Top Banner
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN HIV/ AIDS Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Anak Disusun oleh : Destaria Utami Rizky P.17420113008
41

Askep Anak Aids

Nov 08, 2015

Download

Documents

Riindhu Screamo

ANAK
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN HIV/ AIDSUntuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Anak

Disusun oleh:Destaria Utami RizkyP.17420113008

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANGPRODI DIII KEPERAWATAN2014/ 2015KATA PENGANTAR

Puji Syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah Anak ini yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien Anak dengan HIV/ AIDS.Dalam penyusunannya, dibuat guna memenuhi dan menuntun mahasiswa ataupun dosen dalam melakukan tindakan keterampilan keperawatan, sehingga dapat mempermudah proses belajar mengajar.Tidak lupa pula penyusun sampaikan terima kasih serta permohonan maaf jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka akhir kata penyusun selalu menerima kritik dari berbagai pihak untuk memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Semarang, 16 Januari 2015

Penyusun

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGInfeksi HIV/AIDS (Human immuno Deficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrom) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. enam tahun kemudian ( 1989 ), AIDS sudah termasuk penyakit yang mengancam anak di amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10 detik, karena itu infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan Amman pada tahun 1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika makin lama makin meningkat. Pada bulan Desember di Amerika dilaporkan 1995 maupun pada anak yang berumur kurang dari 13 tahun menderita HIV dan pada bulan Maret 1993 terdapat 4480 kasus. Jumlah ini merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan di Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak dengan AIDS. Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun pada anak anak tertinggi didunia adalah di Afrika.Sejak dimulainya epidemi HIV/ AIDS, telah mematikan lebih dan 25 juta orang, lebih dan 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya karena AIDS. Setiap tahun juga diperkirakan 3 juta orang meninggal karena AIDS, 500 000 diantaranya adalah anak usia dibawah 15 tahun. Setiap tahun pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang terutama di negara terbelakang atau berkembang, dengan angka transmisi sebesar ini maka dari 37,8 juta orang pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat 2,1 juta anak- anak dibawah 15 tahun.

1.2 RUMUSAN MASALAH Apakah definisi HIV/ AIDS? Bagaimanakah etiologi HIV/ AIDS pada anak? Bagaiamanakah patofisiologi HIV/ AIDS pada anak? Bagaimanakah pembagian stadium pada HIV/ AIDS? Apa sajakah manifestasi klinis HIV/ AIDS pada anak? Apa sajakah uji laboratorium dan diagnostik pada HIV/ AIDS? Bagaimanakah penatalaksanaan HIV/ AIDS pada anak? Bagaimanakah pencegahan HIV/ AIDS pada anak? Bagaimanakah Asuhan Keperawatan HIV/ AIDS pada anak?

1.3 TUJUAN Menjelaskan definisi HIV/ AIDS Menjelaskan etiologi HIV/ AIDS pada anak Menjelaskan patofisiologi HIV/ AIDS pada anak Menjelaskan pembagian stadium pada HIV/ AIDS Menyebutkan manifestasi klinis HIV/ AIDS pada anak Menyebutkan uji laboratorium dan diagnostik pada HIV/ AIDS Menjelaskan bagaimana penatalaksanaan HIV/ AIDS pada anak Menjelaskan bagaimana pencegahan HIV/ AIDS pada anak Menjelaskan bagaimana Asuhan Keperawatan HIV/ AIDS pada anak

1.4. MANFAAT1. Bagi PenulisDibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Anak serta dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam proses belajar.2. Bagi PembacaMenambah informasi dalam melakukan tindakan praktik keperawatan pada klien anak yang menderita penyakit aids.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 PENGERTIANHIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut sepertii keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya ( Rampengan & Laurentz ,1997 : 171). AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia (H. JH. Wartono, 1999 : 09). AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh (dr. JH. Syahlan, SKM. dkk, 1997 : 17).Kasus HIV pada anak biasanya paling sering ditemukan akibat transmisi dari ibu yang sudah memiliki HIV ke anaknya. Kemungkinan besar perpindahan virus ini terjadi selama proses kehamilan dan juga persalinan.

2.2 ETIOLOGIPenyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam darah, dan penularan masa perinatal.Faktor risiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak adalah : bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual, bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan berganti, bayi yang lahir dari ibu atau pasangannya penyalahguna obat intravena, bayi atau anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah berulang, anak yang terpapar pada infeksi HIV dari kekerasan seksual (perlakuan salah seksual), dan anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.Cara Penularan HIV dari ibu kepada bayinya dapat melalui: Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum)Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi yang dikandungnya. Cara transmisi ini dinamakan juga transmisi secara vertikal. Transmisi dapat terjadi melalui plasenta (intrauterin) intrapartum, yaitu pada waktu bayi terpapar dengan darah ibu. Selama persalinan (intrapartum)Selama persalinan bayi dapat tertular darah atau cairan servikovaginal yang mengandung HIV melalui paparan trakeobronkial atau tertelan pada jalan lahir. Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksiPada ibu yang terinfeksi HIV, ditemukan virus pada cairan vagina 21%, cairan aspirasi lambung pada bayi yang dilahirkan. Besarnya paparan pada jalan lahir sangat dipengaruhi dengan adanya kadar HIV pada cairan vagina ibu, cara persalinan, ulkus serviks atau vagina, perlukaan dinding vagina, infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini, persalinan prematur, penggunaan elektrode pada kepala janin, penggunaan vakum atau forsep, episiotomi dan rendahnya kadar CD4 pada ibu.Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan akan meningkatkan resiko transmisi antepartum sampai dua kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari 4 jam sebelum persalinan. Bayi tertular melalui pemberian ASITransmisi pasca persalinan sering terjadi melalui pemberian ASI (Air susu ibu). ASI diketahui banyak mengandung HIV dalam jumlah cukup banyak. Konsentrasi median sel yang terinfeksi HIV pada ibu yang tenderita HIV adalah 1 per 10 4 sel, partikel virus ini dapat ditemukan pada componen sel dan non sel ASI. Berbagai factor yang dapat mempengaruhi resiko tranmisi HIV melalui ASI antara lain mastitis atau luka di puting, lesi di mucosa mulut bayi, prematuritas dan respon imun bayi. Penularan HIV melalui ASI diketahui merupakan faktor penting penularan paska persalinan dan meningkatkan resiko tranmisi dua kali lipat.2.3 PATOFISIOLOGIPada neonatal HIV dapat masuk ke dalam tubuh melalui penularan transplasental atau perinatal. Setelah virus HIV masuk ke dalam target ( terutama sel limfosit T ) yang mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD4. Ia melepas bungkusnya kemudian mengeluarkan enzim R-tase yang dibawanya untuk mengubah bentuk RNA-nya menjadi DNA agar dapat bergabung menyatukan diri dengan DNA sel target (sel limfosit T helper CD4 dan sel-sel imunologik lain ) . Dari DNA sel target ini berlangsung seumur hidup. Sel limfosit T ini dalam tubuh mempunyai mempunyai fungsi yang penting sebagai daya tahan tubuh. Akibat infeksi ini fungsi sistem imun (daya tahan tubuh) berkurang atau rusak, maka fungsi imonologik lain juga mulai terganggu.HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang dipakai virus untuk melewati sawar darah otak masuk ke dalam otak. Fungsi linfosit B juga terpengaruh, dengan peningkatan produksi imunoglobulin total sehubungan dengan penurunan produksi antibodi spesifik. Dengan memburuknya sistem imun secara progresif, tubuh menjadi semakin rentan terhadap infeksi oportunis dan juga berkurang kemampuannya dalam memperlambat replikasi HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan sebagai penyakit multi-sistem yang dapat bersifat dorman selama bertahun-tahun sambil menyebabkan imunodefisiensi secara bertahap. Kecepatan perkembangan dan manifestasi klinis dari penyakit ini bervariasi dari orang ke orang. Virus ini ditularkan hanya melalui kontak langsung dengan darah atau produk darah dan cairan tubuh, melalui obat-obatan intravena, kontak seksual, transmisi perinatal dari ibu ke bayi, dan menyusui. Tidak ada bukti yang menunjukkan infeksi HIV didapat melalui kontak biasa.Empat populasi utama pada kelopok usia pediatrik yang terkena HIV : Bayi yang terinfeksi melalui penularan perinatal dari ibu yang terinfeksi (disebut juga trasmisi vertikal); hal ini menimbulkan lebih dari 85% kasus AIDS pada anak-anak yang berusia kurang dari 13 tahun. Anak-anak yang telah menerima produk darah (terutama anak dengan hemofili) Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku resiko tinggi. Bayi yang mendapat ASI ( terutama di negara-negara berkembang ).( Cecily L. Betz , 2002 : 210)

2.4 PEMBAGIAN STADIUM PADA HIV/AIDSSecara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi menjadi 4 stadium:a. Stadium HIVDimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan serologik ketika antibodi terhadap virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu masuknya HIV kedalam tubuh hingga HIV positif selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan ( window period )b. Stadium Asimptomatis ( tanpa gejala )Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum menunjukan gejala dan adaptasi berlangsung 5 - 10 tahun.c. Stadium Pembesaran Kelenjar LimfeMenunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata ( persistent generalized lymphadenophaty ) dan berlangsung kurang lebih 1 buland. Stadium AIDSMerupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam - macam penyakit infeksi sekunder

2.5 MANIFESTASI KLINISa. Bayi dan AnakBayi yang terinfeksi tidak dapat dikenali secara klinis sampai terjadi penyakit berat atau sampai masalah kronis seperti diare, gagal tumbuh, atau kandidiasis oral memberi kesan imunodefisiensi yang mendasari. Kebanyakan anak dengan infeksi HIV-1 terdiagnosis antara umur 2 bulan dan 3 tahun.Tanda-tanda klinis akut yang disebabkan oleh organisme virulen pada penderita limfopeni CD4+ yang terinfeksi HIV-1 disebut infeksi oportunistik "penentu-AIDS". Infeksi oportunistik yang paling sering dan sangat mematikan adalah pneumonia P. carinii (PPC). Tanda klinis PPC pada bayi terinfeksi HIV-1 merupakan distress pernapasan berat dengan batuk, takipnea, dispnea dan hipoksemia dengan gas darah menunjuk ke arah blokade kapiler alveolar (mis ; proses radang interstisial). Roentgenogram dada menunjukkan pneumonitis difus bilateral dengan diafragma datar. Diagnosis biasanya diperkuat oleh bronkoskopi fleksibel dan cuci bronkoalveolar dengan pewarnaan yang tepat untuk kista maupun tropozoit. Kadar laktat dehidroginase biasanya juga naik. Diagnosa banding pada bayi termasuk herpes virus ( sitomegalovirus, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ), virus sinsitial respiratori, dan infeksi pernafasan terkait mengi. Pengobatan infeksi PPC harus dimulai seawal mungkin, tetapi prognosis jelek dan tidak secara langsung dikorelasikan dengan jumlah limfosit CD4+.. Reaktivasi PPC tampak semakin bertambah pada anak yang lebih tua yang mempunyai perjalanan klinis infeksi HIV-1 yang lebih kronis. Profilaksis PPC (trimetropim-sulfametoksasol tiga kali seminggu ) dianjurkan pada penderita pediatri dengan angka limfosit-T CD4+ rendah ( 30 hari Meningitis bakterial, pneumonia, atau sepsis Sariawan persisten selama lebih dari 2 bulan pada anak di atas 6 bulan Kardiomiopati Infeksi sitomegalovirus dengan awitan sebelum berusia 1 bulan Diare, kambuhan atau kronik Hepatitis Stomatitis herpes, kambuhan Bronkitis, pneumonitis, atau esofagitis HSV dengan awitan sebelum berusia 1 bulan Herpes zoster, dua atau lebih episode Leimiosarkoma Pneomonia interstisial limfoid atau kompleks hiperplasia limfoid pulmoner (LIP/PLH) Nefropati Nokardiosis Varisela zoster persisten Demam persisten >1 bulan Toksoplasmosis, awitan sebelum berusia 1 bulam Varisela, diseminata ( cacar air berkomplikasi )d. Kategori C : Gejala HebatAnak dengan kondisi berikut : Infeksi balterial multipel atau kambuhan Kandidiasis pada trakea, bronki, paru, atau esofagus Koksidioidomikosis, intestinal kronik Penyakit sitomegalovirus ( selain hati, limpa, nodus ) dimulai pada umur > 1 bulan. Retinitis sitomegalovirus (dengan kehilangan penglihatan). Ensefalopati HIV. Ulkus herpes simpleks kronik ( durasi > 1 bulan ) atau pneumonitis atau esofagitis, awitan saat berusia > 1 bulan. Histoplasmosis, diseminata atau ekstrapulmoner. Isosporiasis interstinal kronik (durasi > 1 bulan). Sarkoma kaposi. Limfoma, primer di otak. Limfoma ( sarkoma burkitt atau sarkoa imunoblastik ). Kompleks Mycobacterium avium atau Mycobacterium kansasii, diseminata atau ekstrapulmoner. Pneumonia Pneumocystis carinii. Leukoensefalopati multifokal progresif. Septikemia salmonella kambuhan. Toksoplasmosis pada otak, awitan saat berumur > 1 bulan. Wasting Syndrome karena HIV. ( Cecily L. Betz, 2002 : 213 )

2.6 PENATALAKSANAANa. PerawatanMenurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain: Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah kemungkinan terjadi infeksi Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV Mengatasi dampak psikososial Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan perlindungan universal (universal precaution)b. PengobatanPengobatan medikamentosa mencakupi pemberian obat-obat profilaksis infeksi oportunistik yang tingkat morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Riset yang luas telah dilakukan dan menunjukkan kesimpulan rekomendasi pemberian kotrimoksasol pada penderita HIV yang berusia kurang dari 12 bulan dan siapapun yang memiliki kadar CD4 < 15% hingga dipastikan bahaya infeksi pneumonia akibat parasit Pneumocystis jiroveci dihindari. Pemberian Isoniazid (INH) sebagai profilaksis penyakit TBC pada penderita HIV masih diperdebatkan. Kalangan yang setuju berpendapat langkah ini bermanfaat untuk menghindari penyakit TBC yang berat, dan harus dibuktikan dengan metode diagnosis yang handal. Kalangan yang menolak menganggap bahwa di negara endemis TBC, kemungkinan infeksi TBC natural sudah terjadi. Langkah diagnosis perlu dilakukan untuk menetapkan kasus mana yang memerlukan pengobatan dan yang tidak.Obat profilaksis lain adalah preparat nistatin untuk antikandida, pirimetamin untuk toksoplasma, preparat sulfa untuk malaria, dan obat lain yang diberikan sesuai kondisi klinis yang ditemukan pada penderita.Pengobatan penting adalah pemberian antiretrovirus atau ARV. Riset mengenai obat ARV terjadi sangat pesat, meskipun belum ada yang mampu mengeradikasi virus dalam bentuk DNA proviral pada stadium dorman di sel CD4 memori. Pengobatan infeksi HIV dan AIDS sekarang menggunakan paling tidak 3 kelas anti virus, dengan sasaran molekul virus dimana tidak ada homolog manusia. Obat pertama ditemukan pada tahun 1990, yaitu Azidothymidine (AZT) suatu analog nukleosid deoksitimidin yang bekerja pada tahap penghambatan kerja enzim transkriptase riversi. Bila obat ini digunakan sendiri, secara bermakna dapat mengurangi kadar RNA HIV plasma selama beberapa bulan atau tahun. Biasanya progresivitas penyakti HIV tidak dipengaruhi oleh pemakaian AZT, karena pada jangka panjang virus HIV berevolusi membentuk mutan yang resisten terhadap obat.

2.7 PENCEGAHANPenularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui :a. Saat hamilPenggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital load rendah sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV.b. Saat melahirkanPenggunaan antiretroviral(Nevirapine) saat persalinan dan bayi baru dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar karena terbukti mengurangi resiko penularan sebanyak 80%.c. Setelah lahirInformasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI

2.8 ASUHAN KEPERAWATANa. Pengkajian1) Anamnesaa) Identitas klien dan penanggung jawabb) Keluhan Utama Apakah yang menyebabkan klien datang berobat, biasanya klien atau keluarga klien mengatakan demam dan diare yang berkepanjangan Takhipnea, batuk, sesak nafas dan hipoxia keadaan yang gawat c) Riwayat Keperawatan Sekarang Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik Diare lebih dari 1 bulan Demam yang berkepanjangan ( lebih dari 1 bulan ) Mulut dan faring dijumpai bercak-bercak putih Limphadenophati yang menyeluruh Infeksi berulang (otitis media, pharingitis) Batuk yang menetap (lebih dari 1 bulan) Dermatitis yang menyeluruh d) Riwayat Keperawatan Dahulu Tanyakan adakah riwayat pemberian tranfusi Khusus untuk klien berusia 0-5 tahunPrenatal CarePemeriksaan kehamilanKeluhan selama hamilRiwayat terkena sinar tidak adaKenaikan berat badan selama hamilImunisasiN a t a lTempat melahirkanLama dan jenis persalinanPenolong persalinankomplikasi selama persalinan ataupun setelah persalinan (sedikit perdarahan daerah vagina).Post NatalKondisi Bayi : BB lahir.. kg, PB..cmKondisi anak saat lahir: baik/tidakPenyakit yang pernah dialami setelah imunisasiKecelakaan yang pernah dialami: ada/tidak adaImunisasiAlergiPerkembangan anak dibanding saudara-saudarae) Riwayat Keluarga Tanyakan adakah orang tua atau keluarga yang terinfeksi HIV/ AIDSf) Riwayat Kehamilan dan Persalinan Tanyakan apakah Ibu selama hamil terinfeksi HIV 50% tertular untuk anaknya Penularan dapat terjadi pada minggu ke 9 20 dari kehamilan Penularan pada proses melahirkan, terjadi kontak darah ibu dan bayi Penularan setelah lahir dapat terjadi melalui air susu ibu. g) Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Apakah terjadi kegagalan pertumbuhan pada klien (failure to thrive)h) Riwayat Imunisasi Tanyakan jenis imunisasi apa saja yang pernah diberikan, waktu pemberian dan reaksi setelah pemberianUMURVAKSIN

2 bulanDPT, Polio, Hepatitis B

4 bulanDPT, Polio, Hepatitis B

6 bulanDPT, Polio, Hepatitis B

12 bulanTes Tuberculin

15 bulanMMR, Hepatitis

18 bulanDPT, Polio, MMR

24 bulanVaksin Pnemokokkus

4 6 tahunDPT, Polio, MMR

14 16 TahunDT, Campak

2) Pemeriksaan Fisika) Sistem Penginderaan : Pada Mata : Cotton wool spot (bercak katun wol) pada retina, sytomegalovirus retinitis dan toxoplasma choroiditis, perivasculitis pada retina. Infeksi pada tepi kelompak mata (blefaritis) : mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret serta berkerak. Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan, tunggal / multiple, pada satu / kedua mata toxoplasma gondii Pada Mulut : Oral thrush akibat jamur, stomatitis gangrenesa, periodontitis, sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar, kemudian menjadi biru, sering pada palatum. Pada telinga : otitis media, nyeri, kehilangan pendengaran. b) Sistem Pernafasan Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak nafas, tachipnea, hipoxia, nyeri dada, nafas pendek waktu istirahat, gagal nafas.c) Sistem pencernaan BB menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih kekuningan pada mukosa oral, faringitis, kandidiasis esofagus, kandidiasis mulut, selaput lendir kering, pembesaran hati, mual, muntah, kolitis akibat diare kronik pembesaran limpha.d) Sistem Kardiovaskuler. Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gejala congestive/ heart failure sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.e) Sistem Integumen : Varicela : Lesi sangat luas vesikula yang besar, hemorragie menjadi nekrosis timbul ulsera. Herpes zoster : vesikula menggerombol, nyeri, panas, serta malaise. Eczematoid skin rash, pyodermia, scabies Pyodermia gangrenosum dan scabies sering dijumpai. f) Sistem Perkemihan Air seni kurang, anuria Proteinurea g) Sistem EndokrinPembesaran kelenjar parotis, limphadenophati, pembesaran kelenjar yang menyeluruhh) Sistem Neurologi Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku. Nyeri otot, kejang-kejang, ensefalophati, gangguan psikomotor. Penurunan kesadaran, delirium. Serangan CNS : meningitis. Keterlambatan perkembangan .i) Sistem MuskuloskeletalNyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)j) Psikososial Orang tua merasa bersalah. Orang tua merasa malu. Menarik diri dari lingkungan

3) Data Penunjanga) Elisa : Enzyme-linked imunosorbent assay (uji awal yang umum) mendeteksi antibodi terhadap antigen HIV (umumnya dipakai untuk skrining HIV pada individu yang berusia lebih dari 2 tahun).b) Western blot (uji konfirmasi yang umum) mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV.c) Kultur HIV standar emas untuk memastikan diagnosis pada bayi.d) Reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction [PCR]) mendeteksi asam deoksiribonukleat (DNA) HIV (uji langsung ini bermanfaat untuk mendiagnosis HIV pada bayi dan anak.e) Uji antigen HIV mendeteksi antigen HIV.f) HIV, IgA, IgM mendeteksi antibodi HIV yang diproduksi bayi (secara eksperimental dipakai untuk mendiagnosis HIV pada bayi).Mendiagnosis infeksi HIV pada bayi dari ibu yang terinfeksi HIV tidak mudah. Dengan menggunakan gabungan dari tes-tes di atas, diagnosis dapat ditetapkan pada kebanyakan anak yang terinfeksi sebelum berusia 6 bulan.a) Temuan laboratorium ini umumnya terdapat pada bayi dan anak-anak yang terinfeksi HIV : Penurunan rasio CD4 terhadap CD8.b) Limfopenia.c) Anemia, trombositopenia.d) Hipergammaglobulinemia (IgG, IgA, IgM).e) Penurunan respon terhadap tes kulit (candida albican, tetanus).f) Respon buruk terhadap vaksin yang didapat (dipteria, tetanus, morbili ) g) Haemophilus influenzae tipe Bh) Penurunan jumlah limfosit CD4+ absolut.i) Penurunan persentase CD4+.Bayi yang lahir dari ibu HIV positif yang berusia kurang dari 18 bulan dan yang menunjukkan uji positif untuk sekurang-kurangnya 2 determinasi terpisah dari kultur HIV, reaksi rantai polimerase HIV, atau antigen HIV, maka dia dapat dikatakan terinfeksi HIV. Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif, berusia kurang dari 18 bulan, dan tidak positif terhadap ketiga uji tersebut dikatakan terpajan pada masa perinatal. Bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV yang ternyata antibodi HIV negatif dan tidak ada bukti laboratorium lain yang menunjukkan bahwa ia terinfeksi HIV, maka ia dikatakan Seroreverter. ( Cecily L. B, 2002, 212 )

b. Diagnosa Keperawatan Resiko terjadi infeksi sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh. Gangguan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan nyeri, anoreksia, diare. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan infeksi oportunistik saluran dari pernafasan, penurunan tidak volume dampak dari pengobatan, bakteri, pnemoni, anemia. Kurangnya volume cairan tubuh sehubungan dengan output yang berlebih Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diare. Hipertermi sehubungan dengan Infeksi HIV, infeksi oportunistik. Gangguan tumbuh kembang sehubungan dengan gangguan neurologis. Ketidakefektifan koping keluarga sehubungan dengan penyakit menahun dan progresif. Kurang pengetahuan sehubungan dengan perawatan anak yang kompleks di rumah.

c. IntervensiDiagnosa 1 : Resiko terjadi infeksi sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuhTujuan : Anak bebas dari tanda dan gejala infeksi. Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal. Tidak ada tanda-tanda kemerahan pada tubuh. Jumlah sel darah putih dan hitung jenis dalam batas normal. Kulit tidak abrasi / rash Intervensi dan Rasional :1) Kaji tanda-tanda infeksi ( demam, peningkatan nadi, peningkatan RR, kelemahan tubuh / letargi ).Rasional : Deteksi secara dini menurunkan resiko infeksi nosokomial / infeksi lain.2) Gunakan teknik aseptik dengan prosedur yang tepat.Rasional : Menurunkan resiko kolonisasi bakteri dan memutus rantai penularan dari klien lain / lingkungan ke anak atau sebaliknya.3) Kaji kulit setiap hari. Rasional : Memonitor adanya rash, lesi, drainage. 4) Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien. Rasional : Untuk mencegah kontaminasi silang dengan klien lain. 5) Gunakan sarung tangan ketika kontak dengan darah / cairan tubuh, jaringan, kulit dan atau permukaan tubuh yang terkontaminasi, untuk antisipasi gunakan baju pelindung, untuk menghindari percikan darah gunakan masker dan pelindung mata. Rasional : Proteksi diri terhadap cairan tubuh. 6) Kontak personal dengan anak tanpa menggunakan sarung tangan, masker, baju pelindung ketika melakukan kontak bicara mengukur tanda vital dan menyuapi. Rasional : Mengurangi rasa terisolir secara fisik dan menciptakan suatu kontak sosial yang positif.7) Instruksikan pada seluruh pengunjung untuk cuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan pasien.Rasional : Dengan mencuci tangan yang benar akan memutus rantai penularan. 8) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotikRasional : Membunuh kuman penyebab infeksi.

Diagnosa 2 : Gangguan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan nyeri, anoreksia, diare. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.Kriteria Hasil : Berat badan meningkat. Intake dan output seimbang. Turgor kulit baik.Intervensi dan Rasional :1) Timbang berat badan setiap hari. Rasional : Memonitor kurangnya BB dan efektifitas intervensi nutrisi yang diberikan. 2) Monitor intake dan output dan turgor kulit. Rasional : Memonitor intake kalori dan insufisiensi kualitas konsumsi makanan. 3) Monitor adanya mual dan muntah Rasional : Memonitor asupan makan yang berkurang 4) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan tinggi kalori tinggi protein. Rasional : Dengan TKTP akan meningkatkan tumbuh kembang secara adekuat.

Diagnosa 3 : Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan infeksi oportunistik saluran dari pernafasan, bakteri pnemonia. Tujuan : Pertukaran gas normal.Kriteria Hasil : Respirasi normal dengan ciri frekuensi, irama dan kedalaman normal. Tidak ada PCH (pernafasan cuping hidung), dengkuran nafas, retraksi. Suara nafas bersih pada semua lapisan paru. Saturasi O2 dan BGA normal. Tidak sianosis.Intervensi dan Rasional :1) Kaji fungsi respirasi dengan mengkaji tipe RR, PCH, retraksi, warna kulit dan warna kuku.Rasional : Peningkatan frekuensi nafas, adanya retraksi merupakan tanda adanya konsolidasi dari paru. Sianosis merupakan indikasi adanya penurunan kadar oksigen dalam darah. 2) Monitor BGA.Rasional : Mengukur asam basa darah arteri, mendeteksi secara dini terjadinya hipoksemia. 3) Kaji tanda-tanda gangguan pertukaran gas ( sianosis, takikardia, takipnea, kecemasan / gelisah, iritabilitas, perubahan status mental ).Rasional : Untuk mendeteksi gangguan secara dini dapat segera dilakukan tindakan. 4) Atur posisi klien agar ventilasi paru maksimal dan efektif (misal : posisi semi fowler)Rasional : Diafragma lebih rendah dapat meningkatkan ekspansi dada. 5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian O2 sesuai advis dokterRasional : Memaksimalkan transport oksigen dalam jaringan. 6) Anjurkan anak batuk secara efektif, chest fisioterapi nafas. Rasional : Batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mempertahankan bersihan jalan nafas. Postural drainge dan perkusi merupakan tindakan pembersihan yang penting untuk mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi. 7) Suction sekret jika perlu.Rasional : Bila mekanisme pembersihan jalan nafas (batuk) tidak efektif, dilakukan suction.

Diagnosa 4 : Kurangnya volume cairan tubuh sehubungan dengan output yang berlebihTujuan : Hidrasi baikKriteria Hasil : Intake dan output seimbang. Kadar elektrolit tubuh dalam batas normal. Pengeluaran urine minimal perjam 1-2 cc/kg/BB. BAB dalam batas normal (< 3x/hari)Intervensi dan Rasional :1) Monitor urine tiap 6-8 jam/ sesuai keperluan.Rasional : Pemekatan urine merupakan respon terhadap kurangnya air. 2) Monitor kadar elektrolit dalam tubuh.Rasional : Mempertahankan kadar elektrolit dalam batas normal. 3) Ukur intake dan output termasuk urine, fesesRasional : Deteksi keseimbangan cairan dalam tubuh.4) Kaji tanda vital, waktu penekanan daerah perifer, turgor kulit, mukosa membranRasional : Kehilangan cairan yang aktif secara terus menerus akan mempengaruhi tanda vital dalam mempertahankan aktivitasnya.

Diagnosa 5 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit.Kriteria Hasil : Warna kemerahan memudar pada daerah yang teriritasi dan menunjukkan tanda-tanda penyembuhan. Kulit utuh, bersih dan kering. Intervensi dan Rasional :1) Ganti popok / celana anak bila basah. Rasional : Kondisi basah merupakan area kontaminasi yang baik sebagai media pertumbuhan organisme pathogenik. 2) Bersihkan pantat dan keringkan setiap kali BAB.Rasional : Mencegah iritasi pada kulit. 3) Gunakan salep / lotion. Rasional : Untuk melindungi kulit dari iritasi.

Diagnosa 6 : Hipertermia sehubungan dengan infeksi HIV, infeksi oportunistik Tujuan : Anak menunjukkan temperatur normalKriteria Hasil : Suhu tubuh 36oC 37oC. Ekspresi anak nyaman.Intervensi dan Rasional :1) Ukur tanda vital terutama temperaturRasional : Adanya peningkatan suhu yang terlalu lama meningkatkan metabolisme dan kehilangan cairan melalui penguapan serta menentukan tindakan penanganannya. 2) Beri kompres hangat Rasional : Melancarkan aliran darah, membantu menurunkan panas dan memberikan rasa nyaman klien. 3) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antipiretik sesuai advis dokterRasional : Membantu menurunkan panas dari pusat pengatur suhu tubuh di hipotalamus anterior.

Diagnosa 7 : Gangguan tumbuh kembang sehubungan dengan gangguan neurologis Tujuan : Pertumbuhan perkembangan sesuai dengan usia Kriteria Hasil : Aktifitas perkembangan anak sesuai dengan usia dari segi personal / sosial, bahasa, kognitif dan motorik. Mampu berinteraksi sesuai dengan umur dan kondisi. Intervensi dan Rasional :1) Kaji tingkat perkembangan anak sesuai garis usia ( DDST )Rasional : Untuk mendeteksi tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. 2) Beri anak stimulasi berupa mainan dan terapi permainan. Rasional : Rangsangan terhadap sensori mempengaruhi terhadap belajar anak dan perkembangan anak. 3) Anjurkan orang tua untuk berinteraksi dengan anak dalam perawatan / permainan Rasional : Kehadiran orang tua akan memberi rasa aman pada anak dan mencurahkan perhatian pada anak. 4) Anjurkan menciptakan suasana layaknya di rumah .Rasional : Agar anak tidak takut dan merasa aman berada di lingungan asing. 5) Kolaborasi dengan spesialis anak tentang tumbuh kembang. Rasional : Memberikan bantuan untuk menetapkan stimulasi / rangsangan sensori atau merencanakan pemeriksaan lain secara dini.

Diagnosa 8 : Ketidakefektifan koping keluarga sehubungan dengan penyakit menahun dan kongestifTujuan : Koping keluarga efektif.Kriteria Hasil : Orang tua mampu mengekspresikan secara verbal tentang rasa takut, perasaan bersalah, rasa kehilangan. Orang tua mampu mengenali kebutuhan dirinya, dan cara memecahkan masalah Orang tua mampu mengambil keputusan yang tepat. Orang tua turut serta dalam perawatan anak. Intervensi dan Rasional :1) Monitor interaksi orang tua anak.Rasional : Mengamati hubungan ayah dan ibu terhadap anak dengan HIV / AIDS. 2) Observasi ekspresi orang tua tentang rasa takut, bersalah dan kehilangan. Rasional : Ungkapan perasaan merupakan sarana menurunkan ketegangan yang efektif. 3) Konseling keluargaRasional : Membantu keluarga menerima kondisi anak termasuk melewati fase krisis sehingga dapat bersikap supportif pada anak.4) Libatkan orang tua dalam perawatan anak.Rasional : Keterlibatan orang tua dapat meningkatkan kepercayaan anak pada dokter dan perawat.

Diagnosa 9 : Kurang pengetahuan sehubungan perawatan anak yang kompleks di rumah. Tujuan : Secara verbal keluarga dapat mengungkapkan atau menjelaskan proses penyakit, penularan, pencegahan dan perawatan anak dengan HIV / AIDS.Kriteria Hasil : Orang tua mampu menjelaskan secara global tentang diagnosa, proses penyakit dan kebutuhan home care. Orang tua memahami daftar pengobatan, efek samping dan dosis obat. Orang tua memahami tentang kebutuhan yang khusus bagi anaknya. Orang tua mampu menjelaskan bagaimana HIV menular. Intervensi dan Rasional :1) Kaji pemahaman tentang diagnosa, proses penyakit dan kebutuhan home care.Rasional : Pemahaman yang memadai, meningkatkan sikap kooperatif keluarga dalam merawat anak. 2) Jelaskan daftar pengobatan, efek samping obat dan dosis.Rasional : Kewaspadaan terhadap efek samping obat akan meningkatkan kewaspadaan penggunaan dosis obat.3) Jelaskan dan demonstrasikan cara perawatan khusus. Rasional : Memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam merawat anak dengan HIV/AIDS. 4) Jelaskan cara penularan HIV dan bagaimana cara pencegahannya. Rasional : Mendapatkan informasi yang terarah akan merasa mampu dan percaya diri untuk merawat anaknya. 5) Anjurkan cara hidup yang normal pada anak Rasional : Mencegah terjadinya diskriminasi dan penolakan lingkungan pada anak dengan HIV/AIDS.

d. ImplementasiPelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan untuk masing-masing diagnosa. Prinsip pelaksanaan tindakan perawatan anak dengan HIV/AIDS adalah :1) Menjaga fungsi pernafasan.2) Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.3) Mencegah terjadinya infeksi nosokomial / infeksi lain / komplikasi.4) Mencegah terjadi infeksi ( transmisi ).5) Mempertahankan keseimbangan kebutuhan nutrisi dan cairan. 6) Memberikan informasi dan ketrampilan pada keluarga tentang proses penyakit, penularan, pencegahan dan perawatan anak dengan HIV / AIDS. 7) Memperhatikan tumbuh kembang anak terhadap dampak dari penyakitnya dan hospitalisasi. 8) Menjaga keutuhan kulit.

e. EvaluasiCara mengevaluasi asuhan keperawatan terdiri dari 2 tahap :1) Mengukur pencapaian tujuan.2) Membandingkan data yang terkumpul dengan kriteria hasil / pencapaian yang telah ditetapkan.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanAIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit. (Carolyn, M.H.1996:601)Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam darah, dan penularan masa perinatal.Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan pada anak adalah pneumonia interstisialis limfositik, yaitu kelainan yang mungkin langsung disebabkan oleh HIV pada jaringan paru.Komplikasi Oral Lesi: Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Pemeriksaan peniunjang seperti; Tes untuk diagnose infeksi HIV1.ELISA, latex agglutination2.Western blot ( positif)3.Tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR4.Kultur HIV3.2 Saran Memberikan support kepada penderita HIV agar tidak putus asa dalam menjalani hidup. Mencegah penyebaran HIV dengan pemeriksakan kesehatan anak secara rutin. Dan kita sebagai perawat terus memberikan asuhan keperawatan kepada penderita agar cepat sembuh dalam pengobatan

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk (1999) Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Jakatra : EGCBetz, Cecily L (2002) Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGCDoenges, Marilynn E (2001) Rencana Keperawatan Maternal / Bayi. Edisi 2. Jakarta : EGCRampengan & Laurentz (1997) Ilmu Penyakit Tropik pada Anak. Jakarta : EGCRSUD Dr. Soetomo / FK UNAIR (2000), Instalasi Rawat Inap Anak, Surabaya.