Top Banner

of 43

Askep ITP Mae Di Ruang Kemuning

Jul 13, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Askep ITP

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari pembekuan darah. Pada orang normal jumlah trombosit didalam sirkulasi berkisar antara 150.000 450.000/ul, rata-rata berumur 7-10 hari. Kira-kira 1/3 dari jumlah trombosit di dalam sirkulasi darah mengalami penghancuran di dalam limpa. Oleh karena itu untuk mempertahankan jumlah trombosit supaya tetap normal, diproduksi 150.000-450.000 sel trombosit perhari. Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal, meskipun biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang dari 10.000/mL. (Sudoyo,dkk, 2006) Trombositopenia dapat bersifat congenital ataupun didapat, dan dapat terjadi akibat penuruna reproduksi trombosit, seperti anemia aplastik, myelofibrosis, terapi radiasi atau leukemia, peningkatan penghancuran trombosit, seperti pada infeksi tertentu: toksisitas obat, atau koagulasi intravaskuler, diseminasi (DIC), distribusi abnormal atau sekuestrasi pada limpa, atau trombositopenia delusional setelah hemoragia atau tranfusi sel darh merah. (Sandara, 2003) Trombositopenia (jumlah platelet kurang dari 80.000/mm3) paling sering disebabkan oleh perdarahan abnormal karena produksi platelet menurun, ataupun peninggian sekuestrasi atau destruksi yang bertambah. Penyebab peninggian destruksi platelet diantaranya

trombositopenia purpura idiopatik (autoimun), trombositopenia sekunder atau yang diinduksi obat-obatan, sindroma uremik hemolitik dan vaskulitis. Penurunan produksi trombosit (platelets) dibuktikan dengan aspirasi dan biopsi sumsum tulang. Dimana akan dijumpai pada segala kondisi yang mengganggu atau yang menghambat fungsi sumsum tulang. Kondisi ini meliputi anemia aplastik, mielofibrosis (penggantian unsur-unsur sumsum tulang dengan jaringan fibrosa), leukemia akut, dan karsinoma metastatic lain yang menggganti unsureunsur sumsum normal. Keadaan trombositopenia dengan produksi trombosit normal biasanya disebabkan oleh penghancuran atau penyimpanan yang berlebihan.

1

Askep ITP

Trombosit dapat dihancurkan oleh produksi antibody yang diinduksi oleh obat seperti yang ditemukan pada quidinin, atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja melawan jaringannya sendiri). Antibodi - antibodi ini ditemukan pada penyakit seperti lupus eritematosus, leukemia limfositik kronis, limfoma tertentu dan ITP. ITP terutama ditemukan pada wanita muda, bermanifestasi sebagai trombositopenia yang mengancam jiwa dengan jumlah trombosit yang sering kurang dari 10.000/mm3. Antibodi IgG yang ditemukan pada membrane trombosit dan meningkatnya pembuangan dan penghancuran trombosit oleh system makrofag. (Sylvia & Wilson, 2006) Trombositopenia berat dapat mengakibatkan kematian akibat kehilangan darah atau perdarahan dalam organ-organ vital. Insiden untuk ITP adalah 50-100 juta kasus baru setiap tahun. Dengan pasien anak hampir separuh dari bilangan tersebut. Kejadian kasus ITP diperkirakan 5 kasus per 100.000 anak-anak dan 2 kasus per 100.000 pada dewasa. Kasus ITP pada umumnya terjadi pada anak-anak yang kurang mendapat perhatian medis.

1.2.TUJUAN 1.2.1. Tujuan Umum Secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui secar garis besar tentang kasus pasien ITP secara menyeluruh 1.2.2. Tujuan KHusus 1.2.2.1.Mengetahui pengertian ITP 1.2.2.2.Mengetahui etiologi, patofisiologi, dan manifestasi klinis 1.2.2.3.Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit ITP 1.2.2.4.Mengetahui konsep keperawatan pada pasien ITP

2

Askep ITP

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1. PENGERTIAN ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiophatic berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka memar yang banyak (berlebihan). ITP merupakan kelainan autoimun dimana autoantibody IgG dibentuk untuk mengikat trombosit. Insiden tersering pada usia 20-50 tahun dan lebih sering pada wanita disbanding pria (2:1). (Arief Mansjoer, dkk). ITP juga bisa dikatakan kelainan pada sel pembekuan darah yakni trombosit yang jumlahnya menurun sehingga menimbulkan perdarahan. Perdarahan pada umumnya terjadi pada permukaan kulit berupa bintik merah hingga ruam kebiruan. Dalam tubuh seseorang yang menderita ITP, sel-sel darahnya, kecuali keping darah berada dalam jumlah yang normal. Keeping darah (platelets) adalah sel-sel yang sangat kecil yang menutupi area tubuh pasca luka atau akibat teriris/terpotong dan kemudian membentuk bekuan darah. Seseorang dengan keeping darah yang terlalu sedikit dalam tubuhnya akan sangat mudah mengalami luka memar dan bahkan mengalami perdarahan dalam periode cukup lama setelah mengalami trauma luka. Kadang bintik-bintik kecil merah (petechiae) muncul pula pada permukaan kulitnya. Jika jumlah keeping darah atau trombosit sangat rendah, penderita ITP bisa juga mengalami mimisan yang sukar berhanti, atau mengalami perdarahan dalam organ ususnya.

2.2. ETIOLOGI Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti. Mekanisme yang terjadi melalui pembentukan antibody yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati. (Imran, 2008) Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibody yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibody adalah respon tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh. Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keeping darah tubuhnya sendiri.

3

Askep ITP

ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi makanan, obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor pematangan (malnutrisi), DIC (mis: DSS, leukemia) dan terakhir dikemukakan bahwa ITP terutama yang menahun merupakan penyakit autoimun.

2.3. EPIDEMIOLOGI ITP dibagi menjadi dua, yakni akut ITP dan kronik ITP. Batasan yang dipakai adalah waktu, jika dibawah 6 bulan di sebut akut ITP dan diatas 6 bulan disebut kronik ITP. Akut ITP sering terjadi pada anak-anak, biasanya anak-anak dengan usia 2-4 tahun. Sedangkan kronik ITP sering terjadi pada dewasa, sebagian besar dialami oleh wanita muda, tetapi dapat terjadi pada siapa saja. Dan ITP bukanlah penyakit keturunan.

2.4. PATOFISIOLOGI Kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibody terhadap glikoprotein yang terdapat pada membrane trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang diselimuti antibody, hal tersebut dilakukan oleh makrifag yang terdapat pada limpa dan organ retikulo endothelial lainnya. Megakariosit pada sumsum tulang bisa normal atau meningkat pada ITP. Sedangkan kadar trombopoitein dalam plasma, yang merupakan progenitor proliferasi dan maturasi dari trombosit mengalami penuruna yang berarti, terutama pada ITP kronis. Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemiologis antara ITP akut dan kronis, menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme patofisiologi terjadinya trombositopenia diantara keduanya. Pada ITP akut, penghancuran trombosit meningkat karena adanya antibody yang dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri atau virus atau pada imunisasi, yang bereaksi silang ddengan antigen dari trombosit. Sedangkan pada ITP kronik mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi system imun seperti pada penyakit autoimun lainnya yang berakibat terbentuknya antibody spesifik terhadap antibody. Namun bagaimana antibody antitrombosit meningkat pada ITP, perbedaan secara pastipatofisiologi ITP akut dan kronis, serta komponen yang terlibat dalam regulasinya masih belum diketahui secara pasti.

4

Askep ITP

Gambaran klinis ITP: a. Onset pelan dengan perdarahan melalui kulit atau mukosa, berupa: petechie, ekimosis, menorrhagia, epistaksis, atau perdarahan gusi. b. Perdarah SSP (jarang terjadi, tetapi berakibat patal) c. Splenomegali pada < 10% kasus.

5

Askep ITP

PATHWAY

Idiopathic, infeksi virus, hipersplenisme

Antigen (makrofag) menyerang trombosit

Destruksi trombosit dalam sel penyaji antigen (dipicu oleh antibody)

Pembentukan neoantigen

Splenomegali

Trombositopenia

perdarahan

Nyeri

anemia

Nafsu makan menurun

mudah lelah

kadar Hb menurun

purpura

Ggn kebutuhan nutrisi

Intoleransi aktivitas

Ggn integritas kulit

Ggn perfusi jaringan

Ggn pemenuhan kebutuhan O2

6

Askep ITP

2.5. PENCEGAHAN 2.5.1. ITP tidak dapat dicegah, tetapi yang dapat dicegah komplikasinya. 2.5.2. Menghindari obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat mempengaruhi platelet dan meningkatkan resiko perdarahan. 2.5.3. Lindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau perdarahan. Lakukan terapi dengan benar untuk mencegah infeksi berkembang 2.5.4. konsultasi ke dokter jika ada gejal infeksi, seperti demam, terutam untuk pasien ITP yang sudah tidak memiliki limpa

2.6. GEJALA DAN TANDA 2.6.1. Bintik-bintik merah pada kulit (terutama daerah kaki), seringnya bergerombol menyerupai rash (petechiae). 2.6.2. Memar atau kebiruan pada kulit dan membrane mukosa (seperti dibawah mulut) disebabkan perdarahan dibawah kulit tanpa alasan yang jelas (purpura). Pada perdarahn yang lebih sering dapat membentuk massa tiga dimensi yang disebut hematoma. 2.6.3. Hidung mengeluarkan darah atau perdarahan gusi, ada darah pada urine dan faeses, menstruasi yang berkepanjangan, perdarahan pada otak (jarang terjadi) menunjukkan tingkat keparahan penyakit. 2.6.4. Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatique, dan sulit berkonsentrasi.

2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG 2.7.1. Hitung darah lengkap, menunjukkan penurunan jumlah Hemoglobin, Hematokrit, dan trombosit. 2.7.2. Anemia normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom 2.7.3. Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis. 2.7.4. sumsum tulang biasanya normal, tetapi megakariosit muda dapat bertambah dengan maturion arrest pada stadium megakariosit 2.7.5. Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan abnormal, prothrombin consumption memendek, RL test (+)

7

Askep ITP

2.8. TERAPI Terapi ITP lebih ditujukan untuk menjaga agar jumlah trombosit dalam kisaran aman sehingga mencegah terjadinya perdarahan mayor. Terapi untuk anak-anak dan dewasa hamper sama. Kortikosteroid (mis: prednisone) sering digunakan untuk terapi ITP. Dosis awalnya 0,5 1,2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu. Respon terapi kortikosteroid terjadi dalam 2 minggu dan pada umumnya terjadi pada minggu pertama, bila respon membaik dilanjutkan sampai 1 bulan, kemudian dilakukan tapering. Kortikosteroid meningkatkan jumlah platelet dalam darah dengan cara menurunkan aktivitas system imun. Pasien yang mengalami perdarahan parah membutuhkan tranfusi platelet dan dirawat di rumah sakit.

2.9. DAMPAK HOSPITALISASI 2.9.1. Pada Anak Masalah utama yang terjadi adalah karena dampak dari perpisahan dengan orangtuanya sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Respon terhadap nyeri atau adanya perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak dan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan. 2.9.2. Pada Orangtua Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menimbulkan dampak bagi anak, tetapi juga bagi orangtuanya. Untuk itu, perasaan orangtua tidak boleh diabaikan, karena apabila orangtua merasa stress maka ddalam merawat anaknya menjadi kurang baik dan akan menyebabkan anak menjadi stress pula. Reaksi orangtua terhadap perawatan anak di rumah sakit dan latar belakang yang menyebabkan stress, yaitu: a. Perasaan cemas dan takut Perasaan cemas dan takut dapat muncul ketika orangtua melihat anaknya mendapat prosedur menyakitkan seperti pengambilan darah, pemasangan infus, injeksi, pungsi lumbal dan prosedur invasive lainnya. Seringkali orangtua tidak tega bahkan8

Askep ITP

menangis melihatnya. Pada kondisi ini, perawat harus bijaksana bersikap pada anak dan orangtua. b. Perasaan sedih Perasaan ini sering muncul pada saat anak berada pada kondisi terminal dan orangtua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh. Bahkan, pada saat menghadapi anaknya yang menjelang ajal, rasa sedih dan berduka akan dialami orangtua. Pada kondisi ini orangtua menunjukkan perilaku isolasi atau tidak mau didekati oleh orang lain, bahkan bersikap tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. c. Perasaan frustasi Pada kondisi anak yang sudah dirawat terlalu lama tetapi tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang diterima orangtua baik dari keluarga maupun kerabat lainnya, maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan frustasi. Oleh karena itu sering kali orangtua menunjukkan perilaku tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan bahkan menginginkan pulang paksa.

2.10. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ITP 2.10.1. PENGKAJIAN a. Keluhan utama b. RPS : memar, bintik pada kulit, keluar darah pada hidung dan gusi. : pasien dengan ITP biasanya mengalami memar, bintik merah

pada kulit, keluar darah dari hidung dan ada perdarahan gusi c. RPD dari orangtuanya d. Riwayat lingkungan : kondisi lingkungan yang kurang baik atau kumuh, karena penyakit ini biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri dan vaksinasi dengan virus aktif e. Aktivitas/ istirahat rendah f. Sirkulasi menstruasi berat : riwayat kehilangan darah kronis, mis: perdarahan GI kronis, : keletihan, kelemahan, malaise umum, toleransi terhadap latihan : kemungkinan ada kelainan hematologi dan penyakit HIV AIDS

9

Askep ITP

g. Integritas ego

: keyakinan agama/ budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,

penolakan transfusi darah h. Eliminasi konstipasi i. j. Makanan/ cairan Neurosensori : penurunan masukan diet, mual dan muntah : sakit kepala, pusing, kelemahan, penurunan penglihatan : nyeri abdomen, sakit kepala : nafas pendek pada saat istirahat dan aktivitas : penyembuhan luka buruk, sering infeksi, riwayat transfusi darah : hematemesis, faeses dengan darah segar, melena, diare,

k. Nyeri/ kenyamanan l. Pernafasan

m. Keamanan sebelumnya

2.10.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b. d anoreksia b. Nyeri akut b.d cedera agen c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik d. Resiko gangguan integritas kulit b.d faktor imunologis e. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel f. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen b.d penurunan kapasitas pembawa oksigen darah

10

Askep ITP

2.10.3. INTERVENSI KEPERAWATAN No Dx 1 Tujuan 1. Tupan: dilakukan keperawatan jam, kebutuhan klien terpenuhi Intervensi Rasionalisasi kecil dapat

setelah 1. beri makan dalam porsi 1. porsi tindakan 2x24 intake kecil tapi sering

meningkatkan masukan sesuai kebutuhan dan 2. intake kurang dapat

diharapkan 2. pantau nutrisi

timbang BB setiap hari

mengakibatkan penurunan BB

3. kolaborasi dengan ahli 3. untuk penyesuaian dan 2. Tupen: mual dan diet penghitungan diet program

muntah hilang atau berkurang 4. kolaborasi 3. KH: BB stabil, makan habis sesuai porsi antiemetik

pemberian 4. antiemetik mengurangi

dapat keluhan

mual dan muntah 5. libatkan keluarga dalam 5. rasa perencanaan diet sesuai program keluarga keterlibatan akan

memberikan pemahaman keluarga akan program diet

2

1. Tupan: dilakukan keperawatan jam, klien melaporkan

setelah 1. Tentukan riwayat nyeri, 1. Memberikan tindakan 2x24 lokasi, intensitas durasi dan

informasi

yang diperlukan untuk merencanakan asuhan

diharapkan 2. Evaluasi dapat dan pembedahan, khemotherapi 3. Berikan seperti

therapy: 2. Untuk radiasi,

mengetahui

therapy yang dilakukan sesuai atau tidak

mengontrol nyerinya 2. Tupen: nyeri yang dirasakan berkurang klien

pengalihan 3. Meningkatkan reposisi dan kenyamanan mengalihkan dengan perhatian

aktivitas menyenangkan

klien dari rasa nyeri

11

Askep ITP

No Dx

Tujuan 3. KH: ekpresi wajah rileks

Intervensi 4. Ajarkan tehnik relaksasi

Rasionalisasi 4. Meningkatkan kontrol

diri atas efek samping dengan menurunkan

stress dan ansietas 5. Evaluasi nyeri, berikan 5. Untuk pengobatan bila perlu efektivitas mengetahui penanganan

nyeri, tingkat nyeri dan untuk kebutuhan mengetahui klien akan

obat analgetik 6. Diskusikan penanganan rencana 6. Agar nyeri terapi yang

diberikan tepat sasaran

dengan dokter dan klien 7. Kolaborasi pemberian analgetik 3 1. Tupan: dilakukan keperawatan 7. Analgetik untuk mengatasi nyeri menentukan

setelah 1. Kaji kemampuan klien 1. Untuk tindakan 2x24 untuk aktivitas normal, catat adanya kelemahan dan keletihan

pilihan intervensi

jam, diharapkan klien dapat

melakukan 2. Awasi TTV

2. Peningkatan nilai TTV menunjukkan adanya

aktivitas sendiri tanpa bantuan orang lain 2. Tupen: klien dapat berpartisipasi setiap aktivitas 3. KH: menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas 4. Ubah posisi klien dalam 3. Berikan yang tenang

upaya jantung dan paru untuk membawa oksigen ke jaringan lingkungan 3. Lingkungan yang tenang klien dapat beristirahat untuk menurunkan

kebutuhan oksigen tubuh pasien 4. Hipotensi postural

dengan perlahan dan12

menyebabkan pusing,

Askep ITP

No Dx

Tujuan

Intervensi pantau adanya pusing

Rasionalisasi berdenyut meningkatkan cedera dan resiko

4

1. Tupan: dilakukan keperawatan jam,

setelah 1. Kaji integritas kulit tindakan 2x24

1. Memberikan untuk

informasi menentukan

rencana asuhan untuk 2. Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi

diharapkan 2. Anjurkan klien

kerusakan kulit bisa berkurang

tidak menggaruk dengan keras bagian yang gatal posisi

2. Tupen: klien dapat 3. Ubah berpartisipasi pencegahan komplikasi kerusakan jaringan kulit 3. KH: jaringan kulit dalam teratur

secara 3. Menghindari penekanan pada lokasi yang sama secara terus menerus

4. Anjurkan klien

untuk 4. Mencegah

trauma

menghindari pemakaian cream kulit tanpa

berlanjut pada kulit

tetap utuh, tidak ada luka, tidak ada infeksi 5 1. Tupan: dilakukan keperawatan jam, gangguan

rekomendasi dokter TTV, kaji 1. Memberika tentang perfusi informasi keadekuatan jaringan dan

setelah 1. Awasi tindakan 2x24

pengisian kapiler

diharapkan perfusi

membantu intervensi

menentukan

jaringan teratasi 2. Tupen: stabil 3. KH: TD 120/80, CRT < 3 dtk, hasil TTV

2. Atur posisi semifowler 2. Meningkatkan ekspansi sesuai toleransi paru memaksimalkan oksigenasi kebutuhan seluler 3. Kaji adanya respon 3. Mengidentifikasi adanya untuk dan

verbal melambat, mudah13

Askep ITP

No Dx

Tujuan

Intervensi terangsang

Rasionalisasi gangguan karena hipoksia serebral

4. Awasi upaya pernafasan. 4. Adanya Auskultasi bunyi nafas menunjukkan jantung

dispnoe regangan yang

lama/peningkatan kompensasi jantung

6

1. Tupan: dilakukan keperawatan jam, kebutuhan terpenuhi 2. Tupen:

setelah 1. Kaji tindakan 2x24

frekuensi, 1. Perubahan irama

pada

kedalaman dan pernafasan

pernafasan menunjukkan kebutuhan intervensi upaya

diharapkan oksigen

2. Tempatkan klien dalam 2. Lingkungan kengurangi lingkungan nyaman yang nyaman memaksimalkan pemenuhan oksigen 3. Atur posisi tidur yang nyaman 3. Memaksimalkan ekspansi menurunkan

yang dapat dalam

distress pernafasan 3. KH: RR normal

kebutuhan

paru, kerja

pernafasan, menurunkan resiko aspirasi 4. Bantu dalam tehnik nafas 4. Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas

14

Askep ITP

BAB 3 TINJAUAN KASUS Nama Mahasiswa Tempat praktek Tanggal pengkajian : Maemunah, S.Kep : Paviliun Kemuning : 14 17 Desember 2011

I.

DATA IDENTITAS Nama Usia Med Rec Nama Ayah Pekerjaan Pendidikan Nama Ibu Pekerjaan Pendidikan Alamat Agama Suku Bangsa : An L : 2 tahun 6 bulan : 04 64 61 61 : Tn B : buruh : SMP : Ny. R : ibu rumah tangga : SMP : jln Sukamulya 3 no 34 Rt 03/05 Kel. Sukasari Tangerang : Islam : Sunda / Indonesia

II.

KELUHAN UTAMA Keluarga klien mengatakan klien demam dan bintik merah di badan sejak 2 hari SMRS

III.

RIWAYAT MASA LAMPAU

Keluarga klien mengatakan klien pernah dirawat di RSU Tangerang selama satu minggu karena sakit paru-paru, tetapi orangtua (ayah) klien lupa waktu perawatannya.15

Askep ITP

Menurut ayah klien, klien mendapatkan therapy untuk sakit paru-parunya. Tetapi setelah selesai pengobatan 6 bulan orangtua klien tidak pernah membawa klien untuk kontrol ulang.

IV.

RIWAYAT KELUARGA (GENOGRAM)

HT, DM

an. L

Ket: : perempuan : laki-laki : hubungan keluarga : tinggal serumah

16

Askep ITP

V.

RIWAYAT SOSIAL An L adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara. An L saat ini berumur 2 tahun 6 bulan, dan diasuh oleh kedua orangtuanya. An L merupakan anak kandung dari ibu R dan bpk B. An L suka bermain dengan temannya. An L memiliki sifat yang sedikit pendiam dan agak pemalu jika bertemu dengan orang yang baru ia kenal. Lingkungan tempat An L tinggal merupakan pemukiman padat penduduk yang mayoritas warganya suka merokok dan jauh dari pabrik.

VI.

KEBUTUHAN DASAR 1. a. makanan yang disukai : mie goreng, jajanan warung

b. makanan yang tidak disukai: klien kurang suka sayuran c. minum 100 cc setiap kali minum d. alat makan yang digunakan : piring dan sendok, kadang memakai tangan 2. Pola tidur 3. Mandi 4. Bermain : 8-10 jam perhari : 2x sehari : klien suka bermain boneka dengan ayahnya (selama dirawat) 5. Eliminasi : BAK: 5-6 kali perhari, warna kuning jernih BAB: 1x/hari, konsistensi lunak, warna kuning

VII.

KEADAAN KESEHATAN SAAT INI 1. Diagnosa medis 2. Tindakan operasi 3. Status nutrisi : ITP : tidak ada : Klien hanya makan 4 - 6 sendok setiap kali makan 100 cc setiap kali minum

selama 3 hari SMRS, minum air putih sebanyak ( 8-10x/ hari) 4. Status cairan : RL 10 tts/mnt17

Askep ITP

5. Obat-obatan

: a. Ranitidine 2x10 mg/ IV b. PCT 3x100 mg/ PO c. prednisone 3x/hari (7,5 mg - 7,5 mg - 5 mg)/ PO d. Tranfusi Trombosit 1x 3 unit

6. Aktivitas

: fatique, hanya istirahat di tempat tidur

7. Tindakan keperawatan: injeksi IV tangan kanan 8. Hasil lab tanggal 14 Desember 2011: a. Hemoglobin : 9,9 gr/dL b. Leukosit c. Hematokrit d. Trombosit e. Eritrosit MCV MCH MCHC 9. Hasil Rontgen 10. Data tambahan : 7000 L : 29 % : 32.000 L : 4,20 juta/L (N: 10 - 15 gr/dL) (N: 600 - 17.000L) (N: 29% - 40%) (N: 150.000 400.000 L) (N: 3,8 5,5 juta/L)

nilai rata-rata eritrosit : : 70 cuu : 26 pg : 36 % (N: 82 92 cuu) (N: 27 31 pg) (N: 32% - 36%)

: tidak ada : tidak ada

VIII. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum 2. PB/BB 3. Mata 4. Hidung 5. Mulut : Compos mentis : 75 cm / 10 kg. : simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik : simetris, mukosa tidak pucat, hidung tampak bersih : simetris, mukosa bibir kering, perdarahan dari gusi,

rongga mulut tampak agak kotor karena darah dari gusi 6. Telinga 7. Dada 8. Jantung 9. Paru-paru : simetris, tidak ada nyeri tekan dan keluaran serumen : simetris, ekspansi dada positif, tidak ada retraksi dada : bj1 bj2 positif , Murmur positif, Gallop negatif : vesikuler di kedua lapang paru, Wheezing negatif, Ronchi negatif18

Askep ITP

10. Abdomen dan limpa tak teraba 11. Genitalia 12. Punggung 13. Ekstremitas 14. Kulit

: tidak buncit, lemas saat di palpasi, BU 10x/ mnt, hepar

: bentuk normal, tidak ada keputihan dan bersih : simetris, tidak ada skoliosis dan lordosis : tonus otot baik, kekuatan otot baik (nilai 5 untuk semua

ekstremitas), klien mampu bergerak bebas : turgor normal, kulit elastis, bintik merah kehitaman di : N 108x/ mnt, S 39OC, RR 30x / mnt

seluruh permukaan kulit 15. TTV

IX.

PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN 1. Kemandirian : An L tidak bisa memakai baju sendiri, makan masih Dibantu orangtuanya 2. Bergaul : An L sudah bisa bermain dengan teman sebayanya walaupun dengan di gendong ayahnya 3. Motorik halus : An L bisa menggambar garis dengan kertas yang dan bisa melepaskan bando 4. Kognitif dan bahasa : An L sudah bisa mengucapkan kalimat pendek. An L

sudah tahu anggota tubuh dan bisa menunjukkan lokasinya 5. Motorik kasar : An. L sudah bisa berjalan

X.

INFORMASI LAIN Klien belum pernah transfusi sebelumnya.

XI.

RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN Klien masuk ruang perawatan sejak tanggal 14 Desember 2011 dengan keluhan sejak 2 hari SMRS, klien demam, gusi berdarah dan timbul bintik merah kehitaman. Sudah 3 hari juga klien tidak mau makan, tapi untuk minum menurut ayah klien masih cukup, 100 cc setiap kali minum. Saat ini keadaan umum klien tampak lemah,

kesadaran composmentis, tampak perdarahan di gusi dan bintik merah kehitaman di seluruh tubuhnya.19

Askep ITP

XII.

ANALISA DATA NO DATA KLIEN ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN 1 DS: orangtua klien mengatakan klien sudah 3 hari hanya mau makan 4-6 sendok saja DO: Klien tampak lemah BB: 10 kg (N: 10-11 kg) Trombositopenia Perdarahan Anemia Nafsu makan menurun Intake tidak adequat Gangguan kebutuhan nutrisi 2 DS: Orang tua klien mengatakan klien demam sejak 2 hari SMRS DO: S: 390C N: 108x/mnt Mukosa bibir kering Trombositopenia Destruksi trombosit Antigen menyerang trombosit Idiopathic Hypertermi Destruksi trombosit Antigen menyerang trombosit Idiopathic Gangguan kebutuhan nutrisi

20

Askep ITP

NO

DATA KLIEN

ETIOLOGI

MASALAH KEPERAWATAN

Proses peradangan Hypertemi 3 DS: orangtua klien mengatakan klien lemas DO: Keadaan umum tampak lemah Klien hanya berbaring saja Aktivitas klien dibantu orangtuanya Hb: 9,9 gr/dl Anemia Mudah lelah Intoleransi aktivitas Perdarahan Trombositopenia Destruksi trombosit Antigen menyerang trombosit Idiopathic Intoleransi aktivitas

4

DS: Orang tua klien mengatakan klien timbul bintik merah kehitaman sejak 2 hari SMRS DO: Tampak bintik merah kehitaman di

Idiopathic Antigen menyerang trombosit Destruksi trombosit Trombositopenia

Gangguan integritas kulit

21

Askep ITP

NO

DATA KLIEN

ETIOLOGI

MASALAH KEPERAWATAN

seluruh permukaan kulit klien

Perdarahan Anemia Purpura Gangguan integritas kulit

5

DS: Orang tua klien mengatakan klien timbul bintik merah kehitaman dan perdarahan di gusi sejak 2 hari SMRS DO: Tampak bintik merah kehitaman di seluruh permukaan kulit klien Gusi tampak berdarah Intake air putih tiap kali minum Trombosit 32.000/ ul 100 cc

Idiopathic Antigen menyerang trombosit Destruksi trombosit Trombositopenia Perdarahan Resiko syok hipovolemik

Resiko syok hipovolemik

6

DS: Orang tua klien mengatakan tidak tahu mengenai penyakit anaknya DO: Orangtua bertanya tentang kondisi anaknya Klien belum pernah transfusi22

Kurang informasi Klien belum pernah transfusi Orangtua bertanya tentang penyakit anaknya Resiko cedera

Resiko cedera

Askep ITP

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b. d anoreksia 2. Hipertermi b.d proses inflamasi 3. Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan 4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik 5. Gangguan integritas kulit b.d faktor imunologis\ 6. Resiko cedera b.d kurang pengetahuan orangtua tentang proses penyakit

XIV. PRIORITAS KEPERAWATAN 1. Hipertermi b.d proses inflamasi 2. Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan 3. Gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d anoreksia 4. Gangguan integritas kulit b.d faktor imunologis 5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik 6. Resiko cedera b.d kurang pengetahuan orangtua tentang proses penyakit

23

Askep ITP

XV.

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DX 1 Hipertermi b.d proses inflamasi

TUJUAN Tupan: setelah dilakukan tindakan

INTERVENSI 1. observasi suhu tubuh

RASIONAL 1. untuk mengetahui perubahan suhu tubuh klien 2. air hangat

DS: Orang tua klien mengatakan klien demam sejak 2 hari SMRS DO: S: 390C N: 108x/mnt Mukosa bibir kering

keperawatan 1x 24 jam diharapkan tidak terjadi peningkatan suhu tubuh 2. beri kompres hangat pada daerah lipatan tubuh (axilla, paha) Tupen: Suhu tubuh normal 3. anjurkan KH: 1. Suhu tubuh dalam rentang normal, 36,50C- 37,50C 2. Nadi: 70200x/mnt 3. Mukosa bibir lembab keluarga untuk memakaikan klien baju dari bahan katun 4. kolaborasi pemberian antipiretik

membantu stimulasi pada hipothalamus sebagai pengatur suhu tubuh 3. pakaian katun membantu menyerap keringat

4. antipiretik membantu menurunkan suhu tubuh

2

Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan DS:

Tupan: setelah dilakukan tindakan keperawatan24

1. Observasi TTV

1. penurunan nilai TTV mengindikasik an adanya syok

Askep ITP

NO DX Orangtua klien mengatakan klien timbul bintik merah kehitaman dan perdarahan di gusi sejak 2 hari SMRS DO: tampak bintik merah kehitaman diseluruh permukaan kulit gusi tampak berdarah intake air putih 100cc setiap kali minum S: 390C N: 108x/mnt

TUJUAN 1x 24 jam diharapkan tidak terjadi syok hipovolemik

INTERVENSI 2. Observasi tanda-tanda syok

RASIONAL 2. mengetahui adanya syok sedini mungkin

3. observasi Tupen: Tidak ada tandatanda syok hipovolemik 4. anjurkan orangtua untuk memberikan klien minum sedikit tapi sering 5. kolaborasi pemberian cairan parenteral intake dan output

3. intake dan output yang seimbang mencegah terjadinya syok

KH: TTV dalam batas normal: TD: 95/65 mmHg, N: 70110x/mnt, S: 36,5OC 37,5 C Kesadaran composmentis Tidak ada tanda-tanda perdarahan Intake cairan cukup, 10001500 cc/hrO

4. intake cukup mencegah syok

5. cairan parenteral membantu mencegah syok

25

Askep ITP

NO DX 3 1. Gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d anoreksia DS: orangtua klien mengatakan klien sudah 3 hari hanya mau makan 4-6 sendok saja DO: Klien tampak lemah Makan porsi BB 10 Kg

TUJUAN Tupan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam diharapkan tidak terjadi gangguan nutrisi

INTERVENSI 1. beri dalam kecil sering

RASIONAL kecil

makan 1. porsi porsi tapi dapat

meningkatkan masukan sesuai kebutuhan 2. intake kurang

2. pantau intake dan

dapat mengakibatkan penurunan BB 3. untuk penyesuaian

timbang BB Tupen: Klien dapat makan sesuai porsi yang disajikan 3. kolaborasi dengan diet ahli setiap hari

dan penghitungan program diet 4. antiemetic

KH: Makan habis 1 4. kolaborasi porsi Selera makan baik Tidak ada muntah Tidak ada penurunan BB 5. libatkan keluarga dalam perencanaan diet sesuai pemberian antiemetic

dapat mengurangi keluhan mual

dan muntah 5. rasa keterlibatan keluarga akan

memberikan pemahaman keluarga akan

program diet

program

26

Askep ITP

NO DX 4 DS: Orang tua klien mengatakan klien timbul bintik merah kehitaman sejak 2 hari SMRS DO: Tampak bintik merah kehitaman di seluruh permukaan kulit klien

TUJUAN Tupan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, diharapkan kulit

INTERVENSI 1. Kaji integritas kulit

RASIONAL 1. Memberikan informasi untuk menentukan rencana asuhan 2. Menghindari

kerusakan

bisa berkurang

2. Anjurkan klien untuk

perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi

Tupen: klien dapat

tidak menggaruk dengan keras bagian yang gatal 3. Ubah posisi secara teratur

berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi kerusakan jaringan kulit

3. Menghindari penekanan pada yang secara lokasi sama terus

KH: jaringan kulit tetap utuh tidak ada 4. Anjurkan klien untuk menghindari pemakaian cream kulit tanpa rekomendasi dokter

menerus 4. Mencegah trauma berlanjut pada kulit

perdarahan di bawah kulit

27

Askep ITP

NO DX 5 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik DS: orangtua klien mengatakan klien lemas DO: Keadaan umum tampak lemah Klien hanya berbaring saja Aktivitas klien dibantu orangtuanya

TUJUAN Tupan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, klien melakukan aktivitas tanpa orang lain sendiri diharapkan dapat

INTERVENSI 1. Kaji kemampuan klien untuk

RASIONAL 1. Untuk menentukan pilihan intervensi

aktivitas normal, catat adanya kelemahan dan keletihan

bantuan 2. Awasi TTV

2. Peningkatan nilai TTV

menunjukkan Tupen: klien dapat adanya jantung paru membawa oksigen jaringan KH: klien 3. Berikan lingkungan yang tenang 3. Lingkungan yang klien tenang dapat ke upaya dan untuk

berpartisipasi dalam aktivitas setiap

menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas

beristirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh 4. Hipotensi 4. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan postural menyebabkan pusing, berdenyut dan

28

Askep ITP

NO DX

TUJUAN

INTERVENSI pantau adanya pusing

RASIONAL meningkatkan resiko cedera

6

Resiko cedera b.d kurang pengetahuan orangtua tentang prose penyakit

Tupan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, tidak diharapkan terjadi

1. Kaji tingkat 1. Untuk pendidikan dan pengetahuan orangtua klien 2. Berikan informasi 2. Agar orangtua mendapatkan informasi yang benar tentang dari menentukan intervensi

DS: Orang tua klien mengatakan tidak tahu mengenai penyakit anaknya DO: Orangtua bertanya tentang kondisi anaknya Klien belum pernah transfusi

cedera pada klien

Tupen: Orangtua klien

tentang penyakit klien dengan yang tentang bahasa yang dimengerti oleh orangtua klien

mendapatkan informasi cukup

penyakit petugas kesehatan

penyakit anaknya

KH: Orangtua klien mengerti tentang penyakit anaknya Tidak komplikasi setelah transfusi ada

3. Ajukan kembali pertanyaan tentang penyakit klien setelah pemberian informasi 4. Menanyakan kepada orangtua klien apakah29

3. Untuk menilai penyerapan orangtua klien terhadap informasi yang diberikan

4. Untuk mengetahui apakah ada

informasi lain

Askep ITP

NO DX

TUJUAN

INTERVENSI informasi yang diberikan sudah cukup atau belum

RASIONAL lagi yang

dibutuhkan klien sehubungan dengan penyakit anaknya

5. Perhatikan reaksi selama transfusi klien

5. Untuk mengetahui adanya komplikasi sedini mungkin

6. Perhatikan masa kadaluarsa darah untuk tranfusi

6. Untuk mencegah komplikasi

30

Askep ITP

XVI. IMPLEMENTASI

NO HARI/ DX TGL 1 Kamis, 15/12/11

JAM

PARAF

IMPLEMENTASI

EVALUASI

08.00

Mae

1. mengobservasi suhu tubuh EF: S: 39 C, N: 120x/mntO

Kamis, 15/12/11 Jam 13.00 WIB S: orangtua mengatakan klien masih demam O: S: 38,2OC, N:120x/mnt Mukosa bibir kering A: Masalah keperawatan hypertermi belum teratasi P: lanjutkan intervesi no 1,2,3,4

08.10

Mae

2. memberikan kompres hangat pada daerah lipatan tubuh (axilla, paha)

08.15

Mae

3. menganjurkan keluarga untuk memakaikan klien baju dari bahan katun

08.15

Mae

4. memberikan antipiretik paracetamol 1 cth

2

Kamis, 15/12/11

1. mengobservasi TTV EF: S: 39OC, N: 120x/mnt 2. mengobservasi tandatanda syok EF:

Kamis, 15/12/11 Jam 13.00 WIB S: orangtua mengatakan tidak ada perdarahan di

Tidak ada tanda-tanda gusi, bintik merah31

Askep ITP

NO HARI/ DX TGL

JAM

PARAF

IMPLEMENTASI

EVALUASI

13.00

Mae

syok 3. mengobservasi intake

berkurang O: S: 38,2OC, N:120x/mnt Tidak tampak perdarahan di gusi A: Masalah keperawatan syok hipovolemik teratasi sebagian P: lanjutkan intervesi no 1,2,3,4,5

13.00

Mae

dan output 4. menganjurkan orangtua untuk memberikan klien minum sedikit tapi

14.00

Mae

sering 5. memberikan cairan parenteral, RL 10 tpm

3

Kamis, 15/12/11

12.00

Mae

1. memberikan sesuai diet EF:

makan Kamis,15/12/11 Jam 13.00 WIB S: orangtua

makan habis porsi 10.00 Mae

2. menimbang BB setiap mengatakan klien hari EF: 10 Kg makan habis porsi O: makan siang porsi Tidakterjadi penurunan berat badan32

10.05

Mae

3. melibatkan keluarga dalam perencanaan diet sesuai program

Askep ITP

NO HARI/ DX TGL

JAM

PARAF

IMPLEMENTASI

EVALUASI

A: Masalah keperawatan gangguan nutrisi teratasi sebagian P: lanjutkan intervesi no 1,2,3,4

4

Kamis, 15/12/11

11.00

Mae

1. mengkaji kulit EF: Bintik

integritas Kamis,15/12/11 Jam 13.00 WIB S: merah orangtua klien

berkurang dan tidak mengatakan bintik ada perlukaan di kulit 11.05 Mae 2. menganjurkan untuk menggaruk keras gatal 11.10 Mae 3. menganjurkan orangtua klien untuk menghindari pemakaian kulit A: cream Masalah tanpa keperawatan gangguan integritas kulit teratasi sebagian bagian merah sudah

klien berkurang tidak O: dengan yang bintik merah berkurang Tidakterjadi perlukaan di kulit

rekomendasi dokter

33

Askep ITP

NO HARI/ DX TGL

JAM

PARAF

IMPLEMENTASI

EVALUASI

P: lanjutkan intervesi no 1,2,3 5 Kamis, 15/12/11 11.30 Mae 1. mengkaji kemampuan Kamis,15/12/11 klien untuk aktivitas Jam 13.00 WIB normal, catat adanya S: kelemahan keletihan 08.30 Mae 2. mengawasi TTV EF:O

dan orangtua mengatakan klien sudah lebih aktif O: keadaan umum sudah lebih baik klien sudah mampu duduk dan berdiri di atas tempat tidur A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi sebagian P: lanjutkan intervesi no 1,2

S: 39 C, N: 120x/mnt -

34

Askep ITP

NO HARI/ DX TGL 6 Kamis, 15/12/11

JAM

PARAF

IMPLEMENTASI

EVALUASI

08.00

Mae

1. mengkaji pendidikan

tingkat S: dan Orangtua klien mengatakan sudah

pengetahuan orangtua klien EF: 08.05 Mae orangtua klien

mendapatkan informasi yang cukup tentang

berpendidikan SMP 2. memberikan informasi tentang

penyakit anaknya Orangtua klien mengatakan klien tidak mengalami reaksi selama proses transfusi

penyakit klien dengan bahasa dimengerti yang oleh

orangtua klien, mis: tentang kulit, intake perawatan pentingnya peroral,

tindakan segera bila O: terjadi perdarahan, klien Orangtua klien lebih kooperatif dalam proses perawatan Tidak tampak reaksi alergi setelah proses transfusi

menghindari 08.15 Mae

dari benturan, dll. 3. mengajukan kembali pertanyaan tentang -

penyakit klien setelah pemberian informasi EF: dapat pertanyaan diajukan orangtua klien

menjawab A: yang Masalah walaupun keperawatan resiko cedera teratasi P: Stop intervensi

ada yang salah

35

Askep ITP

NO HARI/ DX TGL

JAM

PARAF

IMPLEMENTASI

EVALUASI

08.20

Mae

4. Menanyakan kepada orangtua klien apakah informasi diberikan yang sudah

cukup atau belum EF: orangtua klien untuk

menjawab sementara informasinya cukup 08.30 Mae

sudah

5. Mengkaji reaksi klien setelah transfuse EF: Keluarga mengatakan klien mengalami tidak reaksi proses

apapun selama proses transfusi

36

Askep ITP

XVII. CATATAN PERKEMBANGAN

NO HARI/ DX TGL 1 Jumat, 16/12/11

PARAF

JAM

CATATAN PERKEMBANGAN

Mae

14.00

S: orangtua mengatakan klien sudah tidak demam O: A: Masalah keperawatan hypertermi teratasi P: Stop intervensi S: 37,2OC, N:112x/mnt Mukosa bibir lembab

2

Jumat, 16/12/11

Mae

14.10

S: orangtua mengatakan tidak ada perdarahan di gusi, bintik merah berkurang O: S: 37,2OC, N:112x/mnt Tidak tampak perdarahan di gusi Hasil lab tanggal 16 Desember 2011: Hb: 10,5 g/dL L: 10.000 L Ht: 31% Trb: 108.000 L A: Masalah keperawatan syok hipovolemik teratasi P: stop intervesi

37

Askep ITP

NO HARI/ DX TGL 3 Jumat, 16/12/11

PARAF

JAM

CATATAN PERKEMBANGAN

Mae

14.15

S: orangtua mengatakan klien makan siang habis porsi O: A: Masalah keperawatan gangguan nutrisi teratasi sebagian P: lanjutkan intervesi no 1,3 I: makan siang porsi Tidak terjadi penurunan berat badan

Mae

17.00

1. memberi makan sesuai diet EF: makan habis porsi

Mae

17.30

2. melibatkan keluarga dalam perencanaan diet sesuai program E: S: orangtua mengatakan klien makan sore habis porsi O: - makan sore porsi - klien sudah tidak anoreksia A: Masalah keperawatan gangguan nutrisi teratasi sebagian P: lanjutkan intervesi no 1,3 R: -

38

Askep ITP

NO HARI/ DX TGL 4 Jumat, 16/12/11

PARAF

JAM

CATATAN PERKEMBANGAN

Mae

14.20

S: orangtua klien mengatakan bintik merah sudah berkurang O: A: Masalah keperawatan gangguan integritas kulit teratasi sebagian P: lanjutkan intervesi no 1,2,3 I: bintik merah berkurang Tidak terjadi perlukaan di kulit

Mae

16.00

1. mengkaji integritas kulit EF: Bintik merah berkurang dan tidak ada perlukaan di kulit 2. menganjurkan klien untuk tidak menggaruk

Mae

16.05

dengan keras bagian yang gatal 3. menganjurkan orangtua klien untuk

Mae

16.10

menghindari pemakaian cream kulit tanpa rekomendasi dokter E: S: orangtua klien mengatakan bintik merah sudah berkurang O: - bintik merah berkurang - Tidakterjadi perlukaan di kulit A: Masalah keperawatan gangguan integritas kulit teratasi sebagian P: lanjutkan intervesi no 1,2,3 R: 39

Askep ITP

NO HARI/ DX TGL 5 Jumat, 16/12/11

PARAF

JAM

CATATAN PERKEMBANGAN

Mae

14.20

S: orangtua mengatakan klien sudah lebih aktif O: keadaan umum sudah lebih baik klien sudah mampu duduk dan berdiri di atas tempat tidur A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi P: stop intervesi

3

Sabtu, 17/12/11

Mae

14.00

S: orangtua mengatakan klien makan siang habis porsi O: A: Masalah keperawatan gangguan nutrisi teratasi P: stop intervesi makan siang porsi Tidak terjadi penurunan berat badan

4

Sabtu, 1&/12/11

Mae

14.00

S: orangtua klien mengatakan bintik merah sudah berkurang O: bintik merah berkurang Tidak terjadi perlukaan di kulit

40

Askep ITP

NO HARI/ DX TGL

PARAF

JAM

CATATAN PERKEMBANGAN

A: Masalah keperawatan gangguan integritas kulit teratasi P: Stop intervesi

41

Askep ITP

BAB 4 PENUTUP

4.1. KESIMPULAN Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien dengan ITP pada an. L selama 3 hari di ruang Kemuning RSU Tangerang, penulis menemukan 6 masalah keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari, penulis menyimpulkan bahwa semua masalah keperawatan yang telah teratasi yaitu: a. Hypertermi b. Resiko syok hipovolemik c. Gangguan kebutuhan nutrisi d. Gangguan integritas kulit e. Intoleransi aktivitas f. Resiko cedera

4.2. SARAN Setelah selesai melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan ITP pada an. L selama 3 hari di ruang Kemuning RSU Tangerang, penulis memberikan sedikit saran kepada orangtua klien untuk cepat tanggap bila menemukan kasus serupa didalam keluarganya, sehingga bisa dicegah tingkat kegawatan dari penyakit serupa. Orangtua juga mau memberikan intake makanan dan minum yang cukup sehingga tidak akan terjadi gangguan nutrisi dan syok hipovolemik. Orangtua juga mau bertanya jika informasi yang didapatkan mengenai proses penyakit dirasakan masih kurang, sehingga keluarga bisa lebih kooperatif dalam proses perawatan. Untuk petugas di ruangan, dimohon untuk lebih memperhatikan masalah waktu dan jumlah cairan infus yang dibutuhkan klien, karena biasanya klien anak seringkali digendong, sehingga tetesan infuse seringkali tidak sesuai dengan program therapy, mengobservasi tanda-tanda perdarahan dan intake klien, memperhatikan waktu kadaluarsa darah yang akan dipergunakan untuk transfusi, serta pemberian informasi yang jelas kepada keluarga pasien, terutama dengan tingkat pengetahuan dan pendidikan42

Askep ITP

yang masih kurang sehingga proses perawatan dapat lebih optimal. Dikarenakan orangtua klien sudah meminta untuk rawat jalan, dimohon kepada petugas di ruangan untuk dapat memberitahukan tentang program terapi yang harus dilanjutkan di rumah, segera kembali ke RS jika ada tanda-tanda perdarahan dan waktu kontrol setelah rawat inap untuk mengevaluasi kondisi kesehatan klien.

43