Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dewasa ini banyak janin yang lahir dengan kelainan berbagai organ. Kela kelaian terseb!t dibawa sejak lahir ata! yang biasa diseb!t dengan kelainan k kelaianan terseb!t disebabkan oleh berbagai #a$a# %a$tor salah sat!nya ialah karena gag &e#bent!kan organ &ada %ase e#briologi. Hal ini di&i$! oleh gaya hid!& #engand!ng janin terseb!t. 'alah sat! kas!s yang terjadi karena tidakse#&!rnanya &e#bent!kan organ ialah #eningokel. (eningokel adalah bent!k s&ina bi%ida #er!&akan &enyakit kongenital dan kelainan e#briologis yang diseb!t Ne!ral )N*D+. Adanya de%ek ata! $elah&ada tab!ng ne!ral $ender!ng#enyebabkan kelainan &enonjolan isi krani!# #elal!i $elah terseb!t" &enonjolan &ada #eningokel #eningens dan $airan lik!or. ,a$at tab!ng syara% #er!&akan salah sat! kelainan janin yang kera& terjadi. ( data di A#erika 'erikat" setia& tah!nya sekitar -. keha#ilan beresiko #enderita N j!#lah ini" terda&at /.0 bayi dengan N*D. Data yang lain #enyeb!tkan" 1 janin d keha#ilan #enderita N*D.Angka anak yang #enderita s&ina bi%ida jenis ked!a ini ja!h sedikit" kirakira hanya 1 di antara / bayi yang dilahirkan dengan s&ina bi%ida. seorang wanita #e#&!nyai sat!anak de#ikian" ke#!ngkinan #enda&atkanlainnya naik #enjadi 1 di dala# / anak. (eningokel terjadi karena jaringan otak dan 2 sela&!t otak #engala#i herniasi terseb!t terjadi karena adanya kegagalan &en!t!&an ) de%ek + &ada tab!ng ne!ral e#briologis terjadi akibat gangg!an &roses ne!r!lasi" yait! teta& #elekatnya ektode dengan ektoder# ne!ral sehingga #igrasi selsel #esoder# &e#bent!k t!lang ke te#&at terha#bat dengan akibat di area it! tidak terbent!k t!lang )teori nonse&arasi dari Kegagalan &en!t!&an &en!t!&an &ada tab!ng ne!ral ini da&at di&i$! oleh k!rangnya as &ada ib! yang sedang ha#il.
27

Askep meningokele

Oct 08, 2015

Download

Documents

Sabdi Mustapha

askep
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dewasa ini banyak janin yang lahir dengan kelainan berbagai organ. Kelainan-kelaian tersebut dibawa sejak lahir atau yang biasa disebut dengan kelainan konginetal, kelaianan tersebut disebabkan oleh berbagai macam factor salah satunya ialah karena gagalnya pembentukan organ pada fase embriologi. Hal ini dipicu oleh gaya hidup ibu yang sedang mengandung janin tersebut. Salah satu kasus yang terjadi karena tidak sempurnanya pembentukan organ ialah meningokel. Meningokel adalah bentuk spina bifida kistika yang merupakan penyakit kongenital dan kelainan embriologis yang disebut Neural tube defect (NTD). Adanya defek atau celah pada tabung neural cenderung menyebabkan kelainan penonjolan isi kranium melalui celah tersebut, penonjolan pada meningokel adalah berupa meningens dan cairan likuor. Cacat tabung syaraf merupakan salah satu kelainan janin yang kerap terjadi. Menurut data di Amerika Serikat, setiap tahunya sekitar 4.000 kehamilan beresiko menderita NTD. Dari jumlah ini, terdapat 2.500 bayi dengan NTD. Data yang lain menyebutkan, 1-3 janin dari 1.000 kehamilan menderita NTD.Angka anak yang menderita spina bifida jenis kedua ini jauh lebih sedikit, kira-kira hanya 1 di antara 200 bayi yang dilahirkan dengan spina bifida. Namun bila seorang wanita mempunyai satu anak demikian, kemungkinan mendapatkan lainnya naik menjadi 1 di dalam 20 anak.

Meningokel terjadi karena jaringan otak dan / selaput otak mengalami herniasi. Hal tersebut terjadi karena adanya kegagalan penutupan ( defek ) pada tabung neural yang secara embriologis terjadi akibat gangguan proses neurulasi, yaitu tetap melekatnya ektoderm epidermis dengan ektoderm neural sehingga migrasi sel-sel mesoderm pembentuk tulang ke tempat tersebut terhambat dengan akibat di area itu tidak terbentuk tulang (teori non-separasi dari Sternberg). Kegagalan penutupan penutupan pada tabung neural ini dapat dipicu oleh kurangnya asam folat pada ibu yang sedang hamil.

Untuk pencegahan semakin banyaknya resiko meningokel atau kelainan congenital lain pada janin yang baru lahir, sebagai seorang perawat dituntut untuk memberikan informasi kepada ibu-ibu hamil agar menjaga keseimbangan nutrisi, baik untuk dirinya sendiri, maupun untuk janin yang dikandungnya. Dengan adanya upaya pencegahan ini diharapkan bisa mencegah kelainan pada janin yang masih dalam dalam tahap perkembangan. 1.2 Rumusan MasalahBagaiamanakah konsep meningokel dan pendekatan asuhan keperawatanya ? 1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui konsep meningokel dan pendekatan asuhan keperawatanya.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Menguraikan definisi meningokel.

b. Menguraiakan patofisiologi meningokel.

c. Menguraiakan pemeriksaan penunjang pada meningokel

d. Menguraiakan manifestasi klinis pada meningokel

e. Menguraiakan pendekatan asuhan keperawatan meningokel.

1.4 Manfaat

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:

1.4.1 Mendapatkan pengetahuan tentang meningokel.1.4.2 Mendapatkan pengetahuan tentang pendekatan asuhan keperawatan meningokel.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Meningokel merupakan penyakit kongenital dan kelainan embriologis yang disebut Neural tube defect (NTD). Adanya defek atau celah pada tabung neural cenderung menyebabkan kelainan penonjolan isi kranium melalui celah tersebut, penonjolan pada meningokel adalah berupa meningens dan cairan likuor.

Meningokel merupakan bentuk spina bifida kistika. Anak dengan spina bifida kistika memiliki celah (cacat) yang lebih luas di dalam tulang belakangnya dan melibatkan sumsum tulang belakang. Bentuk meningokel hanya selaput sumsum tulang belakang yang menonjol melalui celah dan membentuk kantung yang berisi cairan. Dalam hal ini celah biasanya ditutupi kulit, sumsum tulang belakang berada dalam kedudukan teratur dan saraf-saraf di dalamnya bekerja normal. Kondisi seperti ini sering berhubungan dengan gangguan saluran cairan serebrospinal yang akhirnya akan menimbulkan hydrocephalus. Tingkat penurunan saraf secara langsung berhubungan dengan seberapa besar dan luasnya kerusakan sumsum tulang belakang. Seandainya hanya dasar dari sumsum tulang belakang terlibat, maka hanya terjadi gangguan pada perut dan kandung kemih, sedangakan jika kerusakannya luas ( sebagian besar ) dapat menyebabkan gangguan pada perut dan kandung kemih dengan disertai kelumpuhan total pada kaki. Berbeda dengan myelomeningokel, pada meningokel sumsum tulang belakang masih dalam perlindungan tulang, masih ada kantong di punggung, tetapi persarafanya tidak ada. Persarafan tetap dilindungi maka dari itu kerusakanya tidak seburuk myelomeningokel.2.2 EtiologiMeningokel merupakan defek tabung neural. Menurut beberapa pusat penelitian terdapat beberapa kemungkinan yang menjadi faktor penyebab terjadinya defek tabung neural, antara lain:

1) Latar belakang etnik seperti di Irlandia angka kejadianya 0.85 sedangkan di Jepang hanya 0.08.

2) Infeksi infeksi seperti toksoplasmosis, riketsia, influenza, dan sebagainya.

3) Toksin.

4) Kelainan metabolik ; gangguan keseimbangan hormon, diabetes, defisiensi vitamin, mineral, dan sebagainya.

5) Abrasi kromosom : translokasi 13-15

6) Obat-obatan : golongan aminopterin, analgesic, klomifen.7) Multiparitas.

8) Kegagalan tindakan abortus.

9) Usia ibu

10) Urutan kehamilan.

11) Jenis kelamin.

12) Predisposisi genetik. ( editor, L.Djoko Listiono )

Menurut Mochammad Istiadjid Eddy Santoso tahun 2007 dalam penelitianya menyebutkan bahwa meningokel disebabkan oleh banyak faktor dan melibatkan banyak gen (multifaktoral dan poligenik). Banyak sekali penelitian yang mengungkap bahwa sekitar tujuh puluh persen kasus NTD dapat dicegah dengan suplementasi asam folat sehingga defisiensi asam folat dianggap sebagai salah satu faktor penting dalam teratogenesis meningokel. Basis molekul defisiensi asam folat adalah kurang adekuatnya enzim-enzim yang mentransfer gugus karbon dalam proses metilasi protein dalam sel, balk dalam nukleus maupun mitokhondria, sehingga terjadi gangguan biosintesis DNA dan RNA. serta kenaikan kadar homosistein.

Defek tulang pada meningokel secara embriologis terjadi akibat gangguan proses neurulasi, yaitu tetap melekatnya ektoderm epidermis dengan ektoderm neural sehingga migrasi sel-sel mesoderm pembentuk tulang ke tempat tersebut terhambat dengan akibat di area itu tidak terbentuk tulang (teori non-separasi dari Sternberg).2.3 Klasifikasi

Meningokel dapat timbul di beberapa tempat, antara lain:2.3.1 Di kepala (encephalokel)

Berdasarkan letaknya, encephalokel dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1) Basal encephalokel

Terjadi pada bagian bawah atau dasar tengkorak, meliputi:

a. Sphenopharingeal

Terjadi pada titik pertemuan antara tulang sphenoid dan epipharynx. Sulit untuk diidentifikasi karena tampak seperti massa pada langit-langit rongga mulut (palatum).

b. Intranasal

Terjadi karena adanya celah pada cribriform plate dan dapat meluas hingga cavum nasal. Jika terjadi deviasi pada septum nasi dan memiliki riwayat penyakit kongesti nasal unilateral yang kronis (hipertelorisme), encephalokel intranasal dapat diatasi dengan pembedahan craniofacial.

c. Sphenoorbital

Terjadi di fisura orbital superior hingga ke cavum orbital. Kasus ini jarang ditemukan.d. Sphenomaxilaris

Terjadi di fisura orbital inferior masuk ke fosa pterygopalatine. Sama seperti sphenoorbital, jenis ini juga jarang ditemukan.

2) Sincipital encephalokel

Terletak di nasofrontal antara fontal dan tulang nasal (glabella) atau frontoethmoidal, jika meluas sampai ke frontal, nasal, dan os. Ethmoidal yang akan mempengaruhi pertumbuhan tengkorak sedemikian rupa, sehingga jarak antara orbita melebar (hipertelorisme). Encephalokel sinsipital harus dibedakan dengan setiap benjolan pada pangkal hidung atau sisi medial orbita, seperti kista aterom, kista dermoid, lipoma atau kista lakrimal.3) Convexity encephalokel

Terjadi di garistengah dan berhubungan dengan adanya celah di tengkorak. Lesi superior berisi struktur supratentorial, sedangkan lesi inferior berisi cerebellum dan batang otak. Jenis ini juga dapat mencapai daerah oksipital. Bila ini terjadi, maka tidak menutup kemungkinan juga akan diikuti hidrosefalus dan gangguan fungsi sereberal. Pada defek yang besar, sebagian hernia jaringan otak tersebut masih berfungsi, tetapi jarang sekali. Maningo-encephalokel kecil di daerah oksipital harus dibedakan dengan tumor kulit atau subkutan yang terletak di garis tengah seperti kista aterom atau kista dermoid.4) Atretic encephalokelLesi atretic sulit didiagnosis. Biasanya bisa timbul malformasi kista di garis tengah parietal. Juga berhubungan dengan kelainan perkembangan lainnya, tipe nodular terjadi pada garis tengah oksipital dan biasanya tidak berhubungan dengan kelainan CNS.2.3.2 Di spinal

Lokasi terbanyak ada di daerah torako-lumbal dan frekuensinya makin berkurang kearah distal. Meningokel ini juga dapat menonjol ke anterior ke dalam kavum pelvis, abdomen, atau toraks. Ditandai dengan adanya benjolan di garis tengah sepanjang spinal. Kelainan ini sering disertai dengan scoliosis, deformitas pelvis dan ekstremitas bawah dan pada umumnya dapat menyebabkan mielomeningokel.2.4 Patofisiologi

Secara fungsional minggu ke empat dari neurulasi proses penutupan sumsum tulang belakang dan otak fetus normal. Namun, harus dicatat bahwa sel-sel kristaneuralis yang berasal dari neuroektoderm membentuk rangka wajah dan kebanyakan tulang tengkorak. Sel-sel ini juga merupakan populasi yang mudah cedera karena mereka meninggalkan neuroektoderm dan sering menjadi sasaran teratogen (gangguan pertumbuhan janin dan menimbulkan malformasi yang disebabkan oleh berbagai sebab tertentu). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan kalau kelainan tengkorak-wajah merupakan cacat bawaan yang sering terjadi. Anak-anak yang menderita cacat yang relative kecil di tengkorak sehingga jaringan otak dan atau selaput otak mengalami herniasi (meningokel). Medulla spinalis biasanya normal meskipun mungkin tertambat ada seringomingelia, atau diastematomielia. Masa linea mediana yang berfluktuasi yang dapat bertransiluminasi terjadi sepanajang kolumna vertebralis, biasanya berada pada punggung bawah. Sebagian besar meningokel tertutup dengan baik dengan kulit yang tidak mengancam penderita. Pada kasus-kasus seperti ini, luasnya cacat syaraf tergantung pada banyaknya kerusakan jaringan otak. Meskipun penyakit ini terjadi pada gagalnya proses neurolasi di awal pembentukan sumsum tulang belakang atau adanya robekan setelah proses neurolasi telah sempurna, meningokel dapat terjadi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mochammad Istiadjid Eddy Santoso tahun 2007, defek tulang pada meningokel secara embriologis terjadi akibat defesiensi asam folat yang dapat memperlambat pembelahan stem sel ( sel-sel jaringan utama ) karena tetap melekatnya ektoderm epidermis dengan ektoderm neural sehingga migrasi sel-sel mesoderm pembentuk tulang ke tempat tersebut terhambat. Hal ini akan menyebabkan stem sel untuk membentuk jaringan otak berkurang dan akan terjadi gangguan proses neurolasi, yaitu dengan akibat di area itu tidak terbentuk tulang. Akhirnya timbul celah diantara tulang dan cairan likuor dan lapisan meningen keluar yang menyebabkan timbulnya tonjolan / benjolan (meningokel). 2.5 Pemeriksaan Diagnostik

Kelainan defek tabung neural perlu dideferensiasi dengan tumor jaringan kulit ekstrakranial dan nasal glioma.

Pemeriksaan penunjang diagnostik yang kerap dilakukan adalah pemeriksaan foto polos kepala untuk mencari defek pada tengkorak, di mana kadang juga di perlukan pemotretan posisi tertentu. Selain itu pemeriksaan ini juga ditujukan untuk mendeteksi keadaan patologis yang menyertai lainya seperti tekanan tinggi intrakranial, disproporsi kraniofasial, dan sebagainya.

Pemeriksaan penunjang lainya adalah transiluminasi denagan penyorotan lampu yang kuat pada tonjolan tersebut ( di dalam ruangan gelap ) diharapkan akan menampakkan bayang-bayang isi kelainan defek tabung neural, meningokel.

Pemeriksaan USG adalah salah satu alternatif untuk mendeteksi dan isi defek tabung neural, yakni untuk menentukan apakah hanya meningens dan likuor saja ( meningokel ) atau adanya jaringan otak yang ikut keluar ( meningoensefalokel ). Dalam dekade akhir, USG cenderung berperan lebih luas untuk mendeteksi kelainan-kelainan semacam ini sewaktu masih bayi masih dalam kandungan., medulla spinalis tertambat dan lipoma.

MRI untuk menentukan luasnya keterlibatan jarinagn syaraf jika ada dan anomaly yang terkait, termasuk diastematomielia

Ct scan adalah pemeriksaan penunjang diagnostik terpilih untuk kasus-kasus defek tabung neural yang dalam hal ini hampir seluruh informasi dapat diperolrh secara lengkap.2.6 Manifestasi Klinis

Gejala meningocele bervariasi antara pasien. Beberapa orang dengan kondisi akan memiliki sedikit atau tanpa gejala spina bifida, sementara pasien lain mungkin mengalami kelumpuhan sebagian dengan disfungsi kemih dan usus. Adapun gejala-gejala meningokel ialah :

1) Benjolan yang ada sejak lahir dan semakin membesar biasanya di garis tengah. Kulit penutup biasanya tipis, licin dan tegang, tetapi dapat juga normal atau tebal. Konsistensi tergantung isinya2) Bila kelainan tersebut besar, meningen mungkin keluar melalui medula spinalis, membentuk kantung yang dipenuhi dengan CSF. Anak tidak mengalami paralise dan mampu untuk mengembangkan kontrol kandung kemih dan usus. Terdapat kemungkinan terjadinya infeksi bila kantung tersebut robek dan kelainan ini adalah masalah kosmetik sehingga harus dioperasi.2.7 PenatalaksanaanPada spina bifida kistika jenis meningokel, operasi dapat memperbaiki cacat punggung untuk menghindari setiap resiko perobekan kantung yang berisi cairan dan untuk menghindari meningitis. Terapi dilakukan pembedahan dengan alasan kosmetik dan utuk infeksi pada menigokel yang pecah atau mau pecah. Pada umumnya pembedahan dilakukan pada usia 5 -6 bulan.Setelah operasi, barulah orang tua dapat menangani bayi mereka dengan yakin.

2.8 KomplikasiBayi dengan spina bifida kistika dapat mengalami kelumpuhan tungkai tanpa rasa atau reflek. Ia mungkin mendapat atau mengalami cacat tubuh ( deformitas ) tungkai seperti dislokasi pinggul atau kaki pekok. Kandung kemihnya mungkin tidak berkontraksi secara semestinya sehingga ia cenderung meneteskan air kemih, dan tekanan air kemih ke belakang ( back pressure ) didalam kandung kemih yang mengembang dapat merusak ginjalnya dan mengakibatkan infeksi saluran kencing atau ginjal. Usus besarnya mungkin berkontraksi secara semestinya, sehingga menyebabkan sembelit kronik atau buang air besar tak terkendali.2.9 WOC2.10 Pendekatan asuhan keperawatan 2.10.1 Pengkajian

Pengkajian yang umum dilakukan pada pasien denagn meningokel ialah meliputi :

1) Data demografi

Data demografi meliputi identitas, usia, jenis kelamin, riwayat lingkungan kerja, dan hal lain mengenai identitas pasien. Namun, pada kasus meningokel ini biasanya terjadi pada neonatus ( bayi baru lahir ).2) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang pada kasus meningokel ialah bayi terpapar ibu yang kekurangan asm folat.3) Pemeriksaan fisik

ROS : keadaan umum baik, kesadaran kompos metis.

TTV : TD=90/60, nadi=100x/menit, suhu=36,9 derajat, RR=28x/menit.

GCS : umumnya normal

B1 (breath) : Nafas umumnya tidak mengalami gangguan,

B2 (blood) : Tidak ada masalah pada jantung.

B3 (brain) : Penginderaan umumnya normal

B4 (bladder) : Pada perkemihan tidak menimbulkan banyak masalah, tetapi jika kerusakan luas ( sebagian besar ) dapat terlihat adanya gangguan pada perut dan kandung kemih dengan disertai kelumpuhan total pada kaki, Inkontinensia aliran berlebihan dengan penetesan urin konstanB5 (bowel) : Pencernaan jarang terganggu, kecuali pada kerusakan yang luas akan mengganggu perut, Kurang control defekasi, prolapsus rectal ( kadang-kadang )B6 (bone) : Jika terjadi lesi pada daerah terkena spina bifida, kadang timbul tanda-tanda infeksi, kelumpuhan tungkai tanpa rasa atau refleks. Ia mungkin mendapat atau mengalami cacat bentuk (deformitas) tungkai seperti dislokasi pinggul atau kaki pekok. Deformitas spinal juga mungkin untuk terjadinya scoliosis. Pre operasi

a. Lakukan pengkajian fisik

b. Observasi adanya manifestasi meningokel: kantung yang dapat dilihat, tidak ada kerusakan motorik.

c. Inspeksi meningokel untuk mengetahui adanya perubahan pada penampilan, mis: abrasi, robekan, tanda-tanda infeksi.

d. Kaji pemahaman anak/keluarga tentang rencana pembedahan dan apa yang akan terjadi pada pasca operasi.

e. Tinjau ulang hasil tes laboratorium untuk temuan abnormal.

f. Observasi adanya tanda-tanda yang menunjukan hidrosefalus.Post operasi

a. Kaji adanya luka operasi.

b. Inspeksi meningokel atau mielimeningokel pasca operasi.

c. Rewel, lemah tak berdaya.

d. Observasi perilaku anggota keluarga pasca operasi mis: orang tua selalu menanyakan informasi kondisi anaknya, cara perawatan selanjutnya.

e. Terpasang infuse. 2.10.2 Dianosa Keperawatan

Pre operasi 1) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organism infektif, kantong meningeal non-epitelialisasi, paralisis.2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d adanya obstruksi pada nasal.3) Resiko tinggi kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan paralisis, penetesan urin yang kontinu, dan feses.

4) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan neuromuscular5) Cemas berhubungan dengan lingkungan aktual atau yang dirasakan skunder akibat hospitalisasiPost operasi

1) Ketidakefektifan jalan nafas b.d peningkatan sekresi sekunder terhadap efek anastesi.

2) Nyeri akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot skunder akibat operasi/pembedahan.

3) Resiko kurang volume cairan b.d pendarahan post operasi.4) Resiko infeksi b.d sisi masuknya organisme sekunder akibat luka pasca pembedahan.5) Risiko tinggi trauma berhubungan dengan lesi spinal.

6) Kurangnya pengetahuan keluarga b.d kurangnya informasi tentang penatalaksanaan perawatan post operasi.7) Perubahan proses keluarga b.d anggota keluarga yang sakit dirawat rumah sakit. (Lynda Juall Carpenito, 2000)

2.10.3 Intervensi dan Rasional

Pre operasi

1) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organism infektif, kantong meningeal non-epitelialisasi, paralisis.Tujuan : - Pasien mengalami penurunan resiko terhadap infeksi system syaraf pusat

Pasien mengalami penurunan risiko infeksi saluran kemih.

Kriteria hasil : - Kantong meningeal tetap bersih, utuh, dan tidak menunjukan bukti-

bukti infeksi.

Bayi tidak menunjukan bukti-bukti infeksi saluran kemih.INTERVENSIRASIONAL

Posisikan bayi dengan nyaman.

Bersihkan meningokel dengan cermat dengan menggunakan normal salin steril bila bagian ini menjadi kotor atau terkontaminasi.

Berikan balutan steril dan lembab dengan larutan steril sesuai instruksi ( normal salin, antibiotic)

Berikan antibiotic sesuai resep.

Pantau dengan cermat tanda-tanda infeksi (peningkatan suhuu, peka rangsang, letargi, kaku kuduk)

Berikan perawatan serupa untuk sisi operatif pada pasca operasi

Hindari kontaminasi uretral dengan feses

- Lakukan hygiene perineal dengan sangat cermat

Pantau keluaran urin

Berikan antibiotic sesuai resep.

Berikan antiseptic saluran kemih bila ditentukan.

Jamin masukan cairan yang adekuat Untuk mencegah kontaminasi urin dan feses Untuk mencegah infeksi karena mikroorganisme.

Untuk mencegah pengeringan kantong. untuk mencegah keterlambatan dalam pengobatan.

untuk mencegah masuknya organisme infektif kedalam saluran kemih.

untuk menghilangkan organisme infektif.

Untuk mengetahui ada tidaknya retensi.

Untuk meningkatkan perkemihan dan mencegah pertumbuhan bakteri.

2) Risiko tinggi kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan paralisis, penetesan urin yang kontinu, dan feses.

Tujuan : Pasien tidak mengalami iritasi kulit.

Kriteria hasil : Kulit tetap bersih dan kering tanpa bukti-bukti iritasi.INTERVENSIRASIONAL

Bila anak memakai popok, ganti popok segera setelah kotor

Jaga agar area perianal tetap bersih dan kering.

Tempatkan anak pada permukaan pengurang tekanan.

Masase kulit dengan perlahan selama pembersihan dan pemberian lotion. untuk menjaga agar kulit tetap bersih, kering, dan bebas iritasi.

untuk mengurangi tekanan pada lutut dan pergelangan kaki selama posisi telungkup

untuk meningkatkan sirkulasi.

3) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan neuromuscular.

Tujuan :

Kriteria hasil :

4) Cemas berhubungan dengan lingkungan aktual atau yang dirasakan akibat hospitalisasi.Tujuan :

Kriteria hasil :Post operasi1) Ketidakefektifan jalan nafas b.d peningkatan sekresi sekunder terhadap efek anastesi.Tujuan : suara nafas dan ventilasi normal

Kriteria hasil : -Klien menunjukkan ventilasi adekuat dengan tidak adanya distress

nafas.Bunyi nafas bersih.

INTERVENSIRASIONAL

Pantau frekuensi, kedalaman dan kesimetrisan pernafasan.

Catat adanya kelelahan pernafasan selama berbicara (kalau pasien dapat berbicara)

Auskultasi bunyi nafas, cacat tidaknya bunyi atau suara tambahan seperti ronchi, mengi.

Pantau kapasitas vital, volume tidal dan kekuatan pernafasan sesuai kebutuhan.

Kolaborasi untuk pemberian oksigen (yang telah dilembabkan) sesuai indikasi dengan cara pemberian yang sesuai.

Kolaborasi untuk pemantauan terhadap analisa gas darah, oksimetri nadi secara teratur.

Kolaborasi untuk pemberian obat / bantu dengan tindakan pemberian pernafasan, seperti perkusi dada, fibrasi atau ventilator mekanik. Peningkatan distress pernafasan menandakan adanya kelelahan pada otot prnafasan. Merupakan indicator yang baik terhadap gangguan fungsi pernafasan / menurunnya kapasitas paru.

Peningkatan retensi jalan nafas dan / akumulasi secret akan mengganggu proses difusi gas dan akan mengarah ke komplikasi pernafasan (pneumonia).

Mendeteksi perburukan dari paralisis otot dan penurunan upaya pernafasan.

Untuk mengatasi hipoksia. Pelembaban terhadap secret (agar mudah dikeluarkan) dan kelembaban membrane mukosa.

Menentukan keefektifan untuk ventilasi sekarang dan kebutuhan untuk / keefektifan dari intervensi.

Memeperbaiki ventilasi dan menurunkan atelektasis dengan memobilisasi secret dan meningkatkan ekspansi alveoli paru.

2) Nyeri akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot skunder akibat operasi/pembedahan.

Tujuan : menurunkan / menghilangkan rasa nyeriKtiteria hasil : - Terjadi penurunan rasa ) skala nyeri

-Mengidentifikasi cara cara untuk mengatasi nyeri.

-Menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktivitas

hiburan sesuai kebutuhan individuINTERVENSIRASIONAL

Pantau adanya nyeri. Bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri, misalnya lokasi, tipe nyeri, intensitas pada skala 0-10

Pantau peningkatan iritabilitas, tegangan otot, gelisah, perubahan TTV yang tak dapat dijelaskan.

Bantu pasien dalam mengidentifikasi factor pencetus.

Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, misalnya pedoman imajinasi, visualisasi, latihannafas dalam.

Kolaborasi untuk pemberian obat analgesic. Untuk mengetahui kualitas nyeri dan mengajarkan pasien melaporkan spasme otot dan nyeri di bawah tingkat cedera. Petunjuk non verbal dari nyeri memerlukan intervensi.

Agar pasien dapat mengetahui dan menghinddari faktor pencetus / penyebab nyeri.

Memfokuskan perhatian, meningkatkan rasa control, dan dapat meningkatkan kemampuan koping.

Untuk mengurangi / menghilangkan nyeri.

3) Risiko tinggi trauma berhubungan dengan lesi spinal.

Tujuan : Pasien tidak mengalami trauma pada sisi bedah/lesi spinal.

Kriteria hasil : Kantong meningeal tetap utuh.

Sisi pembedahan sembuh tanpa trauma.

INTERVENSIRASIONAL

Rawat bayi dengan cermat

Tempatkan bayi pada posisi telungkup, atau posisi miring bila diizinkan

Gunakan alat pelindung di sekitar kantong. Misalnya : selimut plastic bedah, potong sesuai ukuran dan tempelkan dibawah kantong disamping sacrum dan selimuti dengan longgar

Modifikasi aktivitas keperawatan rutin (misalnya: memberi makan, merapikan tempat tidur, aktivitas kenyamanan ) untuk mencegah kerusakan pada kantong meningeal atau sisi pembedahan.

untuk meminimalkan tegangan pada kantong meningeal atau sisi pembedahan.

untuk memberikan lapisan pelindung.

untuk mencegah trauma.

4) Kurangnya pengetahuan keluarga b.d kurangnya informasi tentang penatalaksanaan perawatan post operasi.Tujuan : keluarga paham dan dapat berpartisipasi dalam penatalaksanaan pasien.

Kriteria hasil : -Keluarga berpartisipasi dalam pengobatan.

-Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan

tindakan.

-Melakukan perubahan pola hidup yang perlu dan berpartisipasi

dalam aturan tindakan.

INTERVENSIRASIONAL

Diskusikan tentang proses trauma/prognosis saat ini dan harapan-harapan di masa akan datang.

Berikan informasi dan demontrasikan tekni posisi. Mis, posisi miring atau telungkup pada pasien meningokel/mielomeningokel di vertebra. Gunakan bantal/penykong, bidai dan sebagainya. Instruksikan/lakukan perawatan kulit dengan tepat/benar . Pantau kebutuhan makanan termasuk makanan dengan cukup serat dan agak keras. Pantau kembali pemberian obat/pengobatan. Anjurkan untuk menghindari pemakaian obat-obat bebas tanpa persetujuan dokter. Memberikan dasar pengetahuan umum penting untuk membuat pilihan-pilihan dan perjanjian tentang pengobatan Meningkatkan sirkulasi, mengurangi tekanan pada jaringan dan risiko terjadinya komplikasi. Menjaga tulang belakang tetap lurus dan mencegah/membatasi terjadinya kontraktur, meningkatkan fungsi dan kemandirian pasien. Mengurangi iritasi kulit, menurunkan terjadinya dekubitus. Memberikan makanan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan tenaga dan meningkatkan proses penyembuhan. Meningkatkan keamanan pasien dan meningkatkan sifat kooperatif pasien/keluarga pasien terhadap pengobatan.

BAB IIITINJAUAN KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Tinjauan kasus

Ny. Eva 22 tahun BB : 57 kg , TB : 155 cm melahirkan secara normal anak pertama dengan kondisi kelainan pada kepalanya. Bayi dengan BB : 2,5 kg dan TB : 40 cm ini terdapat benjolan pada bagian posterior kepala, keadaan umumnya menunjukkan bahwa bayi normal denagn RR : 29 x/m dan GCS normal, namun bayi menangis terus. Diagnosa medisnya menunjukkan bayi tersebut menderita meningokel. Suaminya seorang tukang becak dengan penghasilan kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keluarga Ny. Eva tinggal di daerah kumuh yang tingkat pendidikanya relative rendah. Selama hamil Ny. Eva tidak mengonsumsi makanan yang bergizi dan makanan yang dibutuhkan oleh ibu hamil dengan cukup, seperti susu, hati, sayur-sayuran dan buah-buahan. Dan riwayat kebiasaanya menunjukkan bahwa Ny. Eva sering mengonsumsi obat-obatan analgesik seperti obat sakit kepala dan obat flu. Setelah diketahui anaknya menderita meningokel suami Ny. Eva tidak lagi menarik becak karena mendampingi istri dan anaknya, selain itu dia terus menanyakan kondisi anaknya pada perawat yang ada di ruangan tersebut. Sesuai hasil diskusi perawat dengan dokter, keluarga Ny. Eva disarankan agar anaknya dioperasi supaya dapat bertahan hidup. Dan keluarga pun menyetujui saran tersebut. Akhirnya dilakukan operasi pada bayi tersebut.3.2 Asuhan keperawatan3.2.1 Pengkajian

Data yang dapat diperoleh dari kasus kelainan neonatus diatas menunjukkan

1) Data demografiIdentitas : putra dari Ny. Eva

Jenis kelamin : laki-laki

Riwayat lingkungan keluarga : perkampungan kumuh 2) Keluhan utama

Terdapat benjolan besar di daerah posterior kepala. 3) Riwayat penyakit sekarang

Selama hamil ibu tidak mengonsumsi makanan yang bergizi dan makanan yang dibutuhkan oleh ibu hamil dengan cukup, seperti susu, hati, sayur-sayuran dan buah-buahan.

4) Pemeriksaan fisikBB : 2,5 kg, TB : 40 cm, RR : 29x/m, GCS : normalROS : keadaan umum baik, kesadaran kompos metis.

TTV : RR=28x/menit.

GCS : normal

B1 (breath) : tidak ada masalah pada pernapasan, namun bayi menangis terus dan menimbulkan sesak.B2 (blood) : Tidak ada masalah pada jantung.

B3 (brain) : Penginderaan normal

B4 (bladder) : Pada perkemihan tidak ada masalah.

B5 (bowel) : Tidak ada gangguan pada pencernaan. B6 (bone) : Tidak ada gangguan pada bentuk tubuh.

5) Terapi

Operasi pembedahan pada area kepala.3.2.2 Analisa data

DATAETIOLOGIMASALAH

DS : -

DO : Benjolan pada posterior kepala Ibu kurang makanan bergizikur

Kekurangan asam folatmemperlambat pembelahan stem sel

stem sel untuk membentuk jaringan otak berkurang

gangguan proses neurolasi

di area itu tidak terbentuk tulang

timbul celah diantara tulang

cairan likuor dan lapisan meningen keluar

timbulnya tonjolan / benjolan (meningokel).Resiko tinggi infeksi

DS : -

DO : terdapat benjolan pada kepala Ibu kurang makanan bergizikur

Kekurangan asam folat

memperlambat pembelahan stem sel

stem sel untuk membentuk jaringan otak berkurang

gangguan proses neurolasi

di area itu tidak terbentuk tulang

timbul celah diantara tulang

cairan likuor dan lapisan meningen keluar

timbulnya tonjolan / benjolan (meningokel).Resiko cedera

DS : -.DO : kelurga terus menanyakan kondisi anaknya.Terdapat benjolan di kepala bayiBayi menangis terus

Keluarga terus menanyakan kondisi pasienCemas

DS : -DO : -Terdapat benjolan yang berisi cairan likuor dan meningen Terapi operasi pembedahan Ketikefektifan jalan napas

DS :DO :Terdapat benjolan yang berisi cairan likuor dan meningen

Terapi operasi pembedahanNyeri

DS :-DO : tingkat pendidikan keluarga rendah.Operasi pembedahanBayi dibawa pulangKurangnya pengetahuan keluaraga

3.2.3 Diagnosa keperawatan

Pre operasi

1) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organism infektif, kantong meningeal non-epitelialisasi.

2) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan neuromuscular3) Cemas berhubungan dengan lingkungan aktual atau yang dirasakan skunder akibat hospitalisasiPost operasi

1) Ketidakefektifan jalan nafas b.d peningkatan sekresi sekunder terhadap efek anastesi.2) Nyeri akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot skunder akibat operasi/pembedahan.3) Resiko kurang volume cairan b.d pendarahan post operasi.4) Resiko infeksi b.d sisi masuknya organisme sekunder akibat luka pasca pembedahan.5) Kurangnya pengetahuan keluarga b.d kurangnya informasi tentang penatalaksanaan perawatan post operasi.6) Perubahan proses keluarga b.d anggota keluarga yang sakit dirawat rumah sakit.3.2.3 Intervensi dan Rasional

Pre operasi

1) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif, kantong meningeal non-epitelialisasi.

2) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan neuromuscular3) Cemas berhubungan dengan lingkungan aktual atau yang dirasakan skunder akibat hospitalisasiPost operasi

1) Ketidakefektifan jalan nafas b.d peningkatan sekresi sekunder terhadap efek anastesi.2) Nyeri akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot skunder akibat operasi/pembedahan.3) Resiko kurang volume cairan b.d pendarahan post operasi.4) Resiko infeksi b.d sisi masuknya organisme sekunder akibat luka pasca pembedahan.5) Kurangnya pengetahuan keluarga b.d kurangnya informasi tentang penatalaksanaan perawatan post operasi.6) Perubahan proses keluarga b.d anggota keluarga yang sakit dirawat rumah sakit.3.2.4 Evaluasi

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan1. Meningokel merupakan kelainan konginetal dan kelainan embriologi yang disebut Neural Tube Defek (NTD). Adanya defek atau celah pada neural menyebabkan kelainan berupa penonjolan isi cranium melalui celah tersebut. Penonjolan pada meningokel adalah berupa meningen dan cairan likuor.

2. Defek tulang pada meningokel secara embriologis terjadi akibat gangguan proses neurulasi, yaitu tetap melekatnya ektoderm epidermis dengan ektoderm neural sehingga migrasi sel-sel mesoderm pembentuk tulang ke tempat tersebut terhambat dengan akibat di area itu tidak terbentuk tulang (teori non-separasi dari Sternberg).3. Pemeriksaan diagnostic pada meningokel dapat dilakukan dengan pemeriksaan foto polos kepala, transilumunasi dengan penyorotan lampu yang kuat pada tonjolan tersebut, pemeriksaan USG, MRI, dan Ct scan. Ct scan adalah pemeriksaan penunjang diagnostik terpilih untuk kasus-kasus defek tabung neural yang dalam hal ini hampir seluruh informasi dapat diperolrh secara lengkap. 4. Manifestasi klinis dari meningokel ialah benjolan yang ada sejak lahir dan semakin membesar biasanya di garis tengah. Kulit penutup biasanya tipis, licin dan tegang, tetapi dapat juga normal atau tebal. Konsistensi tergantung isinya.5. Meningokel pada umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir (neonatus) jadi asuhan keperawatan untuk kasus ini harus memperhatikan konsep tumbuh kembang anak, dan untuk penatalaksanaanya adalah tindakan operasi jadi intervensi yang harus dilakukan meliputi pre operasi dan post operasi. Adapun diagnose pre operasi yang ditegakkan pada meningokel salah satunya ialah resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organism infektif, kantong meningeal non-epitelialisasi, paralisis. Dan dignosa post operasi ialah ketidakefektifan jalan nafas b.d peningkatan sekresi sekunder terhadap efek anastesi.4.2 Saran

Meningokel merupakan kelainan kongenital sehingga penyakit ini sudah ada semenjak neonatus (bayi yang baru lahir), yang dipengaruhi oleh beberapa factor. Diantaranya adalah usia ibu hamil. Usia produktif untuk kehamilan pada wanita pada umumnya berkisar antara umur 20 tahun sampai dengan usia 35 tahun. Selain usia ibu hamil, hal penting lain yang mempengaruhi terjadinya meningokel adalah nutrisi pada ibu hamil. Nutrisi yang baik pada ibu hamil bisa memberikan respon yang baik pula bagi pertumbuhan janin. Maka dari itu ibu hamil harus mempertahankan nutrisi untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan janinnya. DAFTAR PUSTAKANelson.2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 3. EGC : Jakarta

Wong, Donna L.2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi IV. EGC : JakartaSadler, T.W.1997.Embriologi Kedokteran Langman Edisi VII. EGC : Jakarta

Listiono, L.Djoko.1998.Ilmu Bedah Syaraf Satyanegara Edisi III.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.