MAKALAH ASUHAN KEPERAWATANEndometriosisDiajukan untuk memenuhi
tugas Sistem Reproduksi 2Dosen Pembimbing: Mukhoirotin, S.Kep, Ns.
M.Kep
Disusun Oleh:Kelompok 3Fatin Furoidah(7312002)Husnul
Khotimah(7312004)M. Iwan Budi R.(7312007)M. Sulton
Iqbal(7312025)Musdalifah(7312029)
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATANFAKULTAS ILMU
KESEHATANUNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUMJl. Rejoso Kompleks
Ponpes Darul Ulum Peterongan JombangTahun Ajaran 2014-2015KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah asuhan keperawatan, yang berjudul Endometriosis.
Penyusunan makalah asuhan keperawatan ini merupakan salah satu
tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem
Reproduksi 2 di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren
Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang. Dalam Penyusunan makalah asuhan
keperawatan ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak penulis harapkan, demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1. Mukhoirotin, S.Kep, Ns., M.Kep. selaku Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Sistem Reproduksi 2. 2. Rekan-rekan S1 Keperawatan Semester
6. 3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang
telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
para pembaca pada umumnya dalam memajukan pendidikan. Semoga Allah
SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, amin.
Jombang, 11 April 2015 Penulis,
DAFTAR ISIHALAMAN DEPANiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB
I11.1Latar Belakang11.2Tujuan Penulisan2BAB
II32.1Pengertian32.2Etiologi42.3Faktor Resiko42.4Manifestasi
Klinik52.5Klasifikasi62.6Patofisiologi72.7Penatalaksanaan82.8Pencegahan92.9Komplikasi102.10Pemeriksaan
Penunjang112.11PNP13BAB III153.1Pengkajian153.2Pemeriksaan
Fisik173.3Diagnosa Keperawatan183.4Intervensi dan
Implementasi183.5Evaluasi20BAB IV215.1Kesimpulan215.2Saran21DAFTAR
PUSTAKA22
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangEndometriosis yaitu suatu keadaan dimana
jaringan endometrium yang masih berfungsi berada di luar kavum
uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan stroma, terdapat di
dalam endometrium mataupun di luar uterus. Bila jaringan
endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, bila
berada di luar uterus disebut endometriosis. Pembagian ini sudah
tidak dianut lagi, karena secara patologik, klinik, ataupun
etiologic adenomiosis berbeda dengan endometriosis. Adenomiosis
secara klinis lebih banyak persamaan dengan mioma uteri.
Adenomiosis sering ditemukan pada multipara dalam masa
premenopause, sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang
lebih muda dan yang infertile (Sarwono, 2007). Terdapat kurang
lebih 15% wanita reproduksi dan pada 30% dari wanita yang mengalami
infertilitas. Implantasi endometriosis bisa terdapat pada ovarium,
ligamentum sakrouterina, kavum dauglasi, ligamentum latum dan
ligamentum rotundum, tuba fallopi, dan pada tempat-tempat ekstra
peritoneal (serviks, vagina, vulva, dan kelenjar-kelenjar limfe).
Penampakan kasarnya bisa dalam bentuk luka berupa sebuah peninggian
atau kista yang berisi darah baru, merah atau biru-hitam. Karena
termakan waktu, luka tersebut berubah menjadi lebih rata dan
berwarna coklat tua. Ukuran luka dapat berkisar dari luka kecil
dari 10 cm. Di perkirakan prevalensinya tahun demi tahun meningkat.
Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia reproduksi,
namun telah ditemukan pula endometriosis pada usia remaja dan pasca
menopause. Oleh karena itu untuk setiap nyeri haid baik pada waktu
remaja maupun pada pasca menoupuse perlu dipikirkan adanya
endometriosis. Endometriosis selama kurang lebih dari 30 tahun
terakhir ini menunjukkan angka kejadian yang meningkat. Angka
kejadian antara 5-15% dapat ditemukan di semua operasi pelvic. Yang
menarik perhatian adalah bahwa endometriosis lebih sering di
temukan pada wanita yang tidak kawin pada usia muda dan yang tidak
memiliki banyak anak. Ternyata fungsi ovarium secara siklis yang
terus menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan penting
di dalam terjadinya endometriosis.Berdasarkan penjelasan di atas
besar presentase kasus endometriosis pada wanita mendasari kasus
ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu penyebab dari
infertilitas.
1.2 Tujuan PenulisanTujuan Umum: Mahasiswa mampu melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien endometriosis.Tujuan Khusus:1.
Mengkaji data pasien serta menganalisisnya 2. Menegakkan diagnosa
keperawatan dan menentukan prioritas masalah klien 3. Menyusun
rencana tindakan pada klien endometriosis4. Melaksanakan tindakan
asuhan keperawatan pada klien endometriosis 5. Mengevaluasi hasil
tindakan
BAB IIPEMBAHASAN
1. 2. 2.1 PengertianEndometriosis merupakan suatu kondisi yang
dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium
di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium,
tuba falopi, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di
apendiks, colon, ureter dan pelvis. (Scott, 2002)Endometriosis
adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan
sel-sel lapisan uterus tumbuh secara menyimpang dalam rongga pelvis
diluar uterus (Suddarth, 2002).Endometriosis adalah suatu masalah
yang relative biasa selama masa produktif dicirikan oleh adanya
poliferasi jaringan endometrium pada berbagai tempat di luar kavum
endometrium (Taber, 1994).Endometriosis merupakan implantasi
jaringan endometrium di luar uterus yang dijumpai pada usia
relative muda. (Chandranita, 2010)Endometriosis adalah suatu
keadaan di mana jaringan endemetrium yang masih berfungsi terdapat
di luar kavum uteri yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma.
(Wiknjosastro, 2005)Biasanya endometriosis terbatas pada lapisan
rongga perut atau permukaan organ perut. Endometium yang salah
tempat ini biasanya melekat pada ovarium (indung telur) dan
ligament penyokong rahim.Endometrium juga bisa melekat pada lapisan
luar usus halus dan usus besar, ureter (saluran yang menghubungkan
ginjal dengan kandung kemih), kandung kemih, vagina, jaringan parut
di dalam perut atau lapisan rongga dada. Kadang jaringan
endometrium tumbuh di dalam paru-paru.Endometiosis bisa diturunkan
dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama (ibu, anak
perempuan, saudara perempuan). Faktor lain yang meningkatkan resiko
terjadinya endometriosis adalah memiliki rahim yang abnormal,
melahirkan pertama kali pada usia diatas 30 tahun dan kulit
putih.
2.2 EtiologiPenyebab endometriosis tidak diketahui, tetapi
beberapa ahli mencoba menerangkan kejadian endometriosis yaitu
berupa beberapa teori, antara lain:a. Teori Implantasi dan
Regurgitasi.Teori ini menerangkan adanya darah haid yang dapat
menjalar dari kavum uteri melalui tuba Falopii, tetapi teori ini
tidak dapat menerangkan kasus endometriosis di luar pelvis. b.
Teori Metaplasia.Teori ini menerangkan terjadinya metaplasia pada
sel-sel coelom yang berubah menjadi endometrium.Perubahan ini
dikatakan sebagai akibat dari iritasi dan infeksi atau hormonal
pada epitel coelom. Secara endokrinologis hal ini benar karena
epitel germinativum dari ovarium, endometrium dan peritoneum
berasal dari epitel coelom yang sama.c. Teori Hormonal.Telah lama
diketahui bahwa kehamilan dapat menyembuhkan endometriosis.
Rendahnya kadar FSH, LH, dan E2 dapat menghilangkan endometriosis.
Pemberian steroid seks dapat menekan sekresi FSH, LH, dan E2.
Pendapat yang sudah lama dianut mengemukakan bahwa pertumbuhan
endometriosis sangat tergantung dari kadar estrogen di dalam tubuh.
d. Teori Imunologik.Secara embriologis, sel epitel yang membungkus
peritoneum parietal dan permukaan ovarium sama asalnya, oleh karena
itu sel endometriosis sejenis dengan mesotel. Banyak peneliti
berpendapat bahwa endometriosis adalah suatu penyakit autoimun
karena memiliki criteria cenderung lebih banyak pada wanita,
bersifat familiar, menimbulkan gejala klinik, melibatkan
multiorgan, menunjukkan aktivitas sel B-poliklonal.
2.3 Faktor ResikoFaktor-faktor resiko untuk endometriosis:a.
Nuliparitasb. Wanita usia produktif (15 44 tahun)c. Wanita yang
memiliki siklus menstruasi yang pendek (7 hari) e. Spotting sebelum
menstruasif. Peningkatan jumlah estrogen dalam darahg. Keturunan:
memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.h. Memiliki saudara
kembar yang menderita endometriosisi. Terpapar Toksin dari
lingkunganBiasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan
kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah
perkotaan.2.4 Manifestasi KlinikPenderita endometriosis bisa datang
dengan keluhan nyeri panggul, terutama bila datang haid,
infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri
atau berdarah ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid.
Gejala-gejala endometriosis datangnya berkala dan bervariasi sesuai
datangnya haid tetapi bisa menetap. Banyak penderita endometriosis
yang tidak bergejala, dan terdapat sedikit korelasi antara hebatnya
gejala dengan beratnya penyakit. Adapun gambaran klinis
endometriosis menurut Scott (2002) yaitu:1. Nyeri:a) Dismenore
sekunderb) Dismenore primer yang burukc) Dispareuniad) Nyeri
ovulasie) Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam
paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus
menstruasi.f) Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah
hubungan seksualg) Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh
dokter
2. Perdarahan abnormala) Hipermenoreab) Menoragiac) Spotting
sebelum menstruasid) Darah menstruasi yang bewarna gelap yang
keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi3.Keluhan buang
air besar dan buang air kecila) Nyeri sebelum, pada saat dan
sesudah buang air besarb) Darah pada fecesc) Diare, konstipasi dan
kolik.
2.5 KlasifikasiKlasifikasi menurut letak endometriosis:a.
Endometriosis Interna (adenomiosi uteri) Fokus Endometriosis berada
multilokuler di dalam otot uterus. Akan terjadi penebalan atau
pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak ada. Ada dua
gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu: Nyeri saat haid.
Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang. b.
Endometriosis Tuba.Yang paling sering terkena adalah bagian
proksimal tuba. Akibatnya adalah: Saluran tuba tertutup, terjadi
infertilitas. Resiko terjadinya kehamilan ektopik. Hematosalpingc.
Endometriosis OvariumAkibat adanya endometriosis pada ovarium akan
terbentuk kista coklat. Kista coklat ini sering mengadakan
perlekatan dengan organ-organ di sekitarnya dan membentuk suatu
konglomerasi.d. Endometriosis Retroservikalis.Pada rectal toucher
sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum Douglas.
Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum,
akibatnya nyeri saat BAB.Diagnosa banding yang perlu diperhatikan
adalah: Karsinoma ovarium. Metastasis di kavum Douglas. Mioma
multiple. Karsinoma rectum.e. Endometriosis Ekstragenital.Setiap
nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tubuh
tertentu bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya
endometriosis.Klasifikasi endometriosis, menurut Scott (2002) :a.
Ringan, yaitu endometriosis yang menyebar tanpa perlekatan pada
anterior atau posterior kavum Duoglasi, peritoneum pelvik, atau
permukaan ovarium.b. Sedang, yaitu :1. Endometriosis pada satu atau
dua ovarium dengan parut dan retraksi atau endometrioma kecil.2.
Perlekatan minimal sekitar ovarium dengan ovarium yang mengalami
endometriosis.3. Endometriosis pada anterior atau posterior kavum
Douglasi dengan parut dan retraksi atau perlekatan tanpa menyerang
sigmoid.c. Berat, yaitu : 1. Endometriosis pada satu atau dua
ovarium dengan ukuran lebih dari 2 x 2 cm2.2. Perlekatan satu atau
dua ovarium, tuba, atau kavum Douglasi karena endometriosis.3.
Keterlibatan usus dan traktus urinarius yang nyata.
2.6 PatofisiologiEndometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik.
Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita
endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini
juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam
tubuh wanita tersebut.Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan
menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan
memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron
yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya
dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini
akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan
progesteron dalam tubuh.Faktor penyebab lain berupa toksik dari
sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam
tubuh. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang
menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor
pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan
perkembangbiakan sel abnormal.Jaringan endometirum yang tumbuh di
luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial
tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke
ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu,
ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai
endometriosis.Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah
dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk
mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh
lainnya.Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini
dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh
siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat,
jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat
terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau
berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan
terjadi perdarahan di daerah pelvic.Perdarahan di daerah pelvis ini
disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat
menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di
pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan
pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga
nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan,
defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.Adhesi juga dapat
terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus
menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba
fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk
membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang
menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.
2.7 PenatalaksanaanPengobatannya bergantung pada gejala-gejala
pasien, keinginan untuk hamil, dan keparahan penyakit. Jika pasien
tidak menunjukkan gejala, observasi setiap 6 bulan adalah semua
yang diperlukan. Terapi lainnya untuk beragam tingkatan gejala
mencakup paliasi, terapi hormone, atau pembedahan.a. Tindakan
paliatifTindakan ini mencakup medikasi (analgestik, inhibitor
prostaglandin) dan kehamilan, yang menghilangkan gejala karena
tidak adanya menstruasi selama gestasi.
b. Pengobatan HormonalPrinsip pertama pengobatan hormonal ini
adalah menciptakan lingkungan hormone rendah estrogen dan asiklik.
Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi jaringan
endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang
berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal
ataupun jaringan endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari
timbulnya sarang endometriosis yang baru karena transport
retrograde jaringan endometrium yang lepas serta mencegah pelepasan
dan perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa nyeri
karena rangsangan peritoneum.Prinsip kedua yaitu menciptakan
lingkungan tinggi androgen atau tinggi progesterone yang secara
langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan endomeetriosis.c.
PembedahanAdanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan
syarat mutlak tumbuhnya endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu
pembedahan harus dapat menentukan apakah ovarium dipertahankan atau
tidak. Pada andometriosis dini, pada wanita yang ingin mempunyai
anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada
endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya pada
wanita usia lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif
sarang endometriosis diangkat dengan meninggalkan uterus dan
jaringan ovarium yang sehat, dan perlekatan sedapatnya dilepaskan.
Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan suspensi uterus, dan
pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan untuk
infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada
penderita dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile
tidak dianjurkan. d. RadiasiPengobatan ini bertujuan menghentikan
fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada
kontraindikasi terhadap pembedahan.
2.8 PencegahanBelum banyak cara pencegahan yang dapat di
laksanakan, diantarnya:a) Tidak melakukan pemeriksaan dalam yang
terlalu berlebihan pada wanita menstruasi, agar tidak terjadi
regurgitasi darah menstruasi melalui tuban kedalam cavum
peritoneumb) Apabila terdapat penyempitan atau obstruksi kanalis
servikalis, agar segera di perbaiki. Keuntungan lainya apabila
segera diperbaiki ialah kerusakan epithelium endoserviks dapat
segera dicegah dan hal ini akan sangat mmebantu migrasi sperma
kedalam tuba.c) Apabila pasien telah menikah di anjurkan segera
hamil dengan demikian apabila ada endometriosis dalam tingkat
ringan atau sedang kehamilan akan dapat menghilangkan ini.d)
Dianjurkan tidak menggunakan pil KB dengan dosis estrogen yang
terlalu besar. Pemakaian pil KB dengan hanya berisiskan
progesterone saja dapat membantu pengobatan enometriosis.
Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang
paling baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang
berkurang atau hilang pada waktu dan sesudah kehamilan karena
regresi endometrium dalam sarang sarang endometriosis. Oleh sebab
itu hendaknya perkawinan diusahakan supaya mendapat anak anak yang
diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu
tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis,
melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah
endometriosis. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar
atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena hal itu dapat
menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan ke
rongga panggul. (Wiknjosastra, 2005)
2.9 Komplikasi1.Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal
karena endometriosis dekat dengan kolon atau ureter2.Torsi ovarium
atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma3.Calamenial seizure atau pnemotoraks karena eksisi
endometriosis(Taber, 1994)2.10 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan
Laboratorium dan Radiologi: a. Pemeriksaan DL: untuk mengetahui
komposisi darah klien secara menyeluruh, dimana didapatkan
peningkatan peningkatan dari WBC. b. Imaging: dilakukan pada pasien
yang tidak memberikan respon terhadap terapi antimikroba dalam
48-72 jam. c. CT scanning pada abdomen dan pelvis: untuk membantu
untuk mengeklusi broad ligament masses, septic pelvic
thrombophlebitis, ovarian vein thrombosis, dan phlegmon. d. USG
pada abdomen dan pelvis: dapat memberikan gambaran pada bagian
uterus pada pasien endometritis. e. Biopsi jaringan endometrium:
dilakukan dengan mengambil jaringan dari rahim dan mengirimkannya
ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut. Dapat digunakan untuk
menilai endometritis kronik pada nonobstetric population. f.
Pemeriksaan vaginal: dilakukan dengan menggunakan vaginoskop untuk
melihat adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) dan vagina yang
agak terbuka dan kemerahan di daerah vagina dan leher rahim. Pada
palpasi per rektal akan teraba dinding rahim agak kaku dan di dalam
rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai fluktuasi
(tergantung derajat infeksi). g. X-ray khusus: menggunakan komputer
untuk mengambil gambar dari abdomen dan digunakan untuk melihat
organ tubuh lain seperti rahim dan ovarium. h. Hysteroscopy:
pemeriksaan ini mungkin dilakukan untuk mencari pembengkakan di
dalam rahim, dengan menggunakan hysteroscop (tabung panjang yang
masuk melalui vagina dan ke dalam rahim). Contoh jaringan dari
rahim juga dapat diambil selama tes ini. i. Kultur: diambil sample
dari urin, darah, dan cairan vagina dan dikirim ke laboratorium
untuk diperiksa untuk mengetahui jenis bakteri penyebab infeksi. j.
Pap smear: pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya
pembengkakan dan infeksi pada bagian rahim. Pap smear juga dapat
dilakukan untuk memeriksa sel-sel abnormal yang dapat menyebabkan
kanker. Sample sel di leher rahim akan diambil dan ditempatkan pada
slide kaca untuk dikirim ke laboratorium untuk tes.k. Pemeriksaan
serum CA 125Serum CA 125 adalah petanda tumor yang sering digunakan
pada kanker ovarium. Pada endometriosis juga terjadi peningkatan
kadar CA 125. Namun, pemeriksaan ini mempunyai nilai sensitifitas
yang rendah. Kadar CA 125 juga meningkatkan pada keadaan infeksi
radang panggul, mioma, dan trimester awal kehamilan. CA 125 dapat
digunakan sebagai monitor prognostic pascaoperatif endometriosis
bila nilainya tinggi berarti prognostic kekambuhannya tinggi. Bila
didapati CA 125>65 mIU/ml praoperatif menunjukkan derajat
beratnya endometriosis.
2.11 PNPSel EndometrialENDOMETRIOSISEstrogen dan Peogesteron
Estrogen dan Peogesteron Faktor GenetikResiko TinggiGen
AbnormalGangguan Pertumbuhan Sel EndometriumGangguan estrogen dan
progesteronMempengaruhi system hormonalHipermenorea dan
Menoragia
Gangguan MenstruasiTumbuh di luar UterusInfidubulum Tuba
FalopiFragmen endometrial dilemparPertumbuhan sel abnormal Respon
Imun MakrofagMasuknya MikroorganismeToksik
3. Gangguan Citra TubuhKurang Informasi
AnsietasKurang PengetahuanPerekembangbiakan
EndometrialInfertilitasSaluran Tuba fallopi menyempitOvum bergerak
melambatRetroversi (robhnya seluruh organ belakang)Gerakan spontan
ujung-ujung FimbraeTubafallopiUterusNyeriAdhesiPenggumpalan
PelvicPerdarahan PelvicEndometrial nekrosis
Gangguan Harga Diri
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN
3.1Pengkajian1. Identitas PasienPenyakit endometriosis ini
biasanya menyerang pada wanita yang usia produktif yaitu sekitar
15- 44 tahun alasan salah satunya karena pada usia tersebut terjadi
peningkatan estrogen dan progesterone yang tinggi. Insiden yang
jelas belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tersebut
cukup tinggi. Pekerjaan sangat mempengaruhui juga, insidenya
terjadi pada pekerja yang langsung terpapar dengan toksik dari
pepsida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis
dan sampah-sampah perkotaan.2. Keluhan UtamaPasien dengan
endometriosis biasanya mengeluh Nyeri abdomen (pelvis), yaitu
disminore dan dispareunia merupakan gejala-gejala yang paling
karakteristik. Nyeri pelvis yang berat dan mendadak dapat
disebabkan oleh iritasi perinoteum akibat rupturnya endometrioma
atau hemoperitoneum. Nausea, vomitus dan nyeri bahu dapat merupakan
gejala-gejala penyerta.3. Riwayat Penyakit SekarangKlien datang
dengan nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha,
dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi, serta
nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan
seksual, Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter,
Hipermenorea, Menoragia, Feces berdarah, Nyeri sebelum, sesudah dan
saat defekasi, Konstipasi, diare, kolik.4. Riwayat Penyakit
DahuluUntuk mengetahui penyakit-penyakit yang pernah diderita
klien, apakah klien mempunyai riwayat penyakit tertentu terutama
yang berhubungan dengan alat reproduksi maupun penyakit lain yang
mungkin dapat memicu terjadinya endometriosis serta bisa menjadi
pertimbangan untuk keperluan terapi atau pengobatan lebih lanjut
seperti gangguan hormone, kanker, tumor PMS dll.5. Riwayat Penyakit
KeluargaPerlu ditanyakan apakah pasien dan keluarga, apakah
memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang
menderita endometriosis, karena penyakit endometriosis penyebabnya
karena factor genetic yang memiliki resiko tinggi terhadap angka
kejadian endometriosis.6. Riwayat Obstetri dan Menstuasia. Riwayat
MenstruasiBiasanya pasien mengeluh mengalami hipermenorea,
menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang bewarna
gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasib.
Riwayat PernikahanBahwa endometriosis lebih sering di temukan pada
wanita yang tidak kawin pada usia muda dan yang tidak memiliki
banyak anakc. Riwayat KehamilanPasien endometriosis biasanya jarak
kehamilannya yang sangat terlalu jauh antara anak yang satu dengan
anak yang lain.7. Pola Fungsional Kesehatana. Pemeliharaan dan
persepsi terhadap kesehatan Klien kurang mendapatkan paparan
informasi mengenai penyakitnya b. Nutrisi/metabolic Terdapat
beberapa klien yang kadang mengalami gejala mual, distensi abdomen,
dan anoreksia. c. Pola eliminasi Untuk mengetahui apakah ada
keluhan atau masalah dengan pola BAK maupun BAB. Pada endometriosis
biasanya mengalami defekasi yang sukar dan sakit terutama pada
waktu haid disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding
rektosigmoid. d. Pola tidur dan istirahat Klien endometritis dapat
mengalami gangguan pola tidur apabila nyeri timbul pada malam hari
atau saat istirahat.e. Pola perceptual Nyeri bisa berupa akut
dengan lokasi di perut bagian bawah atau perineum (daerah antara
paha). Nyeri dapat pula muncul saat berhubungan seksual, akibat
tekanan pada jaringan yang terinfeksi selama penetrasi. Nyeri
dirasakan pula pada perut bagian bawah, punggung, panggul belakang,
dan vagina.
f. Pola persepsi diri Kadang klien dengan endometritis dapat
mengalami gangguan citra tubuh akibat tanda dan gejala penyakit
yang muncul yaitu aroma cairan vagina yang bau akibat adanya
infeksi di endometritis klien. g. Pola peran-hubungan Klien dengan
endometritis dapat mengalami gangguan peran dan hubungan jika klien
harus dirawat di rumah sakit. Nyeri yang dirasakan klien juga
menyebabkan klien mengalami keterbatasan dalam menjalankan peran
dan hubungannya sehari-hari. h. Pola manajemen koping stres Pada
klien dengan endometritis biasanya akan cemas dengan kondisinya,
apalagi bila disertai dengan terjadinya perdarahan abnormal pada
vagina dan keluarnya cairan vagina berlebih yang beraroma tidak
sedap, berwarna putih atau kekuningan, dan disertai kurangnya
paparan informasi yang klien peroleh mengenai penyakitnya.
3.2Pemeriksaan Fisik1. Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan
umum ibu, sejauh mana keluhan yang dirasakan ibu, sehingga
mempengaruhi ibu secara umum. 2. TTV: mengetahui keadaan tekanan
darah, suhu, nadi, respirasi sehubugan dengan keluhan yang
dirasakan ibu.3. Payudara: pemeriksaan payudara mempunyai arti
penting bagi penderita wanita terutama dalam hubungan dengan
diagnostik kelainan endokrin.4. Abdomen: mengetahui apakah ada luka
bekas oprasi, apakah ada massa dan pembesaran perut abnormal yang
dapat menunjang diagnosa ke diagnosa penyakit organ reproduksi
lainnya. Pemeriksaan abdomen sangat penting pada penderita
gynekologi, tidak boleh diabaikan, dan harus lengkap apapun keluhan
penderita. Penderita harus tidur terlentang. Pada penderita
endometriosis biasanya terdapat massa pada perut dan ada nyeri
tekan.5. Anogenital: mengetahui apakah ada pengeluaran pervaginam,
varices, dan oedema, serta tanda-tanda abnormal/kelainan lainnya,
seperti tanda-tanda infeksi. Pada endometriosis perlu dilakukan VT
untuk memastikan asal perdarahan yang dialami oleh ibu, serta
dilakukan inspikulo untuk melihat apakah ada tanda-tanda
endometriosis pada vagina.3.3Diagnosa KeperawatanDiagnosa
keperawatan yang mungkin muncul:1. Nyeri b.d gangguan menstruasi,
proses penjalaran penyakit.2. Ansietas b.d ancaman atau perubahan
pada status kesehatan.3. Gangguan harga diri b.d infertilitas.4.
Gangguan citra tubuh b.d gangguan menstruasi.5. Kurang pengetahuan
b.d keterbatasan kognitif, tidak mengetahui sumber informasi.
3.4Intervensi dan ImplementasiNo.DiagnosaNOCNIC
1.Nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
Pain Level, Pain control, Comfort level
Kriteria Hasil : Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri be
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
rkurang Tanda vital dalam rentang normalPain Management Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) Kaji tipe
dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik
non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Analgesic Administration Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu Tentukan
pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri Monitor vital
sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali Evaluasi
efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
2.Ansietas b.d ancaman atau perubahan pada status kesehatan.
Anxiety control Coping Impulse controlKriteria Hasil : Klien mampu
mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas Vital
sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasanAnxiety
Reduction (penurunan kecemasan)
Identifikasi tingkat kecemasan Gunakan pendekatan yang
menenangkan Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur penanganan endometriosis Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut Berikan informasi faktual mengenai
diagnosis endometriosis, tindakan prognosis Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
5.Kurang pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, tidak mengetahui
sumber informasi. Knowledge : disease process Knowledge : health
BehaviorKriteria Hasil : Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan Pasien
dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.Teaching : disease
Process
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit endometriosis Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
muncul pada penderita endometriosis dengan cara yang tepat Sediakan
informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
endometriosis
3.5Evaluasi1. Tingkat nyeri yang dialami pasien berkurang hingga
tak dirasakan pasien lagi.2. Pasien merasa rileks dan tidak
menunjukkan ekspresi cemas.3. Pasien menerima penyakit
endometriosis yang dialaminya dan tetap merasa percaya diri.4.
Pasien mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan penyakitnya dan
bekerjasama dengan petugas kesehatan.5. Pasien mengetahui informasi
tentang penyakit endometriosis, mulai dari proses hingga cara
penanganannya.
BAB IVPenutup
5.1 KesimpulanEndometriosis merupakan suatu kondisi yang di
cerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di
luar uterus, jaringan endometrium tersebut bisa tumbuh di ovarium,
tuba falopii, ligament pembentuk uterus atau juga bisa tumbuh di
apendiks, colon, ureter dan pelvis. Penyebab dari endometriosis
masih belum di ketahui secara pasti namun dapat di sebebakan karena
factor gen atau keturunan, factor hormonal yaitu estrogen dan
progesterone dan dapat di sebabkan karena faktor toksik.Resiko yang
paling tinggi dari kejadian endometriosis adalah wanita dengan usia
produktif, meskipun sering dijumpai pada masa reproduktif,
endometriosis juga dapat menyerang usia belasan tahun. Penanganan
endometriosis itu sendiri adalah dari pencegahan terjadinya
endometriosis, Observasi dan Pemberian Analgetika, terapi hormonal
dan pembedahan.
5.2 SaranDengan mengetahui dan memahami penyakit endometriosis,
penulis sarankan kepada para wanita yang sudah menikah, untuk
segera memiliki anak untuk menghindari tejadinya penyakit tersebut.
Dan bagi tenaga kesehatan khusunya bidang keperawatan, hendaknya
berbagi ilmu dan informasi kepada kerabat dan saudara mengenai
endometriosis, sehingga banyak wanita usia produktif yang terhindar
dari penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu C, Ida. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & KB
edisi 2. Jakarta: EGCPrawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.Scott, R. J.,
dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:
Jakarta.Smelizer, Suzanne C. (alih bahasa oleh Brunner &
Suddart). 2001. Keperawatan Medical Bedah - ed.8. Jakarta:
EGCTaber, Ben-zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: EGCWiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.