Top Banner
ASKEP diare anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Diere adalah penyebab penting kekurangan gizi, ini disebabkan karena adanya anoreksia pada penderita diare, sehingga penderita makan lebih sedikit dari biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan juga berkurang. Padahal kebutuhan sari makananya meningkat akibat adanya infeksi. Setiap episod diare menyebabkan kekurangan gizi, sehingga bila episode diare berkepanjangan maka dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan akan terlihat keterlambatan tubuh kembang pada anak dan bayi. Diare merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada anak di negara berkembang, dengan perkiraan 1,3 milyar episode dan 3,2 juta kematian setiap tahun pada balita. Secara keseluruhan anak-anak ini mengalami rata-rata 3,3 epoisode diare pertahun. Pada daerah yang dnegan angka episode yang tinggi ini, seorang balita dapat menghabiskan 25 % waktunya dengan diare. Sekitar 80 % kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai
29

ASKEP diare anak

Jan 05, 2016

Download

Documents

BackTrackLinux

ll;l;l
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ASKEP diare anak

ASKEP diare anak

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang masalah

Diere adalah penyebab penting kekurangan gizi, ini disebabkan karena

adanya anoreksia pada penderita diare, sehingga penderita makan lebih sedikit

dari biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan juga berkurang. Padahal

kebutuhan sari makananya meningkat  akibat adanya infeksi. Setiap episod diare

menyebabkan kekurangan gizi, sehingga bila episode diare berkepanjangan maka

dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan akan terlihat keterlambatan

tubuh kembang pada anak dan bayi.

Diare merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada

anak di negara berkembang, dengan perkiraan 1,3 milyar episode dan 3,2 juta

kematian setiap tahun pada balita. Secara keseluruhan anak-anak ini mengalami

rata-rata 3,3 epoisode diare pertahun. Pada daerah yang dnegan angka episode

yang tinggi ini, seorang balita dapat menghabiskan 25 % waktunya dengan diare.

Sekitar 80 % kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun

pertama kehidupan. Penyebab utama kematian  karena diare adalah dehidrasi

sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab

kematian lain adalah disentri, kekurangan gizi, dan infeksi serius seperti pnemoni.

B.     Identifikasi masalah

Sesuai dengan judul makalah ini “Diare Akut Pada Anak” terkait dengan

proses dan ilmu  keperawatan. Berkaitan dengan judul tersebut, maka masalahnya

dapat diidentifikasi sebagai berikut :

Page 2: ASKEP diare anak

1.      Apa itu Diare Akut Pada Anak ?

2.      Apa yang menyebabkan Diare Akut Pada Anak?

3.      Bagaimana patofisiologi Diare Akut Pada Anak ?

4.      Apa tanda dan gejala Diare Akut Pada Anak ?

5.      Apa saja pemeriksaan diagnostic Diare Akut Pada Anak?

6.      Bagaimana penatalaksanaan terhadap penyakit Diare Akut Pada Anak ?

7.      Bagamana asuhan keperawatan pada Diare Akut Pada Anak ?

C.     Pembatasan masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas

dibatasi pada masalah :

1.      Pengertian Diare Akut Pada Anak.

2.      Etiologi Diare Akut Pada Anak.

3.      Patofisiologi Diare Akut Pada Anak.

4.      Manifestasi klinis Diare Akut Pada Anak.

5.      Pemeriksaan diagnostik Diare Akut Pada Anak.

6.      Penatalaksanaan medis Diare Akut Pada Anak.

7.      Asuhan keperawatan Diare Akut Pada Anak.

Page 3: ASKEP diare anak

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.    Definisi

Menurut kepustakaan, diare akut adalah buang air besar lembek atau

bahkan dapat berupa air saja, dengan atau tanpa darah dan lendir, dengan

frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam, dan berlangsung

kurang dari 14 hari.

Diare adalah buang air besar (defekasi)  dengan jumlah yinja yang lebih

banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk

cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO

(1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2

berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis

(Mansjoer,A.1999,501). Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran

tinja yang tidak normal dan cair.

Page 4: ASKEP diare anak

Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama

pada bayi dan anak Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara

150-430 perseribu penduduk setahunnya. Dengan upaya yang sekarang telah

dilaksanakan, angka kematian dirumah sakit dapat ditekan menjadi kurang dari

3%.

B.     Etiologi

Selama 2 dekade, penelitian menunjukkan karakteristik dari diare akut. Pada

awal 1970 agen penyebab dapat diidentifikasi dalam 15-20% episode diare.

Sekarang, dengan semakin berkembangnya teknik diagnostik, dapat ditemukan

agen penyebab dalam 60-80%.3 Sebagian besar penyebab infeksi diare adalah

Rotavirus, disamping virus lainnya seperti Norwalk Like Virus, Enteric

Adenovirus, Astovirus, dan Calicivirus. Beberapa patogen bakteri seperti

Salmonella, Shigella, Yersinia, Campylobacter, dan beberapa strain khusus

E.Coli. Beberapa parasit yang sering menyebabkan diare meliputi Giardia,

Crytosporidium, dan Entamoeba Histolytica.

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :

1.      Faktor infeksi

a.       Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama

diare pada anak.

         Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, campylobacter, Yersinia,

Aeromonas dan sebagainya.

         Infeksi virus : Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),

Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.

Page 5: ASKEP diare anak

         Infestasi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa

(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, trichomonas hominis), jamur (Candida

albicans).

b.      Faktor parentral yaitu Infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti

Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan

sebagainya.

2.      Faktor malabsorbsi

         Malabsorbsi Karbohidrat : Disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),

monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak

yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.

         Malabsorbsi Lemak

         Malabsorbsi Protein

3.      Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran

dimasak kutang matang, alergi terhadap makanan.

4.      Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare

terutama pada anak yang lebih besar.

C.     Patofisiologi

Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab

diare.

Virus dapat secara langsung merusak vili usus halus sehingga mengurangi

luas permukaan usus halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang

mengakibatkan terhambatnya perkembangan normal vili enterocytes dari usus

kecil dan perubahan dalam struktur dan fungsi epitel. Perubahan ini menyebabkan

malabsorbsi dan motilitas abnormal dari usus selama infeksi rotavirus.

Page 6: ASKEP diare anak

Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda.

Bakteri non invasive (vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat

pada usus, berkembang baik disitu, dan kemudian akan mengeluarkan enzim

mucinase (mencairkan lapisan lendir), kemudian bakteri akan masuk ke membran,

dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan cAMP yang akan

merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa menimbulkan

kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus teregang,

kemudian terjadilah diare.

Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasive,

campylobacter) mengakibatkan ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang

diikuti oleh respon inflamasi. Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses selular

baik di dalam usus maupun di dalam usus. Enterotoksin Escherichia coli yang

tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan toksin yang tidak

tahan panas mengaktifkan guanilat siklase. E.coli enterohemoragik dan Shigella

menghasilkan verotoksin yang menyebabkan kelainan sistemik seperti kejang dan

sindrom hemolitik uremik.

Sebagai akibat diare akut maupun kronik akan terjadi :

1.      Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi kehilangan air (output ) lebih banyak daripada pemasukan

(input),

2.      Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)

Terjadi karena :

a.       Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja

b.      Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda

keton tertimbun dalam tubuh.

c.       Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan.

Page 7: ASKEP diare anak

d.      Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat

dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria).

e.       Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan,

pernafasan bersifat cepat, teratur dan dalam (pernafasan Kuszmaull)

3.      Hipoglikemia

Hal ini terjadi karena :

a.    Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.

b.   Adanya gangguan absopsi glukosa (walaupun jarang).

Gejala hipoglikemi akan muncul jika kada glukosa darah menurun sampai 40 mg

% pada bayi dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala hipoglikemi tersebut dapat

berupa : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang

sampai koma.

4.      Gangguan Gizi

Hal ini disebabkan :

a.       Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan / muntahnya

akan bertambah hebat.

b.      Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang

encer ini diberikan terlalu lama.

c.       Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsopsi dengan baik

karena adanya hiperperistaltik.

5.      Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan

sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik.Akibatnya perfusi jaringan

berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan

Page 8: ASKEP diare anak

pendarahan dalam otak, kesadaran menurun (soporokomatosa) dan bila tidak

segera ditolong penderita dapat meninggal .

Semua akibat diare cair diakibatkan karena kehilangan air dan elektrolit

tubuh melalui tinja. Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbahaya karena dapat

menyebabkan volume darah (hipovolemia), kolaps kardiovaskular dan kematian

bila tidak diobati dengan tepat. Ada tiga macam dehidrasi :

1.      Dehidrasi isotonik

Ini adalah dehidrasi yang sering terjadi karena diare. Hal ini terjadi bila

kehilangan air dan natrium dalam proporsi yang sama dengan keadaan normal dan

ditemui dalam cairan ekstraseluler.

2.      Dehidrasi Hipertonik

Beberapa anak yang diare, terutama bayi sering menderita dehidrasi

hipernatremik. Pada keadaan ini didapatkan kekurangan cairan dan kelebihan

natrium. Bila dibandingkan dengan proporsi yang biasa ditemukan dalam cairan

ekstraseluler dan darah. Ini biasanya akibat dari pemasukan cairan hipertonik pada

saat diare yang tidak di absopsi secara efisien dan pemasukan air yang tidak

cukup.

3.      Dehidrasi Hipotonik

Anak dengan diare yang minum air dalam jumlah besar atau yang mendapat infus

5 % glukosa dalam air, mungkin bisa menderita hiponatremik. Hal ini terjadi

karena air diabsopsi dari usus sementara kehilangan garam (NaCl ) tetap

berlangsung dan menyebabkan kekurangan natrium dan kelebihan air.

D.    Manifestasi Klinik

Page 9: ASKEP diare anak

Mula-mula bayi dan anak akan menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh

biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul

diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin

lama berubah enjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan

daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin

asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang

tiak dapat diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat

disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan

keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak

cairandan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun,

turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, lendir bibir

dan mulut serta kulit tampak kering.

E.     Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium :

1.      Pemeriksaan tinja

a.       Makroskopis dan Mikroskopis

b.      pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila

diduga terdapat intoleransi gula.

c.       Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

2.      Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan

menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan

analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).

3.      Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

Page 10: ASKEP diare anak

4.      Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam

serum (terutama pada penderita diare disertai kejang).

5.      Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit

secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

F.      Penatalaksanaan Medis

1.      Pemberian Cairan (Rehidrasi)

a.       jenis cairan

1)      Cairan rehidrasi oral (oral rehydration salts)

o   Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti orali, pedyalit setiap

kali diare.

o   Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)

2)      Cara parenteral

o  DG aa (1 bagian larutan darrow + 1 bagian glukosa 5%)

o  RL g (1 bagian Ringer Laktat + 1 bagian glukosa 5%)

o  RL (Ringer Laktat)

o  3@ (1 bagian NaCL 0,9% + 1 bagian glukosa 5% + 1 bagian Nalaktat 1/6 mol/l)

o  DG 1 : 2 (1 bagian larutan darrow + 2 bagian glukosa 5%)

o  RLg 1 : 3 (1 bagian Ringer Laktat + 3 bagian glukosa 5-10%)

o  Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO3 11/2% atau bagian

glukosa 5-10% + 1 bagian NaCl 0,9%)

b.      Jalan pemberian cairan

1)      Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau

minum serta kesadaran baik.

2)      Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak tidak

mau minum serta kesadaran menurun.

Page 11: ASKEP diare anak

3)      Intravena untuk dehidrasi berat.

c.       Jumlah Cairan, tergantung pada :

1)      Defisit ( derajat dehidrasi)

2)      Kehilangan sesaat (concurrent less)

3)      Rumatan (maintenance).

d.   Jadwal / kecepatan cairan

1)      Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang

lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :

o   BB (kg) x 50 cc

o   BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.

2)      Terapi standar pada anak dengan diare sedang :

+ 50 cc/kg/3 jam  atau 5 tetes/kg/mnt

2.      Terapi obat

a.       Obat anti sekresi

1)      Asetosal

Dosis: 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg.

2)      Klorpromazine

Dosis: 0,5 – 1 mg / kg BB/hari

b.      Obat anti spasmotik

Pada umumnya obat anti spasmotik seperti papaverin, ekstrak beladona, opium,

loperamid dan sebagainya tidak diperlukan untukmengatasi diare akut.

c.       Obat pengeras tinja

Obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal dan sebagainya tidak

ada manfaatnya untuk mengatasi diare.

d.      Antibiotika

Page 12: ASKEP diare anak

Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut, kecuali

bila penyebabnya jelas seperti:

         Kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kgbb/hari

         Campylobacter, diberikan eritromisin 40-50mg/kgbb/hari

3.      Dietetik

a.       Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang

dari 7kg. Jenis makanannya seperti :

         Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak

tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron)

         Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak

tidak mau minum susukarena dirumh sudah biasa diberi makanan padat.

         Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan asam

lemak berantai sedang atau tidak jenuh sesuai kelainan yang di temukan.

b.      Untuk anak diatas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7kg. Jenis makanannya

yaitu makanan padat atau makanan cair (susu) sesuai dengan kebiasaan makan

dirumah.

Page 13: ASKEP diare anak

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE AKUT

A.    Pengkajian

1.      Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama

kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan

kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu

menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur

2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena

infeksi  usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak

menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari

pola makan dan perawatannya .

2.      Keluhan Utama

BAB lebih dari 3 x

3.      Riwayat Penyakit Sekarang

Page 14: ASKEP diare anak

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.

Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare

akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

4.      Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid

jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi

makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

5.      Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi

yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi

pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik,

menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,

6.      Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7.      Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan  makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan

tempat tinggal.

8.      Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

a.       Pertumbuhan

o   Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2

kg),  PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.

o   Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan

seterusnya.

o   Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,

seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah

o   Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

Page 15: ASKEP diare anak

b.      Perkembangan

o   Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.

Fase anal :

Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan

keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas

utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru

dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).

o   Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.

Autonomy vs Shame and doundt

Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari

lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri

(tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB

sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi

maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak

mampu yang dapat berkembang pada diri anak.

o   Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri :

Umur 2-3 tahun :

1.      berdiri  dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)

2.      Meniru membuat garis lurus (GH)

3.      Menyatakan keinginan   sedikitnya dengan dua kata (BBK)

4.      Melepasa pakaian sendiri (BM)

9.      Pemeriksaan Fisik

a.       pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,

lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,

b.      keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.

Page 16: ASKEP diare anak

c.       Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1

tahun lebih

d.      Mata : cekung, kering, sangat cekung

e.       Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic

meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau

tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa

minum

f.       Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis

metabolic (kontraksi otot pernafasan)

g.      Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada

diare sedang .

h.       Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat >

375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang

> 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

i.        Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),

frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

j.        Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang

berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon

yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

10.  Pemeriksaan Penunjang

1)         Laboratorium :

            feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

            Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi

            AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,

HCO3 menurun )

            Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

Page 17: ASKEP diare anak

2)         Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

B.     Diagnosa Keperawatan

1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau

output berlebihan dan intake yang kurang

2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan

cairan skunder terhadap diare.

3.      Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder

terhadap diare

4.      Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi

diare.

5.      Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus

menerus.

6.      Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

C.     Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan skunder terhadap diare

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan

dan elektrolit dipertahankan secara maksimal

Kriteria hasil :

o   Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50  c, RR : < 40 x/mnt )

o   Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak

cekung.

o   Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Intervensi :

Page 18: ASKEP diare anak

a.       Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan

pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk

memperbaiki defisit

b.      Pantau intake dan output

R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak

aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.

c.       Timbang berat badan setiap hari

R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan

cairan 1 lt

d.      Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr

R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

e.       Kolaborasi :

1.      Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)

R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal

(kompensasi).

2.      Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

3.      Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,

antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri

berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

tidak adekuatnya intake dan out put

Tujuan        : setelah dilakukan  tindakan perawatan selama dirumah di RS

kebutuhan nutrisi terpenuhi

Page 19: ASKEP diare anak

Kriteria        : - Nafsu makan meningkat

4.      BB meningkat atau normal sesuai umur

Intervensi :

1)      Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,

berlemak dan air terlalu panas atau dingin)

R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi

lambung dan sluran usus.

2)      Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau  yang tak sedap atau sampah,

sajikan makanan dalam keadaan hangat

R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

3)      Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

4)      Monitor  intake dan out put dalam 24 jam

R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.

5)        Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :

a.       terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

b.      obat-obatan atau vitamin ( A)

R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

dampak sekunder dari diare

Tujuan        :  Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi

peningkatan suhu tubuh

Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

                         Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

Intervensi :

1)      Monitor suhu tubuh setiap 2 jam

Page 20: ASKEP diare anak

R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)

2)      Berikan kompres hangat

R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh

3)      Kolaborasi pemberian antipirektik

R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan

dengan   peningkatan frekwensi BAB (diare)

Tujuan      : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas

kulit tidak terganggu

Kriteria hasil : - Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga

-    Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar

Intervensi :

1)      Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur

R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman

2)      Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan

mengganti pakaian bawah serta alasnya)

R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban

dan keasaman feces

3)      Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam

R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak

terjadi iskemi dan irirtasi .

Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

Tujuan      : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien

mampu beradaptasi

Kriteria hasil :  Mau menerima  tindakan perawatan, klien tampak tenang dan

tidak rewel

Page 21: ASKEP diare anak

Intervensi :

1)      Libatkan keluarga dalam melakukan  tindakan perawatan

R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga

2)      Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS

R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS

3)      Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan

R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya

4)      Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun

non verbal (sentuhan, belaian dll)

R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada

klien.

5)      Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak

Page 22: ASKEP diare anak

BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Diare akut adalah buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air

saja, dengan atau tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih

sering dari biasanya dalam 24 jam, dan berlangsung kurang dari 14 hari.

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : faktor

infeksi,faktor Malabsopsi, faktor makanan, faktor Psikologis. Mekanisme dasar

yang menyebabkan timbulnya diare adalah : Gangguan Osmotik, Gangguan

sekresi dan Gangguan motilitas usus.

Gejala klinis yang terjadi, mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah,

suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian

timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan/ atau lendir,

warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Karena

Page 23: ASKEP diare anak

seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama makin

menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa

yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.

B.     Saran

Dengan banyaknya kasus diare pada anak, yang diakibatkan oleh factor-

faktor tertentu, terutama yang berhubungan dengan lingkungan. Maka perlu

menjadi perhatian bersama dalam upaya menghindarkan dan mencegah terhadap

penyebab terjadinya diare pada anak serta penangan yang efektif dan efisien

dalam menangani kasus klien dengan diare.

Disamping itu, perawat sebagai salah satu profesi kesehatan yang

mempunyai peran penting dalam pelayanan kesehatan yang profesional, terutama

dalam perawatan pada anak penderita diare. Maka, bagi mahasiswa keperawatan

harus mampu menguasai asuhan keperawatan pada pasien anak penderita diare.