Top Banner

of 30

Argento Me Tri

Jul 14, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan. 1.1. Latar Belakang Percobaan Argentometri merupakan bagian dari titimetri. Tiitmetri adalah suatu jenis volumetri dalam titimetri analat direaksikan dengan suatu bahan lain yang diketahui jumlah molnya dengan tepat. Problema dalam titimetri adalah dalam penentuan titik akhir yang 1981). Argentometri adalah titrasi yang menyangkut penggunaan larutan AgNO3. Argentometri dimana terbentuk endapan (ada juga argentometri yang tergolong pembentukan kompleks) dibedakan menjadi tiga macam cara berdasarkan indikator yang digunakan untuk penentuan titik akhir, yaitu cara atau metode Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans. Dalam tiga cara tersebut, titran masing-masing tertentu, indikator dan pH pada metode Mohr dan Volhard tertentu, sedangkan dalam cara Fajans indikator tidak harus tertentu dan pH disesuaikan dengan indikator ( Underwood,1999). Konsentrasi kromat yang digunakan sebesar 0,005- 0,01 N. kesalahan yang disebabkan oleh penggunaan konsentrasi yang tinggi akan kecil, namun dapat juga dilakukan koreksi dengan melakukan standarisasi perak nitrat terhadap garam klorida harus tepat, menghitung jumlah analat dan cara menentukan konsentrasi larutan baku dengan teliti (Harjadi,

namun yang murni pada keadaan-keadaan yang identik dengan yang digunakan pada analisa (Khopkar, 1990). Titrasi menggunakan pengendapan pengendapan larutan karena disebut juga sebagai disebut membentuk titrasi titrasi atau argentometri, dan argentometri merupakan sistem titrasi dengan standar pada AgNO3, reaksinya

menghasilkan endapan berdasarkan sifat Ksp-nya dan garamgaram yang mengendap tersebut (Khopkar, 1990). Pengendapan indikator terjadi pada atau dengan titik akhir titrasi dan bahan titik ekivalen titrasi, perak kromat lebih larut daripada klorida, jika ion perak ditambahkan ke larutan yang mengandung konsentrasi ion klorida yang tinggi dan konsntrasi ion kromat yang kecil maka perak klorida akan mengendap pertama, perak kromat baru akan terbentuk setelah konsentrasi ion perak meningkat sampai suatu harga cukup besar yang dapat melampaui KKCl perak kromat. 1.2. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan konsentrasi suatu larutan (mengandung ion Cl-) dan menetapkan konsentrasi larutan standar AgNO3 dengan cara titrasi pengendapan. 1.3. Prinsip Percobaan Prinsip dari percobaan ini adalah berdasarkan pembentukan endapan AgCl yang terbentuk pada pH (suasana larutan) tertentu dengan indikator yang berbeda (tertentu) tergantung pada metode titrasi yang digunakan.

Metoda Mohr, berdasarkan pembentukan senyawa endapan berwarna dalam suasana netral sedikit basa terhadap indikator K2CrO4. pada titik akhir titrasi terbentuk endapan Ag2CrO4 berwarna merah bata. Metoda Fajans, berdasarkan pembentukan senyawa endapan berwarna dalam suasana netral sedikit basa terhadap indikator absorpsi FI- (fluorescen). Pada titik akhir titrasi terbentuk endapan (AgCl) AgFI berwarna merah muda (pink). Metoda indikator Fe3+. 1.4. Reaksi Percobaan 1. Metoda Mohr Reaksinya : AgNO3 + NaCl 2AgNO3 + K2CrO4 2. Metoda Fajans Reaksinya : AgNO3 + NaCl AgCl + H Fe 3. Metoda Volhard Reaksinya : AgNO3 + NaCl AgNO3 + SCNAgCl AgSCN + NaNO3 NO3+

Volhard,

berdasarkan

pembentukan

senyawa

larutan berwarna Fe(SCN)3 dalam suasana asam terhadap

AgCl (putih)

+ NaNO3 + 2KNO3

Ag2CrO4 (merah bata) AgCl

+ NaNO3 +H+

(putih) (AgCl)AgFl (merah jambu)

Fe3+ +SCN-

Fe(SCN)3 (merah)

II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Metode Mohr, (2) Metode Volhard, (3) Metode Fajans, (4) Berat Ekivalen, (5) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelarutan, (6) Kurva Titrasi, (7) Pembentukan Endapan Berwarna, (8)Pembentukan Kompleks Berwarna, dan (9) Titrasi Pengendapan Cara Gay Lussac. 2.1. Metode Mohr Seperti sistem asam basa dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi asam basa, pembentukkan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Contoh yang paling dikenal akan kasus semacam itu adanya apa yang disebut titrasi Mohr (dari) klorida dengan ion perak, dalam mana digunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang dini dan permanen dini dari endapan perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik akhir titrasi (Underwood, 2002). Tentu saja diperlukan bahwa pengendapan indikator itu terjadi pada atau didekat titik kesetaraan titrasi. Perak kromat lebih dapat larut (sekitar 8,4 x 10-5 mol/liter) daripada perak (sekitar 1 x 10-5 mol/liter). Jika ion perak ditambahkan kedalam suatu larutan yang mengandung ion klorida dengan konsentrasi tinggi dan ion kromat dengan konsentrasi rendah, maka perak klorida akan mengendap terlebih dahulu, perak kromat baru akan terbentuk bila konsentrasi ion perak meningkat cukup tinggi sehingga Ksp perak kromat akan terlampaui. Dapat dihitung dengan mudah konsentrasi kromat yang akan mengendapkan

perak kromat pada titik kesetaraan, dimana pAg = pCl = 5,00. Karena kSp Ag2CrO4 adealah 2 x 10-12, dan [Ag] = 1x 10-5 pada titik kesetaraan. Tetapi konsentrasi sehingga itu tidak dapat digunakan dalam praktek, karena warna kuning (dari) ion kromat menimbulkan kesulitan untuk mengamati pembentukkan endapan yang berwarna. Lazimnya digunakan konsentrasi kromat antara 0,005 ke 0,01 M. Galat yang disebqbkan oleh penggunaan konsentrasi itu sangatlah kecil. Itu dapat dikoreksi dengan melakukan suatu blanko murni pada kondisi+ yang identik dengan yang digunakan dalam analisis (Underwood, 2002). 2.2. Metode Volhard Metode Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosionat dalam larutan asam nitrat, dapat menggunakan ion besi (III) untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat: Ag + SCN3+ + -

AgSCN (s) FeSCN (merah)2+

Fe + SCN

Metode ini dapat digunakan untuk titrasi langsung perak dengan larutan tiosianat standar atau untuk titrasi tidak langsung ion klorida. Dalam kasus kedua ini, ditambahkan perak nitrat standar berlebih dan kelebihannya dititrasi dengan tiosianat standar. Anion antara lain, seperti biromida dan iodida, dapat ditetapkan dengan prosedur yang sama. Anion asam lemah, seperti oksalat, karbonat, dan arsenat, yang garam-garam peraknya dapat larut dalam asam, dapat ditetapkan dengan pengendapan pada pH yang lebih tinggi dan penyaringan garam peraknya. Endapan itu kemudian dilarutkan dalam asam nitrat

dan

peraknya

dititrasi

langsung

dengan

tiosianat

(Underwood, 2002). Metode Volhard digunakan secara meluas untuk perak dan klorida karena titrasi itu dapat digunakan dalam larutan asam. Memang diinginkan untuk menggunakan medium asam untuk mencegah hidrolisis indikator ion besi (III). Metode-metode lain yang lazim untuk perak klorida memerlukan larutan yang hampir netral agar titrasi sukses. Banyak katin mengendap pada kondisi semacam ini karena itu menganggu dalam metode-metode ini. Merkurium merupakan satu-satunya kation yang lazim, yang mengganggu dalam metode volhard. Memang merkurium dapat ditetapkan dengan titrasi dengan tiosianat, karena merkurium (II) tiosianat merupakan senyawa yang sedikit sekali terdosiasi. Konsentrasi yang tinggi dari kation berwarna, seperti kobalt (II), nikel (II) dan tembaga (II) menimbulkan kesulitan dalam mengamati titik akhir. Asam nitrit mengganggu dalam titrasi, karena bereaksi tiosianat dengan menghasilkan warna merah peralihan (Underwood, 2002). Penerapan terpenting cara volhard adalah untuk penentuan secara tidak langsung ion hologenida : perak nitrat standar berlebih yang diketahui jumlahnya ditambahkan kepada contoh, dan kelebihannya ditentukan dengan titrasi kembali dengan larutan tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi volhard merupakan keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion hologenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab garamnya larut dalam keadaan asam (Harjadi,1981).

2.3. Metode Fajans Metode Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (adsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH (Harjadi,1981). Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut : indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya (fluoresin) yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, fluoresin akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI saja). Ion HFI inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah mudah. Karena penyerapan terjadi pada permukaan, dalam titrasi ini diusahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya perubahan warna juga tampak sejelas mungkin, maka endapan harus berukuran koloid. Penyerapan terjadi apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan perkataan lain setelah sedikit kelebihan titrant (ion Ag+) (Harijadi,1981). Indikator adsorpsi mempunyai keunggulan. Indikator ini memberikan kesalahan yang kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan warna yang disebabkan adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada permukaan berjalan baik jika endapan mempunyai luas permukaan yang besar. Warna adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan tergoakulasi. Misalnya dengan adanya muatan ion yang besar, misal : Al (III). Kita dapat

menggunakan

indikator

tersebut

karena

koagulasi.

Koloid

pelindung dapat dapat mengurangi masalah tersebut. Indikatorindikator tersebut bekerja pada batasan daerah-daerah pH tertentu juga pada konsentrasi tertentu saja; yaitu keadaan yang sesuai dengan peristiwa adsorpsi dan desorpsi saja (Khopkar, 2007). 2.4. Berat Ekivalen Berat ekivalen dan argentometri dihitung sebagai berat zat yang bereaksi dengan atau melepaskan satu mol ion Ag .+

Denganh demikian, maka BE AgNO3 = BM-nya; BE NaCl dan KSCN sama dengan Bm masing-masing. Dalam titrasi Leibig, KCN bereaksi menurut persamaan reaksi 2CN + Ag+

Ag(CN)

2-

dengan demikian, BEKCN dalam diperoleh dalam kemurnian yang sangat baik dapat digunakan sebagai bahan baku primer. Selain itu juga diperoleh NaCl sebagai bahan baku primer untuk standarisasi AgNO3 (Harjadi,1981). 2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelarutan Pengendapan merupakan metode yang paling baik pada analisis gravimetri. Kita akan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan. Parameter-parameter yang penting adalah : temperatur, sifat pelarut, adanya ion-ion pengotor, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain. Parameter tersebut dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut : a. Temperatur : kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadangkala endapan yang baik terbentuk pada

larutan panas, tetapi jangan dilakukan penyaringan terhadap larutan panas karena pengendapan dipengaruhi oleh faktor temperatur. b. Sifat pelarut : garam-garam anorganik lebih larut dalam air. Berkurangnya kelarutan dalam di dalam pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat. c. Efek ion sejenis : kelarutan endapan dalam air berkurang jika larutan tersebut mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan, sebab pembatasan Ksp (konstanta hasil kali kelarutan). Baik kation maupun anion yang ditambahkan, mengurangi konsentrasi ion penyusun endapan sehingga endapan garam bertambah. Contoh : endapan Fe(OH)3 dengan penambahan NH4OH pada larutan FeCl3. Jika kita menambahkan NH4Cl, maka akan mendorong kesetimbangan yang terjadi sehingga lebih banyak Fe yang mengendap dengan NH4OH. Hal ini berfungsi untuk menyempurnakan pengendapan. Pada analisis kuantitatif, ion sejenis ini digunakan untuk mencuci larutan selama penyaringan. d. Efek ion-ion lain : beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam larutan terdapat garam-garam yang berbeda dengan endapan. Hal ini disebut sebagai efek garam netral atau efek aktivitas. Semakin kecil koefisien aktivitas dari dua buah ion, semakin besar hasil kali konsentrasi molar ion-ion yang dihasilkan. e. Pengaruh pH : kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan, misal : oksalat, ion H+ bergabung dengan ion C2O42- membentuk H2C2O4 sehingga menambah kelarutan

garamnya.

Pemisahan

logam

sulfida

didasarkan

pada

pengendalian pH, digunakan pada analisis kualitatif, misalkan logam-logam sulfida yang kurang larut (golongan II) diendapkan dengan H2S pada 0,10 M HCl, sedangkan logam sulfida yang kelarutannya f. lebih besar diendapkan berikutnya dengan menaikkan pH (untuk logam golongan III). Pengaruh hidrolisis : jika garam dari asam lemah dilarutkan+

dalam air, akan menghasilkan perubahan (H ). Kation dari spesies garam mengalami hidrolisis sehingga menambah kelarutannya. g. Pengaruh kompleks : kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat lain yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. Misalkan pengaruh NH3 pada endapan AgCl. Beberapa endapan membentuk kompleks yang larut dengan ion pengendap itu sendiri. Mula-mula kelarutan berkurang (disebabkan ion sejenis) sampai melalui minimum. Kemudian bertambah akibat adanya reaksi kompleksasi. Reaksi yang menghasilkan endapan dapat dimanfaatkan untuk analisis secara titrasi jika reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir dapat dideteksi. Beberapa reaksi pengendapan berlangsung lambat dan mengalami keadaan lewat jenuh. Tidak seperti gravimetri, titrasi pengendapan tidak dapat menunggu sampai pengendapan berlangsung sempurna. Hal yang penting juga adalah hasil kali kelarutan (Ksp) harus cukup kecil sehingga pengendapan bersifat kuantitatif dalam batas kesalahan eksperimen. Reaksi samping tidak boleh terjadi, demikian pula kopresipitasi. Keterbatasan utama pemakaian cara

ini disebabkan oleh sedikit sekali indikator yang sesuai. Semua jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan tipe indikator yang digunakan untuk melihat titik akhir 2.6. Kurva Titrasi Volume titran sebagai absis dan pAg atau pX (X = anion yang diendapkan oleh Ag ) sebagai ordinat, maka akan diperoleh kurva titrasi. Di situ titran ialah AgNO3 dan yang dititrasi ialah NaCl. Dapat juga dalam kurva titrasi, yang dialurkan sebagai ordinat pX akan tetapi pAg. Dalam hal ini pada awal pAg tak terhingga. Arah pAg dengan sendirinya berlawanan dengan arah pCl. Dapat dimengerti bahwa bentuk kurva titrasi tergantung dari : (1) Ksp endapan dan (2) dari konsentrasi larutan yang dititrasi dan dititran. Selain kedua faktor tersebut juga (3) macam endapan dan (4) adsorpsi menentukan bentuk kurva titrasi. Macam endapan yang dimaksud ialah apakah jumlah anion dan kationnya sama atau berbeda, misalnya AgCl atau Ag2CrO4. Untuk macam AgCl, kurva titrasi simetris terhadap titik ekivalen dan dpX/dV terbesar tidak jatuh bersama dengan titik ekivalen. Adsorpsi menyebabkan bagian curam lebih pendek daripada yang dihitung secara teoretis, sehingga perbedaan antara kurva menurut hitungan dan yang menurut pengukuran, dapat sangat berbeda. Adsorpsi terutama kuat di dekat titik ekivalen (Harjadi, 1981). Larutan yang mengandung Ag, jika ditambahkan NaCl maka mula-mula terbentuk suspensi yang kemudian terkoagulasi (membeku). Laju terjadinya koagulasi menyatakan mendekatnya titik ekivalen. Penambahan NaCl diteruskan sampai titik akhit+

titrasi tercapai. Perubahan ini dilihat dengan tidak terbentuknya endapan AgCl pada cairan supernatan. Akan tetapi sedikit NaCl harus ditambahkan untuk menyempurnakan titik akhir. Penentuan Ag sebagai AgCl dapat dilakukan dengan pengukuran turbidimetri yaitu dengan pembauran sinar (Harjadi, 1981). Titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. 2.7. Pembentukan Endapan Berwarna Seperti halnya suatu sistem asam-basa dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi asam-basa, maka pembentukan endapan yang lain dapat digunakan untuk menunjukan kesempurnaan suatu titrasi pengendapan. Contoh dari keadaan demikian adalah disebut titrtasi Mohr dari klorida dengan ion perak, yang dalam hal ini ion kromat digunakan sebagai indikator. Penampilan pertama yang tetap dari endapan perak kromat yang kemerah-merahan dianggap sebagai titik akhir titrasi (Underwood, 2002). Pengendapan indikator terjadi pada atau dekat dengan titik akhir titrasi dan bahkan titik ekivalen titrasi, perak kromat lebih larut daripada klorida. Jika ion perak ditambahkan ke larutan yang mengandung kosentrasi ion klorida yang tinggi dan konsentrasi ion kromat yang kecil maka perak klorida akan mengendap pertama; perak kromat baru akan terbentuk setelah konsentrasi

ion perak meningkat sampai suatu harga cukup besar yang melampaui KKCl perak kromat (Underwood, 2002). Biasanya konsentrasi kromat yang digunakan sebesar 0,005 0,01 M. Kesalahan yang disebabkan oleh penggunaan konsentrasi yang tinggi akan kecil. Namun dapat juga dilakukan koreksi dengan melakukan standarisasi perak nitrat terhadap garam klorida murni pada keadaan-keadaan yang identik dengan yang digunakan pada analisa (Underwood, 2002). Cara Mohr dapat juga digunakan untuk titrasi ion bromida dengan perak dan juga ion sianida dalam larutan sedikit alkalis. Akibat adsorpsi membuat titrasi ion iodida dan tiosianat tidak dapat dilaksanakan. Perak tidak dapat dititrasi langsung dengan klorida dengan menggunakan indikator kromat. Endapan perak kromat yang semula ada, larut kembali hanya perlahan-lahan dekat titik ekivalen. Tetapi larutan klorida standar dalam jumlah berlebih dapat ditambahkan dan kemudian dititrasi kembali dengan menggunakan indikator kromat (Underwood, 2002). 2.8. Pembentukan Kompleks Berwarna Pembentukan kompleks berwarna dalam titrasi pengendapan ini merupakan cara Volhard. Cara Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion besi (III) untuk meneliti ion tiosianat berlebih (Underwood, 2002). Cara ini dapat digunakan untuk titrasi langsung dari ion perak dengan larutan tiosianat standar atau untuk titrasi tak langsung dari ion klorida. Pada keadaan terakhir ini perak nitrat berlebih ditambahkan dan kelebihanya dititrasi dengan tiosianat

standar. Anion-anion asam lemah seperti bromida dan iodida dapat ditentukan dengan prosedur sama. Anion-anion asam lemah seperti oksalat, karbonat, dan arsenat, dengan garamgaram peraknya yang larut dalam asam, dapat ditentukan dengan pengendapan pada pH lebih tinggi dan penyaringan garam peraknya. Endapan kemudian dilarutkan dalam asam nitrat dan perak dititrasi langsung dengan tiosianat (Khopkar, 2007). Cara Volhard secara luas digunakan untuk perak dan Cl asam. Sebenarnya-

karena kenyataan bahwa titrasi dapat dilakukan dalam larutan adalah layak untuk menggunakan suatu medium asam untuk mencegah hidrolisa indikator ion Fe (III). Cara-cara umum lain untuk perak dan klorida memerlukan larutan hamper netral agar titrasi berhasil baik. Banyak dan kation mengendap dalam keadaan demikian, karenanya

mengganggu pada cara ini. Merkuri adalah satu-satunya yang mengganggu pada cara ini. Sesungguhnya merkuri dapat ditentukan secara titrasi dengan tiosianat. Kation lain yang mengganggu adalah konsentrasi tinggi dari ion berwarna, seperti Kobalt (II), Nikel (II), dan Cu (II), menyebabkan kesukaran pada pengamatan TA (Underwood, 2002). Pada titrasi langsung dari perak dengan tiosianat ada dua sumber kesalahan yang keduanya kurang penting. Pada tempat pertama, perak tiosianat menyerap perak pada permukaanya, menyebabkan TA terjadi terlalu dini. Kesulitan ini dapat diatasi sebagian besar dengan pengadukan kuat campuran dekat titik akhir titrasi. Kedua, perubahan warna yang menandai titik akhir

terjadi pada suatu konsentrasi tiosianat sedikit berlebih dari konsentrasi pada titik ekivalen (Underwood, 2002). 2.9. Titrasi Pengendapan Cara Gay Lussac Pada cara ini tidak digunakan indikator untuk penentuan titik akhir, karena sifat dari endapan AgX yang membentuk larutan koloid bila ada ion sejenis yang berlebihan dan AgX tidak mengendap tetapi merupakan kekeruhan yang homogen. Menjelang kesetaraan akan terjadi koagulasi dari larutan koloid tersebut, karena muatan ion pelindung tidak kuat lagi untuk menambah penggumpalan. Dalam keadaan ini didapat endapan AgX yang berupa endapan kurdi dengan larutan induknya yang jernih. Titik akhir titrasi diperoleh jika satu tetes penitrasi yang ditambahkan tidak lagi memberikan kekeruhan dengan volume penitar yang diketahui pada saat terjadinya penggumpalan yang mencapai kesetaraan, maka penambahan selanjutnya dapat diperkirakan dan umumnya ditambahkan tetes demi tetes (Underwood, 2002).

III BAHAN, ALAT DAN METODE PERCOBAAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Alat yang digunakan, (2) Bahan yang Digunakan dan (3) Metode Percobaan. 3.1. Bahan yang Digunakan Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain larutan AgNO3, larutan indikator K2CrO4, NaCl, aquades, dan larutan sampel. 3.2. Alat yang Digunakan Alat yang digunakan pada percobaan ini diantaranya buret, pipet gondok 25 ml, labu takar 250 ml, labu Erlenmeyer, gelas kimia dan aquadest. 3.3. Metode Percobaan 3.3.1. Pembuatan Larutan Baku Primer N=

gr 1000 x BM V

3.3.2. Pembakuan AgNO3Metode Fajans25 ml 1 ml Fluorociens

NaCl

TAT= merah muda

(V.N) NaCl = (V.N) AgNO3 N AgNO3 = (V.N) NaCl V AgNO3

Gambar 17. Metode Percobaan Pembakuan AgNO3

3.3.3. Analisa Sampel G

Gambar 18. Metode Analisa Sampel G

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan dan (2) Pembahasan. 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1. Hasil Pengamatan Pembuatan Larutan Baku Tabel 22. Pembuatan Larutan Baku gr NaCl 0,176 gr BE 58,5 N 0,03 Pelarut 100 ml

(Sumber : Annisa Khaira W., Meja 6, 2009) 4.1.2. Hasil Pengamatan Pembakuan Larutan AgNO3 Tabel 23. Pembakuan Larutan AgNO3 V NaCl 20 ml N NaCl 0,03 V AgNO3 10,5 ml N AgNO3 0,057

(Sumber : Annisa Khaira W., Meja 6, 2009) 4.1.3. Hasil Pengamatan Analisa Konsentrasi Sampel G Tabel 24. Analisa Konsentrasi Sampel G V AgNO3 6,7 ml N AgNO3 0,057 V sampel 20 ml N sampel 0,02

(Sumber : Annisa Khaira W., Meja 6, 2009) 4.2. Pembahasan Percobaan argentometri yang dilakukan pada tahap sampel G, sebelum melakukan titrasi sampel tersebut harus diambil dengan menggunakan pipet seukuran (gondok) agar sampel tersebut terambil tepat pada 20 ml Fluorocein. Kemudian dilakukan titrasi. Ternyata diperoleh volume titrasi sebanyak

6,7 ml. Kemudian setelah data ini dimasukkan kedalam rumus yang ada dihasilkan sampel adalah 0,02 N. Faktor yang menyebabkan kelebihan titran berpengaruh kecil, tetapi untuk larutan encer, masalahnya menjadi serius. Maka diperlukan faktor koreksi, yang dicapai denagn titrasi blanko (blank titration), yaitu diambil suspensi CaCO3 yang bebas ion Cl- dengan volume dan indikator sebanyak yang digunakan dalam titrasi sebenarnya, lalu ditambah AgNO3 sampai tercapai warna tertentu ; jumlah angka AgNO3 dikurangkan dari hasil titran sebenarnya, yang dilakukan sampai mencapai warna seperti blanko tersebut (Harjadi,1990). Percobaan argentometri dilakukan dengan cara mohr dimana indikator yang digunakan adalah larutan K2CrO4. titrasi dilakukan dalam suasana netral atau sedikit basa dan titik akhir ditunjukkan dengan terbentuknya Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Titrasi tidak boleh dilakukan dalam suasana asam, karena CrO4 dapat berubah menjadi Cr2O72-

yang tidak bereaksi atau

tidak mengendap dengan Ag+. Penetapan dengan cara ini didasarkan pada perbedaan kelarutan AgX dengan Ag2CrO4 (Syafei, 1998). Kondisinya tidak terlalu basa, karena dalam suasana basa akan terbentuk Ag2O dan ada kemungkinan endapan lain seperti PO43-, Ba2+, karbonat akan mengendapkan Ag. Reaksi dalam suasana asam : CrO4 + 2H+

2HCrO4 + Cr2O7 + H2O (jingga)

Warna jingga yang terbentuk akan menganggu saat pengamatan titik akhir, selain itu konsentrasi kromat akan mngecil sehingga konsentrasi yang diharapkan tidak tecapai. Reaksi dalam suasana basa : 2OH- + 2Ag+

Ag2O + H2O (merah coklat)

Terbentuknya warna merah coklat tersebut mengakibatkan sukarnya pengamatan pada titik akhir, karena warnanya dan selain itu pemakaian larutan standar akan lebih banyak dari yang seharusnya karena ada yang bereaksi dengan OH-. Pemakaian larutan standar yang lebih banyak dapat menyebabkan kesalahan yang ditimbulkannya pun lebih besar (Syafei, 1998). Titrasi argentometri secara mohr, ditambahkan indikator K2CrO4, zat ini bersenyawa dengan ion ion perak membentuk Ag2CrO4 berwarna merah bata dengan jelas. Namun jika ion - ion Cl ada, maka terbentuk kseimbangan sebagai berikut : Ag2CrO4 + 2Cl(merah bata) 2AgCl + CrO4 (putih)-

AgCl lebih sukar larut dari Ag2CrO4 maka kesetimbangan akan menggeser ke kanan meskipun Cl sedikit. Jadi selama cairan itu mengandung ion Cl , endapannya akan berwarna putih, dan endapan Ag2CrO4 yang merah hanya berada dalam larutan yang beba ion Cl . Pada titrasi ion klorida dengan AgNO3 akan terjadi endapan putih yang sekonyong - konyong menjadi merah jika semua ion klorida telah habis (SyafeI, 1998).-

Titrasi argentometri yang lainnya adalah cara fayans dimana dalam titrasinya digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi adalah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Indikator adsorpsi tersebut diantaranya FI ( fluorescein), yang merupakan sebuah asam organik lemah yang dinyatakan sebagai HFI. Jika fluorescein ditambahkan anion, FI- tidak diserap oleh perak klorida koloidal selama ion klorida ada berlebih. Akan tetapi apabila ion perak dalam keadaan berlebih, ion FI- dapat ditarik ke permukaan partikel bermuatan positif tersebut (Khopkar, 1990). Indikator adsorpsi lain yang digunakan dalam titrasi pengendapan yaitu turunan krisodin. Indikator tersebut merupakan indikator asam basa dan indikator redoks dan memberikan perubahan warna yang reversibel dengan brom. Indikator ini berwarna merah pada suasana asam dan kuning pada suasana basa (Harjadi, 1981). Indikator adsorpsi mempunyai beberapa keunggulan. Indikator ini memberikan kesalahan yang kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan warna yang disebabkan adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada permukaan berjalan baik jika endapan mempunyai luas permukaan yang besar. Warna adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan terkoagulasi, misalnya dengan adanya muatan ion yang besar, misal : Al (III). Kita tidak dapat menggunakan indikator tersebut karena koagulasi. Koloid pelindung dapat mengurangi masalah tersebut. Indikator-indikator tersebut bekerja pada batasan daerah-daerah pH tertentu juga

pada konsentrasi tertentu saja, yaitu pada keadaan yang sesuai dengan peristiwa adsorpsi dan desorpsi saja (Khopkar, 1990). Kedua faktor ini menyebabkan kelebihan penggunaan titran. Untuk larutan 0,1 M kelebihan ini berpengaruh kecil, tetapi untuk larutan encer, masalahnya menjadi serius. Maka, diperlukan koreksi, yang dicapai dengan (1) titrasi blanko (blank titration), yaitu diambil suspensi CaCO3 yang bebas ion Cl- dengan volume dan indikator sebanyak yang digunakan dalam titrasi sebenarnya, lalu ditambah AgNO3 sampai tercapai warna tertentu. Jumlah AgNO3 dikurangkan dari hasil titrasi sebenarnya, yang dilakukan sampai mencapai warna seperti blanko tersebut dan (2) lebih baik dengan jalan menstandarisasi AgNO3 dengan NaCl murni secara Mohr dan menggunakan konsentrasi yang diperoleh sebagai kemolaran praktis (working molarity). Dengan jalan ini kelebihan pemakaian titran terkompensasi, begitu juga ke kurang cermatan penitrasi (Khopkar, 1990).

V KESIMPULAN DAN SARAN Bab (2) Saran. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa konsentrasi larutan standar AgNO3 adalah 0,057 N, konsentrasi larutan sampel (G) adalah 0,02 N. 5.2. Saran Saran argentometri dari ini praktikan adalah dalam agar melakukan percobaan dalam lebih berhati-hati ini menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan

membersihkan alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini dan lebih teliti dalam percobaan tersebut supaya hasil yang diperoleh lebih akurat dalam melakukan percobaan jaga dibutuhkan ketelitian.

DAFTAR PUSTAKA Anonymous, (2009), Argentometri, http://blogkita.info/mykampuz/my-kuliah/kimia-analisis/argentometri/, accesses 2009 20 November. Anonymous, (2009), Argentometri, http://hzshare.blogspot.com/2009/02/argentometri.htmlaccesses 2009 20 November. Anonymous, (2009), Argentometri, http://medicafarma.blogspot.com/2008/04/argentometri.html, accesses 2009 20 November. Harjadi, W. (1981). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia. Khopkar, S.M. (2002). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press. Svehla. (1990). Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka. Syafei, (1998), Kimia Analitik Kuantitatif, SMT Kimia Analisis, Bandung. Underwood, AL. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

LAMPIRAN

LAMPIRAN A . Metode Fajans a. Perhitungan pembuatan larutan baku primer NaCl 0,01 N

gr 1000 N = BM X 100 gr 1000 58,5 X 100 0,03 =1,752 = 10 gr gr = 0,176 b. Perhitungan pembakuan AgNO3 0,03 N V1 AgNO3 = 28,8 ml V NaCl . N NaCl =

V AgNO3

.

N AgNO3 N AgNO3

20 . (0,03) = (10,5) .

N AgNO3

= 0,57 N

c. Perhitungan penentuan konsentrasi sampel sampel G Vsampel . Nsampel 20 . Nsampel Nsampel =

V AgNO3

.

N AgNO3. 0,057

= (6,7) = 0,02 N

20 . Nsampel

= 0,3819

QUIZ 1. Apa yang dimaksud dengan argentometri dan sebutkan macam-macamnya! Jawab: Argentometri adalah golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Macam-macam Argentometri: Metode Mohr, berdasarkan pembentukan senyawa endapan berwarna dalam suasana netral sedikit basa terhadap indikator K2CrO4. Pada titik akhir titrasi terbentuk endapan Ag2CrO4 berwarna merah bata. Metode Fajans, berdasarkan pembentukan senyawa endapan berwarna dalam suasana netral sedikit basa terhadap indikator adsorpsi Fl (fluorescen). Pada titik akhir titrasi terbentuk endapan (AgCl) AgFI berwarna merah muda (pink). Metode Volhard, berdasarkan pembentukan senyawa larutan berwarna Fe(SCN)3 dalam suasana asam terhadap indicator Fe . 2. Apa yang dimaksud kromatografi dan sebutkan macammacamnya! Jawab: Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen. Macam-macam Kromatografi adalah: Kromatografi lapis tipis Kromatografi kertas3+ -

-

Kromatografi kolom

3. Apa yang dimaksud dengan Rf? Jawab: Rf adalah rasio jarak yang dipindahkan oleh suatu zat terlarut terhadap jarak yang dipindahkan oleh suatu zat terlarut terhadap jarak yang dipindahkan oleh garis depan pelarut selam waktu yang sama. 4. Sebutkan fase-fase dalam kromatografi lapis tipis! Jawab: a. Fase diam yang menggunakan silica gel b. Fase bergerak menggunakan eluen 5. 0,3016 gr NaCl murni ditimbang dan dilarutkan dalam labu takar 100 ml dipipet 10 ml dititrasi dengan larutan standar AgNO3 terhadap indicator K2CrO4. Volume pemakaian larutan AgNO3 pada TA adalah 10,05 ml. Berapa konsentrasi AgNO3 dan perubahan apa yang terjadi? Jawab: N NaCl = = N NaCl = 0,05 N merah bata.

Perubahan warna yang terjadi: Putih