Top Banner
LAPORAN TUGAS TEORI ARSITEKTUR 2 ARSITEKTUR BATAK TOBA Disusun Oleh: ALIFA MAHARANI 08/269275/TK/34381 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
27

Arsitektur Budaya Batak Toba

Jul 02, 2015

Download

Documents

Alifa Maharani
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Arsitektur Budaya Batak Toba

LAPORAN TUGAS TEORI ARSITEKTUR 2

ARSITEKTUR BATAK TOBA

Disusun Oleh:

ALIFA MAHARANI

08/269275/TK/34381

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2011

Page 2: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

DAFTAR ISI

Daftar Isi.................................................................................................................... 1

Profil Batak Toba....................................................................................................... 2

Suku Batak.......................................................................................................... 2

Suku Batak Toba................................................................................................. 3

Budaya Batak Toba............................................................................................. 4

Fenomena Arsitektur Batak Toba............................................................................. 5

Pola Perkampungan Batak Toba......................................................................... 5

Rumah Adat Batak Toba..................................................................................... 6

Hubungan Antara Arsitektur dan Budaya Batak Toba............................................. 14

Kesimpulan................................................................................................................ 17

Daftar Pustaka........................................................................................................... 18

Arsitektur Batak Toba

Page 3: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

PROFIL SUKU BATAK TOBA

SUKU BATAK

Suku bangsa Batak mendiami daerah dataran tinggi Karo, Dairi, Toba, Humbang,

Barus, Angkola dan Mandailing. Wilayah ini dikenal dengan nama Tapian Nauli (Tapanuli).

Karena kondisi geografis daerahnya yang bergunung-gunung menyebabkan suku Batak

terbagi atas 6 anak suku, yaitu Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Toba,

Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Setiap suku memiliki seni arsitektur yang menarik.

Kondisi Geografi Suku di

Sumatera

– Berada di paparan Sunda

– Bagian Barat: Pegunungan

dengan hutan tropis yang lebat

– Bagian Timur: Landai, banyak

pelabuhan yang

menghubungkan dengan pulau-

pulau lain (tradisi ritual di

air/sungai)

Suku Batak Angkola mendiami daerah Tapanuli Selatan, dekat perbatasan Riau. Di

sebelah timur danau Toba dibatasi perbukitan dan gunung-gunung di mana berdiam suku

Batak Simalungun. Suku Batak Karo berada di ujung utara danau dipisahkan deretan

perbukitan. Di sebelab barat danau bermukim suku Batak Pakpak. Suku Batak Mandailing

menempati wilayah selatan berbatasan dengan propinsi Sumatera Barat. Sedangkan Suku

Batak Toba bertempat tinggal di sekitar Pulau Samosir dan pinggiran Danau Toba dari

Prapat sampai Balige.

Setiap anak suku memiliki langgam seni bangunan (arsitektur) yang unik dan

indah. Sayangnya tidak banyak lagi yang tersisa dari bangunan tradisional di tanah

Tapanuli, terutama seni arsitektur dari Batak Pakpak dan Batak Angkola. Perwujudan

arsitektur tradisional Batak Simalungun masih dapat disaksikan di desa Pematang Purba,

yaitu bekas kerajaan Simalungun. Sedangkan wujud arsitektur Batak Mandailing tersisa di

desa-desa Hutagodang, Penyabungan, Pakantan, dan Busortolang. Hutagodang dan

Arsitektur Batak Toba

Page 4: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

Pakantan adalah kampung raja-raja Mandailing, di mana terdapat rumah pria,

rumahwanita dan lumbung. Langgam arsitekturnya bercirikan peralihan bentuk atap

rumah Batak dan rumah Minangkabau, Dewasa ini yang masih banyak ditemui adalah

wujud arsitektur tradisional dan Batak Toba dan Batak Karo.

SUKU BATAK TOBA

Perkampungan suku Batak Toba mengikuti pola berbanjar dua, yaitu suatu tata

ruang lingkungan dengan komunitas yang utuh dan mantap. Desanya disebut lumban/

huta yang dilengkapi 2 pintu gerbang (bahal) di sisi utara dan selatan huta. Sekeliling

kampong dipagar batu setinggi 2.00 m, yang disebut parik. Di setiap sudut dibuat menara

untuk mengintai musuh. Menurut sejarahnya, antar sesama suku Batak sering sekali

berperang. Itu sebabnya bentuk kampungnya menyerupai benteng, Huta masih dapat

disaksikan di Kabupaten Tapanuli Utara di desa-desa Tomok, Ambarita, Silaen, dan

Lumban Nabolon Parbagasan. Desa-desa tersebut merupakan daya tarik wisata budaya

yang banyak dikunjungi wisatawan.

Arsitektur Batak Toba

Page 5: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

BUDAYA BATAK TOBA

Orang-orang Batak Toba suka bergaul. Semangat adat memanggil setiap individu

untuk melibatkan diri dalam setiap upacara. Terutama hikmah yang terkandung dalam

suatu falsafah yang memaksa setiap orang harus memadukan diri dengan orang sebagai

anifestasi semangat korelasi dan hubungan timbal balik di antara pihak-pihak.

Sebagaimana umumnya, orang-orang Batak Toba suka berkumpul, baik dalam

pesta yang formal, atau di warung (lapo) secara tidak formal. Berkumpul sambil ngobrol

di warung atau di salah satu sudut kampung di mana terdapat banyak batu-batu besar

(partungkoan) merupakan bagian hidup mereka. Selain itu, mereka suka menerima tamu

di rumah. Mereka merasakan hikmah yang akan diterima dari sifat dan kebiasaan

menerima tamu itu. Dan setiap tamu dari tempat lain harus diberi makan dahulu sebelum

mereka pulang. Usaha menjungjung tinggi nilai-nilai adat dan semangat adat itu memberi

ciri khusus pada rakyat sebagai masyarakat yang bermoral, dan sifat ini merupakan

identitas bagi masyarakat Suku Batak Toba.

Arsitektur Batak Toba

Page 6: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

FENOMENA ARSITEKTUR BATAK TOBA

POLA PERKAMPUNGAN BATAK TOBA

Arsitektur Tradisional Batak Toba, maka dapat kita ketahui terdapat beragam suku Batak,

dengan lokasi yang berdekatan. Oleh karena itu, pola penataan lumban berbentuk lebih

menyerupai sebuah benteng dari pada sebuah desa.

Gambar menunjukkan pola perkampungan adat Batak Toba yang menyerupai benteng

dengan dua gerbang. Bisa dikatakan pola desa Batak Toba tertata dengan baik. Di dalam

desa Batak Toba terbagi menjadi:

A. Deretan rumah kep. Huta + anak lelaki dengan keluarga

B. Sopo (lumbung)

1. Gerbang masuk

2. Halaman Kampung (partukhoan)

3. Simin (peti mati batu: tulang belulang leluhur)

4. Pohon beringin lambang alam semesta)

Arsitektur Batak Toba, yaitu ruma dan sopo (lumbung) yang saling berhadapan. Ruma dan

sopo dipisahkan oleh pelataran luas yang berfungsi sebagai ruang bersama warga huta.

Ada beberapa sebutan untuk rumah Batak, sesuai dengan kondisi rumahnya. Rumah adat

dengan banyak hiasan (gorga), disebut Ruma Gorga Sarimunggu atau Jabu Batara Guru.

Sedangkan rumah adat yang tidak berukir, disebut Jabu Ereng atau Jabu Batara Siang.

Rumah berukuran besar, disebut Ruma Bolon. dan rumah yang berukuran kecil, disebut

Arsitektur Batak Toba

Page 7: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

Jabu Parbale-balean. Selain itu, terdapat Ruma Parsantian, yaitu rumah adat yang

menjadi hak anak bungsu.

RUMAH ADAT BATAK TOBA

Seni bangunan Batak Toba mempunya corak tertentu, baik bentuk, perkakas-

perkakasnya, dan ukiran-ukirannya. Rumah adat Batak Toba yang disebut Rumah Bolon,

berbentuk 4 persegi panjang dengan ukuran panjang 2 kali lebarnya dan kadang-kadang

dihuni oleh 5 sampai 6 keluarga batih. Rumah adat tersebut melambangkan alam

kosmos. Rumah bagian bawah (tombara) melukiskan dunia bawah, bagian tengah

melukiskan dunia tengah, dan rumah bagian atas atau atap melukiskan benua atas. Lantai

1 rumah berupa beranda di bawah atap, dengan tangga dari kolong. Selain itu juga ada

lorong serta jabu untuk satu keluarga. Lantai 1 disebut dengan jambur yang artinya

balkon. Tempat ini berfungsi untuk melihat pesta/upacara di halaman kampung.

Arsitektur Batak Toba

Page 8: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

Lantai rumah kadang-kadang

sampai 1,75 meter di atas tanah, dan

bagian bawah dipergunakan untuk kandang

babi, ayam, dan sebagainya. Dahulu pintu

masuk mempunyai 2 macam daun pintu,

yaitu daun pintu yang horizontal dan

vertikal, tapi sekarang daun pintu yang

horizontal tak dipakai lagi. Untuk memasuki

rumah harus menaiki tangga yang terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak

tangga yang ganjil. Bila orang hendak masuk rumah Batak Toba harus menundukkan

kepala agar tidak terbentur pada balok yang melintang, hal ini diartikan tamu harus

menghormati si pemilik rumah.

Arsitektur Batak Toba

Page 9: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

Gambar. Potongan melintang Ruma BolonSumber. Soeroto (2003: 104-105)

Tinggi bangunan mulai dari batu fondasi sampai ke puncak atapnya (ulu paung)

sekitar 13,00 m. Rumah panggung dengan konstruksi kayu ini berdiri di atas tiang-tiang

yang diletakkan di atas batu ojahan (fondasi). Tiang-tiang rumah terdiri atas tiang panjang

(basiha rea) dan tiang pendek (basi pandak). Bentuknya bulat berdiameter 50 - 70 cm,

sehingga terkesan sangat kokoh.

Arsitektur Batak Toba

Page 10: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

Gambar. Denah Ruma BolonSumber. Soeroto (2003: 104-105)

Tiang-tiang muka dan belakang dihubungkan oleh 4 baris papan tebal, disebut

tustus parbarat atau pangaruhut ni banua (pengikat benua). Tiang-tiang kanan dan kiri

diikat oleh 4 baris papan tebal, disebut tustus ganjang atau pangaruhut ni portibi

(pengikat dunia tengah). Bagian atas tiang-tiangnya dihubungkan oleh balok ransang

yang diikat dengan solang-solang. Atap yang tinggi besar merupakan unsur paling

dominan dari keseluruhan bangunan. Konstruksi atapnya dari kayu dan bambu dengan

penutup atap dari ijuk. Bubungan meninggi ke depan. Tapi sekarang ada yang

menggunakan seng untuk atapnya.

Arsitektur Batak Toba

Page 11: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

Gambar. Axonometri konstruksi atap Ruma Bolon

Ruangan dalam rumah adat merupakan ruangan terbuka tanpa kamar-kamar,

walaupun berdiam disitu lebih dari satu keluarga, tapi bukan berarti tidak ada pembagian

ruangan, karena dalam rumah adat ini pembagian ruangan dibatasi oleh adat mereka

yang kuat. Ruang dalamnya terbagi menurut struktur adat Dalihan Natolu, yakni sistem

kekerabatan suku Batak Toba. Karena itu ruma terbagi atas jabu soding, jabu bona, jabo

tonga-tonga, jabu sukat, jabu tampar piring, dan jamhur. Jabu bona dan jabu tampar

piring di sisi kanan, sedang jabu soding dan jabu sukat di sisi kiri. Dekat pintu terletak

jamhur, sedang dapur di antara jabu tonga-tonga, jabu bona, dan jabu soding. Setiap jabu

mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Jabu bona berfungsi sebagai tempat tinggal

pemilik ruma dan tempat menerima upacara adat. Jabu tampar piring tempat saudara

pria pihak istri (hula-hula) serta tempat duduk anggi ni partibi (semarga yang bungsu).

Jabu soding adalah tempat anak gadis pemilik rumah dan tempat upacara adat. Jabu

sukat untuk tempat tinggal anak laki-laki pemilik ruma serta tempat duduk para boru.

Sedangkan jabu tonga-tonga untuk tempat berkumpul seisi rumah. Bila keluarga besar

Arsitektur Batak Toba

Page 12: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

maka diadakan tempat di antara 2 ruang atau jabu yang berdempetan, sehingga ruangan

bertambah 2 lagi dan ruangan ini disebut Jabu Tonga-ronga ni jabu rona.

Bangunan lumbung (sopo) dibangun

berhadapan dengan ruma. Sopo dibedakan

menurut jumlah tiangnya, yaitu antara 4 sampai

12 tiang. Sopo siopat bertiang 14, Sopo sionam

bertiang 6, sopo si ualu bertiang 8 dan sopo

bolon bertiang 12. Sopo bolon masih dapat

dilihat di desa Lumban Nabolon, Tapanuli Utara.

Sopo juga merupakam bangunan panggung

yang melambangkan tri-tunggal banua. Bagian

kolongnya tempat ternak, bagian tengah

tempat menenun dan bersantai, sedang bagian

atasnya tempat menyimpan padi. Tiang-tiang

sopo berdiri di atas batu ojahan, berbentuk

bulat dengan diameter 20 cm di bawah dan 40

cm di atas. Selain tiang utama terdapat tiang-

dang pembantu berbentuk bulat berdiameter 20 cm. Seluruh tiang diikat oleh 4 balok

ransang pada tiap sisinya. Bagian atas tiang dihubungkan oleh balok galapang. Di atas

balok galapang terletak sumban dan di atas sumban terdapat gulang-gulang.

Dalam ukuran yang lebih kecil, bentuk arsitektur sopo sama persis dengan ruma

bolon, hal ini sebagai bukti penghargaan yang diberikan pada lumbung sebagai sumber

pangan dan kehidupan.

Arsitektur Batak Toba

Page 13: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

Sopo, rumah yang berasal dari lumbung

tempat menyimpan, kemudian didiami.

Perbedaannya dengan rumah adalah sopo

berlantai dua, hanya mempunyai satu baris tiang-

tiang depan dan ruangan bawah terbuka tanpa

dinding berfungsi untuk musyawarah, menerima

orang asing dan tempat bermain musik. Pada

bagian depan rumah adat terdapat hiasan-hiasan

dengan motif garis geografis dan spiral serta

hiasan berupa susu wanita yang disebut adep-

adep. Hiasan ini melambangkan sumber

kesuburan kehidupan dan lambang kesatuan.

Rumah yang paling banyak hiasan-

hiasannya disebut Gorga. Hiasan lainnya bermotif pakis disebut nipahu, dan rotan berduri

disebut mardusi yang terletak di dinding atas pintu masuk.

Pada sudut-sudut rumah terdapat hiasan Gajah dompak, bermotif muka binatang,

mempunyai maksud sebagai penolak bala. Begitu pula hiasan bermotif binatang cicak,

kepala singa yang dimaksudkan untuk menolak bahaya seperti guna-guna dari luar.

Arsitektur Batak Toba

Page 14: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

Hiasan ini ada yang berupa ukiran kemudian diberi warna, ada pula yang berupa

gambaran saja. Warna yang digunakan selalu hitam, putih dan merah.

Semua rumah adat tersebut di atas bahannya dari kayu baik untuk tiang, lantai

serta kerangka rumah berikut pintu dan jendela, sedangkan atap rumah terbuat dari

seng. Di anjungan Sumatera Utara, rumah-rumah adat yang ditampilkan mengalami

sedikit perbedaan dengan rumah adat yang asli di daerahnya. Hal ini disesuaikan dengan

kegunaan dari kepraktisan belaka, misalnya tiang-tiang rumah yang seharusnya dari kayu,

banyak diganti dengan tiang beton. kemudian fungsi ruangan di samping untuk keperluan

ruang kantor yang penting adalah untuk ruang pameran benda-benda kebudayaan serta

peragaan adat istiadat dari delapan puak suku di Sumatera Utara. Benda-benda tersebut

meliputi alat-alat musik tradisional, alat-alat dapur, alat-alat perang, alat-alat pertanian,

alat-alat yang berhubungan dengan mistik, beberapa contoh dapur yang semuanya

bersifat tradisional. Sedangkan peragaan adat istiadat dan sejarah dilukiskan dalam

bentuk diorama, beberapa pakaian pengantin dan pakaian adat dan sebagainya.

Setiap hiasan dan ukiran mengandung makna yang melambangkan kepercayaan

bersifat magis religius. Pemasangan ragam hias juga

harus mengikuti aturan adat yang berlaku. Bentuk dan

corak ragam hiasnya banyak mengambil bentuk dari

alam semesta, flora, dan fauna. Hiasan dari alam, di

antaranya at matani ari (matahari) dan desa ni ualu (8

mata angin). Hiasan berasal dari flora, antara lain

simeol-eol, sitompi, sitangan, iran-iran, hariara sudung

ni langit. Sedang hiasan berasal dari fauna, yaitu hoda-

hoda (kuda), boraspati (cecak besar), sijonggi, dan

gajah dompak. Ada juga hiasan geometris, seperti

silintong (garis-garis) dan ipon-ipon.

Arsitektur Batak Toba

Page 15: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

HUBUNGAN ANTARA ARSITEKTUR DAN BUDAYA BATAK TOBA

Pola penataan desa atau lumban/ huta

terdiri dari beberapa ruma dan sopo. Perletakan

ruma dan sopo tersebut saling berhadapan dan

mengacu pada poros utara selatan. Sopo

merupakan lumbung, sebagi tempat

penyimpanan makanan. Dalam hal ini,

menunjukkan bahwa masyarakat Batak selalu

menghargai kehidupan, karena padi merupakan sumber kehidupan bagi mereka. Hal ini

juga menunjukkan pola kehidupan masyarakat Batak Toba yang didominasi oleh bertani,

dengan padi sebagai sumber kehidupan yang sangat dihargainya.

Pola penataan lumban yang terlindungi dengan pagar yang kokoh, dengan dua

gerbang yang mengarah utara-selatan, menunjukkan bahwa masyarakat Batak, memiliki

persaingan dalam kehidupan kesehariannya. Jika kita mengamati peta perkampungan

Batak, maka dapat kita ketahui terdapat beragam suku Batak, dengan lokasi yang

berdekatan. Oleh karena iu, pola penataan lumban berbentuk lebih menyerupai sebuah

benteng dari pada sebuah desa. Di dalam lumban, terdapat beberapa ruma dan sopo

yang tertata secara linear. Beberapa ruma tersebut menunjukkan bahwa ikatan keluarga

yang dikenal dengan extended family dapat kita ketemukan dalam masyarakat Batak

Toba.

Rumah tradisional Batak Toba senantiasa dirancang untuk pola kehidupan

kolektif, yang mampu menampung 4 – 8 keluarga. Perkembangan peradaban dan

Arsitektur Batak Toba

Page 16: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

kehidupan masyarakat, telah mempengaruhi berbagai perubahan yang terdapat di

dalamnya, termasuk pemanfaatan ruang pada rumah tradisional. Pergeseran nilai-nilai

sosial tersebut juga akan mempengaruhi bentuk dan pola arsitekturnya.

Suku Batak Toba memiliki sistem kekerabatan yang sangat baik. Hal itu sangat

diperlukan untuk melangsungkan dan memelihara adat istiadat, termasuk rumah

tradisional. Kebiasaan merantau yang banyak dijumpai pada masyarakat Batak, dapat

emperburuk serta mempengaruhi keberlangsungan adat istiadat. Bentuk Lumban (desa)

yang terdiri dari beberapa ruma dan bolon yang tertata secara rapi dan berjajar, dapat

menjadi sebagai salah satu upaya keberlangsungan budaya. Tatanan kehidupan kolektif di

daerah pedesaan merupakan suatu benteng bagi keberlangsungan desa-desa tradisional

beserta arsitekturnya.

Hiasan yang digunakan pada arsitektur tradisional Batak Toba merupakan seni ukir

dan lukis. Hal ini menunjukkan bahwa keindahan merupakan salah satu hal yang sangat

erat kaitannya dalam kehidupan manusia. Selain keindahan, hiasan yang ada pada rumah

tradisional Batak Toba juga memiliki nilai yang sangat penting dalam menentukan jati diri

penghuni ruma. Oleh karena itu, selain bentuk ruma, hiasan juga merupakan suatu

kebanggan dan penghargaan yang diberikan untuk menunjukkan penghuni ruma.

Arsitektur Batak Toba

Page 17: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

Dengan adanya hiasan pada rumah tradisional Batak Toba, hal tersebut dapat

digunakan sebagai nilai spesifik yang dimiliki oleh suatu ruma sebagai bangunan personal,

bukan sekedar bangunan tradisional. Misalnya rumah raja memiliki ragam dan bentuk

hiasan yang berbeda dengan rumah tradisional pada umumnya. Hal ini menunjukkan

bahwa hiasan atau nilai keindahan menjadi sesuatu yang sangat penting dan sifatnya

sakral.

Konservasi arsitektur bukan hanya melestarikan seni budaya peninggalan nenek

moyang, akan tetapi bagaimana kita dapat menjaga dan melestarikan nilai-nilai yang

terkandung di dalmnya. Sudah banyak nilai-nilai luhur yang telah kita tinggalkan dengan

alasan modernisasi, yang pada akhirnya hanya akan membawa kita pada suatu krisis dan

kehancuran.

Di beberapa tempat di tanah Batak Toba dilarang membongkar rumah adat atau

rumah gorga. Selain mempertahankan kelestarian sejarah dan budaya, pemilik rumah

merasa kurang nyaman kalau membongkar rumah warisan leluhur itu. Di antara mereka

banyak yang percaya timbulnya resiko kalau rumah adat tersebut dibongkar. Selain itu,

bangunan-bangunan modern dewasa ini banyak dibuat menurut arsitektur rumah adat

seperti dulu.

Arsitektur Batak Toba

Page 18: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

KESIMPULAN

Pola penataan desa atau lumban/ huta Suku Batak Toba terdiri dari beberapa

ruma dan sopo. Perletakan ruma dan sopo tersebut saling berhadapan dan mengacu

pada poros utara selatan. Sopo merupakan lumbung, sebagi tempat penyimpanan

makanan. Dalam hal ini, menunjukkan bahwa masyarakat Batak selalu menghargai

kehidupan, karena padi merupakan sumber kehidupan bagi mereka.

Pola penataan lumban yang terlindungi dengan pagar yang kokoh, dengan dua

gerbang yang mengarah utara-selatan, menunjukkan bahwa masyarakat Batak, memiliki

persaingan dalam kehidupan kesehariannya. Jika kita mengamati peta perkampungan.

Setiap hiasan dan ukiran mengandung makna yang melambangkan kepercayaan

bersifat magis religius. Pemasangan ragam hias juga harus mengikuti aturan adat yang

berlaku. Bentuk dan corak ragam hiasnya banyak mengambil bentuk dari alam semesta,

flora, dan fauna.

Konservasi arsitektur bukan hanya melestarikan seni budaya peninggalan nenek

moyang, akan tetapi bagaimana kita dapat menjaga dan melestarikan nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya. Sudah banyak nilai-nilai luhur yang telah kita tinggalkan dengan

alasan modernisasi, yang pada akhirnya hanya akan membawa kita pada suatu krisis dan

kehancuran.

Arsitektur Batak Toba

Page 19: Arsitektur Budaya Batak Toba

5

DAFTAR PUSTAKA

E.H. Tambunan. 1982. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba Dan

Kebudayaannya. Bandung.

Soeroto, Myrtha. 2003. Dari Arsitektur Tradisional Menuju Arsitektur Indonesia. Ghalia

Indonesia: Jakarta

Sumintardja, Djauhari. Maret 1981. Kompendium Sejarah Arsitektur. Bandung.

http://artasia.www2.50megs.com

http://kask.us/5780030

http://ms.wikipedia.org/w/index.php

www.bonapasogit.eu/Images/Toba/Adat/Rumah-Tra

www.solusiproperti.com

www.webforum.plasa.com

Arsitektur Batak Toba