyebab penyakit morbus hansen3) Mendapatkan pemahaman tentang gejala dan pengobatan penyakit morbus hansen.4) Mendapatkan pemahaman tentang Asuhan keperawatan morbus hansen

BAB IIPEMBAHASAN2.1 DEFINISIMorbus Hansen adalah penyakit infeksi yang kronis, disebabkan oleh Mikrobakterium leprae yang obligat intra seluler yang menyerang syaraf perifer, kulit, mukosa traktus respiratorik bagian Atas kemudian menyerang organ-organ kecuali susunan syaraf pusat.penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. (Depkes RI, 1998) 2.2 ETIOLOGIMyobacterium leprae merupakan penyebab dari penyakit ini. Merupakan satu famili dengan M. tuberculosis penyebab TBC. Memiliki sifat obligat intraseluler dan tahan asam, pada beberapa jenis telah mengalami perubahan dari sifat akibat perubahan gen yang menyebabkan bakteri dapat bertahan di lingkungan selama beberapa bulan. Pada penderita yang tidak dilakukan terapi dengan baik akan terjadi peningkatan angka bakteri di kulit (MI), dan ketebalan bakteri di kulit (BI) hingga 6 kali lipat dibandingkan dengan terapi efektif. Bakteri lepra merupakan salah satu bakteri yang hanya tumbuh dan berkembang pada manusia saja. Walaupun demikian bakteri ini masih belum dapat di biakan karena sulitnya mencari media yang cocok, media yang paling baik sampai saat ini adalah telapak kaki tikus. Bakteri lepra akan berkembang biak dengan baik pada jaringan yang lembab (kulit, saraf perifer, ruang depan mata, saluran nafas bagian atas, dan testis).2.3 MANIFESTASI KLINISMenurut WHO (1995) diagnosa kusta ditegakkan bila terdapat satu dari tanda kardinal berikut:a. Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitasLesi kulit dapat tunggal atau multipel biasanya hipopigmentasi tetapi kadang-kadang lesi kemerahan atau berwarna tembaga biasanya berupa: makula, papul, nodul. Kehilangan sensibilitas pada lesi kulit merupakan gambaran khas.Kerusakan saraf terutama saraf tepi, bermanifestasi sebagai kehilangan sensibilitas kulit dan kelemahan otot.b.BTA positifPada beberapa kasus ditemukan BTA dikerokan jaringan kulit.c. Penebalan saraf tepi, nyeri tekan, parastesi.

2.4 PATOGENESIS Meskipun cara masuk M. leprae ke dalam tubuh masih belum diketahui dengan pasti, beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa yang tersering ialah melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh yang bersuhu dingin dan melalui mukosa nasal. Pengaruh, M leprae terhadap kulit bergantung pada faktor imunitas seseorang, kemampuan hidup M. leprae pada, suhu tubuh yang rendah, waktu regenerasi yang lama, serta sifat kuman yang avirulens dan nontoksis.M. leprae merupakan parasit obligat intraselular yang terutama terdapat pada sel makrofag di sekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atau sel Schwann di jaringan saraf. Bila kuman M. leprae masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan bereaksi mengeluarkan makrofag (berasal dari sel monosit darah, sel mononuklear, histiosit) untuk memfagositnya.Pada kusta tipe LL terjadi kelumpuhan sistem-imunitas, dengan demikian makrofag tidak mampu menghancurkan kuman sehingga kuman dapat bermultiplikasi dengan bebas, yang kemudian dapat merusak jaringan.Pada kusta tipe TT kemarnpuan fungsi sistem imunitas selulartinggi, sehingga makrofag sanggup menghancurkan kuman.. Sayangnya setelah sernua kuman di fagositosis, makrofag akan berubah menjadi sel epiteloid yang tidak bergerak aktif dan kadang-kadang bersatu membentuk sel datia Langhans. Bila infeksi ini tidak segera diatasi akan terjadi reaksi berlebinan dan masa epiteloid akan menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan di sekitarnya.Sel Schwann merupakan sel target untuk pertumbuhan M. leprae, di samping itu sel Schwann berfungsi sebagai demielinisasi dan hanya sedikit fungsinya sebagai fagositosis. Jadi, bila terjadi gangguan imunitas tubuh dalam sel Schwann, kuman dapat bermigrasi dan beraktivasi. Akibatnya aktivitas regenerasi saraf berkurang dan terjadi kerusakan saraf yang progresif.

2.5 PATOFISIOLOGISetelah mikobakterium leprae masuk kedalam tubuh, perkembangan penyakit kustabergantung pada kerentanan seseorang. Respon setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem imunitas seluler (celuler midialet immune) pasien. Kalau sistem imunitas seluler tinggi, penyakit berkembang kearah tuberkoloid dan bila rendah berkembang kearah lepromatosa. Mikobakterium leprae berpredileksi didaerah-daerah yang relatif dingin, yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit.Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi karena imun pada tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebanding dengan tingkat reaksi seluler dari pada intensitas infeksi oleh karena itu penyakit kusta disebut penyakit imonologik.

2.6 KLASIFIKASIa. Kusta bentuk kering (tipe tuberkuloid)Merupakan bentuk yang tidak menular. Kelainan kulit berupa bercak keputihansebesar uang logam atau lebih, jumlahnya biasanya hanya beberapa, sering di pipi,punggung, pantat, paha atau lengan. Bercak tampak kering, perasaan kulit hilangsama sekali, kadang-kadang tepinya meninggi.Pada tipe ini lebih sering didapatkan kelainan urat saraf tepi, sering terjadi gejala kulit tak begitu menonjoltetapi gangguan saraf lebh jelas. Komplikasi saraf serta kecacatan relative lebih sering terjadi sering terjadi dan timbul lebih awal dari bentuk basah.Pemeriksaan bakteriologis sering kali negative, berarti tidak ditemukan adanya kuman penyebab. Bentuk ini merupakan yang paling banyak yang ditemukan di Indonesia dan terjadi pda orang yang daya tahan tubuhnya terhadap kuman kusta cukup tinggi.

b. Kusta bentuk basah (tipe lepromatosa)Merupakan bentuk menular karena banyak kuman dapat ditemukan baik diselaput lendir hidung, kulit maupun organ tubuh lain.Jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kusta bentuk kering dan terjadi padaorang yang daya tahan tubuhnya rendah dalam menghadapi kuman kusta.Kelainan kulit bisa berupa bercakkamarahan, bisa kecil-kecil dan tersebardiseluruh badan ataupun sebagai penebalankulit yang luas (infiltrat)yang tampak mengkilap dan berminyak. Bila juga sebagaibenjolan-benjolan merah sebesar bijijagung yang sebesar di badan, muka dan dauntelinga.Sering disertai rontoknya alis mata, menebalnya cuping telinga dan kadang-kadang terjadi hidung pelana karena rusaknya tulangrawan hidung.Kecacatan padabentuk ini umumnya terjadi pada fase lanjut dari perjalanan penyakit.Pada bentukyang parah bisa terjadi muka singa (facies leonina).Diantara kedua bentuk klinis ini, didapatkan bentuk pertengahan atau perbatasan(tipe borderline) yang gejala-gejalanya merupakan peralihan antara keduanya. Bentukini dalampengobatannya dimasukkan jenis kusta basah.

2.7 Infeksi Myobakterium lepraeWOC

Morbus hansen

Saraf tepimotorikkulit

Bercak hipopigmentasi / kemerahan

sensorikTerjadi lukaMK: resiko cideraotonom

Penebalan sarafGg kelenjar keringat dan minyakN fasialisN tibia posteriorN ulnaris & N medianusPenebalan dan anestesi

anastesiaParalisis jari tanganlegoptalmus

Kulit kering dan bersisikParalisis jari kakiKemampuan berkedip