Top Banner

of 27

Askep HIV & AIDS Dengan IO TB Paru

Jul 16, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Askep HIV & AIDS dengan IO TB Paru

Lukman Hakim, S.Kep. Ns 2011

PengertianInfeksi IO TB Paru adalah penyakit infeksi yang terutama menyerang parenkim paru, dimana agen infeksius utamanya adalah micobacterium tuberculosa (Brunner dan sciaadarth, 2002). Efusi pleura adalah adanya okumulasi cairan pada kavitas pleura yang dapat berupa transudat ataupun eksudat. Efusi pleura dapat ditemukan pada pasien asimptomatik dan biasanya merupakan tanda sejumlah penyakit yang mendasari (Hudak dan Gallo,2005).

Etiologi

AIDS disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV merupakan virus RNA dari famili retrovirus dan subfamili lentividae. Ada dua serotipe HIV 1 dan 2. Tuberculosa Paru disebabkan oleh mycobacterium tuberculosa dan efusi pleura disebabkan oleh beberapa penyakit yang sebelumnya mendasari. Misalnya TB paru pneumonia, hipoalbumin dan karsinoma

Cara penularan

Transmisi HIV kedalam tubuh manusia melalui 3 cara yaitu : 1.Secara vertikal ibu ke anak (85 90 %) 2.Secara horisontal kontak antar darah (pemakaian jarum suntik bersama / bergantian dengan resiko penularan 0,03 %)

Lanjutan Cara penularan 3. Secara transeksual Homoseksual, biseksual, maupun heteroseksual. Resiko penularan secara transeksual 0,1-1 % tiap hubungan seksual

Penularan TB paru terjadi khususnya secara inhalasi deoplet yang mengandung kuman basil TB yang berasal dari penderita yang terinfeksi. Selain itu kuman TB dapat masuk melalui saluran cerna dan luka terbuka pada kulit. Efusi pleura dapat terjadi sebagai komplikasi dini dari TB paru.

MANIFESTASI KLINIS (WHO 2006)

BBStadium 1 Asimpto matikStadium 2 Sakit ringan

GejalaTidak ada gejala atau hanya : Lymphadenopathy Generalisata Persistent

ProphylaxisProphylaxis INH, jika memenuhi syarat

Terapi ARVHanya jika CD4 3 minggu dan tidak reaksi dengan obat batuk biasa Sputum purulen, kadang ada darah Nyeri saat bernafas (nyeri pleuritik) yang kemudian menjadi nyeri tumpul di dada Demam Redup pada perkusi di daerah dada bawah Terasa sesak pada saat bernapas Uji tuberculin positif BB turun

DIAGNOSISTest diagnostik untuk infeksi HIV : SCREENING : 1. Enzime-linked immunoassay (ELISA, EIA) dengan penentuan adanya antibody anti HIV, untuk HIV-1, HIV-2 atau keduannya. 2. Aglutinasi letak untuk HIV-1 KONFIRMASI : 1. Western blot (WB) untuk HIV-1 dan HIV-2 untuk mendeteksi komponen HIV : gp120, gp41, p17, p18, p31 dan p36. 2. Indirect immunofluorescence antibody assay (IFA) untuk HIV-1 3. Radioimmunoprecipitation antibody assay (RIPA) untuk HIV-1 LAIN LAIN : 1. ELISA untuk HIV-1, p24 antigen 2. Polymerase chain reaction (PCR) untuk HIV-1

Pemeriksaan untuk TB Paru1. Pemeriksaan fisik a.Pada tahap dini lebih sulit diketahui b.Ronchi basah, kasar dan nyaring c. Hipersonor / timpani bila terdapat kavitas yang cukup besar d.Atropi dan retraksi ics pada keadaan lanjut e.Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak) f. Pada efusi pleura > 500 cc muncul penurunan pergerakan, > 1000 cc dada cembung, >2000cc suara nafas lemah

2. Pemeriksaan radiologi a. Adanya infiltrat di lobus atas, beberapa kafitas atau adanya efusi pleura unilateral b. Infeksi lanjut : infiltrat di lobus bawah bentuk milier atau infiltrat difus, adenopati di hilus atau panatrakeal c. Jika efusi pleura > 300 ml, dapat terlihat pada foto thorak

Panah menunjukkan lubang pada paru kanan penemuan umum pada pasien TB

TB dengan Kavitasi

Infiltrat Lobus Kanan Atas karena TB

3. Pemeriksaan laboratoriuma.b.

Sputum BTA positif (SPS) Pemeriksaan GDA PaCO2 meningkat, PaO2 normal atau menurun, SaO2 menurun

STRATEGI PENATALAKSANAAN1.2.

3.

4.

5.

Terapi antiretroviral Terapi infeksi sekunder atau infeksi oportunistik serta malignansi Dukungan nutrisi berbasis makronutrient dan mikronutrien Konseling terhadap penderita maupun keluarga Membudayakan pola hidup sehat dan senam UPIPI (Anugrah Agung)

Pengkajian Data Fokus1.Identitas : HIV terjadi pada usia produktif (15-40 thn). Pria lebih banyak daripada wanita dan anak. 2.Riwayat penyakit :

Berisiko atau tidak untuk HIV/AIDS. Untuk TB menanyakan batuk sejak kapan, ada sesak nafas, nyeri dada, pernah kontak. Sudah tes HIV apa belum, CD4, Tx ARV?

Pemeriksaan Fisik1) Breath - Sesak nafas - Batuk > 3 minggu - Nyeri pleuritis - RR meningkat - Ronchi 2) Blood - Takikardhi, irreguler - CRT > 3 detik, pucat, sianosis - Tekanan darah normal / menurun

3) Brain - nyeri kepala - kelemahan umum - perubahan kesadaran 4) Bladder - tidak ada perubahan (jumlah, warna) 5) Bowel - ada penurunan selera makan - mual muntah 6) Bone - adakah kelemahan, turgor kulit berubah, akral dingin, sianosis

Psiko-sosio-spiritual

Faktor stress : - Kehilangan dukungan keluarga - Hubungan dengan orang lain - Penghasilan - Gaya hidup - Distress spiritual

WEB OF CAUTION

Tranmisi HIVHIV Gp 120 berinteraksi dengan reseptor CD4 berikatan lebih lanjut coreseptor CXCR4 dan CCR 5 Gp 41 mendorong terjadinya fusi membran sel target dan membran HIV Internalisasi ke dalam sel target Sel target : limfosit T, monosit, makrofagh, astrosit, mikroglia, oligodendroglia, sel langerhans,dendritik Single strain RNA Enzim transcriptase Double strain DNA Terjadi transkripsi, translasi dan replikasi virus dalam sel target sel target lain Imunitas

Saluran pernafasan Infeksi parenkim paru Hipersekresi mukosa Alveoli tidak elastis

Mikobakterium TB Hipotalamus (termo) nekrosis Hipertermi Pe kebutuhan cairan Haus

Kerja silia Batuk produktif Nafsu makan MK:resiko gangguan nutrisi MK : bersihan jalan nafas

eksudasi Difusi terganggu Sesak nafas Kavitas Efusi pleura Nyeri pleuritik MK : Ggn rasa nyaman,nyeri Suplai O2 Metabolisme anaerob Kelelahan kelemahan MK : intoleransi aktivitas

MK : resiko kekurang cairan

MK : gangguan pertukaran gasMK : pola nafas

Masalah Keperawatan1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Bersihan jalan nafas tidak efektif Pola nafas tidak efektif Gangguan pertukaran gas Intoleransi aktivitas Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Ansietas Gangguan rasa nyaman (nyeri)

Diagnosa dan Interventasi1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan sekret Tujuan : Jalan nafas bersih KH : Tidak ada suara nafas tambahan RR 16-20 kali Klien dapat mengeluarkan sekret

Intervensi 1. Kaji frek/kedalaman pernafasan dan gerakan dada 2. Auskultasi area paru 3. Lakukan fisioterapi nafas (vibrasi) dan postural drainage 4. Ajarkan klien cara bentuk efektif 5. Kolaborasi pemberian mukolitik

2.

Pola nafas tidak efektif b.d kerusakan jaringan paru Tujuan : Fungsi pernafasan normal KH : Pernafasan dalam batas normal RR 16 - 20 kali Tidak ada retraksi otot bantu nafas

Intervensi 1. Observasi status penafasan : Frek. nafas, dan kedalaman 2. Posisikan klien untuk ventilasi yang maksimal yaitu posisi semi flower 3. Tingkatkan istirahat dan tidur 4. Berikan O2 sesuai kebutuhan 5. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

3.

Gangguan pertukaran Gas b.d perubahan fungsi membran kapiler alviolar Tujuan : Pertukaran gas adekuat KH : - Sesak berkurang - Tidak sianosis - BGA dalam batas normal INTERVENSI 1. Berikan posisi fowler 2. Ajarkan batuk efektif dan latihan nafas dalam 3. Kolaborasi pemberian O2 4. Auskultasi bunyi nafas 5. Pantau kecepatan / kedalaman pernafasan, cianosis, penggunaan otot bantu nafas 6. Kolaborasi pemberian obat anti TB

4.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan nafsu makan Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi KH : LLA > 22 cm BB normal HB : 10 14 gr % Albumin normal Nafsu makan meningkat

Intervensi 1. Kaji kemampuan klien untuk makan 2. Timbang BB setiap hari 3. Berikan porsi makan sedikit tapi sering 4. Berikan makanan yang disukai klien

Sekian

.