BAB 1
PENDAHULUAN1.1 Latar belakang
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai
gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama
kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat
insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa
akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap
transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG
asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada
saat pemeriksaan rutin.Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9 -3,6%
dan sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan
lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau
gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan
dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial
(pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat
diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila
kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai
di bawah 100 mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara
100-200 mg% belum pasti DM.Pada wanita hamil, sampai saat ini
pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu
dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1
jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan
melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi
glukosa oral.1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud diabetes mellitus gestasional?2. Apa
sajakah klasifikasi, etiologi, faktor resiko, manifestasi klinis
penyakit kehamilan dengan Diabetes Melitus?3. Bagaimana
patofisiologi dari kehamilan dengan Diabetes Melitus?4. Bagaimana
pencegahan dan penatalaksanaan medis kehamilan dengan DM?5.
Bagaimana komplikasi kehamilan dengan Diabetes Melitus?6. Bagaimana
asuhan keperawatan pada kehamilan dengan Diabetes Melitus?1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Peserta diskusi diharapkan dapat menerapkan proses keperawatan
dalam memenuhi kebutuhan klien pada kehamilan dengan Diabetes
Melitus.
1.3.2 Tujuan KhususAdapun tujuan khusus dari penyusunan makalah
ini adalah:1. Untuk mengetahui pengertian Diabetes Melitus
gestasional.2. Untuk mengetahui klasifikasi, etiologi, faktor
resiko, manifestasi klinis kehamilan dengan Diabetes Melitus?3.
Untuk mengetahui patofisiologi kehamilan dengan Diabetes Melitus?4.
Untuk mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan medis dari
kehamilan dengan DM?5. Untuk mengetahui komplikasi kehamilan dengan
Diabetes Melitus?6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada
kehamilan klien dengan dengan Diabetes Melitus?
1.4 Manfaat
1. Mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kehamilan
dengan DM.2. Meningkatkan pemahaman askep pada kehamilan klien
dengan DM.3. Mampu memberikan askep profesional pada kehamilan
klien dengan DM.4. Meningkatkan soft skill perawat dalam memenuhi
kebutuhan dasar kehamilan klien dengan DM
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada
metabolisme karbohidrat dari faktor yang memberatkan yang terjadi
selama kehamilan (Marilyn. 2001).
Diabetes Mellitus Gestational adalah kehamilan normal yang
disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal
mempertahankan euglycemia).Diabetes Mellitus Gestational adalah
gangguan dari glukosa yang dipicu oleh kehamilan,biasanya
menghilang setelah melahirkan (Murrayet al. 2002).
Diabetes Mellitus Gestational adalah diabetes yang dialami oleh
seorang ibu yang pernah menderita DM sebelum hamil dan ibu
mengalami DM pada saat hamil. (Syafei Piliang. 1993).Diabetes
melitus gestational adalah keadaan intoleransi karbohidrat dari
seorang wanita yang diketahui pertama kali ketika dia sedang hamil.
Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh
kehamilan, diperkirakan karena terjadinya perubahan pada
metabolisme glukosa. Biasanya timbul di trimester kedua (minggu ke
24-28) dan akan berakhir pada saat bayi lahir. Teori yang lain
mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai unmasked atau
baru ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang
memiliki ciri gemuk, riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan
bayi lebih dari 4 kg, riwayat bayi lahir mati, dan riwayat abortus
berulang. (Klik dokter. 2008)2.2 EtiologiPenyakit diabetes mellitus
yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangya jumlah
insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa
glukosa melewati membrane sel.A. Diabetes Tipe I : Menurut Brunner
dan Suddart, 2001 ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya dabetes tipe Ia. Faktor genetik. Penderita diabetes
tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes
tipe I.b. Faktor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat adanya
respon otoimun abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.c. Faktor
lingkungan. Penyelidikan sedang dilakukan terhadap kemungkinan
faktor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta.B.
Diabetes Tipe II. Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 mekanisme yang
tepat yang menyebabkan belum diketahui. Namun, ada beberapa resiko
yang berhubungan dengan terjadinya DM type II, antara lain:1.
Faktor genetik.2. Usia.3. Obesitas.4. Riwayat keluarga.5. Kelompok
etnik.2.3 Faktor resikoMenurut Mochtar, 1998 kemungkinan diabetes
dalam kehamilan lebih besar bila:a) Umur sudah lebih dari 30
tahun.b) Multiparitas.c) Gemuk (obesitas) yaitu berat badan saat
hamil lebih dari 20% berat badan ideal.d) Ada anggota keluarga
sakit diabetes (hereditas).e) Ada sejarah lahir mati dan anak besar
(bayi dengan berat lebih dari 4000 gram).f) Sering abortus.g)
Glukosuria dua kali berturut-turut.2.4 Klasifikasi Diabetes Melitus
2.4.1 Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type
yaitu :
a) Diabetes mellitus type II, Insulin Dependen diabetes mellitus
(IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes
(JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah
terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada
anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b) Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes
mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset
diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :a) Non Obesitasb) Obesitas :
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta
pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan
perifer.Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau
anak dengan obesitas.c) Diabetes mellitus type lain,
a) diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas,
kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan
reseptor insulin, kelainan genetic dan lain-lain.b) Obat-obat yang
dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :Furasemid, thyasida
diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinikc) diabetes
Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama
kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan
kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik
somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam
amino dan glukosa ke fetus.
2.4.2 Klasifikasi menurut umur, waktu penyakit timbul, lama
sakit, berat penyakit, dan komplikasi (White)a) Kelas A : Diabetes
laten (subklinis atau diabetes hamil). Uji toleransi gula tidak
normal. Pengobatan tidak memerlukan insulin, cukup dengan diet
saja. Prognosis untuk ibu dan janin baik.b) Kelas B: Diabetes
dewasa diketahui setelah usia 19 tahun; berlangsung kurang dari 10
tahun; tidak disertai kelainan pembuluh darah.c) Kelas C: timbul
pada umur 10-19 tahun, menderita selama 10-19 tahun; tanpa kelainan
pembuluh darah.d) Kelas D: Diderita sejak umur 10 tahun; lama 20
tahun; disertai kelainan pembuluh darah seperti arteriosklerosis
pada retina, tungkai, dan renitis.e) Kelas E: Telah terjadi
kalsifikasi pembuluh darah.f) Kelas F: Diabetes dengan nefropatia,
termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis.g) Kelas R: Diabetes
dengan komplikasi retinistis proliferans atau dengan perdarahan
dalam korpus vitreum.h) Kelas H: Diabetes dengan komplikasi
penyakit koroner.2.4.3 Klasifikasi Pyke untuk DM gestasional:1.
Diabetes gestasional, dimana DM terjadi hanya pada waktu hamil
2. Diabetes pregestasional, dimana DM sudah ada sebelum hamil
dan berlanjut sesudah kehamilan
3. Diabetes pregestasional yang disertai dengan komplikasi
angiopati.
2.4.4 Klasifikasi baru tang akhir-akhir ini banyak dipakai
adalah Javanovic (1986)
1. Regulasi baik ( good diabetic Control)
Glukosa darah puasa 55-65 mg/dL, rata-rata 84 mg/dL, 1 jam
sesudah makan < 140 mg/dL. Hb A 1c normal dalam 30 minggu untuk
diabetes gestasional dan dalam 12 minggu untuk diabetes
pregestasional
2. Regulasi tak baik ( Less than optimal Diabetic Control)
a) Tidak kontrol selama hamilb) Glukosa darah diatas normal
c) Tidak terkontrol baik selama 26 minggu untuk diabetes
gestasional atau 12 minggu untuk diabetes pregestasional (Syamhudi,
2009)
2.5 PatofisiologiDalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme
endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi
janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi
secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam
darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak
dapat mencapai janin, sehingga kadar gula darah ibu mempengaruhi
kadar darah janin. Pengendalian kadar gula darah terutama
dipengaruhi oleh insulin, di samping hormon estrogen, steroid, dan
plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorbsi makanan maka terjadi
hiperglikemia yang relatif lama dan ini menyebabkan kebutuhan
insulin meningkat. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat
hingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut tekanan
diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologis telah terjadi
resistensi insulin, yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen
ia tidak mudah menjadi hipoglikemia. Yang menjadi masalah adalah
bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan insulin, sehingga ia
relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan.
Glukosa yang tidak masuk ke sel tubuh akan tertimbun di dalam
darah. Setelah mencapai kadar tertentu, glukosa tersebut juga akan
muncul dalam air seni, padahal air seni yang normal tidak
mengandung glukosa. Jika glukosa terdapat dalam air seni, glukosa
tersebut akan menarik lebih banyak air bersamanya dengan demikian
menyebabkan bertambahnya volume air seni. Karena terjadi
pengeluaran air seni yang berlebihan, tubuh kehilangan banyak
cairan, sehingga terjadi rasa haus yang berlebihan.
Ketika sel tidak terdapat cukup glukosa dikarenakan kurangnya
jumlah insulin, meski sebenarnya dalam darah terdapat glukosa yang
berlebihan, boleh dikatakan sel-sel ini kelaparan. Hal ini
menyebabkan peningkatan nafsu makan dan walaupun penderita DM sudah
makan lebih banyak, kelihatannya sel tidak pernah mendapatkan cukup
glukosa.
Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan, sel yang kelaparan ini
mulai memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh. Hal ini
mengakibatkan turunnya berat badan dan rasa lelah. Jika kadar
glukosa dalam darah sangat tinggi, beberapa orang menjadi mudah
tersinggung. Selain itu, tubuh juga menjadi rentan terhadap
infeksi.
Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan beberapa
orang lainnya bahkan tidak mengalami gejala apa pun; pada keadaan
ini, baru diketahui bahwa mereka ternyata menderita penyakit DM
dari pemeriksaan laboratorium rutin.
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon
estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin, dan plasenta laktogen.
Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel, sehingga
mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo, 1997).
2.6 Tanda dan gejalaTanda dan gejala klinis patogenesis Diabetes
Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006, Yaitu sebagai
berikut :1. Polifagia.8. Mata kabur .
2. Poliuria. 9. Pruritus vulva.
3. Polidipsi.10. Ketonemia.
4. Lemas.11. Glikosuria.
5. BB menurun.12. Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.
6. Kesemutan.13. Gula darah sewaktu > 200 mg/dl.
7. Gatal. 14. Gula darah puasa > 126 mg/dl.2.7 Pemeriksaan
diagnostic
Menurut Manuaba, 2000, dasar diagnosis kahamilan pada diabetes
mellitus:a) Sejarah keluarga dengan diabetes mellitus.b) Kehamilan
dengan sejarah abortus, kematian janin, atau bayi besar diatas 4
kg.c) Pemeriksaan alfa feto protein untuk mencari kemungkinan
kelainan kongenital atau neurologis.d) Pemeriksaan gula darah di
atas 140 mg/lt.e) Hasil glukosa toleransi tes abnormal:1. Puasa
kurang dari 90.2. Jam 1 kurang dari 1653. Jam 2 kurang dari 1454.
Jam 3 kurang dari 125f) Kehamilan dengan cacat jasmani.
2.8 Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan1. Pengaruh
kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DMa. Kehamilan dapat
menyebabkan status pre diabetik menjadi manifes (diabetik )
b. DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan
2. Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan di antaranya
adalah:
a. Abortus dan partus prematurus
b. Hidronion
c. Pre-eklamasi
d. Kesalahan letak jantung
e. Insufisiensi plasenta
3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan
a) Gangguan kontraksi otot rahim partus lama / terlantar.b)
Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
c) Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia
sampai dengan lahirmatid) Perdarahan post partum karena gangguan
kontraksi otot rahim.e) Post partum mudah terjadi infeksi.f) Bayi
mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat menimbulkan
kematian
4. Pengaruh DM terhadap kala nifas
a. Mudah terjadi infeksi post partum
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah
menyebar
5. Pengaruh DM terhadap bayi
a. Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu
b. Janin besar ( makrosomia )
c. Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan
jiwa2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan dan penanganan penderita diabetes yang hamil
dilakukan untuk mencapai 3 maksud utama, yaitu:a) Menghindari
ketosis dan hipoglikemia.b) Mengurangi terjadinya hiperglikemia dan
glisuria.c) Mengoptimalkan gestasi.
Penanganan pada penderita DM meliputi:a. Diet. Penderita harus
mendapatkan lebih banyak kalori karena berat badannya bertambah
menurun. Penderita DM dengan berat badan rata-rata cukup diberi
diet yang mengandung 1200-1800 kalori sehari selama kehamilan.
Pemeriksaan urine dan darah berkala dilakukan untuk mengubah
dietnya apabila perlu. Diet dianjurkan ialah karbohidrat 40%,
protein 2 gr/kg berat badan, lemak 45-60gr. Garam perlu dibatasi
untuk mengurangi kecenderungan retensi air dan garam.b. Olah raga.
Wanita hamil perlu olah raga, tetapi sekedar untuk menjaga
kesehatannya. Kita tidak bisa memaksakan olah raga pada ibu hamil
hanya untuk menurunkan gula dalam darahnya.c. Obat-obat
antidiabetik. Selama kehamilan kadar darah diatur dengan
antidiabetik. Pemeriksaan kadar darah harus dilakukan lebih sering.
Pemberian suntikan insulin merupakan salah satu pengobatan bagi
penderita penyakit DMG untuk mengontrol kadar gula darahnya.
Beberapa jenis obat-obat untuk penderita DM yang dapat dikonsumsi
dengan dimakan dan yang beredar di Indonesia hingga saat ini memang
tidak seluruhnya boleh diberikan pada ibu hamil, karena dapat
menimbulkan efek yang merugikan bagi janin yang dikandung. Misalnya
menimbulkan cacat bawaan pada janin. Pada trimester pertama paling
sukar dilakukan pengobatan karena adanya nausea dan vomitus. Pada
timester kedua pengobatan tidak begitu sukar lagi karena tidak
perlu perubahan diet dan dosis antidiabetik. Dalam trimester ketiga
sering diperlukan lebih banyak antidiabetik karena meningginya
toleransi hidrat arang.d. Diuretik. Jika ada hipertensi atau
tanda-tanda retensi cairan dianjurkan miskin garam. Jika ini tidak
menolong dapat diberikan deuretik.e. Steroid-steroid seks. Sekresi
estrogen berkurang pada wanita hamil diabetik. Komplikasi pada
fetus berkurang jika selama kehamilan diberi estrogen dan
progesteron dalam dosis besar.f. Penatalaksanaan obstetric
Persalinan dilakukan:
1) Pertahankan sampai aterm dan spontan.2) Induksi persalinan
pada minggu 37-38.3) Primer seksio sesarea. Penanganan bayi dengan
DM:a. Disamakan dengan bayi prematur.b. Observasi kemungkinan
hipoglisemia.c. Perawatan intensif: neonatus intensif unit care
dengan pengawasan ahli neonatologi.2.10 Pencegahan
1) Primer
:untuk mengurangi obesitas dan BB.2) Sekunder :deteksi dini,
kontrol penyakit hipertensi, anti rokok, perawatan.3) Tersier
:Pendidikan tentang perawatan kaki, cegah ulserasi, gangren dan
amputasi, pemeriksaan optalmologist, albuminuria monitor penyakit
ginjal, kontrol hipertensi, status metabolic dan diet rendah
protein, pendidikan pasien tentang penggunaan medikasi untuk
mengontrol medikasiBAB 3ASKEP KEHAMILAN DENGAN DM3.1 Pengkajian1.
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama.
Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak
adekuat, polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan
retinopati.
b. Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga.
c. Riwayat kehamilan
1. Diabetes mellitus gestasional.
2. Hipertensi karena kehamilan.
3. Infertilitas.
4. Bayi low gestasional age.
5. Riwayat kematian janin.
6. Lahir mati tanpa sebab jelas.
7. Anomali congenital.
8. Aborsi spontan.
9. Polihidramnion.
10. Makrosomia.
11. Pernah keracunan selama kehamilan.d. Psikososial
Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi
rendah.Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi,
cemas, peka rangsang dan peningkatan ketegangan.
2. Pemeriksaan Fisik
B1: -
B2: Peningkatan tekanan darah, nadi cepat, pucat, diaforesis
atau hipoglikemi.
B3: mata kabur, kerusakan penglihatan atau retinopati, gangguan
persepsi sensoriB4 : Poliuri, Polidipsi, Glukosuria,
Ketonuria,infeksi saluran kemihB5 : Mual dan muntah, penurunan BB,
Hipoglikemi.B6 : Intoleransi aktivitas, Sensasi kulit lengan, paha,
pantat dan perut dapat berubah karena ada bekas injeksi insulin
yang sering.2. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
2. Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan
peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi.
3. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan
ketidakadekuatan kontrol diabetik, profil darah abnormal atau
anemia, hipoksia jaringan dan perubahan respon umum.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi diabetik, prognosa dan
kebutuhan tindakan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi, kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber
informasi.
5. Resiko tinggi terhadap trauma, pertukaran gas pada janin
berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal,
makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.
6. Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi
kritis atau mengancam pada status kesehatan maternal atau janin.3.
Rencana tindakan keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
Kriteria evaluasi :Mempertahankan kadar gula darah puasa antara
60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah makan tidak lebih dari 140
mg/dl.Intervensi :
IntervensiRasional
Mandiri :
Timbang berat badan setiap kunjungan prenatal.Penambahan berat
badan adalah kunci petunjuk untuk memutuskan penyesuaian kebutuhan
kalori.
Kaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam.Membantu dalam
mengevaluasi pemahaman pasien tentang aturan diet.
Tinjau ulang dan berikan informasi mengenai perubahan yang
diperlukan pada penatalaksanaan diabetic.Kebutuhan metabolisme dari
janin dan ibu membutuhkan perubahan besar selama gestasi memerlukan
pemantauan ketat dan adaptasi.
Tinjau ulang tentang pentingnya makanan yang teratur bila
memakai insulinMakan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia ,
sesudah makan dan kelaparan.
Perhatikan adanya mual dan muntah khususnya pada trimester
pertama.
Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi karbohidrat yang
dapat mengakibatkan metabolisme lemak dan terjadinya ketosis.
Kaji pemahaman stress pada diabeticStress dapat mengakibatkan
peningkatan kadar glukosa, menciptakan fluktuasi kebutuhan
insulin.
Ajarkan pasien tentang metode finger stick untuk memantau
glukosa sendiri.Kebutuhan insulin dapat dinilai berdasarkan temuan
glukosa darah serum secara periodik.
Tinjau ulang dan diskusikan tanda gejala serta kepentingan hipo
atau hiperglikemia.
Hipoglikemia dapat terjadi secara cepat dan berat pada trimester
pertama karena peningkatan penggunaan glukosa dan glikogen oleh ibu
dan perkembangan janin. Hiperglikemia berefek terjadinya
hidramnion.
Instruksikan untuk mengatasi hipoglikemia
asimtomatik.Pengguanaan jumlah besar karbohidrat sederhana untuk
mengatasi hipoglikemi menyebabkan nilai glukosa darah
meningkat.
Anjurkan pemantauan keton urine.
Ketidakcukupan masukan kalori ditunjukkan dengan ketonuria,
menandakan kebutuhan terhadap peningkatan karbohidrat.
Kolaborasi :Diskusikan tentang dosis , jadwal dan tipe
insulin.Pembagian dosis insulin mempertimbangkan kebutuhan basal
maternal dan rasio waktu makan.
Sesuaikan diet dan regimen insulin untuk memenuhi kebutuhan
individu.Kebutuhan metabolisme prenatal berubah selama trimester
pertama.
Rujuk pada ahli gizi.
Diet secara spesifik pada individu perlu untuk mempertahankan
normoglikemi.
Observasi kadar Glukosa darah.
Insiden abnormalitas janin dan bayi baru lahir menurun bila
kadar glukosa darah antara 60 100 mg/dl, sebelum makan antara 60
-105 mg/dl, 1 jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl dan 2 jam sesudah
makan kurang dari 200 mg/dl.
Tentukan hasil HbA1c setiap 2 4 minggu.Memberikan keakuratan
gambaran rata rata control glukosa serum selama 60 hari . Kontrol
glukosa serum memerlukan waktu 6 minggu untuk stabil.
2. Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan
peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada
sirkulasi.Kriteria evaluasi :Menunjukan reaksi Non stress test dan
Oxytocin Challenge Test negative atau Construction Stress Test
secara normal. IntervensiRasional
Mandiri:
Kaji control diabetik sebelum konsepsiPengontrolan secara ketat
sebelum konsepsi membantu menurunkan resiko mortalitas janin dan
abnormal konginental.
Tentukan klasifikasi white terhadap diabetes.
Janin kurang beresiko bila klasifikasi white adalah A, B, C dan
apabila D adalah beresiko tinggi.
Kaji gerakan janin dan denyut janin setiap kunjungan.Terjadi
insufisiensi plasenta dan ketosis maternal mungkin secara negatif
mempengaruhi gerakan janin dan denyut jantung janin.
Observasi tinggi fundus uteri setiap kunjungan.Untuk
mengidentifikasi pola pertumbuhan abnormal
Observasi urine terhadap keton.
Benda keton dapat mengakibatkan kerusakan susunan syaraf pusat
yang tidak dapat diperbaiki.
Berikan informasi dan buatkan prosedur untuk pemantauan glukosa
dan penatalaksanaan diabetes di rumah. Penurunan mortalitas dan
komplikasi morbiditas janin bayi baru lahir dan anomali congenitial
dihubungkan dengan kenaikan kadar glukusa darah.
Pantauan adanya tanda tanda edema, proteinuria, peningkatan
tekanan darahsekitar 12% 13% dari diabetes akan berkembang menjadi
gangguan hipertensi karena perubahan kardiovaskuler berkenaan
dengan diabetes.
Tinjau ulang prosedur dan rasional untuk Non stress Test setiap
minggu.Aktifitas dan pergerakan janin merupakan petanda baik dari
kesehatan janin.
Diskusikan rasional atau prosedur untuk melaksanakan Oxytocin
Challenge Test atau Contraction Stress Test setiap minggu mulai
minggu ke 30 sampai dengan minggu ke- 32. Contraction Stress Test
dapat memberikan informasi tentang perfusi oksigen dan nutrisi pada
janin. Hasil positif menandakan insufisiensi plasenta.
Tinjau ulang prosedur dan rasional untuk tindakan
amniosentesisMaturasi paru janin adalah kriteria yang digunakan
untuk menentukan kelangsungan hidup.
Kolaburasi :
Kaji HbA1c setiap 2 4 minggu sesuai indikasi.Insiden bayi
malformasi secara kongenital meingkat pada wanita dengan kadar
HbA1c tinggi pada awal kehamilan atau sebelum konsepsi.
Kaji kadar albumin glikosilat pada getasi minggu ke 24 sampai ke
28 khususnya pada ibu dengan resiko tinggi.Tes serum albumin
glikosilat menunjukkan glikemia lebih dari beberapa hari.
Dapatkan kadar serum alfa fetoprotein pada gestasi minggu ke 14
sampai minggu ke 16.Insiden kerusakan tuba neural lebih besar pada
ibu diabetik dari pada non diabetik bila kontrol sebelum kehamilan
sudah buruk.
Siapkan untuk ultrsonografi pada gestasi minggu ke 8, 12, 18,
28, 36 sampai minggu ke 38.
Ultrasonografi bermanfaat dalam memastikan tanggal gestasi dan
membantu dalam evaluasi retardasi pertumbuhan intra uterin.
Lakukan non stress test dan Oxytocin Challenge Test atau
Construction Stress test dengan tepat.Mengetahui kesehatan janin
dan kedekatan perfusi plasenta.
Dapatkan sekuensial serum atau specimen urine 24 jam terhadap
kadar estriol setelah gestasi minggu ke 30.Penurunan kadar estriol
dapat menunjukkan penurunan fungsi plasenta, menimbulkan retardasi
pertumbuhan intra uterin dan lahir mati.
Bantu untuk persalinan per vaginam atau seksio.
Membantu menjamin hasil positif untuk neonatus. Insiden lahir
mati meningkat secara bermakna pada gestasi lebih dari minggu
ke-36. Makrosomia sering menyebabkan distosia dengan sefalopelvis
disproporsi.
3. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan
perubahan control diabetik, profil darah abnormal atau anemia,
hipoksia jaringan dan perubahan respon imun.
Kriteria evaluasi :Tetap normotensif.
Mempertahankan normoglikemia.
Bebas dari komplikasi seperti infeksi, pemisahan
plasenta.IntervensiRasional
Mandiri :
Perhatikan klasifikasi white untuk diabetes. Kaji derajad
kontrol diabetik.Klien dengan klasifikasi D, E atau F adalah
berisiko tinggi terhadap komplikasi kehamilan.
Kaji perdarahan pervaginam dan nyeri tekan abdomen.Perubahan
vaskuler yang dihubungkan dengan diabetes menandakan resiko abrupsi
plasenta.
Pantau terhadap tanda dan gejala persalinan preterm.
Distensi uterus berlebihan karena makrosomia atau hidramnion
dapat mempredisposisikan pada persalinan awal.
Bantu untuk belajar memantau glukosa darah di rumah yang
dilakukan 6 kali sehari.Memungkinkan keakuratan tes urin yang lebih
besar karena ambang ginjal terhadap glukosa menurun selama
kehamilan.
Periksa keton dalam urin setiap hari.
Ketonuria menandakan adanya kondisi kelaparan yang secara
negatif dapat mempengaruhi perkembangan janin
Identifikasi kejadian hipoglikemia dan hiperglikemia.
Insiden hipoglikemia sering terjadi pada trimester ketiga karena
aliran glukosa darah dan asam amino yang kontinue pada janin dan
untuk menurunkan kadar insulin antagonis laktogen plasenta. Insiden
hiperglikemia memerlukan regulasi diet atau insulin untuk
normoglikemia khususnya pada trimester kedua dan ketiga karena
kebutuhan insulin sering meningkat dua kali.
Pantau adanya edema dan tentukan tinggi fundus uteri.
Diabetes cenderung kelebihan cairan karena perubahan vaskuler.
Insiden hidramnion sebanyak 6% 25% pada kasus diabetes yang hamil
kemungkinan berhubungan dengan peningkatan kontribusi janin pada
cairan amnion dan hiperglikemia meningkatkan haluaran urin
janin.
Kaji adanya infeksi saluran kencing.Deteksi awal adanya infeksi
saluran kencing dapat mencegah pielonefritis.
Pantau dengan ketat bila obat tokolitik digunakan untuk
menghentikan persalinan.Obat tokolitik dapat meningkatkan glukosa
darah dan insulin plasma.
Kolaburasi :
Pantau kadar glukosa serum setiap kunjungan.Mendeteksi ancaman
ketoasidosis, menentukan adanya ancaman hipoglikemia.
Dapatkan HbA1c setiap 2-4 minggu sesuai indikasi.Mengontrol
secara akurat glukosa selama 60 hari terakhir
Kaji Hb dan Ht pada kunjungan awal lalu selama trimester kedua
dan preterm.Anemia mungkin ada dengan masalah vaskuler.
Instruksikan pemberian insulin sesuai indikasi.Kebutuhan insulin
menurun pada trimester pertama kemudian meningkat dua kali dan
empat kali lipat pada trimester kedua dan ketiga.
Dapatkan urinalisa dan kultur urin, kultur rabas vagina, berikan
antibiotika sesuai indikasi.Membantu mencegah atau mengatasi
pielonefritis. Monilial vulvovaginitis dapat menyebabkan sariawan
oral pada bayi baru lahir.
Kumpulkan spesimen untuk ekskresi protein total, klirens
kreatinin nitrogen urea darah dan kadar asam urat.Kemajuan
perubahan vaskuler dapat merusak fungsi ginjal dengan diabetes
jangka panjang atau berat.
Jadwalkan pemeriksaan oftalmologi selama trimester pertama,
trimester kedua dan ketiga bila berada dalam diabetes klasifikasi
kelas D atau diatasnya.Latar belakang retinopati dapat berlanjut
selama kehamilan karena keterlibatan vaskuler berat. Terapi
koagulasi laser dapat memperbaiki dan menurunkan fibrosis
optik.
Siapkan untuk ultrasonografi pada gestesi ke-8, 12, 26, 36 dan
38 untuk menentukan ukuran janin dengan menggunakan diameter
biparietal, panjang femur dan perkiraan berat badan janin.
Mengetahui adanya tanda makrosomia dan diproporsi
cephalopelvis
Mulai terapi intra vena dengan dekstrose 5%, berikan glukogon
sub cutan bila dirawat di rumah sakit dengan shock insulin dan
tidak sadar. Ikuti dengan pemberian susu skim 8 oz bila mampu
menelanGlukagon adalah substansi alamiah yang bekerja pada glikogen
hepar dan mengubahnya menjadi glukosa yang memperbaiki status
hipoglikemik.
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi diabetes, prognosis dan
kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan
informasi dan tidak mengenal sumber informasi.
a) Tanda :b) Pertanyaan dari konsep yang salah.
c) Tidak akurat mengikuti informasi.
d) Berkembangnya komplikasi yang dapat dicegah.
Kriteria evaluasi :a) Berpartisipasi dalam penatalaksanaan
diabetes selama kehamilan.
b) Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium
dan aktivitas yang melibatkan pengontrolan diabetes.
c) Mendemonstrasikan kemahiran memantau sendiri dan pemberian
insulin.IntervensiRasional
Mandiri :
Kaji pengetahuan tentang proses dan tindakan terhadap penyakit
termasuk hubungan dengan diet, latihan, stres dan kebutuhan
insulin.
Diabetes mellitus gestasional besisiko terhadap ambilan glukosa
yang tidak efektif dalam sel, penggunaan lemak dan protein untuk
energi secara berlebihan dan dehidrasi seluler saat air dialirkan
dari sel oleh konsentrasi hipertonik glukosa dalam serum.
Tinjau ulang pentingnya pemantauan serum glukosa sedikitnya 6
kali sehari.
Pengukuran glukosa darah penting untuk mengenali dampak diet dan
latihan.
Berikan informasi tentang cara kerja dan efek merugikan insulin
dan tinjau ulang alasan menghindari obat hipoglikemi oral.
Perubahan metabolik prenatal menyebabkan kebutuhan insulin
berubah. Trimester pertama kebutuhan insulin rendah tetapi menjadi
dua kali dan empat kali selama trimester kedua dan ketiga. Meskipun
insulin tidak melewati plasenta, agen hipoglikemi oral dapat dan
potensial membahayakan janin.
Jelaskan penambahan berat badan normal.
Pembatasan kalori dengan akibat ketonemia dapat menyebabkan
kerusakan janin dan menghambat penggunaan protein optimal.
Berikan informasi tentang kebutuhan program latihan ringan.
Latihan setelah makan dapat membantu mencegah hipoglikemia dan
menstabilkan penyimpangan glukosa, kecuali terjadi peningklatan
glukosa berlebihan, dimana latihan dapat meningkatkan
ketoasidosis.
Berikan informasi mengenai dampak kehamilan pada kondisi
diabetes dan harapan masa depan.
Peningkatan pengetahuan dapat menurunkan rasa takut,
meningkatkan kerja sama dan membantu menurunkan komplikasi
janin.
Diskusikan mengenali tanda infeksi.
Penting untuk mencari pertolongan medis awal untuk menghindari
komplikasi.
Anjurkan mempertahankan pengkajian di rumah terhadap kadar
glukosa serum, dosis insulin, diet dan latihan.
Bila ditinjau ulang oleh praktisi pemberi perawatan, catatan
harian dapat membantu bagi evaluasi dan perubahan terapi.
Berikan nomor telepon anggota tim kesehatan untuk
dihubungi.Membantu mengatasi masalah dengan segera selama 24
jam.
Tinjau kadar Hb dan Ht, berikan informasi diet tentang sumber
zat besi dan suplemen zat besi.Tinjau kadar Hb dan Ht, berikan
informasi diet tentang sumber zat besi dan suplemen zat besi.
Bantu untuk mempelajari pemberian glukosa, instruksikan untuk
menyertainya dengan susu 8 oz dan periksa ulang kadar glukosa dalam
15 menit.Adanya gejala hipoglikemia seperti diaforesis, sensasi
kesemutan dan palpitasi dengan kadar glukosa dibawah 70 mg/di
memerlukan tindakan dengan segera. Penggunaan glukagon sebagai
kombinasi susu dapat meningkatkan kadar glukosa serum tanpa resiko
berbalik menjadi hiperglikemia.
5. Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada
janin berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik
maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.
Kriteria evaluasi :1) Kehamilan cukup bulan.
2) Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari bayi usia gestasi
yang tepat.3) Bebas cedera.
4) Menunjukkan kadar glukosa normal, bebas tanda
hipoglikemia
IntervensiRasional
Mandiri :
Tinjau ulang riwayat pranatal dan kontrol maternal.
Hiperglikemia maternal pada periode pranatal meningkatkan
makrosomia, membuat janin berisiko terhadap cedera kelahiran karena
distosia atau disporsia sefalopelvis. Kadar glukosa maternal yang
tinggi pada kelahiran meransang pankreas janin, mengakibatkan
hiperinsulinemia
Periksa adanya glukosa atau keton dan albumin dalam urin ibu dan
pantau tekanan darah.
Peningkatan glukosa dan kadar keton menandakan ketoasidosis yang
dapat mengakibatkan asidosis janin dan potensial cedera susunan
syaeaf pusat.
Observasi tanda vital.
Peningkatan infeksi asenden, dapat mengakibatkan sepsis
neonatal
Anjurkan posisi rekumben lateral selama persalinan.
Meningkatkan perfusi plasenta dan meningkatkan kesediaan oksigen
untuk janin.
Lakukan dan bantu dengan pemeriksaan vagina untuk menentukan
kemajuan persalinan.Persalinan yang lama dapat meningkatkan resiko
distres janin.
Kolaborasi :Tinjau hasil tes pranatal seperti profil biofisikal,
tes nonstres dan tes stres kontraksi.Memberikan informasi tentang
cadangan pada plasenta untuk oksigenasi janin selama periode
intrapartal.
Dapatkan atau tinjau ulang hasil dari amniosentesis dan
ultrasonografiMemberikan informasi tentang maturasi paru janin.
Pantai kadar glukosa serum maternal dengan finger stick setiap
jam, kemudian setiap 2-4 jam sesuai indikasi.Peningkatan kebutuhan
energi, penurunan kadar glikogen.
Observasi frekuensi denyut jantung janin.
Tacikardi, bradikardi atau deselerasi lambat pada penurunan
variabilitas menandakan kemungkinan hipoksia janin.
Lakukan pemberian cairan dekstrose 5% per
parenteral.Mempertahankan normoglikemia tanpa pemberian glukosa
sampai persalinan aktif mulai.
Siapkan untuk induksi persalinan dengan oksitosin atau seksio
saesarMendapatkan kelahiran dari bayi sesuai usia gestasi yang
tepat.
Kolaborasi dengan tim medis lain sesuai
indikasi.Profesionalisasi dapat memberikan bantuan atau tindakan
yang tepat.
6.Gangguan psikologis: ansietas berhubungan dengan situasi
krisis atau mengancam pada status kesehatan (maternal atau
janin).1) Tanda :2) Peningkatan ketegangan.
3) Ketakutan.
4) Takut akan konsekuensi tidak spesifik.
5) Stimulasi simpatis.
Kriteria evaluasi :Mengungkapkan kesadaran tentang perasaan
mengenai diabetes dan persalinan.
Menggunakan strategi koping yang tepat.IntervensiRasional
Mandiri :
Atur keberadaan perawat secara kontinu selama persalinan.
Meningkatkan kontinuitas asuhan. Pasien dan keluarga perlu
mengetahui bahwa mereka tidak sendiri dan tersedianya tenaga
bantuan dengan segera.
Pastikan respon yang ada pada pesalinan dan penatalaksanaan
medis. Kaji keefektifan sistem pendukung.Memberikan pengkajian
dasar untuk perbandingan selanjutnya, mengidentifikasi kekuatan dan
masalah yang potensial.
Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksiMemberikan perasaan
kontrol terhadap situasi.
Jelaskan semua prosedur tindakan perawatan.Pengetahuan tentang
apa yang terjadi membantu menurunkan rasa takut.
Fasilitasi semua keluhan atas ungkapan perasaan.Suasana terbuka
dan mendukung menurunkan intimidasi karena prosedur atau
peralatan.
Informasikan kepada keluarga tentang kemajuan persalinan dan
keadaan janinMembantu untuk menghilangkan atau meminimalkan rasa
khawatir dan mengembangkan rasa percaya.
BAB 4PEMBAHASAN
4.1. Studi Kasus
Ny. A seorang ibu rumah tangga berusia 27 tahun hamil anak kedua
dengan umur kehamilan 24 minggu pergi ke RS Dr.Soetomo dengan
ditemani oleh suaminya. Ny. A mengeluh sering kencing, makannya
banyak dan suka ngemil kripik singkong, sering minum, merasa cepat
lelah kalau melakukan aktivitas sehari-hari dan gatal gatal pada
daerah gentalia sejak memasuki umur kehamilan 24 minggu. Selain itu
Ny.A mengeluh sering merasa letih selama dua minggu terakhir.
Dokter menyarankan Ny.A melakukan skrining glukosa dan tes urin.
Dari skrining tersebut, di dapatkan hasil glukosa darah puasa
adalah 160 mg/dl. Sedangkan tes urin menunjukkan bahwa Ny.A
mengalami glikosuria. Muka dan ekstremitas ibu terlihat oedema dan
pucat pada kuku. Ibu mengatakan ada keturunan diabetes mellitus
dari orang tuanya. Ibu merasa cemas dan khawatir jika mengidap
penyakit diabetes dan akan mempengaruhi kondisinya serta bayinya
nanti. TFU= 4 cm diatas umbilicus, BBL anak pertama 4,1 kg, TD = 90
/ 60 mmhg, N = 80 kali/menit, RR = 24 kali/menit, T = 36,50C, BB/TB
= 57kg/155 cm4.2. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny A
Umur : 27 tahun
Alamat: Surabaya
Pekerjaan: Ibu rumah tangga
2. Keadaan Umum:lemah, emosi stabil, dan kesadarannya compos
mentis, muka dan ekstremitas tampak oedema3. Keluhan Utama:Pasien
mengeluh lelah sejak 2 minggu terakhir, sering kencing, makannya
banyak, sering minum, merasa cepat lelah kalau melakukan aktivitas
sehari-hari dan gatal gatal pada daerah gentalia sejak memasuki
umur kehamilan 24 minggu.4. Riwayat penyakit sekarang : Ny. A
tampak kelelahan dan muka pucat6. Riwayat Penyakit Dulu : tidak ada
masalah7. Riwayat Alergi :
Klien menyatakan tidak mempunyai alergi.
8. Riwayat Penyakit Keluarga:
Ayah dari Ny.A menderita penyakit diabetes mellitus9. Keadaan
Umum : TD = 100 / 60 mmhg, N = 80 kali/menit, RR = 31 kali/menit, T
= 36,50C, BB/TB = 57 kg/155 cmB1 ( Breathing ): -B2 ( Blood )
: CRT < 3 detik tapi kuku tampak pucat, anemiaB3 ( Brain
)
: -B4 ( Blader )
: BAK berlebih (poliuri), polidipsi B5 ( Bowel )
: Frekuensi Makan : 6x/hari porsi 1 piring (polipagia) B6 ( Bone
)
: lelah, letihPsikososial : Pasien mengaku cemas dengan apa yang
dialami sekarang akan membahayakan jiwanya dan janin yang
dikandungnya.Sistem Endokrin: hiperglikemi4.2 Analisis Data
NoDataEtiologiMasalah
1DS :1. Px mengeluh sering merasa letih selama dua minggu
terakhir.2. Px berkata mudah lelah saat melakukan aktivitas
sehari-hariDO :
Gula darah puasa 160 mg/dlTD 90/60 mmHgDiabetes Mellitus
hiperglikemi melebihi ambangbatas ginjal
Glikosuria
Ketidakseimbangan kalori
Mudah lelahKeletihan
2DS :
Px mengeluh makannya banyak dan suka ngemil kripik singkong,
sering minum, merasa cepat lelah kalau melakukan aktivitas
sehari-hari, dan sering lapar
DO :
BB/TB = 52 kg/157 cmDiabetes Melitus
Kerusakan sel tubuh (sel kelaparan)
Peningkatan nafsu makan
Lemak,protein dipecah
Penurunan BB dan lelahPerubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
3DS : -
DO : TFU= 4 cm diatas umbilicus, BBL anak sebelumnya 4,1 kg
Diabetes Mellitus Ibu
Insulin ibu tdk menembus sawar plasentaHiperinsulinemia
janin
Makrosomia
Janin kontak kuat dengan pelvikRisiko cedera janin
4DS :
Ibu merasa cemas dan khawatir jika mengidap penyakit diabetes
dan akan mempengaruhi kondisinya serta bayinya nanti
Diabetes Mellitus
Kurang pengetahuan
Ansietas Ansietas
4.3 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Kelelahan b.d glikosuria, keseimbangan kalori negatifHasil
yang diharapkan, klien akan:
1) Beradaptasi dengan kondisi kehamilannya, beraktivitas sesuai
dengan tingkat energy2) Mengidentifikasi factor psikologis dan
fisiologis yang dapat menyebabkan keletihan3) Mempertahankan
nutrisi yang adekuat4) Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.5)
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan.INTERVENSI KEPERAWATANRASIONAL
Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas
Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang
cukup.Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah
sebelum/sesudah melakukan aktivitas.Tingkatkan partisipasi pasien
dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.Mencegah kelelahan
yang berlebihan.
Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan
mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
Kriteria evaluasi :Mempertahankan kadar gula darah puasa antara
60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah makan tidak lebih dari 140
mg/dl.Intervensi :
IntervensiRasional
Mandiri :
Timbang berat badan setiap kunjungan prenatal.Penambahan berat
badan adalah kunci petunjuk untuk memutuskan penyesuaian kebutuhan
kalori.
Kaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam.Membantu dalam
mengevaluasi pemahaman pasien tentang aturan diet.
Tinjau ulang dan berikan informasi mengenai perubahan yang
diperlukan pada penatalaksanaan diabetic.Kebutuhan metabolisme dari
janin dan ibu membutuhkan perubahan besar selama gestasi memerlukan
pemantauan ketat dan adaptasi.
Tinjau ulang tentang pentingnya makanan yang teratur bila
memakai insulinMakan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia ,
sesudah makan dan kelaparan.
Perhatikan adanya mual dan muntah khususnya pada trimester
pertama.
Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi karbohidrat yang
dapat mengakibatkan metabolisme lemak dan terjadinya ketosis.
Kaji pemahaman stress pada diabeticStress dapat mengakibatkan
peningkatan kadar glukosa, menciptakan fluktuasi kebutuhan
insulin.
Ajarkan pasien tentang metode finger stick untuk memantau
glukosa sendiri.Kebutuhan insulin dapat dinilai berdasarkan temuan
glukosa darah serum secara periodik.
Tinjau ulang dan diskusikan tanda gejala serta kepentingan hipo
atau hiperglikemia.
Hipoglikemia dapat terjadi secara cepat dan berat pada trimester
pertama karena peningkatan penggunaan glukosa dan glikogen oleh ibu
dan perkembangan janin. Hiperglikemia berefek terjadinya
hidramnion.
Instruksikan untuk mengatasi hipoglikemia
asimtomatik.Pengguanaan jumlah besar karbohidrat sederhana untuk
mengatasi hipoglikemi menyebabkan nilai glukosa darah
meningkat.
Anjurkan pemantauan keton urine.
Ketidakcukupan masukan kalori ditunjukkan dengan ketonuria,
menandakan kebutuhan terhadap peningkatan karbohidrat.
Kolaborasi :Diskusikan tentang dosis , jadwal dan tipe
insulin.Pembagian dosis insulin mempertimbangkan kebutuhan basal
maternal dan rasio waktu makan.
3. Resiko tinggi terhadap cedera pada janin berhubungan dengan
peningkatan kadar glukosa meternal, macrosomia.
Hasil yang diharapkan, klien akan:
1) Menunjukkan reaktif NST secara normal dan oxytocin challenge
test (OCT) negative dan/ atau tes stress kontraksi (CST).2)
Mengalami term-penuh, dengan ukuran tepat terhadap usia
gestasional.
INTERVENSI KEPERAWATANRASIONAL
Mandiri
Kaji control diabetic sebelum konsepsi
Pantau tinggi fundus tiap kunjungan
Pantau urin terhadap keton
Berikan informasi dan kuatkan prosedur untuk pemantauan glukosa
dan penatalaksanaan diabetic dirumah.
Berikan informasi tentang efek diabetes yang mungkin pada
pertumbuhan dan perkembangan janin.
Kolaborasi
Kaji HbA1c setiap 2-4 minggu sesuai indikasi
Kaji kadar albumin glikosilat pada gestasi minggu ke 24 sampai
ke 28, khususnya pada klien dengan kategori risik tinggi (riwayat
makrosomik, DMG sebelumnya, atau riwayat DMG keluarga positif).
Siapkan ultrasonografi pada gestasi minggu ke 8. ke 12, ke 18,
ke 28, dank e 36 sampai ke 38 sesuai indikasi.
Bantu dengan persiapan kelahiran janin per vagina atau melalui
pembedahan bila hasil tes menandakan penuaan dan insufisiensi
plasenta.Kontrol ketat (kadar HbA1c normal) sebelum konsepsi
membantu menurunkan risiko mortalitas janin dan anomaly
konginetal.
Bermanfaat untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan abnormal
(makrosomia atau IUGR, kecil atau besar terhadap usia gestasi.
Kerusakan SSP yang tidak dapat diperbaiki atau kematian janin dapat
terjadi sebagai akibat dari ketonemia maternal, khususnya pada
trimester ketiga.
Penurungan mortalitas dan komplikasi moriditas janin/ bayi baru
lahir dan anomaly congenital dihubungkan dengan kadar glukosa
postprandial 2 jam kurang dari 120 mg/dl. Pemantauan yang sering
perlu untuk mempertahankan rentang yang dekat ini dan menurunkan
insiden hipoglikemia atau kiperglikemia janin.
Pengetahuan memebantu klien membuat keputusan tentang
melaksanakan aturan dan dapat meningkatkan kerja sama.
Insiden bayi malformasi secara congenital meningkat pada wanita
dengan kadar HbA1c tinggi (lebih dari 8,5%) pada awal kehamilan
atau sebelum konsepsi.
Tes serum untuk albumin glikosilat menunjukkan glikemia lebih
dari beberapa hari dan dapat meningkatkan penerimaan seperti alat
skrining bagi DMG. HbA1c tidak cukup sensitif sebagai alat skrining
untuk DMG.
Ultrasonografi bermanfaat dalam memastikan tanggal gestasi dan
membantu mengevaluasi IUGR.
Membantu menjamin hasil positif untuk neonatus. Insiden lahir
mati meningkat secara bermakna pada gestasi lebih dari minggu ke
36. makrosomia sering menyebabkan distosia dengan sefalopelvis
disproporsi.
4. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang penyakitHasil yang
diharapkan, klien akan :1) Tingkat kecemasan berkurang2)
Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium, dan
aktivitas yang melibatkan pengontrolan diabetes.
INTERVENSI KEPERAWATANRASIONAL
Mandiri
Kaji pengetahuan tentang proses dan tindakan terhadap penyakit
dari klien/ pasangan, termasuk hubungan antara diet, latihan,
penyakit, stres, dan kebutuhan insulin.
Berikan informasi tentang cara kerja dan efek merugikan dari
insulin. Bantu klien untuk belajar melakukan pemberian injeksi,
pompa insulin, atau sprei nasal (teknik pengalaman) sesuai
indikasi.Jelaskan penambahan berat badan normal pada klien.
Anjurkan klien memantau pertambahan berat badannya sendiri dirumah
diantara waktu kunjungan.
Berikan informasi tentang kebutuhan program latihan ringan
(secara teratur, 20 menit setelah makan).
Berikan informasi mengenai dampak kehamilan pada kondisi
diabetic dan harapan masa datang.
Diskusikan bagaimana cara supaya klien dapat mengenali
tanda-tanda infeksi.
Anjurkan klien mempertahankan pengkajian harian dirumah terhadap
kadar glukosa serum, dosis insulin, diet, latihan. Tinjau kadar Hb/
Ht. berikan informasi tentang diet sumber-sumber zat besi dan
kebutuhan suplemen zat besi.
Kolaborasi
Dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat sesuai
kebutuhan Ny.NKlien dengan diabetes sebelumnya atau DMG berisiko
terhadap ambilan glukosa yang tidak efektif dalam sel, penggunaan
lemak/protein untuk energi secara berlebihan, dan dehidrasi selular
saat air dialirkan dari sel oleh konsentrasi hipertonik glukosa
dalam serum. Kehamilan mengubah kebutuhan insulin secara drastic
dan memerlukan control yang lebih ketat. Control diabetes
tergantung pada klien/ pasangan yang berperan aktif. Perubahan
metabolic prenatal menyebabkan kebutuhan insulin berubah. Pada
trimester pertama, kebutuhan insulin rendah, tetapi menjadi dua
kali dan kemudian empat kali lipat selama trimester kedua dan
ketiga.
Pembatasan kalori dengan akibat ketonemia dapat menyebabkan
kerusakan janin dan menghambat penggunaan protein optimal.
Klien harus latihan setelah makan untuk membantu mencegah
hipoglikemia dan menstabilkan penyimpangan glukosa,
Peningkatan pengetahuan dapat menurunkan rasa takut tentang
ketidaktahuan, meningkatkan kemungkinan kerja sama, dan dapat
membentu menurunkan komplikasi janin/ maternal. Penting untuk
mencari pertolongan medis awal untuk menghindari komplikasi.
Bila ditinjau ulang oleh praktisi pemberi perawatan, catatan
harian klien dapat membantu bagi evaluasi dan perubahan terapi.
Anemia lebih diperhatikan pada klien dengan diabetes yang ada
sebelumnya, karena peningkatan kadar glukosa menggantikan oksigen
pada molekul Hb, mengakibatkan penurunan kapasitas pembawa
oksigen.
5. Resiko tinggi terhadap cedera pada maternal berhubungan
dengan perubahan pada kontrol diabetic, disfungsional persalinan,
abrupsio plasenta
Hasil yang diharapkan, klien akan:
Tetap normotensif
Mempertahankan normoglikemi
Bebas dari komplikasi (misal, infeksi, pemisahan plasenta)
INTERVENSI KEPERAWATANRASIONAL
Mandiri
Kaji klien terhadap pendarahan vagina dan nyeri tekan
abdomen.
Pantau terhadap tanda dan gejala persalinan praterm.
Bantu klien untuk belajar memantau glukosa darah dirumah, yang
dilakukan minimal 6 kali/hari.
Identifikasi kejadian hipoglikemia yang terjadi di rumah.
Identifikasi kejadian hiperglikemia.
Tentukan tinggi fundus; periksa adanya edema pada ekstremitas
dan dipsnea.
Kaji dan tinjau ulang tanda dan gejala ISK pada
klien.Kolaborasi
Pantau kadar glukosa serum setiap kunjungan.
Kaji Hb/ Ht pada kunjungan awal, kemudian selama trimester kedua
dan pada term.
Instruksikan pemberian insulin sesuai kebutuhan. Yakinkan klien
mampu dan cakap melakukan sendiri, baik dengan S.C atau pompa,
tergantung kebutuhan atau situasi perawatan klien.
Dapatkan urinalisa dan kultur urin, berikan antibiotic sesuai
indikasi.
Dapatkan kultur rabas vagina, bila ada.
Siapkan klien untuk ultrasonografi pada gestasi minggu ke 8, 12,
18, 26, dan 36 sampai ke 38 untuk menentukan ukuran janin dengan
menggunakan diameter biparietal, panjang femur, dan perkirakan
berat badan janin.Perubahan vascular yang dihubungkan dengan
diabetes menempatkan klien pada risiko abrupsi plasenta.
Distensi uterus berlebihan karena makrosomia atau hidramnion
dapat mempredeposisikan klien terhadap persalinan awal.
Memungkinkan keakuratan tes urin yang lebih besar karena ambang
ginjal terhadap glukosa menurun selama kehamilan.
Kejadian hipoglikemik paling sering terjadi pada trimester
ketiga, karena aliran glukosa darah dan asam amino yang kontinu
pada janin. Regulasi diet/ insulin perlu untuk normoglikemia,
khususnya pada trimester kedua dan ketiga bila kebutuhan insulin
sering dua kali (dapat empat kali lipat pada trimester ketiga).
Hidramnion terjadi dalam 6%-25% klien diabetic yang hamil;
kemungkinan berhubungan dengan peningkatan konstribusi janin pada
cairan amnion, karena hiperglikemia meeningkatkan haluaran urin
janin.
Deteksi awal ISK dapat mencegah pielonefriris, yang dianggap
memperberat persalinan premature.
Mendeteksi ancaman ketoasidosis; menentukan waktu dalam sehari
dimana klien cenderung hipoglikemia.
Anemia mungkin ada pada klien dengan masalah vascular.
Kebutuhan insulin menurun pada trimester pertama, kemudian
menjadi dua kali lipat pada trimester kedua dan ketiga, secara
berturut-turut. Klien yang bermotivasi tinggi dan bekerja sama dapa
melakukan dengan baik pompa infuse insulin subkutan untuk memenuhi
kebutuhan insulin secara lebih alamiah.
Membantu mencegah atau mengatasi pielonefritis.
monilial vulvovaginitis dapat menyebabkan sariawan oral pada
bayi baru lahir.
Klien berisiko tinggi terhadap CPD dan distosia karena
makrosomia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Diabetes mellitus gestasional adalah suatu keadaan dimana
kadar gula dalam darah tinggi (hiperglikemia) yang sifatnya kronik
disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang
berkembang pada beberapa wanita selama kehamilan.2. Salah satu
penyebab diabetes mellitus gestasional adalah adanya hormon dari
plasenta yang membantu pertumbuhan janin, namun hormon-hormon ini
juga mencegah kerja insulin dalam tubuh si calon ibu.3. Manifestasi
klinis diabetes mellitus gestasional antara lain polidipsi,
poliuri, polifagi, berat badan turun drastis, lemas, lekas lelah,
tenaga kurang.4. Komplikasi yang mungkin muncul adalah komplikasi
maternal, fetal, neonatal, dan anak.5. Penalaksanaan diabetes
mellitus gestasional adalah dengan mengontrol gula darah secara
rutin serta mengatur diet dan olahraga.5.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang profesional, perawat hendaknya
dapat memberikan asuhan keperawatan yang benar pada penderita
diabetes mellitus gestasional untuk mencegah atau meminimalkan
komplikasi yang mungkin terjadi. Sehingga diharapkan dapat terwujud
kesehatan ibu dan bayi yang optimal.
DAFTAR PUSTAKACuningham, F.Gary, et al. 2005. Obstetri Williams.
Jakarta: EGC.
Doengos, Marilynn. 2001. Pedoman untuk Dokumentasi dan Perawatan
Klien Edisi ke-2. EGC: Jakarta.
Hamilton, Persis. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas Edisi
Ke-6. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif et al (Ed.). 2001. Kapita Selekta Kedokteran
Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius.Mitayani. 2009.
Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta: Salemba
Medica.http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/18/asuhan-pada-ibu-hamil-dengan-dm/
diakses pada tanggal 1 november 2010 jam 16.00
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/diabetes-mellitus-pada-kehamilan/
diakses pada tanggal 1 november 2010 jam 16.00
1