Top Banner
Modul Operator - 1 SELAMAT DATANG DI ASH HANDLING Ash handling Hal.1 / 67
67

Ash Handling System

Dec 26, 2015

Download

Documents

Trie Wahyudi

PLTU
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Ash Handling System

Modul Operator - 1

SELAMAT DATANG

DIASH HANDLING

Ash handling Hal.1 / 57

Page 2: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Pendahuluan.

Ash Handling Plant adalah peralatan bantu dari sebuah PLTU berbahan bakar batubara. Ash Handling Plant berada dalam system aliran gas buang, memiliki peralatan penangkap abu yang dibangun menyatu dengan aliran bahan bakar/gas buang.

Ash Handling Plant mempunyai alat yang berfungsi sebagai penangkap abu sisa pembakaran, Electrostatic Precipitator (EP).Batubara yang dialirkan ke dalam ruang bakar sebagai bahan bakar PLTU akan menghasilkan gas buang yang mengandung partikel abu. Sebelum dibuang ke atmosfir, gas buang yang mengandung partikel abu akan melewati suatu ruang yang di dalamnya terdapat pelat-pelat yang dapat menangkap partikel abu.Pelat tersebut dialiri listrik searah (DC) dengan tegangan hingga 70 kv.Abu hasil tangkapan EP di tampung di Hopper dan disalurkan melalui Transporter / Transmitter maupun Ban-ban berjalan ke pembuangan terakhir atau ditampung di dalam penampung (Silo) untuk dimanfaatkan / dijual. Abu sisa pembakaran (Fly Ash) dapat digunakan sebagai bahan campuran pembuat batako, semen dll.

Transporter / Transmitter adalah tabung yang berfungsi sebagai pemindah abu hasil tangkapan EP, abu dipindah ke penampung (Silo) dengan cara dihembus oleh udara yang berasal dari Compressor yang dikeringkan terlebih dahulu.Selain itu, Ash Handling Plant juga mempunyai peralatan yang berfungsi sebagai penampung dan penyalur abu sisa pembakaran yang berasal dari ruang bakar (furnace). Batubara (serbuk) yang dimasukan ke dalam ruang bakar sebagian tidak terbakar dan abu yang tidak terhisap oleh ID Fan akan jatuh dan ditampung di bagian bawah ruang bakar (Bottom Ash). Bak penampung abu yang berada di bagian bawah ruang bakar (SDCC / SSC) juga berfungsi sebagai perapat (seal) ruang bakar, sehingga ruang bakar tidak bertekanan positif, abu yang terkumpul akan dibuang ke pembuangan terakhir melalui Conveyor-conveyor (Ban Berjalan) yang sebelumnya di saring dan dihaluskan oleh Vibrating Screen dan Crusher.SDCC / SSC diisi air yang berasal dari discharge CWP (air laut), dapat juga berasal dari sungai atau air tawar, untuk menjaga level dan temperature air, maka perlu disirkulasikan dan disupply terus menerus.SDCC / SSC dilengkapi dengan pompa-pompa yang berfungsi mensirkulasikan air perapat tersebut. Supply air laut lebih ekonomis dibandingkan dengan air tawar. Air laut lebih ekonomis karena ketersediaan air laut yang banyak, cukup disirkulasikan dan langsung dibuang ke kanal. Jika pendingin/perapat menggunakan air tawar perlu diperhatikan ketersediaan air tawar dan untuk menghemat (tidak langsung dibuang) perlu dilengkapi dengan cooler.

Ash handling Hal.2 / 57

Page 3: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 1: Aliran Udara masuk / keluar dan bahan baker (batubara)

Ash Handling System dan Alat Bantunya

Dari pendahuluan di atas, Ash Handling Plant mempunyai 2 (dua) bagian / system, yaitu :

2.1. Fly Ash System.

Fly Ash system adalah peralatan Ash Handling yang berfungsi menyalurkan abu sisa pembakaran yang berasal dari ruang bakar. Bahan bakar (batubara) yang sudah dihaluskan dimasukan ke dalam ruang bakar dengan cara dihembus oleh PA Fan dan dihisap oleh ID Fan untuk selanjutnya dibuang ke Atmosfir melalui cerobong asap (stack). Sisa pembakaran yang mengandung partikel-partikel abu dialirkan ke Atmosfir melalui ruang yang telah dipasang EP (Electrostatic Precipitator). Partikel abu yang terdapat dalam sisa pembakaran akan ditangkap oleh EP dan disalurkan ke pembuangan melalui Transporter-Transporter / Conveyor-Conveyor.

Ash handling Hal.3 / 57

Page 4: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 2: Posisi Ash Handling Plant dalam sebuah PLTU

Peralatan Fly Ash System meliputi :

2.1.1. EP (Electrostatic Precipitator).

Salah satu cara untuk mengatasi limbah abu di PLTU adalah dengan dipasangnya Electrostatic Precipitator (EP). Keunggulan Electrostatic Precipitator (EP) dibandingkan dengan metode yang lain adalah tingkat keeffisiensiannya yang tinggi/besar, yakni bisa mencapai lebih dari 90%..

Electrostatic Precipitator (EP) adalah peralatan yang berfungsi menangkap abu sisa pembakaran yang berada dalam gas buang yang akan dibuang ke atmosfir melalui stack, sehinga gas buang yang akan dibuang tidak mengandung partikel-partikel abu yang dapat mencemari lingkungan.

Prinsip kerja Electrostatic Precipitator (EP) adalah partikel – partikel abu dari boiler yang belum bermuatan, akan diberi muatan – ( negative ) oleh Electroda dan selanjutnya dengan teori Electric magnet akan ditangkap oleh Collecting Plate. Abu pada Collecting Plate akan jatuh ke Hopper setelah proses rapping.

Proses penangkapan partikel abu dari gas buang menggunakan prinsip gaya electrostatic.Gas dialirkan pada suatu ruangan (chamber) yang bagian dalamnya terdiri dari ”DISCHARGE ELECTRODA (WIRE)” dengan tegangan tinggi (DC 50 KV) sebagai kutup

Ash handling Hal.4 / 57

Page 5: Ash Handling System

Modul Operator - 1

negatif dan ”COLLECTING ELECTRODA PLATE” yang digroundingkan sebagai kutup positif. Electroda electroda ini dipasang secara vertical dan saling berhadapan.Discharge electroda (wire) dipasangkan pada suatu rangka sebagai suatu pengaman, setiap rangka dihubungkan satu dengan yang lainnya sebagai satu kesatuan kerja.

Di dalam daerah penangkapan yang terdiri dari collecting plate dan discharge electrode (kawat) akan dibangkitkan suatu medan listrik yang cukup besar. Selain itu juga akan menyebabkan molekul molekul udara dipercepat gerakannya sehingga bertabrakan yang mengakibatkan electronnya terlepas dari orbitnya dan menjadi electron bebas.Bila tegangan yang dibangkitkan semakin besar maka akan tercipta suatu corona dan electron bebas yang terbentuk semakin banyak.

Abu terbang yang melewati medan corona ini akan bertabrakan dengan ion ion dan electron bebas, sehingga partikel abu yang tidak bermuatan akan menjadi bermuatan. Karena pengaruh medan listrik partikel partikel tersebut bergerak menuju collecting plate. Partikel abu ini akan jatuh ke bawah karena gravitasi dan di tampung di Hopper.

Sisa abu yang masih menempel pada collecting plate dan discharge electroda akan dibersihkan dengan system penghentakan (rapping). Mekanisme penghentakan bekerja dalam selang waktu tertentu. Abu yang telah terkumpul ini harus dibuang agar tidak menimbulkan masalah pada internal penangkap abu electrostatic precipitator.

Ash handling Hal.5 / 57

Page 6: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 3: Electrostatic Precipitator

Ash handling Hal.6 / 57

Page 7: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 4: Prinsip Kerja Elctrostatic Precipitator

Bagian-bagian utama dari EP adalah :

2.1.1.1. Transformer Rectifier.

Adalah peralatan utama EP yang berfungsi mensuply daya sehinga EP bisa bekerja. Tegangan input : 0- 380 Volt output :40- 70 KV DC.

2.1.1.2. Collecting Plate.

Pelat baja yang dipasang sejajar berfungsi sebagai penangkap abu.

Ash handling Hal.7 / 57

Page 8: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 5: Collecting Plate ESP

2.1.1.3. Electroda Wire

Berfungsi sebagai pemberi kontribusi arus yang diberikan kepada abu dari boiler yang belum bermuatan, yang selanjutnya ditangkap oleh Collecting Plate.

Gambar 6: Discharge wire ESP

2.1.1.4. Colecting Rapper Motor .

Berfungsi untuk memukul/merapping Collecting Plate secara periodik agar abu yang menempel pada Collecting jatuh ke Hopper.Apabila Collecting Plate bersih maka proses penangkapan abu di dalam EP akan lebih baik

2.1.1.5. Discharge Rapper Motor

Berfungsi untuk memukul/merapping Electroda Wire secara periodic agar abu yang menempel pada Electroda Wire jatuh ke Hopper. Apabila Electroda Wire bersih maka kontribusi Arus yang diberikan oleh Electroda Wire pada Collecting Plate akan lebih baik.

Ash handling Hal.8 / 57

Page 9: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 7: Salah satu Rapper

Ash handling Hal.9 / 57

Page 10: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 8: Salah satu Penggerak Rapper

2.1.1.6. Gas Distribution System.

Untuk mendapatkan effsiensi EP yang optimal Gas Distribution System mempunyai peranan yang sangat penting yaitu untuk mendistribusikan fly ash ke seluruh field area. Gas distribution system terdiri dari plat-plat baja yang tersusun sedemikian rupa searah dengan gas flow, sehingga fly ash dapat tersebar ke seluruh field area.

Gambar 9: Gas Distribution Sistem

2.1.1.7. Control Power .

Berfungsi sebagai pengatur / pengendali kerja EP , hingga EP bekerja secara otomatis sesuai dengan fungsinya.

Ash handling Hal.10 / 57

Page 11: Ash Handling System

Modul Operator - 1

2.1.1.8. Hopper

Berfungsi sebagai penampung abu yang jatuh dari Collecting Plate dan Electroda setelah proses rapping.Pada sebuah Electrostatic Precipitator dipasang Hopper-hopper yang menampung abu hasil tangkapan EP, jumlah Hopper sesuai dengan jumlah EP yang terpasang.

Gambar 10: EP Hopper2.1.2. Transporter / Transmitter,

Transporter / Transmitter berfungsi sebagai pemindah abu hasil tangkapan EP (electrostatic Precipitator), dari EP Hopper ke Silo.

Prinsip kerja Transporter adalah menampung dan menyalurkan/memindahkan abu yang berasal dari EP Hopper ke Silo, Tabung Transporter terisi oleh abu dari EP Hopper, setelah level Tabung penuh.

Pada kondisi pengisian (Filling Time) : Vent Valve open, Ash Inlet Valve open, Air Inlet Valve dan Ash Outlet Valve tetap posisi close. Setelah Tabung terisi abu (berdasarkan level sw.) Ash Inlet Valve Close, Vent Valve Close.

Pada kondisi Transporting (Transporting Time) : Ash Outlet Valve open, Air inlet Valve open. Tekanan di tabung transporter akan naik sampai +/- 2,5 kg/cm2 dan akan turun mendekati tekanan 0 kg/cm2 dengan waktu +/- 6 menit. Setelah tekanan tabung Transporter mendekati 0 (0,5 kg/cm2) Air Inlet Valve close, Ash Outlet Valve Close. Transporting selesai, mulai lagi ke Pengisian (Filling Time). Dst.

Selanjutnya transporter akan mulai pengisian dan transporting secara auto, transporter akan transporting bila tabung transporter penuh. Khusus Transporter Row 3 dan 4 (Transporter 17 sd 32) akan transporting berdasarkan timer selain berdasarkan level sw.

Bagian-bagian utama dari Transporter / Transmitter adalah :

Ash handling Hal.11 / 57

Page 12: Ash Handling System

Modul Operator - 1

2.1.2.1. Tabung.Tabung transporter berada tepat di bawah EP Hopper yang berfungsi sebagai penampung abu yang berasal dari EP Hopper yang selanjutnya dipindahkan (transfer) ke Silo. Di dalam tabung Transporter terdapat membrane (aramid) sebagai pemisah antara abu dan udara transporting.Tabung Transporter yang berada pada barisan depan biasanya berukuran lebih besar dari pada tabung yang berada pada barisan belakang, karena abu hasil tangkapan EP pada bagian lebih banyak dari bagian belakang.Tabung Transporter dilengkapi Main hole dan safety valve

Ash handling Hal.12 / 57

Page 13: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 11: Tabung Transporter ukuran 0,85 m3 dan 0,25 m3

2.1.2.2. Ash Inlet Valve.Ash inlet valve adalah katup yang berfungsi membuka dan menutup aliran abu yang datang dari EP Hopper.

Ash handling Hal.13 / 57

Page 14: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 12: Bagian luar ash inlet valve

Gambar 13: Bagian dalam ash inlet valve

Ash handling Hal.14 / 57

Page 15: Ash Handling System

Modul Operator - 1

2.1.2.3. Ash Outlet Valve.Ash Outlet valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran abu yang keluar dari tabung. Type valve adalah Ball valve.

Gambar 14: Ash outlet valve

2.1.2.4. Vent ValveVent valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup pipa (line) venting agar abu dari EP hopper mudah mengalir/turun ke tabung Transporter.Line venting diarahkan ke bagian atas EP hopper yang mempunyai tekanan negative.

Gambar 15: Line Venting dan Vent valve

Ash handling Hal.15 / 57

Page 16: Ash Handling System

Modul Operator - 1

2.1.2.5. Air Inlet ValveAir Inlet valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran udara yang berfungsi sebagai media pendorong abu.

2.1.2.6. Membran / AramidMembran berada di dalam tabung transporter berfungsi sebagai pemisah antara abu dan udara transporting.

Gambar 16: Bagian-bagian Transporter

2.1.2.7. Line Ash Outlet.Adalah pipa sebagai jalur mengalirnya abu keluar dari Transporter menuju Silo

2.1.2.8. Line Ash Inlet (Down Comer)Adalah pipa sebagai jalur mengalirnya abu masuk ke Tabung Transporter dari EP Hopper.

Ash handling Hal.16 / 57

Page 17: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 17: Line Ash Inlet dan Line Ash Outlet

2.1.2.9. Emergency ValveEmergency valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran abu yang akan dikeluarkan melalui line Emergency, jika Transporter mengalami gangguan sehingga tidak bisa beroperasi. Abu dialirkan melalui saluran Emergency dan diarahkan ke Vacuum Truck.

2.1.2.10. Main Valve (Isolating Valve)Main valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran abu yang keluar dari EP Hopper. Pada keadaan normal operasi valve ini selalu dalam keadaan terbuka. Penutupan valve dilakukan bila akan ada perbaikan pada Tabung transporter.

Ash handling Hal.17 / 57

Page 18: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 18: Line Emergency dan Valve / Main Valve

SUSUNAN TRANSPORTER/PUMP # 8

Ash handling Hal.18 / 57

Page 19: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Silo.

Silo adalah penampung abu yang berasal dari Transporter / Transmitter ,Dari Silo abu akan dipindahkan / dibuang ke pembuangan akhir melalui conveyor /Truck Capsul yang tertutup ke (Ash Valley).

Di lokasi Silo dilengkapi Bag filter, Blower / Fan,Dust Conditioning.Dan juga dilengkapi perlengkapan untuk melayani konsumen Fly Ash, yaitu Dry Unloading System.

2.1.3. Dust Conditioning / Mixer, Conveyor.

Dust Conditioning / Mixer dan Conveyor adalah peralatan Fly Ash System yg berfungsi memindahkan dan menyalurkan abu dalam Silo ke pembuangan akhir. Abu dalam Silo di fluidzing oleh Blower atau Fan sehingga mudah turun / mengalir ke Dust Conditioning / Mixer.

Sebelum dialirkan ke Conveyor, abu di spray dengan air sehingga tidak menimbulkan polusi dalam perjalanan ke Ash Valley.Pengaturan air untuk spray sangat diperlukan agar campuran tidak lengket maupun tidak kekurangan. Abu yang lengket akan menimbulkan masalah di Conveyor system, terutama pada bagian-bagian chute / Diverter gate.

Ash handling Hal.19 / 57

Page 20: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Peralatan pengeluaran dipasang di bawah Silo. Dilengkapi mixer rotary dust conditioner (gambar 12) untuk mencampur dan melembabkan debu sehingga dapat ditransportasikan dengan kendaraan terbuka atau Conveyor tanpa menyebabkan gangguan debu.

Rotary dust conditioner terdiri atas pelat dengan permukaan yang miring/ seperti baling-baling bersusun dan berputar dengan diatasnya dipasang pemancar air dan scraper.

Nozzle penyemprot dipasang di atas tangki conditioner. Operasi dust conditioner / Condioning Unloader tidak akan pernah tepat karena aliran debu yang bervariasi, karena itu diperlukan operasi dengan tingkatan yang lebih tinggi dan disiplin operator. Dengan kata lain kelembaban yang tepat susah dicapai, kalau tidak terlalu basah maka akan terlampau kering.

Gambar 19: Mixer / Condioning Unloader

Karena lokasi Ash Valley jauh dari unit pembangkit maka untuk mencapai lokasi tersebut perlu dibangun Conveyor-conveyor yang saling berhubungan. Antar Conveyor dihubungkan oleh chute / corong yang mempunyai gate yang dapat dipindahkan arahnya.

Untuk menjaga keandalan peralatan dan agar kesiapannya selalu terjamin, setiap peralatan dibuat rangkap, sehingga jika terjadi kerusakan atau ada perbaikan pada satu alat dapat menggunakan peralatan pasangannya.

Penggerak conveyor biasanya terdiri dari motor induksi gear box dan kopling fluida yang menggerakan drive pulley conveyor.

Ash handling Hal.20 / 57

Page 21: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Ash handling Hal.21 / 57

Page 22: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 20: Conveyor dan bagian-bagiannya

2.1.4. Compressor dan Dryer

Bagian dari Fly Ash System yang berfungsi sebagai pensupply udara Transporting adalah Compressor dan Dryer.Untuk menjaga kecukupan udara bertekanan pada masing-masing unit biasanya dipasang beberapa Compressor yang dilengkapi Dryer dan Receiver Tank.

Udara yang akan digunakan sebagai media transporting abu dari Transporter / Transmitter dikeringkan oleh Dryer, sehingga tidak terjadi penggumpalan dalam line Transporter / Transmitter.

Ada 3 jenis kompresor yang paling umum digunakan dalam industri, yaitu jenis centrifugal, reciprocating dan Rotary screw. Tiap jenis kompresor memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing :

2.1.4.1. Kompresor Jenis CentrifugalUdara bertekanan tinggi dihasilkan dengan mengkonversi momentum sudut akibat putaran tinggi dari impeller (dynamic displacement). Biaya instalasi kompresor relatif rendah dan penurunan efisiensinya hanya sebesar 60 % dari output keluarannya namun biaya pembeliannya relatif tinggi.

Ash handling Hal.22 / 57

Page 23: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 21: Centrifugal Compressor Impeller Diagram

2.1.4.2. Kompresor Jenis ReciprocatingMerupakan kompresor positive displacement yang menghasilkan udara kompresi melalui perubahan volume udara terhadap terjadinya peningkatan tekanan. Kompresor jenis ini menghasilkan penggunaan energi yang paling efisien, baik pada saat Full Load maupun Part Load.

Gambar 22: Reciprocating Compressor Schematic

2.1.4.3. Kompresor Jenis Rotary ScrewTermasuk positive displacement, dimana dua rotor berbentuk helical saling bertautan dan membentuk ruang yang semakin mengecil secara axial sehingga dapat memampatkan udara yang terjebak. Kompresor jenis ini biaya operasinya relatif tinggi apabila digunakan pada kondisi part load.

Ash handling Hal.23 / 57

Page 24: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 23: Double Helical Rotary Screw Compressor

Gambar 24: Flow Diagram Sebuah Compressor SULLAIR

Ash handling Hal.24 / 57

Page 25: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 25 : Flow Diagram Dryer

2.2. Bottom Ash System.

Bottom Ash System adalah system Ash Handling Plant yang khusus menangani/menyalurkan abu sisa pembakaran dari bagian bawah ruang bakar. Selain menangani dan menyalurkan abu dari dalam furnace Bottom Ash System juga menyalurkan abu yang berasal dari Ruang Economizer dan coal reject dari Pulverizer.

Ash handling Hal.25 / 57

Page 26: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 26 : Posisi Bottom Ash Sistem dalam sebuah PLTU

Bottom Ash System meliputi peralatan-peralatan :

2.2.1. SDCC / SSC system.

SDCC / SSC adalah peralatan yang berfungsi sebagai penampung (bak SDCC) dan penyaluran abu sisa pembakaran yang berasal dari dalam ruang bakar, Boiler Economizer Hopper dan coal reject.

SDCC / SSC menampung dan menyalurkan / memindahkan abu ke pembuangan terakhir melalui Vibrating Screen (penyaring), Crusher (penghancur) dan menggunakan alat angkut ban-ban berjalan maupun menggunakan truck jika system Conveyor mengalami gangguan. Bak SDCC / SSC diisi air yang berasal dari discharge CWP, selain berfungsi sebagai pendingin abu yang jatuh dari ruang bakar air dalam bak juga berfungsi sebagai perapat ruang bakar agar udara luar tidak masuk (ruang bakar bertekanan negative).

Agar terjaga level air di bak SDCC, bak SDCC disupply air secara terus menerus dan dilengkapi pompa-pompa yang mensirkulasikan airnya (Cooling water system), sehingga level dan temperaturenya tetap terjaga (suhu tidak tinggi).

SDCC dilengkapi service water supply yang berfungsi sebagai seal bearing roller SDCC, chain spray SDCC dan seal bearing Sludge Pump.

Abu dari SDCC/SSC diangkut dengan ban berjalan (Conveyor-conveyor) setelah melalui Vibrating Screen dan Crusher.

Ash handling Hal.26 / 57

Page 27: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Vibrating Screen adalah sebuah alat yang tak terpisahkan dari SDCC dan system, yang berfungsi sebagai penyaring abu bottom ash yang datang dari SDCC yang akan menuju ke Conveyor, Vibrating Screen memisahkan material-material (abu Bottom ash) yang berukuran besar untuk diarahkan ke Crusher (penghancur) maupun material-material asing non abu sehingga tidak merusak Belt Conveyor.

Crusher juga sebuah alat yang dapat mempengaruhi lancar tidak nya system SDCC, yang berfungsi sebagai penghancur abu yang berukuran besar yang tidak lolos oleh penyaring (Vibrating Screen)

Gambar 27: Jalur Abu dari SDCC ke Ash Valley

Ash handling Hal.27 / 57

Page 28: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 28 : SDCC

2.2.2. Cooling Water system

Cooling Water system adalah bagian dari Bottom Ash System yang berfungsi mencirkulasikan dan menjaga level dan temperartur air dalam bak SDCC / SSC.

Bak SDCC / SSC disupply air laut dari CWP, air dari Bak SDCC / SSC mengalir (over flow) ke Settling Tank. Air di bagian bawah Settling Tank (berlumpur) dihisap oleh Sludge Pump dan dialirkan kembali ke bak SDCC / SSC, pada bagian atas Settling Tank dihisap oleh Transfer Pump dan dibuang ke kanal (bersih).

Supply air yang berasal dari CWP juga men supply bak Sluice Tank.

Ash handling Hal.28 / 57

Page 29: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 29 : Cooling Water System

Pengoperasian Peralatan Ash Handling Plant.Prinsip kerja dari SDCC dan Sistem adalah menampung abu yang berasal dari ruang bakar di bak SDCC, kemudian SDCC menyalurkan abu yang tertampung menuju Conveyor setelah melalui penyaringan (Vibrating Screen) dan penggilingan (Crusher) sehingga abu tidak merusak belt conveyor. Selanjutnya Conveyor mengangkut abu menuju pembuangan terakhir (Ash Valley). Jika system pembuangan (conveyor) mengalami gangguan abu dapat dibuang ke Ash Valley menggunakan truck. Untuk menjaga keandalan SDCC dan Sistem, Conveyor dibuat 2 jalur.

3.1. Persiapan Operasi (start ) : 3.1.1. Pada peralatan yang akan dioperasikan harus kondisi siap operasi (release)

tidak dalam pemeliharaan atau Tagging, Petugas operator harus melakukan pengecheckan di lapangan/visual atau log book. Sebelum Power Suply di masukan (ON)

3.1.2. Koordinasi dengan Bidang terkait : Pemeliharaan Mekanik, Listrik, Kontrol, Operator Unit untuk klarifikasi peralatan yang akan di operasikan.

3.1.3. Kesiapan sarana komunikasi operator control room dengan operator local.

3.2. Release Tagging Sistem.

Ash handling Hal.29 / 57

Page 30: Ash Handling System

Modul Operator - 1

3.2.1. Kartu Tagging warna merah artinya dalam kondisi apapun suatu peralatan tersebut tidak boleh dioperasikan.

3.2.2. Kartu Taging warna kuning artinya bahwa peralatan tersebut dikondisikan darurat, dimana alat tersebut dapat dioperasikan berdasarkan ijin dari si pembuat tagging dan kondisinya sangat mendesak.

3.2.3. Kartu Taging warna putih artinya bahwa peralatan tersebut dinyatakan laik operasi.

3.2.4. Persiapan Power Suply masuk : Operator harus meyakinkan tidak ada breaker –breaker motor yang masuk (close) sebelum power supply utama masuk (close)

3.3. Pelaksanaan START.3.3.1. Start Bottom Ash System.

Setelah dinyatakan bahwa peralatan tersebut bebas dari kartu tagging baik tagging warna merah, kuning, putih baru dilakukan koordinasi dengan operator local bahwa peralatan tersebut siap di operasikan, aba aba start dengan hitungan satu, dua, tiga start.

Pelaksanaan pengoperasian suatu system harus mengacu / sesuai dengan SOP

3.3.1.1. Persiapan Udara Instrument. Informasikan kepada Petugas Main Unit bahwa peralatan Ash handling akan

menggunakan Udara Instrument yang berasal dari Compressor Main Unit. Jika tidak ada masalah pada system Compressor Main Unit, Buka Manual

Valve Udara instrument untuk peralatan di Bottom Ash System yang berasal dari Compressor Main Unit.

Periksa apakah ada aliran dan pastikan tidak ada kebocoran sepanjang pipa yang menuju peralatan Bottom Ash.

Buka Manual valve pada masing-masing peralatan Bottom Ash, perhatikan tekanannya (+/- 5 – 6 kg/cm2) dan pastikan tidak ada kebocoran.

Persiapan udara instrument selesai.

Ash handling Hal.30 / 57

Page 31: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 30 : Line diagram Supply Udara Instrument

3.3.1.2. Sea Water Supply to SDCC. Buka Manual Valve untuk Sea water supply (open 100%), perhatikan

alirannya (alarm Pressure Water Low bisa di reset jika tekanan normal/flow cukup)

Sea water supply to SDCC diambilkan dari discharge CWP, adakan koordinasi dengan petugas Control Room Main Unit jika air laut tidak keluar atau aliran kecil.

Open Suction Valve dan Discharge Valve (manual) untuk Sea water supply Valve to SDCC. Close By Pass Valve untuk Sea water supply valve to SDCC (manual).

Informasikan ke Operator Kontrol Panel bahwa Sea water supply to SDCC sudah siap.

Selector Water Supply To SDCC posisikan INLOCK (di kontrol Panel). Selector Sea Water Supply valve To SDCC posisikan OPEN. (di kontrol

panel). Perhatikan aliran air lautnya pada saat Sea Water Supply valve To SDCC

dibuka. Jika bak SDCC sudah penuh atur pembukaan Suction Valve (manual) untuk

Sea water supply Valve to SDCC agar supply air laut tidak berlebihan (over flow), tetapi jangan sampai kekurangan.

Secara periodic periksa level air Bak SDCC dan pastikan supplynya cukup. Perhatian : kurangnya level air di Bak SDCC mengakibatkan Boiler Trip.

Ash handling Hal.31 / 57

Page 32: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 31 : Line Diagram Sea/service water supply

3.3.1.3. Service water supply. Informasikan kepada Petugas Main Unit bahwa peralatan Ash handling akan

menggunakan Service water yang berasal dari Main Unit. Buka manual valve yang menuju peralatan Bottom Ash, perhatikan alirannya,

tekanan normal 4 – 5 kg/cm2 . Open Suction Valve dan Discharge Valve (manual) untuk Service water

supply Valve. Close By Pass Valve untuk Service water supply valve (manual). Informasikan ke Operator Kontrol Panel bahwa Service water supply sudah

siap. Selector Service Water Supply valve posisikan OPEN. (di kontrol panel). Buka semua manual valve menuju Guide Roll SDCC dan perhatikan

tekanannya. Buka manual valve menuju Chain Spray (Cleaner), atur pembukaannya

sehingga tidak berlebihan, tutup jika tidak diperlukan. Service Water Supply valve interlock dengan beroperasinya SDCC, SDCC

tidak bisa dioperasikan jika Service Water Supply valve tertutup/tidak dibuka.

CATATAN : SDCC tidak dapat dioperasikan jika SERVICE WATER SUPPLY VALVE tertutup. (interlock)

Ash handling Hal.32 / 57

Page 33: Ash Handling System

Modul Operator - 1

3.3.1.4. Sea Water Supply to Sluice Tank. Open Suction Valve dan Discharge Valve (manual/di lokal) untuk Sea

water supply Valve to Sluice Tank. (di atas Sluice Tank) Close By Pass Valve (jika terbuka) untuk Sea water supply valve to

Sluice Tank (manual). Informasikan ke Operator Kontrol Panel bahwa Sea water supply valve to

Sluice Tank sudah siap. Selector Sea Water Supply valve to Sluice Tank posisikan INLOCK. (di

kontrol panel) Sea Water Supply valve to Sluice Tank akan terbuka bila level Sluice

Tank berkurang dan akan close bila level penuh. (Close/open berdasarkan level sw./auto).

Ash handling Hal.33 / 57

Page 34: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 32 : Tampilan Bottom Ash System di Kontrol Panel dan HMI

Gambar 33 : Selector dan Tombol di KOntrol Panel

Ash handling Hal.34 / 57

Page 35: Ash Handling System

Modul Operator - 1

3.3.1.5. Start SDCC.Start Posisi Lokal :

Periksa kesiapan Conveyor 7B/8B meliputi : Motor Penggerak, gear box/minyak pelumas, pulley-pulley, scrapper, roller-roller sepanjang Conveyor, kebersihan chute dan arah Diverter Gate.

Sebelum ke local siapkan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan bahaya yang mungkin timbul, serta gunakan APD dengan baik dan benar.

Mengoperasikan Conveyor 7B/8B, dengan syarat Conveyor sebelumnya sudah running- Conv. 7A/8A atau chute Conv. 7B/8B mengarah ke Emergency Chute (darurat/conv. 7A/8A ada gangguan).

Selector Conveyor 7B atau 8B posisikan MAINT. (di kontrol desk) (pilih yang akan dioperasikan dan perhatikan arah diverter Gate nya)

Gambar 34 : Selector Conv. 7B-8B di Kontrol Panel

Gambar 35 : Indikator Diverter Gate di Kontrol Panel

Tekan Tombol Start untuk alarm kemudian tekan tombol Start untuk motor conveyor (dilokal).

Ash handling Hal.35 / 57

Page 36: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 36 : Tombol Lokal Conveyor

Perhatikan gerakan/putaran sepanjang Conveyor, bila ada kelainan segera matikan, jika tidak masalah lanjutkan dengan : Mengoperasikan Conveyor 15/16.

Periksa kesiapan Conveyor 15/16 meliputi : Motor Penggerak, gear box/minyak pelumas, pulley-pulley, scapper, roller-roller sepanjang Conveyor, kebersihan chute dan arah Diverter Gate.

Gambar 37 : Selector-selector di kontrol panel

Selector Conveyor 15 atau 16 posisikan MAINT. (di kontrol desk) (pilih yang akan dioperasikan dan perhatikan arah diverter Gate nya)

Tekan Tombol Start untuk alarm kemudian tekan tombol Start untuk motor conveyor (dilokal).

Ash handling Hal.36 / 57

Page 37: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Perhatikan gerakan/putaran sepanjang Conveyor, bila ada kelainan segera matikan, jika tidak masalah lanjutkan dengan : Mengoperasikan Crusher/Vibrating Screen.

Selector Crusher/Vibrating Screen posisikan MAINT. (di kontrol desk) (perhatikan arah diverter Gate nya).

Gambar 38 : Indikator Diverter gate

Periksa kesiapan Crusher/Vibrating Screen meliputi : Motor Penggerak, gear box/minyak pelumas, pulley-pulley, jumlah dan kekencangan V belt, kebersihan screen/chute dan arah Diverter Gate.

Tekan Tombol Forward untuk mengoperasikan Crusher dan tekan tombol Start untuk mengoperasikan Vibrating Screen (dilokal).

Semua peralatan di atas (Conveyor, Crusher, Vibrating Screen) bila dioperasikan posisi Lokal (MAINT.) tombol Start harus selalu ditekan bila ingin peralatan tetap running, bila tombol start dilepas peralatan akan stop lagi.

Start posisi local hanya digunakan/lakukan apabila dalam keadaan darurat atau dalam rangka penge test an.

Perhatikan gerakan/putaran sepanjang Conveyor, bila ada kelainan segera matikan, jika tidak masalah lanjutkan dengan : Start SDCC.

Periksa kesiapan SDCC meliputi : Motor Penggerak, gear box/minyak pelumas, minyak hydrolik, sprocket, roller-roller, kekencangan chain, Flight bar, sea water supply, service water supply.

Selector SDCC posisikan local (di LCP). Tekan tombol hijau I untuk mengoperaskan Motor Hydrolic (tombol

merah untuk mematikan). Tekan tombol hijau II untuk mengoperaskan Motor Kipas Pendingin

Minyak Hydrolic (tombol merah untuk mematikan). Tekan Tombol SLOW FORWARD untuk mengoperasikan SDCC

kecepatan rendah (tombol merah untuk mematikan). Tekan Tombol FAST FORWARD untuk mengoperasikan SDCC

kecepatan tinggi (tombol merah untuk mematikan). SDCC dalam keadaan start posisi local harus selalu di monitor, karena

pada posisi ini semua alat protection tidak berfungsi kecuali motor over load.

Ash handling Hal.37 / 57

Page 38: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Perhatikan gerakan/putaran sepanjang SDCC, perhatikan pressure hydroliknya bila ada kelainan segera matikan,

Start posisi local hanya digunakan/laksanakan apabila dalam keadaan darurat atau dalam rangka penge TEST an.

Gambar 39 : Lokal Kontrol Panel SDCC

Start Posisi Remote : Pilih PATH SELECTION yang akan digunakan.

PATH SELECTION 1 SDCC–Vibrating Screen–Crusher–Conv. 15–Conv. 7B.

PATH SELECTION 2 SDCC–Vibrating Screen–Crusher–Conv. 15–Conv. 8B.

PATH SELECTION 3 SDCC–Vibrating Screen–Crusher–Conv. 16–Conv. 7B.

PATH SELECTION 4 SDCC–Vibrating Screen–Crusher–Conv. 16–Conv. 8B

Ash handling Hal.38 / 57

Page 39: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 40 : Tampilan Path Sel. di kontrol Panel

Periksa kesiapan Conveyor 7B/8B 15/16/17/18/19/20 - Vibrating Screen/Crusher meliputi : Motor Penggerak, gear box/minyak pelumas, pulley-pulley, scapper, roller-roller sepanjang Conveyor, jumlah dan kekencangan V belt, minyak hydrolik, sprocket, roller-roller, kekencangan chain, Flight bar, sea water supply, service water supply. kebersihan chute dan arah Diverter Gate.

Arahkan Diverter Gate sesuai Path Sel. Selector Conveyor 7B/8B, Conveyor 15/16 17/18 19/20, Vibrating Screen dan

Crusher posisikan INLOCK (di kontrol panel), pilih yang akan digunakan/operasikan dan perhatikan arah Diverter gate nya).

Open Service Water supply Valve (di kontrol desk) Selector BOTTOM ASH MODE posisi MANUAL (MAN) Tekan tombol Start satu persatu mulai dari Conveyor 7B atau 8B, kemudian

Conveyor 15 atau 16 selanjutnya Crusher, Vibrating Screen dan SDCC. Selector BOTTOM ASH MODE posisi AUTO. Tekan tombol Start pada selestor PATH SELECTION dan peralatan akan

running mulai dari Conveyor 7B atau 8B, kemudian Conveyor 15 atau 16 selanjutnya Crusher, Vibrating Screen dan SDCC.

Secara rutin periksa keadaan Conveyor 7B/8B 15/16/17/18/19/20 - Vibrating Screen/Crusher meliputi : Motor Penggerak, gear box/minyak pelumas, pulley-pulley, scapper, roller-roller sepanjang Conveyor, jumlah dan kekencangan V belt, minyak hydrolik dan tekanannya, sprocket, putaran guide roll, kekencangan chain, Flight bar, abu yang turun dari furnace bentuk maupun jumlahnya, speed protection, sea water supply, service water supply. kebersihan chute dan arah Diverter Gate.

Bila SDCC system dioperasikan secara remote, secara auto akan stop bila salah satu peralatan yang termasuik dalam peralatan BOTTOM ASH SYSTEM ada yang di stop EMERGENCY. (inter lock)

Ash handling Hal.39 / 57

Page 40: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 41 : Tampilan indikator peralatan Ash Handling

3.3.2. Start Fly Ash Sistem, meliputi :3.3.2.1. Start Electrostatic Precipitator :

Persiapan start setelah perbaikan (O/H) : Periksa dan pastikan tidak ada orang/pekerja yang masih berada di dalam

EP Hopper maupun di sekitar Collecting plate. Periksa dan pastikan tidak ada alat alat kerja yang tertinggal di dalam EP

Hopper maupun di sekitar Collecting Plate. Adakan koordinasi dengan petugas Maintenance maupun Pihak ke 3

(kontraktor) yang bekerja di dalam EP (sekitar Collecting Plate dan EP Hopper).

Tutup semua Main Hole (4 buah pintu samping dan beberapa pintu di lantai ruang DRM/CRM-rapper-rapper) dan kunci dengan Kunci Interlock Main Hole (kunci interlock yang tersedia/37 buah tiap sisi EPTR).

Setelah semua Main Hole terkunci, kumpulkan semua kunci Interlocknya (37 buah) dan masukkan ke Tempat Kunci di ruang Trafo.

3.3.2.2. Start Transporter :Persiapan Udara Instrument : Buka Main Valve Udara instrument yang disupply dari Main Unit Buka Valve Udara Instrument untuk mensupply peralatan Transporter 1

sampai 32. Perhatikan tekanan udara instrument di Pressure Indikatornya (+/- 6 kg/cm2)

Ash handling Hal.40 / 57

Page 41: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Alarm di Control Rom Ash Handling “TRANS. ROW 1-4 AIR INSTRUMENT PRESSURE LOW” akan hilang, jika di reset dan tekanannya cukup/tidak low.

Buka Valve Udara Instrument untuk masing-masing Transporter (Trans. 1-32) dan atur tekanannya dari regulator sesuai kebutuhan masing masing transporter (5-6 kg/cm2).

Periksa semua line udara instrument, jika ada kebocoran tutup valve menuju line yang bocor tersebut, informasikan kepada Petugas Maintenance agar segera memperbaiki.

Buka Valve Udara Instrument untuk peralatan Compressor dan Dryer (berada dalam Blower room #5).

Buka valve udara instrument untuk peralatan Dryer dan atur tekanannya dari regulator sesusai kebutuhan peralatan Dryer (berada dalam Blower room #5).

Periksa semua line udara instrument, jika ada kebocoran tutup valve menuju line yang bocor tersebut, informasikan kepada Petugas Maintenance agar segera memperbaiki.

Gambar 42 : line diagram Supply Udara Instrument

Persiapan Udara Transporting : Periksa kesiapan Compressor meliputi : volume minyak pelumas,

pastikan minyaknya cukup, lihat pada level indicator, supply water cooler. Periksa supply water cooler, buka manual valve nya dan perhatikan

tekanannya pada pressure indicatornya (normal : 5 – 6 kg/cm2). Tutup Discharge valve Compressor yang menuju Receiver Tank, (valve

ini dibuka jika Compressor telah normal operasi).

Ash handling Hal.41 / 57

Page 42: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Tutup valve antar Receiver tank (Valve ini dibuka jika unit lain memerlukan/kekurangan tekanan udara transporting atau unit ini kekurangan udara transporting).

Hidupkan (ON kan) power supply kontrol untuk Compressor dan Dryer (di MCC room).

Hubungi Operator Kontrol Panel untuk mempersiapkan Power Supply untuk Compressor (Petugas Control Panel akan menghubungi Petugas control Room Main Unit agar mempersiapkan Power Supply untuk Compressor, 3,3 KV) .

Start Compressor 1, 2 atau 3 (di LCP/Local Control Panel Compressor) dan perhatikan indicator tekanan dan temperatur nya.

Perhatikan Inlet Valve (Dumper) saat ONLOAD/OFFLOAD (harus open saat ONLOAD dan close saat OFFLOAD).

Buka Outlet Valve Compressor menuju Receiver Tank. (manual) Udara yang dihasilkan Compressor akan terkumpul di dalam RECEIVER

TANK. Buka Manual Valve dari Receiver Tank yang menuju Dryer. Buka Suction dan Discharge Valve Air Pendingin Dryer, perhatikan

Pressure Indikator nya (normal 5-6 kg/cm2). Buka Suction dan Discharge Valve Dryer. Buka Suction dan Discharge Valve Filter. Tutup By Pass Valve Filter. Tutup Emergency Valve antar Filter. Buka Discharge Valve yang menuju pemakaian (Transporter). Operasikan Dryer A atau B (di LCP/Local Control Panel Dryer). Perhatikan Indikator-indikatornya.

Besarnya Tekanan Udara Transporting bisa dilihat di Panel Compressor dan Pressure Indikator di Transporter 5. Bila Udara Transporting sudah mencapai +/- 7 kg/cm2 alarm “TRANS. ROW 1-4 AIR TRANSPORTING PRESSURE LOW” di control room akan hilang.

Ash handling Hal.42 / 57

Page 43: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 43 : Line diagram compressor / Dryer

Start Posisi Lokal (LCP/Local Control Panel) : Sebelum mengoperasikan Transporter, yang harus dilaksanakan dahulu

adalah mengoperasikan Exhaust Fan Transfer Bin dan periksa apakah pembersih Filter nya beroperasi dengan baik. Exhaust Fan Transfer Bin di operasi kan dari kontrol room. Kemudian :

Pastikan Emergency Valve semua Transporter tertutup. Buka Isolating Valve Down Comer.

Pengisian Tabung Transporter : Selector switch Transporter Row 1 – 4 di control room posisikan local (LOC.) Buka Vent Valve (Transporter Row 1 – 2, row 3 – 4 tidak ada Vent

Valve)/(untuk membuang tekanan sisa dalam Tabung transporter dan

Ash handling Hal.43 / 57

Page 44: Ash Handling System

Modul Operator - 1

mempermudah abu turun ke tabung transporter, dengan bantuan daya hisap ID Fan)

Buka Ash Inlet Valve. Ash Outlet valve dan Air Inlet Valve tetap tertutup. Setelah Tabung Transporter terisi abu, tutup Ash Inlet Valve. Tutup Vent Valve.

Mulai Transporting : Buka Ash Outlet Valve.(Ash Outlet Valve dibuka terlebih dahulu untuk

menghindari ausnya Ball Valve, Ash Outlet Valve dibuka pada saat Tabung Transporter belum bertekanan)

Buka Air Inlet Valve, tekanan Tabung Transporter akan naik +/- sampai 2,5 kg/cm2.

Setelah kira-kira 5 menit tekanan Tabung Transporter akan turun mendekati 0 kg/cm2.

Tutup Air Inlet Valve, setelah tekanan tabung transporter mendekati 0 kg/cm2. Tutup Ash Outlet Valve. Transporting selesai. Mulai lagi dari Pengisian Tabung Transporter.

Gambar 44 : Transporter dan bagian-bagiannya

Start Posisi Remote (Auto/Control Room) :Posisi Remote (Auto) hanya bisa dilakukan dari kontrol room. Sebelum Start Transporter posisi remote yang perlu dipersiapkan adalah memastikan bahwa abu dari EP Hopper bisa turun ke Tabung Transporter atau laksanakan Start Posisi Lokal, 2 – 3 kali. Kemudian :

Setelah tekanan Tabung Transporter mendekati 0 kg/cm2, close semua valve.

Close Air Inlet Valve Close Ash Outlet Valve Close Ash Inlet Valve Close Vent Valve (Transporter Row 1 dan 2), Transporter Row 3 dan 4

tidak ada Vent Valve. Selector Switch Transporter 1 – 32 di Control Room posisikan remote

(REM.) Tekan tombol START, lampu indicator akan menyala merah.

Pada saat tombol START ditekan yang terjadi di local adalah sbb :Mulai Pengisian (Filling Time) Vent Valve open. Ash Inlet Valve open. Air Inlet Valve dan Ash Outlet Valve tetap posisi close.

Ash handling Hal.44 / 57

Page 45: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Setelah Tabung terisi abu (berdasarkan level sw.) Ash Inlet Valve Close. Vent Valve Close.

Mulai Transporting (Transporting Time) Ash Outlet Valve open. Air inlet Valve open. Tekanan di tabung transporter akan naik sampai +/- 2,5 kg/cm2 dan akan

turun mendekati tekanan 0 kg/cm2 dengan waktu +/- 6 menit. Setelah tekanan tabung Transporter mendekati 0 (0,5 kg/cm2) Air Inlet Valve

close. Ash Outlet Valve Close. Transporting selesai, mulai lagi ke Pengisian (Filling Time). Dst.

Selanjutnya transporter akan mulai pengisian dan transporting secara auto, transporter akan transporting bila tabung transporter penuh. Khusus Transporter Row 3 dan 4 (Transporter 17 sd 32) akan transporting berdasarkan timer selain berdasarkan level sw.

Ash handling Hal.45 / 57

Page 46: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 45 : Selector / Tombol Transporter di kontrol Panel dan di HMI

3.3.2.3. Start Conditioning Unloader 2 :Start Fly Ash Belt Conveyor (FA BC) posisi Lokal : Periksa kesiapan Fly Ash Belt Conveyor A atau B meliputi : Motor

Penggerak, gear box/minyak pelumas, pulley-pulley, scapper, roller-roller sepanjang Conveyor, kebersihan chute dan arah Diverter Gate.

Sebelum ke local siapkan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan bahaya yang mungkin timbul, serta gunakan APD dengan baik dan benar.

Selector Fly Ash Belt Conveyor A atau B posisikan local / MAINT. (di Control Room Ash Handling) (pilih yang akan dioperasikan dan perhatikan arah diverter Gate nya).

Tekan Tombol Start untuk alarm kemudian tekan tombol Start untuk motor conveyor (dilokal).

Perhatikan gerakan/putaran Conveyor, bila ada kelainan segera matikan. Fly Ash Belt Conveyor akan stop bila tombol start tidak ditekan, Start posisi

local hanya digunakan/laksanakan apabila dalam keadaan darurat atau dalam rangka penge TEST an.

Start Fly Ash Belt Conveyor (FA BC) posisi Remote : Periksa kesiapan Fly Ash Belt Conveyor A atau B meliputi : Motor

Penggerak, gear box/minyak pelumas, pulley-pulley, scapper, roller-roller sepanjang Conveyor, kebersihan chute dan arah Diverter Gate.

Selector UNLODING MODE posisikan CONT. (di kontrol panel/control room ash handling)

Ash handling Hal.46 / 57

Page 47: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Selector Fly Ash Belt Conveyor A atau B posisikan Remote (INLOCK) (di kontrol desk/control room ash handling) (pilih yang akan dioperasikan dan perhatikan arah diverter Gate nya).

Informasikan kepada Petugas di local sebelum mengoperasikan peralatan,Tekan tombol START (di kontrol panel/control room ash handling) untuk mengoperasikan dan tekan tombol STOP untuk mematikan.

Pada saat tombol START ditekan di local Conveyor yang terjadi adalah Alarm berbunyi (+/- 30 detik) baru kemudian Motor Conveyor running.

Perhatikan gerakan/putaran Conveyor (Petugas Lokal), bila ada kelainan segera matikan, dengan PullCord atau Emergency Stop.

MCC Fly Ash Belt Conveyor A atau B dilengkapi pengaman Timer, perlu waktu +/- 5 menit untuk mengoperasikan Fly Ash Belt Conveyor A atau B (FA BC A atau B) lagi bila FA BC A atau B dimatikan/stop atau MCC baru di standby kan.

Start Chain Conveyor Posisi Lokal : Selector CHAIN CONV. & COND. UNLOADER posisikan local / MAINT. (di

kontrol desk/ control room ash handling). Periksa kesiapan Chain Conveyor meliputi : Motor Penggerak, gear

box/minyak pelumas, baut baut dudukan motor, chain dan alat alat proteksi (speed protection/pullcord).

Sebelum ke local siapkan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan bahaya yang mungkin timbul, serta gunakan APD dengan baik dan benar.

Tekan tombol START (di LCP) untuk mengoperasikan dan tekan tombol STOP PUSH BUTTON untuk mematikan.

Perhatikan gerakan/putaran motor penggerak maupun chain nya, bila ada kelainan segera matikan, dengan Emergency Stop.

Start posisi local hanya digunakan/laksanakan apabila dalam keadaan darurat atau dalam rangka penge TEST an.

Start Exhaust Fan Distribution Box Posisi Lokal : Periksa kesiapan Exhaust Fan Distribution Box meliputi : Motor

Penggerak, gear box/minyak pelumas, baut baut dudukan motor/fan, jumlah dan kekencangan V belt, dansupply udara bag wash (filter cleaner).

Sebelum ke local siapkan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan bahaya yang mungkin timbul, serta gunakan APD dengan baik dan benar.

Selector Exhaust Fan Distribution Box posisikan local / MAINT. (di kontrol desk/ control room Silo).

Tekan tombol START (di LCP) untuk mengoperasikan dan tekan tombol STOP PUSH BUTTON untuk mematikan.

Perhatikan gerakan/putaran motor penggerak/fan, bila ada kelainan segera matikan, dengan Emergency Stop.

Ash handling Hal.47 / 57

Page 48: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Start posisi local hanya digunakan/laksanakan apabila dalam keadaan darurat atau dalam rangka penge TEST an.

Start Fan / heater Posisi Lokal : Periksa kesiapan Fan/heater meliputi : Motor Penggerak, gear box/minyak

pelumas, baut baut dudukan motor/fan, jumlah dan kekencangan V belt. Sebelum ke local siapkan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan

kondisi lingkungan dan bahaya yang mungkin timbul, serta gunakan APD dengan baik dan benar.

Selector Fan/heater 3 atau 4 yang akan dioperasikan posisikan local / MAINT. (di kontrol desk/ control room Silo).

Buka Discharge Valve AIR FAN/HEATER yang akan dioperasikan. (manual) dan tutup Discharge Valve AIR FAN/HEATER yang tidak dioperasikan.

Tekan tombol START (di LCP) untuk mengoperasikan dan tekan tombol STOP PUSH BUTTON untuk mematikan.

Perhatikan gerakan/putaran motor penggerak/fan, bila ada kelainan segera matikan, dengan Emergency Stop.

Fan/heater akan stop bila tombol start tidak ditekan, Start posisi local hanya digunakan/laksanakan apabila dalam keadaan darurat atau dalam rangka penge TEST an.

Start (OPEN-CLOSE) Chain Conveyor Control Valve (Cut Of Valve Chain Conveyor) Posisi Lokal LCP :

Selector CHAIN CONV. & COND. UNLOADER posisikan local / MAINT. (di kontrol desk/ control room Ash handling).

Selector FAN AERATION VALVE (di LCP) posisikan open/close untuk membuka atau menutup FAN AERATION VALVE (di LCP), dan perhatikan Lampu indikatornya, MERAH untuk open/HIJAU untuk close.

Selector BLOWER AERATION VALVE (di LCP) posisikan open/close untuk membuka atau menutup BLOWER AERATION VALVE (di LCP), perhatikan Lampu indikatornya, MERAH untuk open/HIJAU untuk close.

Tekan tombol OPEN dan tahan untuk membuka Chain Conveyor Control Valve (di LCP), Chain Conveyor Control Valve akan terbuka 0 – 100%,

Tekan tombol CLOSE dan tahan untuk menutup Chain Conveyor Control Valve (di LCP), Chain Conveyor Control Valve akan tertutup 100 – 0%, adakan koordinasi dengan Petugas Kontrol Panel (Control Room Ash Handling) untuk mengetahui persentase pembukaan valve atau lihat langsung pada indicator.

Start (OPEN-CLOSE) Posisi Lokal di Peralatan (Khusus Chain Conveyor Control Valve) :

Selector CHAIN CONV. & COND. UNLOADER posisikan local / MAINT. (di kontrol desk/ control room Ash handling).

Buka pengunci selector dan Selector Chain Conveyor Control Valve posisikan LOCAL (di Chain Conveyor Control Valve).

Ash handling Hal.48 / 57

Page 49: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Tekan tombol OPEN dan tanpa ditahan untuk membuka Chain Conveyor Control Valve (di Chain Conveyor Control Valve), Chain Conveyor Control Valve akan terbuka 0 – 100%, untuk stop tekan tombol stop (valve berhenti terbuka pada posisi tersebut antara 0 – 100%)

Tekan tombol CLOSE dan tanpa ditahan untuk menutup Chain Conveyor Control Valve (di Chain Conveyor Control Valve), Chain Conveyor Control Valve akan menutup 100 – 0 %, untuk stop tekan tombol stop (valve berhenti menutup pada posisi tersebut, antara 100 – 0%)

Start (OPEN-CLOSE) Cut Of Valve 1/2 3/4 5/6 (Control Valve 1/2 3/4 5/6) Posisi Lokal :

Selector Cut Of Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6 (Control Valve 1/2-3/4-5/6) posisikan local / MAINT. (di kontrol desk/ control room Silo A atau B).

Selector Cut Of Valve 1/2 3/4 5/6 posisikan open/close untuk membuka atau menutup (di LCP), hindari memegang COV saat dibuka/ditutup (bahaya terjepit)

Tekan tombol OPEN dan tahan untuk membuka Control Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6 (di LCP), Control Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6 akan terbuka 0 – 100%

Tekan tombol CLOSE dan tahan untuk menutup Control Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6 (di LCP), Control Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6 akan menutup 100 – 0%

Start (OPEN-CLOSE) Posisi Lokal Peralatan(Khusus Control Valve 1/2 3/4 5/6 ) : Selector Cut Of Valve 1/2 3/4 5/6 posisikan local / MAINT. (di kontrol desk/

control room Silo A atau B). Selector Control Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6 posisikan LOKAL (di Control

Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6). Tekan tombol OPEN dan tanpa ditahan untuk membuka Control Valve 1/2

atau 3/4 atau 5/6 (di Control Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6), Control Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6 akan terbuka 0 – 100%, untuk stop tekan tombol stop (valve berhenti terbuka pada posisi tersebut)

Tekan tombol CLOSE dan tanpa ditahan untuk menutup Control Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6 (di Control Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6), Control Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6 akan menutup 100 – 0 %, untuk stop tekan tombol stop (valve berhenti menutup pada posisi tersebut)

Start Blower / heater posisi Lokal : Periksa kesiapan Blower/heater meliputi : Motor Penggerak, gear

box/minyak pelumas, baut baut dudukan motor/blower, jumlah dan kekencangan V belt

Selector Blower/heater posisikan local / MAINT. (di kontrol desk/ control room Silo A atau B).

Buka Discharge Valve Air Blower/heater yang akan dioperasikan. (manual) dan tutup Discharge Valve Air Blower/heater yang tidak dioperasikan.

Ash handling Hal.49 / 57

Page 50: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Tekan tombol START (di LCP) untuk mengoperasikan dan tekan tombol STOP PUSH BUTTON untuk mematikan.

Perhatikan gerakan/putaran motor penggerak/blower, bila ada kelainan segera matikan, dengan Emergency Stop.

Blower/heater akan stop bila tombol start tidak ditekan, Start posisi local hanya digunakan/laksanakan apabila dalam keadaan darurat atau dalam rangka penge TEST an.

Start Conditioning Unloader 2 Posisi Lokal : Periksa kesiapan Conditioning Unloader 2 meliputi : Motor Penggerak,

gear box/minyak pelumas, kebersihan bak mixer dan kebersihan chute. Sebelum ke local siapkan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan

kondisi lingkungan dan bahaya yang mungkin timbul, serta gunakan APD dengan baik dan benar.

Selector UNLODING MODE posisikan CONT. (di kontrol panel/control room ash handling)

Selector CHAIN CONV. & COND. UNLOADER posisikan local / MAINT. (di kontrol desk/ control room ash handling).

Tekan tombol START (di LCP) untuk mengoperasikan dan tekan tombol STOP PUSH BUTTON untuk mematikan.

Start posisi local hanya digunakan/laksanakan apabila dalam keadaan darurat atau dalam rangka penge TEST an.

Perhatikan gerakan/putaran mixer/conditioning unloader (Petugas Lokal), bila ada kelainan segera matikan, dengan Emergency Stop.

MCC Conditioning Unloader dilengkapi pengaman Timer, perlu waktu +/- 5 menit untuk mengoperasikan Conditioning Unloader (CU) lagi bila CU dimatikan/stop atau MCC baru di standby kan.

Ash handling Hal.50 / 57

Page 51: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 46 : Line diagram Silo dan sistem

Start Conditioning Unloader 2 Posisi Remote : Selector UNLODING MODE posisikan CONT. Periksa kesiapan peralatan Conditioning Unloader 2 dan sistemnya

meliputi : 1. FLY ASH BELT CONVEYOR2. CONDITIONING UNLOADER 23. CHAIN CONVEYOR.4. EXHAUST FAN DISTRIBUTION BOX5. AIR FAN/HEATER6. AIR BLOWER/HEATER7. CUT OFF VALVE/CONTROL VALVE 1 – 6 dan line-line nya (PGC)

Motor Penggerak, gear box/minyak pelumas, kebersihan bak mixer dan kebersihan chute.

Selector CHAIN CONV. & COND. UNLOADER posisikan Remote/INLOCK. (di kontrol desk/ control room ash handling).

Selector EXHAUST FAN DISTRIBUTION BOX posisikan remote (INLOCK) (di kontrol desk silo/control room silo).

Ash handling Hal.51 / 57

Page 52: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Selector AIR FAN/HEATER arahkan ke posisi 3 atau 4 (pilih yang akan dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control room silo).

Buka Discharge Valve AIR FAN/HEATER yang akan dioperasikan. (manual) dan tutup Discharge Valve AIR FAN/HEATER yang tidak dioperasikan.

Selector AIR FAN/HEATER 3 atau 4 posisikan remote (INLOCK)-(pilih yang akan dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control room silo).

Selector AIR BLOWER/HEATER 1 atau 2 posisikan remote (INLOCK)-(pilih yang akan dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control room silo).

Buka Discharge Valve AIR BLOWER/HEATER yang akan dioperasikan. (manual) dan tutup Discharge Valve AIR BLOWER/HEATER yang tidak dioperasikan.

Selector COV 1-2 , 3-4 atau 5-6 (atau semuanya) posisikan remote (INLOCK) -(pilih yang akan dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control room silo).

Buka Manual Valve COV 1-2, 3-4 dan 5-6 (manual, di local). Buka Suction dan Discharge Valve Spray Water Control Valve (manual),

Tutup By Pass Valve Spray Water. Tekan tombol START CHAIN CONV. & COND. UNLOADER di kontrol room

ash handling. Berturut-turut peralatan Silo akan running .

CONDITIONING UNLOADER running (auto).Water spray valve open > 30% (auto).CHAIN CONVEYOR running.EXHAUST FAN DISTRIBUTION BOX running (auto).COV CHAIN CONVEYOR open (auto).AIR FAN/HEATER running (auto).COV SILO open (auto).AIR BLOWER/HEATER running (auto).Control Valve Chain Conveyor open +/- 30% (auto).Control Valve Silo open +/- 30% (auto).

Untuk menghindari ketidak sesuai an antara abu yang masuk dan keluar DISTRIBUTION BOX, open Control Valve Chain Conveyor hingga 100%. (dari Control room ash handling).

Atur pembukaan Manual Valve water spray untuk mengatur kebasahan abu yang keluar dari Conditioning Unloader.

Monitor sampai abu yang keluar dari Conditioning Unloader dianggap normal, hindari memberi water spray yang berlebihan tetapi juga tidak terlalu sedikit/kurang.

Monitor terus abu yang keluar dari CU 2 dan secara rutin bersihkan chutenya.

Adakan komunikasi/koordinasi dengan Petugas Kontrol Panel.

Ash handling Hal.52 / 57

Page 53: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Gambar 47 : Tampilan silo dan selector di kontrol Panel

Ash handling Hal.53 / 57

Page 54: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Stop Conditioning Unloader 2 Posisi Remote : Tekan tombol STOP CHAIN CONV. & COND. UNLOADER di kontrol room

ash handling. Berturut-turut peralatan Silo akan stop/berhenti adalah sbb :

1. COV SILO close (auto).2. Control Valve Silo close hingga 0 % (auto).3. AIR BLOWER/HEATER stop (auto).4. AIR FAN/HEATER stop (auto).5. COV CHAIN CONVEYOR close (auto)..6. Control Valve Chain Conveyor close hingga 0 % (auto).7. EXHAUST FAN DISTRIBUTION BOX stop (auto)..8. CHAIN CONVEYOR stop (auto).9. CONDITIONING UNLOADER stop (auto)..10. Stop Fly Ash Belt Conveyor (tekan tombol STOP di control room ash

handling).Selesai.

3.3.2.4. Start Dry Unloading Silo :Persiapan :

Sebelum mulai melaksanakan pekerjaan, yakinkan bahwa APD telah digunakan dan sesuai dengan lokasi dan kemungkinan bahaya yang timbul.

Yakinkan kesiapan peralatan hilirnya, Conveyor 7/8, Mobile Conveyor, emergency Conveyor.

Periksa dan bersihkan lubang-lubang chute/peralatan : chute conveyor silo, chute Conditioning Unloader, chute Chain Conveyor dan saluran Screw Conveyor.

Periksa dan yakinkan bahwa peralatan yang akan dioperasikan dalam keadaan siap, Conveyor Silo, Dust Conditioning, Chain Conveyor dan Sistem Dust Collector.

Informasikan kepada Pengemudi Truck Konsumen untuk menyiapkan kendaraannya.

Pasang Inlet Dust Collector pada lubang Venting Truck Capsole dengan baik dan benar.

Start SISTEM DRY UNLOADING/MELAYANI KONSUMEN : Yakinkan bahwa Truck Konsumen sudah pada posisi yang benar. Pastikan bahwa Corong Inlet Dust Collector sudah berada pada lubang

venting Truck Konsumen pada posisi yang benar. Mintalah pada Petugas konsumen abu, Surat-surat

kelengkapan/perizinan pengambilan abu : DO dan Izin Kerja Selector UNLODING MODE posisikan INTER (di Control room Ash

handling). Selector EXHAUST FAN DISTRIBUTION BOX posisikan remote

(INLOCK) (di kontrol desk silo/control room silo).

Ash handling Hal.54 / 57

Page 55: Ash Handling System

Modul Operator - 1

Selector AIR FAN/HEATER posisikan 3 atau 4 (pilih yang akan dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control room silo).

Buka Discharge Valve AIR FAN/HEATER yang akan dioperasikan. (manual) dan tutup Discharge Valve AIR FAN/HEATER yang tidak dioperasikan.

Selector AIR FAN/HEATER 3 atau 4 posisikan REMOTE (INLOCK)-(pilih yang akan dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control room silo).

Selector AIR BLOWER/HEATER posisikan 1 atau 2 (pilih yang akan dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control room silo).

Selector AIR BLOWER/HEATER 1 atau 2 posisikan remote (INLOCK)-(pilih yang akan dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control room silo).

Buka Discharge Valve AIR BLOWER/HEATER yang akan dioperasikan. (manual) dan tutup Discharge Valve AIR BLOWER/HEATER yang tidak dioperasikan.

Selector COV 1-2 , 3-4 atau 5-6 (atau semuanya) posisikan REMOTE (INLOCK) -(pilih yang akan dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control room silo).

Buka Manual Valve COV 1-2, 3-4 dan 5-6 (manual, di local). Selector UNLOADING SELECT posisikan DU (di Control room Silo) Selector DRY UNLOADING posisikan REMOTE (di Control room Silo) Tekan tombol DOWN untuk menurunkan chute Dry Unloading sampai ke

lubang TRUCK CAPSUL dan indicator DU POSITION REACHED akan menyala (merah).

Pastikan bahwa abu tidak akan menimbulkan polusi saat pengisian Truck Kapsul, adakan koordinasi dengan petugas Truck Kapsul.

Tekan tombol START pada UNLOADING SELECT. Pada saat tombol START pada UNLOADING SELECT di tekan (start)

urutan peralatan yang beroperasi adalah sbb :i. EXHAUST FAN DISTRIBUTION BOX running.ii. AIR FAN/HEATER 3 atau 4 running.iii. COV 1-2 , 3-4 atau 5-6 open.iv. AIR BLOWER/HEATER 1 atau 2 running.v. DU telah beroperasi komplet (lengkap)vi. Buka (open) SILO FLOW CONTROL VALVE 1-2 , 3-4 atau 5-6

dan perhatikan banyaknya abu yang keluar (0 – 100%).vii. Atur aliran abu agar tidak terjadi overflow.viii. Tunggu dan perhatikan sampai TRUCK CAPSUL penuh.

STOP DRY UNLOADING SISTEM. Tunggu dan perhatikan sampai TRUCK CAPSUL penuh. Setelah TRUCK CAPSUL penuh, secara otomatis system akan stop

atau tekan tombol STOP pada UNLOADING SELECT. Pada saat tombol STOP pada UNLOADING SELECT distop (tekan),

urutan peralatan yang stop adalah sbb :i. SILO FLOW CONTROL VALVE 1-2 , 3-4 atau 5-6 close (0%).ii. COV 1-2 , 3-4 atau 5-6 close.

Ash handling Hal.55 / 57

Page 56: Ash Handling System

Modul Operator - 1

iii. AIR BLOWER/HEATER 1 atau 2 stop.iv. AIR FAN/HEATER 3 atau 4 stop.v. EXHAUST FAN DISTRIBUTION BOX akan stop setelah chute

DRY UNLOADING dinaikkan (tekan UP).

Pengisian selesai, lanjutkan pada konsumen berikutnya. Secara berkala periksa Sistem Dust Collector. Matikan Sistem Dust Collector jika Sistem Dry Unloading tidak

dioperasikan.

SELAMAT

BEKERJA

TERIMA KASIH

Ash handling Hal.56 / 57

Page 57: Ash Handling System

Modul Operator - 1

BY : Weriyanto # 8

Ash handling Hal.57 / 57