Top Banner
Page | 0 TUGAS MATA KULIAH PKKDM I Koordinator Mata Kuliah: Grace Polii, S. Kep., Ns Dosen Pembimbing: Irmacakti Sumaraw, S. Kep., Ns Angela R. Napitupulu, S. Kep., Ns ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BRONKITIS Disusun oleh: 1. Fernando Hengkelare 09061030 2. Fransisco Polandos 09061048 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
123

ASKEP Bronkitis

Jun 25, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ASKEP Bronkitis

P a g e | 0

TUGAS MATA KULIAH PKKDM IKoordinator Mata Kuliah:

Grace Polii, S. Kep., NsDosen Pembimbing:

Irmacakti Sumaraw, S. Kep., NsAngela R. Napitupulu, S. Kep., Ns

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BRONKITIS

Disusun oleh:

1. Fernando Hengkelare 090610302. Fransisco Polandos 09061048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE

MANADO

2010

Page 2: ASKEP Bronkitis

P a g e | 1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat

penyelenggaraan-Nya, makalah tentang Proses Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Bronkitis ini bisa diselesaikan. Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai tugas

mata kuliah Proses Keperawatan Kebutahan Dasar Manusia I (PKKDM I)

Universitas Katolik De La Salle Manado. Tujuan yang lebih khusus dari penulisan

makalah ini ialah untuk memberi pelatihan bagaimana cara membuat ASKEP

serta menambah pengetahuan tentang penyakit Bronkitis.

Tim Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen beserta

asisten dosen yang telah memberikan tugas untuk membuat makalah ini, serta

kepada siapa saja yang telah terlibat dalam proses penulisannya, terlebih kepada

teman–teman seangkatan Fakultas Keperawatan 2009 Universitas Katolik De La

Salle Manado yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini..

Akhirnya, harapan tim penulis semoga makalah tentang Proses Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Bronkitis ini bermanfaat bagi pembaca. Tim Penulis

telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun tim

penulis menyadari makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, tim penulis

mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna

menyempurnakan makalah ini.

Manado, Oktober 2010

Penulis

Page 3: ASKEP Bronkitis

P a g e | 2

D A F T A R I S I

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1

D A F T A R I S I................................................................................................................2

PENDAHULUAN.............................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................4

B. TUJUAN PENELITIAN..........................................................................................4

C. METODE PENULISAN..........................................................................................5

D. SISTEMATIKA PENULISAN................................................................................6

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN...............................................................................7

I. DEFINISI.................................................................................................................7

II. ETIOLOGI...............................................................................................................8

III. ANATOMI FISIOLOGI.........................................................................................9

A. Organ-Organ Pernafasan..............................................................................10

B. Fisiologi Pernafasan.....................................................................................12

IV. PATOFISIOLOGI..................................................................................................13

V. PATOFLOW..........................................................................................................14

VII. MANIFESTASI KLINIK......................................................................................15

VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.........................................................................15

IX. TERAPI..................................................................................................................16

X. KOMPLIKASI.......................................................................................................18

XI. PROGNOSIS.........................................................................................................18

XII. PENCEGAHAN.....................................................................................................18

BAB II ASKEP TEORI....................................................................................................19

1. Data Dasar Pengkajian Pasien................................................................................19

2. Diagnosa dan Perencanaan/Rasional.....................................................................21

BAB III ASKEP PADA KLIEN......................................................................................30

III.1 PENGKAJIAN DATA DASAR............................................................................30

III.2 ANALISA DAN DIAGNOSA DATA..................................................................42

III.3 PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN.................................................46

III.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN.................53

BAB III PENUTUP.........................................................................................................77

Page 4: ASKEP Bronkitis

P a g e | 3

A. KESIMPULAN......................................................................................................77

B. SARAN..................................................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................79

DAFTAR ISTILAH.........................................................................................................80

Page 5: ASKEP Bronkitis

P a g e | 4

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)

bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan

bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding

bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus.

Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size), sedangkan

bronkus besar jarang terjadi.

Bronkitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama

pada seorang pasien, dalam keadaan lanjut penyakit ini sering menyebabkan

obstruksi saluran nafas yang menetap yang dinamakan cronik obstructive

pulmonary disease ( COPD ).

Bronkitis kronis ditemukan dalam angka-angka yang lebih tinggi

daripada normal diantara pekerja-pekerja tambang, pedagang-pedagang biji

padi-padian, pembuat-pembuat cetakan metal, dan orang-orang lain yang

terus menerus terpapar pada debu. Namun penyebab utama adalah merokok

sigaret yang berat dan berjangka panjang, yang mengiritasi tabung-tabung

bronchial dan menyebabkan mereka menghasilkan lendir yang berlebihan.

Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita

oleh laki-laki dan wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai dari anak bahkan

dapat merupakan kelainan congenital.

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis (mahasiswa)

mencoba untuk mengangkat kasus pada pasien Tn. “AS” dengan gangguan

sistem Pernapasan Bronkitis kronis.

B. TUJUAN PENELITIAN

a. Tujuan Umum

Penulis dapat melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien

dengan Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis secara langsung

dan cepat.

Page 6: ASKEP Bronkitis

P a g e | 5

b. Tujuan Khusus

Penulis mampu :

i. Mengkaji klien dengan Gangguan system Pernafasan; Bronkitis

kronis.

ii. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Gangguan

system Pernafasan; Bronkitis kronis.

iii. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada klien

dengan Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.

iv. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk

pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan Gangguan

sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.

v. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

pada klien dengan Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.

vi. Menyusun laporan hasil pengamatan dan Asuhan Keperawatan

kasus dalam bentuk Asuhan Keperawatan dengan pedoman yang

telah ditetapkan.

C. METODE PENULISANMetode Penulisan yang digunakan dalam menyusun Asuhan

Keperawatan ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang bersifat

menggambarkan suatu keadaan dengan objektif selama mengamati klien,

mulai dari pengumpulan data sampai melakukan evaluasi yang disajikan

dalam bentuk teori dan format-format Asuhan Keperawatan.

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam Asuhan Keperawatan

ini Penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara dilakukan secara allo anamnese dengan anak klien untuk

memperoleh data yang diharapkan.

2. Observasi

Penulis mengadakan pengamatan langsung pada klien sehingga Penulis

dapat menyimpulkan data dengan tepat.

3. Pemeriksaan fisik

Page 7: ASKEP Bronkitis

P a g e | 6

Sumber data berikut dilakukan pada klien dengan cara : inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi untuk melengkapi data.

4. Studi Keperawatan

Untuk melengkapi data, Penulis menggunakan catatan status klien,

catatan keperawatan klien, data-data medik dan pemeriksaan diagnosa.

5. Studi Dokumentasi

Penulis dalam menyusun asuhan keperawatan serta konsep dasar tentang

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan sistem Pernapasan;

Bronkitis kronis adalah dari beberapa buku sumber.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika Penulisan Asuhan Keperawatan ini terdiri dari:

PENDAHULUAN

Di dalam pendahuluan ini Penulis menjelaskan tentang latar belakang

masalah, tujuan Penulisan, metode Penulisan dan sistematika

Penulisan.

BAB I : LAPORAN PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang : konsep dasar medis yaitu Definisi,

Etiologi, Anatomi Fisiologi, Patofisiologi dan Patoflow, Manifestasi

Klinis, Diagnosis, Terapi, Komplikasi, Prognosis dan Pencegahan

BAB II : ASKEP TEORI

Bab ini menjelaskan tentang Askep dalam bentuk teori yang meliputi:

1. Data dasar pengkajian pasien

2. Diagnosa dan Perencanaan/rasional

BAB III : ASKEP PADA KLIEN

Bab ini merupakan penerapan asuhan keperawatan secara langsung

pada klien dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari

Pengkajian, Analisa dan Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan

Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISTILAH

Page 8: ASKEP Bronkitis

P a g e | 7

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

I. DEFINISI

Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya

inflamasi pada pembuluh bronkus, trakea dan bronkioli. Inflamasi

menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit ruang

pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi.

Bronkitis juga ditandai dengan adanya dilatasi (pelebaran) pada

bronkus lokal yang bersifat patologis. Dilatasi bronkus disebabkan oleh

perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen

elastis dan otot-otot polos bronkus. Pada umumnya bronkus berukuran

kecil yang diserang. Hal ini dapat menghalangi aliran udara ke paru-paru

dan dapat merusaknya.

Secara klinis para ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu

penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala

utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan merupakan

penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain juga.

Definisi Bronkitis menurut beberapa sumber, Bronkhitis adalah

hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal

selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut

pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan

Medikal Bedah 2, 1998, hal. 490).

Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya

dilatasi/ektasis (pelebaran) bronkus lokal yang bersifat patologis dan

berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-

perubahan dalam dinding bronkus berupa desrtuksi elemen-elemen

elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya

bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal

ini dapat memblok aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.

(Gunawan, Iriyan. 2006).

Page 9: ASKEP Bronkitis

P a g e | 8

Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh

inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai

suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan

gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan

penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi

bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 )

Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan

penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi

saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran

pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis,

Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994)

Bronkitis dibedakan menjadi bronkitis akut dan kronik. Bronkitis

Akut adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang

melibatkan jalan nafas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan.

Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata

10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu,

terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk

berkepanjangan..

Bronchitis kronik merupakan inflamasi berulang dan degenerasi

bronkus yang bisa berhiubungan dengan infeksi aktif. Bronchitis kronik

dapat merupakan proses dasar dari suatu penyakit, seperti asma, fibrosis

kistik, sindrom diskinesia silia, aspirasi benda asing, atau paparan

terhadap iritan jalan nafas. Pada orang dewasa, dikatakan bronchitis

kronik apabila terdapat batuk kronik dan pembentukan sputum selama

sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun

berturut-turut.

II. ETIOLOGI

Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder,

polusi udara, alergi, aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi

jamur. Virus merupakan penyebab tersering bronkitis (90%), sedangkan

Page 10: ASKEP Bronkitis

P a g e | 9

sisanya (10%) oleh bakteri. Virus penyebab yang sering yaitu yaitu virus

Influenza A dan B, Parainfluenza, Respiratory Syncitial Virus (RSV),

Rinovirus, adenovirus dan corona virus. Bronkitis akut karena bakteri

biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumoniae, Mycobacterium

tuberculosis, Bordatella pertusis, Corynebacterium diphteriae, Clamidia

pneumonia, Streptococcus pneumonia, Moraxella catarrhalis, H.

influenza, Penyebab lain agen kimia ataupun pengaruh fisik.

Bronchitis kronik dapat disebabkan oleh serangan bronchitis akut

yang berulang, yang dapat melemahkan dan mengiritasi bronkus, dan

pada akhirnya menyebabkan bronchitis kronik. Penyebab umum untuk

bronchitis akut dan kronik pada anak adalah sebagai berikut.

• Infeksi virus ; adenovirus, influenza, parainfluenza, respiratory

syncytial virus, rhinovirus, coxsackievirus, herpes simplex virus.

• Infeksi bakteri : S pneumonia, M catarrhalis, H influenza,

Chlamydia pneumoniae (Taiwan acute respiratory [TWAR] agent),

Mycoplasma species.

• Polusi udara, seperti merokok.

• Alergi

• Aspirasi kronik atau refluks gastrointestinal

• Infeksi fungi

III. ANATOMI FISIOLOGI

A. Organ-Organ Pernafasan

1. Organ saluran pernafasan atas

a) Hidung

Hidung merupakan

saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh

Page 11: ASKEP Bronkitis

P a g e | 10

sekat hidung (septum oli) di dalamnya terdapat bulu-bulu yang

berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran-kotoran yagn

masuk ke dalam lubang hidung.

b) Faring

Merupakan tempat persimpangan antara janaln nafas dan jalan

makanan. Terdapat di bawah dasar teng korak, di belakang ronga

hidung dan mulut sebelah depan rusa tulang leher.

Faring dibagi tiga bagian :

(1)Bagian atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut

nesofaring

(2)Bagian tengah yang sama tingginya denan istmus fausium

disebut orofaring.

(3)Bagian bawah sekat, dinamakan langiofaring.

c) Laring. Merupakan saluran pendek yang menghubugnkan faring

dan trakea, dan bertindak sebagai pembentukan suara.

2. Organ saluran pernafasan bawah

a) Trakhea

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 s/d 20 cincin

yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku

kuda. Panjang trakhea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan

ikat yang dilapisi oleh otot polos.

b) Bronkhial dan alveoli

Ujung distal trachea membagi menjadi bronki primer kanan dan

kiri yang terletak di dalam rongga dada. Fungsi percabangan

bronkial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakea dan

alveoli.

Alveoli berjumlah 300-500 juta di dalam paru-paru, fungsinya

adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara

lingkungan eksternal dan aliran darah.

c) Paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri

dari gelembung-gelembung (gelembung hawa-alveoli).

Page 12: ASKEP Bronkitis

P a g e | 11

Gelembung-gelembung alveolir ini terdiri dari sel-sel epitel dan

endotel.

Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000

buah (paru kiri dan kanan).

Kapasitas paru-paru :

(1) Kapasitas total

Jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspiasi

sedalam dalamnya.

(2) Kapasitas vital

Jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi

maksimal.

d) Toraks

Rongga toraks terdiri dari rongga pleura kanan dan kiri dan bagian

tengah yang disebut mediastinum. Toraks mempunyai peranan

penting dalam pernafasan, karena bentuk elips dari tulang rusuk

dan sudut perlekatannya tulang belakang. Perubahan dalam ukuran

toraks inilah yang memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan

ekspirasi.

Bagian paru-paru :

1) Pleura adalah bagian terluar dari paru-paru dikelilingi oleh

membran halus, licin atau pleura.

2) Mediastinum adalah bagian dinding yang membagi rongga

toraks menjadi 2 bagian

3) Lobus adalah bagian paru-paru dibagi menjadi lobus kiri terdiri

atas lobus bawah dan atas tengah dan bawah

4) Bronkus dan bronkiolus terdapat beberapa divisi bronkus di

dalam setiap lobus paru. Brokiolus adalah percabangan dari

bronkus

5) Alveoli paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli yang

tersusun dalam kloster antara 15-20 alveoli

Page 13: ASKEP Bronkitis

P a g e | 12

B. Fisiologi PernafasanPernafasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang

banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.

Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut

ekspirasi.

Pernafasan paru-paru Merupakan pertukaran oksigen dan

karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-

paru atau pernafasan eksterna oksigen diambil melalui mulut dan hidung

pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke

alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli

memisahkan oksigen dari darah , O2 menembus membran, diambil oleh

sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke

seluruh tubuh.

Guna pernafasan :

1) Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh

(sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.

2) Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,

kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena

tidak berguna lagi oleh tubuh).

3) Menghangatkan dan melembabkan udara.

Pernafasan dalam keadaan normal

Orang dewasa : 16 – 18 x/mnt

Anak-Anak kira-kira : 24 x/ mnt

Bayi kira-kira : 30 x/ mnt

Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks,

yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat

menahan tekanan. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian

meningkatkan dan menurunkan kapasitas dada. Inspirasi adalah ketika

kapasitas dalam dada meningkat, udara masuk melalui trakea. Ekspirasi

adalah ketika dinding dada dan diafragma kembali ke ukurannya semula.

Page 14: ASKEP Bronkitis

P a g e | 13

IV. PATOFISIOLOGIPenemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar

mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan

infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk

produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus

tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian

rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor

etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat

pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia

dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan

mekanisme pertahanannya sendiri melemah.

Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil

mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami

kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan

pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem

eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam

jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.

V. PATOFLOW

Etiologi

Penyebaran bakteri/virus ke Edema mukosa sel

Iritasi Mukosa Bronkus

Fenomene Infeksi

Peningkatan pelepasan Histamin

Aktivasi Ig. E

Infasi kuman ke jalan napasAlergen

Page 15: ASKEP Bronkitis

P a g e | 14

VII. MANIFESTASI KLINIK Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk  produktif

(berdahak) yang mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau

hijau. Dalam keadaan normal saluran pernapasan kita memproduksi

mukus kira-kira beberapa  sendok  teh setiap harinya. Apabila saluran

pernapasan utama paru (bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan

mukus dalam jumlah yang banyak yang akan memicu timbulnya batuk.

Penyebaran bakteri/virus ke Edema mukosa sel

Page 16: ASKEP Bronkitis

P a g e | 15

Selain itu karena terjadi penyempitan jalan nafas dapat menimbulkan

shortness of breath.

Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala

yang ada yaitu :

a. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah

b. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak

c. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis

d. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar

Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat

batuk yang lama, yaitu :

a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan

seseorang kurang istirahat.

b. Daya tahan tubuh yang menurun.

c. Anoreksia sehingga berat badan sukar naik.

d. Kesenangan anak untuk bermain terganggu dan Konsentrasi belajar

anak menurun.

VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKa. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia

Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang

paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut

adalah bayangan bronchus yang menebal.

Corak paru bertambah.

b. Laboratorium : Leukosit > 17.500.

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

a. Tes fungsi paru-paru

b. Gas darah arteri

Analisa gas darah

Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)

Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).

Saturasi hemoglobin menurun.

Eritropoesis bertambah.

Page 17: ASKEP Bronkitis

P a g e | 16

c. Rontgen dada.

IX. TERAPITujuan pengobatan bronkitis adalah untuk mengurangi gejala

batuk, melegakan pernapasan serta menyembuhkan bronkitis. Terapi

bronkitis meliputi :

1. Istirahat yang cukup.

2. Minum cairan yang banyak.

3. Bernapas dalam udara hangat serta menghindari udara dingin dan AC.

4. Penekan batuk, pengencer dahak dan antibiotik.

Rehabilitasi paru: rehabilitasi paru adalah program latihan

pernapasan di mana Anda bekerja dengan seorang terapis pernafasan

untuk membantu Anda belajar untuk bernapas dengan lebih mudah dan

meningkatkan kemampuan Anda untuk berolahraga.

Jenis obat yang dipakai untuk bronkitis:

a. Beberapa jenis obat bronkitis yang sering digunakan oleh dokter adalah :

1. Antibiotik. Bronkitis biasanya terjadi akibat infeksi virus , sehingga

antibiotik tidak efektif. Namun dokter mungkin meresepkan

antibiotik jika bronkitis disebabkan oleh infeksi bakteri.

2. Obat batuk. Jika batuknya kering maka diberikan obat penekan batuk

seperti DMP atau kodein, jika batuknya berdahak maka diberikan

obat pengencer dahak seperti Gliseril Guikolat (GG) dan epexol.

3. Obat lain. Jika Anda memiliki asma atau penyakit paru obstruktif

kronik (PPOK), dokter mungkin merekomendasikan inhaler dan

obat-obatan lain untuk mengurangi peradangan dan membuka bagian

dalam paru-paru yang menyempit .

b. Obat tradisional – herbal bronkitis.

Obat tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati bronkitis

adalah propolis. Propolis adalah antibiotik alami yang dapat digunakan

untuk mengobati bronkitis akut dan bronkitis kronik. Propolis akan

semakin berkhasiat jika di campur dengan madu hutan. Selain propolis

Page 18: ASKEP Bronkitis

P a g e | 17

dapat digunakan teripang. Teripang adalah hewan yang hidup di dasar

laut. Teripang sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh

dan merangsang regenerasi sel – sel baru. Daun meniran merupakan

tanaman obat atau herbal yang bermanfaat untuk meningkatkan daya

tahan tubuh. Daun meniran telah tersedia dalam bentuk kapsul.

Kemoterapi pada bronkitis.

Kemotherapi dapat digunakan :

1. Secara kontinue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA )

2. Untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru

3. atau kedua-duanya digunakan

Kemoterapi menggunakan obat-obat antibiotik terpilih, pemakaian

antibiotik antibiotik sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas

kuman terhadap antibiotik secara empirik.

Walaupun kemoterapi jelas kegunaannya pada pengelolaan

bronkitis, tidak pada setiap pasien harus di berikan antibiotik. Antibiotik

diberikan jika terdapat aksaserbasi infeksi akut, antibiotik diberikan

selama 7-10 hari  dengan terapi tunggal atau dengan beberapa antibiotik,

sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna

kuning/hijau menjadi mukoid (putih jernih).

Kemoterapi dengan antibiotik ini apabila berhasil akan dapat

mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama

pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya

bersifat sementara.

X. KOMPLIKASIa. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik

b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan

gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia.

c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.

d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau

Bronkietaksis.

Page 19: ASKEP Bronkitis

P a g e | 18

XI. PROGNOSIS a. Bronkitis akut biasanya sembuh total, dengan prognosis yang bagus.

b. Pasien dengan bronkitis kronik dan didiagnosis asma, penyakit struktur

saluran napas, atau imunodefisiensi perlu pengawasan secara teratur

untuk meminimalkan kerusakan paru dan perkembangan menjadi

penyakit paru kronik yang ireversibel.

XII. PENCEGAHAN Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut

perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.

Membatasi aktivitas anak.

Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada

yang tertutup lehernya.

Hindari makanan yang merangsang.

Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan

anak dengan air hangat.

Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan.

Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

Page 20: ASKEP Bronkitis

P a g e | 19

BAB II

ASKEP TEORI

1. Data Dasar Pengkajian Pasien

a. Aktivitas/istirahat

Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise.

Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari karna sulit

bernapas.

Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.

Dispnae pada saat istirahat/respon terhadap aktivitas/latihan.

Tanda : Keletihan

Gelisah, insomnia.

Kelemahan umum/kehilangan massa otot.

b. Sirkulasi

Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.

Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia

berat.

Distensi vena leher.

Edema dependent

Bunyi jantung redup.

Warna kulit/membran mukosa: normal/sianosis

Pucat, dapat menunjukkan anemia.

c. Integritas Ego

Gejala : Peningkatan faktor resiko.

Perubahan pola hidup

Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

d. Makanan/cairan

Gejala : Mual/muntah.

Nafsu makan buruk/anoreksia.

Ketidakmampuan untuk makan karna distress pernapasan.

Page 21: ASKEP Bronkitis

P a g e | 20

Penurunan berat badan menetap, peningkatan berat badan

menunjukan edema (bronkitis).

Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.

Penurunan berat badan, palpitasi abdominal dapat menayatakan

hepatomegali.

e. Hygiene

Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan aktivitas.

Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.

f. Pernafasan

Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun

3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.

Episode batuk hilang timbul.

Tanda : Pernafasan biasa cepat.

Penggunaan otot bantu pernafasan.

Bentuk barel chest (dada tong), gerakan diafragma minimal.

Bunyi napas ronchi

Perkusi hiperesonan pada area paru.

Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku, abu – abu

keseluruhan.

g. Keamanan

Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.

Adanya/berulangnya infeksi.

h. Seksualitas

Gejala : Penurunan libido

i. Interaksi sosial

Gejala : Hubungan ketergantungan

Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat

Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.

Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress

pernapasan

Keterbatasan mobilitas fisik.

Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain..

Page 22: ASKEP Bronkitis

P a g e | 21

j. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan.

Kesulitan menghentikan merokok.

Penggunaan alkohol secara teratur.

Kegagalan untuk membaik.

2. Diagnosa dan Perencanaan/Rasional

1. Diagnosa keperawatan : Bersihan Jalan Napas, Takefektif

Dapat dihubungkan dengan : Peningkatan produksi sekret

Tujuan : Mempertahankan jalan napas paten dengan

bunyi napas bersih

Kriteria evaluasi : Menunjukan perilaku untuk memperbaiki

bersihan jalan napas, mis: batuk efektif dan

mengaeluarkan sekret

Tindakan/intervensi Rasional

1. Auskulatasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis: krekels, ronki.

2. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.

3. Catat adanya/derajat dispnea, mis: keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu.

4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis: peninggian kepala tempat tidur, duduk sandaran tempat tidur.

5. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis: debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.

6. Dorong/bantu latihan napas abdomen/bibir.

- Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius, mis: penyebaran krekels basah (bronkitis)

- Takipnee biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut. Pernapasan melambat dan frekuensi pernapasan memanjang dibandingkan ekspirasi.

- Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit, mis: infeksi, reaksi alergi.

- Peninggian kepala temat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan graavitasi.

- Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.

- Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara

Page 23: ASKEP Bronkitis

P a g e | 22

Intervensi Rasional7. Observasi karakteristik batuk, mis: menetap, batuk pendek basah.

Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.

8. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai teloransi jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan masukan cairan antara, sebagai pengganti makanan.

9. Berikan obat sesuai indikasi:-Bronkidalator (mis: epinefrin, albuterol, isoetarin)-Xatin (mis: aminofilin, oxtrifilin, teofilin)-Kromolin-Antimikrobial-Analgesik(mis: kodein)

10. Berikan humidifikasi taambahan, mis: nebuliser.

11. Bantu pengobatan pernapasan, mis: fisioterapi dada.

12. Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada.

- Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala dibawah setelah di perkusi dada.

- Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diagfragma.

- Merilekskan otot halus dan menurunkan spasme jalan napas.- Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos.- Menurunkan inhalasi jalan napas lokal.- Mengontrol infeksi pernapasan.- Batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat

energi dan memungkinkan pasien untuk istirahat.- Kelembaban menurunkan kekentalan sekret mempermudah

pengeluaran dan dapat membantu menurunkan/mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus.

- Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk membuang banyak sekresi/kental dan memperbaiki ventilasi pada segmen dasar paru.

- Membuat dasar untuk pengawasan kemajuan/kemunduran proses penyakit dan komplikasi.

Page 24: ASKEP Bronkitis

P a g e | 23

2. Diagnosa keperawatan : Pertukaran Gas, Kerusakan

Dapat dihubungkan dengan : Gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara)

Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang

normal dan bebas gejala distress pernafasan.

Kriteria evaluasi : Pasien dapat berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan situasi.

Intervensi Rasional

1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketdakmampuan bicara/berbincang.

2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan/napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.

3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.4. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.5. Auskultasi bunyi napas catat area penurunan aliran udara

dan/bunyi tambahan.6. Palpasi fremitus.7. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya

perubahan.8. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang

dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut.

9. Awasi tanda vital dan irama jantung10. Awasi/gambarkan seri GDA dan Nadi oksimetri.11. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil

GDA dan toleransi pasien.

- Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit

- Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dan kerja napas.

- Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun telinga. Keabu-abuan dan dianosis sentral mengidentifikasikan beratnya hipoksemia.

- Kental, tebal, dan banyak sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.

- Bunyi napas redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus/ tertahannya sekret. Krekels basa menyebar menunjukkan cairan pada interstisial jantung

- Penurunan getasan vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau jebakan udara

- Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. DGA memburuk disertai bingung menunjukan

Page 25: ASKEP Bronkitis

P a g e | 24

12. Berikan penekan SSP ( mis: antiansietas) dengan hati-hati13. Bantu intubasi, berikan/pertahankan ventilasi mekanik, dan

pindahan ke UPI sesuai instruksi untuk pasien.

disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia- Selama distres pernapasan berat/akut pasien secara total tak

mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan disprea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Program latihan ditunjukkna untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.

3. Diagnosa keperawatan : Nutrisi, Perubahan, Kurang dari Kebutuhaan Tubuh

Dapat berhubungan dengan : Dispnea, Kelemahan, Efek Samping Obat, Produksi sputum, Anoreksia, mual/muntah.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.

Hasil evaluasi : Menunjukkan perilaku pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat yang tepat.

Intervensi Rasional1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat

kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.2. Auskultasi bunyi usus.3. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah

khusus untuk sekali pakai dan tisu.4. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah

makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.

5. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

- Pasien distres pernapasan akut sering anokreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat.

- Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.- Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat

membuat mual dan muntah.- Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dam

memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori utama.

- Dapat menghasilkan distensi abdomen yang menggangu napas abdomen dan gerakan diafrgma, dan dapat meningkatkan

Page 26: ASKEP Bronkitis

P a g e | 25

6. Hindari makanan sangat panas dan sangat dingin.

7. Timbang berat badan sesuai indikasi.

8. Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).

dispnea.- Suhu ekstrem dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.

- Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencan nutrisi.

- Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.

4. Diagnosa Keperawatan : Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap

Dapat berhubungan dengan : Menetapnya sekret, proses penyakit kronis.

Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi

Menunjukan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.

Kriteria evaluasi : Mendemonstrasikan teknik mencuci tangan yang tepat dan melaksanakan tindakan pencegahan

yang sesuai

Untuk mencegah infeksi.

Intervensi Rasional1. Awasi suhu

2. Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan posisi

sering, dan masukan cairan adekuat.

- Demam dapat terjadi karena infeksi dan/atau dehidrasi.

- Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret

untuk menurunkan arisiko terjadinya nfaeksi paru.

Page 27: ASKEP Bronkitis

P a g e | 26

3. Observasi warna, karakter, bau sputum.

4. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan

sputum. Tekankan cuci tangan yang benar (perawat dan pasien)

dan pengunaan sarung tangan bila memegang/membuang tisu,

wadah sputum.

5. Awasi pengunjung; berikan masker sesuai indikasi.

6. Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.

7. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.

8. Dapatkan spesimen sputum dengan batuk atau penghisapan untuk

pewarnaan kuman Gram, kultur/sensivitas.

9. Berikan antimikrobial sesuai indikasi.

- Sekret berbau, kuning/kehijauan menunjukkan adanya infeksi

paru.

- Mencegah patogen melalui cairan.

- Menurunkan potinsial terpajan pada penyakita infeksius

- Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan

memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan

penyembuhan.

- Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan

menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.

- Dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab dan

kerentanan terhadap berbagai antimikrobial.

- Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi

dengan kultur.

Page 28: ASKEP Bronkitis

P a g e | 27

5. Diagnosa keperawatan : Intoleran Aktifitas Berhubungan

Dapat berhubungan dengan : Insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

Tujuan : - Pasien akan mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kelemahan

- Berpartisipasi dalam aktivitas yang dibutuhkan dengan TTV dalam rentang normal

- Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, pengobatan dan atau

peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.

Kriteria Evaluasi : - Pasien dapat menidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kelemahan.

- Pasien mengungkapkan kebutuhan akan oksigen.

Intervensi Rasional1. Kaji keadaan umum pasien

2. Kaji tingkat kemampuan aktivitas.

3. Observasi tanda-tanda vital.

4. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat di tempat tidur.

5. Bantu pasien untuk beraktivitas

6. Libatkan keluarga dalam mendampingi pasien.

7. Kolaborasi medik dalam pemberian O2

- Menentukan intervensi yang tepat

- Mengetahui sejauh mana kemampuan aktivitas pasien &

menentukan tindakan selanjutnya.

- Mengetahui perubahan curah jantung sehingga tidak terjadi

hipotensi

- Mengurangi kerja jantung.

- Dapat memenuhi kebutuhan sehari – hari dan kebutuhan O2.

- Membantu memenuhi kebutuhan sehari – hari.

Page 29: ASKEP Bronkitis

P a g e | 28

6. Diagnosa keperawatan : Kurang Pengetahuan [Kebutuhan Belajar] Mengenai Kondisi, Tindakan

Dapat berhubungan dengan : Kurang Informasi/tidak mengenal sumber infomasi.

Tujuan : Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

Kriteria evaluasi : Pasien memahami kondisi penyakitnya dan melakukan perubahan pola hidup

Intervensi Rasional1. Jelaskan/kuatkan penjelasan proses penyakit individu. Dorong

pasien/orang terdekat untuk menanyakan pertanyaan.

2. Instuksikan/kuatkan rasional untuk latihan napas, batuk efektif,

dan latihan kolaborasi umum.

3. Diskusikan obat pernapasan, efek samping, dan reaksi yang tak

diinginkan.

4. Tunjukkan teknik penggunaan dosis inhaler.

5. Sistem alat untuk mencatat obat intermitten/penggunaan inhaller.

6. Anjurkan meghindari agen sedatif antiansietas.

7. Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi.

8. Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi

pernapasan aktif

- Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada

rencana pengobatan.

- Napas bibir dan napas abdominal/diafragmatik membantu otot

pernapasan. Meningkatkan toleransi aktivitas,

- Penting bagi pasien memeahami perbedaan antara efek samping

menggangu dan efek samping merugikan.

- Pemberian yang tepat obat meningkatkan penggunaan dan

keefektifan.

- Menurunkan resiko kelebihan dosis dari obat.

- Agen sedatif antansietas dapat menekan pernapsan.

- Menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut, dimana dapat

menimbulkan infeksi saluran napas atas.

- Menurunkan pemajanan dan insiden mendapatkan infeksi saluran

napas atas.

Page 30: ASKEP Bronkitis

P a g e | 29

9. Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi.

10. Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan menghentikan rokok

pada pasien/orang terdekat.

- Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan

peningkatan produksi sekret jalan nafas.

- Penghentian merokok dapat memperlambat/menghambat

kemajuan penyakit PPOM.

Page 31: ASKEP Bronkitis

P a g e | 30

BAB III

ASKEP PADA KLIEN

III.1 PENGKAJIAN DATA DASARI. Identitas Diri Klien

N a m a : Tn. AS

Tanggal masuk RS : 14 Oktober 2010

Tempat/Tgl. Lahir : Manado, 13 Maret 1962

Sumber Informasi : Keluarga

U m u r : 48 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Keluarga terdekat yang dapat

Alamat : Kec. Singkil segera dihubungi (Orang

Tua/Wali, Suami, Istri, dan

lain-lain): Anak

Status Perkawinan : Kawin

A g a m a : Kristen Pendidikan : SMA

S u k u : Sanger Pekerjaan : Tukang Parkir

Pendidikan : SMA Alamat : Kec. Singkil

Pekerjaan : Tukang Bangunan

Lama Bekerja : 25 tahun

II. Status Kesehatan Saat ini

1. Alasan Kunjungan/Keluhan Utama :

Batuk disertai sputum(dahak) selama 4 bulan terakhir, dada terasa nyeri

saat batuk, sesak nafas, dan mual-mual.

2. Faktor Pencetus :

Pasien perokok berat, mengkonsumsi rata-rata 2 bungkus per hari (Rokok

Surya)

3. Lamanya Keluhan : 4 hari

4. Timbulnya Keluhan : () bertahap

( ) mendadak

Page 32: ASKEP Bronkitis

P a g e | 31

5. Faktor yang memperberat : Debu dan serbuk bahan-bahan bangunan (mis.

Sebuk kayu dan semen)

6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :

Sendiri membeli obat Mextril dan Konidin di warung

Oleh orang lain Memberi saran

7. Diagnosa Medik :

1. Bronkitis Kronis Tanggal : 14 Oktober 2010

II. Riwayat Kesehatan yang lalu

1. Penyakit yang pernah dialami :

a. Kanak – Kanak :

b. Kecelakaan : Sepeda Motor

c. Pernah dirawat penyakit waktu

d. Operasi : tidak

2. Alergi :

Tipe Reaksi Tindakan

Terhadap debu flu dan batuk

3. Imunisasi :

Tipe Reaksi Tindakan

Campak bercak-bercak merah

pada kulit

DPT suhu tubuh naik minum obat

Paracatamol

Kebiasaan : merokok/kopi/obat/alkohol/lain-lain

4. Obat – obatan :

Lamanya

Sendiri :

Orang lain (resep)

5. Pola Nurtisi :

Frekwensi makan :

Berat Badan : 59 kg

Page 33: ASKEP Bronkitis

P a g e | 32

Tinggi Badan : 160 cm

Jenis makanan : Daging, sayur, nasi

Makanan yang disukai : Pisang goreng dan tinutuan

Makanan yang tidak disukai : Ikan laut

Makanan pantang : kacang-kacangan

Nafsu makan : ( ) baik

( ) Sedang – alasan : mual/muntah/sariawan

() Kurang – alasan : mual/muntah/sariawan

Perubahan berat badan 6 bulan terakhir :

( ) bertambah ……………………kg

( ) tetap

() berkurang 3 kg

6. Pola Eliminasi :

1. Buang air besar

Frekwensi : 2 kali Penggunaan pencahar : tidak

W a k t u : pagi/siang/sore/malam

W a r n a : kekuningan

Konsistensi : padat

2. Buang air kecil

Frekwensi : normal

W a r n a : kuning encer

B a u : normal

8. Pola tidur dan istirahat

Waktu tidur (jam) : 11 malam

Lama tidur/hari : 6 jam / hari

Kebiasaan pengantar tidur : merokok

Kebiasaan saat tidur : mendengkur

Kesulitan dalam hal tidur : ( ) menjelang tidur

( ) sering/mudah terbangun

( ) merasa tidak puas setelah bangun

tidur

Page 34: ASKEP Bronkitis

P a g e | 33

9. Pola Aktifitas dan Latihan

1. Kegiatan dalam pekerjaan : mencampurkan material bangunan

2. Olah Raga : - Jenis : tidak

- Frekwensi : tidak

3. Kegiatan di waktu luang : santai dengan anak dan cucu

4. Kesulitan/keluhan dalam hal : ()pergerakan tubuh

( )mandi

( )mengenakan pakaian

( )bersolek

( )berhajat

()sesak napas setelah mengadakan

aktifitas

()mudah merasa kelelahan

10. Pola bekerja :

1. Jenis pekerjaan : Kuli Bangunan Lama : 25 tahun

2. Jumlah jam kerja : ± 8 jam / hari Lama : 6 hari kerja

3. Jadwal Kerja : senin s.d sabtu

4. Lain-lain (sebutkan) :

VI. Riwayat Keluarga

Genogram :

Pasien Bronkitis

Pasien Bronkitis

Page 35: ASKEP Bronkitis

P a g e | 34

V. Riwayat Lingkungan

Kebersihan : lingkungan temapat tinggal di daerah kumuh yang sistem

sanitasinya tidak baik

Bahaya : rentan terhadap penyakit kulit dan diare

Polusi : terhadap udara

VI. Aspek Psikososial

1. Pola pikir & persepsi

a. Alat bantu yang digunakan :

( ) Kaca mata

( ) alat bantu pendengaran

b. Kesulitan yang dialami :

()sering pusing

( )menurunnya sensitifitas terhadap sakit

( )menurunnya sensitiftas terhadap panas/dingin

( ) membaca/menulis

2. Persepsi Diri

Hal yang amat dipikirkan saat ini :

pasien berharap segera sembuh agar dapat kembali bekerja

Harapan setelah menjalani perawatan:

lebih memperhatikan kebersihan lingkungan dan berhenti merokok

Perubahan yang dirasa setelah sakit :

badan terasa lemah, nyeri saat batuk dan merasa tidak nyaman.

3. Suasana Hati : gelisah

Rentang perhatian : anak dan cucu menjadi lebih perhatian

4. Hubungan/komunikasi

1. Bicara Bahasa Utama : Bahasa Indonesia

( )jelas

()relevan Bahasa Daerah: dialek

Manado

( )mampu mengekspresikan

Page 36: ASKEP Bronkitis

P a g e | 35

( )mampu mengerti orang lain

2. Tempat Tinggal

( )sendiri

()bersama orang lain, yaitu Anak dan cucu

3. Kehidupan Berkeluarga

- Adat istiadat yang dianut : ……………………………

- Pembuat keputusan dalam keluarga : Kepala keluarga (pasien)

- Pola komunikasi : lancar terhadap anak dan

cucu

- Keuangan : ( ) memadai

() Kurang

4. Kesulitan dalam Keluarga : ( ) Hubungan orang tua

( ) Hubungan dengan sanak saudara

( ) Hubungan perkawinan

5. Kebiasaan Seksual

1. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :

( ) fertilitas ( ) menstruasi

() Libido ( ) kehamilan

( ) Ereksi ( ) alat kontrasepsi

2. Pemahaman terhadap fungsi seksual :

pasien tidak terlalu memahami tentang gangguan seksual yang

dialami

6. Pertahanan Koping

1. Pengambilan Keputusan : ( ) sendiri

() dibantu orang lain :

sebutkan Anak

2. Yang disukai tentang diri sendiri : pasien tidak tergantung pada

orang lain

3. Yang ingin dirubah dari kehidupan : kebiasaan

merokok

Page 37: ASKEP Bronkitis

P a g e | 36

4. Yang dilakukan jika stress :

( ) pemecahan masalah

( ) makan

( ) tidur

( ) makan obat

( ) cari pertolongan

() lain-lain (misal : marah, diam, dll) sebutkan : DIAM

5. Apa yang dapat dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman :

Perawat memberikan dukungan agar pasien cepat sembuh

7. Sistem Nilai - Kepercayaan

1. Siapa atau apa sumber kekuatan : Doa kepada Tuhan dan Keluarga

2. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda ?

( ) Ya ( ) Tidak

3. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan

frekwensi) sebutkan:

Masuk gereja setiap minggu jika tidak ada lembur kerja

4. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di

Rumah Sakit, Sebutkan :

Berdoa

8. Tingkat Perkembangan :

Usia : Middle age Karakteristik : normal sesuai usia

dan kulit mulai

keriput

VII. Pengkajian Fisik

Tanda-tanda Vital Saat Pasien Masuk Rumah Sakit

- Suhu tubuh : 400 C (demam)

- Denyut Nadi : 80 kali /menit

- Pernafasan : 28 kali /menit

- Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Page 38: ASKEP Bronkitis

P a g e | 37

Kepala, Mata, Kuping, Hidung & Tenggorokan

Kepala : bentuk : simetris dan oval

Keluhan yang berhubungan : tidak ada

Pusing/sakit kepala : tidak

M a t a : Ukuran pupil 5 mm Isokor: baik

Reaksi terhadap cahaya : pupil mengecil

Akomodasi : baik

Bentuk : simetris

Konjunctiva : merah pucat

Fungsi penglihatan : baik

- Baik/kabur/tidak jelas : baik

- Dua bentuk: tidak

- Rasa sakit : tidak

Tanda-tanda radang tidak ada

Pemeriksaan mata terakhir : tidak pernah

Operasi tidak

Kaca mata : tidak menggunakan kaca mata

Lensa Kontak pasien tidak menggunakan lensa kontak

Hidung : Reaksi Alergi : bersin bila berdebu

Cara mengatasinya dibiarkan saja

Pernah mengalami flu : Pasie pernah mengalami

influensa

Bagaimana frekwensinya dalam setahun sering

Sinus normal perdarahan tidak ada

Mulut & Tenggorokan : Gigi geligi geraham 2 atas tercabut

Kesulitan/gangguan berbicara tidak

Kesulitan menelan tidak

Pemeriksaan gigi terakhir tidak pernah

Page 39: ASKEP Bronkitis

P a g e | 38

Pernafasan : Suara paru : krekels

Pola Nafas : tidak teratur(takhipnoe) Batuk sering

Sputum: ada Nyeri: terasa

Kemampuan melakukan aktifitas sulit

Batuk darah pernah (6 bulan lalu)

Rontgen Foto terakhir 4 bulan lalu Hasil bronkitis

Sirkulasi : Nadi Perifer -------

Capilary Refilling : 3 detik

Distensi Vena Jugularis Tampak

Suara Jantung redup

Suara Jantung tambahan Tidak dilakukan

Irama jantung (monitor) Tidak dilakukan

Nyeri : pada bagian thorax Edema : tidak

Palpitasi Tidak ada Baal: tidak

Perubahan warna (kulit, Kuku, Bibir, dll) : kemerahan

Clubbing tidak ada

Keadaan Ekstremitas :(mobilitas berkurang)

Syncobe Tidak

Rasa pusing : ada

Monitoring Hemodinamik : CVP Tidak dilakukan mm

H2O

Nutrisi : Jenis Diet : tidak ada nafsu makan : berkurang

Rasa mual : sering Muntah : Kadang

Intake Cairan 6-7 gelas/hari

Eliminasi :Pola rutin ------

(b.a.b) Penggunaan Laxan Tidak diterapkan

Colostomy Tidak diterapkan

Ileostomy Tidak diterapkan

Page 40: ASKEP Bronkitis

P a g e | 39

Konstibasi tidak diterapkan

Diare Kadang-kadang

(b.a.k) Inkontinensia

Infeksi Tidak ada

Nematuri -

Catheter Tidak diterapkan

Urine Output > 2000 ml

Reproduksi : Kehamilan ______________________

Buah dada _______________ Perdarahan

Pemeriksaan Pap Smear terakhir

Hasil ________________________________________

Keputihan _____________________________________

Pemeriksaan Sendiri ___________________________

Prostat tidak ada

Penggunaan Kateter tidak ada

Neurologis : Tingkat kesadaran sadar

Orientasi : pasien dapat berorientasi terhadap waktu

Koordinasi : pasien dapat berkoordinasi dengan anggota

gerak tubuh

Pola tingkah laku normal

Riwayat epilepsi/kejang/parkinson tidak ada

Refleks tidak ada

Kekuatan menggenggam : pasien dapat menggenggam

objek

Pergerakan Ekstremitas : ekstremitas baik

Muskuloskeletal : Nyeri pada bagian dada (thorax)

Kekakuan tidak ada

Pola latihan gerak _______________________________

Kulit : Warna : kemerahan seara umum

Integritas : kering

Turgor : kering

Page 41: ASKEP Bronkitis

P a g e | 40

Data Laboratorium

Laboratorium :

Leukosit > 17.500.

Analisa gas darah

Pa O2 : 16 = rendah (normal 25 – 100 mmHg)

Pa CO2 : 67 mmHg = tinggi (normal 36 – 44 mmHg).

Saturasi hemoglobin menurun.

Eritropoesis bertambah.

Pengobatan

Hasil Pemeriksaan Diagnostik lain

Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan namun nampak

bayangan bronchus yang menebal dan corak paru

bertambah.

Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya

Pasien memperkirakan bahwa penyakitnya disebabkan oleh profesi

kerjanya sebagai seorang pekerja bangunan yang setiap harinya

berhadapan dengan debu atau serbuk/ampas bahan.

Patofisiologi

Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari

kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet

disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas

yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi

bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil

sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya

melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain

Page 42: ASKEP Bronkitis

P a g e | 41

yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat

memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan

mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri

melemah.

Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel

penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus

mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.

Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel

silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan

penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari

saluran nafas.

Kesan Perawat Terhadap Klien

Kesimpulan

Page 43: ASKEP Bronkitis

P a g e | 42

III.2 ANALISA DAN DIAGNOSA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAHDIAGNOSA

KEPERAWATAN1 DS:

- Pasien mengatakan batuk disertai sputum sejak 4 bulan terakhir (menetap)

- Sesak napas

DO:- Suara napas terdengar krekels- Keadaan umum pasien gelisah- pernapasan cepat (takhipnoe)- TTV:

-. Suhu tubuh : 40 0 C (normal: 26-270 C)-. Denyut Nadi : 80 kali /menit (normal: 60 kali/menit)-. Pernafasan : 28 kali /menit (normal dewasa: 12-20 kali/menit)-. Tekanan Darah : 130/80 mmHg (normal: 120/80 mmHg)

Alergen

Aktivasi Ig. E

Peningkatan pelepasan Histamin

Edema mukosa meningkat

(sel goblet memproduksi mukus)

Peningkatan akumulasi sekret

Ndx. Bersihan jalan napas tak efektif

Bersihan jalan napas tak efektif

Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret yang ditandai dengan batuk disertai sputum

Page 44: ASKEP Bronkitis

P a g e | 43

2 DS:- Pasien mengatakan terasa nyeri saat

batuk- Pernah batuk darah

DO:- Keadaan umum pasien gelisah- Broncus menebal- Corak paru bertambah- Suara jantung redup- Leukosit lebih dari 17.500- Saturasi hemoglobin menurun- Eritropoesis bertambah- Nilai GDA tak normal:

Analisa gas darahPa O2 : 16rendah (normal 25 – 100

mmHg)Pa CO2 : 67tinggi (normal 36 – 44

mmHg).- TTV:

-. Suhu tubuh : 400 C (normal: 26-270 C)-. Denyut Nadi : 80 kali /menit (normal: 60 kali/menit)-. Pernafasan : 28 kali /menit (normal dewasa: 12-20 kali/menit)

Alergen

Aktivasi IG. E

Peningkatan pelepasan Histamin

Edema mukosa meningkat

(sel goblet memproduksi mukus)

Peningkatan akumulasi sekret

Batuk produktif

Bronkiolus melebar

Kerusakan Pertukaran Gas

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi) yang ditandai dengan nilai GDA tak normal (hipoksia dan hiperkapnia)

Page 45: ASKEP Bronkitis

P a g e | 44

3

-. Tekanan Darah : 130/80 mmHg (normal: 120/80 mmHg)

DS:- Pasien sering mual- Nafsu makan berkurang

DO:- Berat badan pasien turun 3 kg 6 bulan

terakhir menjadi 59 kg

Kerusakan bronkiolus

Ndx. Kerusakan pertukaran gas

Alergen

Aktivasi Ig. E

Peningkatan pelepasan Histamin

Edema mukosa meningkat

(sel goblet memproduksi mukus)

Peningkatan akumulasi sekret

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual yang ditandai dengan kehilangan berat badan

Page 46: ASKEP Bronkitis

P a g e | 45

Batuk produktif

Nyeri

Tidak nafsu makan

Ndx. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

Page 47: ASKEP Bronkitis

P a g e | 46

III.3 PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B

DIAGNOSA KEPERAWATAN

RENCANA TINDAKAN

RASIONALTUJUANKRITERIA EVALUASI

INTERVENSI/PERENCANAAN

Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret yang ditandai dengan batuk disertai sputum.

DS:- Pasien mengatakan

batuk disertai sputum sejak 4 bulan terakhir (menetap)- Sesak napas

DO:- Suara napas terdengar

krekels- Keadaan umum

pasien gelisah- pernapasan cepat

(takhipnoe)

Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/jelas

Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misalnya batuk efektif dan mengeluarkan sektet.

DO:- Suara napas

vesikuler-KU membaik- Frekuensi

pernapasan Normal (12-20 kali/menit)- Suhu tubuh

normal (26-270 C)-Denyut nadi

1. Asukultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas

2. Kaji frekuensi pernapasan

3. Catat jika adanya/derajat dispnea misalnya keluhan gelisah

1. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius, mis: penyebaran krekels basah (bronkitis)

2. Takipnee biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut. Pernapasan melambat dan frekuensi pernapasan memanjang dibandingkan ekspirasi.

3. Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang

Page 48: ASKEP Bronkitis

P a g e | 47

- TTV:-. Suhu tubuh : 400

C (normal: 26-270 C)-. Denyut Nadi

: 80 kali /menit (normal: 60

kali/menit)-. Pernafasan : 28

kali /menit (normal dewasa: 12-

20 kali/menit)-. Tekanan Darah :

130/80 mmHg (normal: 120/80

mmHg)

normal (60 kali/menit)-Tekanan darah

normal (120/80 mmHg)

DS:- Pasien

mengatakan sudah tidak batuk berlendir- Pasien

mengatakan sudah tidak sesak napas lagi

4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur

5. Pertahankan polusi lingkungan seminimum mungkin dari debu atau asap

6. Bantu pasien latihan napas abdomen atau bibir.

7. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1, Analgesik (mis: kodein) 3x1.

menimbulkan perawatan dirumah sakit, mis: infeksi, reaksi alergi.

4. Peninggian kepala temat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan graavitasi.

5. Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.

6. Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara

7. Menurunkan inhalasi jalan napas lokal, mengontrol infeksi pernapasan, dan batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat energi dan memungkinkan pasien untuk istirahat.

Page 49: ASKEP Bronkitis

P a g e | 48

Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B

DIAGNOSA KEPERAWATAN

RENCANA TINDAKAN

RASIONALTUJUANKRITERIA EVALUASI

INTERVENSI/PERENCANAAN

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi) yang ditandai dengan nilai GDA tak normal (hipoksia dan hiperkapnia)

DS:- Pasien mengatakan

terasa nyeri saat batuk- Pernah batuk darah

DO:- Keadaan umum

pasien gelisah- Broncus menebal- Corak paru

bertambah- Suara jantung redup

Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan

Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan/situasi

DO:- KU membaik- Broncus

membaik- Corak paru

membaik- Suara jantung

tunggal- Leukosit normal

(4000-11.000 mm3)- Saturasi

hemoglobin (Laki-laki: 13-18 g/dl, Perempuan: 11,5-16,5 g/dl)- Eritropoesis

1. Kaji frekuensi dan kedalaman pernapasan

2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas

3. Kaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa

4. Anjurkan pasien mengeluarkan sputum

5. Asukultasi bunyi napas

1. Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan kronisnya proses penyakit

2. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea dan kerja napas

3. Sianosis mungkin perifer atau sentral. Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan bertanya hipoksemia

4. Sputum tebal, kental dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapa dibutuhkan bila batuk tidak efektif.

5. Bunyi napar redup karena penurunan aliran udara atau

Page 50: ASKEP Bronkitis

P a g e | 49

- Leukosit lebih dari 17.500- Saturasi hemoglobin

menurun- Eritropoesis

bertambah- Nilai GDA tak

normal:Analisa gas darahPa O2 : 16rendah (normal 25 – 100 mmHg)Pa CO2 : 67tinggi (normal 36 – 44 mmHg).

- TTV:-. Suhu tubuh

: 400 C (normal: 26-270 C)-. Denyut Nadi

: 80 kali /menit (normal: 60

kali/menit)-. Pernafasan : 28

kali /menit (normal dewasa:

12-20 kali/menit)-. Tekanan Darah :

normal (L: 4,5 – 6,5 x 106/mm3, P: 3,8 – 5,8 x 106/mm3)- GDA normal

Pa O2= 25-100 mmHg.Pa CO2= 36-44 mmHg- TTV normal

Suhu tubuh 26-270CDenyut nadi 60 kali/menitPernapasan 12-20 kali/menitTekanan darah 120/80 mmHg

DS:- Pasien

mengatakan sudah tidak nyeri saat batuk

6. Palpasi fremitus

7. Awasi tingkat kesadaran

8. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi aktivitas pasien.

area konsoidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus/ tertahannya sekret. Krekels basah menyebar menunjukkan cairan pada interstisial jantung

6. Menurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumpulan cairan atau jebakan udara

7. Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia

8. Selama distres pernapasan berat/akut pasien secara total tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea.istirahat diselingi aktivitas perawat masih penting dari program pengobatan. Program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat,

Page 51: ASKEP Bronkitis

P a g e | 50

130/80 mmHg (normal: 120/80

mmHg) 9. Awasi tanda vital dan irama jantung

10. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien

dan dapat menigkatkan rasa sehat.

9. Takikardia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkna efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung

10.Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia.

Page 52: ASKEP Bronkitis

P a g e | 51

Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B

DIAGNOSA KEPERAWATAN

RENCANA TINDAKAN

RASIONALTUJUANKRITERIA EVALUASI

INTERVENSI/PERENCANAAN

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual yang ditandai dengan kehilangan berat badan.

DS:- Pasien sering mual- Nafsu makan

berkurangDO:- Berat badan pasien

turun 3 kg 6 bulan terakhir menjadi 59 kg

Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan

1. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubungkan dengan faktor penyebab

2. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan

DO:- Berat badan

pasien meningkat

DS:- Pasien sudah

tidak mual lagi

1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

2. Auskultasi bunyi usus.

3. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.

4. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.

5. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

1. Pasien distres pernapasan akut sering anokreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat.

2. Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.

3. Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.

4. Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dam memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori utama.

5. Dapat menghasilkan distensi abdomen yang menggangu napas abdomen dan gerakan diafrgma, dan dapat meningkatkan dispnea.

Page 53: ASKEP Bronkitis

P a g e | 52

- Nafsu makan pasien membaik

6. Hindari makanan sangat panas dan sangat dingin.

7. Timbang berat badan sesuai indikasi.

8. Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).

6. Suhu ekstrem dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.

7. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencan nutrisi.

8. Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.

Page 54: ASKEP Bronkitis

P a g e | 53

III.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B

HARI / TANGGAL

WAKTU Dx / Int

IMPLEMENTASI PARAF

Kamis, 14 Oktober 2010

08:30

08:40

08:55

09:00

09:15

09:30

1 1. Mengobservasi TTV Pasien.Hasil: - Suhu tubuh : 400

- Denyut Nadi : 80 kali /menit- Pernafasan : 28 kali /menit- Tekanan Darah : 130/80 mmHg

2. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: Bunyi napas: Krekels

3. Mengkaji frekuensi pernapasan.Hasil: Frekuensi pernapasan: Takiphnoe

4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.Hasil: pasien gelisah karna sesak napas

5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.Hasil: pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat tidur

6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu atau asap.

Page 55: ASKEP Bronkitis

P a g e | 54

09:35

11:00

08:55

09:20

09:10

09:40

08:40

2

Hasil: menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan lingkungan

7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibirHasil: jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas melalui mulut.

8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1, Analgesik (mis: kodein) 3x1.Hasil: pasien bisa nyaman beristirahat.

1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.Hasil: frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal

2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas.Hasil: posisi kepala pasien diatas sandaran tempat tidur.

3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.Hasil: pasien mengalami sianosis.

4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputumHasil: sputum kental, tebal, dan banyak sekresi.

5. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: bunyi napas: krekels

Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober

2010

Page 56: ASKEP Bronkitis

P a g e | 55

09:50

10:00

10:15

10:20

10:25

10:30

10:40

10:50

3

6. Mengpalpasi fremitus.Hasil: Getaran vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak.

7. Mengawasi tingkat kesadaran.Hasil: Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia)

8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi aktivitas pasien.Hasil: aktivitas pasien dibatasi, istirahat diutamakan.

9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.Hasil: tanda vital dan irama jantung normal.

10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.Hasil: oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.

1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.Hasil: pasien susah makan, berat badan: 58 kg, tinggi badan: 160 cm.

2. Mengauskultasi bunyi usus.Hasil: Bunyi usus: 40 kali/menit

3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.

Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober

2010

Page 57: ASKEP Bronkitis

P a g e | 56

11:15

11:20

11:25

11:30

12:00

Hasil: pasien dapat melakukan instruksi perawat.

4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.Hasil: pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil tapi sering diberikan.

5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.Hasil: makanan penghasil gas, minuman karbonat dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea.

6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.Hasil: makanan sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk.

7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.Hasil: berat badan: 58 kg

8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).

Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober

2010

Page 58: ASKEP Bronkitis

P a g e | 57

HARI / TANGGAL

WAKTU Dx / Int

EVALUASI PARAF

Kamis, 14 Oktober 2010

12:30 1 S: - Pasien sudah merasa nyaman dengan posisi tidurnya sekarang

-Pasien belum merasa sembuh karna masih batuk

O: TTV pasien:

- Suhu tubuh : 400

- Denyut Nadi : 80 kali /menit

- Pernafasan : 28 kali /menit

- Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Bunyi napas: krekels, Frekuensi pernapasan: takiphnoe, pasien gelisah

karna sesak napas, pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat

tidur, menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan

lingkungan, jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas

melalui mulut, pasien bisa nyaman beristirahat setelah diberikan obat.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

1. Mengobservasi TTV Pasien.

2. Mengauskultasi bunyi napas.

3. Mengkaji frekuensi pernapasan.

Page 59: ASKEP Bronkitis

P a g e | 58

2

4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.

5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian

kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.

6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu

atau asap.

7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir

8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1,

Analgesik (mis: kodein) 3x1.

S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya sekarang

O: - Frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal, posisi kepala pasien

diatas sandaran tempat tidur, pasien mengalami sianosis, sputum

kental, tebal, dan banyak sekresi, bunyi napas: krekels, Getaran

vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak,

Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia), aktivitas pasien

dibatasi, istirahat diutamakan, tanda vital dan irama jantung normal,

oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober 2010

Page 60: ASKEP Bronkitis

P a g e | 59

3

1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.

2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih

posisi yang mudah untuk bernapas.

3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum.

5. Mengauskultasi bunyi napas.

6. Mengpalpasi fremitus.

7. Mengawasi tingkat kesadaran.

8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang

tenang. Batasi aktivitas pasien.

9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.

10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil

GDA dan toleransi pasien.

S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya yang sekarang.

O: - pasien susah makan, berat badan: 58 kg, tinggi badan: 160 cm, Bunyi

usus: 40x/menit, pasien dapat melakukan instruksi perawat, pasien

dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil

tapi sering diberikan, makanan penghasil gas, minuman karbonat

Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober 2010

Page 61: ASKEP Bronkitis

P a g e | 60

dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea, makanan sangat panas

dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk, Berat badan: 58

kg.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat

kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

2. Mengauskultasi bunyi usus.

3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah

khusus untuk sekali pakai dan tisu.

4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah

makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.

5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.

7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.

8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk

memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang

(mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).

Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober 2010

Page 62: ASKEP Bronkitis

P a g e | 61

Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B

HARI / TANGGAL

WAKTU Dx / Int

IMPLEMENTASI PARAF

Jumat, 15 Oktober 2010

08:30

08:40

08:55

09:00

09:15

09:30

1 1. Mengobservasi TTV Pasien.Hasil: - Suhu tubuh : 38,50C

- Denyut Nadi : 80 kali /menit- Pernafasan : 28 kali /menit- Tekanan Darah : 130/80 mmHg

2. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: Bunyi napas: Krekels

3. Mengkaji frekuensi pernapasan.Hasil: Frekuensi pernapasan: Takiphnoe

4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.Hasil: pasien gelisah karna sesak napas

5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.Hasil: pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat tidur

6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu atau asap.Hasil: menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan lingkungan

Page 63: ASKEP Bronkitis

P a g e | 62

09:35

11:00

08:55

09:20

09:10

09:40

08:40

09:50

2

7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibirHasil: jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas melalui mulut.

8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1, Analgesik (mis: kodein) 3x1.Hasil: pasien bisa nyaman beristirahat.

1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.Hasil: frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal

2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas.Hasil: posisi kepala pasien diatas sandaran tempat tidur.

3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.Hasil: pasien mengalami sianosis.

4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputumHasil: sputum kental, tebal, dan banyak sekresi.

5. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: bunyi napas: krekels

6. Mengpalpasi fremitus.Hasil: Getaran vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak.

Fernando Hengkelare

Jumat, 15 Oktober 2010

Page 64: ASKEP Bronkitis

P a g e | 63

10:00

10:15

10:20

10:25

10:30

10:40

10:50

11:15

3

7. Mengawasi tingkat kesadaran.Hasil: Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia)

8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi aktivitas pasien.Hasil: aktivitas pasien dibatasi, istirahat diutamakan.

9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.Hasil: tanda vital dan irama jantung normal.

10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.Hasil: oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.

1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.Hasil: pasien susah makan, berat badan: 58,5 kg, tinggi badan: 160 cm.

2. Mengauskultasi bunyi usus.Hasil: Bunyi usus: 35 kali/menit

3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.Hasil: pasien dapat melakukan instruksi perawat.

4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.

Fernando Hengkelare

Jumat, 15 Oktober 2010

Page 65: ASKEP Bronkitis

P a g e | 64

11:20

11:25

11:30

12:00

Hasil: pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil tapi sering diberikan.

5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.Hasil: makanan penghasil gas, minuman karbonat dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea.

6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.Hasil: makanan sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk.

7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.Hasil: berat badan: 58,5 kg

8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).

Fernando Hengkelare

Jumat, 15 Oktober 2010

Page 66: ASKEP Bronkitis

P a g e | 65

HARI / TANGGAL

WAKTU Dx / Int

EVALUASI PARAF

Jumat, 15 Oktober 2010

12:30 1 S: - Pasien sudah merasa nyaman dengan posisi tidurnya sekarang

-Pasien belum merasa sembuh karna masih batuk

O: TTV pasien:

- Suhu tubuh : 38,50C

- Denyut Nadi : 80 kali /menit

- Pernafasan : 28 kali /menit

- Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Bunyi napas: krekels, Frekuensi pernapasan: takiphnoe, pasien gelisah

karna sesak napas, pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat

tidur, menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan

lingkungan, jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas

melalui mulut, pasien bisa nyaman beristirahat setelah diberikan obat.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

1. Mengobservasi TTV Pasien.

2. Mengauskultasi bunyi napas.

3. Mengkaji frekuensi pernapasan.

Page 67: ASKEP Bronkitis

P a g e | 66

2

4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.

5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian

kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.

6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu

atau asap.

7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir

8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1,

Analgesik (mis: kodein) 3x1.

S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya sekarang

O: - Frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal, posisi kepala pasien

diatas sandaran tempat tidur, pasien mengalami sianosis, sputum,

kental, tebal, dan banyak sekresi, bunyi napas: krekels, Getaran

vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak,

Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia), aktivitas pasien

dibatasi, istirahat diutamakan, tanda vital dan irama jantung normal,

oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

Fernando HengkelareJumat, 15 Oktober 2010

Page 68: ASKEP Bronkitis

P a g e | 67

3

1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.

2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih

posisi yang mudah untuk bernapas.

3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum.

5. Mengauskultasi bunyi napas.

6. Mengpalpasi fremitus.

7. Mengawasi tingkat kesadaran.

8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang

tenang. Batasi aktivitas pasien.

9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.

10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil

GDA dan toleransi pasien.

S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya yang sekarang.

O: - pasien susah makan, berat badan: 58,5 kg, tinggi badan: 160 cm,

Bunyi usus: 35x/menit, pasien dapat melakukan instruksi perawat,

pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan

kecil tapi sering diberikan, makanan penghasil gas, minuman

Fernando HengkelareJumat, 15 Oktober 2010

Page 69: ASKEP Bronkitis

P a g e | 68

karbonat dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea, makanan

sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk,

Berat badan: 58,5 kg.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat

kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

2. Mengauskultasi bunyi usus.

3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah

khusus untuk sekali pakai dan tisu.

4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah

makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.

5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.

7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.

8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk

memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang

(mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).

Fernando HengkelareJumat, 15 Oktober 2010

Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B

Page 70: ASKEP Bronkitis

P a g e | 69

HARI / TANGGAL

WAKTU Dx / Int

IMPLEMENTASI PARAF

Sabtu, 16 Oktober 2010

08:30

08:40

08:55

09:00

09:15

09:30

09:35

1 1. Mengobservasi TTV Pasien.Hasil: - Suhu tubuh : 37,50C

- Denyut Nadi : 80 kali /menit- Pernafasan : 28 kali /menit- Tekanan Darah : 130/80 mmHg

2. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: Bunyi napas: Krekels

3. Mengkaji frekuensi pernapasan.Hasil: Frekuensi pernapasan: Takiphnoe

4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.Hasil: pasien gelisah karna sesak napas

5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.Hasil: pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat tidur

6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu atau asap.Hasil: menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan lingkungan

7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibirHasil: jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas melalui

Page 71: ASKEP Bronkitis

P a g e | 70

11:00

08:55

09:20

09:10

09:40

08:40

09:50

10:00

2

mulut.

8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1, Analgesik (mis: kodein) 3x1.Hasil: pasien bisa nyaman beristirahat.

1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.Hasil: frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal

2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas.Hasil: posisi kepala pasien diatas sandaran tempat tidur.

3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.Hasil: pasien mengalami sianosis.

4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputumHasil: sputum kental, tebal, dan banyak sekresi.

5. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: bunyi napas: krekels

6. Mengpalpasi fremitus.Hasil: Getaran vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak.

7. Mengawasi tingkat kesadaran.Hasil: Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia)

Fernando Hengkelare

Sabtu, 16 Oktober 2010

Page 72: ASKEP Bronkitis

P a g e | 71

10:15

10:20

10:25

10:30

10:40

10:50

11:15

3

8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi aktivitas pasien.Hasil: aktivitas pasien dibatasi, istirahat diutamakan.

9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.Hasil: tanda vital dan irama jantung normal.

10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.Hasil: oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.

1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.Hasil: pasien susah makan, berat badan: 59 kg, tinggi badan: 160 cm.

2. Mengauskultasi bunyi usus.Hasil: Bunyi usus: 25 kali/menit

3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.Hasil: pasien dapat melakukan instruksi perawat.

4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.Hasil: pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil tapi sering diberikan.

Fernando Hengkelare

Sabtu, 16 Oktober 2010

Page 73: ASKEP Bronkitis

P a g e | 72

11:20

11:25

11:30

12:00

5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.Hasil: makanan penghasil gas, minuman karbonat dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea.

6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.Hasil: makanan sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk.

7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.Hasil: berat badan: 59 kg

8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).

Fernando Hengkelare

Sabtu, 16 Oktober 2010

HARI / TANGGAL

WAKTU Dx / Int

EVALUASI PARAF

Page 74: ASKEP Bronkitis

P a g e | 73

Jumat, 15 Oktober 2010

12:30 1 S: - Pasien sudah merasa nyaman dengan posisi tidurnya sekarang

-Pasien belum merasa sembuh karna masih batuk

O: TTV pasien:

- Suhu tubuh : 37,50C

- Denyut Nadi : 80 kali /menit

- Pernafasan : 28 kali /menit

- Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Bunyi napas: krekels, Frekuensi pernapasan: takiphnoe, pasien gelisah

karna sesak napas, pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat

tidur, menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan

lingkungan, jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas

melalui mulut, pasien bisa nyaman beristirahat setelah diberikan obat.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

1. Mengobservasi TTV Pasien.

2. Mengauskultasi bunyi napas.

3. Mengkaji frekuensi pernapasan.

4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.

5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian

Page 75: ASKEP Bronkitis

P a g e | 74

2

kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.

6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu

atau asap.

7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir

8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1,

Analgesik (mis: kodein) 3x1.

S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya sekarang

O: - Frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal, posisi kepala pasien

diatas sandaran tempat tidur, pasien mengalami sianosis, sputum,

kental, tebal, dan banyak sekresi, bunyi napas: krekels, Getaran

vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak,

Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia), aktivitas pasien

dibatasi, istirahat diutamakan, tanda vital dan irama jantung normal,

oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.

Fernando HengkelareSabtu, 16 Oktober 2010

Page 76: ASKEP Bronkitis

P a g e | 75

3

2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih

posisi yang mudah untuk bernapas.

3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum.

5. Mengauskultasi bunyi napas.

6. Mengpalpasi fremitus.

7. Mengawasi tingkat kesadaran.

8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang

tenang. Batasi aktivitas pasien.

9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.

10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil

GDA dan toleransi pasien.

S: - pasien merasa nyaman dengan kondisinya yang sekarang.

O: - pasien susah makan, berat badan: 59 kg, tinggi badan: 160 cm, Bunyi

usus: 25 x/menit, pasien dapat melakukan instruksi perawat, pasien

dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil

tapi sering diberikan, makanan penghasil gas, minuman karbonat

Fernando HengkelareSabtu, 16 Oktober 2010

Page 77: ASKEP Bronkitis

P a g e | 76

dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea, makanan sangat panas

dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk, Berat badan: 59

kg.

A: Masalah teratasi.

P: Intervensi dihentikan

Fernando HengkelareSabtu, 16 Oktober 2010

Page 78: ASKEP Bronkitis

P a g e | 77

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asuhan Keperawatan mengambarkan dan mencerminkan

individualisasi perawatan yang perawat berikan. Proses-proses

keperawatan yang dilakukan menunjukan pentingnya peranan perawat

dalam proses pengobatan dan penyembuhan pasien. Intervensi yang

diberikan haruslah sesuai dengan masalah pasien dan diagnosa

keperawatan yang ada. Akhirnya, dengan penyusunan Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Bronkitis yang telah dibuat menunjukan dan

menjelaskan cara pembuatan asuhan keperawatan yang benar dalam

bentuk teori dan penangganan langsung kepada pasien. Penanganan

langung dan kerjasama yang baik dengan keluarga pasien dan pasien itu

sendiri dapat mempermudah intervensi yang akan dilakukan. Pemahaman

yang benar tentang penyakit bronkitis dapat mempermudah dalam

pembuatan Askep. Dengan mengetahui cara yang benar dalam pembuatan

Askep dapat meningkat keterampilan dan kualitas dari perawat itu sendiri.

Askep yang akurat juga dapat membantu dalam memenuhi syarat

akreditasi asuhan keperawatan.

B. SARAN.

Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai proses

keperawatan/asuhan keperawatan khusunya tentang asuhan keperawatan

pada pasien bronkitis, dapat menunjang kita dalam proses pembelajaran

pada mata kuliah PKKDM I serta menjadi pedoman dan bahan

pembelajaran dalam melaksanakan profesi kita sebagai perawat nantinya.

Oleh karena itu dengan adanya bahan materi ini diharapakan kita sebagai

mahasiswa mampu mengetahui definisi penyakit bronkitis, etiologinya,

anatomi dan fisiologi, patofisiologi dan patoflow bronkitis, manifestasi

Page 79: ASKEP Bronkitis

P a g e | 78

klinik, pemeriksaan diagnosis, terapi penyakit, komplikasi dari penyakit

bronkitis, prognosis dan pencegahan yang dapat dilakukan dalam proses

keperawatan, dapat mengidentifikasi tujuan dalam proses keperawatan,

serta dapat mengetahui contoh bentuk asuhan keperawatan sebelum kita

turun ke lapangan/masyarakat.

Page 80: ASKEP Bronkitis

P a g e | 79

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. EGC :

Jakarta.

Long, Barbara C. 1998. Perawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

Tamsuri, Anas. 2008. Klien Gangguan Pernapasan: Seri Asuhan Keperawatan.

EGC: Jakarta.

Booker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Edisi 31. EGC: Jakarta.

Gunawan, Iriyan. 2006. Bronkitis pada anak.

http://www.asuhankeperawatan.blogspot.com. Diakses tanggal 2 oktober

2010 pukul 16.15 WIB.

Kurniawan. 2010. Makalah Kesehatan.

http://kurniawanwhu.wordpress.com/2010/05/09/makalah-kesehatan/.

Diakses tanggal 6 oktober 2010 pukul 15:35 WIB.

Page 81: ASKEP Bronkitis

P a g e | 80

DAFTAR ISTILAH

Congenital : Sudah terdapat sejak lahir

Bronkitis : Inflamasi pada mukosa bronkus

Bronkitis Akut : Batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus

yang melibatkan jalan nafas yang besar

Bronkitis Kronik : Bronkitis kronik adalah inflamasi luas jalan napas

dan peningkatan produksi sputum mukoid.

Laringotrakeobronkitis : Infeksi virus yang akut pada saluran napas atas

yang dapat disertai komplikasi infeksi bakteri

sekunder.

Septum oli : Sekat hidung.

Sel goblet : Sel-sel yang mensekresikan mukus yang terdapat

dalam lapisan mukosa pada traktus respiratorius

serta gastrointenstinal.

Silia : 1. Bulu mata, 2. Jonjot-jonjot mikroskopis pada sel

tertentu, mis: sel yang melapisi traktus

respiratorius.

Mukus : Sekresi viskus dari kelenjar mukus.

Alergen : Faktor-faktor pembawa alergi.

Histamin : Amina yang dilepaskan dalam sejumlah dan

menimbulkan konstriksi otot polos, sekresi

lambung serta vasodilatasi.

Mukosa : Selaput lendir.

Bronkus : Salah satu dari dua saluran napas yag besar dan

dibentuk oleh percabangan trakea.

Hipertermi : Kenaikan suhu tubuh.

Malaise : Suatu rasa sakit atau rasa tidak enak badan.

Nasofaringitis : Faring bagian atas yang berada diatas palatum

mole.

Konjungtivitis : Inflamasi konjungtiva.

Page 82: ASKEP Bronkitis

P a g e | 81

Anoreksia : Keadaan hilangnya selera makan.

Eritropoesis : Pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang yang

dirangsang oleh hormon eritroprotein.

Otitis media : Inflamasi telinga tengah.

Sinusitis : Inflamasi sinus, khususnya membran mukosa yang

melapisi sinus paranasal.

Pneumonia : Inflamasi jaringan paru yang biasanya disebabkan

oleh infeksi bakteri/virus.

Bronkietaksis : Suatu penyakit dimana bronkus dan bronkiolus

mengalami dilatasi serta terisi oleh sputum yng

puluren, berbau dan banyak.

Prognosis : Perjalanan penyakit atau hasil akhir yang

diperkirakan.

Dispnea : Napas tidak teratur.

Insomnia : Keadaan tidak bisa tidur.

Takikardia : Frekuensi jantung yang cepat.

Distensi : Keadaan membengkak dan mengembang.

Hepatomegali : Pembesaran hepar.

Barel chest : Dada tong.

Ronchi : Suara bronkial berdedas/gemeretak yang terdengar

pada auskultasi.

Libido : Dorongan/implus yang menghasilkan

tindakan/perbuatan.

Hipoksemia : Kekurangan oksigen dalam darah.

Sputum : Bahan yang dibatukkan keluar dari saluran

pernapasan.

Spasme batuk : Kontraksi otot yang mendadak saat batuk.

Patogen : Bersifat menimbulkan penyakit (mis:

mikroorganisme)

Infeksius : 1. Penyakit yang dapat ditularkan, 2. Penyakit yang

disebabkan oleh infeksi.

Page 83: ASKEP Bronkitis

P a g e | 82

Ansietas : Perasaan tidak tenang, perasaan takut,

khawatir/cemas, dan gelisah.

PPOM : Penayakit Paru Obstruksi Menahun

COPD : cronik obstructive pulmonary disease

GDA : Gas Darah Arteri