Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kolesistitis merupakan salahsatu penyakit yang melibatkan system kandung empedu. Gangguan pada system ini akan mengakibatkan masala berkaitan dengan metabolisme tubuh. Manifestasi yang paling sering adalah adanya nyeri pada bagian perut kanan atas karena perforasi dinding empedu akibat reaksi peradangan. Faktor risiko untuk kolesistitis adalah dan mencakup peningkatan usia, jenis kelamin perempuan, kelompok etnis ter obesitas atau berat badan yang cepat, obat-obatan, dan kehamilan. Sebuah penelitian menunjukan bahwa !-"!# penduduk $merika memiliki bat empedu, dan sebanyak sepertiga dari orang tersebut berkembang menjadi kole akut. Kolesistektomi merupakan prosedur pembedahan yang paling baik untuk bilier kolesistitis akut dan paling utama dilakukan oleh dokter bedah umu mengakibatkan sekitar %!!.!!! operasi setiap tahunnya. &atu empedu "-' kal sering pada wanita dibandingkan pada laki-laki, sehingga insiden yang lebi dari kolesistitis calculous pada wanita. (i $merika Serikat sendiri, orang memiliki pre)alensi lebih tinggi daripada orang kulit hitam. Sejauh ini be epidemiologis penduduk di *ndonesia, insidens kolesistitis di *ndonesia r rendah di banding negara-negara barat . +enyakit ini lebih sering terjadi pada wani dan angka kejadiannya meningkat pada usia diatas ! tahun +ridady, "!!" . +enyakit ini, pada sebagian besar kasus melibatkan batu pada saluran pi calculous cholecystitis . &atu yang terbentuk di dalam kandung e supersaturasi cairan empedu karena tersumbatnya saluran empedu dapa tempat untuk berkembangnya mikroorganisme penyebab infeksi, atau batu ya semakin membesar juga dapat mengakibatkan ruptur pada dinding kandung empe sehingga lesi yang terbentuk akan memicu infeksi. Sedangkan infeks empedu umunya didahului oleh cidera, sepsis, dan luka bakar. Seri 1
24

Askep Kolesistisis

Oct 04, 2015

Download

Documents

Sabdi Mustapha

askep kolelitiasis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUAN1.1. LATAR BELAKANG

Kolesistitis merupakan salah satu penyakit yang melibatkan system kandung empedu. Gangguan pada system ini akan mengakibatkan masalah yang berkaitan dengan metabolisme tubuh. Manifestasi yang paling sering ditunjukkan adalah adanya nyeri pada bagian perut kanan atas karena perforasi dinding kandung empedu akibat reaksi peradangan. Faktor risiko untuk kolesistitis adalah cholelithiasis dan mencakup peningkatan usia, jenis kelamin perempuan, kelompok etnis tertentu, obesitas atau berat badan yang cepat, obat-obatan, dan kehamilan.Sebuah penelitian menunjukan bahwa 10-20% penduduk Amerika memiliki batu empedu, dan sebanyak sepertiga dari orang tersebut berkembang menjadi kolesistitis akut. Kolesistektomi merupakan prosedur pembedahan yang paling baik untuk kolik bilier kolesistitis akut dan paling utama dilakukan oleh dokter bedah umum, sehingga mengakibatkan sekitar 500.000 operasi setiap tahunnya. Batu empedu 2-3 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada laki-laki, sehingga insiden yang lebih tinggi dari kolesistitis calculous pada wanita. Di Amerika Serikat sendiri, orang kulit putih memiliki prevalensi lebih tinggi daripada orang kulit hitam. Sejauh ini belum ada data epidemiologis penduduk di Indonesia, insidens kolesistitis di Indonesia relative lebih rendah di banding negara-negara barat1. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya meningkat pada usia diatas 40 tahun (Pridady, 2002).

Penyakit ini, pada sebagian besar kasus melibatkan batu pada saluran pipa cystic (calculous cholecystitis). Batu yang terbentuk di dalam kandung empedu akibat supersaturasi cairan empedu karena tersumbatnya saluran empedu dapat menjadi tempat untuk berkembangnya mikroorganisme penyebab infeksi, atau batu yang semakin membesar juga dapat mengakibatkan ruptur pada dinding kandung empedu sehingga lesi yang terbentuk akan memicu infeksi. Sedangkan infeksi tanpa batu empedu umunya didahului oleh cidera, sepsis, dan luka bakar. Seringkali, pasien dengan kolesistitis acalculous dapat hadir dengan demam dan sepsis sendirian, tanpa ada temuan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kolesistitis akut. Gejala yang paling umum dari kolesistitis akut adalah nyeri perut bagian atas, sering menjalar ke ujung skapula kanan.

Kolesistitis merupakan salah satu penyakit yang berbahaya karena melibatkan system metabolisme, oleh karena itu perlu penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang tepat serta pemeriksaan lebih awal agar dapat menentukan langkah medis lebih cepat dan tepat. Sehingga tidak terjadi komplikasi yang lebih parah lagi.1.2. RUMUSAN MASALAH1.2.1 Bagaimana konsep kolesistitis?

1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien kolesistitis?

1.3. TUJUAN1.3.1 Tujuan Umum

1. Menjelaskan konsep kolesistitis2. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien kolesistitis1.3.2 Tujuan khusus

1. Menjelaskan definisi kolesistitis2. Menjelaskan klasifikasi kolesistitis3. Menjelaskan etiologi kolesistitis4. Menjelaskan patofisiologi kolesistitis5. Menjelaskan manifestasi klinis kolesistitis6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik kolesistitis7. Menjelaskan penatalaksanaan kolesistitis8. Menjelaskan komplikasi kolesistitis9. Menjelaskan prognosis kolesistitis10. Menjelaskan WOC kolesistitis11. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan kolesistitis.1.4 MANFAAT1.4.1 Manfaat TeoritisMengetahui konsep tentang kolesisititis dan asuhan keperawatan yang harus di terapkan pada klien dengan kolesisititis.1.4.2 Manfaat PraktisPerawat dapat mengaplikasikan proses keperawatan secara profesional dan holistik pada klien dengan kolesistitis yang di dasarkan pada ilmu pengetahuna sehingga derajat dapat meningkatkan derajat kesehatan klien.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 DEFINISI

Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu baik secara akut ataupun kronis (Long, 1996 : 154)Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang menrupakan inflamasi akut dinding kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan (Pridady,2002:377)Kolesistitis akut adalah peradangan akut pada dinding kandung empedu yang terjadi akibat sumbatan ductus sistikus oleh kandung empedu. ( Batticaca, 2009 : 108)

Kolesistitis didefinisikan sebagai peradangan kantong empedu yang terjadi paling sering karena adanya sumbatan pada duktus sistikus dari kolelitiasis. 90% kasus melibatkan batu di duktus sistikus yaitu, kolesistitis kalkulous, dengan 10% lainnya merupakan kasus kolesistitis acalculous.

2.2 KLASIFIKASIDikenal dua klasifikasi yaitu akut dan kronis (Brooker, 2001).

1. Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanyamerupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa.2. Kolesistitis Kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung empedu, yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat.2.3 ETIOLOGISekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut, memiliki batu empedu. Kadang suatu infeksi bakteri menyebabkan terjadinya peradangan.

2.3.1 Kolesistitis akut tanpa batu merupakan penyakit yang serius dan cenderungtimbul setelah terjadinya:

a. cedera,

b. pembedahan

c. luka bakar

d. sepsis (infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh)

e. puasa yang berkepanjangan

penyakit-penyakit yang parah (terutama penderita yang menerima makanan lewat infus dalam jangka waktu yang lama). Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya meningkat pada usia diatas 40 tahun karena imunitasnya mulai menurun.2.3.2 Faktor risiko untuk kolesistitis yang berhubungan dengan cholelithiasis sebagai berikut: a. Perempuan

b. Kelompok etnis tertentu

c. Obesitas atau berat badan yang cepat

d. Obat-obatan (terutama terapi hormonal pada wanita)

e. Kehamilan

f. Bertambahnya usia 2.3.3 Penyebab lain acalculous kolesistitis meliputi:

a. Penyakit jantung termasuk infark miokard

b. Penyakit sel sabit

c. Infeksi Salmonella

d. Diabetes mellitus

e. Pasien AIDS dengan sitomegalovirus, Cryptosporidiosis, atau mikrosporidiosis.

2.3.4 Kasus idiopatik ada.2.4 PATOFISIOLOGI

Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.

Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke kandung empedu pada saat sfingter Oddi tertutup. Dalam kandung empedu, cairan empedu dipekatkan dengan mengabsorpsi air. Derajat pemekatannya diperlihatkan oleh peningkatan konsentrasi zat-zat padat. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut.

Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu, dapat menyebabkan infeksi kandung empedu.

Kolesistitis akut calculous disebabkan oleh terhalangnya saluran sistikus, menyebabkan distensi kandung empedu. Sehingga kandung empedu membesar, aliran darah dan drainase limfatik terganggu, yang menyebabkan iskemia dan nekrosis mukosa. Sebuah penelitrian oleh Cullen menunjukan bahwa endotoxin menyebabkan nekrosis, perdarahan dan kehilangan lapisan mukosa seiring dengan iskemia akut. Endotoxin juga menurunkan kontraktilitas kandung empedu dalam amerespon kolesistokinin (CCK) yang menyebabkkan stasis empedu. (Gladden, 2010).

Meskipun mekanisme yang tepat dari kolesistitis acalculous tidak jelas, beberapa teori menyebutkan bahwa cedera merupakan akibat dari stasis empedu. Sedangkan keadaan puasa yang berkepanjangan, kandung empedu tidak terstimulus oleh Cholesistokinin untuk mensekresikan cairan empedu, sehingga empedu tetap di lumen.

2.5 MANIFESTASI KLINISGejala kolesistitis menurut Henderson bisa berupa:a. Tanda awal dari peradangan kandung empedu biasanya berupa nyeri di perut kanan bagian atas.b. Nyeri bertambah hebat bila penderita menarik nafas dalam dan sering menjalar ke bahu kanan.c. Biasanya terdapat mual dan muntah. d. Nyeri tekan perute. Dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi kaku.

Timbulnya gejala bisa dipicu oleh makan makanan berlemak. Pada mulanya, timbul demam ringan, yang semakin lama cenderung meninggi. Serangan nyeri berkurang dalam 2-3 hari dan kemudian menghilang dalam 1 minggu, gangguan pencernaan menahun, nyeri perut yang tidak jelas (samar-samar), sendawa.2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT scan perutPemeriksaan CT scan abdomen kurang sensitive dan mahal, tapi mampu memperlihatkan adanya abses perikolesistik yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan USG2. Kolesistogram oralKolesistografi oral tidak dapat memperlihatkan gambaran kandung empedu bila ada obstruksi. Sehingga pemeriksaan ini tidak bermanfaat untuk kolesistitis akut3. USG perutPemeriksaan USG sebaiknya dilakukan secara rutin dan sangat bermanfaat untuk memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu dan saluran empedu ekstrahepatik. Nilai kepekaan dan ketepatan USG mencapai 90-95%

4. Tes darah Untuk melihat peningkatan sel darah putih. Jika pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan kadar enzim amilase, mungkintelah terjadi peradangan pankreas (pankreatitis) yang disebabkan oleh penyumbatan batu empedu pada saluran pankreas (duktus pankreatikus).5. Skintigrafi

Skintigrafi saluran empedu mempergunakan zat radioaktif HIDA atau 99n Tc6 Iminodiacatic acid mempunyai nilai sedikit lebih rendah dari USG, tapi tekn ik ini tidak mudah. Terlihatnya gambaran duktus koledokus tanpa adanya gambaran kandung empedu pada pemeriksaan kolesistografi oral atau skintigrafi sangat menyokong kolesistitis akut.2.7 PENATALAKSANAAN1. Pengobatan umum antara lain: istirahat total, pemberian nutrisi parenteral, diet ringan

2. Pemberian antibiotic pada fase awal sangat penting untuk mencegah komplikasi peritonitis, kolangitis dan septisemia. Golongan ampisilin, sefalosporin dan metronidazol cukup memadai untuk mematikan kuman-kuman yang umum terdapat pada kolesistitis akut seperti E Colli, Streptococcus faecalis dan Klebsiella

3. Pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan.Kolesistektomi bisa dilakukan melalui pembedahan perut maupun melaluilaparoskopi4. Penderita yang memiliki resiko pembedahan tinggi karena keadaan medis lainnya, dianjurkan untuk menjalani diet rendah lemak dan menurunkan berat badan.5. Memberikan antacid, penghilang rasa nyeri dan obat-obat antikolinergik.2.9 KOMPLIKASI1. Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya gerakan usus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau perforasi kandung empedu.2. Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari empedu ke dalam hati menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat sebagian oleh batu empedu atau oleh peradangan.3. Jika pemeriksaan darah menunjukan peningkatan kadar enzim amylase, mungkin telah terjadi peradangan pancreas yang disebabkan oleh penyumbatan batu empedu pada saluran pancreas (duktus pankreatikus).

2.10 PROGNOSISPenyembuhan spontan didapatkan pada 85% kasus, sekalipun kandung empedu menjadi tebal, fibrotic, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi. Tidak jarang menjadi kolesistitis rekuren. Kadang-kadang kolesistitis akut berkembang secara cepat menjadi gangrene, empiema, dan perforasi kandung empedu, fistula, abses hati atau peritonitis umum. Tetapi hal ini dapat dicegah dengan pemberian antibiotik yang adekuat pada awal serangan. Tindakan bedah akut pada pasien usia tua (>75 tahun) mempunyai prognosis yang jelek disamping kemungkinan banyak timbul komplikasi pasca bedah. BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

1. BiodataNama, alamat, tempat dan tanggal lahir, suku, agama, pendidikan, pekerjaanJenis kelamin: Lebih beresiko pada perempuan, karena perempuan memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi, sehingga resiko stasis empedu meningkat.Umur

: Lebih beresiko pada perempuan umur diatas 40 tahun, karena pada usia yang lebih tua, terjadi degenerasi fungsi kandung empedu, sehingga kemampuan pengosongan kandung empedu menurun dan bisa terjadi stasis empedu.2. Keluhan utama

Keluhan utamanya adalah nyeri di perut kanan bagian atas.Nyeri bertambah hebat bila penderita menarik nafas dalam dan sering menjalar ke bahu kanan.3. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya terdapat mual dan muntah, Dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi kaku, demam ringan yang semakin lama cenderung meninggi. Anoreksia, tidak toleran terhadap lemak, regurgitasi berulang, sering flatus4. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit batu empedu (kolelitiasis)

5. Pemeriksaan fisik

B1: Peningkatan frekwensi, nafas pendek dangkalKarena apabila menarik nafas dalam, terjadi peningkatangn nyeri, sehingga pasien cenderung bernafas pendek dan dangkalB2: TakikardiKompensasi dari peningkatan laju metabolik akibat reaksi infeksi, sehingga membutuhkan aliran darah yang lebih banyakB3: NyeriTerjadi inflamasi pada kandung empeduB4: Perubahan warna urin (seperti teh)

Terjadi gangguan pada sirkulasi cairan empedu, sehingga empedu tidak dapat mengalir secara sempurna dan gagal dalam pemberian warna khas pada urin

B5: Mual muntah , anoreksia, perubahan warna feses

-Terjadi gangguan pada sirkulasi cairan empedu, sehingga empedu tidak dapat mengalir secara sempurna dan gagal dalam pemberian warna khas pada feses.

-Perut terasa penuh karena lemak tidak dapat dicerna sempurna, sehingga menimbulkan rasa mual muntah serta anoreksia

B6: Jaundis, ikterusTerjadi gangguan pada sirkulasi cairan empedu, sehingga empedu tidak dapat mengalir secara sempurna dan bisa masuk ke pembuluh darah yang mengalir ke seluruh tubuh.3.2 ANALISA DATANoDataEtiologiProblem

1DS: Klien mengeluh nyeri pada perut kanan atas.

DO: a. Klien memegangi perut kanan atas dan mukanya menunjukan kesakitanb. Klien tampak meringis kesakitanc. Klien menyatakan tingkat nyerinya 8 ( rentangnnya 0-10)

d. RR = 24 x / mnt

e. nadi = 105 x/mnt

Peradangan kandung empedu

Mempengaruhi saraf simpatis

Mempengaruhi pusat nyeri

NyeriNyeri

2DS: Klien mengeluh perut terasa penuh, mual

DO:a. Penurunan BB

b. Hb < 8

c. Albumin < 3,5

d. Porsi makan tidak habise. Klien tampak kurus dan pucat.f. Klien muntahTidak efektifnya pencernaan lemak

Lemak terakumulasi di saluran pencernaan

Perut terasa penuh

Mempengaruhi pusat mual

Mual, muntah

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3DS: Klien mengeluh perut terasa penuh, mual

DO: a. Klien muntahb. Turgor jelek

c. Mukosa kering

d. Input lebih sedikit daripada output.Tidak efektifnya pencernaan lemak

Lemak terakumulasi di saluran pencernaan

Perut terasa penuh

Mempengaruhi pusat mual

Mual, muntah

Resiko kekurangan volume cairanResiko kekurangan volume cairan

4DS: klien mengaku kurang mengetahui tentang penyakit yang dideritanya

DO:a. klien tampak gelisahb. Ketika ditanya klien tidak dapat menjelaskan tentang penyakitnya.

c. Klien tampak bingung dan cemas.

d. Tingkat pendidikannya rendahTingkat pendidikan rendah

Kurang informasi

Kurang pengetahuanKurang pengetahuan

3.3 DIAGNOSA

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi. 2. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak, mual muntah.3. Resiko tinggi kekurangan cairan volume cairan berhubungan dengan muntah.4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi.

3.4 INTERVENSI 1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasiTujuan: Nyeri berkurang atau hilang.Kriteria hasil: 1. Ekspresi klien tampak rileks.2. Skala nyeri kurang dari 3 ( rentang 1-10)3. Dapat melakukan aktifitas secara normal tanpa ada keluhan nyeri

4. Dapat beristirahat/tidur NoIntervensiRasional

1Observasi catat lokasi, tingkat dan karakter nyeri.Membantu mengidentifikasi nyeri dan memberi informasi tentang perkembangannya.

2Tingkatkan tirah baring (fowler) / posisi yang nyaman

Posisi fowler menurunkan tekanan-tekanan intra abdominal.

3Berikan diit rendah lemakMengurangi stimulus pada kandung empedu

4Kompres hangatDilatasi dinding empedu, spasme menurun.

5Kolaborasi :Antibiotik, Analgetik, SedatifAntibiotik: mencegah inflamasi yang berkelanjutanAnalgetik:mengurangi nyeri

Sedatif: Untuk relaksasi/ ketenangan

2. Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak, mual muntah.

Tujuan : Nutrisi terpenuhi secara adekuat sesuai dengan kebutuhanKriteria hasil :1. BB seimbang2. Kadar albumin ( 3,5 4,7 )dan hemoglobin normal3. Pasien tampak rileks, rambut sehat

4. Porsi makan habis5. Tidak mual / muntahNoIntervensiRasional

1Diskusikan menu yang disukai dan ditoleransi meningkatkan intake makanan

2Timbang BB sesuai indikasimengawali keseimbangan diit / keefektifan diit

3Kaji perkiraan kebutuhan kalori tubuhmenetapkan jumlah intake kalori yang dibutuhkan tiap hari

4Anjurkan gosok gigi sebelum makan / sesudahmenjaga kebersihan mulut (tidak bau dan meningkatkan nafsu makan)

5Anjurkan mengurangi makanan berlemak dan menghasilkan gasmenurunkan rangsangan mual muntah

3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap) berhubungan dengan muntah.

Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuatKriteria hasil :

1. Turgor kulit baik, membran mukosa lembab2. Pengisian kapiler baik3. input dan output seimbang

NoIntervensiRasional

1Pertahankan intake dan output cairan.mempertahankan volume sirkulasi.

2Awasi tanda peningkatan rangsangan muntahmencegah muntah.

3Kolaborasi : Pemberian antiametik, Pemasangan NGTMengurangi rasa ingin muntah

NGT: mencukupi kebutuhan nutrisi

4Anjurkan cukup minum (1 botol aqua 1500 ml/nr)Mencukupi kebutuhan cairan klien

4. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognose, pengobatan berhubungan dengan kurang informasiTujuan : Meningkatkan pengetahuan klienKriteria hasil : 1. Pengetahuan klien meningkat2. Berpartisipasi dalam pengobatan.NoIntervensiRasional

1Kaji informasi yang pernah didapatmengkaji tingkat pemahaman klien

2Beri penjelasan tentang penyakit, prognase dan tindakan diagnostikmemungkinkan terjadinya partisipasi aktif.

3Beritahukan setiap tindakan yang akan dilakukan / (tujuan prosedur)Klien memahami tujuan tindakan yang dilakukan sehingga dapat lebih kooperatif.

4Beritahukan diit yang tepat, tehnik relaksasi, untuk persiapan operasi.Mengurangi kecemasan klien sehingga lebih tenang dan mencegah resiko saat operasi

5Anjurkan tehnik istirahat yang harus dilaporkan tentang sakitnya.Meningkatkan kenyamanan pasien saat istirahat

BAB IV

TINJAUAN KASUS

Ny. LL, usia 39 tahun, masuk rumah sakit Dr. Sutomo pada tanggal 18 Maret 2002 dengan keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri mulai dirasakan 14 hari sebelum ini,klien juga merasakan mual dan panas pada perut bagian kanan atas, nyeri dirasakan selama 3 hari berturut-turut. Sekarang nyonya LL sudah tidak nyeri lagi. Sebelum dibawa ke RS Dr. Sutomo, klien di rawat di RS. Siti Khotijah, karena tidak ada perubahan dan nyeri bertambah terus menerus maka klien di bawa ke RS. Dr. Sutomo pada tanggal 18 Maret 2010. Keluarga klien belum pernah ada yang menderita penyakit seperti ini.4.1 PENGKAJIAN

a. Identitas Pasien1. Nama:Ny. LL

2. Tempat/Tgl Lahir:39 th

3. Suku / Bangsa:Indonesia

4. Agama:Islam

5. Status Marital:Marid

6. Pendidikan / Pekerjaan:Ibu rumah tangga

7. Bahasa yang dipakai:Jawa

8. Alamat No. Telp.:Tawang sari barat RT 15 / RW IV SDA

9. MRS:18 Maret 2002b. Keluhan UtamaNyeri perut kanan atas (3 hari terus menerus).c. Riwayat penyakit sekarang

Klien mendadak nyeri perut kanan atas, mual dan panas, lalu klien dirawat di RS Khotijah. Nafsu makan turun sejak sakit.d. Riwayat penyakit dahuluKlien sebelumnya dirawat di RS siti khotijah dengan sakit yang sama.

Karena pengin cepet sembuh, minta pindah ke Rumah Sakit Soetomo Surabaya.e. Riwayat penyakit keluargaTidak ada yang anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.f. Pemeriksaan fisikB1: -

B2:.-

B3: Nyeri

B4: -

B5: Mual, muntah, nafsu makan turun

B6: Kuning pada seluruh tubuhg. Analisa dataNoDataEtiologiProblem

1S: Klien mengatakan terasa nyeri di perut kanan atasO:a. Klien tampak meringis kesakitanb. Klien menyatakan tingkat nyerinya 8 ( rentangnnya 0-10)

c. RR = 24 x / mnt

d. nadi = 105 x/mnt

Proses inflamasi kandung empedu

Merangsang syaraf simpatis

Merangsang pusat nyeri

NyeriNyeri

2S: Klien mengatakan mual dan nafsu makan turun

O: a. Sebelum sakit BB 54 kg setelah sakit 45 kg

b. Hb < 8

c. Albumin < 3,5

d. Porsi makan tidak habise. Klien tampak kurus dan pucat.Gangguan pencernaan lemak

Perut terasa penuh

Mempengaruhi pusat mual muntah

Mual muntah

Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3S:Klien menanyakan kenapa matanya sekarang kuning, klien menanyakan kapan di operasi, klien mengungkapkan ketidak mengertiannya tentang sakitnya.

O: a. klien tampak gelisahb. Ketika ditanya klien tidak dapat menjelaskan tentang penyakitnya.

c. Klien tampak bingung dan cemas.

d. Pendidikannya rendah Pendidikan rendah

Kurang informasi

Kurang pengetahuanKurang pengetahuan

4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

2. Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan tidak adekuat/efektifnya pencernaan lemak, mual muntah3. Kurang pengetahuan terhadap prognose, pengobatan dan penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.4.3 INTERVENSI1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasiTujuan : Nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria hasil:

a. Ekspresi klien tampak rileks.b. Skala nyeri kurang dari 3 ( rentang 1-10)c. Dapat melakukan aktifitas secara normal tanpa ada keluhan nyeri

d. Dapat beristirahat/tidur NoIntervensiRasional

1Observasi catat lokasi, tingkat dan karakter nyeri.Membantu mengidentifikasi nyeri dan memberi informasi tentang terjadinya perkembangannya.

2Tingkatkan tirah baring (fowler) / posisi yang nyaman

Posisi fowler menurunkan tekanan-tekanan intra abdominal.

3Berikan diit rendah lemakMengurangi stimulus kandung empedu

4Kompres hangatDilatasi dinding empedu spasme menurun.

5Kolaborasi :

Antibiotik

Analgetik

SedatifAntibiotik: mencegah inflamasi yang berkelanjutan

Analgetik:mengurangi nyeri

Sedatif: Untuk relaksasi/ ketenangan

2. Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pencernaan lemak tidak efektif.Tujuan: Nutrisi klien terpenuhi secara adekuat sesuai kebutuhanKriteria hasil:1. BB seimbang2. Kadar albumin ( 3,5 4,7 ) dan hemoglobin normal

3. Pasien tampak segar, rambut sehat

4. Porsi makan habis5. Tidak mual / muntahNoIntervensiRasional

1Diskusikan rencana / diit yang disukai ditolelirMeningkatkan intake makanan

2Kaji distensi abdomen, hambatan intake dan perkiraan intake output

mengidentifikasi tingkat kebutuhan nutrisi

3Konsul gizi untuk pemberian diit rendah lemak berserat dan batasi makanan berbentuk gas

meminimalkan kerja usus dan meminimalkan rangsangan kandungan empedu.

4Timbang BB setiap 2 hari

Mengawasi keefektifan rencana diit

5Beri porsi makan sedikit tapi seringMeningkatkan intake makanan

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan: pengetahuan klien meningkat dan bisa memahami penyakitnyaKriteria hasil :a. Mampu menjelaskan kembali informasi tentang penyakitnyab. Prognose serta tindakan yang akan dilakukan.NoIntervensiRasional

1Berikan penjelasan setiap tindakan yang akan dilakukan.meningkatkan pengetahuan dan merangsang kooperatif.

2Kaji tingkat pemahaman dan informasi yang pernah di dapat tentang penyakitnya (prognose dan prosedur diagnostik)tidak mengulang-ulang informasi yang pernah diberikan

3Libatkan keluarga dalam pemberian informasimeningkatkan penyerapan informasi dan kooperatif

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu baik secara akut ataupun kronis (Barbara C. Long, 1996 : 154). Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa. Sedangkan kolesistitis kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung empedu, yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat. Selain itu biasanya terdapat mual dan muntah, Nyeri tekan perut, dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi kaku.

Komplikasi dari kolesistitis adalah Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya gerakan usus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau perforasi kandung empedu. Selain itu terjadi, serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari empedu ke dalam hati menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat sebagian oleh batu empedu atau oleh peradangan.5.2 Saran

Sesuai dengan apa yang kami bahas diatas, maka sebaiknya semua orang menjaga pola makan terutama yang mengandung lemak hewan. Karena dapat menjadi pemicu terjadinya kolesistitis. Selain itu jika sudah mengalami nyeri yang tidak wajar dan menggaggu aktivitas sebaiknya segera diperiksakan.DAFTAR PUSTAKASetyono, Joko.2001. keperawatan medikal bedah. Jakarta:salemba medika

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan keperawatan medical bedah. Jakarta:EGC

Pridady. 2002. Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM. Jakarta: Balai penerbit FKUIBatticaca, Fransisca B.2009.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Metabolisme.Jakarta:Salemba medica.

Henderson.1989.Ilmu Bedah untuk Perawat. Yoyakarta: Yayasan Essentia MedicaGladden, Don.www.emedicine.medscape.com ( diakses tgl 23 november 2010)1. Puasa yang berkepanjangan kenapa bisa kolesistitis? ( Qolbi )

Jawab:

2. Pemeriksaan apa yang membedakan kolesstitis dan kolelitiasis? ( Sartika sari )

Jawab :a. USG kolesistitis : tampak adanya inflamasi tetapi belum tentu terdapat batu, sedangkan Kolelitiasis : pasti tampak adanya batu pada kandung empedu.

b. Kimia darah3. Pengaruh kolesistitis pada fungsi hati dan Bagaimana intervensi yang dilakukan perawat? ( Naily)Jawab : a. Terjadi refluks cairan empedu ke hati menyebabkan gangguan metabolisme lemak terjadi fatty liver.b. Yang dilakukan perawat adalah mengajurkan tirah baring untuk mengurangi nyeri dan pemberian cairan parentaeral untuk mengurangi stimulus pada kandung empedu.

Ketika puasa yang berkepanjangan

makanan yang masuk sedikit

stimulus yang mempengaruhi pengosongan kandung empedu menjadi minimal

pengosongan kadung empedu menurun terjadi statis kandung empedu menjadi minimal

Pemekatan empedu

Infeksi

Statis empedu

Batu empedu

26