Page | 0 TUGAS MATA KULIAH PKKDM I Koordinator Mata Kuliah: Grace Polii, S. Kep., Ns Dosen Pembimbing: Irmacakti Sumaraw, S. Kep., Ns Angela R. Napitupulu, S. Kep., Ns ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BRONKITIS Disusun oleh: 1. Fernando Hengkelare 09061030 2. Fransisco Polandos 09061048 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
P a g e | 0
TUGAS MATA KULIAH PKKDM IKoordinator Mata Kuliah:
Grace Polii, S. Kep., NsDosen Pembimbing:
Irmacakti Sumaraw, S. Kep., NsAngela R. Napitupulu, S. Kep., Ns
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BRONKITIS
Disusun oleh:
1. Fernando Hengkelare 090610302. Fransisco Polandos 09061048
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2010
P a g e | 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
penyelenggaraan-Nya, makalah tentang Proses Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Bronkitis ini bisa diselesaikan. Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai tugas
mata kuliah Proses Keperawatan Kebutahan Dasar Manusia I (PKKDM I)
Universitas Katolik De La Salle Manado. Tujuan yang lebih khusus dari penulisan
makalah ini ialah untuk memberi pelatihan bagaimana cara membuat ASKEP
serta menambah pengetahuan tentang penyakit Bronkitis.
Tim Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen beserta
asisten dosen yang telah memberikan tugas untuk membuat makalah ini, serta
kepada siapa saja yang telah terlibat dalam proses penulisannya, terlebih kepada
teman–teman seangkatan Fakultas Keperawatan 2009 Universitas Katolik De La
Salle Manado yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini..
Akhirnya, harapan tim penulis semoga makalah tentang Proses Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Bronkitis ini bermanfaat bagi pembaca. Tim Penulis
telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun tim
penulis menyadari makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, tim penulis
mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan makalah ini.
Manado, Oktober 2010
Penulis
P a g e | 2
D A F T A R I S I
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
D A F T A R I S I................................................................................................................2
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis: peninggian kepala tempat tidur, duduk sandaran tempat tidur.
5. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis: debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
6. Dorong/bantu latihan napas abdomen/bibir.
- Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius, mis: penyebaran krekels basah (bronkitis)
- Takipnee biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut. Pernapasan melambat dan frekuensi pernapasan memanjang dibandingkan ekspirasi.
- Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit, mis: infeksi, reaksi alergi.
- Peninggian kepala temat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan graavitasi.
- Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
- Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara
Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.
8. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai teloransi jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan masukan cairan antara, sebagai pengganti makanan.
12. Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada.
- Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala dibawah setelah di perkusi dada.
- Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diagfragma.
- Merilekskan otot halus dan menurunkan spasme jalan napas.- Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos.- Menurunkan inhalasi jalan napas lokal.- Mengontrol infeksi pernapasan.- Batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat
energi dan memungkinkan pasien untuk istirahat.- Kelembaban menurunkan kekentalan sekret mempermudah
pengeluaran dan dapat membantu menurunkan/mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus.
- Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk membuang banyak sekresi/kental dan memperbaiki ventilasi pada segmen dasar paru.
- Membuat dasar untuk pengawasan kemajuan/kemunduran proses penyakit dan komplikasi.
2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan/napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.
3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.4. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.5. Auskultasi bunyi napas catat area penurunan aliran udara
dan/bunyi tambahan.6. Palpasi fremitus.7. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya
perubahan.8. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang
dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut.
9. Awasi tanda vital dan irama jantung10. Awasi/gambarkan seri GDA dan Nadi oksimetri.11. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil
GDA dan toleransi pasien.
- Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit
- Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dan kerja napas.
- Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun telinga. Keabu-abuan dan dianosis sentral mengidentifikasikan beratnya hipoksemia.
- Kental, tebal, dan banyak sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
- Bunyi napas redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus/ tertahannya sekret. Krekels basa menyebar menunjukkan cairan pada interstisial jantung
- Penurunan getasan vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau jebakan udara
- Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. DGA memburuk disertai bingung menunjukan
P a g e | 24
12. Berikan penekan SSP ( mis: antiansietas) dengan hati-hati13. Bantu intubasi, berikan/pertahankan ventilasi mekanik, dan
pindahan ke UPI sesuai instruksi untuk pasien.
disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia- Selama distres pernapasan berat/akut pasien secara total tak
mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan disprea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Program latihan ditunjukkna untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.
3. Diagnosa keperawatan : Nutrisi, Perubahan, Kurang dari Kebutuhaan Tubuh
Dapat berhubungan dengan : Dispnea, Kelemahan, Efek Samping Obat, Produksi sputum, Anoreksia, mual/muntah.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
Hasil evaluasi : Menunjukkan perilaku pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat yang tepat.
Intervensi Rasional1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat
kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.2. Auskultasi bunyi usus.3. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah
khusus untuk sekali pakai dan tisu.4. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah
makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
5. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
- Pasien distres pernapasan akut sering anokreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat.
- Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.- Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat
membuat mual dan muntah.- Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dam
memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori utama.
- Dapat menghasilkan distensi abdomen yang menggangu napas abdomen dan gerakan diafrgma, dan dapat meningkatkan
P a g e | 25
6. Hindari makanan sangat panas dan sangat dingin.
7. Timbang berat badan sesuai indikasi.
8. Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
dispnea.- Suhu ekstrem dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
- Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencan nutrisi.
- Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.
4. Diagnosa Keperawatan : Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap
Dapat berhubungan dengan : Menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi
Menunjukan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Kriteria evaluasi : Mendemonstrasikan teknik mencuci tangan yang tepat dan melaksanakan tindakan pencegahan
yang sesuai
Untuk mencegah infeksi.
Intervensi Rasional1. Awasi suhu
2. Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan posisi
sering, dan masukan cairan adekuat.
- Demam dapat terjadi karena infeksi dan/atau dehidrasi.
- Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret
untuk menurunkan arisiko terjadinya nfaeksi paru.
P a g e | 26
3. Observasi warna, karakter, bau sputum.
4. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan
sputum. Tekankan cuci tangan yang benar (perawat dan pasien)
dan pengunaan sarung tangan bila memegang/membuang tisu,
wadah sputum.
5. Awasi pengunjung; berikan masker sesuai indikasi.
6. Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
7. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
8. Dapatkan spesimen sputum dengan batuk atau penghisapan untuk
pewarnaan kuman Gram, kultur/sensivitas.
9. Berikan antimikrobial sesuai indikasi.
- Sekret berbau, kuning/kehijauan menunjukkan adanya infeksi
paru.
- Mencegah patogen melalui cairan.
- Menurunkan potinsial terpajan pada penyakita infeksius
- Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan
memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan
penyembuhan.
- Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan
menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.
- Dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab dan
kerentanan terhadap berbagai antimikrobial.
- Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi
dengan kultur.
P a g e | 27
5. Diagnosa keperawatan : Intoleran Aktifitas Berhubungan
Dapat berhubungan dengan : Insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Tujuan : - Pasien akan mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kelemahan
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang dibutuhkan dengan TTV dalam rentang normal
- Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, pengobatan dan atau
peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
Kriteria Evaluasi : - Pasien dapat menidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kelemahan.
- Pasien mengungkapkan kebutuhan akan oksigen.
Intervensi Rasional1. Kaji keadaan umum pasien
2. Kaji tingkat kemampuan aktivitas.
3. Observasi tanda-tanda vital.
4. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat di tempat tidur.
5. Bantu pasien untuk beraktivitas
6. Libatkan keluarga dalam mendampingi pasien.
7. Kolaborasi medik dalam pemberian O2
- Menentukan intervensi yang tepat
- Mengetahui sejauh mana kemampuan aktivitas pasien &
menentukan tindakan selanjutnya.
- Mengetahui perubahan curah jantung sehingga tidak terjadi
hipotensi
- Mengurangi kerja jantung.
- Dapat memenuhi kebutuhan sehari – hari dan kebutuhan O2.
- Membantu memenuhi kebutuhan sehari – hari.
P a g e | 28
6. Diagnosa keperawatan : Kurang Pengetahuan [Kebutuhan Belajar] Mengenai Kondisi, Tindakan
Dapat berhubungan dengan : Kurang Informasi/tidak mengenal sumber infomasi.
Tujuan : Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
Kriteria evaluasi : Pasien memahami kondisi penyakitnya dan melakukan perubahan pola hidup
Intervensi Rasional1. Jelaskan/kuatkan penjelasan proses penyakit individu. Dorong
pasien/orang terdekat untuk menanyakan pertanyaan.
2. Instuksikan/kuatkan rasional untuk latihan napas, batuk efektif,
dan latihan kolaborasi umum.
3. Diskusikan obat pernapasan, efek samping, dan reaksi yang tak
diinginkan.
4. Tunjukkan teknik penggunaan dosis inhaler.
5. Sistem alat untuk mencatat obat intermitten/penggunaan inhaller.
5. Apa yang dapat dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman :
Perawat memberikan dukungan agar pasien cepat sembuh
7. Sistem Nilai - Kepercayaan
1. Siapa atau apa sumber kekuatan : Doa kepada Tuhan dan Keluarga
2. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda ?
( ) Ya ( ) Tidak
3. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan
frekwensi) sebutkan:
Masuk gereja setiap minggu jika tidak ada lembur kerja
4. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di
Rumah Sakit, Sebutkan :
Berdoa
8. Tingkat Perkembangan :
Usia : Middle age Karakteristik : normal sesuai usia
dan kulit mulai
keriput
VII. Pengkajian Fisik
Tanda-tanda Vital Saat Pasien Masuk Rumah Sakit
- Suhu tubuh : 400 C (demam)
- Denyut Nadi : 80 kali /menit
- Pernafasan : 28 kali /menit
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
P a g e | 37
Kepala, Mata, Kuping, Hidung & Tenggorokan
Kepala : bentuk : simetris dan oval
Keluhan yang berhubungan : tidak ada
Pusing/sakit kepala : tidak
M a t a : Ukuran pupil 5 mm Isokor: baik
Reaksi terhadap cahaya : pupil mengecil
Akomodasi : baik
Bentuk : simetris
Konjunctiva : merah pucat
Fungsi penglihatan : baik
- Baik/kabur/tidak jelas : baik
- Dua bentuk: tidak
- Rasa sakit : tidak
Tanda-tanda radang tidak ada
Pemeriksaan mata terakhir : tidak pernah
Operasi tidak
Kaca mata : tidak menggunakan kaca mata
Lensa Kontak pasien tidak menggunakan lensa kontak
Hidung : Reaksi Alergi : bersin bila berdebu
Cara mengatasinya dibiarkan saja
Pernah mengalami flu : Pasie pernah mengalami
influensa
Bagaimana frekwensinya dalam setahun sering
Sinus normal perdarahan tidak ada
Mulut & Tenggorokan : Gigi geligi geraham 2 atas tercabut
Kesulitan/gangguan berbicara tidak
Kesulitan menelan tidak
Pemeriksaan gigi terakhir tidak pernah
P a g e | 38
Pernafasan : Suara paru : krekels
Pola Nafas : tidak teratur(takhipnoe) Batuk sering
Sputum: ada Nyeri: terasa
Kemampuan melakukan aktifitas sulit
Batuk darah pernah (6 bulan lalu)
Rontgen Foto terakhir 4 bulan lalu Hasil bronkitis
Sirkulasi : Nadi Perifer -------
Capilary Refilling : 3 detik
Distensi Vena Jugularis Tampak
Suara Jantung redup
Suara Jantung tambahan Tidak dilakukan
Irama jantung (monitor) Tidak dilakukan
Nyeri : pada bagian thorax Edema : tidak
Palpitasi Tidak ada Baal: tidak
Perubahan warna (kulit, Kuku, Bibir, dll) : kemerahan
Clubbing tidak ada
Keadaan Ekstremitas :(mobilitas berkurang)
Syncobe Tidak
Rasa pusing : ada
Monitoring Hemodinamik : CVP Tidak dilakukan mm
H2O
Nutrisi : Jenis Diet : tidak ada nafsu makan : berkurang
Rasa mual : sering Muntah : Kadang
Intake Cairan 6-7 gelas/hari
Eliminasi :Pola rutin ------
(b.a.b) Penggunaan Laxan Tidak diterapkan
Colostomy Tidak diterapkan
Ileostomy Tidak diterapkan
P a g e | 39
Konstibasi tidak diterapkan
Diare Kadang-kadang
(b.a.k) Inkontinensia
Infeksi Tidak ada
Nematuri -
Catheter Tidak diterapkan
Urine Output > 2000 ml
Reproduksi : Kehamilan ______________________
Buah dada _______________ Perdarahan
Pemeriksaan Pap Smear terakhir
Hasil ________________________________________
Keputihan _____________________________________
Pemeriksaan Sendiri ___________________________
Prostat tidak ada
Penggunaan Kateter tidak ada
Neurologis : Tingkat kesadaran sadar
Orientasi : pasien dapat berorientasi terhadap waktu
Koordinasi : pasien dapat berkoordinasi dengan anggota
gerak tubuh
Pola tingkah laku normal
Riwayat epilepsi/kejang/parkinson tidak ada
Refleks tidak ada
Kekuatan menggenggam : pasien dapat menggenggam
objek
Pergerakan Ekstremitas : ekstremitas baik
Muskuloskeletal : Nyeri pada bagian dada (thorax)
Kekakuan tidak ada
Pola latihan gerak _______________________________
Kulit : Warna : kemerahan seara umum
Integritas : kering
Turgor : kering
P a g e | 40
Data Laboratorium
Laboratorium :
Leukosit > 17.500.
Analisa gas darah
Pa O2 : 16 = rendah (normal 25 – 100 mmHg)
Pa CO2 : 67 mmHg = tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
Saturasi hemoglobin menurun.
Eritropoesis bertambah.
Pengobatan
Hasil Pemeriksaan Diagnostik lain
Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan namun nampak
bayangan bronchus yang menebal dan corak paru
bertambah.
Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya
Pasien memperkirakan bahwa penyakitnya disebabkan oleh profesi
kerjanya sebagai seorang pekerja bangunan yang setiap harinya
berhadapan dengan debu atau serbuk/ampas bahan.
Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari
kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet
disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas
yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi
bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil
sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya
melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain
P a g e | 41
yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat
memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan
mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri
melemah.
Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel
penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus
mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel
silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari
saluran nafas.
Kesan Perawat Terhadap Klien
Kesimpulan
P a g e | 42
III.2 ANALISA DAN DIAGNOSA DATA
No DATA ETIOLOGI MASALAHDIAGNOSA
KEPERAWATAN1 DS:
- Pasien mengatakan batuk disertai sputum sejak 4 bulan terakhir (menetap)
- Sesak napas
DO:- Suara napas terdengar krekels- Keadaan umum pasien gelisah- pernapasan cepat (takhipnoe)- TTV:
-. Suhu tubuh : 40 0 C (normal: 26-270 C)-. Denyut Nadi : 80 kali /menit (normal: 60 kali/menit)-. Pernafasan : 28 kali /menit (normal dewasa: 12-20 kali/menit)-. Tekanan Darah : 130/80 mmHg (normal: 120/80 mmHg)
Alergen
Aktivasi Ig. E
Peningkatan pelepasan Histamin
Edema mukosa meningkat
(sel goblet memproduksi mukus)
Peningkatan akumulasi sekret
Ndx. Bersihan jalan napas tak efektif
Bersihan jalan napas tak efektif
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret yang ditandai dengan batuk disertai sputum
P a g e | 43
2 DS:- Pasien mengatakan terasa nyeri saat
batuk- Pernah batuk darah
DO:- Keadaan umum pasien gelisah- Broncus menebal- Corak paru bertambah- Suara jantung redup- Leukosit lebih dari 17.500- Saturasi hemoglobin menurun- Eritropoesis bertambah- Nilai GDA tak normal:
Analisa gas darahPa O2 : 16rendah (normal 25 – 100
mmHg)Pa CO2 : 67tinggi (normal 36 – 44
mmHg).- TTV:
-. Suhu tubuh : 400 C (normal: 26-270 C)-. Denyut Nadi : 80 kali /menit (normal: 60 kali/menit)-. Pernafasan : 28 kali /menit (normal dewasa: 12-20 kali/menit)
Alergen
Aktivasi IG. E
Peningkatan pelepasan Histamin
Edema mukosa meningkat
(sel goblet memproduksi mukus)
Peningkatan akumulasi sekret
Batuk produktif
Bronkiolus melebar
Kerusakan Pertukaran Gas
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi) yang ditandai dengan nilai GDA tak normal (hipoksia dan hiperkapnia)
P a g e | 44
3
-. Tekanan Darah : 130/80 mmHg (normal: 120/80 mmHg)
DS:- Pasien sering mual- Nafsu makan berkurang
DO:- Berat badan pasien turun 3 kg 6 bulan
terakhir menjadi 59 kg
Kerusakan bronkiolus
Ndx. Kerusakan pertukaran gas
Alergen
Aktivasi Ig. E
Peningkatan pelepasan Histamin
Edema mukosa meningkat
(sel goblet memproduksi mukus)
Peningkatan akumulasi sekret
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual yang ditandai dengan kehilangan berat badan
P a g e | 45
Batuk produktif
Nyeri
Tidak nafsu makan
Ndx. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
P a g e | 46
III.3 PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONALTUJUANKRITERIA EVALUASI
INTERVENSI/PERENCANAAN
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret yang ditandai dengan batuk disertai sputum.
DS:- Pasien mengatakan
batuk disertai sputum sejak 4 bulan terakhir (menetap)- Sesak napas
DO:- Suara napas terdengar
krekels- Keadaan umum
pasien gelisah- pernapasan cepat
(takhipnoe)
Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/jelas
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misalnya batuk efektif dan mengeluarkan sektet.
DO:- Suara napas
vesikuler-KU membaik- Frekuensi
pernapasan Normal (12-20 kali/menit)- Suhu tubuh
normal (26-270 C)-Denyut nadi
1. Asukultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas
2. Kaji frekuensi pernapasan
3. Catat jika adanya/derajat dispnea misalnya keluhan gelisah
1. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius, mis: penyebaran krekels basah (bronkitis)
2. Takipnee biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut. Pernapasan melambat dan frekuensi pernapasan memanjang dibandingkan ekspirasi.
3. Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang
P a g e | 47
- TTV:-. Suhu tubuh : 400
C (normal: 26-270 C)-. Denyut Nadi
: 80 kali /menit (normal: 60
kali/menit)-. Pernafasan : 28
kali /menit (normal dewasa: 12-
20 kali/menit)-. Tekanan Darah :
130/80 mmHg (normal: 120/80
mmHg)
normal (60 kali/menit)-Tekanan darah
normal (120/80 mmHg)
DS:- Pasien
mengatakan sudah tidak batuk berlendir- Pasien
mengatakan sudah tidak sesak napas lagi
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur
5. Pertahankan polusi lingkungan seminimum mungkin dari debu atau asap
6. Bantu pasien latihan napas abdomen atau bibir.
7. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1, Analgesik (mis: kodein) 3x1.
4. Peninggian kepala temat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan graavitasi.
5. Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
6. Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara
7. Menurunkan inhalasi jalan napas lokal, mengontrol infeksi pernapasan, dan batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat energi dan memungkinkan pasien untuk istirahat.
P a g e | 48
Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONALTUJUANKRITERIA EVALUASI
INTERVENSI/PERENCANAAN
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi) yang ditandai dengan nilai GDA tak normal (hipoksia dan hiperkapnia)
DS:- Pasien mengatakan
terasa nyeri saat batuk- Pernah batuk darah
DO:- Keadaan umum
pasien gelisah- Broncus menebal- Corak paru
bertambah- Suara jantung redup
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan/situasi
2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas
3. Kaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa
4. Anjurkan pasien mengeluarkan sputum
5. Asukultasi bunyi napas
1. Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan kronisnya proses penyakit
2. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea dan kerja napas
3. Sianosis mungkin perifer atau sentral. Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan bertanya hipoksemia
4. Sputum tebal, kental dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapa dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
5. Bunyi napar redup karena penurunan aliran udara atau
P a g e | 49
- Leukosit lebih dari 17.500- Saturasi hemoglobin
menurun- Eritropoesis
bertambah- Nilai GDA tak
normal:Analisa gas darahPa O2 : 16rendah (normal 25 – 100 mmHg)Pa CO2 : 67tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
- TTV:-. Suhu tubuh
: 400 C (normal: 26-270 C)-. Denyut Nadi
: 80 kali /menit (normal: 60
kali/menit)-. Pernafasan : 28
kali /menit (normal dewasa:
12-20 kali/menit)-. Tekanan Darah :
normal (L: 4,5 – 6,5 x 106/mm3, P: 3,8 – 5,8 x 106/mm3)- GDA normal
Pa O2= 25-100 mmHg.Pa CO2= 36-44 mmHg- TTV normal
Suhu tubuh 26-270CDenyut nadi 60 kali/menitPernapasan 12-20 kali/menitTekanan darah 120/80 mmHg
DS:- Pasien
mengatakan sudah tidak nyeri saat batuk
6. Palpasi fremitus
7. Awasi tingkat kesadaran
8. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi aktivitas pasien.
area konsoidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus/ tertahannya sekret. Krekels basah menyebar menunjukkan cairan pada interstisial jantung
6. Menurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumpulan cairan atau jebakan udara
7. Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia
8. Selama distres pernapasan berat/akut pasien secara total tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea.istirahat diselingi aktivitas perawat masih penting dari program pengobatan. Program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat,
P a g e | 50
130/80 mmHg (normal: 120/80
mmHg) 9. Awasi tanda vital dan irama jantung
10. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien
dan dapat menigkatkan rasa sehat.
9. Takikardia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkna efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual yang ditandai dengan kehilangan berat badan.
DS:- Pasien sering mual- Nafsu makan
berkurangDO:- Berat badan pasien
turun 3 kg 6 bulan terakhir menjadi 59 kg
Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan
1. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubungkan dengan faktor penyebab
2. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan
DO:- Berat badan
pasien meningkat
DS:- Pasien sudah
tidak mual lagi
1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
2. Auskultasi bunyi usus.
3. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
4. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
5. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
1. Pasien distres pernapasan akut sering anokreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat.
2. Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
3. Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.
4. Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dam memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori utama.
5. Dapat menghasilkan distensi abdomen yang menggangu napas abdomen dan gerakan diafrgma, dan dapat meningkatkan dispnea.
P a g e | 52
- Nafsu makan pasien membaik
6. Hindari makanan sangat panas dan sangat dingin.
7. Timbang berat badan sesuai indikasi.
8. Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
6. Suhu ekstrem dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
7. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencan nutrisi.
8. Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.
P a g e | 53
III.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
IMPLEMENTASI PARAF
Kamis, 14 Oktober 2010
08:30
08:40
08:55
09:00
09:15
09:30
1 1. Mengobservasi TTV Pasien.Hasil: - Suhu tubuh : 400
- Denyut Nadi : 80 kali /menit- Pernafasan : 28 kali /menit- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
2. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: Bunyi napas: Krekels
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.Hasil: pasien gelisah karna sesak napas
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.Hasil: pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat tidur
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu atau asap.
P a g e | 54
09:35
11:00
08:55
09:20
09:10
09:40
08:40
2
Hasil: menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan lingkungan
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibirHasil: jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas melalui mulut.
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1, Analgesik (mis: kodein) 3x1.Hasil: pasien bisa nyaman beristirahat.
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.Hasil: frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal
2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas.Hasil: posisi kepala pasien diatas sandaran tempat tidur.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.Hasil: pasien mengalami sianosis.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputumHasil: sputum kental, tebal, dan banyak sekresi.
5. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: bunyi napas: krekels
Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober
2010
P a g e | 55
09:50
10:00
10:15
10:20
10:25
10:30
10:40
10:50
3
6. Mengpalpasi fremitus.Hasil: Getaran vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak.
7. Mengawasi tingkat kesadaran.Hasil: Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia)
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi aktivitas pasien.Hasil: aktivitas pasien dibatasi, istirahat diutamakan.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.Hasil: tanda vital dan irama jantung normal.
10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.Hasil: oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.
1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.Hasil: pasien susah makan, berat badan: 58 kg, tinggi badan: 160 cm.
2. Mengauskultasi bunyi usus.Hasil: Bunyi usus: 40 kali/menit
3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober
2010
P a g e | 56
11:15
11:20
11:25
11:30
12:00
Hasil: pasien dapat melakukan instruksi perawat.
4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.Hasil: pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil tapi sering diberikan.
5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.Hasil: makanan penghasil gas, minuman karbonat dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea.
6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.Hasil: makanan sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk.
7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.Hasil: berat badan: 58 kg
8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober
2010
P a g e | 57
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
EVALUASI PARAF
Kamis, 14 Oktober 2010
12:30 1 S: - Pasien sudah merasa nyaman dengan posisi tidurnya sekarang
-Pasien belum merasa sembuh karna masih batuk
O: TTV pasien:
- Suhu tubuh : 400
- Denyut Nadi : 80 kali /menit
- Pernafasan : 28 kali /menit
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Bunyi napas: krekels, Frekuensi pernapasan: takiphnoe, pasien gelisah
karna sesak napas, pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat
tidur, menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan
lingkungan, jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas
melalui mulut, pasien bisa nyaman beristirahat setelah diberikan obat.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengobservasi TTV Pasien.
2. Mengauskultasi bunyi napas.
3. Mengkaji frekuensi pernapasan.
P a g e | 58
2
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian
kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu
atau asap.
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1,
Analgesik (mis: kodein) 3x1.
S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya sekarang
O: - Frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal, posisi kepala pasien
diatas sandaran tempat tidur, pasien mengalami sianosis, sputum
kental, tebal, dan banyak sekresi, bunyi napas: krekels, Getaran
vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak,
Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia), aktivitas pasien
dibatasi, istirahat diutamakan, tanda vital dan irama jantung normal,
oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober 2010
P a g e | 59
3
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.
2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih
posisi yang mudah untuk bernapas.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum.
5. Mengauskultasi bunyi napas.
6. Mengpalpasi fremitus.
7. Mengawasi tingkat kesadaran.
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang
tenang. Batasi aktivitas pasien.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.
10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil
GDA dan toleransi pasien.
S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya yang sekarang.
O: - pasien susah makan, berat badan: 58 kg, tinggi badan: 160 cm, Bunyi
usus: 40x/menit, pasien dapat melakukan instruksi perawat, pasien
dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil
tapi sering diberikan, makanan penghasil gas, minuman karbonat
Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober 2010
P a g e | 60
dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea, makanan sangat panas
dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk, Berat badan: 58
kg.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat
kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
2. Mengauskultasi bunyi usus.
3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah
khusus untuk sekali pakai dan tisu.
4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah
makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.
7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.
8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk
memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang
(mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober 2010
P a g e | 61
Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
IMPLEMENTASI PARAF
Jumat, 15 Oktober 2010
08:30
08:40
08:55
09:00
09:15
09:30
1 1. Mengobservasi TTV Pasien.Hasil: - Suhu tubuh : 38,50C
- Denyut Nadi : 80 kali /menit- Pernafasan : 28 kali /menit- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
2. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: Bunyi napas: Krekels
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.Hasil: pasien gelisah karna sesak napas
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.Hasil: pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat tidur
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu atau asap.Hasil: menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan lingkungan
P a g e | 62
09:35
11:00
08:55
09:20
09:10
09:40
08:40
09:50
2
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibirHasil: jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas melalui mulut.
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1, Analgesik (mis: kodein) 3x1.Hasil: pasien bisa nyaman beristirahat.
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.Hasil: frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal
2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas.Hasil: posisi kepala pasien diatas sandaran tempat tidur.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.Hasil: pasien mengalami sianosis.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputumHasil: sputum kental, tebal, dan banyak sekresi.
5. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: bunyi napas: krekels
6. Mengpalpasi fremitus.Hasil: Getaran vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak.
Fernando Hengkelare
Jumat, 15 Oktober 2010
P a g e | 63
10:00
10:15
10:20
10:25
10:30
10:40
10:50
11:15
3
7. Mengawasi tingkat kesadaran.Hasil: Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia)
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi aktivitas pasien.Hasil: aktivitas pasien dibatasi, istirahat diutamakan.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.Hasil: tanda vital dan irama jantung normal.
10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.Hasil: oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.
1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.Hasil: pasien susah makan, berat badan: 58,5 kg, tinggi badan: 160 cm.
2. Mengauskultasi bunyi usus.Hasil: Bunyi usus: 35 kali/menit
3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.Hasil: pasien dapat melakukan instruksi perawat.
4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
Fernando Hengkelare
Jumat, 15 Oktober 2010
P a g e | 64
11:20
11:25
11:30
12:00
Hasil: pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil tapi sering diberikan.
5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.Hasil: makanan penghasil gas, minuman karbonat dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea.
6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.Hasil: makanan sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk.
7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.Hasil: berat badan: 58,5 kg
8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
Fernando Hengkelare
Jumat, 15 Oktober 2010
P a g e | 65
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
EVALUASI PARAF
Jumat, 15 Oktober 2010
12:30 1 S: - Pasien sudah merasa nyaman dengan posisi tidurnya sekarang
-Pasien belum merasa sembuh karna masih batuk
O: TTV pasien:
- Suhu tubuh : 38,50C
- Denyut Nadi : 80 kali /menit
- Pernafasan : 28 kali /menit
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Bunyi napas: krekels, Frekuensi pernapasan: takiphnoe, pasien gelisah
karna sesak napas, pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat
tidur, menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan
lingkungan, jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas
melalui mulut, pasien bisa nyaman beristirahat setelah diberikan obat.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengobservasi TTV Pasien.
2. Mengauskultasi bunyi napas.
3. Mengkaji frekuensi pernapasan.
P a g e | 66
2
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian
kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu
atau asap.
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1,
Analgesik (mis: kodein) 3x1.
S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya sekarang
O: - Frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal, posisi kepala pasien
diatas sandaran tempat tidur, pasien mengalami sianosis, sputum,
kental, tebal, dan banyak sekresi, bunyi napas: krekels, Getaran
vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak,
Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia), aktivitas pasien
dibatasi, istirahat diutamakan, tanda vital dan irama jantung normal,
oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
Fernando HengkelareJumat, 15 Oktober 2010
P a g e | 67
3
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.
2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih
posisi yang mudah untuk bernapas.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum.
5. Mengauskultasi bunyi napas.
6. Mengpalpasi fremitus.
7. Mengawasi tingkat kesadaran.
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang
tenang. Batasi aktivitas pasien.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.
10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil
GDA dan toleransi pasien.
S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya yang sekarang.
O: - pasien susah makan, berat badan: 58,5 kg, tinggi badan: 160 cm,
Bunyi usus: 35x/menit, pasien dapat melakukan instruksi perawat,
pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan
kecil tapi sering diberikan, makanan penghasil gas, minuman
Fernando HengkelareJumat, 15 Oktober 2010
P a g e | 68
karbonat dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea, makanan
sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk,
Berat badan: 58,5 kg.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat
kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
2. Mengauskultasi bunyi usus.
3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah
khusus untuk sekali pakai dan tisu.
4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah
makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.
7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.
8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk
memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang
(mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
Fernando HengkelareJumat, 15 Oktober 2010
Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B
P a g e | 69
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
IMPLEMENTASI PARAF
Sabtu, 16 Oktober 2010
08:30
08:40
08:55
09:00
09:15
09:30
09:35
1 1. Mengobservasi TTV Pasien.Hasil: - Suhu tubuh : 37,50C
- Denyut Nadi : 80 kali /menit- Pernafasan : 28 kali /menit- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
2. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: Bunyi napas: Krekels
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.Hasil: pasien gelisah karna sesak napas
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.Hasil: pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat tidur
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu atau asap.Hasil: menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan lingkungan
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibirHasil: jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas melalui
P a g e | 70
11:00
08:55
09:20
09:10
09:40
08:40
09:50
10:00
2
mulut.
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1, Analgesik (mis: kodein) 3x1.Hasil: pasien bisa nyaman beristirahat.
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.Hasil: frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal
2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas.Hasil: posisi kepala pasien diatas sandaran tempat tidur.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.Hasil: pasien mengalami sianosis.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputumHasil: sputum kental, tebal, dan banyak sekresi.
5. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: bunyi napas: krekels
6. Mengpalpasi fremitus.Hasil: Getaran vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak.
7. Mengawasi tingkat kesadaran.Hasil: Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia)
Fernando Hengkelare
Sabtu, 16 Oktober 2010
P a g e | 71
10:15
10:20
10:25
10:30
10:40
10:50
11:15
3
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi aktivitas pasien.Hasil: aktivitas pasien dibatasi, istirahat diutamakan.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.Hasil: tanda vital dan irama jantung normal.
10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.Hasil: oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.
1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.Hasil: pasien susah makan, berat badan: 59 kg, tinggi badan: 160 cm.
2. Mengauskultasi bunyi usus.Hasil: Bunyi usus: 25 kali/menit
3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.Hasil: pasien dapat melakukan instruksi perawat.
4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.Hasil: pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil tapi sering diberikan.
Fernando Hengkelare
Sabtu, 16 Oktober 2010
P a g e | 72
11:20
11:25
11:30
12:00
5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.Hasil: makanan penghasil gas, minuman karbonat dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea.
6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.Hasil: makanan sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk.
7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.Hasil: berat badan: 59 kg
8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
Fernando Hengkelare
Sabtu, 16 Oktober 2010
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
EVALUASI PARAF
P a g e | 73
Jumat, 15 Oktober 2010
12:30 1 S: - Pasien sudah merasa nyaman dengan posisi tidurnya sekarang
-Pasien belum merasa sembuh karna masih batuk
O: TTV pasien:
- Suhu tubuh : 37,50C
- Denyut Nadi : 80 kali /menit
- Pernafasan : 28 kali /menit
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Bunyi napas: krekels, Frekuensi pernapasan: takiphnoe, pasien gelisah
karna sesak napas, pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat
tidur, menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan
lingkungan, jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas
melalui mulut, pasien bisa nyaman beristirahat setelah diberikan obat.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengobservasi TTV Pasien.
2. Mengauskultasi bunyi napas.
3. Mengkaji frekuensi pernapasan.
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian
P a g e | 74
2
kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu
atau asap.
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1,
Analgesik (mis: kodein) 3x1.
S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya sekarang
O: - Frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal, posisi kepala pasien
diatas sandaran tempat tidur, pasien mengalami sianosis, sputum,
kental, tebal, dan banyak sekresi, bunyi napas: krekels, Getaran
vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak,
Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia), aktivitas pasien
dibatasi, istirahat diutamakan, tanda vital dan irama jantung normal,
oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.
Fernando HengkelareSabtu, 16 Oktober 2010
P a g e | 75
3
2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih
posisi yang mudah untuk bernapas.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum.
5. Mengauskultasi bunyi napas.
6. Mengpalpasi fremitus.
7. Mengawasi tingkat kesadaran.
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang
tenang. Batasi aktivitas pasien.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.
10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil
GDA dan toleransi pasien.
S: - pasien merasa nyaman dengan kondisinya yang sekarang.
O: - pasien susah makan, berat badan: 59 kg, tinggi badan: 160 cm, Bunyi
usus: 25 x/menit, pasien dapat melakukan instruksi perawat, pasien
dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil
tapi sering diberikan, makanan penghasil gas, minuman karbonat
Fernando HengkelareSabtu, 16 Oktober 2010
P a g e | 76
dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea, makanan sangat panas
dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk, Berat badan: 59
kg.
A: Masalah teratasi.
P: Intervensi dihentikan
Fernando HengkelareSabtu, 16 Oktober 2010
P a g e | 77
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asuhan Keperawatan mengambarkan dan mencerminkan
individualisasi perawatan yang perawat berikan. Proses-proses
keperawatan yang dilakukan menunjukan pentingnya peranan perawat
dalam proses pengobatan dan penyembuhan pasien. Intervensi yang
diberikan haruslah sesuai dengan masalah pasien dan diagnosa
keperawatan yang ada. Akhirnya, dengan penyusunan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Bronkitis yang telah dibuat menunjukan dan
menjelaskan cara pembuatan asuhan keperawatan yang benar dalam
bentuk teori dan penangganan langsung kepada pasien. Penanganan
langung dan kerjasama yang baik dengan keluarga pasien dan pasien itu
sendiri dapat mempermudah intervensi yang akan dilakukan. Pemahaman
yang benar tentang penyakit bronkitis dapat mempermudah dalam
pembuatan Askep. Dengan mengetahui cara yang benar dalam pembuatan
Askep dapat meningkat keterampilan dan kualitas dari perawat itu sendiri.
Askep yang akurat juga dapat membantu dalam memenuhi syarat
akreditasi asuhan keperawatan.
B. SARAN.
Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai proses
keperawatan/asuhan keperawatan khusunya tentang asuhan keperawatan
pada pasien bronkitis, dapat menunjang kita dalam proses pembelajaran
pada mata kuliah PKKDM I serta menjadi pedoman dan bahan
pembelajaran dalam melaksanakan profesi kita sebagai perawat nantinya.
Oleh karena itu dengan adanya bahan materi ini diharapakan kita sebagai
mahasiswa mampu mengetahui definisi penyakit bronkitis, etiologinya,
anatomi dan fisiologi, patofisiologi dan patoflow bronkitis, manifestasi
P a g e | 78
klinik, pemeriksaan diagnosis, terapi penyakit, komplikasi dari penyakit
bronkitis, prognosis dan pencegahan yang dapat dilakukan dalam proses
keperawatan, dapat mengidentifikasi tujuan dalam proses keperawatan,
serta dapat mengetahui contoh bentuk asuhan keperawatan sebelum kita
turun ke lapangan/masyarakat.
P a g e | 79
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. EGC :
Jakarta.
Long, Barbara C. 1998. Perawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.
Tamsuri, Anas. 2008. Klien Gangguan Pernapasan: Seri Asuhan Keperawatan.
EGC: Jakarta.
Booker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Edisi 31. EGC: Jakarta.
Gunawan, Iriyan. 2006. Bronkitis pada anak.
http://www.asuhankeperawatan.blogspot.com. Diakses tanggal 2 oktober