Top Banner
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN “Endometriosis” Diajukan untuk memenuhi tugas Sistem Reproduksi 2 Dosen Pembimbing: Mukhoirotin, S.Kep, Ns. M.Kep Disusun Oleh: Kelompok 3 Fatin Furoidah (7312002) Husnul Khotimah (7312004) M. Iwan Budi R. (7312007) M. Sulton Iqbal (7312025) Musdalifah (7312029) PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
37

Askep Endometriosis

Nov 09, 2015

Download

Documents

Endometriosis yaitu suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi berada di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan stroma, terdapat di dalam endometrium mataupun di luar uterus. Bila jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, bila berada di luar uterus disebut endometriosis. Pembagian ini sudah tidak dianut lagi, karena secara patologik, klinik, ataupun etiologic adenomiosis berbeda dengan endometriosis. Adenomiosis secara klinis lebih banyak persamaan dengan mioma uteri. Adenomiosis sering ditemukan pada multipara dalam masa premenopause, sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih muda dan yang infertile (Sarwono, 2007).
Terdapat kurang lebih 15% wanita reproduksi dan pada 30% dari wanita yang mengalami infertilitas. Implantasi endometriosis bisa terdapat pada ovarium, ligamentum sakrouterina, kavum dauglasi, ligamentum latum dan ligamentum rotundum, tuba fallopi, dan pada tempat-tempat ekstra peritoneal (serviks, vagina, vulva, dan kelenjar-kelenjar limfe). Penampakan kasarnya bisa dalam bentuk luka berupa sebuah peninggian atau kista yang berisi darah baru, merah atau biru-hitam. Karena termakan waktu, luka tersebut berubah menjadi lebih rata dan berwarna coklat tua. Ukuran luka dapat berkisar dari luka kecil dari 10 cm.
Di perkirakan prevalensinya tahun demi tahun meningkat. Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia reproduksi, namun telah ditemukan pula endometriosis pada usia remaja dan pasca menopause. Oleh karena itu untuk setiap nyeri haid baik pada waktu remaja maupun pada pasca menoupuse perlu dipikirkan adanya endometriosis. Endometriosis selama kurang lebih dari 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan di semua operasi pelvic. Yang menarik perhatian adalah bahwa endometriosis lebih sering di temukan pada wanita yang tidak kawin pada usia muda dan yang tidak memiliki banyak anak. Ternyata fungsi ovarium secara siklis yang terus menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan penting di dalam terjadinya endometriosis.
Berdasarkan penjelasan di atas besar presentase kasus endometriosis pada wanita mendasari kasus ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu penyebab dari infertilitas.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATANEndometriosisDiajukan untuk memenuhi tugas Sistem Reproduksi 2Dosen Pembimbing: Mukhoirotin, S.Kep, Ns. M.Kep

Disusun Oleh:Kelompok 3Fatin Furoidah(7312002)Husnul Khotimah(7312004)M. Iwan Budi R.(7312007)M. Sulton Iqbal(7312025)Musdalifah(7312029)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUMJl. Rejoso Kompleks Ponpes Darul Ulum Peterongan JombangTahun Ajaran 2014-2015KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah asuhan keperawatan, yang berjudul Endometriosis. Penyusunan makalah asuhan keperawatan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Reproduksi 2 di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang. Dalam Penyusunan makalah asuhan keperawatan ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak penulis harapkan, demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada : 1. Mukhoirotin, S.Kep, Ns., M.Kep. selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Sistem Reproduksi 2. 2. Rekan-rekan S1 Keperawatan Semester 6. 3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya dalam memajukan pendidikan. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, amin. Jombang, 11 April 2015 Penulis,

DAFTAR ISIHALAMAN DEPANiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB I11.1Latar Belakang11.2Tujuan Penulisan2BAB II32.1Pengertian32.2Etiologi42.3Faktor Resiko42.4Manifestasi Klinik52.5Klasifikasi62.6Patofisiologi72.7Penatalaksanaan82.8Pencegahan92.9Komplikasi102.10Pemeriksaan Penunjang112.11PNP13BAB III153.1Pengkajian153.2Pemeriksaan Fisik173.3Diagnosa Keperawatan183.4Intervensi dan Implementasi183.5Evaluasi20BAB IV215.1Kesimpulan215.2Saran21DAFTAR PUSTAKA22

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangEndometriosis yaitu suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi berada di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan stroma, terdapat di dalam endometrium mataupun di luar uterus. Bila jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, bila berada di luar uterus disebut endometriosis. Pembagian ini sudah tidak dianut lagi, karena secara patologik, klinik, ataupun etiologic adenomiosis berbeda dengan endometriosis. Adenomiosis secara klinis lebih banyak persamaan dengan mioma uteri. Adenomiosis sering ditemukan pada multipara dalam masa premenopause, sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih muda dan yang infertile (Sarwono, 2007). Terdapat kurang lebih 15% wanita reproduksi dan pada 30% dari wanita yang mengalami infertilitas. Implantasi endometriosis bisa terdapat pada ovarium, ligamentum sakrouterina, kavum dauglasi, ligamentum latum dan ligamentum rotundum, tuba fallopi, dan pada tempat-tempat ekstra peritoneal (serviks, vagina, vulva, dan kelenjar-kelenjar limfe). Penampakan kasarnya bisa dalam bentuk luka berupa sebuah peninggian atau kista yang berisi darah baru, merah atau biru-hitam. Karena termakan waktu, luka tersebut berubah menjadi lebih rata dan berwarna coklat tua. Ukuran luka dapat berkisar dari luka kecil dari 10 cm. Di perkirakan prevalensinya tahun demi tahun meningkat. Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia reproduksi, namun telah ditemukan pula endometriosis pada usia remaja dan pasca menopause. Oleh karena itu untuk setiap nyeri haid baik pada waktu remaja maupun pada pasca menoupuse perlu dipikirkan adanya endometriosis. Endometriosis selama kurang lebih dari 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan di semua operasi pelvic. Yang menarik perhatian adalah bahwa endometriosis lebih sering di temukan pada wanita yang tidak kawin pada usia muda dan yang tidak memiliki banyak anak. Ternyata fungsi ovarium secara siklis yang terus menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan penting di dalam terjadinya endometriosis.Berdasarkan penjelasan di atas besar presentase kasus endometriosis pada wanita mendasari kasus ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu penyebab dari infertilitas.

1.2 Tujuan PenulisanTujuan Umum: Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien endometriosis.Tujuan Khusus:1. Mengkaji data pasien serta menganalisisnya 2. Menegakkan diagnosa keperawatan dan menentukan prioritas masalah klien 3. Menyusun rencana tindakan pada klien endometriosis4. Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada klien endometriosis 5. Mengevaluasi hasil tindakan

BAB IIPEMBAHASAN

1. 2. 2.1 PengertianEndometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopi, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. (Scott, 2002)Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan sel-sel lapisan uterus tumbuh secara menyimpang dalam rongga pelvis diluar uterus (Suddarth, 2002).Endometriosis adalah suatu masalah yang relative biasa selama masa produktif dicirikan oleh adanya poliferasi jaringan endometrium pada berbagai tempat di luar kavum endometrium (Taber, 1994).Endometriosis merupakan implantasi jaringan endometrium di luar uterus yang dijumpai pada usia relative muda. (Chandranita, 2010)Endometriosis adalah suatu keadaan di mana jaringan endemetrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma. (Wiknjosastro, 2005)Biasanya endometriosis terbatas pada lapisan rongga perut atau permukaan organ perut. Endometium yang salah tempat ini biasanya melekat pada ovarium (indung telur) dan ligament penyokong rahim.Endometrium juga bisa melekat pada lapisan luar usus halus dan usus besar, ureter (saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih), kandung kemih, vagina, jaringan parut di dalam perut atau lapisan rongga dada. Kadang jaringan endometrium tumbuh di dalam paru-paru.Endometiosis bisa diturunkan dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama (ibu, anak perempuan, saudara perempuan). Faktor lain yang meningkatkan resiko terjadinya endometriosis adalah memiliki rahim yang abnormal, melahirkan pertama kali pada usia diatas 30 tahun dan kulit putih.

2.2 EtiologiPenyebab endometriosis tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mencoba menerangkan kejadian endometriosis yaitu berupa beberapa teori, antara lain:a. Teori Implantasi dan Regurgitasi.Teori ini menerangkan adanya darah haid yang dapat menjalar dari kavum uteri melalui tuba Falopii, tetapi teori ini tidak dapat menerangkan kasus endometriosis di luar pelvis. b. Teori Metaplasia.Teori ini menerangkan terjadinya metaplasia pada sel-sel coelom yang berubah menjadi endometrium.Perubahan ini dikatakan sebagai akibat dari iritasi dan infeksi atau hormonal pada epitel coelom. Secara endokrinologis hal ini benar karena epitel germinativum dari ovarium, endometrium dan peritoneum berasal dari epitel coelom yang sama.c. Teori Hormonal.Telah lama diketahui bahwa kehamilan dapat menyembuhkan endometriosis. Rendahnya kadar FSH, LH, dan E2 dapat menghilangkan endometriosis. Pemberian steroid seks dapat menekan sekresi FSH, LH, dan E2. Pendapat yang sudah lama dianut mengemukakan bahwa pertumbuhan endometriosis sangat tergantung dari kadar estrogen di dalam tubuh. d. Teori Imunologik.Secara embriologis, sel epitel yang membungkus peritoneum parietal dan permukaan ovarium sama asalnya, oleh karena itu sel endometriosis sejenis dengan mesotel. Banyak peneliti berpendapat bahwa endometriosis adalah suatu penyakit autoimun karena memiliki criteria cenderung lebih banyak pada wanita, bersifat familiar, menimbulkan gejala klinik, melibatkan multiorgan, menunjukkan aktivitas sel B-poliklonal.

2.3 Faktor ResikoFaktor-faktor resiko untuk endometriosis:a. Nuliparitasb. Wanita usia produktif (15 44 tahun)c. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (7 hari) e. Spotting sebelum menstruasif. Peningkatan jumlah estrogen dalam darahg. Keturunan: memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.h. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosisi. Terpapar Toksin dari lingkunganBiasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.2.4 Manifestasi KlinikPenderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul, terutama bila datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri atau berdarah ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid. Gejala-gejala endometriosis datangnya berkala dan bervariasi sesuai datangnya haid tetapi bisa menetap. Banyak penderita endometriosis yang tidak bergejala, dan terdapat sedikit korelasi antara hebatnya gejala dengan beratnya penyakit. Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Scott (2002) yaitu:1. Nyeri:a) Dismenore sekunderb) Dismenore primer yang burukc) Dispareuniad) Nyeri ovulasie) Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.f) Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksualg) Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter

2. Perdarahan abnormala) Hipermenoreab) Menoragiac) Spotting sebelum menstruasid) Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi3.Keluhan buang air besar dan buang air kecila) Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besarb) Darah pada fecesc) Diare, konstipasi dan kolik.

2.5 KlasifikasiKlasifikasi menurut letak endometriosis:a. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri) Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan terjadi penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak ada. Ada dua gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu: Nyeri saat haid. Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang. b. Endometriosis Tuba.Yang paling sering terkena adalah bagian proksimal tuba. Akibatnya adalah: Saluran tuba tertutup, terjadi infertilitas. Resiko terjadinya kehamilan ektopik. Hematosalpingc. Endometriosis OvariumAkibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista coklat. Kista coklat ini sering mengadakan perlekatan dengan organ-organ di sekitarnya dan membentuk suatu konglomerasi.d. Endometriosis Retroservikalis.Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum Douglas. Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum, akibatnya nyeri saat BAB.Diagnosa banding yang perlu diperhatikan adalah: Karsinoma ovarium. Metastasis di kavum Douglas. Mioma multiple. Karsinoma rectum.e. Endometriosis Ekstragenital.Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tubuh tertentu bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya endometriosis.Klasifikasi endometriosis, menurut Scott (2002) :a. Ringan, yaitu endometriosis yang menyebar tanpa perlekatan pada anterior atau posterior kavum Duoglasi, peritoneum pelvik, atau permukaan ovarium.b. Sedang, yaitu :1. Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan parut dan retraksi atau endometrioma kecil.2. Perlekatan minimal sekitar ovarium dengan ovarium yang mengalami endometriosis.3. Endometriosis pada anterior atau posterior kavum Douglasi dengan parut dan retraksi atau perlekatan tanpa menyerang sigmoid.c. Berat, yaitu : 1. Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan ukuran lebih dari 2 x 2 cm2.2. Perlekatan satu atau dua ovarium, tuba, atau kavum Douglasi karena endometriosis.3. Keterlibatan usus dan traktus urinarius yang nyata.

2.6 PatofisiologiEndometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya.Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.

2.7 PenatalaksanaanPengobatannya bergantung pada gejala-gejala pasien, keinginan untuk hamil, dan keparahan penyakit. Jika pasien tidak menunjukkan gejala, observasi setiap 6 bulan adalah semua yang diperlukan. Terapi lainnya untuk beragam tingkatan gejala mencakup paliasi, terapi hormone, atau pembedahan.a. Tindakan paliatifTindakan ini mencakup medikasi (analgestik, inhibitor prostaglandin) dan kehamilan, yang menghilangkan gejala karena tidak adanya menstruasi selama gestasi.

b. Pengobatan HormonalPrinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan lingkungan hormone rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun jaringan endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis yang baru karena transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa nyeri karena rangsangan peritoneum.Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi progesterone yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan endomeetriosis.c. PembedahanAdanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak tumbuhnya endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan harus dapat menentukan apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini, pada wanita yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya pada wanita usia lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak dianjurkan. d. RadiasiPengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan.

2.8 PencegahanBelum banyak cara pencegahan yang dapat di laksanakan, diantarnya:a) Tidak melakukan pemeriksaan dalam yang terlalu berlebihan pada wanita menstruasi, agar tidak terjadi regurgitasi darah menstruasi melalui tuban kedalam cavum peritoneumb) Apabila terdapat penyempitan atau obstruksi kanalis servikalis, agar segera di perbaiki. Keuntungan lainya apabila segera diperbaiki ialah kerusakan epithelium endoserviks dapat segera dicegah dan hal ini akan sangat mmebantu migrasi sperma kedalam tuba.c) Apabila pasien telah menikah di anjurkan segera hamil dengan demikian apabila ada endometriosis dalam tingkat ringan atau sedang kehamilan akan dapat menghilangkan ini.d) Dianjurkan tidak menggunakan pil KB dengan dosis estrogen yang terlalu besar. Pemakaian pil KB dengan hanya berisiskan progesterone saja dapat membantu pengobatan enometriosis.

Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan diusahakan supaya mendapat anak anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena hal itu dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan ke rongga panggul. (Wiknjosastra, 2005)

2.9 Komplikasi1.Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat dengan kolon atau ureter2.Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma3.Calamenial seizure atau pnemotoraks karena eksisi endometriosis(Taber, 1994)2.10 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Laboratorium dan Radiologi: a. Pemeriksaan DL: untuk mengetahui komposisi darah klien secara menyeluruh, dimana didapatkan peningkatan peningkatan dari WBC. b. Imaging: dilakukan pada pasien yang tidak memberikan respon terhadap terapi antimikroba dalam 48-72 jam. c. CT scanning pada abdomen dan pelvis: untuk membantu untuk mengeklusi broad ligament masses, septic pelvic thrombophlebitis, ovarian vein thrombosis, dan phlegmon. d. USG pada abdomen dan pelvis: dapat memberikan gambaran pada bagian uterus pada pasien endometritis. e. Biopsi jaringan endometrium: dilakukan dengan mengambil jaringan dari rahim dan mengirimkannya ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut. Dapat digunakan untuk menilai endometritis kronik pada nonobstetric population. f. Pemeriksaan vaginal: dilakukan dengan menggunakan vaginoskop untuk melihat adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) dan vagina yang agak terbuka dan kemerahan di daerah vagina dan leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai fluktuasi (tergantung derajat infeksi). g. X-ray khusus: menggunakan komputer untuk mengambil gambar dari abdomen dan digunakan untuk melihat organ tubuh lain seperti rahim dan ovarium. h. Hysteroscopy: pemeriksaan ini mungkin dilakukan untuk mencari pembengkakan di dalam rahim, dengan menggunakan hysteroscop (tabung panjang yang masuk melalui vagina dan ke dalam rahim). Contoh jaringan dari rahim juga dapat diambil selama tes ini. i. Kultur: diambil sample dari urin, darah, dan cairan vagina dan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa untuk mengetahui jenis bakteri penyebab infeksi. j. Pap smear: pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya pembengkakan dan infeksi pada bagian rahim. Pap smear juga dapat dilakukan untuk memeriksa sel-sel abnormal yang dapat menyebabkan kanker. Sample sel di leher rahim akan diambil dan ditempatkan pada slide kaca untuk dikirim ke laboratorium untuk tes.k. Pemeriksaan serum CA 125Serum CA 125 adalah petanda tumor yang sering digunakan pada kanker ovarium. Pada endometriosis juga terjadi peningkatan kadar CA 125. Namun, pemeriksaan ini mempunyai nilai sensitifitas yang rendah. Kadar CA 125 juga meningkatkan pada keadaan infeksi radang panggul, mioma, dan trimester awal kehamilan. CA 125 dapat digunakan sebagai monitor prognostic pascaoperatif endometriosis bila nilainya tinggi berarti prognostic kekambuhannya tinggi. Bila didapati CA 125>65 mIU/ml praoperatif menunjukkan derajat beratnya endometriosis.

2.11 PNPSel EndometrialENDOMETRIOSISEstrogen dan Peogesteron

Estrogen dan Peogesteron Faktor GenetikResiko TinggiGen AbnormalGangguan Pertumbuhan Sel EndometriumGangguan estrogen dan progesteronMempengaruhi system hormonalHipermenorea dan Menoragia

Gangguan MenstruasiTumbuh di luar UterusInfidubulum Tuba FalopiFragmen endometrial dilemparPertumbuhan sel abnormal Respon Imun MakrofagMasuknya MikroorganismeToksik

3. Gangguan Citra TubuhKurang Informasi

AnsietasKurang PengetahuanPerekembangbiakan EndometrialInfertilitasSaluran Tuba fallopi menyempitOvum bergerak melambatRetroversi (robhnya seluruh organ belakang)Gerakan spontan ujung-ujung FimbraeTubafallopiUterusNyeriAdhesiPenggumpalan PelvicPerdarahan PelvicEndometrial nekrosis

Gangguan Harga Diri

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

3.1Pengkajian1. Identitas PasienPenyakit endometriosis ini biasanya menyerang pada wanita yang usia produktif yaitu sekitar 15- 44 tahun alasan salah satunya karena pada usia tersebut terjadi peningkatan estrogen dan progesterone yang tinggi. Insiden yang jelas belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tersebut cukup tinggi. Pekerjaan sangat mempengaruhui juga, insidenya terjadi pada pekerja yang langsung terpapar dengan toksik dari pepsida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.2. Keluhan UtamaPasien dengan endometriosis biasanya mengeluh Nyeri abdomen (pelvis), yaitu disminore dan dispareunia merupakan gejala-gejala yang paling karakteristik. Nyeri pelvis yang berat dan mendadak dapat disebabkan oleh iritasi perinoteum akibat rupturnya endometrioma atau hemoperitoneum. Nausea, vomitus dan nyeri bahu dapat merupakan gejala-gejala penyerta.3. Riwayat Penyakit SekarangKlien datang dengan nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi, serta nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual, Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter, Hipermenorea, Menoragia, Feces berdarah, Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi, Konstipasi, diare, kolik.4. Riwayat Penyakit DahuluUntuk mengetahui penyakit-penyakit yang pernah diderita klien, apakah klien mempunyai riwayat penyakit tertentu terutama yang berhubungan dengan alat reproduksi maupun penyakit lain yang mungkin dapat memicu terjadinya endometriosis serta bisa menjadi pertimbangan untuk keperluan terapi atau pengobatan lebih lanjut seperti gangguan hormone, kanker, tumor PMS dll.5. Riwayat Penyakit KeluargaPerlu ditanyakan apakah pasien dan keluarga, apakah memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis, karena penyakit endometriosis penyebabnya karena factor genetic yang memiliki resiko tinggi terhadap angka kejadian endometriosis.6. Riwayat Obstetri dan Menstuasia. Riwayat MenstruasiBiasanya pasien mengeluh mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasib. Riwayat PernikahanBahwa endometriosis lebih sering di temukan pada wanita yang tidak kawin pada usia muda dan yang tidak memiliki banyak anakc. Riwayat KehamilanPasien endometriosis biasanya jarak kehamilannya yang sangat terlalu jauh antara anak yang satu dengan anak yang lain.7. Pola Fungsional Kesehatana. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan Klien kurang mendapatkan paparan informasi mengenai penyakitnya b. Nutrisi/metabolic Terdapat beberapa klien yang kadang mengalami gejala mual, distensi abdomen, dan anoreksia. c. Pola eliminasi Untuk mengetahui apakah ada keluhan atau masalah dengan pola BAK maupun BAB. Pada endometriosis biasanya mengalami defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid. d. Pola tidur dan istirahat Klien endometritis dapat mengalami gangguan pola tidur apabila nyeri timbul pada malam hari atau saat istirahat.e. Pola perceptual Nyeri bisa berupa akut dengan lokasi di perut bagian bawah atau perineum (daerah antara paha). Nyeri dapat pula muncul saat berhubungan seksual, akibat tekanan pada jaringan yang terinfeksi selama penetrasi. Nyeri dirasakan pula pada perut bagian bawah, punggung, panggul belakang, dan vagina.

f. Pola persepsi diri Kadang klien dengan endometritis dapat mengalami gangguan citra tubuh akibat tanda dan gejala penyakit yang muncul yaitu aroma cairan vagina yang bau akibat adanya infeksi di endometritis klien. g. Pola peran-hubungan Klien dengan endometritis dapat mengalami gangguan peran dan hubungan jika klien harus dirawat di rumah sakit. Nyeri yang dirasakan klien juga menyebabkan klien mengalami keterbatasan dalam menjalankan peran dan hubungannya sehari-hari. h. Pola manajemen koping stres Pada klien dengan endometritis biasanya akan cemas dengan kondisinya, apalagi bila disertai dengan terjadinya perdarahan abnormal pada vagina dan keluarnya cairan vagina berlebih yang beraroma tidak sedap, berwarna putih atau kekuningan, dan disertai kurangnya paparan informasi yang klien peroleh mengenai penyakitnya.

3.2Pemeriksaan Fisik1. Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu, sejauh mana keluhan yang dirasakan ibu, sehingga mempengaruhi ibu secara umum. 2. TTV: mengetahui keadaan tekanan darah, suhu, nadi, respirasi sehubugan dengan keluhan yang dirasakan ibu.3. Payudara: pemeriksaan payudara mempunyai arti penting bagi penderita wanita terutama dalam hubungan dengan diagnostik kelainan endokrin.4. Abdomen: mengetahui apakah ada luka bekas oprasi, apakah ada massa dan pembesaran perut abnormal yang dapat menunjang diagnosa ke diagnosa penyakit organ reproduksi lainnya. Pemeriksaan abdomen sangat penting pada penderita gynekologi, tidak boleh diabaikan, dan harus lengkap apapun keluhan penderita. Penderita harus tidur terlentang. Pada penderita endometriosis biasanya terdapat massa pada perut dan ada nyeri tekan.5. Anogenital: mengetahui apakah ada pengeluaran pervaginam, varices, dan oedema, serta tanda-tanda abnormal/kelainan lainnya, seperti tanda-tanda infeksi. Pada endometriosis perlu dilakukan VT untuk memastikan asal perdarahan yang dialami oleh ibu, serta dilakukan inspikulo untuk melihat apakah ada tanda-tanda endometriosis pada vagina.3.3Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul:1. Nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.2. Ansietas b.d ancaman atau perubahan pada status kesehatan.3. Gangguan harga diri b.d infertilitas.4. Gangguan citra tubuh b.d gangguan menstruasi.5. Kurang pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, tidak mengetahui sumber informasi.

3.4Intervensi dan ImplementasiNo.DiagnosaNOCNIC

1.Nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.

Pain Level, Pain control, Comfort level

Kriteria Hasil : Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri be tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri rkurang Tanda vital dalam rentang normalPain Management Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Analgesic Administration Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

2.Ansietas b.d ancaman atau perubahan pada status kesehatan. Anxiety control Coping Impulse controlKriteria Hasil : Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasanAnxiety Reduction (penurunan kecemasan)

Identifikasi tingkat kecemasan Gunakan pendekatan yang menenangkan Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur penanganan endometriosis Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut Berikan informasi faktual mengenai diagnosis endometriosis, tindakan prognosis Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

5.Kurang pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, tidak mengetahui sumber informasi. Knowledge : disease process Knowledge : health BehaviorKriteria Hasil : Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.Teaching : disease Process

Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit endometriosis Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penderita endometriosis dengan cara yang tepat Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit Diskusikan pilihan terapi atau penanganan endometriosis

3.5Evaluasi1. Tingkat nyeri yang dialami pasien berkurang hingga tak dirasakan pasien lagi.2. Pasien merasa rileks dan tidak menunjukkan ekspresi cemas.3. Pasien menerima penyakit endometriosis yang dialaminya dan tetap merasa percaya diri.4. Pasien mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan penyakitnya dan bekerjasama dengan petugas kesehatan.5. Pasien mengetahui informasi tentang penyakit endometriosis, mulai dari proses hingga cara penanganannya.

BAB IVPenutup

5.1 KesimpulanEndometriosis merupakan suatu kondisi yang di cerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus, jaringan endometrium tersebut bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligament pembentuk uterus atau juga bisa tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. Penyebab dari endometriosis masih belum di ketahui secara pasti namun dapat di sebebakan karena factor gen atau keturunan, factor hormonal yaitu estrogen dan progesterone dan dapat di sebabkan karena faktor toksik.Resiko yang paling tinggi dari kejadian endometriosis adalah wanita dengan usia produktif, meskipun sering dijumpai pada masa reproduktif, endometriosis juga dapat menyerang usia belasan tahun. Penanganan endometriosis itu sendiri adalah dari pencegahan terjadinya endometriosis, Observasi dan Pemberian Analgetika, terapi hormonal dan pembedahan.

5.2 SaranDengan mengetahui dan memahami penyakit endometriosis, penulis sarankan kepada para wanita yang sudah menikah, untuk segera memiliki anak untuk menghindari tejadinya penyakit tersebut. Dan bagi tenaga kesehatan khusunya bidang keperawatan, hendaknya berbagi ilmu dan informasi kepada kerabat dan saudara mengenai endometriosis, sehingga banyak wanita usia produktif yang terhindar dari penyakit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu C, Ida. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & KB edisi 2. Jakarta: EGCPrawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.Scott, R. J., dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta.Smelizer, Suzanne C. (alih bahasa oleh Brunner & Suddart). 2001. Keperawatan Medical Bedah - ed.8. Jakarta: EGCTaber, Ben-zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGCWiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.