BAB IPENDAHULUAN1.1. LATAR BELAKANG
Kolesistitis merupakan salah satu penyakit yang melibatkan
system kandung empedu. Gangguan pada system ini akan mengakibatkan
masalah yang berkaitan dengan metabolisme tubuh. Manifestasi yang
paling sering ditunjukkan adalah adanya nyeri pada bagian perut
kanan atas karena perforasi dinding kandung empedu akibat reaksi
peradangan. Faktor risiko untuk kolesistitis adalah cholelithiasis
dan mencakup peningkatan usia, jenis kelamin perempuan, kelompok
etnis tertentu, obesitas atau berat badan yang cepat, obat-obatan,
dan kehamilan.Sebuah penelitian menunjukan bahwa 10-20% penduduk
Amerika memiliki batu empedu, dan sebanyak sepertiga dari orang
tersebut berkembang menjadi kolesistitis akut. Kolesistektomi
merupakan prosedur pembedahan yang paling baik untuk kolik bilier
kolesistitis akut dan paling utama dilakukan oleh dokter bedah
umum, sehingga mengakibatkan sekitar 500.000 operasi setiap
tahunnya. Batu empedu 2-3 kali lebih sering pada wanita
dibandingkan pada laki-laki, sehingga insiden yang lebih tinggi
dari kolesistitis calculous pada wanita. Di Amerika Serikat
sendiri, orang kulit putih memiliki prevalensi lebih tinggi
daripada orang kulit hitam. Sejauh ini belum ada data epidemiologis
penduduk di Indonesia, insidens kolesistitis di Indonesia relative
lebih rendah di banding negara-negara barat1. Penyakit ini lebih
sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya meningkat pada
usia diatas 40 tahun (Pridady, 2002).
Penyakit ini, pada sebagian besar kasus melibatkan batu pada
saluran pipa cystic (calculous cholecystitis). Batu yang terbentuk
di dalam kandung empedu akibat supersaturasi cairan empedu karena
tersumbatnya saluran empedu dapat menjadi tempat untuk
berkembangnya mikroorganisme penyebab infeksi, atau batu yang
semakin membesar juga dapat mengakibatkan ruptur pada dinding
kandung empedu sehingga lesi yang terbentuk akan memicu infeksi.
Sedangkan infeksi tanpa batu empedu umunya didahului oleh cidera,
sepsis, dan luka bakar. Seringkali, pasien dengan kolesistitis
acalculous dapat hadir dengan demam dan sepsis sendirian, tanpa ada
temuan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kolesistitis akut.
Gejala yang paling umum dari kolesistitis akut adalah nyeri perut
bagian atas, sering menjalar ke ujung skapula kanan.
Kolesistitis merupakan salah satu penyakit yang berbahaya karena
melibatkan system metabolisme, oleh karena itu perlu
penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang tepat serta pemeriksaan
lebih awal agar dapat menentukan langkah medis lebih cepat dan
tepat. Sehingga tidak terjadi komplikasi yang lebih parah lagi.1.2.
RUMUSAN MASALAH1.2.1 Bagaimana konsep kolesistitis?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien kolesistitis?
1.3. TUJUAN1.3.1 Tujuan Umum
1. Menjelaskan konsep kolesistitis2. Menjelaskan asuhan
keperawatan pada klien kolesistitis1.3.2 Tujuan khusus
1. Menjelaskan definisi kolesistitis2. Menjelaskan klasifikasi
kolesistitis3. Menjelaskan etiologi kolesistitis4. Menjelaskan
patofisiologi kolesistitis5. Menjelaskan manifestasi klinis
kolesistitis6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik kolesistitis7.
Menjelaskan penatalaksanaan kolesistitis8. Menjelaskan komplikasi
kolesistitis9. Menjelaskan prognosis kolesistitis10. Menjelaskan
WOC kolesistitis11. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan kolesistitis.1.4 MANFAAT1.4.1 Manfaat
TeoritisMengetahui konsep tentang kolesisititis dan asuhan
keperawatan yang harus di terapkan pada klien dengan
kolesisititis.1.4.2 Manfaat PraktisPerawat dapat mengaplikasikan
proses keperawatan secara profesional dan holistik pada klien
dengan kolesistitis yang di dasarkan pada ilmu pengetahuna sehingga
derajat dapat meningkatkan derajat kesehatan klien.BAB II
TINJAUAN PUSTAKA2.1 DEFINISI
Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu baik secara akut
ataupun kronis (Long, 1996 : 154)Kolesistitis adalah radang kandung
empedu yang menrupakan inflamasi akut dinding kandung empedu
disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan
(Pridady,2002:377)Kolesistitis akut adalah peradangan akut pada
dinding kandung empedu yang terjadi akibat sumbatan ductus sistikus
oleh kandung empedu. ( Batticaca, 2009 : 108)
Kolesistitis didefinisikan sebagai peradangan kantong empedu
yang terjadi paling sering karena adanya sumbatan pada duktus
sistikus dari kolelitiasis. 90% kasus melibatkan batu di duktus
sistikus yaitu, kolesistitis kalkulous, dengan 10% lainnya
merupakan kasus kolesistitis acalculous.
2.2 KLASIFIKASIDikenal dua klasifikasi yaitu akut dan kronis
(Brooker, 2001).
1. Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung
empedu, biasanyamerupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam
duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri
yang luar biasa.2. Kolesistitis Kronis adalah peradangan menahun
dari dinding kandung empedu, yang ditandai dengan serangan berulang
dari nyeri perut yang tajam dan hebat.2.3 ETIOLOGISekitar 95%
penderita peradangan kandung empedu akut, memiliki batu empedu.
Kadang suatu infeksi bakteri menyebabkan terjadinya peradangan.
2.3.1 Kolesistitis akut tanpa batu merupakan penyakit yang
serius dan cenderungtimbul setelah terjadinya:
a. cedera,
b. pembedahan
c. luka bakar
d. sepsis (infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh)
e. puasa yang berkepanjangan
penyakit-penyakit yang parah (terutama penderita yang menerima
makanan lewat infus dalam jangka waktu yang lama). Penyakit ini
lebih sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya meningkat
pada usia diatas 40 tahun karena imunitasnya mulai menurun.2.3.2
Faktor risiko untuk kolesistitis yang berhubungan dengan
cholelithiasis sebagai berikut: a. Perempuan
b. Kelompok etnis tertentu
c. Obesitas atau berat badan yang cepat
d. Obat-obatan (terutama terapi hormonal pada wanita)
e. Kehamilan
f. Bertambahnya usia 2.3.3 Penyebab lain acalculous kolesistitis
meliputi:
a. Penyakit jantung termasuk infark miokard
b. Penyakit sel sabit
c. Infeksi Salmonella
d. Diabetes mellitus
e. Pasien AIDS dengan sitomegalovirus, Cryptosporidiosis, atau
mikrosporidiosis.
2.3.4 Kasus idiopatik ada.2.4 PATOFISIOLOGI
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan
empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara
mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan
elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.
Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke kandung empedu
pada saat sfingter Oddi tertutup. Dalam kandung empedu, cairan
empedu dipekatkan dengan mengabsorpsi air. Derajat pemekatannya
diperlihatkan oleh peningkatan konsentrasi zat-zat padat. Stasis
empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi
progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur
tersebut.
Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan
empedu, stasis empedu, dapat menyebabkan infeksi kandung
empedu.
Kolesistitis akut calculous disebabkan oleh terhalangnya saluran
sistikus, menyebabkan distensi kandung empedu. Sehingga kandung
empedu membesar, aliran darah dan drainase limfatik terganggu, yang
menyebabkan iskemia dan nekrosis mukosa. Sebuah penelitrian oleh
Cullen menunjukan bahwa endotoxin menyebabkan nekrosis, perdarahan
dan kehilangan lapisan mukosa seiring dengan iskemia akut.
Endotoxin juga menurunkan kontraktilitas kandung empedu dalam
amerespon kolesistokinin (CCK) yang menyebabkkan stasis empedu.
(Gladden, 2010).
Meskipun mekanisme yang tepat dari kolesistitis acalculous tidak
jelas, beberapa teori menyebutkan bahwa cedera merupakan akibat
dari stasis empedu. Sedangkan keadaan puasa yang berkepanjangan,
kandung empedu tidak terstimulus oleh Cholesistokinin untuk
mensekresikan cairan empedu, sehingga empedu tetap di lumen.
2.5 MANIFESTASI KLINISGejala kolesistitis menurut Henderson bisa
berupa:a. Tanda awal dari peradangan kandung empedu biasanya berupa
nyeri di perut kanan bagian atas.b. Nyeri bertambah hebat bila
penderita menarik nafas dalam dan sering menjalar ke bahu kanan.c.
Biasanya terdapat mual dan muntah. d. Nyeri tekan perute. Dalam
beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi kaku.
Timbulnya gejala bisa dipicu oleh makan makanan berlemak. Pada
mulanya, timbul demam ringan, yang semakin lama cenderung meninggi.
Serangan nyeri berkurang dalam 2-3 hari dan kemudian menghilang
dalam 1 minggu, gangguan pencernaan menahun, nyeri perut yang tidak
jelas (samar-samar), sendawa.2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT scan perutPemeriksaan CT scan abdomen kurang sensitive dan
mahal, tapi mampu memperlihatkan adanya abses perikolesistik yang
masih kecil yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan USG2.
Kolesistogram oralKolesistografi oral tidak dapat memperlihatkan
gambaran kandung empedu bila ada obstruksi. Sehingga pemeriksaan
ini tidak bermanfaat untuk kolesistitis akut3. USG perutPemeriksaan
USG sebaiknya dilakukan secara rutin dan sangat bermanfaat untuk
memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu,
batu dan saluran empedu ekstrahepatik. Nilai kepekaan dan ketepatan
USG mencapai 90-95%
4. Tes darah Untuk melihat peningkatan sel darah putih. Jika
pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan kadar enzim amilase,
mungkintelah terjadi peradangan pankreas (pankreatitis) yang
disebabkan oleh penyumbatan batu empedu pada saluran pankreas
(duktus pankreatikus).5. Skintigrafi
Skintigrafi saluran empedu mempergunakan zat radioaktif HIDA
atau 99n Tc6 Iminodiacatic acid mempunyai nilai sedikit lebih
rendah dari USG, tapi tekn ik ini tidak mudah. Terlihatnya gambaran
duktus koledokus tanpa adanya gambaran kandung empedu pada
pemeriksaan kolesistografi oral atau skintigrafi sangat menyokong
kolesistitis akut.2.7 PENATALAKSANAAN1. Pengobatan umum antara
lain: istirahat total, pemberian nutrisi parenteral, diet
ringan
2. Pemberian antibiotic pada fase awal sangat penting untuk
mencegah komplikasi peritonitis, kolangitis dan septisemia.
Golongan ampisilin, sefalosporin dan metronidazol cukup memadai
untuk mematikan kuman-kuman yang umum terdapat pada kolesistitis
akut seperti E Colli, Streptococcus faecalis dan Klebsiella
3. Pengobatan yang biasa dilakukan adalah
pembedahan.Kolesistektomi bisa dilakukan melalui pembedahan perut
maupun melaluilaparoskopi4. Penderita yang memiliki resiko
pembedahan tinggi karena keadaan medis lainnya, dianjurkan untuk
menjalani diet rendah lemak dan menurunkan berat badan.5.
Memberikan antacid, penghilang rasa nyeri dan obat-obat
antikolinergik.2.9 KOMPLIKASI1. Demam tinggi, menggigil,
peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya gerakan usus (ileus)
dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau perforasi kandung
empedu.2. Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus
balik dari empedu ke dalam hati menunjukkan bahwa saluran empedu
telah tersumbat sebagian oleh batu empedu atau oleh peradangan.3.
Jika pemeriksaan darah menunjukan peningkatan kadar enzim amylase,
mungkin telah terjadi peradangan pancreas yang disebabkan oleh
penyumbatan batu empedu pada saluran pancreas (duktus
pankreatikus).
2.10 PROGNOSISPenyembuhan spontan didapatkan pada 85% kasus,
sekalipun kandung empedu menjadi tebal, fibrotic, penuh dengan batu
dan tidak berfungsi lagi. Tidak jarang menjadi kolesistitis
rekuren. Kadang-kadang kolesistitis akut berkembang secara cepat
menjadi gangrene, empiema, dan perforasi kandung empedu, fistula,
abses hati atau peritonitis umum. Tetapi hal ini dapat dicegah
dengan pemberian antibiotik yang adekuat pada awal serangan.
Tindakan bedah akut pada pasien usia tua (>75 tahun) mempunyai
prognosis yang jelek disamping kemungkinan banyak timbul komplikasi
pasca bedah. BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. BiodataNama, alamat, tempat dan tanggal lahir, suku, agama,
pendidikan, pekerjaanJenis kelamin: Lebih beresiko pada perempuan,
karena perempuan memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi,
sehingga resiko stasis empedu meningkat.Umur
: Lebih beresiko pada perempuan umur diatas 40 tahun, karena
pada usia yang lebih tua, terjadi degenerasi fungsi kandung empedu,
sehingga kemampuan pengosongan kandung empedu menurun dan bisa
terjadi stasis empedu.2. Keluhan utama
Keluhan utamanya adalah nyeri di perut kanan bagian atas.Nyeri
bertambah hebat bila penderita menarik nafas dalam dan sering
menjalar ke bahu kanan.3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya terdapat mual dan muntah, Dalam beberapa jam, otot-otot
perut sebelah kanan menjadi kaku, demam ringan yang semakin lama
cenderung meninggi. Anoreksia, tidak toleran terhadap lemak,
regurgitasi berulang, sering flatus4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit batu empedu (kolelitiasis)
5. Pemeriksaan fisik
B1: Peningkatan frekwensi, nafas pendek dangkalKarena apabila
menarik nafas dalam, terjadi peningkatangn nyeri, sehingga pasien
cenderung bernafas pendek dan dangkalB2: TakikardiKompensasi dari
peningkatan laju metabolik akibat reaksi infeksi, sehingga
membutuhkan aliran darah yang lebih banyakB3: NyeriTerjadi
inflamasi pada kandung empeduB4: Perubahan warna urin (seperti
teh)
Terjadi gangguan pada sirkulasi cairan empedu, sehingga empedu
tidak dapat mengalir secara sempurna dan gagal dalam pemberian
warna khas pada urin
B5: Mual muntah , anoreksia, perubahan warna feses
-Terjadi gangguan pada sirkulasi cairan empedu, sehingga empedu
tidak dapat mengalir secara sempurna dan gagal dalam pemberian
warna khas pada feses.
-Perut terasa penuh karena lemak tidak dapat dicerna sempurna,
sehingga menimbulkan rasa mual muntah serta anoreksia
B6: Jaundis, ikterusTerjadi gangguan pada sirkulasi cairan
empedu, sehingga empedu tidak dapat mengalir secara sempurna dan
bisa masuk ke pembuluh darah yang mengalir ke seluruh tubuh.3.2
ANALISA DATANoDataEtiologiProblem
1DS: Klien mengeluh nyeri pada perut kanan atas.
DO: a. Klien memegangi perut kanan atas dan mukanya menunjukan
kesakitanb. Klien tampak meringis kesakitanc. Klien menyatakan
tingkat nyerinya 8 ( rentangnnya 0-10)
d. RR = 24 x / mnt
e. nadi = 105 x/mnt
Peradangan kandung empedu
Mempengaruhi saraf simpatis
Mempengaruhi pusat nyeri
NyeriNyeri
2DS: Klien mengeluh perut terasa penuh, mual
DO:a. Penurunan BB
b. Hb < 8
c. Albumin < 3,5
d. Porsi makan tidak habise. Klien tampak kurus dan pucat.f.
Klien muntahTidak efektifnya pencernaan lemak
Lemak terakumulasi di saluran pencernaan
Perut terasa penuh
Mempengaruhi pusat mual
Mual, muntah
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhPerubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
3DS: Klien mengeluh perut terasa penuh, mual
DO: a. Klien muntahb. Turgor jelek
c. Mukosa kering
d. Input lebih sedikit daripada output.Tidak efektifnya
pencernaan lemak
Lemak terakumulasi di saluran pencernaan
Perut terasa penuh
Mempengaruhi pusat mual
Mual, muntah
Resiko kekurangan volume cairanResiko kekurangan volume
cairan
4DS: klien mengaku kurang mengetahui tentang penyakit yang
dideritanya
DO:a. klien tampak gelisahb. Ketika ditanya klien tidak dapat
menjelaskan tentang penyakitnya.
c. Klien tampak bingung dan cemas.
d. Tingkat pendidikannya rendahTingkat pendidikan rendah
Kurang informasi
Kurang pengetahuanKurang pengetahuan
3.3 DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi. 2. Resiko tinggi
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan
pencernaan lemak, mual muntah.3. Resiko tinggi kekurangan cairan
volume cairan berhubungan dengan muntah.4. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan salah interpretasi.
3.4 INTERVENSI 1. Nyeri berhubungan dengan proses
inflamasiTujuan: Nyeri berkurang atau hilang.Kriteria hasil: 1.
Ekspresi klien tampak rileks.2. Skala nyeri kurang dari 3 ( rentang
1-10)3. Dapat melakukan aktifitas secara normal tanpa ada keluhan
nyeri
4. Dapat beristirahat/tidur NoIntervensiRasional
1Observasi catat lokasi, tingkat dan karakter nyeri.Membantu
mengidentifikasi nyeri dan memberi informasi tentang
perkembangannya.
2Tingkatkan tirah baring (fowler) / posisi yang nyaman
Posisi fowler menurunkan tekanan-tekanan intra abdominal.
3Berikan diit rendah lemakMengurangi stimulus pada kandung
empedu
4Kompres hangatDilatasi dinding empedu, spasme menurun.
5Kolaborasi :Antibiotik, Analgetik, SedatifAntibiotik: mencegah
inflamasi yang berkelanjutanAnalgetik:mengurangi nyeri
Sedatif: Untuk relaksasi/ ketenangan
2. Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan
gangguan pencernaan lemak, mual muntah.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi secara adekuat sesuai dengan
kebutuhanKriteria hasil :1. BB seimbang2. Kadar albumin ( 3,5 4,7
)dan hemoglobin normal3. Pasien tampak rileks, rambut sehat
4. Porsi makan habis5. Tidak mual /
muntahNoIntervensiRasional
1Diskusikan menu yang disukai dan ditoleransi meningkatkan
intake makanan
2Timbang BB sesuai indikasimengawali keseimbangan diit /
keefektifan diit
3Kaji perkiraan kebutuhan kalori tubuhmenetapkan jumlah intake
kalori yang dibutuhkan tiap hari
4Anjurkan gosok gigi sebelum makan / sesudahmenjaga kebersihan
mulut (tidak bau dan meningkatkan nafsu makan)
5Anjurkan mengurangi makanan berlemak dan menghasilkan
gasmenurunkan rangsangan mual muntah
3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap) berhubungan
dengan muntah.
Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuatKriteria
hasil :
1. Turgor kulit baik, membran mukosa lembab2. Pengisian kapiler
baik3. input dan output seimbang
NoIntervensiRasional
1Pertahankan intake dan output cairan.mempertahankan volume
sirkulasi.
2Awasi tanda peningkatan rangsangan muntahmencegah muntah.
3Kolaborasi : Pemberian antiametik, Pemasangan NGTMengurangi
rasa ingin muntah
NGT: mencukupi kebutuhan nutrisi
4Anjurkan cukup minum (1 botol aqua 1500 ml/nr)Mencukupi
kebutuhan cairan klien
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognose, pengobatan
berhubungan dengan kurang informasiTujuan : Meningkatkan
pengetahuan klienKriteria hasil : 1. Pengetahuan klien meningkat2.
Berpartisipasi dalam pengobatan.NoIntervensiRasional
1Kaji informasi yang pernah didapatmengkaji tingkat pemahaman
klien
2Beri penjelasan tentang penyakit, prognase dan tindakan
diagnostikmemungkinkan terjadinya partisipasi aktif.
3Beritahukan setiap tindakan yang akan dilakukan / (tujuan
prosedur)Klien memahami tujuan tindakan yang dilakukan sehingga
dapat lebih kooperatif.
4Beritahukan diit yang tepat, tehnik relaksasi, untuk persiapan
operasi.Mengurangi kecemasan klien sehingga lebih tenang dan
mencegah resiko saat operasi
5Anjurkan tehnik istirahat yang harus dilaporkan tentang
sakitnya.Meningkatkan kenyamanan pasien saat istirahat
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Ny. LL, usia 39 tahun, masuk rumah sakit Dr. Sutomo pada tanggal
18 Maret 2002 dengan keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri mulai
dirasakan 14 hari sebelum ini,klien juga merasakan mual dan panas
pada perut bagian kanan atas, nyeri dirasakan selama 3 hari
berturut-turut. Sekarang nyonya LL sudah tidak nyeri lagi. Sebelum
dibawa ke RS Dr. Sutomo, klien di rawat di RS. Siti Khotijah,
karena tidak ada perubahan dan nyeri bertambah terus menerus maka
klien di bawa ke RS. Dr. Sutomo pada tanggal 18 Maret 2010.
Keluarga klien belum pernah ada yang menderita penyakit seperti
ini.4.1 PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien1. Nama:Ny. LL
2. Tempat/Tgl Lahir:39 th
3. Suku / Bangsa:Indonesia
4. Agama:Islam
5. Status Marital:Marid
6. Pendidikan / Pekerjaan:Ibu rumah tangga
7. Bahasa yang dipakai:Jawa
8. Alamat No. Telp.:Tawang sari barat RT 15 / RW IV SDA
9. MRS:18 Maret 2002b. Keluhan UtamaNyeri perut kanan atas (3
hari terus menerus).c. Riwayat penyakit sekarang
Klien mendadak nyeri perut kanan atas, mual dan panas, lalu
klien dirawat di RS Khotijah. Nafsu makan turun sejak sakit.d.
Riwayat penyakit dahuluKlien sebelumnya dirawat di RS siti khotijah
dengan sakit yang sama.
Karena pengin cepet sembuh, minta pindah ke Rumah Sakit Soetomo
Surabaya.e. Riwayat penyakit keluargaTidak ada yang anggota
keluarga yang menderita penyakit seperti ini.f. Pemeriksaan
fisikB1: -
B2:.-
B3: Nyeri
B4: -
B5: Mual, muntah, nafsu makan turun
B6: Kuning pada seluruh tubuhg. Analisa
dataNoDataEtiologiProblem
1S: Klien mengatakan terasa nyeri di perut kanan atasO:a. Klien
tampak meringis kesakitanb. Klien menyatakan tingkat nyerinya 8 (
rentangnnya 0-10)
c. RR = 24 x / mnt
d. nadi = 105 x/mnt
Proses inflamasi kandung empedu
Merangsang syaraf simpatis
Merangsang pusat nyeri
NyeriNyeri
2S: Klien mengatakan mual dan nafsu makan turun
O: a. Sebelum sakit BB 54 kg setelah sakit 45 kg
b. Hb < 8
c. Albumin < 3,5
d. Porsi makan tidak habise. Klien tampak kurus dan
pucat.Gangguan pencernaan lemak
Perut terasa penuh
Mempengaruhi pusat mual muntah
Mual muntah
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3S:Klien menanyakan kenapa matanya sekarang kuning, klien
menanyakan kapan di operasi, klien mengungkapkan ketidak
mengertiannya tentang sakitnya.
O: a. klien tampak gelisahb. Ketika ditanya klien tidak dapat
menjelaskan tentang penyakitnya.
c. Klien tampak bingung dan cemas.
d. Pendidikannya rendah Pendidikan rendah
Kurang informasi
Kurang pengetahuanKurang pengetahuan
4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan)
berhubungan dengan tidak adekuat/efektifnya pencernaan lemak, mual
muntah3. Kurang pengetahuan terhadap prognose, pengobatan dan
penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.4.3 INTERVENSI1.
Nyeri berhubungan dengan proses inflamasiTujuan : Nyeri berkurang
atau hilang.
Kriteria hasil:
a. Ekspresi klien tampak rileks.b. Skala nyeri kurang dari 3 (
rentang 1-10)c. Dapat melakukan aktifitas secara normal tanpa ada
keluhan nyeri
d. Dapat beristirahat/tidur NoIntervensiRasional
1Observasi catat lokasi, tingkat dan karakter nyeri.Membantu
mengidentifikasi nyeri dan memberi informasi tentang terjadinya
perkembangannya.
2Tingkatkan tirah baring (fowler) / posisi yang nyaman
Posisi fowler menurunkan tekanan-tekanan intra abdominal.
3Berikan diit rendah lemakMengurangi stimulus kandung empedu
4Kompres hangatDilatasi dinding empedu spasme menurun.
5Kolaborasi :
Antibiotik
Analgetik
SedatifAntibiotik: mencegah inflamasi yang berkelanjutan
Analgetik:mengurangi nyeri
Sedatif: Untuk relaksasi/ ketenangan
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan)
berhubungan dengan pencernaan lemak tidak efektif.Tujuan: Nutrisi
klien terpenuhi secara adekuat sesuai kebutuhanKriteria hasil:1. BB
seimbang2. Kadar albumin ( 3,5 4,7 ) dan hemoglobin normal
3. Pasien tampak segar, rambut sehat
4. Porsi makan habis5. Tidak mual /
muntahNoIntervensiRasional
1Diskusikan rencana / diit yang disukai ditolelirMeningkatkan
intake makanan
2Kaji distensi abdomen, hambatan intake dan perkiraan intake
output
mengidentifikasi tingkat kebutuhan nutrisi
3Konsul gizi untuk pemberian diit rendah lemak berserat dan
batasi makanan berbentuk gas
meminimalkan kerja usus dan meminimalkan rangsangan kandungan
empedu.
4Timbang BB setiap 2 hari
Mengawasi keefektifan rencana diit
5Beri porsi makan sedikit tapi seringMeningkatkan intake
makanan
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Tujuan: pengetahuan klien meningkat dan bisa memahami
penyakitnyaKriteria hasil :a. Mampu menjelaskan kembali informasi
tentang penyakitnyab. Prognose serta tindakan yang akan
dilakukan.NoIntervensiRasional
1Berikan penjelasan setiap tindakan yang akan
dilakukan.meningkatkan pengetahuan dan merangsang kooperatif.
2Kaji tingkat pemahaman dan informasi yang pernah di dapat
tentang penyakitnya (prognose dan prosedur diagnostik)tidak
mengulang-ulang informasi yang pernah diberikan
3Libatkan keluarga dalam pemberian informasimeningkatkan
penyerapan informasi dan kooperatif
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu baik secara akut
ataupun kronis (Barbara C. Long, 1996 : 154). Kolesistitis Akut
adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan
akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang
secara tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa.
Sedangkan kolesistitis kronis adalah peradangan menahun dari
dinding kandung empedu, yang ditandai dengan serangan berulang dari
nyeri perut yang tajam dan hebat. Selain itu biasanya terdapat mual
dan muntah, Nyeri tekan perut, dalam beberapa jam, otot-otot perut
sebelah kanan menjadi kaku.
Komplikasi dari kolesistitis adalah Demam tinggi, menggigil,
peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya gerakan usus (ileus)
dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau perforasi kandung
empedu. Selain itu terjadi, serangan yang disertai jaundice (sakit
kuning) atau arus balik dari empedu ke dalam hati menunjukkan bahwa
saluran empedu telah tersumbat sebagian oleh batu empedu atau oleh
peradangan.5.2 Saran
Sesuai dengan apa yang kami bahas diatas, maka sebaiknya semua
orang menjaga pola makan terutama yang mengandung lemak hewan.
Karena dapat menjadi pemicu terjadinya kolesistitis. Selain itu
jika sudah mengalami nyeri yang tidak wajar dan menggaggu aktivitas
sebaiknya segera diperiksakan.DAFTAR PUSTAKASetyono, Joko.2001.
keperawatan medikal bedah. Jakarta:salemba medika
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan keperawatan medical bedah.
Jakarta:EGC
Pridady. 2002. Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM. Jakarta: Balai
penerbit FKUIBatticaca, Fransisca B.2009.Asuhan Keperawatan Pada
Klien dengan Gangguan Sistem Metabolisme.Jakarta:Salemba
medica.
Henderson.1989.Ilmu Bedah untuk Perawat. Yoyakarta: Yayasan
Essentia MedicaGladden, Don.www.emedicine.medscape.com ( diakses
tgl 23 november 2010)1. Puasa yang berkepanjangan kenapa bisa
kolesistitis? ( Qolbi )
Jawab:
2. Pemeriksaan apa yang membedakan kolesstitis dan kolelitiasis?
( Sartika sari )
Jawab :a. USG kolesistitis : tampak adanya inflamasi tetapi
belum tentu terdapat batu, sedangkan Kolelitiasis : pasti tampak
adanya batu pada kandung empedu.
b. Kimia darah3. Pengaruh kolesistitis pada fungsi hati dan
Bagaimana intervensi yang dilakukan perawat? ( Naily)Jawab : a.
Terjadi refluks cairan empedu ke hati menyebabkan gangguan
metabolisme lemak terjadi fatty liver.b. Yang dilakukan perawat
adalah mengajurkan tirah baring untuk mengurangi nyeri dan
pemberian cairan parentaeral untuk mengurangi stimulus pada kandung
empedu.
Ketika puasa yang berkepanjangan
makanan yang masuk sedikit
stimulus yang mempengaruhi pengosongan kandung empedu menjadi
minimal
pengosongan kadung empedu menurun terjadi statis kandung empedu
menjadi minimal
Pemekatan empedu
Infeksi
Statis empedu
Batu empedu
26