Top Banner
AN KEPERAWATAN PADA PASIEN KOR PULMONAL OLEH : 1. Marlin Sutrisna 2. Nita Yunita 6. Hendro Anggoro 3. Pipin Herawati 7. Ridha Yulia 4. Evi melianti 8. Ezi Novita 5. Nurman Hidayat 9. Richa JURUSAN KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) TRI MANDIRI SAKTI
83

Askep Cor Pulmonal

Jan 04, 2016

Download

Documents

Ayu Dessye Mey

adi mayantri putra
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Askep Cor Pulmonal

AN KEPERAWATANPADA PASIEN KOR PULMONAL

OLEH :

1. Marlin Sutrisna2. Nita Yunita    6. Hendro Anggoro3. Pipin Herawati    7. Ridha Yulia4. Evi melianti    8. Ezi Novita5.  Nurman Hidayat     9. Richa

    

JURUSAN KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU2010

Page 2: Askep Cor Pulmonal

A.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah “Sistem Respirasi” yang berjudul “Asuhan Keperawatan Cor Polmunal ”. Mengingat akan keterbatasan waktu, pengetahuan,

tenaga dan fasilitas yang ada dalam pembuatan asuhan keperawatan ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum begitu

sempurna. Dengan selesainya asuhan keperawatan ini kami mengucapkan rasa terima kasih kepada Ns. Agus Supriadi, S. Kep, selaku

dosen pembimbing mata kuliah Sistem Respirasi. Kami menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih banyak kesalahan dan jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan asuhan keperawatan

selanjutnya.

Akhirnya kami ucapkan terima kasih dan semoga saja asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi kita semua.

Page 3: Askep Cor Pulmonal

Bengkulu, Mei 2010

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL        i

KATA PENGANTAR        ii

DAFTAR ISI         ii

BAB I.     PENDAHULUAN

    1. 1.     Latar Belakang        1

    1. 2.     Tujuan        2

    1. 3. Manfaat        2

BAB II.     TINJAUAN TEORITIS        3

    2.1.     Konsep Dasar Teori        3

Page 4: Askep Cor Pulmonal

2.1.1 Pengertian        3

2.1.2 Etiologi        4

2.1.3 Patofisiologi        5

2.1.4 WOC        8

2.1.5 Manisfestasi klinis        8

2.1.6 Pemeriksaan penunjang        10

2.1.7 Diagnosa Banding        11

2.1.8 Penatalaksanaan        11

2.1.9 Pengobatan        13

2.1.10. Komplikasi        13

    2.2.     Konsep Dasar Askep        14

    2.2.1. Pengkajian Teoritis        14

    2.2.2. Diagnosa Keperawatan        18

    2.2.3. Rencana Asuhan Keperawan         19

BAB III     TINJAUAN KASUS (kasus fiktif)        22

    3.1. Pengkajian        22

Page 5: Askep Cor Pulmonal

3.2. Diagnosa Keperawatan        32

3.3. NCP (Nursing Care Pleanning)        33

3.4. Implememtasi        36

3.5. Evaluasi (SOAP)        36

BAB IV.     PENUTUP         38

4.1. Kesimpulan        38

4.2. Saran        38

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kor Pulmonal merupakan suatu keadaan timbulnya hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan tanpa atau dengan gagal jantung kanan; timbul

akibat penyakit yang menyerang struktur atau fungsi paru atau pembuluh darahnya. Definisi ini menyatakan bahwa penyakit jantung kiri

Page 6: Askep Cor Pulmonal

maupun penyakit jantung bawaan tidak bertanggung jawab atas patogenesis kor pulmonal. Kor Pulmonal dapat terjadi akut (contohnya

PE masif) atau kronik.

Setiap penyakit yang menyerang paru-paru dan disertai dengan hipoksemia dapat mengakibatkan kor pulmonal. Penyebab yang paling

sering adalah PPOM dimana perubahan dalam jalan napas dan sekresi yang tertahan mengurangi ventilasi alveolar. Penyebab lainnya

adalah kondisi yang membatasi atau mengganggu fungsi ventilasi, yang mengarah pada hipoksia atau asidosis (deformitas sangkar iga ,

obesitas masif) atau kondisi yang mengurangi jaringan vascular paru (hipertensi arteri pulmonal idiopatik primer, embolus paru).

Kelainan tertentu system persyarafan, otot pernapasan, dinding dada, dan percabangan arteri pulmonal juga dapat menyebabkan kor

pulmonal.

Insidens yang tepat dari cor pulmonal tidak diketahui, karena sering kali terjadi tanpa dapat dikenali secara klinis atau pada waktu

autopsy. Perkirakan insidens kor pulmonal adalah 6 sampai 7% dari seluruh penyakit jantung berdasarkan hasil penyelidikan yang

memakai criteria ketebalan dinding ventrikel postmortem(Fishman, 1998).

Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis membuat makalah yang berjudul Asuhan keperawatan pada Pasien Kor Pulmonal.

1.2 Tujuan

Page 7: Askep Cor Pulmonal

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang Asuhan keperawatan pada pasien kor pulmonal.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tentang pengertian kor pulmonal.

2. Untuk mengetahui tentang etiologi

3. Untuk mengetahui tentang patofisiologi

4. Untuk mengetahui tentang WOC

5. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis

6. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang

7. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan medis

8. Untuk mengetahui tentang teori askep kor pulmonal

9. Untuk mengetahui tentang tinjauan kasus(fiktip belaka)

1.3 Manfaat

Dalam mempelajari cor pulmonal manfaat yang dapat kita ambil adalah:

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan kelompok tentang asuhan keperawatan kor pulmonal.

Page 8: Askep Cor Pulmonal

Apa saja yang dapat menyebabkan penyakit cor pulmonal

Tintakan apa saja yang dapat kita lakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit cor pulmonal

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2. 1. KONSEP DASAR TEORI

2.1.1. Pengertian

Menurut Sylvia a. Price (2005:819) kor pulmonal merupakan suatu keadaan timbulnya hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan tanpa atau

dengan gagal jantung kanan; timbul akibat penyakit yang menyerang struktur atau fungsi paru atau pembuluhnya darahnya.

Menurut Brunner & Suddarth (2001:619) kor Pulmonal adalah kondisi dimana ventrikel kanan jantung membesar (dengan atau tanpa

Page 9: Askep Cor Pulmonal

gagal jantung sebelah kanan) sebagai akibat penyakit yang mengenai struktur atau fungsi paru dan pembuluh darahnya.

Menurut WHO (1963), Definisi Cor Pulmonale adalah: Keadaan patologis dengan di temukannya hipertrofi ventrikel kanan yang

disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktur paru. Tidak termasuk kelainan karena penyakit jantung primer pada jantung kiri dan

penyakit jantung konginetal (bawaan).

Menurut Braunwahl (1980), Cor Pulmonale adalah: Keadaan patologis akibat hipertrofi/ dilatasi ventrikel kanan yang disebabkan oleh

hipertensi pulmonal.

Cor pulmonal adalah kpndisi terjadinya pembesaran jantung kanan(dengan atau tanpa gagal jantung kiri) sebagai akibat dari penyakit

yang mempengaruhi struktur fungsi atau vaskularisasi paru-paru (menurut sumantri iman, 2008).

Menurut Arief Mansjoer, (1999:453)”kor pulmonal merupakan penyakit paru dengan hipertrofi atau dilatasi ventrikel kanan akibat

gangguan fungsi dan atau struktur paru(setelah menyingkirkan penyakit jantung congenital atau penyakit lain yang primernya pada

jantung kiri). ”

2.1.2. Etiologi

Penyakit-penyakit yang menyebabkan kor pulmonal adalah penyakit yang secara primer menyerang pembuluh darah paru, seperti PE

berulang dan penyakit yang mengganggu aliran darah paru akibat penyakit pernapasan obstruktif atau restriktif. COPD terutama jenis

bronchitis, merupakan penyebab tersering kor pulmonal. Penyakit-penyakit pernapasan restriktif yang menyebabkan kor pulmonal dapat

berupa penyakit-penyakit intrinsic seperti fibrosis paru difus, dan kelainan ekstrinsik, seperti obesitas yang ekstrim, kifoskoliosis, atau

Page 10: Askep Cor Pulmonal

gangguan neuromuscular berat yang melibatkan otot-otot pernapasan. Akhirnya, penyakit vascular paru yang mengakibatkan obstruksi

terhadap aliran darah dan kor pulmonal cukup jarang terjadi dan biasanya merupakan akibat dari PE berulang. (Sylvia A. price,

2005:820)

Menurut brunner & Suddarth, (2001:619-620) “setiap penyakit yang menyerang paru-paru dan disertai dengan hipoksemia dapat

mengakibatkan kor pulmonal”. Penyebab yang paling sering adalah PPOM dimana perubahan dalam jalan napas dan sekresi yang

tertahan mengurangi ventilasi alveolar. Penyebab lainnya adalah kondisi yang membatasi atau mengganggu fungsi ventilasi, yang

mengarah pada hipoksia atau asidosis(deformitas sangkar iga, obesitas masif) atau kondisi yang mengurangi jarring-jaring vascular

paru(hipertensi arteri pulmonal idiopatik primer, embolus paru). Kelainan tertentu system persyarafan, otot pernapasan, dinding dada dan

percabangan arteri pulmonal juga dapat menyebabkan kor pulmonal.

Secara umum, penyakit cor pulmonal disebabkan oleh:

1. Penyakit paru-paru yang merata

Terutama empisema, bronkitis kronis dan fibrosis akibat tuberculosis.

2. Penyakit pembuluh darah paru-paru

Terutama trombosis dan embolus paru-paru, fibrosis akibat penyinaran menyebabkan penurunan elastisitas pembuluh darah paru-paru.

3. Hivopentilasi alveolar menahun

Page 11: Askep Cor Pulmonal

Adalah semua penyakit yang menghalangi pergerakan dada normal, misalnya:

a. penebalan pleura bilateral

b. kelainan neuromuskuler, seperti poliomielitis dan distrofi otot.

c. kiposkoliosis yang mengakibatkan penurunan kapasitas rongga toraks sehingga pergerakan toraks berkurang. (menurut Sumantri Iman,

2008).

2.1.3. Patofisiologi

Apapun penyakit awalnya, sebelum timbuk col pulmonale biasanya terjadi peningkatan resitensi vaskular paru dan hipertensi pulmonal.

Hipertensi pulmonal pada akhirnya meningkatkan beban kerja vertikel kanan, sehingga mengakibatkan hipertrofi dan kemudian gagal

jantung. Titik kritis dari rangkaian kejadian ini nampaknya terletak pada peningkatan resistensi vaskular paru pada arteri dan arteriola

kecil.

Dua mekanisme dasar yang mengakibatkan peningkatan resistensi vaskular paru adalah(1) vasokontriksi hipoksik pembuluh darah paru-

paru dan (2) obstruksi dan/atau oblisteri jaringan vaskular paru-paru. Mekanisme yang pertama tampaknya paling pentingdalam

patogenesis korpulmonale . hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis yang merupakan ciri khas dari COPD bronkitis lanjut adalah contoh

yang paling baik untuk menjelaskan bagaimana kedua mekanisme itu terjadi. Hipoksia alveolar(jaringan) memberikan rangsangan yang

kuat terhadap vasokonstriksi pulmonal bukan hipoksemia . selain itu, hipoksia alveolar kronik memudahkan terjadinya hipertropi otot

polos arteriol paru , sehingga timbul respons yang lebih kuat terhadap hipoksia akut . Asidosis hiperkapnia dan hipoksemia bekerja secara

Page 12: Askep Cor Pulmonal

sinergistik dalam menimbulkan vasokonstriksi. viskositas (kekentalan) darah yang meningkat akibat polisitemia dan peningkatan curah

jantung yang dirangsang oleh hipoksia kronik dan hiperkapnia , juga ikut meningkatkan tekanan arteri paru.

Mekanisme kedua yang turut meningkatkan resistensi vaskular dan tekanan arteri paru adalah bentuk anatomisnya. Emfisema ditandai

dengan kerusakan bertahap struktur alveolar dengan pembentukan bula dan obleterasi total kapiler-kapiler disekitanya hilangnya

pembuluh darah secara permanen menyebabkan berkurangnya jaringan vaskular. Selain itu, pada penyakit obstruktif, pembuluh darah

paru juga tertekan dari luar karena efek mekanik volume paru yang besar. tetapi peranan obstruksi dan obliterasi anatomik terhadap

jaringan vaskular diperkirakan tidak sepenting vaskontraksi hipoksik dalam patogenesis kor pulmonale. Kira-kira dua pertiga sampai tiga

perempat dari jaringan vaskular harus mengalami obstruksi atau rusak sebelum terjadi peningkatan tekanan arteri paru yang bermakna.

Asidosis reportorik kronik terjadi pada beberapa penyakit pernapasan dan penyakit obstruktif sebagai akibat hipoventilasi alveolar umum

atau akibat kelainan V/Q. Dalam pembahasan diatas jelas diketahui bahwa setiap penyakit paru yang mempengaruhi pertukaran gas,

mekanisme ventilasi, atau jaringan vaskular paru dapat mengakibatkan kor pulmonale(Sylvia A price, 2005:820).

Menurut Brunner & Suddarth, (2001:620) Patofisiologi dari kor pulmonal yaitu Paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang pada

saatnya akan mengenai jantung dan menyebabkan ventrikel kanan membesar dan akhirnya mengalami ke gagalan. setiap kondisi yang

mengganggu oksigen paru – paru akan menyebabkan hipoksemia(penurunan tegangan oksigen arteri)dan hiperkapnea(peningkatan

karbondioksida dalam darah) mengakibatkan insufisiensi ventilator. Hipoksia dan hiperkapnia menyebabkan vasokonstriksi arteri

pulmonal dan kemungkinan reduksi jaring-jaring vaskular paru, seperti pada emfisema atau emboli paru. Akibatnya adalah peningkatan

resistensi dalam sistem sirkulasi pulmonal, dengan akibat lanjut peningkatan tekanan darah paru(hipertensi paru). Tekanan arteri

Page 13: Askep Cor Pulmonal

pulmonal rerata 45 mmHg atau lebih mungkin terjadi pada kor pulmonal. Hipertrofi ventrikel kanan dapat terjadi dan dapat diikuti

dengan gagal ventrikel kanan.

Singkatnya, cor pulmonal terjadi akibat hipertensi paru yang menyebabkan jantung sebelah kanan membesar karena peningkatan kerja

yang dibutuhkan untuk memompa darah terhadap tahanan yang tinggi melalui sistem vaskular paru. (Brunner dan Suddarth, 2001:620).

Pembesaran ventrikel kanan pada cor pulmunal merupakan pungsi pembesaran atau kompensasi dari peningkatan dalam apterload. jika

resistensi vaskuler paru- paru meningkat dan tetap meningkat seperti pada penyakit vaskuler atau parenkrim paru-paru, meningkatkan

curah jantung dan pengerahan tenaga fisis dalam meningkatkan tekanan arteri pulmonalis secara bermakna. afterload ventrikel kanan

secara kronis meningkat jika volome paru-paru membesar seperti pada penyakit COPD yang dikarenakan adanya pemanjangan pembuluh

paru-paru dan kompresi kapiler alviolar. Penyakit paru-paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang pada suatu waktu akan

mempengaruhi jantung, menyebabkan perbesaran ventrikel kanan, dan sering kali berakhir dengan gagal jantung. beberapa kondisi yang

menyebabkan penurunan oksigenasi paru-paru, dapat mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnia dan insufisiensi ventilasi. hipoksia dan

hiperkapnia akan menyebabkan vasokontriksi arteri pulmonal dan memungkinkan penurunan vaskularisasi paru-paru seperti pada

emfisema dan emboli paru-paru. (Somantri Irman. 2008)

Page 14: Askep Cor Pulmonal

2.1.4. WOC

    

                Mk:Bersihan jln napas

Page 15: Askep Cor Pulmonal

                Tidak efektif

Sakit kepala

Efusi pleura

Asites

Mur-mur jantung

Mk: Nyeri (akut)

    Sakit kepala

kelemahan

Frek jantung abnormal

Mk:Intoleransi

Aktivitas

                

Page 16: Askep Cor Pulmonal

2.1.5. MANIFESTASI KLINIS

Diagnosis Kor Pulmonal terutama berdasarkan pada dua kriteria: (1) Adanya penyakit pernapasan yang disertai hipertensi pulmonal dan

(2) bukti adanya hipertrofi ventrikel kanan. Adanya hipoksemia yang menetap, hiperkapnia, dan asidosis atau pembesaran ventrikel kanan

pada radiogram menunjukan kemungkinan penyakit paru yang mendasarinya. Adanya emfisema cenderung mengaburkan gambaran

diagnosis kor pulmonale. Dipsnea yang memburuk dengan mendadak atau kelelahan, pingsan pada waktu bekerja, atau rasa tidak enak

angina pada substernal mengisyaratkan keterlibatan jantung. Tanda-tanda fisik hipertensi pulmonal berupa kuat angkat sistolik pada area

parasternal, mengerasnya bunyi pulmonik kedua, dan bising akibat insufisiensi katup trikuspidalis dan pulmonalis. Irama gallop (suara

jantung S3 dan S4), distensi vena jugularis dengan gelombang A yang menonjol, hepatomegali, dan edema perifer dapat terlihat pada

pasien dengan gagal ventrikel kanan. (Sylvia A. Price, 2005:821)

Gejala klinis yang muncul pada pasien dengan penyakit cor pulmonal:

a. Sesuai dengan penyakit yang melatarbelakangi, contohnya COPD akan menimbulkan gejala napas pendek dan batuk.

b. Gagal ventikel kanan:edema, distensi vena leher, organ hati teraba, efusi, pleura, ascites, dan murmur jantung.

c. Sakit kepala, bingung dan somnolen terjadi akibat dari peningkatan PCO2. (Somantri Irman, 2008)

Gejala-gejala kor pulmonal biasanya berhubungan dengan penyakit paru yang mendasar, seperti PPOM. Napas pendek dan batuk adalah

tanda-tanda penting pada PPOM. Dengan gagalnya ventrikel kanan, pasien mengalami edema tungkai dan kaki, distensi vena leher, hepar

yang membesar dan teraba, efusi pleura, asites dan murmur jantung. Sakit kepala, kelam pikir dan somnolen dapat terjadi sebagai akibat

peningkatan kadar karbondioksida. (Brunner & Suddarth. Medikal bedah)

Page 17: Askep Cor Pulmonal

2.1.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada Fhoto totaks, tampak kelainan paru disertai pembesaran ventrikel kanan, dilatasi arteri pulmonal, dan atrium kanan yang menonjol.

Kardiomegali sering tertutup oleh hiperinflasi paru yang menekan diafragma sehingga jantung tampaknya normal. Pembesaran ventrikel

kanan lebih jelas pada posisi oblik atau lateral. Harus di teliti adanya kelainan parenkim paru, pleura atau dinding atau rongga toraks.

Pada EKG terdapat tanda-tanda hipertrofi ventrikel kanan dan pembesaran atrium kanan, P pulmonal, aksis QRS ke kanan, atau right

bundle branch block(RBBB), voltase rendah karena hiperinflasi, RS-T sagging 11, 111, aVF, tetapi kadang-kadang EKG masih normal.

Gelombang S yang dalam pada V6. EKG sering menyerupai infark miokard yaitu adanya gelombang Q pada 11, 111, aVF namun jarang

dalam dan lebar seperti pada infark miokard inferior(Arief Mansjoer, 1999:453).

Sering ditemukan kelainan tes faal paru (spirometri) dan analisis gas darah. Ada respons polisetimik terhadap hipoksia kronik. Tes faal

paru dapat menentukan penyebab dasar kelainan paru. Pada analisis gas darah bisa ditemukan saturasi 02 menurun, PCO2 biasanya

normal. Bila kor pulmonal disebabkan penyakit vaskular paru, PCO2 biasanya normal. Bila kor pulmonal akibat hipoventilasi

alveolar(misalnya karena penyakit PPOM dengan emfisema), PCO2 meningkat.

Pada ekokardiografi, dimensi ruang ventrikel kanan membesar, tapi struktur dan dimensi ventrikel kiri normal. Pada gambaran

ekokardiografi katup pulmonal, gelombang ”a” hilang, menunjukan hipertensi pulmonal. Kadang-kadang dengan pemeriksaan

ekokardiografi sulit terlihat katup pulmonal karena accoustic window sempit akibat penyakit paru.

Pada katerisasi jantung ditemukan peningkatan tekanan jantung kanan dan tahanan pembuluh paru. Tekanan atrium kiri dan tekanan

Page 18: Askep Cor Pulmonal

baji kapiler paru normal, menandakan bahw ahipertensi pulmonal berasal dari prakapiler dan bukan berasal dari jantung kiri(Arief

Mansjoer, 1999:454).

Menurut somantri irman, (2008) pemeriksaan penunjangnya adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Radiologi

Batang pulmonal dan hilus membesar. Peluasan hilus dapat dihitung dari perbandingan jarak antara permulaan percabangan pertama

arteri pulmonalis utama kanan dan kiri dibagi dengan diameter transversal toraks. Perbandingan >0, 36 menunjukkan hipertensi

pulmonal.

b. Pemeriksaan EKG

c. Ekokardiografi

Ekokardiografi memungkinkan pengukuran ketebalan dinding vartikel kanan. Meskipun perubahan volume tidak dapat diukur, tekhnuk

ini dapat memperlihatkan pembesaran kavitas ventrikel kanan dalam hubungannya dengan pembesaran ventrikel kiri.

d. Magnetik resonance imaging (MRI)

Berguna untuk mengukur maasa ventrikel kanan, ketebalan dinding, volume kavitas dan jumlah darah yang dipompa.

e. biopsi paru-paru

Dapat berguna untuk menunjukkan vaskulitis pada beberapa tipe penyakit vaskuler paru-paru seperti penyakit vaskuler kologen, artritis

rematoid, dan granulomatosis waneger.

Page 19: Askep Cor Pulmonal

2.1.7. DIAGNOSIS BANDING

Hipertensi vena pulmonal, yang biasa di derita pasien stenosis katup mitral dan perikarditis konstriktif, dapat dibedakan dengan tes fungsi

paru dan analisis gas darah.

    

2.1.8. PENATALAKSANAAN

Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah untuk meningkatkan ventilasi pasien dan mengobati penyakit yang melatarbelakangi beserta

manisfestasi dari gagal jantungnya.

Penatalaksanaan medis secara umum:

1. pada pasien dengan penyakit asal COPD, pemberian O2 sangat dianjurkan untuk memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan

tekanan arteri pulmonal serta tahanan vaskuler pulmonal.

2. higienis bronkial, diberikan obat golongan bronkodilator.

3. jika terdapat gejala gagal jantung, perbaiki kondisi hipoksemia dan hiperkapnia.

4. bedrest, diet rendah sodium, pemberian diuretik.

5. digitalis, bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan denyut jantung, selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan.

(somantri irman, 2008)

Sedangkan menurut Arief Mansjoer(1999:454) penatalaksanaannya pada dasarnya adaalah mengobati penyakit dasarnya. Pengobatan

terdiri dari:

Page 20: Askep Cor Pulmonal

1. Tirah baring, diet rendah garam, dan medikamentosa berupa diuretik, digitalis, terapi oksigen, dan pemberian terapi koagulan. Digitalis

diberikan terutama bila terdapat gagal jantung kanan, tetapi yang paling penting adalah mengobati penyakit paru yang mendasarinya.

Terapi oksigen sangat penting, bahkan kadang-kadang perlu ventilator mekanik bila terjadi retensi CO2 yang berbahaya(gagal napas).

Pada kasus eksaserbasi akut insufisiensi paru, sering pasien perlu dirawat intensif untuk aspirasi sekret bronkus, pengobatan infeksi paru,

bronkodilator, kortikosteroid, keseimbangan cairan, dan pengawasan penggunaan sedatif. Kadang-kadang diperlukan trakeostomi untuk

embantu aspirasi sekret dan mengurangi ruang mati. Antikoagulan dapat mencegah trombosis yang memperberat penyakit paru obstruksi

kronik.

2. Preventif, yaitu berhenti merokok, olahraga bertahap dan teratur, serta senam pernapasan sangat bermanfaat walaupun harus dalam

jangka panjang.

penyuluhan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Pasien dengan PPOM disarankan untuk menghindari benda-benda yang

mengiritasi jalan nafas jika diberikan oksigen secara kontinu, pasien dan keluarga diajarkan tentang cara penggunaannya, yang paling

penting adalah pasien didorong untuk berhenti merokok. Konseling nutrisi diperlukan jika pasien dalam diet rendah garam atau

menggunakan diuretik. Keluerga dikonsulkan bahwa kegelisahan depresi, iritabilitas, atau prilaku atipikal dapat dihadapi dengan

hipoksemia atau hiperkapnia dan harus berpulang dengan sejalan perbaikan mulai gas darah arteri.

2.1.9. PENGOBATAN

Pengobatan kor pulmonal ditujukan untuk memperbaiki hipoksia alveolar(dan vasokonstriksi paru yang diakibatkanya) dengan

Page 21: Askep Cor Pulmonal

pemberian oksigen konsentrasi rendah dengan hati-hati. Pemakaian O2 yang terus menerus dapat menurunkan hipertensi pulmonal,

polisitemia, dan takipnea ; memperbaiki keadaan umum, dan mengurangi mortalitas. Bronkodilator dan antibiotik membantu meredakan

obstruksi aliran udara pada pasien-pasien COPD. Pembatasan cairan yang masuk dan diuretik mengurangi tanda-tanda yang timbul

akibat gagal ventrikel kanan. Terapi antikoagulan jangka panjang diperlukan jika terdapat PE berulang(brunner & suddarth, 2001).

2.1.10. KOMPLIKASI

Hipoksia

Peripheral edema

Hepatik / asites

Sinkop

Kematian

2.2. Konsep Dasar ASKEP

Page 22: Askep Cor Pulmonal

2.2.1.     Pengkajian Teoritis Lengkap

1. Identitas Klien

Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang meliputi : Nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat,

agama dan tanggal pengkajian.

2. Keluhan Utama

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah batuk, dada sebelah kanan terasa sakit, batuk, sakit kepala,

somnolen.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)

Penderita cor pulmonal menampakkan gejala nyeri dada, batuk , dan disertai dengan demam yang tinggi.

4. Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD)

Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien perna menderita penyakit sebelumnya

seperti :hipertensi, alergi terhadap makanan(udang), kolekstrol.

5. Riwayat kesehatan Keluarga (RKK)

Riwayat adanya penyakit cor pulmonal pada anggota keluarga yang lain seperti: penyakit jantung.

6. Data Dasar Pengkajian Pasien

1. Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan.

Page 23: Askep Cor Pulmonal

Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

2. Sirkulasi

Gejala : riwayat adanya

Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat.

3. Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah.

4. Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia

(malnutrisi).

5. Neurosensori

Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)

Tanda : perusakan mental (bingung)

6. Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.

Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)

7. Pernafasan

Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.

Tanda :

Page 24: Askep Cor Pulmonal

sputum: merah muda, berkarat

perpusi: pekak datar area yang konsolidasi

premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi

Bunyi nafas menurun

Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku

8. Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.

Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar

9. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari

Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah.

10. Pemeriksaan Penunjang :

a. Pemeriksaan Radiologi

batang pulmonal dan hilus membesar. Peluasan hilus dapat dihitung dari perbandingan jarak antara permulaan percabangan pertama

arteri pulmonalis utama kanan dan kiri dibagi dengan diameter transversal toraks. Perbandingan >0, 36 menunjukkan hipertensi

pulmonal.

Page 25: Askep Cor Pulmonal

b. Pemeriksaan EKG

c. Ekokardiografi

ekokardiografi memungkinkan pengukuran ketebalan dinding vartikel kanan. Meskipun perubahan volume tidak dapat diukur, tekhnuk

ini dapat memperlihatkan pembesaran kavitas ventrikel kanan dalam hubungannya dengan pembesaran ventrikel kiri.

d. magnetik resonance imaging (MRI)

berguna untuk mengukur maasa ventrikel kanan, ketebalan dinding, volume kavitas dan jumlah darah yang dipompa.

e. biopsi paru-paru

dapat berguna untuk menunjukkan vaskulitis pada beberapa tipe penyakit vaskuler paru-paru seperti penyakit vaskuler kologen, artritis

rematoid, dan granulomatosis waneger.

11. Penatalaksanaan Pengobatan

pada pasien dengan penyakit asal COPD, pemberian O2 sangat dianjurkan untuk memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan tekanan

arteri pulmonal serta tahanan vaskuler pulmonal.

higienis bronkial, diberikan obat golongan bronkodilator.

jika terdapat gejala gagal jantung, perbaiki kondisi hipoksemia dan hiperkapnia.

bedrest, diet rendah sodium, pemberian diuretik.

digitalis, bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan denyut jantung, selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan.

Page 26: Askep Cor Pulmonal

(somantri irman, 2008)

ANALISA DATA

Nama klien     :Tn . A

Ruang Rawat    ; Mawar

Diagnosa medik    :Cor pulmonal

2.2.2. Kemungkinan Diagnosa keperawatan yang muncul

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b. d peningkatan produksi sputum, penurunan energy kelemahan

2. Nyeri, sakit kepala b. d peningkatan vaskuler serebral

3. Intoleransi aktivitas b. d kontraksi ventrikel.

2.2.3 NCP (Nursing Care Planing)

Nama klien     :Tn . M

Ruang Rawat    ; seruni

Diagnosa medik    :Cor pulmonal

Page 27: Askep Cor Pulmonal

NO

Diagnosa keperawatan

Tujuan

Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

1.

Bersihan Jalan napas tidak efektif b. d peningkatan produksi sputum, penurunan energy, kelemahan

Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama diharapkan pasien menunjukan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada

dipsnea, sianosis.

Setelah dilakukan pemeriksaan selama 3x24 , diharapkan Batuk efektif, nafas tidak lagi pendek, tidak ada bunyi nafas mengi,

- TTV dalam batas normal :

TD: 120/80 mmHg

ND: 60-100 x/i

RR: 16 -24 x/i

S :37 oC

-tidak ada sekresi mucus kental, klien rileks tidak mengantuk(ceria)

Page 28: Askep Cor Pulmonal

Mandiri:

kaji respon pasien terhadap aktivitas perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 x/i, di atas frekuensi istirahat, Dispnea /Nyeri dada.

Instuksikan pasien tentang tekhnik penghematan energi, misalnya melakukan aktivitas kelelahan.

Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/keperawatan diri bertahap jika dapat di toleransi . Berikan bantuan sesuai dengan

kebutuhan.

Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologis terhadap stres aktivitas dan bila tidak ada merupakan indikator dari

kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas .

Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. .

Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba – tiba memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan

mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas

Page 29: Askep Cor Pulmonal

2

Nyeri, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

Setelah dilakukan intervensi kepeawatan diharapkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang/terkontrol, .

Setelah dilakukan pemeriksaan selama 3x24 jam diharapkan tidak ada lagi nyeri berdenyut yang terletak pada region suboksipital, bisa

menggerakan kepalanya, tidak lagi menghidari sinar terang dan keributan, leher tidak lagi kaku, tidak lagi pusing, penglihatan normal,

tidak ada mual, muntah.

- TTV :TD: 120/80 mmHg

ND: 60-100 x/i

RR: 16 -24 x/i

S :37 oC

Mandiri:

mempertahankan tirah baring selama fase akut.

berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, mis. . kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang,

redupkan lampu kamar, teknik relaksasi(panduan imajinasi, distraksi)dan aktivitas waktu senggang.

Page 30: Askep Cor Pulmonal

Hilangkan aktivitas vasokoontriksi yang dapat meningkattkan sakit kepala, , mis, mengejan saat, batuk panjang, membungkuk.

Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan

Kolaborasi:

berikan sesuai indikasi:analgesik.

Antiansietas, mis. . lorazepam(Ativan), diazevam(Valium).

minimalkan stimulasi/meningkatkan telaksasi

Tindakan yang menurunkan tekanan

Page 31: Askep Cor Pulmonal

Vascular serebral dan yang Pemperlambat/ memblok respons Simpatis efektif dalam menghilangkan Sakit kepala dan komplikasinya.  

Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskuler serebrra

Pusing dan penglihatan kabur sering berfhubungan dengan sakit kepala.

Menurunkan nyeri dan menurunkan rangsang sistem syaraf simpatis

dapat mengurangi tegangan dan Ketidaknyamanan yang diperbesar oleh Stress.

3

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kontraksi ventrikel

Setelah dillakukan interv ensi keperawatan diharapkan aktivitas dapat kembali norma, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas

yang dapat di ukur, tidak ada lagi penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.

Setelah dilakukan pemeriksaan selama 3x24 jam diharapkan klien klien tidak lagi keletihan atau kelemahan(rileks), TTV dalam batas

normal: TD :120/80 mmHg, ND:60-100x/I, RR:16-20x/I,

Tidak ada lagi dipsnea, tidak ada lagi iskemia, tidak ada lagi disritmia.

Mandiri:

Kaji respon pasien terfhadap aktiivitass, perrhatikan adanya dan perubahan dalam kelujhan keleemahan, keletihan, dan dipsnea

berrkenaan dengan ak tivitas

Page 32: Askep Cor Pulmonal

Pantau prekuensi atau irama jantuung. TD, ddan prekuuensi pernafassan sebelun atau setelah aktivitas dan selama diperflukan.

Berikan oksigen dan suplemen.

Penurunan pengisian dan curah jantung dapat menyebabkan pengumpulan cairan dalam kantung perikardial bila ada verikarditis.

Membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. penurunan TD, takikardial, disritnia dan takipnea adalah inddikatip

dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.

Peningkatan perseddiaan oksigen untuk mengimbangi peningkatan konsumsi oksisgen yang terjadi dengan aktivitas

    

Page 33: Askep Cor Pulmonal

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian

1. Data Biografi

Identitas Klien:

Nama                : Tn. M    No Register:

Umur                : 50 tahun

Suku/bangsa            : Indonesia

Status perkawinan        : Kawin

Agama                : Islam

Pendidikan            : SMA

Pekerjaan            : Petani

Alamat                : Jl. Basuki Rahmat

Page 34: Askep Cor Pulmonal

Tanggal masuk RS        : 20 mei 2010

Tanggal pengkajian        : 23 mei 2010

Catatan kedatangan        : Kursi roda (), Ambulans (√), Brankar (√)

Keluarga terdekat yang dapat di hubungi:

Nama/Umur            : Tn. B/ 60            No Telpon: 39172

Pendidikan            : SMA

Alamat                : Jl. sukabumi

Sumber informasi        : pasien, keluarga dan perawat lain-lain

2. Riwayat Kesehatan/ Keperawatan

1) Keluhan utama/ alasan masuk RS: sesak, nyeri dada, batuk, lemas.

2) Riwayat kesehatan sekarang:

Faktor pencetus: aktivitas yang berat .

Sifat keluhan; klien mengatakan sesak napas timbulnya mendadak dan terus bertambah dengan aktivitas

Lokasi dan sifatnya: menetap

Berat ringannya keluhan: bertambah sejak 1 hari sebelum masuk RS

Lamanya keluhan: 2 jam sebelum masuk RS

Page 35: Askep Cor Pulmonal

Upaya yang telah dilakukan unruk mengatasi: istirahat, minum air hangat, minum obat.

Keluhan saat pengkajian: klien mengatakan kesulitan bernapas, nyeri dada, dan masih lemas.

Diagnose medik:     

cor pulmonal

            Tanggal : 20 Mei 2010

3) Riwayat kesehatan dahulu:

Penyakit yang pernah dialami:

Hipertensi, kolesterol.

Alergi: Makanan (Udang)

Obat-obatan

(Resep/obat bebas)

Dosis

Dosis Terakhir

Frekuensi

Page 36: Askep Cor Pulmonal
Page 37: Askep Cor Pulmonal

4) Riwayat kesehatan keluarga: Penyakit jantung.

3. Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Persepsi terhadap penyakit:

-Pasien mengatakan dia tidak tahu dengan penyakitnya sekarang.

-Pasien mengatakan penyakit yang di rasakan karena guna – guna .

Pengguanaan : Nipa

Tembakau: Ada

Alcohol: Tidak

Alergi: Makanan (udang)

2) Pola nutrisi dan metabolisme

Diet/ suplemen khusus : tidak.

intruksi diet sebelumnya : tidak ada.

nafsu makan normal :klien mampu menghabiskan 1 piring makanan dalam sehari.

penurunan sensasi kecap, mual-mual, muntah, stomatitis : penurunan sensasi kecap, mual, ada.

Fluktasi BB 6 bulan terakhir : Turun dari 63 menjadi 59 kg

kesulitan menelan (disfagia) : Ya

Page 38: Askep Cor Pulmonal

gigi : tidak lengkap, mengalami abdormal

riwayat masalah kulit : tidak

jumlah minum/24 jam : 7000ml/24jam

frekuensi makan : 1xsehari

jenis makanan : nasi putih, sayur, ikan.

pantangan/ alergi : udang

3) Pola eliminasi

Buang air besar (BAB) :

    Frekuensi    : 1 x sehari            Waktu        : Pagi

    Warna        : kuning            Konsistensi    : normal

    Kesulitan    : Incontinensia.

Buang air kecil (BAK) :

    Frekuensi    : 4 x sehari            Warna        : kuning jernih

    Kesulitan    : Nokturia

Alat bantu        : -

4) Pola aktifitas dan latihan

Kemampua perawatan diri :

Page 39: Askep Cor Pulmonal

0 = Mandiri                    3 = Dibantu orang lain dan peralatan

1 = Dengan alat bantu            4 = ketergantungan/ tidak mampu

2 = Dibantu oaring lain

Kegiatan/aktivitas

0

1

2

3

4

Makan/minum

Mandi

Page 40: Askep Cor Pulmonal

Berpakaian/berdandan

Toileting

Mobilitas ditempat tidur

Page 41: Askep Cor Pulmonal

Berpindah

Berjalan

Page 42: Askep Cor Pulmonal

Menaiki tangga

Berbelanja

Memasak

Page 43: Askep Cor Pulmonal

Pemeliharaan rumah

Alat bantu     : pispot dan kursi roda

Kekuatan otot :

555

555

555

555

Kemampuan ROM : adanya keterbatasan rentang gerak

Keluhan saat beraktivitas : dada terasa sakit, dan pusing(sakit kepala).

5) Pola istirahat dan tidur

Lama tidur : 8 jam/malam

Page 44: Askep Cor Pulmonal

Waktu: 21. 00 WIB

Kebiasaan menjelang tidur : Merokok sambil nonton televisi.

Masalah tidur : Mimpi buruk.

6) Pola kognitif dan persepsi

Status mental: sadar dan orientasi baik.

Bicara : Normal (√), tak jelas (), gagap (), aphasia ekspreif ()

Kemampuan komunikasi: Ya (√), Tidak ()

Kemampuan memahami: Ya (√), Tidak ()

Tingkat ansietas : Ringan (), sedang (), berat (), panic()

Pendengaran : DBN (√), tuli () kanan/kiri, tinnitus (), alat bantu dengar ()

Penglihatan : DBN

Vertigo : YA

Ketidaknyamanan/ nyeri: akut.

Penatalaksaan nyeri: Pemberian oksigen untuk pertukaran gas.

7) Persepsi diri dan konsep diri

Perasaan klien tentang masalah ini : klien mengatakan bahwa dadanya terasa sesak dan nyeri

8)  Pola peran hubungan

Page 45: Askep Cor Pulmonal

pekerjaan :petani

Sistem pendukung : pasangan(-), tetangga/teman(√), tidak ada (-), keluarga serumah (√), keluarga tinggal berjauhan (-).

Masalah keluarga berkenaan dengan keperawatan di RS: -

kegiatan sosial : saat sakit klien masih tidak bisa beraktivitas.

9) Pola seksual dan reproduksi

Tanggal mentruasi akhir (TMA) : -

Masalah mentruasi : -

10) Pola koping dan toleransi

Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (financial, perawatan diri) :

Kehilanagn / perubahan besar di masa lalu : Kehilangan orang yang kita cintai

Hal yang di lakukan saat ada masalah (sumber koping) : ibadah dan merenung

Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : tidak ada

keadaan emosi dalam sehari hari : tegang

11) Keyakinan dan kepercayaan : Islam

Pengaruh agama dalam kehidupan : semua masalah di kembalikan keteraturan agama

Page 46: Askep Cor Pulmonal

4. Pemeriksaan Fisik

1).     keadaan umum :

penampilan umum : Klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dank lien tampak gelisah.

kesadaran : compos mentis    

BB: 59 Kg

TB: 160cm

2).     Tanda tanda vital :

TD: 150/90 mmHg

ND: 120 x/menit

RR: 32 x/menit

S :38 oC

3).     Kulit

warna kulit : sianosis

kelembapan: ada

Turgor kulit: buruk

Ada atau tidaknya edema: tidak ada

4).     Kepala/rambut

Page 47: Askep Cor Pulmonal

inspeksi:

Palpasi:

5).     Mata

Fungsi penglihatan     : normal palpebra     : terbuka

Ukuran pupil     :     isokor/ an isokor    

Konjungtiva    : normal sclera : kuning

Lensa/ iris        : normal

Oedema palpebra     : tidak ada

6). Telinga

Fungsi pendengaran : normal     fungsi keseimbangan

Kebersihan      : baik     secret tidak ada

Daun telinga      : simetris mastoid normal

7). Hidung dan sinus

Inspeksi        : Simetris, pernafasan dengan cuping hidung dan menandakan adanya kesulitan dalam bernafas

Fungsi penciuman     : normal

Pembekakan         : tidak     pendarahan : tidak

Page 48: Askep Cor Pulmonal

Kebersihan         : baik     secret     : tidak

8). Mulut dan tenggorokan

Membrane mukosa     : kebersihan mulut

Keadaan gigi     :

Tanda radang (bibir, gusi, lidah) :

Trismus     :

Kesulitan menelan :

9). Leher

Trakea (simetris/ tidak)    :

karotid bruit         :

JVP            :

Kelenjar limfe         :

Kelenjar tiroid         :

Kaku kuduk         :

10). Thorak/ paru

Inspeksi         : -

Palpasi         : adanya gerakan otot bantu pernapasan

Page 49: Askep Cor Pulmonal

Perkusi         : suara paru redup

Auskultasi     : suara paru kiri terdengar ronchi

11). Jantung

Inspeksi         : ictus cordis

Palpasi         : denyut jantung cepat

Perkusi         : -

Auskultasi         : tidak teratur

12). Abdomen

Inspeksi         :

Auskultasi         : adanya bising usus

Perkusi         :

Palpasi         :

13).Genetalia         :

14).Rectal         :

15).Ekstremitas

Page 50: Askep Cor Pulmonal

Ektremitas atas         :

Ekstremitas bawah     :

ROM : nilainya dapat menggerakan anggota

Kekuatan otot : lemah

16).Vaskuler perifer

Capillary Refille     :

Clubbing         :

Perubahan warna (kuku, kulit, bibir) : kulit kering,

17).Neurologis     

Kesadaran (GCS)     : delirium

Status mental         :

Motorik (kejang, tremor, parese dan paralisis) :

Sensorik             :

Tanda ransang meningeal :

Saraf cranial         :

Reflex fisiologis         :

Reflex patologis         :

Page 51: Askep Cor Pulmonal

5. Pemeriksaan Penunjang :

a. Pemeriksaan Radiologi

batang pulmonal dan hilus membesar. Peluasan hilus dapat dihitung dari perbandingan jarak antara permulaan percabangan pertama

arteri pulmonalis utama kanan dan kiri dibagi dengan diameter transversal toraks. Perbandingan >0, 36 menunjukkan hipertensi

pulmonal.

b. Pemeriksaan EKG

c. Ekokardiografi

ekokardiografi memungkinkan pengukuran ketebalan dinding vartikel kanan. Meskipun perubahan volume tidak dapat diukur, tekhnuk

ini dapat memperlihatkan pembesaran kavitas ventrikel kanan dalam hubungannya dengan pembesaran ventrikel kiri.

d. magnetik resonance imaging (MRI)

berguna untuk mengukur maasa ventrikel kanan, ketebalan dinding, volume kavitas dan jumlah darah yang dipompa.

e. biopsi paru-paru

dapat berguna untuk menunjukkan vaskulitis pada beberapa tipe penyakit vaskuler paru-paru seperti penyakit vaskuler kologen, artritis

rematoid, dan granulomatosis waneger.

6. Penatalaksanaan Pengobatan

pada pasien dengan penyakit asal COPD, pemberian O2 sangat dianjurkan untuk memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan tekanan

arteri pulmonal serta tahanan vaskuler pulmonal.

Page 52: Askep Cor Pulmonal

higienis bronkial, diberikan obat golongan bronkodilator.

jika terdapat gejala gagal jantung, perbaiki kondisi hipoksemia dan hiperkapnia.

bedrest, diet rendah sodium, pemberian diuretik.

digitalis, bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan denyut jantung, selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan.

(somantri irman, 2008)

ANALISA DATA

Nama klien     :Tn . A

Ruang Rawat    ; Mawar

Diagnosa medik    :Cor pulmonal

3.2. Kemungkinan Diagnosa keperawatan yang muncul

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b. d peningkatan produksi sputum, penurunan energy kelemahan

2. Nyeri, sakit kepala b. d peningkatan vaskuler serebral

3. Intoleransi aktivitas b. d kontraksi ventrikel.

Page 53: Askep Cor Pulmonal

3.3 NCP (Nursing Care Planing)

Nama klien     :Tn . M

Ruang Rawat    ; seruni

Diagnosa medik    :Cor pulmonal

Rencana Asuhan Keperawatan

NoDiagnosa

KeperawatanTujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi

1 Bersihan Jalan

napas tidak

efektif b. d

peningkatan

produksi sputum,

penurunan

energy,

kelemahan

Setelah di lakukan

intervensi

keperawatan selama

diharapkan pasien

menunjukan jalan

napas paten dengan

bunyi napas bersih,

tidak ada dipsnea,

sianosis.

TD : 120/80 mmHg

N : 80 x / menit

RR : 20 x / menit

S : 37oC

Anjurka

n klien menggunakan pakaian yang

longgar

Hindari

kerutan pada tempat tidur

Jaga

kebersihan kulit agar tetap bersih dan

kering

Mobilisa

si klien (ubah posisi klien)

Monitor

kulit dan observasi tanda-tanda vital

Meningk

atkan lingkungan yang sejuk dan

menghindari pakaian longgar.

Mengura

ngi tekanan atau gesekan

Mengura

ngi kerusakan kulit

Mencega

h terjadinya dekubitus dan imoilisasi

Indikator

dalam membantu menyusun intervensi

Mengole

Page 54: Askep Cor Pulmonal

NoDiagnosa

KeperawatanTujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi

Oleskan

minyak/ lotion pada daerah yang

tertekan

Monitor

warna dan temperatur kulit

Catat

adanya perubahan kulit dan membran

mukosa serta adanya tekanan atau

gesekan, monitor kulit dari kekeringan

dan kelembabanya

Memberi

kan tindakan perawatan kulit untuk

mempertahankan integritas kulit dan

meningkatkan kenyamanan pasien

Kolaborasi :

Berikan

obat sesuai indikasi, berikan antibiotik

dan obat tropical

skan minyak/lotion dapat mengurangi

tekanan.

Indikator

dalam membantu menyusun intervensi

Kulit

yang kering dapat menimbulkan

daerah dermatitis dengan gejala

kemerahan dan gatal

Kulit

merupakan barier yang penting yang

harus dipertahankan keutuhannya agar

berfungsi secara benar.

Antibioti

k untuk mencegah terjadinya infeksi

dan aman mengurangi penyebab alergi

Tropikal

untuk terapi lesi pada daerah mulut.

2 Ketidak Setelah dilakukan Mandiri :

Page 55: Askep Cor Pulmonal

NoDiagnosa

KeperawatanTujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi

seimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan intake

yang kurang,

ketidak mampuan

menelan makanan

intervensi

keperawatan selama 3

x 24 jam diharapkan

masalah nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

dapat teratasi

dapat teratasi

normal

Timbang

BB tiap hari

Ukur

masukan diet harian dengan jumlah

kalori

Bantu

dan motivasi pasien makan atau

biarkan orang terdekat membantu

pasien, identifikasi makanan yang

disukai

Berikan

makanan sedikit tapi sering dalam

porsi kecil

Berikan

makanan halus

Berikan

perawatan mulut sering sebelum

makan

Mengkaj

i pemasukan yang adekuat.

Memberi

kan informasi tentang kebutuhan/

pemasukan klien

Makan

akan lebih baik bila keluarga terlibat

dan makanan yang disukai dalam

pemenuhan nutrisi pasien

Dengan

makanan sedikit dalam porsi kecil dan

sering dapat meningkatkan pemasukan

makanan secara perlahan-lahan

Memuda

hkan pemasukan makanan yang

dikarenakan nyeri dan stomatitis

Pasien

yang mengalami stomatitis dan rasa

tak enak dimulut dimana menambah

anoreksia.

Page 56: Askep Cor Pulmonal

NoDiagnosa

KeperawatanTujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi

Kolaborasi :

Pemberi

an infus sesuai dengan indikasi.

Pengatur

an keseimbangan cairan dan elektrolit

dan nutrisi penting karena pasien

sukar/tidak dapat menelan karena lesi

di mulut dan tenggorokan serta

kesadaran dapat menurun, untuk itu

dapat diberikan infus glukosa 5% dan

larutan parrow.

Page 57: Askep Cor Pulmonal

NODiagnosa keperawatanTujuanKriteria HasilIntervensiRasional1.Bersihan Jalan napas tidak efektif b. d peningkatan produksi sputum, penurunan energy, kelemahanSetelah di lakukan intervensi keperawatan selama diharapkan pasien menunjukan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada dipsnea, sianosis. Setelah dilakukan pemeriksaan selama 3x24 , diharapkan Batuk efektif, nafas tidak lagi pendek, tidak ada bunyi nafas mengi, - TTV dalam batas normal :TD: 120/80 mmHgND: 60-100 x/iRR: 16 -24 x/iS :37 oC-tidak ada sekresi mucus kental, klien rileks tidak mengantuk(ceria)

Mandiri:kaji respon pasien terhadap aktivitas perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 x/i, di atas frekuensi istirahat, Dispnea /Nyeri dada.

Instuksikan pasien tentang tekhnik penghematan energi, misalnya melakukan aktivitas kelelahan.

Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/keperawatan diri bertahap jika dapat di toleransi . Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan.

Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologis terhadap stres aktivitas dan bila tidak ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas . Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. . Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba – tiba memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas

2Nyeri, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral Setelah dilakukan intervensi kepeawatan diharapkan nyeri atau ketidaknyamanan

Page 58: Askep Cor Pulmonal

hilang/terkontrol, . Setelah dilakukan pemeriksaan selama 3x24 jam diharapkan tidak ada lagi nyeri berdenyut yang terletak pada region suboksipital, bisa menggerakan kepalanya, tidak lagi menghidari sinar terang dan keributan, leher tidak lagi kaku, tidak lagi pusing, penglihatan normal, tidak ada mual, muntah. - TTV :TD: 120/80 mmHgND: 60-100 x/iRR: 16 -24 x/iS :37 oC

Mandiri:mempertahankan tirah baring selama fase akut. berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, mis. . kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi(panduan imajinasi, distraksi)dan aktivitas waktu senggang. Hilangkan aktivitas vasokoontriksi yang dapat meningkattkan sakit kepala, , mis, mengejan saat, batuk panjang, membungkuk. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan

Kolaborasi:berikan sesuai indikasi:analgesik. Antiansietas, mis. . lorazepam(Ativan), diazevam(Valium).

minimalkan stimulasi/meningkatkan telaksasi Tindakan yang menurunkan tekanan

Vascular serebral dan yang Pemperlambat/ memblok respons Simpatis efektif dalam menghilangkan Sakit kepala dan komplikasinya.  Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskuler serebrra

Pusing dan penglihatan kabur sering berfhubungan dengan sakit kepala. Menurunkan nyeri dan menurunkan rangsang sistem syaraf simpatisdapat mengurangi tegangan dan Ketidaknyamanan yang diperbesar oleh Stress. 3Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kontraksi ventrikelSetelah dillakukan interv ensi keperawatan diharapkan aktivitas dapat kembali norma, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat di ukur, tidak ada lagi

Page 59: Askep Cor Pulmonal

penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi. Setelah dilakukan pemeriksaan selama 3x24 jam diharapkan klien klien tidak lagi keletihan atau kelemahan(rileks), TTV dalam batas normal: TD :120/80 mmHg, ND:60-100x/I, RR:16-20x/I, Tidak ada lagi dipsnea, tidak ada lagi iskemia, tidak ada lagi disritmia. Mandiri:Kaji respon pasien terfhadap aktiivitass, perrhatikan adanya dan perubahan dalam kelujhan keleemahan, keletihan, dan dipsnea berrkenaan dengan ak tivitas

Pantau prekuensi atau irama jantuung. TD, ddan prekuuensi pernafassan sebelun atau setelah aktivitas dan selama diperflukan.

Berikan oksigen dan suplemen.

Penurunan pengisian dan curah jantung dapat menyebabkan pengumpulan cairan dalam kantung perikardial bila ada verikarditis.

Membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. penurunan TD, takikardial, disritnia dan takipnea adalah inddikatip dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.Peningkatan perseddiaan oksigen untuk mengimbangi peningkatan konsumsi oksisgen yang terjadi dengan aktivitas

3. 4 implementasi dan evaluasi SOAPNoHari/tglDx kepImplementasiEvaluasi1. Rabu, 26 mei 2010Bersihan Jalan napas tidak efektif b. d peningkatan produksi sputum, penurunan energi, kelmahan. Pukul 08. 00 wibMandiri:kaji respon pasien terhadap aktivitas perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 x/i, di atas frekuensi istirahat, Dispnea /Nyeri dada. Instuksikan pasien tentang tekhnik penghematan energi, misalnya melakukan aktivitas kelelahan. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/keperawatan diri bertahap jika dapat di toleransi . Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan. Pukul 10. 00 wibS =

Page 60: Askep Cor Pulmonal

Klien mengatakan tidak batuk – batuk dan napas normal. Kien mengatakan dada tidak sakit. Dan tidak nyeri lagi. \O : Klien tampak tidak lagi menahan rasa sakit /nyeri pada dada. Klien tidak kesulitan bernapas. Tidak ada pucatTanda tanda vital dalam batas normalTD: 120/80 mmHgND: 90x/menitRR: 20x/menitS :37 oCA=Masalah teratasiTidak ada lagi batuk, napas normal, nyeri dada tidak ada lagi, dan TTV dalam batas normal. P=Intervensi di hentikan.

2Kamis, 27 mei 2010Nyeri(Akut), sakit kepala b. d peningkatan tekanan vaskular serebral. Pukul 12. 00 wibMandiri:mempertahankan tirah baring selama fase akut. memberikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, mis. . kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas waktu senggang. menghilangkan aktivitas vasokoontriksi yang dapat meningkattkan sakit kepala, , mis, mengejan saat , batuk panjang, membungkuk. Membantu pasieen dalam ambulasi sesuai kebutuhan Kolaborasi:Memberikan sesuai indikasi:analgesik. Antiansietas, mis. . lorazepam (Ativan), diazevam (Valium).

Pukul 16. 00 wibS: klien mengatakan tidak ada nyeri lagi kepalanyaklien mengatakan sudah merasa nyamanklien mengatakan tidak lagi sakit kepalaklien mengatakan tidak ada lagi batuk O:klien tampak rileksklien tampak tegapklien tampak nyaman dan tidak merintih lagi. klien tidak lagi menangisTTV dalam batas normal

Page 61: Askep Cor Pulmonal

TD: 120/80mmHgRR:22x/iND:90x/iS: 37CA= Masalah teratasiTidak ada lagi sakit dan nyeri kepala, tidak ada batuk, klien rileks, TTV dalam batas normal. P=Intervensi di hentikan3Jumat, 28 mei 2010Intoleransi aktivitas b. d kontraksi ventrikelPukul 09. 00 wib Mandiri:Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan adanya dan perubahan dalam keluhan kelemahan, keletihan, dan dipsnea berkenaan dengan aktivitasmemantau prekuensi atau irama jantung. TD, dan frekuensi pernafasan sebelum atau setelah aktivitas dan selama diperlukan. memberikan oksigen dan suplemen.

Pukul 13. 00 wibS:Klien mengatakan tidak lemah lagiKlien mengatakan tidak ada keletihanKlien mengatakan sudah nyaman saat bergerakO: Klien tampak rileksFrekuensi jantung normalTidak ada DipsneaPemeriksaan EKG mencerminkan tidak lagi iskemia; disritmia. A: Masalah teratasiKlien rileks, tidak ada iskemia; disritmia, klien nyaman, dan frekuensi jantung normal. P=intervensi di hentikan.

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanKor Pulmonal merupakan suatu keadaan timbulnya hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan tanpa atau dengan gagal jantung kanan; timbul akibat penyakit yang menyerang struktur atau fungsi paru atau pembuluh darahnya. Penyakit-penyakit yang menyebabkan kor pulmonal adalah penyakit yang secara primer

Page 62: Askep Cor Pulmonal

menyerang pembuluh darah paru, seperti PE berulang dan penyakit yang mengganggu aliran darah paru akibat penyakit pernapasan obstruktif atau restriktif. COPD terutama jenis bronchitis, merupakan penyebab tersering kor pulmonal. Penyakit-penyakit pernapasan restriktif yang menyebabkan kor pulmonal dapat berupa penyakit-penyakit intrinsic seperti fibrosis paru difus, dan kelainan ekstrinsik, seperti obesitas yang ekstrim, kifoskoliosis, atau gangguan neuromuscular berat yang melibatkan otot-otot pernapasan. Akhirnya, penyakit vascular paru yang mengakibatkan obstruksi terhadap aliran darah dan kor pulmonal cukup jarang terjadi dan biasanya merupakan akibat dari PE berulang. (Sylvia A. price, 2005:820)Diagnosis Kor Pulmonal terutama berdasarkan pada dua kriteria: (1) Adanya penyakit pernapasan yang disertai hipertensi pulmonal dan (2) bukti adanya hipertrofi ventrikel kanan. Adanya hipoksemia yang menetap, hiperkapnia, dan asidosis atau pembesaran ventrikel kanan pada radiogram menunjukan kemungkinan penyakit paru yang mendasarinya. Adanya emfisema cenderung mengaburkan gambaran diagnosis kor pulmonale. Dipsnea yang memburuk dengan mendadak atau kelelahan, pingsan pada waktu bekerja, atau rasa tidak enak angina pada substernal mengisyaratkan keterlibatan jantung. Tanda-tanda fisik hipertensi pulmonal berupa kuat angkat sistolik pada area parasternal, mengerasnya bunyi pulmonik kedua, dan bising akibat insufisiensi katup trikuspidalis dan pulmonalis. Irama gallop (suara jantung S3 dan S4), distensi vena jugularis dengan gelombang A yang menonjol, hepatomegali, dan edema perifer dapat terlihat pada pasien dengan gagal ventrikel kanan. (Sylvia A. Price, 2005:821) 4. 2 SaranKritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dari semua pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Suddarth & brunner. 2001. Keperawatan Medikal Bedah vol. 1. EGC:Jakarta. Price, Sylvia. A. 2005. Patofisiologi. EGC:Jakarta.

Page 63: Askep Cor Pulmonal

Doengus, marilynn E. 1999. Rencana Asuhan keperawatan. EGC:Jakarta. Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta. FKUI:jakarta. Somantri, Irman. 2007. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan Sistem pernapasan. Salemba Medika:Surabaya.