Top Banner
ASKEP Transplantasi Hati dan Pembedahan Kantung Empedu D I S U S U N Oleh : Kelompok 1 1. JULIAMAN 2. LARISMA MANIK 3. MEILANI 4. RURIWINITA 5. ZULKIFLI
48

Askep Endokrin

Sep 06, 2015

Download

Documents

Transplantasi Hati dan Empedu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

ASKEP Transplantasi Hati dan Pembedahan Kantung Empedu

D

I

S

U

S

U

N

Oleh :

Kelompok 1

1. JULIAMAN2. LARISMA MANIK3. MEILANI4. RURIWINITA5. ZULKIFLI

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

MEDAN

2014DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB IITINJAUAN TEORIA. Defenisi1. Transplantasi hati

Transplantasi hati pada dasarnya adalah mengganti hati yang rusak dengan hati yang sehat, bisa dari donor cadaver (mayat) maupun dari donor living (hidup). Transplantasi hati ditempuh untuk menghindari ancaman kematian. Jika dilakukan dengan baik, tingkat keberhasilan transplantasi hati bisa mencapai 75-85 persen di tahun pertama. Dan apabila setahun pertama pasca transplantasi pasien survive, diharapkan 5-10 tahun pasien tidak akan lagi memiliki hati yang bermasalah.

Mekanisme Transplantasi Hati

Tim akan mengangkat hati yang sakit, membiarkan bagian dari sebagian besar pembuluh darah dijepit dan tetap berada di tempatnya. Hati pendonor kemudian akan diletakkan dalam rongga perut. Implantasi melibatkan anastomosis (sambungan) vena kava inferior, vena porta dan arteri hati. Setelah anastomosis selesai, suara ultra intrabedah dilakukan oleh ahli radiologi untuk memastikan aliran darah di hati Anda yang baru. Ahli bedah kemudian menutup luka menggunakan jahitan atau stapel dapat larut ditutup oleh balutan, yang dibiarkan selama beberapa hari setelah pembedahan. Untuk membantu salir empedu, sebuah selang T juga akan dimasukkan ke dalam saluran empedu selama pembedahan. Sebuah monitor jantung, selang intravena, selang-selang dan salir akan dilekatkan pada tubuh Anda. Obat-obatan imunosupresan (penekan respons imun) akan diberikan segera setelah operasi transplantasi. Hal ini untuk memastikan bahwa tubuh Anda tidak akan menolak hati setelah dicangkok. Seluruh bedah transplantasi pada umumnya berlangsung antara delapan hingga 12 jam.

Resiko Penolakan

Setelah transplantasi hati, terdapat tiga jenis penolakan yang mungkin terjadi, yaitu:

1. Penolakan hiperakut - disebabkan oleh antibodi antidonor yang terbentuk sebelumnya. Ditandai dengan pengikatan antibodi ini pada antigen di sel-sel endotelial vaskular.

2. Penolakan akut - merupakan hal yang paling sering terjadi dan sasaran utama bahan imunosupresan. Penolakan akut biasanya terlihat dalam hitungan hari atau minggu setelah transplantasi.

3. Penolakan kronis - merupakan adanya tanda atau gejala penolakan setelah satu tahun. Penyebab penolakan kronis masih belum diketahui, namun penolakan akut merupakan prediktor (peramal) yang kuat dari penolakan kronis.

Penolakan hati dapat terjadi setiap saat setelah transplantasi hati. Temuan laboratorium pada penolakan hati mencakup SGPT, SGOT, SGGT yang tidak normal dan nilai fungsi hati seperti waktu protrombin, tingkat amonia, tingkat bilirubin, konsentrasi albumin, dan glukosa darah.Indikasi

Indikasi untuk transplantasi hati mencakup penyakit hati kronis ireversibel yang lanjut, gagal hati fulminan, penyakit hati metabolik dan kelainan malignitas hati di mana tindakan reseksi untuk menyembuhkan pasien memerlukan pengangkatan total hati. Contoh-contoh kelainan yang merupakan indikasi bagi transplantasi hati adalah penyakit hati hepatoseluler (misalnya, hepatitis virus, penyakit hati yang ditimbulkan oleh obat dan alkohol, serta penyakit Wilson) dan penyakit kolestasis (yaitu, sirosis bilier primer, kolagitis sklerosis serta antresia bilier).

2.Pembedahan Kantung Empedu1. Minikolesistektomi

Merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4cm. kolesistektomi Laparoskopik (atau endoskopik), dilakukan lewat luka insisi yang kecil atau luka tusukan melalui dinding abdomen pada umbilicus. Pada prosedur kolesistektomi endoskopik, rongga abdomen ditiup dengan gas karbon dioksida (pneumoperitoneum) umtuk membantu pemasangan endoskop dan menolong dokter bedah melihat struktur abdomen. Sebuah endoskop serat optic dipasang melalui luka insisi umbilicus yang kecil. Beberapa luka tusukan atau insisi kecil tambahan dibuat pada dinding abdomen untuk memasukkan instrumen bedah lainnya ke dalam bidang operasi.

2. Koledokostomi

Dalam koledokostomi, insisi dilakukan pada duktus koledokus untuk mengeluarkan batu. Setelah batu dikeluarkan, biasanya dipasang sebuah kateter ke dalam duktus tersebut untuk drainase getah empedu sampai edema mereda. Keteter ini dihubungkan dengan selang drainase gravitas. Kandung empedu biasanya juga mengandung batu, dan umumnya koledokostomi dilakukan bersama-sama kolesistektomi

3. Kolesistektomi (Cholecystectomy)Cholesystectomy adalah operasi pengangkatan kandung empedu, yang tekniknya dapat dilakukan dengan laparoskopi atau bedah terbuka.Tujuan dari pengangkatan (pembuangan) kandung empedu adalah mencegah terbentuknya kembali batu di kandung empedu, sehingga akan mencegah kekambuhan, mencegah perjalan penyakit menjadi suatu penyakit menahun.

Cholesystectomy dilakukan bila:

pasien sering mengalami kekambuhan,

hasil pemeriksaan telah memastikan adanya batu di kandung empedu.

Penderita dengan simtomatik batu empedu yang telah dibuktikan secara imaging diagnostic terutama melalui USG abdomen

Penderita kolesterolosis simtomatik yang telah dibuktikan melalui USG abdomen

Adenomyomatosis kantung empedu simtomatik

Operasi terbuka (open surgery)

Operasi bedah terbuka, seperti yang difahami orang orang awam pada umumnya, yaitu membuka rongga perut. Tangan dokter bedah akan langsung bersentuhan dengan organ yang akan dibedah.Persiapan

puasa

skrining pra operasi

Prosedur

dilakukan di kamar operasi dalam anestesi umum

sayatan sekitar 10-15 cm

lama operasi (tanpa komplikasi) 45-90 menit.

dapat dilakukan oleh dokter spesialis bedah umum

Kelebihan bedah terbuka:

Dapat dilakukan di banyak rumah sakit yang memiliki fasilitas kamar bedah dengan dokter bedah umum dan dokter anesthesi.

Dapat melakukan tindakan yang tidak bisa dilakukan dengan teknik laparoskopi.

Biaya lebih murah, hanya waktu penyembuhan lebih lama.

Kerugian operasi bedah terbuka:

Luka bekas sayatan secara kosmetik lebih besar dibandingkan laparoskopi.

Waktu penyembuhan luka operasi lebih lama.

Kontra indikasi absolut

Peritonitis

Obstruksi usus

Koagulopati yang tidak terkontrol

Hernia diafragmatik yang besar

Penyakit Paru obstruktif berat dan penyakit jantung kongestif beratTeknik Operasi1. Penderita dalam posisi supine dan dalam narkose

2. Desinfeksi pada dada bagian bawah dan seluruh abdomen.

3. Dilakukan insisi lengkung di bawah umbilikus sepanjang 20 mm, insisi diperdalam secara tajam dan tumpul sampai tampak linea alba.

4. Linea alba dipegang dengan klem dan diangkat, dibuat incisi vertikal sepanjang 10 mm

5. Dengan trokar peritoneum ditembus dan dimasukkan port lalu dimasukkan CO2 ke dalam kavum abdomen untuk menimbulkan pneumoperitoneum sehingga abdomen cembung.

6. Melalui port umbilikal dimasukkan videoscope ke dalam cavum abdomen.

7. Tiga buah trocart dimasukkan dengan memperhatikan secara langsung tempat penetrasi intra abdomen.

Trocart I dimasukkan di epigastrium 5 cm di bawah procesus xyphoideus dengan penetrasi intraabdomen di sebelah kanan ligamentum falciforme

Trocart II dimasukkan pada kwadaran kanan atas abdomen beberapa cm di bawah costa terbawah pada linea midclavicula.

Trocart III dimasukkan pada kuadran kanan atas setinggi umbilikus di sebelah lateral dari trocart kedua. (gambar).

8. Posisi pasien diubah menjadi Anti Trendelenburg ringan (10-15) dan sedikit miring ke kiri.

9. Gall bladder dipegang dengan grasper/forcep dari port lateral (4), kemudian didorong ke arah superior dan dipertahankan pada posisi ini.

Gambar Tempat Port Laparoskopik

10. Infundibulum dipegang dengan grasper dari port medial (3) dan ditraksi ke arah caudal. Disecting forceps dimasukkan dari port epigastrium (2) dan jaringan di sekitar duktus sistikus dan arteri sistika disisihkan sampai kedua struktur tersebut tampak jelas.

11. A. Sistika dijepit dengan metal clip di bagian distal dan dua buah metal klip di bagian proksimal kemudian dipotong.

12. Duktus sistikus yang telah terlihat jelas dijepit dengan metal clip sedekat mungkin dengan kandung empedu. Duktus sistikus bagian proksimal dijepit dengan dua buah metal clip dan dipotong. (hati-hati jangan menarik infundibulum keras, dapat menjepit duktus koledokus)

13. Videoscope dikeluarkan dari port umbilikus dan dipindah ke port epigastric.

14. Kantong empedu dibebaskan dengan menarik dengan grasping forceps dari porte umbilikalisKolelitiasis (Batu Empedu) merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu seperti kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak, dan fosfolipid. (Price, 2005, hlm 502).

Kolelitiasis adalah batu yang terdapat di saluran empedu utama atau di duktus koledokus (koledokolitiasis), di saluran sistikus (sistikokolitiasis) jarang sekali di temukan dan biasanya bersamaan dengan batu di dalam kandung empedu, dan di saluran empedu intrahepatal atau hepatolitiasis. (Hadi Sujono, 2002 hlm 778).

Batu empedu pada umumnya di temukan di dalam kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran empedu menjadi batu saluran empedu dan di sebut sebagai batu saluran empedu sekunder. (Sudoyo, dkk., 2006, hlm 479 ).

Kolelitiasis merupakan batu saluran empedu, kebanyakan terbentuk di dalam kandung empedu itu sendiri. Unsur pokok utamanya adalah kolesterol dan pigmen, dan sering mengandung campuran komponen empedu. Manifestasi batu empedu timbul bila batu bermigrasi dan menyumbat duktus koledukus. (Ester, 2001, hlm 211).

Batu empedu adalah batu yang berbentuk lingkaran dan oval yang di temukan pada saluran empedu. Batu empedu ini mengandung kolesterol, kalsium bikarbonat, kalsium bilirubinat atau gabungan dari elemen-elemen tersebut. (Grace, Pierce. dkk, 2006, hlm 121).

Anatomi dan Fisiologi1) Anatomi Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamentum falciforme. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus caudatus, dan lobus quadratus.

Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : 19

a. Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan mineral.

b. Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen.

Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatica dan arteri hepatica mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien, oksigen, dan zat racun dari darah sinusoid. Di dalam hematosit zat racun akan dinetralkan sedangkan nutrien akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana zat tersebut akan disekresikan ke peredaran darah tubuh.

1.2 Fisiologi Hati Fungsi utama hati yaitu :

a. Untuk metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Bergantung kepada kebutuhan tubuh, ketiganya dapat saling dibentuk.

b. Untuk tempat penyimpanan berbagai zat seperti mineral (Cu, Fe) serta vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E, dan K), glikogen dan berbagai racun yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh (contohnya : pestisida DDT).

c. Untuk detoksifikasi dimana hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi toksin dan obat.

d. Untuk fagositosis mikroorganisme, eritrosit, dan leukosit yang sudah tua atau rusak.

2. Anatomi EmpeduKandung empedu adalah kantong berbentuk buah pear yang terletak pada permukaan visceral hepar. Kantung empedu dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya ke atas, belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi kandung empedu dengan sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral hati.

2.2 Fisiologi EmpeduKandung empedu berperan sebagai resevoir empedu dengan kapasitas sekitar 50 ml. Kandung empedu mempunyai kemampuan memekatkan empedu. Untuk membantu proses ini, mukosanya mempunyai lipatan lipatan permanen yang satu sama lain saling berhubungan. Sehingga permukaanya tampak seperti sarang tawon. Sel - sel thorak yang membatasinya juga mempunyai banyak mikrovilli.

Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam kanalikuli. Kemudian disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum interlobaris.Saluran ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri. Kemudian keduanya membentuk duktus biliaris komunis. Pada saluran ini sebelum mencapai doudenum terdapat cabang ke kandung empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu sebelum disalurkan ke duodenum.

B. Patofisiologia.

b. pembedahan kandung empedu Batu pigmen

Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini adalah bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karna adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi.

Mekanisme batu pigmen

Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empedu

Akibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase

Presipitasi / pengendapan

Berbentuk batu empedu

Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi

C. Tanda dan Gejalab. pembedahan kandung empeduMenurut Price (2005, hlm 503) Sebanyak 75% orang yang memiliki batu empedu tidak memperlihatkan gejala. Sebagian besar gejala timbul bila batu menyumbat aliran empedu, yang seringkali terjadi karena batu yang kecil melewati ke dalam duktus koledokus.Penderita batu empedu sering memiliki gejala kolesistitis akut atau kronis.

a) Gejala Akut

Nyeri hebat mendadak pada epigastrium atau abdomen kuadran kanan atas, nyeri dapatmenyebar ke punggung dan bahu kanan.

Penderita dapat berkeringat banyak dan Gelisah

Nausea dan muntah sering terjadi.

Ikterus, dapat di jumpai di antara penderita penyakit kandung empedu dengan persentase yang kecil dan biasanya terjadi pada obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu getah empedu yang tidak lagi di bawa ke dalam duodenum akan di serap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membran mukosa bewarna kuning. Keadaan ini sering di sertai dengan gejala gatal-gatal yang mencolok pada kulit.

Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine bewarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi di warnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat.

Mekanisme mual dan muntah

Obstruksi saluran empedu

Alir balik cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam empedu, kolesterol)

Proses peradangan disekitar hepatobiliar

Pengeluaran enzim-enzim SGOT dan SGPT

Peningkatan SGOT dan SGPT

Bersifat iritatif di saluran cerna

Merangsang nervus vagal (N.X Vagus)

Menekan rangsangan sistem saraf parasimpatis

Penurunan peristaltik sistem Akumulasi gas usus

pencernaan (usus dan lambung) di sistem pencernaan

Makanan tertahan di lambung Rasa penuh dengan gas

Peningkatan rasa mual Kembung

Pengaktifan pusat muntah (medula oblongata)

Pengaktifan saraf kranialis ke wajah, kerongkongan,

serta neuron-neuron motorik spinalis

ke otot-otot abdomen dan diafragma

MuntahD. Pemeriksaan Penunjang1. Rontgen abdomen / pemeriksaan sinar X / Foto polos abdomen

Dapat dilakukan pada klien yang dicurigai akan penyakit kandung empedu. Akurasi pemeriksaannya hanya 15-20 %. Tetapi bukan merupakan pemeriksaan pilihan.

2. Kolangiogram / kolangiografi transhepatik perkutan

Melalui penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam cabang bilier. Karena konsentrasi bahan kontras yang disuntikan relatif besar maka semua komponen sistem bilier (duktus hepatikus, D. koledukus, D. sistikus dan kandung empedu) dapat terlihat. Meskipun angka komplikasi dari kolangiogram rendah namun bisa beresiko peritonitis bilier, resiko sepsis dan syok septik.3. ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatographi)

Sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus pancreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut. Fungsi ERCP ini memudahkan visualisasi langsung stuktur bilier dan memudahkan akses ke dalam duktus koledukus bagian distal untuk mengambil batu empedu, selain itu ERCP berfungsi untuk membedakan ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan ikterus yang disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat digunakan untuk menyelidiki gejala gastrointestinal pada pasien-pasien yang kandung empedunya sudah diangkat.ERCP ini berisiko terjadinya tanda-tanda perforasi/ infeksi

4. Kolangiografi Transhepatik Perkutan.

Pemeriksaan kolangiografi ini meliputi penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam percabangan bilier. Karena konsentrasi bahan kontras yang disuntikan itu relatif besar, maka semua komponen pada sistem bilier tersebut, yang mencakup duktus hepatikus dalam hati, keseluruhan pajang duktus koledokus, duktus sistikus dan kandung empedu, dapat dilihat garis bentuknya dengan jelas.

5. Pemeriksaan Pencitraan Radionuklida atau kolesentografi.

Dalam prosedur ini, peraparat radioktif disuntikan secara intravena. Kemudian diambil oleh hepatosit dan dengan cepat ekskeresikan kedalam sinar bilier. Memerlukan waktu panjang lebih lama untuk mengerjakannya membuat pasien terpajan sinar radiasi.F. KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis:a) Asimtomatik.

b) Obstruksi duktus sistikus.

c) Kolik bilier.

Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat dari tersumbatnya saluran oleh batu (Ignatavicius, 2006)

d) KolangitisKolangitis adalahsuatuinfeksi bakteri akut pada sistem saluran empedue) Kolesistitis akut.

Kolesistitis adalah peradangan pada kandung empedu akibat dari adanya batu kandung empedu

- Empiem.

- Perikolesistitis.

- Perforasi.

f) Kolesistitis kronis.- Hidrop kandung empedu.- Empiema kandung empedu.- Fistel kolesistoenterik.- Ileus batu empedu (gallstone ileus)g) emplema kandung empedu

peradangan pankreas

BAB IIIASKEP TEORITIS

Proses Keperawatan adalah pendekatan penyelesaian masalah yang sistematik untuk merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan yang melibatkan lima fase berikut: pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi, evaluasi.

Proses Asuhan Keperawatan terdiri dari beberapa tahap :

Transplantasi hati

A. Pengkajian Pengkajian pada pasien sirosis hepatis menurut Doenges (2000) sebagai berikut:

1. Demografi

a. Usia : diatas 30 tahun

b. Laki-laki beresiko lebih besar daripada perempuan

c. Pekerjaan : riwayat terpapar toksin

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat hepatitis kronis

b. Penyakit gangguan metabolisme : DM

c. Obstruksi kronis ductus coleducus

d. Gagal jantung kongestif berat dan kronis

e. Penyakit autoimun

f. Riwayat malnutrisi kronis terutama KEP

3. Pola Fungsional

a. Aktivitas/ istirahat Gejala : Kelemahan, kelelahan.

Tanda : Letargi, penurunan massa otot/ tonus. b. SirkulasiGejala : Riwayat Gagal Jantung Kongestif (GJK) kronis, perikarditis, penyakit jantung rematik, kanker (malfungsi hati menimbulkan gagal hati), disritmia, bunyi jantung ekstra, DVJ; vena abdomen distensi.

c. Eliminasi Gejala : Flatus.

Tanda : Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), penurunan/ tak adanya bising usus, feses warna tanah liat, melena, urine gelap, pekat.

d. Makanan/ cairan Gejala : Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/ tak dapat mencerna, mual/ muntah.

Tanda : Penurunan berat badan/ peningkatan (cairan), kulit kering, turgor buruk, ikterik : angioma spider, napas berbau/ fetor hepatikus, perdarahan gusi.e. Neurosensori

Gejala : Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian, penurunan mental.

Tanda : Perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara lambat/ tak jelas. f. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Nyeri tekan abdomen/ nyeri kuadran kanan atas.

Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, fokus pada diri sendiri. g. Pernapasan

Gejala : Dispnea.

Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, ekspansi paru terbatas (asites), hipoksia. h. Keamanan

Gejala : Pruritus.

Tanda : Demam (lebih umum pada sirosis alkohlik), ikterik, ekimosis, petekie. i. Seksualitas

Gejala : Gangguan menstruasi, impoten.

Tanda : Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah lengan, pubis) 4. Pemeriksaan Fisik

a. Tampak lemah

b. Peningkatan suhu, peningkatan tekanan darah (bila ada kelebihan cairan)

c. Sclera ikterik, konjungtiva anemis

d. Distensi vena jugularis dileher

e. Dada :

1) Ginekomastia (pembesaran payudara pada laki-laki)

2) Penurunan ekspansi paru

3) Penggunaan otot-otot asesoris pernapasan

4) Disritmia, gallop 5) Suara abnormal paru (rales)

f. Abdomen :

1) Perut membuncit, peningkatan lingkar abdomen

2) Penurunan bunyi usus

3) Ascites/ tegang pada perut kanan atas, hati teraba keras

4) Nyeri tekan ulu hati

g. Urogenital :

1) Atropi testis

2) Hemoroid (pelebaran vena sekitar rektum)

h. Integumen : Ikterus, palmar eritema, spider naevi, alopesia, ekimosis

i. Ekstremitas : Edema, penurunan kekuatan otot

5. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium Menurut Smeltzer & Bare (2001) yaitu:

1) Darah lengkap

Hb/ Ht dan SDM mungkin menurun karena perdarahan. Kerusakan SDM dan anemia terlihat dengan hipersplenisme dan defisiensi besi. Leukopenia mungkin ada sebagai akibat hiperplenisme.

2) Kenaikan kadar SGOT, SGPT

3) Albumin serum menurun

4) Pemeriksaan kadar elektrolit : hipokalemia

5) Pemanjangan masa protombin

6) Glukosa serum : hipoglikemi

7) Fibrinogen menurun

8) BUN meningkat

b. Pemeriksaan diagnostik

Menurut smeltzer & Bare (2001) yaitu:

1) Radiologi ,Dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi hipertensi portal.

2) Esofagoskopi ,Dapat menunjukkan adanya varises esofagus.

3) USG 4) Angiografi Untuk mengukur tekanan vena porta. 5) Skan/ biopsi hati Mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis, kerusakan jaringan hati. 6) Partografi transhepatik perkutaneus Memperlihatkan sirkulasi sistem vena portal. 20 21

Analisa Data

SymptomsEtiologiProblem

Os sesak,DO hipertensi portalpenurunan ekspansi paru, asitesPola nafas tidak efektif

Mual muntahintake inadekuatNutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Edemaascites,Kelebihan volume cairan

Os cepat lelahkelemahan fisik.

Intoleransi aktivitas

Mata,Kulit berwarna kekuninganakumulasi garam empedu pada kulitGangguan intregitas kulit

adanya perlukaanpenurunan pertahanan tubuh,post op Resiko infeksi

Os mengeluh nyeri Inflamasi akut Nyeri

Os panik dan takutPenyakit kronisCemas

B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien sirosis hepatis menurut Doenges (2000) antara lain:

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, asite d/d pasien sesak2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat d/d mual,muntah3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ascites d/d edema4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik d/d imobilisasi5. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu pada kulit d/d mata,kulit berwarna kekuningan6. Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan metabolisme protein.

7. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan tubuh. dan post op

8. nyeri berhubungan dengan proses inflamasi akut9. cemas b/d penyakit hati kronis d/d os takut dengan penyakitnyaK. Intervensi dan Rasional Pembedahan kandung empeduA. pengkajian

1. Identitas

1. Identitas klien

meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.

2. Identitas penanggung jawab

identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

2. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian.Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas.

2. Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.3. Riwayat kesehatan yang lalu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit kolelitiasis

5. Pemeriksaan fisik

a) Aktifitas/Istirahat

Gejala : Kelemahan

Tanda : Gelisah

b) Sirkulasi

Tanda : Takikardia, berkeringat

c) Eliminasi

Gejala : Perubahan warna urine dan feses

Tanda : Distensi abdomen.

d) Makanan / Cairan

Gejala : Anoreksia,mual.

Tanda : adanya penurunan berat badan.

e) Nyeri/Kenyamanan

Gejala :Nyeri abdomen atas, dapat menyebar kepunggung atau bahu kanan. Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan.

Tanda :Nyeri lepas, otot tegang atau kaku biala kuadran kanan atas ditekan; tanda murphy positif.

f) Keamanan

Tanda :Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gtal (Pruiritus).Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K).

g) Penyuluhan/Pembelejaran

Gejala : Kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu.Adanya kehamilan/melahirkan; riwayat DM, penyakit inflamasi usus, diskrasias darah.

Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat: 3,4 hari.

Rencana pemulangan:Memerlukan dukungan dalam perubahan diet/penurunan berat badan.

4. Pemeriksaan diagnostik:

Ultrasonografi digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis kolelitiasis dan membedakan antara obstruktif dan non obstruktif ikterus (Ignatavicius, 1991).

Pemeriksaan diagnostik tambahan menurut LeMone, 2000, yaitu: Darah lengkap :Menunjukkan WBC (sel darah putih) tinggi akibat infeksi dan peradangan Kadar bilirubin serum diukur untuk memastikan obstruksi adanya dalam sistem saluran empe X-ray perut, yang disebut plat datar, dilakukan untuk batu yang divisualisasikan ke layar monitor. Kolesistogram oral dilakukan dalam situasi darurat. Gallbladder nonacute scan, juga disebut HIDA scan, dilakukan melalui teknik kedokteran nuklir untuk menilai kolesistitis akut

5. Psikososial:

Klien dengan kolelitiasis menunjukkan banyak ekspresi emosional seperti perasaan takut akan nyeri, cemas akan prosedur diagnostik atau pembedahan dan biaya(Ignatavicius, 1991).

Pengkajian psikososial menurut (LeMone, 2000):

kecemasan terkait dengan operasi tertunda. Kaji ketakutan yang belum diketahui dan pembedahan. Dorong verbalisasi adanya rasa kekhawatiran. Berikan dukungan emosional kepada klien dan keluarga. Minimalkan stimulus eksternal.

B. Diagnosa Keperawatan1) Nyeri b/d proses inflamasi dan post opp kandung empedu, obstruksi/spasme duktus, iskemia jaringan/nekrosis

2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d dispensi dan hipermortilitas gaster, gangguan proses pembekuan darah

3) Resiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan pencernaan lemak intake yang tidak adekuat.

4).Kekurangan volume cairan, risiko tinggi terhadap berhubungan dengan muntah, distensi, dan hipermortilitas gaster.

C. IntervensiBAB IV

ASKEP KASUS

Transplantasi hati

Riwayat Singkat Pasien :

Nama: Tn.MS, Umur: 41 Tahun, Alamat : Jl.Cidodol No.34-Grogol selatan Kebayoran lama-Jaksel, Agama: Islam, Pendidikan: SMP, Pekerjaan: Buruh, Status perkawinan : Kawin, Suku: Jawa barat, Tanggal MRS: 22 Desember 2006 (Jam 03.00), Pengkajian: 22 Desember 2006 (Jam 09.00), Diagnosa masuk: Hematomesis Melena Gangguan fungsi hati (serosis hati).

Sehari sebelum masuk rumah sakit pasien muntah darah (100cc), pusing disertai mual dan nyeri perut dan sudah beberapa hari Bab warna kehitaman. Pasien mengatakan punya riwayat penyakit kuning 6 bulan yang lalu dan dirawat di RS cilegon dan diajurkan untuk dirawat lebih lanjut ke RSCM tetapi pasien belum mau dan saat itu bab juga kehitaman, pasien mempunyai riwayat penyakit kuning dan Hepatitis B satu tahun lalu, Hipertensi tidak ada, DM tidak ada. Pasien mengatakan sering minum jamu dan obat-obatan dari warung dan ada riwayat minum-minuman keras (alkohol).

Pada saat pengkajian pasien masih mengeluh nyeri, mual, perut masih terasa begah, muntah masih ada 2 x, terpasang NGT keluar cairan kehitaman 500 cc, Bab masih kehitaman, nyeri tekan pada daerah epigastrum. TD: 100/80, Suhu: 37.5,RR: 24 x/mnt, Nadi 100 x/mnt ireguler, Pada pemeriksaan penunjang didapatkan: SGOT/SGPT meningkat, Hipoalbumin, Trombositopenia, anemia, ECG kesan AF rapid respon ireguler, RO thorak CTR > 50%. Hasil USG Hepar: Kesan Serosis hati dengan hipertensi portal, Acites (+).saat ini BB: 69 Kg, TB: 167 Cm, LLA:27 cm. Terapy: IVFD NaCl 0,9%/8 jam, TE 1000/12 jam, Sementara puasa sampai spooling hasil jernih, Klisma, Omeprazol inj 2x40 mg, Vit K inj 3x1 ampl, Lactolac 3x CI, Sucralent 3 x CI. (Hasil Pengkajian terlampir)A.PENGKAJIAN

Untuk pengkajian di ruang IRNA B Lt. IV kanan menggunakan format pengkajian yang telah disediakan, dengan memberikan cek list pada hasil pengkajian yang .(hasil pengkajian terlampir)Dibawah ini merupakan ringkasan dari pengkajian yang dilakukan pada Tn.MS.

1. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama: pasien mengeluh perut terasa mual dan muntah darah 1 hari SMRS.

b. Riwayat kesehatan sekarang: Sehari sebelum masuk RS pasien muntah darah 1x keluar muntah sebanyak 100cc, pusing, mual dan nyeri perut, bab warna kehitaman

c. Riwayat kesehatan yang lalu dan keluarga: pasien mengatakan punya riwayat penyakit kuning 6 bln yang lalu dan dirawat di RS Cilegon dan dianjurkan ke RSCM tetapi pasien belum mau saat itu, pasien mengatakan pernah sakit hepatitis, riwayat minum jamu tradional (bungkusan) dan obat warung , juga minum alkohol (minum-minuman keras), riwayat kesehatan keluarga: menurut pasien keluarga tidak ada yang sakit seperti pasien, HT, DM ataupun penyakit lain.

d. Riwayat Aktivitas Sehari-hari

Aktivitas Sebelum MRS MRS

1. Pemenuhan Nutrisi Cairan

Makan 3 x sehari,Jenis nasi biasa - 1 piring/ makan kesulitan tidak ada minum: 2000-2500 cc/hari

Jenis: air putih, teh, kopi, ramuan jamu PasangNGTpuasakan, sapai hasil spooling jernih

2. Pemenuhan Eliminasi

volume tidak teridentifikasi Warna kuning jernih Frekwensi 15-17/24 jam Kesulitan tidak ada BAB :frekwensi 1hari Warna : kuning Konsistensi lunak 1000 cc/24 jam warna kuning kemerahan kesulitan tidak ada Belum BAB kehitaman lunak, tidak ada kesulitan dan rasa sakit saat bab

3. tidur-istirahat Jumlah 6-7 jam Siang jarang tidur Malam 6-7 jam Kesulitan :

4.Ketergantungan Kebiasaan merokok +, penggunaan obat bebas +, jamu +, Olah raga/gerak badan . Sangat kurang Tidak ada masalah yang bertetangan, pasien dapat mengikuti asuhan

keperawatan dengan baik

e. Data Psikologis, sosiologi dan spiritual

- Saat pengkajian belum semua terkaji dengan lengkap, yang hanya bida dilihat yaitu pasien terlihat gelisah.

- Tingkat ketergantungan pasien hanya sebagian pasien dapat melakukan pemenuhan sehari-hari yang ringan.(minum, makan)2. Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum

Ku lemah, kesadaran CM, TTV: tekanan darah 100/60 mmHg, suhu tubuh 375C, pernapasan 24X/menit, nadi 100X/menit (regular), BB: 69, TB: 167, LILA : 27 cm

b. Kepala

Normo cephalic, simetris, pusing, benjolan tidak ada. Rambut tumbuh merata dan tidak botak, rambut berminyak Tidak rontok

c. Muka

Simetris, odema , otot muka dan rahang kekuatan normal, sianosis tidak ada

d. Mata

Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor sclera agak ikterus (-/ -), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan menurun.

e. Telinga

Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal, pasien tuli sejak 3 tahun lalu karena kecelakaan, suara terdengar samar-samar, pasien memakaialat Bantu dengan

f. Hidung

Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping hidung tidak ada.

g. Mulut dan faring

Bau mulut , stomatitis (-), lidah merah merah mudah, kelainan

\ lidah tidak ada. Terpasang NGT, bibir tampak kering dan pucat.

h. Leher

Simetris, kaku kuduk tidak ada, pembesaran vena jugularis 5-3 cm H2O

i. Thoraks

Paru: Gerakan simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-), perkusi resonan, rhonchi -/-, wheezing -/-, vocal fremitus dalam batas normal.

Jantung: Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusim dullness. Bunyi s1 dan s2 tunggal, gallop (-), mumur (-). Capillary refill 2 3 detik

j. Abdomen

Bising usus +, tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada, perabaan massa tidak ada, hepar tidak teraba, asites (+). Mengeluh perut terasa mual dan begah., nyeri tekan daerah epigastrum

k. Inguinal-Genitalia-Anus

Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembulu limfe tidak ada, tidak ada hemoroid, tidak ada keluhan saat bak maupun bab.

l. Ekstrimitas

Akral hangat, kekuatan 5/5, gerak yang tidak disadari -/-, atropi -/-, capillary refill 2 detik, abses tidak ada, reflek patella N/N, achiles N/N. pembuluh darah perifer : radialis (+/+), femoralis (+/+), poplitea (+/+), tibialis posterior (+/+), dorsalis pediss (+/+).

m. Sistem integument

Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar, rambut hitam dan berminyak , tidak botak, perubahan warna kulit tidak ada, edema tidak ada

3. Pemeriksaan penunjang

Darah Rutin (20/12/2006) Kimia darah (20/12/2006)

Hb : 9.0,Hematokrit : 27,Leukosit : 10.100,Trombosit : 117.000,MCV : 84,MCH : 26 MCHC : 34,PT : 18.0,PT Kontrol : 11.7,APTT : 42.4,APTT control: 36.3,Ureum darah : 57,Kreatinin : 0.8,SGOT,:,57,SGPT : 57,Protein total : 4,6,Albumin : 3.2,Globulin : 1.4,Bilirubin total : 2.7,Bilirubin,direk : 0.6,Bilirubin indirek : 2.1,GDS : 157,Elektrolit,Na : 142,K : 4.1,Cl : 110.Rutin (21/12/2006) Rutin (22/12/2006)

Hb :8.8,Hematokrit : 26,Leukosit : 9.200,Trombosit : 101.000,MCV : 85,MCH : 29,MCHC : 34,Hb,9.2,Hematokrit : 27,Leukosit : 6.700,Trombosit : 70.000,MCV : 85,MCH : 28,MCHC : 34

ECG (21/12/2006) RO Thorax (21/12/2006)

Kesan: tachikardia, AF, ireguler Kesan: CTR > 50%,infiltrate tidak ada Semua data penunjang dari tanggal 20 sampai 22 dapat dijadikan pedoman dalam menegakkan diagnosa, walupun pada saat pengkajian yaitu tanggal 22 desember 2006 ada beberapa hasil laboratorium darah sudah menunjukanperbaikan disamping juga masih ada yang dibawah normal.

4. Terapi

IVFD NaCl 0,9%/8 jam, TE 1000/12 jam, Sementara puasa sampai spooling hasil jernih, Klisma, Omeprazol inj 2x40 mg, Vit K inj 3x1 ampl, Lactolac 3x CI, Sucralent 3 x CI. Pada saat melakukan pengkajian semua hal yang menjadi fokus pengkajian dapat dilakukan dengan baik, tetapi masih terdapat beberapa hambatan.

1. Hambatan

Dalam menggunakan format tersebut untuk mengkaji pasien Tn.MS dengan Sirosis Hepatis dan Hemetamisis melena perawat mengalami kesulitan, hal ini disebabkan karena;

a. Format pengkajian sangat umum, tidak spesifik pada gangguan sistem pencernaan dan hepatologi terutama untuk mengkaji pasien dengan sirosis hati dengan hematomisis melena.

b. Format pengkajian yang tidak menyediakan ruang untuk menjelaskan spesifikasi hasil pengkajian.

c. Format pengkajian telah memuat hasil pemeriksaan penunjang tetapi ruang yang disediakan sangat sempit sehingga tidak memadai pada kasus Tn.MS, dimana hasil pemeriksaan penunjang cukup banyak. Dan dapat berpengaruh pada penentuan Diagnosa keperawatan.

B. DIAGNOSA1. Nyeri B/d sumbatan atau inflamasi dan post pembedahan dengan luka insisi

2. Resiko gangguan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat (anoreksia,nausea/vomitus)

3. Gangguan volume cairan; lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan terganggunya mekanisme pengaturan (penurunan plasma protein)

4. Resiko tinggi injuri (perdarahan) berhubungan dengan ketidaknormalan profil darah dan gangguan absorsi vit K

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Di ruang IRNA B IV kanan untuk pembuatan renpra sudah ada, dengan menggunakan cek list. Pada pasien sudah dirumuskan rencana asuhan keperawatan dengan memunculkan empat diagnosa keperawatan. Renpra yang digunakan pada Tn.MS telah sesuai dengan kasus yaitu Sirosis hepatic, sehingga masalah-masalah yang dapat muncul pada pasien telah tercatat dalam renpra tersebut dan menjadi prioritas masalah keperawatan yang ditangani pada saat itu, yaitu:

1. Nyeri b/d sumbatan atau inflamasi dan post pembedahan dengan luka insisi2. Resiko gangguan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak

adekuat (anoreksia,nausea/vomitus)

3. Gangguan volume cairan; lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

terganggunya mekanisme pengaturan (penurunan plasma protein)4. Resiko tinggi injuri (perdarahan) berhubungan dengan ketidaknormalan profil

darah dan gangguan absorsi vit K

D. INTERVENSI. Hasil terakhir pemeriksaan Darah rutin dan hasil USG Hepar (27/12/2006),sebagai berikut:

Hematologi (27/12/2006) Kimia (27/12/2006)

LED : 60.0Hb :10.,Hematokrit : 31.4,Eritrosit : 3.64,Leukosit : 4.500,Trombosit : 69.000,MCV : 86.3,MCH : 29.7,MCHC : 34.4,Kreatinin darah : 1.1,Kreatinin irune : 107.6,Volume urine : 700

Factor : 1.0,CCT : 47.55,SGPT : 57

USG (27/12/2006) ECG (27/12/2006)

Kesan: Sirosis hepar dengan hipertensi portal, ada asites minimal Kesan: VES, Ireguler Dari beberapa pemeriksaan tersebut masih terdapat gambaran hasil pemeriksaan darh yang menunjukan adanya; Trombositopenia, leukopenia, anemia dalm kondisi perbaikan dari awal masuk dan setelah mendapat tambahan tranfusi darah menunjukan peningkatan, tetapi karen masalah utama merupakan gangguan hepar maka sulit untuk terpenuhi seperti kondisi normal, kondisi didukung juga oleh hasil USG hepar menunjukan hasil sirosis hepar dengan hipertensi portal. Hasil USG hepar juga menunjang terjadinya gangguan pada kontraktilitas jantung karena adanya kegagalan jantung dalam memompa karen aliran balik ke jantung menjadi terhambat karena adanya hipertensi portal. Disamping empat masalah prioritas yang ada, pada tanggal 27 desember 2006 muncul masalah keperawatan baru, yaitu: Resiko penurunan Cardiak output berhubungan dengan gangguan kontraktilitas jantung, karena setelah melihat hasil ECG secara berseri selama 3 hari masih terdapat ventrikel extra sistol, nadi lambat tidak teratur, TD 90/60 dan hasil RO thorak sejak awal tanggal 22 desember 2006 menunjukkan CTR > 50%, oleh karena itu direncanakan intervensi lanjutan yang berkaitan dengan masalah tersebut dan pada tanggal 28 desember 2006 masalah ini masih mengamcam timbulnya masalah aktual, maka intervensi keperawatan tetap diprogramkan sampai masalah tidak terjadi, diantaranya jadwal aktifitas dan istirahat adekuat termasuk rencana-rencana prosedur tindakan medis dan juga pemberian obat digoxin tetap diteruskan sesuai order.

PEMBEDAHAN KANDUNG EMPEDURuangan: rafei

Kamar: bed-12

Tgl masuk rs: 05 mei 2011

Tgl pengkajian : 06 Mei 2011

I.IDENTIFIKASIA. PASIENNama initial : tn. K

Umur : 42 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Status perkawinan : menikah

Jumlah anak : 2 (dua)

Agama/ suku : Islam/ Jawa

Warga negara : WNI

Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : swasta

Alamat rumah : jl. Maleber

B. PENANGGUNG JAWABNama : ny.s

Alamat : jl. Maleber

Hubungan dengan pasien: istri pasien

II. DATA MEDIKDiagnosa medik

Saat masuk : cholelitiasis

Saat pengkajian : cholelitiasis

III. KEADAAN UMUMA. KEADAAN SAKITPasien tampak sakit sedang berhubung pasien tampak mengeluh nyeri yang terus menerus tapi pasien masih kooperatif.

Tanda-tanda vital

1. Kesadaran :Skala koma glasgowRespon motorik : 6 Respon bicara : 5 respon membuka mata : 4Jumlah: 15Kesimpulan : pasien dalam keadaan sadar penuh (composmentis) 2. Tekanan darah : 120/80 mmHgMap : 120+ 160 : 3 = 93 mmHgKesimpulan : perfusi ginjal memadai (>70) B. PENGUKURAN1. Tinggi badan : 165 cm2. Berat badan : 58 kgIMT (Indeks Massa Tubuh): 63: (1,6)2 = 23,2Kesimpulan : berat badan idealIV. PENGKAJIAN POLA KESEHATANA. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN1. Keadaan sebelum sakit: Pasien mengatakan bahwa sehat itu penting karena sangat berpengaruh bagi kemampuan beraktifitas baik bekerja dan lain-lain .2. Riwayat penyakit saat ini :a) Keluhan utama : Nyeri abdomen daerah kuadran kanan atas b) Riwayat keluhan utama : Pasien mengatakan sekitar 3 tahun nyeri daerah abdomen kanan atas tetapi sering tidak dihiraukan. Tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien kesakitan dan dibawa kerumah sakit. Saat dikaji 06 mei 2011 pasien mengeluh nyeri didaerah abdomen kanan atas, sampai meringis terutama saat bergerak. c) Riwayat penyakit yang pernah dialami : Operasi hernia pada tahun 20063. Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan didalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang dialami oleh pasien.4. Pemeriksaan fisik :a. Kebersihan rambut : bersihb. Kulit kepala : bersihc. Kebersihan kulit : bersih d. Higiene rongga mulut : bersih B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan setiap hari makannya 2x sehari dengan komposisi nasi sayur- sayuran dan lauk pauk (jeroan, ikan asin, tempe, tahu), pasien mengatakan makanannya sayur sop. Pasien jarang meminum air putih dan lebih sering minum teh manis.2. keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan hanya menghabiskan setengah porsi. Observasi: nutrisi pasien kurang dari kebutuhan Pemeriksaan fisik :a) Keadaan rambut : rambut berwarna hitam, distribusi merata dan tidak rontok, tidak berketombeb) Hidrasi kulit: tidak nampak tanda tanda dehidrasi dan berkeringatc) Palpebra/conjungtiva : tidak edemad) Sclera : ikterike) Hidung : septum berada ditengah, tidak ada sekret atau polipf) Rongga mulut : kotor dan bau mulut tapi tidak ada kelaianan. Gusi : tidak ada radang g) Gigi : tidak ada caries, ada yang berlubang 1 gigi geraham 4 kanan bawahh) lidah : bersihi) pharing : tidak ada peradanganj) Kelenjar getah bening : tidak ada pembengkakank) Kelenjar parotis : tidak ada pembengkakanl) Abdomen : Inspeksi : bentuk: datar dan simetris, bayangan vena: tidak tampak Auskultasi : peristaltic usus 12 x/mnt Palpasi : nyeri : ada nyeri tekan didaerah kuadran kanan atas dan daerah epigastrik Perkusi : tidak ascites m) Kulit : Edema : negatif , Icterik : negatif , tanda-tanda radang : tidak ada tanda peradangan Hasil laboratorium:TanggalJenis pemeriksaanHasilNormalInterprestasi

02011Darah:

Hemoglobin

Leukosit16,7

13.000L:13-17 P:12-15

4.000- 10.000Normal

Tinggi

Hasil Usg :

TanggalHasil

06-05-2011Cholelitiasis (terdapat adanya batu di empedu)

C. POLA ELIMINASI1. Keadaan sebelum sakit :Pasien mengatakan buang air besar sekali dalam sehari, lancar dan konsentrasinya tidak cair dengan cara mandiri. Sedangkan buang air kecilnya berwarna pekat dan tidak ada masalah dalam buang air kecil juga.2. Keadaan sejak sakit :Pasien mengatakan sejak sakit buang air kecilnya sakit dan sedikit sedikit serta warnanya cokelat.Observasi : warna urine pekat dengan volume urine 100cc/ 6 jam .3. Pemeriksaan fisik :a) Palpasi kandung kemih : Kosong b) nyeri ketuk ginjal : Negatifc) Anus : Peradangan : Pasien mengatakan tidak ada peradangan Hemoroid : Pasien mengatakan tidak pernah mempunyai hemoroid Kebersihan genitalia dan anus: tidak dikaji4. Pemeriksaan diagnostik :a) Laboratorium :TanggalJenis pemeriksaanHasilNormalketerangan

5-05-2011Urine:

Keton

Urobilinogen+

+-

-Tidak normal

Tidak normal

06-05

2011Ph

Bj

Leukosit

Nitrit

Protein

Glukosa

Keton

Urobilinogen

Bilirubin

Eritrosit

Epithel

Leukosit

Eritrosit7

1.010

-

-

-

Normal

50mg/dl

4mg/dl

3mg/dl

-

2-3

0-2

0-25-8

1.010 1.025

0-5/LBP

-

-

-

-

-

-

0-1/LBP

+

0-5/LBP

0-1/LBPNormal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Tidak normal

Tidak normal

Tidak normal

Normal

Tidak normal

Normal

Tidak normal

N

11-05-2011

Ph

Bj

Protein

Glukosa

Keton

Urobilinogen

Bilirubin

Leukosit

Eritrosit

Epithel6,5

1.025

+

-

-

+

+

2-4

2-5

0-35-8

1.010-1.025

-

-

-

-

-

0-5/LBP

0-1/LBP

+Normal

Normal

Tidak normal

Normal

Normal

Tidak normal

Tidak normal

Tidak normal

Tidak normal

Tidak normal

5. Therapi :Ceftriaxon 1x1 gram ivLevofloxavin 500 1x 1 tabletDengan infuse : RL untuk 15 tetes/ menitB. Diagnosa keperawatanPre- operasi1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi 2. Rsiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui penghisapan gaster berlebihan: muntah, distensi, dan hipermotilitas gaster .3. Perubahan nutirisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan berat badan sesuai aturan, mual/muntah, dyspepsia, nyeri.4. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan. Berhubungan dengan salah interprestasi informasi, tidak meneganal sumber informasi.Post- operasi1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri, kerusakan otot, penurunan energy/ kelemahan2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan dari aspirasi ng, muntah.3. Kerusakan integritas kulit berhunbungan dengan menetapnya secret, substansi (empedu), gangguan status nutrisi.4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.C. Perencanaan (intervensi)BAB VPENUTUPA. KesimpulanBatu Empedu(kolelitiasis)adalahadanya batu yang terdapat pada kandung empedu.

Kolelitiasis adalah batu empedu yang terletak pada saluran empedu yang disebabkan oleh faktor metabolik antara lain terdapat garam-garam empedu, pigmen empedu dan kolestrol, serta timbulnya peradangan pada kandung empedu ( Barbara C. Long, 1996 )

Kolelitiatis (kalkulus/kalkuli,batu empedu) biasanya terbentuk dalam kantung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu, batu empedu memilki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. Batu empedu tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda tetapi insidensnya semakin sering pada individu berusia diatas 40 tahun.

Sesudah itu, insidens kolelitiasis semakin meningkat hingga suatu tingkat yang diperkirakan bahwa pada usia 75 tahun satu dari 3 orang akan memiliki batu empedu (Brunner, 2003).

B. SaranPeran perawat dalam penanganankolelitiasismencegah terjadinyakolelitiasisadalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klienkolelitiasisharus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadiankolelitiasis

DAFTAR PUSTAKA

Aschenbrenner, D.S., Cleveland, L.W., & Venable, S.J. (2002). Drug Therapy in

Nursing. Philadelphia : Lippincot.

Alexander, Fawcett, Runciman. (2000). Nursing Practice Hospital and Home the Adult,

Second edition, Toronto. Churchill Livingstone.

Bullock, Barbara (2000). Focus on pathophysiology. Philadelphia.

Barkaukass, et.al (1994), Health & Physical Assessment.Missouri : Mosby

Black, Joice. M., & Hawk, Jane. H. (2005). Medical Surgical Nursing; clinical

management for positive outcomes. 7th Edition. Elsevier. Inc : St. Louis

Doenges, M. E, (1993/2000), Nursing Care Plans. Guidelines For Planning And

Documenting Patient Care. (Terjemahan oleh I Made Karias, dkk). Jakarta :

EGC.

Guyton (2001), Human Physiology and Deseases Mechanism, 3rd ed, (Terjemahan

oleh Petrus Andrianto, 2001). Jakarta : EGC.

Luckman Sorensen,(1995).Medical Surgical Nursing, A PhsycoPhysiologic Approach,

4th Ed,WB Saunders Company, Phyladelpia.

Lewis, Sharon, M., Heitkemper, Margaret, M., & Direksen, Shannon. (2000). Medical

Surgical Nursing; assessment and management of clinical problem. Fifth

edition. St. Louis : Cv. Mosby.

Munro, J. F & Ford, M. J, (1993/2001), Introduction to Clinical Examination 6/E.

(diterjemahkan oleh Rusdan Djamil), Jakarta:EGC.

Moore, S., Breanndan. (1996). Medikal test : pemeriksaan medis. Buku 2. Jakarta :

Gramedia.

Smeltzer, S. C et.al (2005), Brunner&Suddarths: Textbook of Medical Surgical

Nursing.9th. Philadelphia: Lippincott.