Top Banner
Asuhan Keperawatan pada Klien Headache Disusun oleh : Kelompok 7 1. Sartikasari Ningtyas (010810009B) 2. Linda Rosliana Hidayanti (010810038B) 3. Novela Tiara Sani (010810125B) 4. Ratri Dyah Fitrasari () 5. Sayekti Puspitasari (010810627B) 6. Yuyun D () 7. Ratna Puspitasari () 8. Yuri Andel Kemal ()
44

Askep hedache

Jan 18, 2016

Download

Documents

Sabdi Mustapha

Askep hedache
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Askep hedache

Asuhan Keperawatan pada Klien

Headache

Disusun oleh :

Kelompok 7

1. Sartikasari Ningtyas (010810009B)

2. Linda Rosliana Hidayanti (010810038B)

3. Novela Tiara Sani (010810125B)

4. Ratri Dyah Fitrasari ()

5. Sayekti Puspitasari (010810627B)

6. Yuyun D ()

7. Ratna Puspitasari ()

8. Yuri Andel Kemal ()

Fasilitator : Erna Dwi W, Skep.,Ns

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2009

Page 2: Askep hedache

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Nikmat,

Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar dan tepat pada

waktunya.

Makalah ini membahas tentang Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan

Headache. Headache atau dengan nama lain sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan

penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress,

vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut

(Brunner & Suddart). Walaupun terlihat tidak begitu membahayakan, tapi Headache yang tidak

mendapatkan penanganan secara dini akan berdampak pada hal yang lebih buruk. Jadi kita sebagai

perawat harus mengetahui intervensi yang tepat untuk menangani/ menyelesaikan masalah itu.

Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, diantaranya :

1. Erna Dwi W, S.Kep. Ns selaku Fasilitator Kelompok 7 Keperawatan Neurobehavior

2. Pihak-pihak yang ikut serta dalam proses pembuatan makalah ini

Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan

dan kerja samanya dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari sebagai manusia, kami masih banyak kekurangan. Oleh karena itu

dengan kerendahan hati, kami mohon pembaca berkenan memberikan kritik dan saran demi

penyempurnaan pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

kita semua khususnya bagi kelompok kami.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, 7 Desember 2009

Penyusun

Page 3: Askep hedache

Daftar Isi

Kata Pengantar………………………………………………………………………...i

Daftar Isi……………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..1

1.2 Rumusan Masalah……..……………………………………………………...2

1.3 Tujuan…..…………………………………………………………………….2

1.4 Manfaat……………………………………………………………………….3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi .................…………………………..………………………………4

2.2 Klasifikasi dan Etiologi

2.3 Patofisiologi .…………….………………………………………………….6

2.4 Manifestasi Klinis..……………………………………………………...…10

2.5 Pemeriksaan Diagnostik…..………………………………………………..12

2.6 Penatalaksanaan………………………………………………………........17

2.7 Komplikasi………………………………………………………………....22

2.8 Prognosis

2.9 WOC (Web of Caution) ………………………………………………….23

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.2 Analisa Data

3.3 Diagnosa Keperawatan

3.4 Intervensi dan Rasional

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….39

3.2 Saran………………………………………………………………………...40

Daftar Pustaka……………………………………………………………………….41

Page 4: Askep hedache

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem saraf merupakan pusat koordinasi yang meliputi pusat pengendali/pengambil keputusan,

dan konduksi impuls. Apabila terjadi gangguan pada sistem saraf akan mengakibatkan perubahan pada

aktivitas/perilaku. Headache atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia.

Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit

organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka

(sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).

Headache merupakan salah satu gangguan pada sistem saraf. Walaupun terlihat tidak

membahayakan, tapi jika tidak ditangani secara cepat bisa menimbulkan komplikasi yang lebih parah.

Rasa sakit (nyeri) merupakan keluhan yang sering didapatkan dalam klinik, walaupun istilah

“sakit” ini tampaknya sulit untuk didefinisikan. Persepsi tiap orang akan berbeda-beda, karena

keluhan ini berasal dari pengalaman subyektif seseorang yang sulit dilakukan pengukurannya. Reaksi

dan sikap individu terhadap stimulasi yang identik menyebabkan sakit akan berbeda pula

Aristoteles berpendapat bahwa rasa sakit itu merupakan kualitas keadaan jiwa, suatu keadaan

perasaan yang merupakan kebalikan dari senang. Istilah sefalgia (cephalgia, headache) adalah rasa

sakit atau nyeri yang terlokalisasi dikepala dan muka.

Tension type headache disebut pula muscle contraction headache yang merupakan nyeri kepala

tegang karena kontraksi terus menerus otot-otot kepala dan tengkuk. Nyeri kepala tegang ini adalah

manifestasi dari reaksi tubuh terhadap stres, kecemasan, depresi, konflik emosional, kelelahan atau

holistik yang tertekan.

Di negara maju seperti Eropa dan Amerika tension type headache merupakan salah satu penyakit

yang paling mahal karena akibat dari sakit kepala ini bisa menurunkan produktivitas seseorang.

Dilaporkan pada suatu studi tahun 2000, 74% pasien adalah pekerja yang tidak masuk kerja beberapa

hari oleh karena penyakit ini.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah konsep headache dan pendekatan asuhan keperawatannya ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui konsep headache dan pendekatan rumusan masalahnya

1.3.2 Tujuan khusus

a. Menguraikan definisi headache

Page 5: Askep hedache

b. Menguraikan klasifikasi dan etiologi headache

c. Menguraikan patofisiologi headache

d. Menguraikan manifestasi klinis headache

e. Menguraikan pemeriksaan diagnostik headache

f. Menguraikan penatalaksanaan headache

g. Menguraikan pendekatan asuhan keperawatan headache

1.4 Manfaat

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah :

a. Mendapatkan pengetahuan tentang headache

b. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan headache

Page 6: Askep hedache

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN

Headache atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala

pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik ( neurologi

atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang)

atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).

2.2 KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI

Klasifikasi sakit kepala oleh Headache Classification Cimitte of the International Headache

Society sebagai berikut:

a. Migren (dengan atau tanpa aura)

b. Sakit kepala tegang

c. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal

d. Berbagai sakit kepala yang dikaitkan dengan lesi struktural.

e. Sakit kepala dikaitkan dengan trauma kepala.

f. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid).

g. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor otak)

h. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia atau putus obat.

i. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.

j. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).

k. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau struktur

sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)

l. Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)

Headache mempunyai banyak kasus, dan sejak tahun 2007 the International Headache Society

setuju untuk merubah sistem klasifikasi untuk headache, hal ini dikarenakan banyak kasus headache

yang terjadi dan kadang-kadang penanganannya sangat sulit, sistem klasifikasi yang baru mengizinkan

praktisi kesehatan untuk memahami dengan lengkap diagnosa, untuk pelayanan lebih baik dan tekhnik

terapi yang lebih efektif.

Page 7: Askep hedache

Ada tiga kategori besar dari Headache :

1. Primary headaches,

a. Migrain

Migrain adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan

serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas,

tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada

wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga. Tanda dan gejala adanya migren pada

serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan

vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra

dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.

Faktor Pencetus

Berbagi faktor dapat memicu serangan migrain, diantaranya :

Hormonal : nyeri kepala migrain dipicu oleh turunnya kadar 17-b estradiol plasma saat haid.

Serangan migrain berkurang selama kehamilan karena kadar estrogen yang relatif tinggi dan

konstan.

Menopause : umumnya nyeri kepala migrain akan meningkat frekuensi dan beratnya pada saat

menjelanh monopouse.

Makanan : pemicumigrai tersering adalah alkohol karena berdasarkan efek vasodilatasinya.

Monosodium glutamat

Obat-obatan: seperti nitrogliserin, nifedipin sublingual, tetrasiklin, vitamin A dosis tinggi,

fluoksetin, dll.

Aspartam: komponen utama pada pemanis buatan yang dapat meninbulkan nyeri pada orang

tertentu.

Kafein: penggunaan kafein berlebih (>350 mg/hari)

Lingkungan: perubahan lingkunga eksternal meliputi cuaca, musim, takanan darah, dan

terlambat makan.

Page 8: Askep hedache

Rangsang sensorik: cahaya yang silau, terang, berkedap-kedip, zat kimia pembersih, rokok,

suara bising dan suhu yang ekstrim.

Stres fisik mental

Faktor pemicu lain seperti: aktivitas seksual, trauma kepala, kurang atau kelebihan tidur

Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase,yaitu:

1) Fase aura.

Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk

menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini

adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit

lemah pada ekstremitas dan pusing. Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa

nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan

kehilangan autoregulasi lanjut dan kerusakan responsivitas CO2.

2) Fase sakit kepala.

Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihubungkan dengan

fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau

beberapa hari.

3) Fase pemulihan

Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan

ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.

b. Cluster Headache

Cluster Headache adalah bentuk sakit kepala vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria.

Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa

didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan

hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya.

Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranialis, yang

ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap

klorpromazin.

c. Tension Headache

Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala,

yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada

tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat yang

menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan

ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan

Page 9: Askep hedache

simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan

dan obat relaksan otot.

2. Secondary headaches

Secondary headache disebabkan karena adanya masalah pada struktur kepala atau leher. Ada

banyak kasus dari tipe ini seperti perdarahan di otak, tumor atau meningitis dan encephalitis. Sakit

kepala dapat disebabkan oleh kondisi medis umum seperti hipertensi berat, atau kondisi yang

mempengaruhi otak . Infeksi pada kepala dan leher, termasuk faringitis, sinusitis, meningitis, dan

trauma kepala sering mengakibatkan secondary headache. Apa pun yang mengambil ruang di dalam

kepala dapat menyebabkan sakit kepala, termasuk tumor, hematoma subdural dan hidrosefalus.

Masalah pembuluh darah lainnya, seperti perdarahan subarachnoid juga dapat menyebabkan sakit

kepala parah.

3. Cranial neuralgias, facial pain, dan kasus headache lainnya

Neuralgia berarti nyeri syaraf. Neuralgia trigeminus ditandai oleh serangan nyeri paroksismal

yang tajam,menyengat, berlangsung singkat, unilateral pada daerah distribusi nervus V (trigeminus).

Cabang kedua dan ketiga dari nervus trigeminus paling sering terkena dan pemicu nyeri seringkali

ditemukan pada daerah wajah terutama di atas lubang hidung dan mulut.Cranial neuralgia terjadi

akibat syaraf di kepala dan leher atas mengalami inflamasi, dsb.

2.3 PATOFISIOLOGI

Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala

dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot

okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak

sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meningens,

terutama dura basalis dan meningens yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada

basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri. Perangsangan terhadap

bangunan-bangunan itu dapat berupa: Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis. Iritasi kimiawi

terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras

ensefalografi.

Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan

liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau

cepat sekali. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum,

intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia,

hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri,

insufisiensi serebrovasculer akut). Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi

Page 10: Askep hedache

( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis). Gangguan terhadap otot-otot yang

mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis. Penjalaran

nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca.

Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis

deforman servikalis. Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada

keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sinonim dari pusing kepala.

Sedangkan untuk migren, ada beberapa patofisiologi yang menyebabkan terjadinya migren.

1. Teori vaskuler : teori disebabkan oleh vasokontriksi pembuluh darah intrakranial

sehingga aliran darah ke otak menurun yang di bagian oksipital dan meluas ke anterior

perlahan-lahan ibarat gelombang oligemia yang sedang menyebar, yang melintasi korteks

serebri dengan kecepatan 2-3 mm/menit, berlangsung beberapa jam (fase aura) dan

diikuti oleh vasodilatasi pembuluh darak ekstrakranial yang ,menimbulkan nyeri kepala.

2. Teori penyebaran depresi kortikal : dimana terjadi depresi gelombang listrik yang me

nyebar lambat ke anterior setelah peningkatan mendadak aktivitas listrik pada bagian

posterior otak.

3. Teori neotransmiter : pada serangan terjadi pelepasan berbagai neoretransmiter antara

lain seretonin dari trombosit yang memiliki efek vasokontriktor.Disamping itu,

neutransmiter lainnya yang terlibat pada proses migrain adalah katekolamin

(noradrenalin) dopamin, neuropaptida Y , CGRP (calcitonin gene- related peptide) dan

VIP (vasoactive intestinal polypeptida), histamin, nitrit oksida, beta-endorfin, dan

prostaglandin.

4. Teori sentral : serangan berkaiatan dengan penurunan aliran darah dan aktivitas listrik

kortikol yang dimulai pada korteks visual lobus oksipital. Stimulasi lokus seruleus

menimbulkan penurunan aliran darah otak ipsalateral dan peningkatan aliran darah sistem

karotis eksterna. Stimulasi inti rafe dorsal meningkatkan aliran darah otak dengan

melebarkan sirkulasi interna dan ekterna. Stimulasi nervus trigeminus dapat melebarakan

pembuluh darah ekstrakranial kemungkinan melalui pelepasan neuropaptida vasoaktif

misalnya subtansi P.

5. Teori inflamasi neurogenik (Moskowitz, 1991): inflamasi ini disebabkan oleh pelepasan

subtansia P, CGRP, dan neurokinin A dari ujung-ujung saraf tersebut. Neurotransmiter

ini menyebabkan pembuluh darah dura yang berdekatan menjadi lebar, terjadi

ekstravasasi plasma, dan aktivasi endotel vaskuler. Inflamasi neurogenik ini

menyebabkan sensitisasi neuron dan menimbulkan nyeri. Aktivitas fisik selama fase aura

atau pada awal serangan migrain menimbulkan depolarisasai serabut saraf trigeminus di

dekat arteri piameter sehingga mengawali rasa nyeri.

Page 11: Askep hedache

6. Teori unifikasi (Lance dkk, 1989) : teori ini meliputi sistem saraf pusat dan pembuluh

darah perifer. Nusea dan vomitus mungkin disebabkan oleh kerja dopamin atau serotonin

pada area postrema dasar ventrikel IV dalam mudula oblongata.

2.4 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan

abnormalitas pada susunan saraf pusat.

2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan

menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.

3. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak

dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena

penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.

2.5 PENATALAKSANAAN

1. Analgesik

Banyak orang mencari obat-obatan analgesik nyeri (umum disebut sebagai pembunuh rasa

sakit), seperti aspirin, asetaminofen, aspirin senyawa, ibuprofen, dan narkotika. Selain itu, obat

abortive dapat digunakan untuk menghentikan sakit kepala sekali setelah dimulai ; seperti obat

ergotamine (Cafergot), triptans (Imitrex), dan prednisone (Deltasone). Analgesik adalah bantuan

obat sakit kepala sementara, setelah itu kerja analgesik akan memudar. Dalam penyalahgunaan

obat analgesik sakit kepala menjadi lebih reaktif dan dapat membuat tubuh kurang responsif

terhadap pengobatan pencegahan.

2. Profilaksis

Obat-obatan yang paling umum digunakan untuk mengobati sakit kepala harian disebut

profilaksis obat-obatan, yang digunakan untuk mencegah sakit kepala datang kembali. seperti itu

pencegahan pengobatan dijalankan setiap hari, bahkan ketika seseorang mungkin tidak memiliki

sakit kepala. profilaksis obat-obatan yang direkomendasikan untuk pasien sakit kepala kronis,

karena berbagai percobaan membuktikan bahwa obat "mengurangi frekuensi, keparahan, dan

kecacatan yang berhubungan dengan sakit kepala harian." Sebagian besar dari obat-obatan

profilaksis bekerja dengan menghambat atau meningkatkan neurotransmissions di otak, sering

mencegah otak dari sakit menafsirkan sinyal.

Obat-obatan preventif meliputi gabapentin (Neurontin), tizanidine (zanaflex), fluoxetine

(Prozac), amitriptyline (Elavil), dan topiramate (topamax).

Page 12: Askep hedache

Gabapentin ditemukan untuk mengurangi jumlah hari dalam sebulan sakit kepala

oleh 9,1%.

Tizanidine ditemukan untuk mengurangi frekuensi sakit kepala rata-rata per minggu,

intensitas sakit kepala, dan sakit kepala rata-rata durasi.

Fluoxetine menghasilkan suasana hati yang lebih baik peringkat dan "peningkatan

yang signifikan pada hari bebas sakit kepala. Walaupun dikaitkan dengan depresi,

antidepresan, seperti amitriptyline, telah ditemukan untuk secara efektif mengobati

"sakit kepala hampir setiap hari dan berbagai kondisi sakit kronis serta meningkatkan

mood dan tidur dua kemungkinan pemicu bagi penderita sakit kepala kronis. Satu

studi menemukan bahwa frekuensi sakit kepala selama periode 28 hari menurunkan

untuk pasien sakit kepala kronis topiramate. Obat lain untuk mencegah sakit kepala

adalah toksin botulinum tipe A (BoNTA atau BOTOX), yang diberikan melalui

suntikan bukannya diambil secara lisan. Dalam sebuah studi klinis botulinum toksin

tipe A, pasien berpartisipasi dalam 9 bulan masa pengobatan dengan tiga frekuensi

perawatan sakit kepala yang dialami menurun hingga 50%. Sebagaimana dengan

semua pengobatan, pencegahan obat yang mungkin memiliki efek samping. Karena

orang yang berbeda merespon obat yang berbeda, penderita sakit kepala kronis

mungkin harus pergi melalui "trial-and-error" periode untuk menemukan obat yang

tepat seperti yang telah disebutkan di atas obat-obatan yang dapat meningkatkan sakit

kepala, tapi dokter menyarankan beberapa bentuk perawatan lain.

3. Non-obat perawatan

a. Terapi fisik

Selain obat-obatan, terapi fisik adalah pengobatan untuk membantu meningkatkan kesembuhan

sakit kepala kronis. Dalam terapi fisik, pasien bekerja sama dengan ahli terapi untuk membantu

mengidentifikasi dan mengubah kebiasaan atau kondisi fisik yang mempengaruhi sakit kepala

kronis. Terapi fisik untuk sakit kepala harian kronis berfokus pada tubuh bagian atas, termasuk

punggung atas, leher, dan wajah. Therapist menilai dan meningkatkan postur tubuh pasien, yang

dapat memperburuk sakit kepala. Selama sesi kantor, terapis menggunakan terapi manual , seperti

pijat, peregangan, atau gerakan bersama untuk melepaskan ketegangan otot. Metode lain untuk

rileks otot-otot termasuk paket panas, es pack, dan rangsangan listrik. Terapis juga mengajarkan

penderita sakit kepala kronis di rumah latihan untuk memperkuat dan peregangan otot-otot yang

mungkin memicu sakit kepala. Pada terapi fisik, pasien harus mengambil peran aktif untuk

latihan-latihan praktis dan membuat perubahan pada gaya hidup nya karena di sana untuk

perbaikan.

b. Akupunktur

Page 13: Askep hedache

Non-pengobatan, yang tidak memerlukan latihan di rumah, adalah akupunktur. Akupunktur

melibatkan ahli akupunktur bersertifikat yang memilih titik-titik tertentu di tubuh untuk

memasukkan jarum akupunktur. Titik-titik ini dapat berbeda secara individual. Sebuah studi yang

dilakukan oleh University of North Carolina School of Medicine menemukan bahwa

dibandingkan dengan pengobatan sendiri, pengobatan akupunktur plus menghasilkan lebih

banyak perbaikan bagi pasien sakit kepala harian kronis. Studi lain di Jerman menemukan bahwa

52,6% pasien melaporkan penurunan frekuensi sakit kepala. Dalam kedua studi, akupunktur

bukan satu-satunya pengobatan. Ujian menunjukkan bahwa akupunktur dapat menyebabkan

"perbaikan yang relevan" untuk orang dengan sakit kepala kronis.

c. Latihan relaksasi

Latihan relaksasi adalah bentuk lain dari non-farmakologi pengobatan untuk sakit kepala kronis.

Pelatihan relaksasi membantu mengurangi ketegangan internal, yang memungkinkan seseorang

untuk mengontrol sakit kepala yang dipicu oleh stres. Metode relaksasi yang berbeda-beda

biasanya diajarkan oleh seorang psikolog atau terapis. Maksud dari latihan relaksasi adalah

mengajarkan seseorang untuk bersikap santai dan tidak bekerja terlalu keras. Relaksasi pelatihan

meliputi dua jenis metode yang berbeda: fisik dan mental.

1) Metode fisik

Metode relaksasi fisik sebenarnya melibatkan gerakan tubuh atau tindakan. Salah satu metode

fisik untuk melepaskan ketegangan melibatkan sengaja menegang dan kemudian kelompok

relaksasi otot dalam urutan tertentu,yang dinamakan sesuai dengan relaksasi otot yang progresif.

Metode fisik lain adalah pernapasan relaksasi. Pernapasan dalam yang dilakukan oleh bernapas

dari bagian bawah paru-paru ke atas, yang dicirikan oleh naik dan turun dari perut, bukan dada.

Ini adalah dua metode yang paling umum relaksasi fisik untuk penderita sakit kepala kronis.

2) Metode mental

Selain itu, terapi relaksasi dapat melibatkan mental tubuh teknik untuk mengurangi ketegangan.

Yang pertama disebut "fokus pencitraan." Terfokus pencitraan melibatkan konsentrasi pada

bagian tubuh yang santai, diikuti oleh fokus pada otot-otot tegang dan membayangkan bahwa

daerah yang tegang sedang bekerja pada atau santai. Teknik mental berikutnya melibatkan fokus

pada seluruh tubuh, bukan bagian dari individu. Dalam "memperdalam pencitraan," seseorang

membayangkan tubuh ketegangan sebagai satu meter dari tinggi ke rendah, dan bekerja untuk

mengurangi ketegangan mental. Sebuah strategi mental tambahan melibatkan membuat dan

lokasi mengalami relaksasi dalam pikiran. Strategi mental yang terakhir melibatkan pasien sakit

kepala kronis memvisualisasikan tempat yang stres dalam hidupnya dan membayangkan respons

yang santai. Meditasi di lingkungan yang santai juga disarankan untuk mencegah sakit kepala.

Meditasi sering melibatkan satu suku kata berulang suara atau menatap pada objek visual untuk

Page 14: Askep hedache

membantu memusatkan perhatian. Relaksasi membantu tubuh untuk beristirahat, mencegah

pembentukan sakit kepala.

d. Biofeedback

Biofeedback sering digunakan untuk mengevaluasi efektivitas latihan relaksasi, karena umpan

balik informasi kepada penderita sakit kepala kronis tentang tubuh (biologis) saat ini. Salah satu

yang paling umum adalah tes biofeedback Electromyograph (EMG), yang mengevaluasi aktivitas

listrik yang dihasilkan oleh otot-otot. Biofeedback juga dapat mengukur aktivitas otak listrik

melalui ujian yang disebut Electroencephalograph (EEG). Tes lain, yang disebut thermograph,

mengukur suhu kulit, karena ketika seseorang santai mereka telah meningkatkan aliran darah dan

temperatur yang lebih tinggi. Metode lain adalah pelatihan biofeedback BVP, yang meningkatkan

sakit kepala kronis dengan mengajarkan pasien bagaimana mengatur dan menurunkan amplitudo

denyut arteri dengan membatasi arteri. Ketika tegang, aktivitas kelenjar keringat meningkat, yang

diukur dengan pengujian electrodermograph tangan. Biofeedback metode yang telah terbukti

untuk bekerja. Sebuah studi yang melibatkan lima belas sesi perawatan menemukan bahwa

biofeedback adalah "berhasil dalam mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan baik sakit

kepala pada pelepasan dan dari waktu ke waktu." Biofeedback penderita sakit kepala

memungkinkan untuk mengidentifikasi masalah dan kemudian berusaha untuk mengurangi

mereka.

e. Perubahan dalam diet

Banyak dokter juga menyarankan perubahan dalam pola makan untuk mengobati sakit kepala

kronis. Banyak penderita sakit kepala kronis gagal untuk mengenali makanan atau minuman

sebagai faktor sakit kepala, karena konsumsi mungkin tidak konsisten menyebabkan sakit kepala

atau sakit kepala mungkin akan tertunda. Banyak dari bahan kimia dalam makanan tertentu dapat

menyebabkan sakit kepala kronis, termasuk kafein, monosodium glutamat (MSG), nitrit, nitrat,

tyramine, dan alkohol. Beberapa makanan dan minuman yang disarankan untuk dihindari

termasuk minuman berkafein, coklat, daging olahan, keju dan produk susu fermentasi, ragi-

bangkit segar yang dipanggang , kacang-kacangan, dan alkohol serta buah-buahan dan sayuran

tertentu. Selain itu, orang mungkin mempunyai pendapat yang berbeda memicu diet pada dasar

individual, karena tidak semua makanan mempengaruhi orang-orang dengan cara yang sama.

Berbeda profesional medis menyarankan cara yang berbeda untuk pengujian atau mengubah diet.

Beberapa mungkin menyarankan menghilangkan beberapa yang berpotensi menyebabkan sakit

kepala-makanan pada satu waktu untuk waktu singkat, sementara yang lain menyarankan

menghilangkan semua makanan yang mengancam dari seseorang diet dan perlahan-lahan

kembali menambahkan beberapa pada satu waktu. Namun, orang lain mungkin tidak

Page 15: Askep hedache

menyarankan diet modifikasi sama sekali. Pengobatan sakit kepala kronis melalui perubahan

dalam diet ini didasarkan pada pendapat pribadi, dan, karena itu, kontroversial.

f. Terapi perilaku dan terapi psikologis

Juga, terapi perilaku dan terapi psikologis menyarankan perawatan untuk mengurangi sakit kepala

kronis. Terapi perilaku dan terapi psikologis berkaitan erat dalam metode pengobatan, termasuk

mengidentifikasi kombinasi sakit kepala stres, biofeedback, latihan relaksasi, dan terapi perilaku-

kognitif. Kognitif terapi perilaku-tujuan "adalah untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

sumber berulang stres. Dalam studi pengobatan, pasien dengan obat-obatan plus terapi kognitif-

perilaku kelompok-kelompok itu lebih baik daripada kelompok dengan pengobatan sendiri atau

terapi perilaku-kognitif saja. Psikologi dan terapi perilaku mengidentifikasi situasi yang menekan

dan mengajarkan pasien sakit kepala kronis bereaksi berbeda, mengubah perilaku mereka, atau

menyesuaikan sikap untuk mengurangi ketegangan yang menyebabkan sakit kepala. [64]

Perlakuan terutama berfokus pada "emosional, mental, perilaku, dan faktor-faktor sosial" sebagai

dampak mereka sakit kepala. Pasien hanya disarankan untuk menghindari stres ketika masuk akal

atau berbagi beban dengan orang lain. Dengan cara ini, studi telah menemukan bahwa pasien

dengan pengobatan multimodal dalam kelompok lebih baik daripada pengaturan tarif pasien yang

mengikuti pengobatan multimodal sendirian. Studi perilaku lain, termasuk pengobatan

multimodal, menunjukkan bahwa "frekuensi sakit kepala parah ini dikurangi dengan jumlah yang

bermakna secara klinis untuk 75% dari pasien.Perilaku dan terapi psikologis berusaha untuk

mengidentifikasi dan menghilangkan atau mengurangi stres situasi yang menyebabkan sakit

kepala kronis.

Luar modifikasi perilaku, terapi psikologis memiliki beberapa karakteristik yang berbeda sendiri.

Hal ini penting untuk melihat status psikologis seorang penderita sakit kepala kronis untuk

"mengidentifikasi kondisi-kondisi yang mungkin mengganggu sakit kepala dan perawatan,"

seperti depresi. Juga, terapi psikologis menyarankan pelatihan self-hypnosis. Sementara

terhipnotis , pasien diberi saran untuk bersantai dan menggunakan perumpamaan visual untuk

mengendalikan mekanisme sakit kepala, yang sangat mirip dengan terapi relaksasi. Psikologis

terapis juga menganalisis masalah-masalah pribadi yang mungkin campur tangan dalam kronis

hidup pasien sakit kepala, membuatnya atau membuat ia tidak mampu membuat perubahan gaya

hidup untuk meningkatkan sakit kepala. Psikolog atau psikiater bantuan untuk pasien sakit kepala

kronis kontroversial, sebagai pasien harus terbuka kemungkinan faktor-faktor psikologis dalam

kaitannya dengan sakit kepala.

Page 16: Askep hedache

2.6 KOMPLIKASI

Komplikasi migren biasanya disertai oleh gangguan saraf. Bagian tubuh yang terkena

gangguan saraf akan menggambarkan bagian otak yang bertanggung jawab terhadap munculnya

migren. Sekitar 24 jam setelah serangan migren, pasien akan merasakan kehabisan tenaga dan masih

merasakan sakit kepala dalam derajat ringan.

2.7 PROGNOSIS

Waktu dari Attack. Attacks, dengan sakit kepala akut, cenderung terjadi secara teratur

pada waktu yang sama hari. (Untuk alasan ini, sakit kepala klaster kadang-kadang dikenal

sebagai "alarm" sakit kepala.) Sekitar 75 persen dari serangan berlangsung antara 9-10

Attacks mungkin juga puncak antara 1 – 3.

Durasi dari Attack. Sebuah serangan cluster soliter biasanya singkat tapi sangat

menyakitkan, berlangsung sekitar 15 menit sampai 1,5 jam jika tidak diobati.

Jumlah Serangan per hari. Selama siklus aktif, individu mungkin pengalaman beberapa

sebagai 1 serangan setiap hari atau sebanyak 8 serangan sehari. Durasi Siklus. Attack siklus

biasanya berlangsung 6-12 minggu dengan periode berlangsung hingga satu tahun. Dalam

bentuk kronis, serangan terus-menerus dan ada sedikit pengampunan. Siklus serangan

cenderung terjadi secara musiman, paling sering pada musim semi dan musim gugur.

Page 17: Askep hedache

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya

ialah:

a. Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau

gangguan organik.

b. Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau terjadi

peningkatan tekanan intrakranial.

c. Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi kesisi yang lain.

d. Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbul pada waktu

bangun tidur atau sakit kepala tersebut membangunkan pasien dari tidur.

e. Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.

f. Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.

g. Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada sakit

kepala yang psikogenis.

h. Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus.

i. Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan makanan

yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian juga alkohol.

j. Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam limngkungan kerja

dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.

k. Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.

l. Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji

3.1.1 Data demografi

Sakit kepala (Headache) dapat menyerang semua umur, mayoritas antara 20-40 tahun, pekerja

wanita maupun pria, kelompok sosial ekonomi tinggi, penderita stres, dan mempunyai riwayat

penyakit sakit kepala (headache)

3.1.2 Keluhan utama

Pasien dengan headache biasanya mengeluh nyeri yang luar yang hebat, berdenyut. Kadang

kadang sakit dirasakan di dahi, sekitar mata dan dibelakang kepala.

3.1.3 Riwayat penyakit sekarang

Headache bisa terjadi karena tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis

dalam lingkungan kerja dimana ventilasi tidak cukup, gangguan metabolik (hipoglikemi),

ensefalitis,dan meningitis.

Page 18: Askep hedache

3.1.4 Riwayat penyakit dahulu

Pasien pernah menggunakan obat kontrasepsi oral , penggunaan zat kimia atau putus obat,

infeksi non sefalik, gangguan kepala, leher atau struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut),

dan trauma kepala.

3.1.5 Riwayat penyakit keluarga

Secara patologi headache tidak diturunkan, kecuali ada faktor-faktir predisposisi yang

menyebabkan munculnya headache.

3.1.6 Riwayat psikososial

Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk

memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Perawat

mengumpulkan data hasil pemeriksaan awal klien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat

ini. Data ini penting untuk menentukan tingkat perlunya pengkajian psiko-sosio-spiritual yang

seksama. Pada kondisi, klien dengan headache sering mengalami kecemasan bertingkat sesuai

dengan keluhan yang dialaminya.

3.1.7 Pemeriksaan fisik (ROS)

B1 (Breathing) : pasien dengan headache mengalami vasokontriksi pembuluh darah

intrakranial sehingga aliran darah ke otak menurun yang di bagian oksipital dan meluas ke

anterior maka akan menyebabkan hipoksia dan akhirnya mengganggu pola nafas. Akibatnya

RR naik, tachyepnea, irama nafas tidak teratur, adanya otot bantu nafas.

B2 (Blood) : karena pola nafas terganggua maka akan menyebabkan gangguan pada sistem

kardiovaskuler, yaitu palpitasi (jantung berdebar-debar), takikardi, tekanan darah naik, dan

resiko perdarahan di otak kalau ada trauma kepala.

B3 (Brain) : Pasien dengan headache bisa mengalami gangguan pada sensori ( miopi yang

terlalu parah menyebabkan daya akomodasi meningkat, perubahan bentuk wajah) nyeri kepala

yang luar biasa, cemas, kesadaran menurun.

B4 (Bladder) : Secara umum tidak mempengaruhi kecuali jika ada kondisi stress

B5 (Bowel) : stres bisa mengakibatkan asam lambung meningkat sehingga nafsu makan turun,

mual, muntah.

B6 (Bone): tidak mengalami gangguan, kecuali jika dalam fase pemulihan dari migrain akan

mengalami kelemahan otot.

Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari

sakit kepala.

Data subyektif Data obyektif

Pengertian pasien tentang sakit kepala

dan kemungkinan penyebabnya.

Sadar tentang adanya faktor pencetus,

Perilaku : gejala yang

memperlihatkan stress (TTV tidak

normal: denyut nadi naik,RR naik)

Page 19: Askep hedache

seperti stress.

Langkah – langkah untuk mengurangi

gejala seperti obat-obatan.

Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit

kepala termasuk tempat nyeri, lama

dan interval diantara sakit kepala.

Awal serangan sakit kepala.

Ada gejala prodomal atau tidak

Ada gejala yang menyertai.

Riwayat sakit kepala dalam keluarga

(khusus penting sekali bila migren).

Situasi yang membuat sakit kepala

lebih parah.

Ada alergi atau tidak.

kecemasan atau nyeri ( PQRST : P

lokasi nyeri, Q kualitas nyeri apakah

seperti berdenyut, tumpul, atau tajam,

R, S skala nyeri tanyakan seberapa

hebat nyerinya, T berapa sering

muncul nyeri )

Perubahan kemampuan dalam

melaksanakan aktifitas sehari – hari.

Terdapat pengkajian anormal dari

sistem pengkajian fisik sistem saraf

cranial.

Suhu badan

Drainase dari sinus

3.2 Analisa Data

Ny. A datang ke poliklinik umum dengan keluhan sering merasa nyeri kepala

sebelah. Klien adalah seorang karyawati sebuah kantor yang selalu bekerja di depan layar

komputer selama 8 jam setiap hari kecuali sabtu & minggu serta hari libur besar. Akhir-

akhir ini klien merasa nyeri kepala sebelahnya semakin hebat, merasa mual muntah &

lemas ketika nyeri kepalanya semakin memberat. Terkadang klien bisa sampai pingsan di

tempat kerja ketika nyeri kepalanya datang.

*Ny. A didiagnosa terkena migren / sakit kepala sebelah

Data Etiologi Masalah

DS : pasien mengeluh sesak

nafas

DO : RR meningkat, nafas

cepat dan dangkal

Tekanan intracranial naik

Mempengaruhi medula oblongata

Nafas cepat dan dangkal

RR meningkat

dipsnea

Gangguan pola nafas

Page 20: Askep hedache

DS : pasien mengeluh lelah

saat aktivitas

DO : Denyut nadi naik

(>100x/menit)

RR meningkat

Jantung bekerja lebih keras

HR meningkat

Pengisian diastolik menurun

Resiko penurunan curah

jantung

DS : pasien mengeluh nyeri

kepala sebelah yang hebat

dan cemas.

DO : durasi tidur,

Kurangnya suplai O2 ke otak

gangguan perfusi serebral

penurunan kesadaran

ansietas

Gangguan pola tidur

DS : klien mengeluh mual

dan muntah

DO :

- Antropometri: penurunan

berat badan

- Biokimia : Hb dan albumin

menurun

- Klinik : perubahan kulit

mukosa oral (bengkak dan

kemerahan).

- Diet : makan tidak habis,

nafsu makan menurun

Stress

peningkatan asam lambung

mual dan muntah

anoreksia

Resiko ketidakseimbangan

nutrisi

DS : klien mengeluh lemas

ketika nyeri di kepalanya

memberat

DO : klien terlihat kelelahan

Kontraksi otot leher dan kulit

kepala

sakit otot dan ketegangan

metabolisme meningkat

kelelahan

Intoleransi aktifitas

DS : klien terlihat bingung,

disorientasi,

DO : penurunan kesadaran,

GCSnya (mata, verbal,

kurangnya suplai O2 ke otak

gangguan perfusi serebral

Cemas

Page 21: Askep hedache

motorik) < 15

Kesadaran menurun

cemas

DS : pasien mengeluh cemas,

dan gampang emosi

Do : intoleransi aktivitas, TTV

tidak normal, tingkat kesadaran

(kualitas maupun kuantitas)

menurun

Ketegangan otot kepala

Peregangan selaput otak

nyeri

Ketidakadekuatan relaksasi

Koping individual tidak efektif

Koping individual tidak efektif

3.3 Diagnosa keperawatan

1) Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana

intrakranial.

2) Resiko penurunan curah jantung b.d RR meningkat

3) Koping individual tak efektif berhubungan dengan situasi krisis, kerentanan personal, sistem

pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping

tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.

4) Gangguan pola nafas b.d penekanan pada medula oblongata

5) Gangguan pola istirahat tidur b.d nyeri

6) Intoleransi aktivitas b.d kontraksi otot leher dan kulit kepala

7) Resiko ketidakseimbangan nutrisi b.d kurangnya informasi/keterbatasan kognitif

8) Cemas (ansietas) b.d krisis situasi

3.3 Intervensi dan Rasional

1) Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekanan

intrakranial.

Tujuan : Nyeri dapat berkurang/hilang

Kriteria hasil : meningkatkan kenyamanan pasien ( derajat nyeri memiliki nilai 5, kualitas nyeri

berkurang)

Page 22: Askep hedache

Intervensi Rasional

Mandiri :

Teliti keluhan nyeri, catat

itensitasnya ( dengan skala 0-10 ),

karakteristiknya (misal : berat,

berdenyut, konstan) lokasinya,

lamanya, faktor yang memperburuk

atau meredakan.

Observasi adanya tanda-tanda nyeri

nonverbal, seperi : ekspresi wajah,

posisi tubuh, gelisah,

menangis/meringis, menarik diri,

diaforesis, perubahan frekuensi

jantung/pernafasan, tekanan darah.

Evaluasi perilaku nyeri

Anjurkan untuk beristirahat didalam

ruangan yang tenang.

Berikan kompres dingin pada kepala.

Berikan kompres panas

lembab/kering pada kepala, leher,

lengan sesuai kebutuhan.

Kolaborasi :

Berikan obat sesuai dengan indikasi :

Berikan analgesik

Antiemetik (Tigan)

Nyeri merupakan pengalaman

subyektif dan harus dijelaskan oleh

pasien. Identifikasi karakteristik nyeri

dan faktor yang berhubungan

merupakan suatu hal yang amat

penting untuk memilih intervensi yang

cocok dan untuk mengevaluasi

keefektifan dari terapi yang diberikan.

Merupakan indikator /derajat nyeri

tidak langsung yang dialami. Sakit

kepala mungkin bersifat akut atau

kronik, jadi manifestasi fisiologis bisa

muncul atau tidak.

Dapat diperberat karena persepsi

pasien terhadap nyeri tidak dipercaya

atau karena pasien mempercayai orang

terdekat atau pemberi asuhan

mengabaikan keluhan nyeri.

Menurunkan stimulasi yang berlebihan

yang dapat mengurangi sakit kepala.

Meningkatkan rasa nyaman dengan

menurunkan vasodilatasi.

Meningktakan sirkulasi pada otot yang

meningkatkan relaksasi dan

menurunkan ketegangan. Digunakan

untuk relaksasai umum, sedatif, dan

pencegahan migren.

Mungkin diperlukan sewaktu-waktu

untuk mengatasi sakit kepala berat.

Penggunaan yang terus-menerus harus

Page 23: Askep hedache

ditekan atau dihentikan.

Menurunkan rasa tidak nyaman yang

berhubungan dengan gejala

mual/muntah.

2) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakefektifan

pola nafas.

Tujuan:

Memaksimalkan keefektifan pompa jantung

Memperbaiki sirkulasi dan perfusi jaringan

Kriteria hasil :

Pompa jantung lebih efektif

Sirkulasi dan perfusi jaringan menjadi lebih baik

Turgor kulit bagus

Tidak ditemukan edema

Intervensi Rasional

Mandiri :

1. Raba nadi (radial,carotid, femoral,

dorsalis pedis) catat frekuensi,

keteraturan, amplitudo

(penuh/kuat) dan simetris. Catat

adanya pulsus alternan, nadi

bigeminal, atau deficit nadi.

2. Auskultasi bunyi jantung, catat

frekuensi, irama. Catat adanya

denyut jantung ekstra.

3. Pantau tanda vital dan kaji

keadekuatan curah jantung/perfusi

jaringan.

4. Laporkan variasi penting pada

TD/frekuensi nadi, pernafasan,

perubahan pada

warna kulit/suhu, tingkat

kesadaran/sensori, dan pengeluaran

1. Perbedaan frekuensi, kesamaan dan

keteraturan nadi menunjukkan efek

gangguan curah jantung pada sirkulasi

sistemik/perifer.

2. Disritmia khusus lebih jelas terdeteksi oleh

pendengaran terhadap bunyi jantung ekstra

melalui auskultasi.

3. Meskipun tidak semua disritmia mengancam

hidup, penanganan cepat untuk mengakhiri

disritmia diperlukan pada adanya gangguan

curah jantung dan perfusi jaringan.

4. Penurunan rangsang dan penghilangan stress

akibat katekolamin menyebabkan /

meningkatkan disritmia,vasokonstriksi dan

meningkatkan kerja miokardia.

Page 24: Askep hedache

urine selama episode disritmia.

5. Berikan lingkungan tenang. Kaji

alasan untuk membatasi aktivitas

selama fase akut.

Kolaborasi :

1. Berikan oksigen tambahan sesuai

indikasi.

5. Lingkungan yang tenang & istirahat mampu

mengembalikan kekuatan tubuh.

1. Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk

miokard, yang menurunkan iritabilitas yang

disebabkan oleh hipoksia.

3) Koping individual tak efektif berhubungan dengan situasi krisis, kerentanan personal, sistem

pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak

adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.

Tujuan : Perubahan gaya hidup/perilaku untuk mengontrol kekambuhan

Kriteria hasil : metode koping adekuat, keadekuatan relaksasi

Intervensi Rasional

Mandiri :

Dekati pasien dengan ramah dan penuh

perhatian. Ambil keuntungan dari

kegiatan yang daoat diajarkan.

Sarankan pasien untuk mengepresikan

perasaannya dan diskusi bagaimana

sakit kepala itu mengganggu kerja dan

kesenangan dari hidup ini.

Berikan informasi mengenai penyebab

sakit kepala, penagnan, dan hasil yang

diharapkan.

Menemukan kebutuhan psikologis yang

akan meningkatkan harga diri dan

meningkatkan kesempatan untuk belajar

cara-cara baru dalam mengatasi keadaan.

Pasien mampu untuk mengenali

perasaannya yang berhubungan dengan

nyeri yang terjadi. Pasien mungkin

frustasi dengan kejadian sakit

kepala/penanganannya dan pengaturan

yang perlu dibuat dalam gaya hidupnya.

Pemahaman terhadap informasi ini dapat

membantu pasien dalam menentukan

pilihan, belajar mengatasi masalah, dan

mendapatkan satu sensasi dari

pengendalian atas keadaan yang

Page 25: Askep hedache

Kolaborasi:

Rujuk untuk melakukan konseling

dan/atau terapi keluarga atau kelas

tempat pelatihan sikap asertif sesuai

indikasi.

meningkatkan harga diri.

Mungkin membutuhkan bantuan

tambahan pada penyelesaian masalah

yang berhubungan yang mempengaruhi

kemajuan kearah kesejahteraan.

4) Ketidakefektifan pola nafas bd gangguan pada medula oblongata

Tujuan : Pola nafas efektif, ditandai bunyi nafas normal, tekanan O2 dan saturasi

O2 normal, TD batas dalam rentang dasar.

Kriteria Hasil: Pernapasan tetap dalam batas normal; pernapasan tidak sulit, istirahat

dan tidur dengan tenang, tidak menggunakan otot bantu napas,

RR 60 x/menit.

Intervensi Keperawatan :

5).Gangguan pola istirahat tidur b.d nyeri

Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri :

Pantau hasil analisa gas darah dan

indikator hiposemia ; hipotensi,

takhikardi, hiperventilasi, gelisah,

depresi SSP, dan sianosis.

Indikator hiposemia ; hipotensi,

takhikardi, hiperventilasi, gelisah, depresi

SSP, dan sianosis penting untuk

mengetahui adanya syok akibat inflamasi

(peradangan)

Auskultasi paru untuk mengkaji

ventilasi dan mendeteksi

komplikasi pulmoner.

Gangguan pada paru (suara nafas

tambahan) lebih mudah dideteksi dengan

auskultasi

Pertahankan pasien pada posisi

semifowler.

Posisi membantu memaksimalkan

ekspansi paru dan menurunkan upaya

pernafasan, ventilasi meksimal membuka

area atelektasis dan meningkatkan gerakan

sekret kedalam jalan nafas besar untuk

dikeluarkan.

Berikan O2 sesuai program. Oksigen membantu untuk bernafas secara

optimal

Page 26: Askep hedache

Tujuan : mengembalikan pola istirahat tidur

Kriteria hasil : Perubahan perilaku, merasa segar setelah tidur

Intervensi Rasional

Mandiri :

Berikan lingkuungan senyaman

mungkin

Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi,

lamanya, dan intensiras (skala 0-10)

Identifikasi dan batasi makanan yang

menimbulkan ketidaknyamanan

Bantu latihan rentang gerak aktif/pasif

Kolaborasi :

Berikan analgesik, sedatif saat tidur sesuai

indikasi

Lingkungan yang nyaman akan

mengurangi rasa nyeri.

Nyeri tidak selalu ada, tetapi bila ada

harus dibandingkan dengan gejala nyeri

sebelumnya untuk membantu

mendiagnosaetiologi perdarahan dan

komplikasi.

Makanan yang menyebabkan distres

bermacam-macam tiap inidividu berbeda.

Menurunkan kekakuan sendi

meminimalkan nyeri/ketidaknyamanan

Nyeri mempengaruhi kemampuan pasien untuk

jatuh/tetap tidur. Obat yang tepat akan dapat

meningkatkan istirahat/tidur.

6) Intoleransi aktivitas b.d kontraksi otot leher dan kulit kepala

Tujuan : dapat beraktivitas dengan normal

Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur,

dengan tidak adanya dispnea, kelemehan berlebihan, dan TTV dalam

rentang normal.

Intervensi Rasional

Mandiri :

1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas.

2. Pantau frekuensi jantung,TD,

pernapasan setelah aktivitas.

1. Dapat mempengaruhi aktivitas curah

jantung.

2. Membantu menentukan derajat

kompensasi jantung dan pulmonal,

penurunan TD, takikardi,disritmia dan

takipneu adalah indikatif dari

Page 27: Askep hedache

3. Pertahankan tirah baring selama

periode demam dan sesuai indikasi

4. Bantu pasien dalam program latihan

aktivitas

kerusakan toleransi terhadap aktivitas.

3. Meningkatkan resolusi inflamasi

selama fase akut dari perikarditis/

endokarditis

4. Saat inflamasi/ kondisi dasar teratasi,

pasien mungkin mampu melakukan

aktivitas yang diinginkan

7). Resiko ketidakseimbangan nutrisi b.d kurangnya informasi/keterbatasan kognitif

Tujuan : Nafsu makan klien timbul kembali setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria hasil :

- Status nutrisi terpenuhi

- nafsu makan klien timbul kembali

- berat badan normal

- jumlah Hb dan albumin normal

Intervensi Rasional

Mandiri :

Pantau berat badan tiap hari

Berikan makanan yang sesuai selera klien

asalkan gizinya memenuhi

Kolaborasi :

Kolaborasi dengan ahli gizi dalam diet

Health education :

Catat kebutuhan kalori yang dibutuhkan

Monitor Hb dan albumin

Nutrisi meningkat akan meningkatkan

berat badan

Makanan yang sesuai selera akan

meningkatkan nafsu makan dan mengurangi

rasa nyeri

Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi

Adanya kalori (sumber energi) akan

mempercepat proses penyembuhan

Indikasi adekuatnya protein untuk sistem

imun

8). Cemas (ansietas) b.d krisis situasi

Tujuan : mengurangi rasa nyemas (ansietas)

Kriteria hasil : rasa nyeman berkurang, toleransi aktivitas,

Page 28: Askep hedache

Intervensi Rasional

Mandiri :

Berikan lingkungan yang nyaman

Cegah hal-hal yang bisa meningkatkan

tekanan intrakranial

Kolaborasi :

Berikan obat penenang seperti: sedatif

Menurunkan stimulasi yang berlebihan

dapat mengurangi sakit kepala

Tekanan intrakranial yang meningkat

akan semakin memperburuk kondisi.

Dengan ketenangan akan mengurangi kontraksi

otot.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Page 29: Askep hedache

Dapat disimpulkan bahwa Headache atau sakit kepala atau disebut dengan Cephalgia

merupakan suatu gejala yang menunjukan suatu penyakit neurologi, respon stress, vasodilatasi (akibat

migren), atau tegangan otot (pada sakit kepala tegang). Pada tahun 2007 banyak kasus baru mengenai

Headache, banyak sekali klasifikasi Headache shg dibutuhkan penanganan & terapi yang benar &

efektif. Tetapi Headache telah diklasifikasikan dalam 3 macam kelompok besar yaitu Primary

Headache, Secondary Headache & Cranial Neuralgia.

4.2 Saran

Headache atau sakit kepala memang hanya sebagai sebuah gejala dari suatu penyakit. Tetapi

headache juga membutuhkan penatalaksanaan yg baik & benar. Apalagi akhir – akhir ini telah banyak

ditemukan kasus – kasus baru pada Headache dan kadang – kadang dalam kasus tersebut sulit untuk

ditangani. Sehingga sehubungan dengan hal tersebut sudah seharusnya para praktisi kesehatan

khususnya kita sebagai seorang perawat untuk memahami dengan lengkap diagnosanya untuk

memberikan pelayanan yang lebih baik & teknik terapi yang lebih efekt

DAFTAR PUSTAKA

Price, Silvia, dkk.2005.Patifisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit.

EGC:Jakarta.

Page 30: Askep hedache

Smeltzer, Bare. 2002. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & Studdarth -

Edisi 8. EGC : Jakarta

Masjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga jilid 2. Media Aesculapius

FKUI : Jakarta

http://download-askep.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-pada-

pasien.html