Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera ditanganidapat menyebabkan kematian . Banyak kasus gigitan ular yang berakibat fatal telah tercatat di berbagai wilayah di indonesia dalam beberapa dkd terakhir ini fakta ini mengakibatkan image yang buruk mengenai ular. Banyak yang menganggap bahwa semua ular berbisa, sehingga kebanyakan orang akan takut saat berjumpa dengan ular. Faktanya, hanya ular berbisa dan hanya sebagian dari kelompok ular tersebut yang mematikan bagi manusia. Oleh karenanya, kami menekankan pentingnya pengenalan jenis-jenis ular baik yang berbisa maupun tidak. Ada 3 familli ular berbisa, yaitu: elapidae, hidropidae, dan viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema, dan pendarahan, banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap di lokasi pada anggota badan yang tergigit, sedangkan beberapa bisa elapidae tidaak terdapat lagi di lokasi gigitan dalam waktu delapan jam. Untuk sementara waktu bisa akan terakumulasi dengan kadar yang tinggi dalam kelenjar getah bening, jika tidak di lakukan tindakan pertolongan pertama, dalam waktu 2 jam setelah gigitan akan terdeteksi dalam plasma dan urin dengan kadar tinggi ` 95% gigitan ular terjadi pada anggota badan, sehingga tindakan pertolongan pertama dapat mudah di lakukan. B. Rumusan Masalah 1. apakah defenisi dari gigtan ular ? 2. bagaimanakah konsep penyakit pada klien dengan gigitan ular ? 3. bagaimanakah konsep askep pada klien dengan gigitan ular ? C. Tujuan Untuk mengetahui bagaimana proses gigitan ular, serta mengetahui apa yang yang menjadi konsep penyakit yang terjadi pada klien yang terkena gigitan ular, serta dapat mengaplikasakanya dalam bentuk asuhan keperawatan yang di alami klien dengan gigitan ular, D. Manfaat Semoga dapat Membantu meningkatkan pengetahuan kami tentang keperawatan gawat darurat, khususnya yang berhubungan dengan proses asuhan keperawatan dalam bentuk KGD yang mengulas tentang gigitan ular. Sehingga kami dapat mengaplikasikanya dalam masyarakat yang berhubungan dengan keperawatan.
26

Askep gigitan ular

Jul 11, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Askep gigitan ular

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera

ditanganidapat menyebabkan kematian .

Banyak kasus gigitan ular yang berakibat fatal telah tercatat di berbagai

wilayah di indonesia dalam beberapa dkd terakhir ini fakta ini mengakibatkan image

yang buruk mengenai ular. Banyak yang menganggap bahwa semua ular berbisa,

sehingga kebanyakan orang akan takut saat berjumpa dengan ular. Faktanya, hanya

ular berbisa dan hanya sebagian dari kelompok ular tersebut yang mematikan bagi

manusia.

Oleh karenanya, kami menekankan pentingnya pengenalan jenis-jenis ular

baik yang berbisa maupun tidak.

Ada 3 familli ular berbisa, yaitu: elapidae, hidropidae, dan viperidae. Bisa

ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema, dan pendarahan, banyak bisa

yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap di lokasi pada anggota badan yang

tergigit, sedangkan beberapa bisa elapidae tidaak terdapat lagi di lokasi gigitan dalam

waktu delapan jam.

Untuk sementara waktu bisa akan terakumulasi dengan kadar yang tinggi

dalam kelenjar getah bening, jika tidak di lakukan tindakan pertolongan pertama,

dalam waktu 2 jam setelah gigitan akan terdeteksi dalam plasma dan urin dengan

kadar tinggi

` 95% gigitan ular terjadi pada anggota badan, sehingga tindakan pertolongan

pertama dapat mudah di lakukan.

B. Rumusan Masalah

1. apakah defenisi dari gigtan ular ?

2. bagaimanakah konsep penyakit pada klien dengan gigitan ular ?

3. bagaimanakah konsep askep pada klien dengan gigitan ular ?

C. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana proses gigitan ular, serta mengetahui apa yang

yang menjadi konsep penyakit yang terjadi pada klien yang terkena gigitan ular, serta

dapat mengaplikasakanya dalam bentuk asuhan keperawatan yang di alami klien

dengan gigitan ular,

D. Manfaat

Semoga dapat Membantu meningkatkan pengetahuan kami tentang

keperawatan gawat darurat, khususnya yang berhubungan dengan proses asuhan

keperawatan dalam bentuk KGD yang mengulas tentang gigitan ular. Sehingga kami

dapat mengaplikasikanya dalam masyarakat yang berhubungan dengan keperawatan.

Page 2: Askep gigitan ular

BAB II

PEMBAHASAN

ASKEP GADAR DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN :

“GIGITAN ULAR‖

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera

ditanganidapat menyebabkan kematian. Korban gigitan ular adalah pasien yang

digigit ular atau diduga digigit ular

2. Anatomi fisiologi kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,

merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 %

berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9

meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari

letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium

minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada

telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu .

Page 3: Askep gigitan ular

Kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang

merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal

dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan

ikat.

Anatomi kulit

a. Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler.Terdiri dari epitel

berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.Tebal

epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak

tangan dan kaki.Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan

kulit.Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari

lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :

1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.

2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal

telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya

ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula

keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel

Langerhans.

4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berSSSkas filament yang dinamakan

tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk

mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada

tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum

dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut

sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.

5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan

bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis

diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak,

usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.

Page 4: Askep gigitan ular

Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan

sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan

alergen (sel Langerhans).

b. Dermis

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai

―True Skin‖.Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan

menghubungkannya dengan jaringan subkutis.Tebalnya bervariasi, yang paling tebal

pada telapak kaki sekitar 3 mm.

Dermis terdiri dari dua lapisan :

Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.

Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan

bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,

kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa.

Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin

berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak

mempunyai banyak keriput.Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah.

Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar

sebasea dan kelenjar keringat.Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat

epidermis di dalam dermis.

Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,

menahan shearing forces dan respon inflamasi.

c. Subkutis

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan

lemak.Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar

dengan jaringan di bawahnya.Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di

tubuh dan keadaan nutrisi individu.Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk

regenerasi.

Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,

cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

Page 5: Askep gigitan ular

Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya

adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier

infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan

metabolisme.Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari

elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme

patogen.Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon

rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan

ujung jari.

Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan

elektrolit.Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami

proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan

mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh

darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian

tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara

mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada

temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian

akan mempertahankan panas.

Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis

tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi,

ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin

D.

3. Etiologi

Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae

4. Patofisiologi

Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut

bersifat

a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena

paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan,

kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.

b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya

atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu

Page 6: Askep gigitan ular

sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis:

luka bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM,

hematuria, hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal.

c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan

mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan

hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.

d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot

jantung.

e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat

terganggunya kardiovaskuler.

f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan

pada tempat patukan

g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

5. Manifestasi Klinis

Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda beda sesuai jenis racun

yang terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya :

Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna

Rasa sakit di seluruh persendian tubuh

Mulut terasa kering

Pusing, mata berkunang – kunang

Demam, menggigil

Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa

pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah

Reaksi emosi yang kuaat

Penglihatan kembar/kabur, mengantuk

Pingsan

Mual dan atau muntah dan diare

Rasa sakit atau berat didada dan perut

Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya pada tungkai/kaki

Sukar bernafas dan berkeringat banyak

Kesulitan menelan serta kaku di daerah leher dan geraham.

Page 7: Askep gigitan ular

6. Penatalaksanaan Medic

Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi

perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit.

a. Perawatan di Lapangan

Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk

mempertahankan pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering

penatalaksanaan dengan autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada

memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap

dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik.

Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency

life support. Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi

ABC (Airway, Breathing, Circulation).]

Pertolongan Pertama :

1) Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit

dan menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka

habis.

2) Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani

secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area

yang terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang

tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa.

3) Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk

penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa

keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini

telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini semakin

tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin

alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.

4) Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat

menghambat aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar

untuk mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.

5) Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas,

dan tekanan darah – jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu

jika sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi.

6) Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang

mengigit kemungkinan berbisa.

Page 8: Askep gigitan ular

7) Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan

aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak

berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis

ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan

sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah

mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat

mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek). [5] Ingat, identifikasi yang

salah bisa fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau

bahkan fatal.

8) Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat

darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang

bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga

menyebabkan bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari

atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi

kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.

9) Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek

mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi

dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid

Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke

bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan

kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan

tetap memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini

membantu mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi

juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang

signifikan terdapat di sana.

7. Komplikasi

Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit viper.

Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit. Komplikasi

kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi. Jarang terjadi

kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya kematian atau

komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil. [5] Perpanjangan

blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular koral.

Page 9: Askep gigitan ular

Komplikasi yang terkait dengan antivenin termasuk reaksi hipersensitivitas tipe

cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat (serum sickness, tipe III). Anafilaksis terjadi

dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE), berkaitan dengan degranulasi sel mast yang

dapat berakibat laryngospasme, vasodilatasi, dan kebocoran kapiler. Kematian

umumnya pada korban tanpa intervensi farmakologis. Serum sickness dengan gejala

demam, sakit kepala, bersin, pembengkakan kelenjar lymph, dan penurunan daya

tahan, muncul 1 – 2 minggu setelah pemberian antivenin. Presipitasi dari kompleks

antigen-immunoglobulin G (IgG) pada kulit, sendi, dan ginjal bertanggung jawab atas

timbulnya arthralgia, urtikaria, dan glomerulonephritis (jarang). Biasanya lebih dari 8

vial antivenin harus diberikan pada sindrom ini. Terapi suportif terdiri dari

antihistamin dan steroid.

8. Penyimpangan KDM

9. Pemeriksaan Penunjang

pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah

lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi,dan

penentuan gula darh, BUM dan elektrolit

10. Terapi

Dimana proses terapi/pengobatan yaitu :

Pemberian antibiotik dan diuretika untuk mempertahankan di uresis

Pemberian sedase atau analsesit untuk menghilangkan rasa takut cepat mati/panik

Hidrokortison 100 mg/iv

Adrenalin 0,2 mg 9untuk anak dosis di kurangi) dan pada penyakit jantung

pemberianya harus hati-hati

Pemberian serum anti bisa

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengumpulan Data

a. Biodata

Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, suku/bangsa,

diagnosa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no. medical record, dan alamat.

Identitas penanggung jawab

Meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan

hubungan dengan klien.

b. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

RSMRS

Page 10: Askep gigitan ular

- Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyakit

yang sama ketika klien masuk rumah sakit.

Keluhan utama : Nyeri

Riwayat keluhan utama

P : nyeri

Q : Terus menerus

R : seluruh persendian,dada, dan perut

S : 4(0-5)

T : saat beraktifitas

Riwayat kesehatan dahulu

- Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama sebelumnya.

- Riwayat pemakaian obat-obatan

b. Pengkajian primer

Airway

a. Pengkajian Primer

1) Airway

Jalan napas bersih

Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi

Tidak ada jejas badan daerah dada

2) Breathing

Peningkatan frekunsi napas

Napas dangkal

Distress pernapasan

Kelemahan otot pernapasan

Kesulitan bernapas : sianosis

3) Circulation

Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia

Sakit kepala

Pingsan

berkeringat banyak

Reaksi emosi yang kuat

Pusing, mata berkunang – kunang

4) Disability

Page 11: Askep gigitan ular

Dapat terjadi penurunan kesadaran

Triase : merah

c. Analisa data

Data Penyebab Masalah

Peningkatan frekunsi

napas

Napas dangkal

Distress pernapasan :

pernapasan cuping

hidung, takipneu, retraksi

Menggunakan otot-otot

pernapasan

Kesulitan bernapas :

sianosis

Bisa ular mengandung toksin

yang bersifat neurotoksin

Merangsang saraf perifer atau

sentral

Menyebabkan paralise otot otot

lurik

Kelumpuhan / kelemahan otot

otot pernapasan

Kompensasi tubuh dengan cara

napas yang dalam dan cepat

Sesak

Gangguan pola napas

Gangguan pola

napas

Penurunan curah jantung :

gelisah, letargi, takikardia

Sakit kepala

Pingsan

berkeringat banyak

Reaksi emosi yang kuat

Pusing, mata berkunang –

kunang

Bisa ular yang mengadung toksin

yang bersifat kardiotoksin dan

cytotoksin

Mengakibatkan terganggunya otot

otot jantung

Kerusakan otot jantung

Penurunan curah jantung

Page 12: Askep gigitan ular

Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan pola napas berhubungan dengan kelumpuhan otot pernapasan

b. Penurunan curah jantung

Tindakan Gawat Darurat

a. Gangguan pola napas

1) Jika terjadi henti nafas lakukan langkah (Breathing), lakukan bantuan

pernafasan dengan cara mouth to mouth atau dengan ambu bag

2) Terapi oksigen

3) Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker venturi atau nasal prong

4) Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau

PEEP

5) Pemantauan hemodinamik/jantung

b. Penurunan curah jantung

1) Jika terjadi henti jantung lakukan langkah C (Circulation), pijat jantung luar

bergantian dengan bantuan pernafasan. Frekuensi 15 kali kompresi jantung : 2

kali hembusan ambu bag

2) Kaji / pantau tekanan darah

3) Palpasi nadi radial, catat frekuensi dan ketraturan, auskultasi nadi apical, catat

frekuensi/irama dan adanya bunyi jantung ekstra

4) Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istrahatkan korban, kepanikan akan

menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat penyebaran

ke tubuh, terkadang, pasien pinsan dan panic karena kaget

5) Berikan istrahat psikologi dengan lingkungan tenang membantu pasien hindari

situasi stress

d. Pengkajian Sekunder

1) Pengumpulan Data

Aktivitas / Istrahat

Gejala : a. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas

b. Klien mengatakan pinggang terasa pegal

Tanda ; Klien nampak lemah

Page 13: Askep gigitan ular

Makanan dan Cairan

Gejala : Klien mengatakan merasa mual dan muntah

Tanda ; Klien nampak mual dan muntah

Nyeri dan Kenyamanan

Gejala : Rasa sakit di seluruh persendian tubuh

Rasa sakit atau berat didada dan perut

Pusing, mata berkunang – kunang

Tanda ; Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular

Tanda-tanda tusukan gigi

Integritas ego

Gejala : Klien mengatakan takut dengan keadaannya

Tanda ; Reaksi emosi yang kuat, kaget

e. pengkajian psikososial

Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang – orang disekitarnya

seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter, maupun dengan perawat.

f. pemeriksaan penunjang

pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah

lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi,dan

penentuan gula darh, BUM dan elektrolit

2) Pengelompokan Data

Data Subyektif

a. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas

b. Klien mengatakan pinggang terasa pegal

c. Klien mengatakan merasa mual dan muntah

d. Rasa sakit di seluruh persendian tubuh

e. Rasa sakit atau berat didada dan perut

f. Pusing, mata berkunang – kunang

g. Klien mengatakan takut dengan keadaannya

Page 14: Askep gigitan ular

Data Obyektif

a. Klien nampak lemah

b. Reaksi emosi yang kuat, kaget

c. Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular

d. Ekspresi wajah meringis

e. Tanda-tanda tusukan gigi

f. Klien nampak mual dan muntah

3) Analisa Data

Data Penyebab Masalah

Ds :

Klien mengatakan tidak mampu

melakukan aktivitas

Klien mengatakan pinggangnya

terasa pegal

Do :

Klien nampak lemah

Gigitan ular yang berbisa

Toksin masuk ke tubuh

Merangsang saraf saraf

Kelemahan otot

Intoleransi aktivitas

Intoleransi

aktivitas

Ds :

Klien mengatakan rasa sakit di

seluruh persendian tubuh

Klien mengatakan rasa sakit atau

berat didada dan perut

Klien mengatakan pusing, mata

berkunang – kunang

Do :

Nampak pembengkakan pada luka

gigitan ular

Gigitan ular berbisa yang

mengandung toksin

Merangsang saraf saraf seluruh

tubuh

Merangsang pengeluaran

bradikin, prostaglandin

Impuls di sampaikan ke SSP

Nyeri

Page 15: Askep gigitan ular

Ekspresi wajah meringis

bagian korteks serebri

Thalamus

Nyeri dipersepsikan

Ds :

Klien mengatakan takut dengan

keadaannya

Do :

Reaksi emosi yang kuat, kaget

Gigitan ular berbisa yang

mengandung toksin

Mempengaruhi saraf saraf

Kurang informasi

Koping individu tidak efektif

Cemas

Cemas

2. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan gigitan ular berbisa

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot otot

c. Cemas berhubungan kondisi yang memburuk

3. Rencana tindakan keperawatan

Nyeri berhubungan dengan retensi urin

Tupan :

Setelah diberi askep selama beberapa hari gangguan nyaman nyeri klien teratasi

Tupen :

Setelah diberi askep selama beberapa hari nyeri klien berangsur angsur dapat

berkurang dengan kriteria :

Klien melaporkan tidak nyeri lagi

Ekspresi wajah tidak meringis

Intervensi

1) Kaji skala nyer, frekuensi, dan lokasi nyeri

R/ Mengetahui derajat nyeri, dan lokasi yang dirasakan sehingga memudahkan

dalam menentukan tindakan selanjutnya

2) Atur posisi klien senyaman mungkin

Page 16: Askep gigitan ular

R/ posisi yang nyaman membantu mengurangi rasa nyeri yang muncul

3) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi

R/ Dengan tehnik menarik napas dalam dan mengeluarkan serta mengajak

klien untuk berbincang membantu mengalihkan stimulus nyeri yang dirasakan

4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan klien beristrahat yang cukup

R/ Lingkungan yang tentang dapat membuat klien dapat beristrahat yang

cukup sehingga mengurangi itensitas nyeri

5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik

R/ Membantu mengurangi rasa nyeri dengan menekan pusat nyeri

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Tupan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan intoleransi aktivitas teratasi

Tupen :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu beraktivitas

secara mandiri dengan kriteria :

Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri

Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan

Intervensi

1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga

perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya

2) Bantu klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari

R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari

3) Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien

R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga

memberi support dalam pemulihan kesehatan

4) Anjurkan klien untuk istrahat dan tidak melakukan aktivitas yang tidak perlu

R/ Menstabilkan stamina klien serta aktivitas yang kurang mengurangi

penyebaran toksin.

Cemas berhubungan kondisi yang menurun

Tupan :

Page 17: Askep gigitan ular

Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien hilang

Tupen :

Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien beransur ansur hilang

Intervensi

1) Ciptakan lingkungan yang tenang

R/ Lingkungan yang tenang membantu klien untuk dapat beristrahat dengan

cukup

2) Anjurkan klien untuk tidak panic

R/ Tindakan panic dan kaget mempercepat penyebaran toksin di dalam tubuh

3) Berikan informasi yang cukup mengenai gigitan ular serta penanganannya dan

tindakan yang akan dilakukan

R/ Membantu menghindari penyebaran toksin yang cepat serta membantu

menambah wawasan klien akan gigitan ular

4. Implementasi dan Evaluasi

DX Hari/

tgl

jam Implementasi Hari/

tgl

jam Evaluasi

1 1)Mengkaji skala

nyeri, frekuensi,dan

lokasi

Hasil:

-nyeri klien

berkurang

2) mengatur posisi

klien senyaman

mungkin.

Hasil:

-posisi klien dapat

dirubah setiap saat.

3)mengajarkan klien

tehnik relaksasi dan

distraksi

S:klien

mengatakan

nyerinya sudah

berkurang

O: klien nampak

istrahat dengan

tenang

A:masalah agak

mulai teratasi

P:intervensi di

pertahankan

Page 18: Askep gigitan ular

Hasil:

-klien dapat

mengikuti instruksi

perawat

4)menciptakan

lingkungan yang

aman dan tenang dan

anjurkan klien

beristrahat yang

cukup

Hasil:

-klien bisa istrahat

dengan tenang

karena pengunjung

disaran agar tidak

ribut dalam ruangan

2 1)memantau

kemampuan klien

dalam melakukan

aktifitas sehari-hari

Hasil:

-klien dapat

melakukan aktifitas

secara bertahap

2) membantu klien

dalam melakukan

pemenuhan

kebutuhan sehari-

hari

Hasil:

-klien dapat

melakukan aktifitas

dalam pemenuhan

S:klien

mengatakan

sudah bisa

menerima dan

memahami

anjuran perawat

O: klien nampak

terlihat lega

A: masalah belum

teratasi

P: intervensi

dilanjutkan

Page 19: Askep gigitan ular

kebutuhan

3) menganjurkan

klien untuk ikut serta

dalam tindakan

pemulihan kesehatan

klien

Hasil:

-klien dapat

mengukuti anjuran

tim medis dalam

proses pemulihan

4) menganjurkan

klien untuk istrahat

dan tidak melakukan

aktifitas yang tidak

perlu.

Hasil:

-klien dapat

mengikuti anjuran

yang diberikan oleh

perawat

3 1)menciptakan

lingkungan yang

sehat

Hasil:

-klien merasa

nyaman dengan

keadaan rumah sakit

2) menganjurkan

klien untuk tidak

panik

Hasil:

-klien dapat

S: kliem

mengatakan

sudah mulai

menerima

skeadaanya

O: klien nampak

lega

P: intervensi

dilanjutkan

Page 20: Askep gigitan ular

mengikuti saran

perawat

3) memberikan

informasi yang

cukup mengenai

gigitan ular serta

penangananya dan

tindakan yang

dilakukan

Hasil:

-klien mulai

menerima keadaanya

Page 21: Askep gigitan ular

DAFTAR PUSTAKA

Badan pendidikan dan latihan wanadri.2005. teknik dasar hidup di alam bebas

Sartono, 1999, racun dan keracunan. Jakarta: EGC

http://www.searo.who.int/een/sektion10/ sektion/17.htm

Page 22: Askep gigitan ular

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………… DAFTAR ISI …………………………………………………………….

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang …………………………………………….............

B. Rumusan Masalah……………………………………....................

C. Tujuan …………………………………………............................

D. Manfaat………………………………………………...................

BAB II : PEMBAHASAN

1. KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian ………………………………………………......

B. Etiologi..............................……………………………….....

C. Patofisiologi……………………………………………… ...

D. Manifestasi Klinis……………………………………….......

E. Komplikasi ............................................................................

F. Penyimpangan KDM……………………………….............

G. Pemeriksaan Penunjang..........................................................

H. Terapi .....................................................................................

2. KONSEP ASKEP

A. Pengkajian ……………………………………..………........

B. Diagnosa………………………………………………….....

C. Perencanaan……………………………………………........

D. Implementasi ..........................................................................

E. Evaluasi ..................................................................................

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………........

B. Saran……………………………………………….…….........

DAFTAR PUSTAKA

Page 23: Askep gigitan ular

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Askep ini tepat

pada waktunya. Askep ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ‗‘

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT‗‘. Adapun askep ini membahas mengenai

ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “GIGITAN

ULAR”.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah

mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun

menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan

kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan

senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan askep ini.

Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi

mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah

Kabupaten Muna.

Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak

terima kasih.

Raha, September 2012

Penyusun

Page 24: Askep gigitan ular

DOSEN : Ns FITRI NINGSIH, S.Kep TUGAS : KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

INTEGUMEN “GIGITAN ULAR”

OLEH

KELOMPOK 2:

FITRAWATI WAODE YUL SARTIKA

IRWANA PUJI ASTUTI MUH.ASWIN

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

2012/2013

Page 25: Askep gigitan ular

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera

ditanganidapat menyebabkan kematian. Korban gigitan ular adalah pasien yang

digigit ular atau diduga digigit ular.

Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae

Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda beda sesuai jenis racun

yang terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya yaitu :

Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna, Rasa sakit di seluruh persendian

tubuh, Mulut terasa kering, Pusing, mata berkunang – kunang, Demam, menggigil,

Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa

pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah, Reaksi emosi yang kuaat,

Penglihatan kembar/kabur, mengantuk, Pingsan, Mual dan atau muntah dan diare,

Rasa sakit atau berat didada dan perut,Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya

pada tungkai/kaki, Sukar bernafas dan berkeringat banyak, Kesulitan menelan serta

kaku di daerah leher dan geraham.

B. Saran

Diharapkan semoga dengan Askep Gangguan Intergumen Pada Klien Dengan

Gigitan Ular ini yang merupakan bagian dari Keperawatan Dawat darurat dapat

bermanfaat bagi kami dan teman-teman dalam melaksanakan asuhan keperawatan,

sehingga perawat mengetahui atau mengerti tentang gangguan yang berhubungan

dengan gangguan intergumen pada klien yang terkena gigtan ular, Dalam rangka

mengatasi masalah resiko pada klien dengan gigitan ular maka tugas perawat yang

utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami gigitan

ular.

Serta kami menyadari bahwa Askep yang kami buat ini masih jauh dari

kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang sifatnta membangun sangat kami

butuhkan, baik itu dari teman-teman ataupun para pembaca.

Page 26: Askep gigitan ular